BATIK SITUBONDO DI DESA SELOWOGO KECAMATAN BUNGATAN KABUPATEN SITUBONDO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BATIK SITUBONDO DI DESA SELOWOGO KECAMATAN BUNGATAN KABUPATEN SITUBONDO"

Transkripsi

1 BATIK SITUBONDO DI DESA SELOWOGO KECAMATAN BUNGATAN KABUPATEN SITUBONDO Rochman Kifrizyah, Drs. Agus Sudarmawan, M.Pd, Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn, M.Ds Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam proses pembuatan batik Situbondo, (2) bagaimana proses pembuatan batik Situbondo (3)ragam motif yang dihasilkan batik Situbondo, (4) makna simbolik yang ada pada motif batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, pendokumentasian dan kepustakaan. Penelitian kualitatif ini menggunakan Purposive Sampling yang khusus bertujuan untuk meneliti sampel yang memiliki filosofi motif dan makna simbolik pada motif batik Situbondo di Desa Selowogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Alat dan bahan yang dipakai untuk membuat batik antara lain: canting, kuas, wajan, kompor, kuas, tong, bak besar, dan bahan yang digunakan ialah kain katun, malam, remazol, napthol, water glass dan soda abu; (2) Proses pembuatan batik tulis, meliputi proses pengetelan mori, mendesain motif di kain, proses pencantingan dalam membuat motif, dan proses pewarnaan, penjemuran, penyucian dengan water glass, dan pelorodan; (3) Ragam motif batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo diberi nama motif batik Tale Percing, Kerang Gempel, Lerkeleran, Kerang Bertopeng, Malate Sato or, Baluran Menunggu, Sonar Bulen, Sonar Are, Jaring Samudra, Gelang Bahari; (4) Makna filosofi dari ragam motif batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo, sebagian besar mengajarkan tentang tata/norma kehidupan masyarakat Situbondo yang berada di daerah pesisir timur pulau Jawa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani. Kata-kata kunci : batik Situbondo, ragam motif, makna filosofi Abstract The objectives of this research are to find out: 1) the equipment and materials that needed of making Batik Situbondo, 2) the psocess of making Situbondo batik, 3) the motifs of Batik Situbondo which are produced, 4) implicit meaning of each Batik Situbondo s motif in Selowogo village, Bungatan district, Situbondo Regency. The design of this research is descriptive qualitative research. The subjects of this research are the craftsmen of Batik Situbondo in Selowogo village, Bungatan district, Situbondo Regency. The instruments that used in this research are observation sheet, interview guide, and documentation.this qualitative reserch use purposive sampling, specifically aimed to philosophy of batik itself and the meaning behind the Situbondo batik s motif. The result of this research showed that 1) the equipment and materials that needed in making Batik Situbondo are canting, brush, wok, stove, chair, barrel, large container, and the materials needed are cotton, malam, remazol, napthol, water glass, soda ash; 2) The process of making batik includes the process of pengetelan mori, motif on the cloth, process of pencantingan in making the motif, and process of coloration, sunbathing, washing using water glass, and pelorodan; 3) Types of the motif of Batik Situbondo in Selowogo village, Bungatan district, Situbondo Regency, given the name Tale Percing, Kerang Gempel, Lerkeleran, Kerang Bertopeng, Malate Sato or, BaluranMenunggu, Sonar Bulen, Sonar Are, Jaring Samudra, Gelang bahari; 4) the philosophical meaning of the motif of Batik Situbondo in Selowogo village, Bungatan district, Situbondo Regency is almost related to the the life of Situbondo s people who live in left littoral of Java islandin which the occupation of almost of the people as fisherman and farmer. Keywords: Batik Situbondo, motifs, philosophical meaning. 1

2 PENDAHULUAN Batik adalah bagian dari kekayaan budaya nusantara yang telah menjadi keseharian masyarakat Indonesia. Pada masa lalu batik hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan. Namun dengan perkembangan zaman, batik manjadi pakaian milik rakyat yang digunakan dalam berbagai kesempatan. Bahkan batik pada saat ini merupakan sebuah hasil karya seni yang menjadi ciri khas budaya bangsa Indonesia yang diperkuat dengan keputusan UNESCO yang secara resmi mengakui batik Indonesia, dengan dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (Furyana, 2013:2). Menurut asal-usul istilah katanya, kata batik berasal dari bahasa Jawa ambatik, yang terdiri dari kata amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat batik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik (Sari, 2013:3). Motif batik terdiri atas unsur motif utama, motif pendukung, dan isen yang menjadi satu kesatuan sehingga mewujudkan batik secara keseluruhan. Keseluruhan unsur tersebut yang disebut motif atau bisa disebut juga corak batik. Pola batik merupakan susunan dari beberapa unsur sehingga menjadi satu kesatuan. Secara garis besar batik digolongkan menjadi dua yaitu batik pedalaman dan batik pesisiran. Batik pedalaman ini mengacu pada batik-batik dengan ciri-ciri khusus yang tidak ditemukan pada batik keraton maupun batik pesisiran. Secara umum, teknik pembuatannya tetap sama. Namun pewarnaan, motif dan pernak pernik hiasan motif biasanya berbeda, disesuaikan dengan kondisi dan tradisi di lingkungan pembuatannya. Oleh karena itu, batik-batik tersebut tidak dapat dimasukkan pada golongan batik keraton maupun batik pesisiran. Ciri khasnya sangat berbeda dengan kedua golongan batik tersebut. Batik batik ini sangat berkembang di pulau Jawa dengan mengutamakan unsur-unsur lokal yang kental. Batik pesisiran adalah batik yang tumbuh subur di luar batik keraton. Pada mulanya, batik pesisiran digunakan untuk kain panjang yang akan di gunakan sebagai kebaya dan sebagian besar untuk menggendong barang, menggendong anak, maupun untuk bahan selimut. Fungsi ini tentu sangat berbeda dengan batik keraton yang tujuan awalnya untuk kepentingan busana secara terbatas di lingkungan keraton (Wulandari, 2011:63-64) Secara garis besar batik-batik pesisiran mempunyai ciri-ciri yaitu: mempunyai motif hias lebih bersifat naturalis yang dilatarbelakangi budaya campuran antara budaya setempat dan pendatang, misalnya Cina, Arab, India dan pengaruh budaya sesama daerah pesisir, misalnya antara Madura dan Jambi, Tuban dan Indramayu dan lain-lain. Karena sifat keterbukaannya terhadap budaya lain maka batik daerah pesisir lebih kaya akan motif hias, dan juga lebih kaya dengan ragam pewarnaan. (Sudarmawan, 1995:64) Corak batik Situbondo ini menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut karena gaya dan objek yang disajikan berbeda dengan batik pesisiran pada umumnya. Secara geografis Kabupaten Situbondo adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia dengan pusat pemerintahan dan ibu kota terletak di Kecamatan Situbondo. Kota ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa, dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha perikanan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Situbondo yaitu Kecamatan Bungatan. Kecamatan Bungatan memiliki 7 kelurahan/desa yaitu: Pasir putih, Bungatan, Bletok, Mlandingan Wetan, Selowogo, Sumber tengah, Patemon. (hhtp://idm.wikipedia.org/wiki/bungatan,_sit ubondo) diakses 29 Januari Di Kabupaten Situbondo terdapat batik pesisiran yang dinamakan Batik Lente yang menampilkan motif utama kerang laut. Motif kerang ini disinyalir 2

3 muncul pada tahun 1994 dirancang dan dikerjakan oleh muda-mudi yang tergabung dalam Karang Taruna Tunas Harapan Desa Selowogo. Mereka melakukan pengembangan inovasi motif untuk membentuk atau membedakan desain motif batik Situbondo dengan motif batik pesisir di daerah lain. Yang akhirnya menghasilkan batik pesisiran yang cerah dan kontras, yang bisa memberi identitas tersendiri bagi batik pesisiran Situbondo ini. Sentra kerajinan batik Situbondo ini terdapat di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan. Kerajinan batik Situbondo di Desa Selowogo banyak dipengaruhi oleh batik Madura karena masyarakatnya yang kebanyakan suku Madura. Pengrajin batik di Desa Selowogo memproduksi batik yang tergolong batik pesisiran. Motif batik pesisiran pada umumnya memiliki karakter motif hias yang lebih bersifat naturalis dan lebih kaya akan motif hias, serta kaya akan ragam pewarnaan. Demikian pula motif batik Situbondo yang ada di Desa Selowogo. Pengrajin yang memakai objek kerang sebagai motif utama. Motif kerang ini diberi latar warna gading (jingga atau warna mangga yang hampir masak), biru tua, hijau tua, cokelat tanah, hingga ungu. Menilik keunikan motif batik Situbondo yang belum didapati di daerah lain, maka batik ini sangat menarik untuk diteliti. Selain untuk menginventaris kekayaan motif batik pesisiran di daerah Jawa Timur, penelitian ini juga akan mengungkapkan betapa kayanya alam budaya Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Analisis data penelitian dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan keadaan objek seperti apa adanya. Pendekatan yang dipakai untuk menganalisis adalah kualitatif. Penelitian kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya (Agung, 1999:77). a) Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. Objek penelitian ini adalah kain batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan, Bungatan Kabupaten Situbondo; yang difokuskan pada ragam motif, proses pembuatan, serta makna dan filosofi dari beberapa ragam motif batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. b) Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Yaitu seluruh batik Situbondo yang terdapat di Desa Selowogo. Sedangkan sampel ialah sebagian populasi yang di ambil, yang dianggap mampu mewakili seluruh populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 1999:58). Penelitian kualitatif ini menggunakan Purposive Sample (sampel bertujuan), teknik sampling ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, wilayah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Karena peneliti bertujuan untuk meneliti filosofi motif dan makna simbolik yang terdapat pada batik Situbondo di Desa Selowogo (Agung, 1999:60). c) Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, teknik pendokumentasian dan teknik kepustakaan. 1. Teknik Observasi 3

4 Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, penelitian ini melakukan pengamatan yang dilakukan secara sistematis mengenai alat, bahan dan motif batik Situbondo, cara pembuatan motif dan makna filosofi batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo. 2. Teknik Wawancara Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh keterangan tentang tujuan penelitian melalui proses tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan berkelanjutan. Pertanyaan diajukan sesuai dengan keadaan di lapangan. 3. Teknik Pendokumentasian Teknik pengumpulan data dengan cara pendokumentasian. Yaitu teknik pengambilan data berupa foto-foto dengan menggunakan kamera, sebagai alat pengambilan data yang berupa foto mengenai ragam motif batik Situbondo, alat dan bahan, serta cara pembuatan batik di Desa Selowogo Kecamata Bungatan Kabupaten Situbondo. 4. Tekhnik Kepustakaan Teknik kepustakaan adalah metoda pengumpulan data dengan menelaah bukubuku dan sumber-sumber tertulis lainya yang berhubungan dengan obyek penelitian yang diperlukan sebagai data penunjang atau pembanding sehingga nantinya akan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan aneka teori, konsep, pemahaman serta nilai-nilai yang berkaitan dengan keilmuan seni rupa yang terdapat dari berbagai sumber kepustakaan, seperti buku, hasil penelitian orang lain, majalah, katalog penelitian, dan internet. d) Analisis Data Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan analisis domain dan analisis taksonomi. Analisis domain merupakan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atau pengertian secara umum, relatif dan menyeluruh tentang apa yang tercakup pada permasalahan yang sedang diteliti. Dalam hal ini analisis domainnya yakni tentang alat, bahan, motif, dan makna pada batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. Analisis taksonomik adalah pengolahan data yang bersifat lanjut, lebih terperinci dan mendalam yang dalam hal ini merupakan kelanjutan proses dari analisis domain. Penelitian ini menggunakan analisis taksonomi dengan memfokuskan pada alat dan bahan dalam pembuatan batik Situbondo, cara pembuatan jeni motif, warna motif, corak motif, dan objek motif batik Situbondo dan makna filososfi sebagian motif batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. HASIL DAN PEMBAHASAN Batik di Indonesia memiliki keragaman jenis, pola, motif dan corak sesuai dengan daerah yang membentuknya. Batik di Indonesia sangat beraneka macam pada setiap daerah. Salah satunya yaitu batik Situbondo yang berada di daerah Jawa Timur pulau Jawa. Pada Uraian ini, penulis akan mencoba memaparkan hasil pengamatan dan wawancara dengan bapak Jasmiko pada observasi awal pada tanggal 10 sampai 13 April, yang telah penulis lakukan tentang batik Situbondo di Desa Selowogo, kecamatan Bungatan, kabupaten Situbondo. A. Peralatan yang digunkan dalam pembuatan batik Situbondo Alat yang digunakan untuk membuat batik ada beberapa jenis. Masing-masing alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Adapun 4

5 peralatan untuk membatik yang digunakan pengrajin batik di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo antara lain sebagai berikut. 1. Canting Canting adalah alat pokok untuk membatik. Canting dipergunakan untuk melukiskan lilin malam pada kain dalam proses pembuatan motif batik. Canting yang digunakan pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah adalah canting yang berukuran medium atau canting klowong dan menggunakan satu jenis canting saja untuk memudahkan dalam proses pembatikan. 2. Wajan Wajan merupakan perkakas yang digunakan bersama kompor untuk mencairkan lilin malam. Wajan yang digunakan oleh pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah wajan yang berukuran kecil atau wajan mini untuk memudahkan saat dipindah-pindah. 3.Kompor Kompor yang digunakan oleh pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah kompor yang berukuran mini karena menyesuaikan dengan ukuran wajan yang digunakan. 4. Gunting Gunting adalah alat yang digunakan untuk tahap persiapan yang berfungsi untuk memotong kain yang akan dibatik. Gunting yang digunakan oleh pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah gunting berukuran medium dengan panjang 17cm. 5. Kuas Kuas adalah alat yang digunakan dalam pewarnaan colet maupun keseluruhan kain (ngeblok). Kuas yang digunakan oleh pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah kuas dengan ukuran 14, 12, 6, dan 3. Kuas yang berukuran besar digunakan untuk mewarnai bidang yang besar sedangkan kuas yang berukuran kecil digunakan untuk mewarnai bidang kecil atau bidal detail. 6. Pensil Pensil adalah alat untuk membuat desain dasar pada kain agar pembatik lebih mudah dalam membuat motif dan pola pada saat pencantingan malam (lilin). Jenis pensil yang digunakan adalah pesil 2B. 7. Tong Di dalam proses pelorodan peralatan yang dibutuhkan diantaranya adalah tong. Tong berguna sebagai wadah kain dalam proses pelepasan lilin malam pada kain dengan cara mencelupkan kedalam air mendidih. 8. Bak Besar Fungsi dari bak besar yaitu sebagai wadah air untuk membilas kain setelah proses pelorodan maupun tempat untuk air campuran kanji. Bak yang digunakan berukuran 110 cm x 150 cm. 1 2 Gambar 1. Alat-alat untuk membatik (Foto: Rochman Kifrizyah)

6 B. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Batik Situbondo Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bahan-bahan yag digunakan dalam proses membatik di desa Selowogo, kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo antara lain: 1. Kain Jenis kain yang sering dipakai oleh pengrajin batik Situbondo yaitu jenis katun Primisima dan untuk batik agak kasar menggunakan jenis katun Prima. 2. Malam Pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah malam yang sudah jadi atau malam siap pakai. 3. Pewarna Warna kimia yang dipakai oleh perajin batik di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo adalah Remazol dan Naphtol. 4. Soda Abu (Soda Ash) Soda abu yang berupa puder berwarna putih berfungsi untuk campuran pada waktu proses pencucian kain sebelum dibatik dengan tujuan untuk menghaluskan kain supaya mudah dibatik. 5. Water Glass Water glass berupa cairan yang bersifat kental dan lengket. Digunakan sebagai bahan bantu dalam proses pelorodan atau melepas lilin pada kain dalam air mendidih dan untuk mematikan warna sehingga tidak mudah luntur dan tahan lama C. Proses Pembuatan Batik Situbondo 1. Pengetelan Pengetelan adalah proses untuk menghilangkan kanji pada kain yang berasal dari pabrik. Proses ini dilakukan dengan cara perendaman kain dengan menggunakan soda ash dan air secukupnya. 2. Mendesain motif pada kain Pada tahap ini, yang pertama adalah membuat membuat motif di atas kain menggunakan pensil untuk mempermudah proses pencantingan. 3. Pencantingan Pencantingan pertama pada kain yang dilakukan perajin batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo sering disebut Ngrengreng. Yang pertama dilakukan adalah Nglowong yaitu membuat out line garis paling tepi pada pola. Canting yang digunakan adalah canting berukuran medium dan hanya menggunakan satu jenis canting saja. Setelah melakukan pencantingan klowong maka selanjutnya adalah memberi isen-isen pada pola yang sudah di klowong. Memberi isen-isen adalah memberi isian pada pola yang berupa titiktitik, garis, lingkaran ataupun dengan bentuk-bentuk lain. Isen-isen ini dimaksudkan agar pola kelihatan luwes tidak kosong atau polos. Dan yang terakhir adalah Nembok. Nembok adalah proses menutupi bagianbagian yang tidak boleh terkena warna dasar. Nembok juga dilakukan pada sisi muka maupun belakang agar warna tidak mudah tembus ke warna dasar. 2 Gambar 2. Bahan-bahan (Foto: Rochman Kifrizyah) 3 4. Pewarnaan Proses pewarnaan batik Situbondo di desa Selowogo kecamatan Bungatan kabupaten Situbondo jika diamatai sangatlah sederhana. Perajin batik menggunakan pewarna remazol atau Naphtol. Proses pewarnaan dengan teknik coletan adalah proses pewarnaan dengan menggunakan lebih dari satu warna 6

7 menggunakan kuas dalam proses pewarnaannya. Kuas yang digunakan oleh pengrajin batik Situbondo di Desa Selowogo adalah kuas dengan ukuran 14, 12, 6, dan 3. Kuas yang berukuran besar digunakan untuk mewarnai bidang yang besar sedangkan kuas yang berukuran kecil digunakan untuk mewarnai bidang kecil atau bidang detail. D. Ragam Motif dan Makna Simbolik Motif Batik Situbondo No Motif Batik Situbondo 1 5. Proses Pelorodan malam (menghilangkan lilin) Proses terakhir dalam pembuatan batik adalah proses menghilangkan lilin atau malam. Menghilangkan malam secara keseluruhan ini dengan cara kain dimasukkan ke dalam air panas. Agar warna batik tidak mudah luntur biasanya kain batik yang sudah diwarna dicuci terlebih dahulu menggunakan water glass. Untuk mempermudah pelepasan malam, sebelum dimasukkan kedalam kedalam air panas dicuci atau dibasahi dahulu dengan air larutan kanji. Di dalam air panas kain batik sambil diangkat-angkat untuk mempercepat pelepasan malam dari kain. Kain setelah dilorod dicuci dengan air bersih sambil digosok dengan tangan untuk menghilangkan sisa malam yang masih menempel. Kain yang sudah bersih setelah proses pelorodan dijemur ditempat yang teduh, yang tidak terkena matahari secara langsung agar kain batik warnanya tidak mudah menjadi kusam Motif Tale Percing Motif Kerang Gempel Motif Lerkeleran Motif Kerang Bertopeng Motif Malate Sato or Gambar 3. Proses pembuatan (Foto: Rochman Kifrizyah) Motif Baluran Menunggu 7

8 7 8 9 Motif Sonar Bulen Motif Sonar Are Situbondo adalah kota yang masyarakatnya beraneka ragam agama, suku, dan bahasa. Warga Situbondo memang didominasi oleh keturunan Madura jadi bahasa Madura menjadi bahasa sehari hari di Kabupaten Situbondo, namun banyak warganya yang keturunan dari daerah lain bahkan dari keturunan Cina dan Arab. Dengan berbagai perbedaan yang mejadi satu kesatuan maka motif ini dibuat agar dari perbedaan itu ada pengikat menjadi satu kesatuan yang harmonis sehingga muncullah motif tale percing. Motif tale percing dibuat agar masyarakat Situbondo agar lebih memiliki sikap saling menghargai satu sama lain dan memiliki sikap toleransi dalam bermasyarakat. 10 Motif Jaring Samudra Motif Gelang Bahari Berdasarkan hasil observasi di lapangan penulis menemukan ragam corak motif yang teradapat pada batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo. 1. Motif Tale Percing Motif batik Tale Percing dalam bahasa yang dimaksud adalah hiasan korden yang dibuat menggunakan kerangkerangan yang diikat menggunakan benang. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama tale percing. Motif ini di kelompokkan dalam motif fauna (hewan). Degan motif utama berupa stilasi kerangkerangan dan motif pendukung stilasi bunga. Motif ini mengunakan isen titik yang terdapat dalam motif pendukung namun motif ini memiliki banyak ruang kosong karena tidak banyak menggunakan isen untuk menutup bidang-bidang kosong. 2. Motif Kerang Gempel Kerang gempel dalam bahasa Madura adalah kerang pecah. Motif ini termasuk corak nongeometris yang merupakan pola dengan susunan tidak terukur. Motif ini memiliki motif utama kerang besar yang digambar retak (tak sempurna) dan kerang kecil tiga buah serta bunga. Pada motif ini terdapat motif pendukung berupa stilasi bunga. Motif ini menggunakan isen titik. Motif ini mengandung makna dan filosofi bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, yang artinya tidak satupun di dunia ini yang sempurna, tentunya kecuali Tuhan yang maha sempurna. Memang demikian setiap orang pasti pernah berbuat salah tanpa terkecuali. 3. Motif Lerkeleran Lerkeleran dalam bahasa Madura adalah berjalan dengan tertib. Motif ini termasuk corak non geometris yang merupakan pola dengan susunan tidak terukur dan tergolong dalam kelompok corak fauna (hewan). Motif lerkeleran ini memiliki motif yang hampir sama dengan motif yang lain yaitu kerang kerangan, yaitu terdiri dari satu kerang berukuran besar dan sebelas kerang berukuran kecil, serta terdapat motif pendukung berupa kerangkerang lainnya. 8

9 Motif ini memiliki makna pesan moral budaya tertib. Karena dalam kehidupan sehari-hari masusia tidak lepas dari kata tertib, karena hal ini merupakan suatu dasar agar suatu manusia mendapatkan kesuksesan dalam hidup ataupun karir. Motif Lerkeleran ini bertujuan agar masyarakat Situbondo miliki kebudayaan antri dan lebih disiplin dalam kehidupan sehari-hari. 4. Motif Kerang Bertopeng Motif ini hampir sama dengan motif lain yang tergolong corak fauna (hewan) dan tergolong corak non geometris. Motif ini terdapat motif utama berupa hasil dari stilasi dari kerang -kerangan dan memilki motif pendukung berupa stilasi bunga dengan isen titik-titik. Mengandung makna dan filosofi kejujuran. Dalam kehidupan, kejujuran merupakan sikap positif manusia. Kejujuran adalah pangkal dari kebaikan, jadi apabila kita selalu berkata jujur maka kebaikan akan hadir dalam kehidupan kita. Sikap inilah yang ingin dituangkan dalam sebuah motif kerang bertopeng ini. Agar makna dari motif ini dapat menginspirasi masyarakat Situbondo untuk mengambil makna positif dalam motif ini. 5. Motif Malate Sato or Malate sato or dalam bahasa madura adalah seikat melati. Motif ini memiliki motif utama yaitu stilasi bunga melati yang tergolong corak flora (tumbuhan). namun terdapat juga motif pendukung yaitu kerang-kerangan yang menjadi ikon batik situbondo, ditambah dengan isen titik-titik. Dalam filosofinya bunga melati adalah lambang kesucian atau kebaikan. Bunga melati mengajarkan bahwasanya manusia janganlah besifat sombong dan angkuh. Bahwasanya bunga melati tidak perlu mengatakan bagaimana wangi dirinya karena semua orang akan mengetahui wangi dari bunga melati dengan sendirinya. Begitupun manusia dalam berbuat kebaikan tidak perlu memamerkan bahkan menyombongkan diri, bahwasanya kebaikan yang diperbuat, akan terungkap dengan sendirinya dan yang terpenting bahwa Tuhan akan selalu memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik. 6. Motif Baluran Menunggu Motif ini merupakan motif yang sangat sulit dalam proses pengerjaannya karena memiliki motif yang cukup rumit. Motif Baluran menunggu ini memiliki motif utama yang tergolong corak fauna yaitu hewan khas yang ada di hutan Baluran yang berada di Kabupaten Situbondo, yaitu banteng, burung merak dan rusa. Pada motif ini juga terdapat motif pendukung yaitu motif hasil stilasi dari bunga, daundaun dan rumput. Motif ini sebagai tanda untuk membawa Kabupaten Situbondo lebih baik lagi di sektor pariwisata serta lebih baik lagi dalam menjaga aset daerah di taman nasional, bahari dan sebagainya. 7. Motif Sonar Bulen Motif sonar bulen dalam bahasa Madura adalah cahaya bulan. Motif ini memiliki motif utama yaitu stilasi dari bulan sabit di atas lautan. Serta terdapat isen berupa titik-titik dan garis bergelombang tak beraturan. Bulan sebagai simbol kecantikan dan keindahan. Ibarat wanita biasanya kecantikannya di ibaratkan seperti cahaya bulan. Serta cahaya yang memiliki sifat menerangi dan memberikan jalan yang benar dan terang dalam kehidupan seharihari. Motif ini bermakna bahwa keindahan dan kecantikan harus juga di ikuti dengan perilaku yang baik dan memberikan hal yang positif bagi makhluk sekitarnya. 8. Motif Sonar Are Sonar are dalam bahasa Madura adalah cahaya matahari. Motif ini hampir mirip dengan motif sonar bulen. Motif ini memiliki motif utama yaitu stilasi dari matahari, daun dan laut. Dan terdapat isen berupa titik dan garis bergelombang tak beraturan Motif ini memiliki makna keikhlasan. Semua makhluk di bumi membutuhkan sinar matahari. Manusia, tumbuhan, dan hewan membutuhkan matahari, dan matahari secara ikhlas memberi cahaya nya tanpa meminta imbalan dari makhluk 9

10 yang membutuhkannya. Motif ini bermakna agar kita mau seperti matahari, membantu sesama tanpa rasa pamrih. Dan lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan. 9. Motif Jaring Samudra Motif ini hampir sama dengan motif batik Situbondo kebanyakan yaitu motif utama stilasi dari kerang dan dua daun. Serta memiliki isen berupa garis dan titik. Motif jaring jaring samudra memiliki makna dan filosofi sebagai penghargaan untuk masyarakat Kabupaten Situbondo yang berprofesi sebagai nelayan. Selain itu motif ini mengandung makna kemakmuran. 10. Motif gelang bahari Motif gelang bahari hampir sama dengan jaring samudra. Yang membedakan motif ini hanya motif utama dan warna. Motif ini adalah hasil stilasi dari kerang, daun, dan bunga dengan isen titiktitik dan garis. Motif ini mencerminkan kegotong royongan masyarakat nelayan. Bahwasanya para nelayan mencari ikan ke laut untuk mencari nafkah mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Motif ini memiliki makna yaitu dengan bersamasama hal apapun akan menjadi mudah, dan dalam hehidupan hendaknya kita manusia harus saling tolong menolong terhadap sesama. Agar hidup kita lebih bermakna hari ini dan nanti. PENUTUP a) Simpulan Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya mengenai keberadaan Batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo; maka, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Batik Situbondo di Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo adalah batik pesisir yang menggunakan motif utama kerang, hal ini dipengaruhi oleh letak geografis daerah Situbondo yang memiliki garis pantai yang sangat panjang yaitu 141 km dan masyarakatnya yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Adapun motif lain yang tidak menggunakan motif kerang ratarata mengangkat kekayaan alam daerah Situbondo yang lainnya. 2) Makna filosofi dari ragam motif batik Situbondo di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo, banyak berisi pesan moral yang banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai agama dan normanorma tradisi yang banyak dianut oleh masyarakat Situbondo. Hal tersebut divisualisasikan melalui simbol-simbol visual yang berkaitan dengan kekayaan flora, fauna dan biota laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Situbondo yang berada di daerah pesisir timur pulau Jawa, yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani. 3) Pengrajin batik di Desa Selowogo hanya menggunakan satu jenis canting yang berdampak pada garis yang dihasilkannya, yaitu mono line. Hal ini secara visual membuat garis dan titik yang dihasilkan kurang memilki dinamika dibanding batik yang menggunakan tiga jenis canting yang sudah ada. b) Saran Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerajinan batik di daerah kabupaten Situbondo disarankan pada para perajin untuk secara rutin mengembangkan ide-ide kreatifitasnya dengan mengeksplorasi kekayaan alam dan budaya lokal daerahnya dalam membuat desain motif. Yang perlu di perhatikan lagi adalah pengembangan batik itu sendiri harus dipikirkan secara matang, dan konsisten sehingga jangan sampai pengembangan itu sendiri akan membuat ciri dan corak khas batik yang sudah ada menjadi hilang. Serta memasukkan makna- makna moral dan nilai-nilai kehidupan dalam motif tersebut. Sehingga motif batik Situbondo kaya akan motif dan pesan-pesan nilai. 10

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut, karena masih banyak hal yang bisa dikaji pada penelitian ini. yang perlu untuk diadakan penelitian lebih lanjut, diantaranya penelitian tentang pola alih keterampilan batik dari generasi tua ke generasi penerus selanjutnya. Agar seni kriya batik Situbondo ini terus berkembang dari generasi ke generasi mendatang. DAFTAR PUSTAKA Furyana, Septyas Arum,dkk. (2013). Inovasi Produk Batik Pesisiran Pada Perusahaan Batik Virdes Di Banyuwangi.(hlm. 1-2). Gede Agung, A.A Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja. Pandan Sari, Rina Keterampilan Membatik untuk Anak. Solo: ARCITA. Sudarmawan, Agus Batik (sebuah tinjauan). Singaraja: STKIP Singaraja. Wulandari, Ari Batik Nusantara. Yogyakarta: ANDI YOGYAKARTA. bondo (diakses 29 Januari 2013) 11

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI PADA BATIK SITUBONDO

TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI PADA BATIK SITUBONDO TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI PADA BATIK SITUBONDO Voni Wijayanti, Hardiman, I Gusti Ngurah Sura Ardana Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Visual Motif dan Makna Simbolis Batik Majalengka yang telah di uraikan, akhirnya peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK PENCIPTAAN Oleh: Agustino Mahfudh NIM : 0711401022 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belalang Masalah Motif batik di Indonesia sejauh ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Motif-motif batik yang ada bukan hanya motif batik resmi yang dipakai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya kain tradisional yaitu Batik. Batik dalam Bahasa Jawa ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa tha yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF GURDHA DALAM KEBAYA MODIFIKASI

PENGEMBANGAN MOTIF GURDHA DALAM KEBAYA MODIFIKASI PENGEMBANGAN MOTIF GURDHA DALAM KEBAYA MODIFIKASI PENCIPTAAN Niken Utami TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014 i PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 1 ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN THE ANALYSIS OF INDUSTRIAL PRODUCTION DEVELOPMENT OF BATIK BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF DI USAHA BATIK MANGGUR PROBOLINGGO

PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF DI USAHA BATIK MANGGUR PROBOLINGGO Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016, 309 316 PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF DI USAHA BATIK MANGGUR PROBOLINGGO Indah Novitasari Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan keanekaragaman suku bangsa, memiliki kekayaan berbagai ornamen yang diterapkan sebagai penghias dalam berbagai benda, seperti lukisan, sulaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi masyarakat yang menghuni kawasan pesisir, laut adalah sumber penghidupan. Dengan keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang memerlukan keterampilan khusus yang dapat menumbuhkan keaktifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia dikenal unik oleh dunia dengan hasil kebudayaannya yang bersifat tradisional, hasil kebudayaan yang bersifat tradisional itu berupa seni rupa, seni

Lebih terperinci

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan dari hasil laut yang dimiliki sangat luar biasa, ini bisa dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan dari hasil laut yang dimiliki sangat luar biasa, ini bisa dibuktikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara bahari atau disebut juga negara kelautan, kekayaan dari hasil laut yang dimiliki sangat luar biasa, ini bisa dibuktikan dengan adanya penemuan

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis 29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik

Lebih terperinci

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga). BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL PROYEK TUGAS AKHIR : MUSEUM BATIK PEKALONGAN Merancang Museum Batik dengan mentransformasikan motifbatik JIamprang kedalam karakter bangunan. 1.2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA A. Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok 1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok Awal

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON 1 Suryaningsih, 2 Febry Chrisdanty Abstrak Salah satu bentuk budaya yang saat ini sedang berkembang cukup pesat di Probolinggo

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini batik menjadi suatu hasil budaya yang penting dan banyak dibicarakan, karena batik secara resmi diakui oleh United Nations Educational, Scientific

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang 15 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif dengan sumber ide Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

Kajian Batik Tulis Riau

Kajian Batik Tulis Riau Kajian Batik Tulis Riau Oleh : Ria Enita Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Batik tulis adalah seni melukis yang di lakukan di atas kain dengan menggunakan lilin atau malam

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. UNESCO juga menyatakan bahwa batik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci