BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Wastra batik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Wastra batik"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Penelitian budaya merupakan topik yang sangat menarik, hingga kapan pun tema budaya tidak akan pernah habis untuk diteliti dan dikaji. Salah satunya adalah budaya dalam wastra batik yang sampai saat ini masih sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Wastra batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar (Depperindag,1997:47). Kata wastra dalam wastra batik yang dimaksud merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti sehelai kain yang sarat makna dan mengandung simbol-simbol (Utomo, 1999:14). Indonesia memperoleh pengakuan dan penghargaan Unesco pada tanggal 2 oktober 2009, sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Humanity. Makna penghargaan tersebut menarik untuk diperhatikan bahwa Unesco memberikan penghargaan kepada wastra batik Indonesia sebagai masterpiece of humanity. Tersirat dalam istilah itu pengertian bahwa penghargaan kepada batik Indonesia tidak didasari oleh penilaian artistik semata, melainkan terlebih pada nilai kemanusiaan yang terbentuk dalam dan melalui seluruh rangkaian proses (Lastoro, 2013: V). 1

2 2 Wastra batik merupakan sebuah hasil karya seni terpadu yang indah dan unik, yang menjadikannya bagian dari warisan leluhur yang sangat dibanggakan. Keunikannya sudah dimulai dari kata batik itu sendiri. Kata yang sangat singkat yang menurut lafal aslinya seharusnya diucapkan sebagai bathik, ternyata memiliki begitu banyak segi, yang masing-masing serba unik (Siswomiharjo, 2011: 1). Siswomiharjo menuturkan bahwa keagungan wastra batik terletak pada proses panjangnya, yaitu sejarah, tradisi, dan filosofi. Jadi bukan hanya sekedar mengecap dan mencetak. Hal ini yang merupakan pembeda dari kain bergambar lainnya. Seperti halnya sebuah karya sastra lainnya pasti mempunyai latar belakang dan tujuan tertentu dalam membuat sebuah corak atau motif, begitu pula wastra batik. Wastra batik mempunyai beribu-ribu motif yang ditemukan sampai sekarang. Keunikan motif wastra batik bersifat dinamis, berkembang sesuai dengan perkembangan jaman sesuai dengan pengalaman psikologis dari pembatik sendiri (Laksono, 2005: 5). Wastra motif batik merupakan wujud keseluruhan kerangka gambar. Motif-motif batik disebut juga corak batik atau pola batik. Polapola batik juga sangat beragam dan sangat detail dengan pembuatannya yang sangat rumit dan sulit membuat batik menjadi karya bernilai seni tinggi. Begitu beragamnya motif atau pola batik sehingga penggunaannya pun beragam. Kegunaan batik pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang merupakan aset budaya yang memiliki dinamika tersendiri.

3 3 Dinamika ini akan membuat batik mampu beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Hal ini memberikan menjelaskan bahwa dalam tradisi membatik sangat dinamis dan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Batik terutama di pulau Jawa memiliki ragam yang berbeda-beda, di antaranya yakni batik pesisir dan batik pedalaman. Batik pesisir adalah batik dari utara pulau Jawa yakni Cirebon, Pekalongan, Madura, Lasem, Indramayu, Semarang, Tuban, Kendal, Banten dan Madura yang sampai sekarang trus mengalami perkembangan dengan berbagai kreasi secara bebas dan terbuka. Batik pedalaman atau sebut wastra batik klasik berasal dari Yogyakarta dan Surakarta berbeda jika dibandingkan dengan batik pesisir. Motif wastra batik klasik atau pedalaman merupakan motif yang cukup disakralkan karena banyak sekali menyimpan sejarah dan latar belakang yang unik pada masanya. Wastra batik klasik sampai saat ini masih menjadi topik yang menarik untuk dipelajari karena masih menyimpan banyak kekayaaan makna tersirat secara filosofis dalam motif-motifnya dan cenderung memiliki makna yang lebih dalam dibanding dengan batik pesisir (Djoemena, 1986: 9). Wastra batik Klasik diperkirakan sudah berkembang pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma di Mataram awal abad ke- 17. Pada masa itu Sultan agung menciptakan pola yang sebagian besar

4 4 kemudian dikenal sebagai pola larangan (Asmaramurti, 2005: 1). Wastra batik klasik sebagai karya seni para pembatik merupakan pengejawantahan kondisi yang melingkarinya, yaitu apa yang diungkapkan merupakan curahan perasaan dan pemikiran terhadap kekuatan dari luar dirinya. Para pembatik menghasilkan rancangan batik melalui proses pengendapan diri, meditasi untuk mendapatkan bisikan-bisikan hati. Membatik dalam arti batik tulis bukan hanya aktifitas fisik tapi mempunyai dimensi kedalaman, mengandung do a atau harapan dan pelajaran (Laksono, 2005: 20). Wastra batik klasik, tidak sekedar keindahan yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan atau disebut sebagai keindahan visual, namun juga tersirat keindahan spiritual atau makna berupa pesan atau ajaran para leluhur pencipta pola yang disampaikan lewat motif besar maupun kecil, yang masing-masing merupakan lambang (Prasetyo, 2010: 49). Hal ini dapat dipahami bahwa keindahan motif batik klasik melampaui apa yang dilihat secara visual, karena di dalamnya mengandung keindahan intuitif yang mendalam, sarat akan makna. Wastra batik klasik dengan segala perlambang dari hasil pengendapan diri dari penciptanya, menghasilkan sebuah karya yang dapat ditelusuri sebagai serat-serat kehidupan. Pembatik merangkainya dalam kerangka anyaman peristiwa selaras dengan kenyataan hidup sehingga menjadikan batik tidak hanya indah dan tinggi nilainya tetapi juga menunjukkan betapa bangsa Indonesia kaya perbendaharaan simbolik (Anas, 1995: 32).

5 5 Wastra batik klasik memiliki corak yang banyak, corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikan kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis wastra batik klasik dengan ciri kekhususannya masing- masing, Wastra batik merupakan budaya secara turun - temurun penuh makna filosofi mendalam yang merupakan salah satu warisan luhur bangsa Indonesia (Prasetyo,2010: 2). Hal ini membuat batik semakin perlu dikembangkan dan upayakan agar benar-benar menjadi milik Indonesia agar menuju pada cita-cita tersebut perlu upaya pengenalan ragam batik, corak batik, pola batik dan pesan luhur yang tersirat di dalamnya. Wastra batik klasik atau batik pedalaman seperti yang telah dijelaskan memiliki banyak jenis, salah satu wastra batik tertua adalah wastra batik kawung (Prasetyo, 2010: 50). Wastra batik kawung sangat dikenal di kalangan masyarakat karena bentuknya yang sederhana dan khas, bentuk dasarnya berupa empat lingkaran oval yang hampir menyentuh secara simetri yang sarat akan makna perlambang. Hal ini dibuktikan bahwa bentuk motif ini sudah terpahat pada candi-candi yang menurut catatan sejarah didirikan berabat-abad yang lalu (Prasetyo, 2010: 10). Wastra batik kawung merupakan salah satu motif batik klasik yang memiliki banyak keunikan dibandingkan motif batik lainnya, dengan bentuk sangat sederhana namun mimiliki kekayaan makna.

6 6 2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada bagian pendahuluan tersebut maka peneliti dapat merincikan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa makna yang tersimpan dalam wastra batik kawung? 2. Apa pandangan tentang manusia dalam filsafat manusia? 3. Apa hakikat wastra batik kawung dalam perspektif filsafat manusia? 3. Keaslian Penelitian Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitianpenelitian yang ada, terdapat berbagai penelitian yang serupa baik dalam objek materialnya maupun objek formalnya, beberapa tulisan yang terkait dengan tema penelitian ini antara lain : a. Suprianti, Upik Ajaran Moral Masyarakat Jawa yang Terkandung dalam Keindahan Motif Semen Tradisional, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini mengulas tentang batik semen secara spesifik mulai dari ornamen, macam-macam motif ditinjau dari ajaran moral dalam masyarakat Jawa, analis dalam skripsi ini lebih condong pada etika.

7 7 b. Laksono, D Nilai Estetika Seni Batik Tulis Klasik Jateng. Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini memaparkan tentang nilai, estetika, namun dalam penelitian ini hanya mengulas secara umum dan garis besar semua yang masuk dalam kategori batik pedalaman. Tidak ada ulasan spesifik mengenai masing-masing jenis-jenis batik. c. Prasetyo, Anindito Batik Karya Agung Warisan Budaya indonesia. Yogyakarta: Pura Pustaka, buku ini membahas mengenai sejarah batik, jenis-jenis batik berdasarkan daerah, dan menjelakan pola-pola batik secara umum. d. Anas Batik Indonesia. Yogyakarta: PT Golden Trayon Press, buku ini membahas mengenai sejarah, macam-macam batik, dan penggolongan batik menurut wilayah. e. Djoemena Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djembatan, buku ini membahas mengenai makna-makna yang terkandung dalam setiap motif batik, namun dalam buku ini makna yang disampaikan hanya makna-makna secara garis besar, tidak dibahas secara detail dan spesifik. f. Kawendrasusanta,K.2010.Motif Batik dalam Pandangan Hidup Masyarakat Jawa. Jakarta: Lentera, buku ini membahas tentang

8 8 keragaman batik yang terdapat di Jawa dan mengungkap makna filosofi hanya mencakup secara garis besar. g. Pramono, K Nilai Kearifan Lokal Dalam Batik Tradisional Kawung. Laporan Penetilian, Yogyakarta: Fakutas Filsafat UGM. Penelitian ini mengungkap nilai-nilai dari batik kawung berdasarkan kearifan lokal. 4. Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini diharapkan mampu memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : a. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih besar dalam ilmu pengetahuan dalam memahami pesan-pesan luhur yang tersirat dalam wastra batik kawung. b. Bagi Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kajian pustaka filsafat bagi mahasiswa dan akademisi filsafat terutama pada filsafat yang membahas mengenai manusia dan kearifan luhur tentang batik terutama wastra batik kawung

9 9 c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan budaya tentang makna yang terkandung di dalam wastra batik kawung. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini berupaya untuk menjawab persoalan yang telah dipaparkan rumusan masalah yang terdapat pada bagian pendahuluan. Berikut adalah tujuan dari penulisan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan makna yang terkandung dalam wastra batik kawung. 2. Memaparkan secara deskriptif pandangan tentang manusia dalam filsafat manusia. 3. Mengungkap hakikat yang terkandung dalam wastra batik kawung. C. Tinjauan Pustaka Batik tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Sejak masih ada di kandungan, lahir, remaja, dewasa, menikah, berumah tangga sampai meninggal dunia, batik selalu menyertai dalam ritual-ritualnya. Pentingnya peranan batik ini dipahami dari seringnya kehadiran batik dalam berbagai kegiatan adat, tradisi, dan ritual budaya kehidupan masyarakat. Motif batik sebagai wastra diciptakan dengan pesan dan

10 10 harapan yang tulus dan luhur, semoga akan membawa kebaikan dan kesejahteraan serta kebahagiaan bagi pemakai (Pramono, 2012: v). Wastra motif batik tradisional kebanyakan bersifat monumental dari alam dan lingkungan sekelilingnya, hal tersebut merupakan imajinasi dari agama dan kepercayaan pencipta (Indarmaji, 1983: 12). Pada waktu motif batik tradisional diciptakan, terkandung keindahan dan makna filosofis yang berguna yang berguna bagi kebaikan hidup manusia (Susanto, 1980, ). Hamzuri (2000:55) dalam bukunya Warisan Tradisional itu Indah dan Unik, menerangkan secara luas tentang keindahan ragam hias, terutama ragam hias tradisional atau ragam hias Klasik. Ragam hias tradisional diketahui bahwa manusia dalam sejarahnya tidak membuang apa saja kesempatan yang dilihat, dirasa, dipikirkan. Semua yang dilihat di alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan hidup jasmaniah maupun kebutuhan hidup rohaniah. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait dengan penelitian ini adalah Ajaran Moral Masyarakat Jawa yang Terkandung dalam Keindahan Motif Semen Tradisional, oleh Upik Supriyati,1988. Nilai Estetika Seni Batik Tulis Klasik Jateng, oleh Sartono Dwi Laksono, Laporan Penelitian berjudul Nilai Kearifan Lokal Dalam Batik Tradisional Kawung.

11 11 Hasil Penelitian yang telah dicapai oleh Upik Supriyati,1988, Program studi ilmu filsafat, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini mengulas tentang seluk beluk batik semen secara spesifik mulai dari ornamen, macam-macam motif ditinjau dari ajaran moral dalam masyarakat Jawa, analisis dalam skripsi ini lebih condong pada etika. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam batik semen tercermin pandangan hidup masyarakat jawa yang mempunyai konsep kosmologi yaitu sikap yang memandang kosmos sebagai kesatuan kekuasaan antara alam, masyarakat dan adi kodrati yang didalamnya manusia menempatkan diri dalam keselarasan terhadap kosmos, sedang dalam antropologi yaitu sikap yang memandang pengalaman keakuan yang terpusat pada batin sebagai proses untuk menuju titik persatuan dengan Tuhan, konsep kekuasaan yaitu sikap yang memandang kekuasaan sebagai ungkapan kekuasaan Illahi yang bersifat satu dan meresapi seluruh kosmos, serta konsep moral yaitu sikap yang memandang perbuatan manusia merupakan ungkapan budi yang mengacu pada perbaikan, keutamaan, dan keluhuran. Konsep konsep tersebut diatas didapatkan dari orgamen dan warna yang tergambar pada batik semen. Hasil penelitian yang dicapai oleh Sartono Dwi Laksono, 2005, menjelaskan tentang estetika dan seni dari berbagai sudut pandang dan aliran-aliran, dalam segi estetis mengungkap dimensi keindahan seni batik klasik dari segi fisual maupun simbolisnya. Seni ornamen mengandung banyak makna perlambang terutama mengenai kepercayaan, namun dalam

12 12 penelitian ini hanya mengulas secara umum atau garis besar dari semua ragam batik yang masuk dalam kategori batik pedalaman, tidak ada ulasan spesifik mengenai masing-masing jenis-jenis batik, hanya ulasan umum mengenai sejarah kemunculan dan perkembangan dikelompokkan berdasarkan daerah asal batik. Hasil penelitian yang dicapai oleh Kartini Pramono tahun 2012, penelitian ini mengungkap nilai-nilai dari batik kawung berdasarkan kearifan lokal, bahwa dalam batik kawung mengandung makna tentang tatanan dalam masyarakat terkait sistem pemerintahan, perekonomian, dan sedikit pandangan etika mengenai manusia bahwa manusia harus senantiasa berbuat baik dengan sesama. D. Landasan Teori Penelitian tentang hakikat manusia sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno dan penelitian tentang manusia tidak akan berhenti selama manusia itu ada. Hal yang menarik dari penelitian atas hakikat manusia adalah kedudukan manusia dalam penelitian tersebut. Kedudukannya sangat unik, yaitu bahwa manusia menyelidiki kedudukannya sendiri di dalam lingkungan yang diselidiki pula (Poedjawiyatna, 1970: 50). Kata manusia menurut Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat dalam bahasa Inggris disebut man yang berasal dari bahasa Anglo- Saxon, man. Arti dari kata ini tidak jelas, tidak ada arti yang pasti, namun pada

13 13 dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin) yang berarti ada yang berfikir (Bagus, 1967: 564). Manusia dalam pembahasannya sebenarnya sama saja kalau membicarakan tentang pandangan hidup seseorang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disesuaikan dengan ragam sifat manusia dan latar belakang kehidupan sehari-hari yang mempengaruhinya. Manusia dalam kesadarannya adalah individu yang mampu melihat terhubungan dan saling berkaitan antara alam, sesama dan sebagai mahkluk Tuhan. Manusia selalu berupaya mewujudkan harapan kearah yang luhur, oleh karena itu, kemampuan manusia mencakup cipta, karsa dan rasa (homo sapiens), kemampuan yang ini berpenaruh pada pemenuhan hidup manusia bagi dirinya dan sesuatu di luar dirinya. Homo sapiens mencakup dua tesis, yaitu animal rasionale yaitu manusia adalah binatang yang berakal. Animal symbolicum maksudnya yaitu manusia adalah binatang yang mengenal, menggunakan simbol, salah satunya diwujudkan dalam bentuk hasil karya dan budaya yang tidak dapat terlepas dengan peradaban manusia, seperti hal dalam seni membatik, batik bukan hanya seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya namun juga keunikannya yang mengandung pemahaman filosofis mendalam. Manusia dengan segala tindakan dan upayanya menciptakan sesuatu dengan penuh kesadaran, sehingga akan menegaskan eksistensi kediriannya. Eksistensialisme merupakan tekanan pada eksistensi manusia,

14 14 yang membedakan kualitas-kualitas secara individual dan tidak memandang manusia secara abstrak dan umum. Inti dari pandangan eksistensialisme adalah cara pengada manusia yang khas di tengah-tengah makhluk yang lain, bagi kaum eksistensialis, keunikan manusia merupakan tekanan manusia sebagai eksistensi (Snijders, 2004: 23). Manusia merupakan ukuran segala sesuatu yang ada di dunia ini, maka terdapat hubungan antara manusia sebagai pemberi nilai dengan hal di luar dirinya, sehingga mampu berkomunikasi penuh arti membentuk simbol-simbol tertentu, seperti halnya dalam budaya wastra batik terdapat unsur rupa dan unsur visual. Keberadaan karya seni rupa adalah karena tampilnya unsur-unsur rupa yang secara fisik dapat dilihat antara lain terdapat pada garis, bidang, bentuk, ruang warna, tekstur dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut tercipta dalam karya seni untuk mewujudkan citra tertentu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan atau ingin dikemukakan (Yudhoseputro, 1994: 167). Unsur-unsur tersebut mengungkap makna bahasa perlambangan dari penciptanya. Bagi orang yang telah terbiasa berkomunikasi dengan karya seni, nilai sebuah karya seni rupa tidak hanya terbatas pada keindahan rupa semata-mata, melainkan juga melalui makna secara filosofis (Yudhoseputro, 1994: 164). Manusia dalam hubungaan dengan berbagai dimensi dalam masyarakat bukan merupakan dua realitas yang asing, melainkan membentuk horison dinamis dalam hubungan yang dialektis, saling memajukan dan saling memperkembangkan, merupakan sebuah upaya

15 15 mewujudkan tujuan, menciptakan, menggali potensi, gagasan, ide dan kesanggupan manusia untuk mewujudkan dirinya membentuk kebudayaan objektif dalam realitas nilai-nilai budaya, meningkatkan derajat manusia dalam berakal budi, yang mampu mempertanggungjawabkan segala tindakannya, segala kebebasannya dan bahkan keterbatasannya. Manusia terus melakukan aktualisasi untuk menemukan dan mengembangkan identitas (Siswanto, 2005: 98-99). E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Bahan penelitian didapatkan dari pustaka yang berkaitan dengan objek material dan objek formal penelitian. Data kepustakaan dapat dibagi menjadi kepustakaan primer dan kepustakaan sekunder: a. Bahan data primer objek material 1) Anas Batik Indonesia, jakarta: PT Tarakan Press. 2) Djoemena Ungkapan Sehelai Batik, Jakarta: Djambatan. 3) Hamzuri Batik Klasik (Classical Batik), Yogyakarta: Djambatan. 4) Kawendrasusanta Motif Batik dalam Pandangan Hidup Masyarakat Jawa, Yogyakarta: Lembaga Javanologi.

16 16 5) Siswomiharjo,D Pola Batik Klasik Pesan Tersembunyi yang Dilupakan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 6) Musman, Asti & Ambar, B Batik Warisan Adi Luhung Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Andi b. Bahan data primer objek formal 1) Adelbert Antropologi Filsafat, Manusia, Paradoks dan Seruan, Yogyakarta: Kanisius. 2) Siswanto, Dwi Alam Pemikiran Filsafat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Raya. 3) Poejawiyata Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia). Jakarta: Bina Aksara. 4) Sujarwa Manusia dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama, Yogyakarta: Pustaka Belajar. 5) Sudarminto Sebuah Refleksi Atas Manusia Sebagai Pribadi dalam Driyarkara, STF,Jakarta, Tahun III No.4,30 September. c. Bahan sekunder 1) Skripsi yang mengangkat tema yang sama dan menggunakan objek material mengenai wastra batik klasik atau pedalaman. 2) Artikel, jurnal, karya ilmiah, majalah dan media lain yang mengulas tentang wastra batik.

17 17 2. Tahapan Penelitian Penelitian ini dijalankan berdasarkan beberapa tahapan yaitu: 1. Inventarisasi dan kategorisasi, yaitu pengumpulan dan kepustakaan sebanyak mungkin dan penunjang lainnya yang bersangkutan dengan mengkategorikan data yang dikumpulkan sesuai objek material berupa wastra batik kawung dan objek formal penelitian berupa konsep filsafat manusia. 2. Tahap pengolahan data, yaitu mencakup pengolahan data-data yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan penguraian masalah sesuai dengan objek formal wastra batik kawung dan material konsep filsafat manusia yang selanjutnya dideskripsikan dan dilakukan analisis kritis 3. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian, yaitu melakukan penyusunan data ke dalam bentuk laporan penelitian yang sistematis dan objektif. Pada tahapan ini peneliti melakukan refleksi kritis atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. 3. Analisis Hasil Analisis data pada penelitian ini mengacu pada buku Metodologi Penelitian Filsafat karangan Anton Bakker dan Achmad

18 18 Charris Zubair tahun Adapun unsur-unsur yang digunakan sebagai berikut: 1. Deskripsi Menguraikan hasil pemahaman secara sistematis tentang data mengenai wastra batik kawung dan konsep manusia dalam filsafat manusia. tujuan adalah memperoleh gambaran yang jelas mengenai topik penelitian. 2. Interpretasi Melalui unsur metodis ini mampu menginterpretasikan dan memahami secara mendalam tentang konsep manusia yang terkandung dalam wastra batik kawung. 3. Holistika Data yang telah dikumpulkan akan dilihat secara keseluruhan sehingga diperoleh pemahaman dan analisis yang tepat. 4. Analisis Melalui unsur metodis ini, peneliti menganalisis tentang makna dalam wastra batik kawung dalam perspektif filsafat manusia. F. Hasil Yang Dicapai 1. Konsep makna yang terkandung dalam wastra batik kawung disamping mempunyai keindahan rupa (visual) yang diperoleh bila

19 19 dipandang mata, wastra batik kawung juga memiliki makna secara filosofis (kejiwaan) yang terkandung dalam sejarah, nama batik, warna, dan motif. 2. Pandangan mengenai manusia dalam filsafat manusia yang terkandung dalam wastra batik kawung. 3. Pandangan mengenai manusia dalam wastra batik kawung, bukan hanya sebagai karya semata, melainkan juga merupakan hasil kebudayaan yang mempunyai makna simbolik konsep manusia dalam menjalani hidup. G. Sistematika Penulisan Penulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab 1 berisi pendahuluan yang mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang pembahasan objek material yang terdiri dari pengertian, sejarah, dan penggolongan wastra batik secara umum, kemudian secara lebih spesifik mengulas sejarah asal usul dan ragam motif wastra batik kawung.

20 20 Bab III berisi uraian sistematis mengenai objek formal filsafat manusia meliputi tesis-tesis tentang manusia, uraian konsep komunikasi manusia melalui simbol, dan dimensi-dimensi manusia. Bab IV berisi tentang analisis kritis pandangan tentang manusia secara utuh mulai dari dalam berbagai dimensi yang mencakup tahapan kehidupan mansuia kelahiran, menjalani kehidupan sampai pada kematian dalam wastra batik kawung. Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dengan meringkas secara garis besar pembahasan penelitian dan saran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan keanekaragaman suku bangsa, memiliki kekayaan berbagai ornamen yang diterapkan sebagai penghias dalam berbagai benda, seperti lukisan, sulaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk dari eksplorasi alam maupun kebudayaan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia dikenal unik oleh dunia dengan hasil kebudayaannya yang bersifat tradisional, hasil kebudayaan yang bersifat tradisional itu berupa seni rupa, seni

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Seperti halnya Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari bahasa, makanan, pakaian sampai kebudayaan yang beraneka ragam. Begitupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan makanan tradisional pada umumnya tidak terlepas dari adat istiadat suatu masyarakat tertentu. Sehingga makanan tradisional dapat menjadi cerminan budaya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak BAB V PENUTUP Kesimpulan Karya seni merupakan perwujudan dari ide, imajinasi, kreatifitas diri, dan luapan emosi jiwa manusia yang dicapai melalui proses penciptaan karya seni. Tidak mudah bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kelom Geulis merupakan produk kerajinan masyarakat Tasikmalaya hasil kreatifitas yang memiliki nilai fungsi sekaligus memiliki nilai estetis. Kelom diambil

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilson menyatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan tentang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercemin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kepedulian seseorang terhadap sesuatu yang dapat menginterpretasikan

BAB V PENUTUP. kepedulian seseorang terhadap sesuatu yang dapat menginterpretasikan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menciptakan sebuah karya merupakan hasil luapan jiwa, gagasan dan kepedulian seseorang terhadap sesuatu yang dapat menginterpretasikan sebuah pengalaman, kesenangan, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME Maully Syifa Devinta, Ni matul Azizah, Reny Hanim Anggraini A. Pengertian Epistemologi. Epistemologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci