BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berbagai proses di suatu perusahaan dari perspektif agen utama.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berbagai proses di suatu perusahaan dari perspektif agen utama."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Keagenan Teori Keagenan merupakan salah satu paradigma teoritikal yang paling penting di akuntansi manajemen selama 25 tahun terakhir. Konsepnya menyediakan kerangka teoritis yang kaya untuk memahami berbagai proses di suatu perusahaan dari perspektif agen utama. Jensen (2000) dalam Bouckova (2015) mendefinisikan hubungan keagenan, seperti hubungan kontraktual di mana satu orang atau lebih (prinsipal) mempekerjakan satu atau lebih orang (agen) untuk melakukan beberapa tindakan yang menguntungkan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran prinsipal. Teori keagenan mengasumsikan bahwa ada hubungan kontrak dan oleh karena itu kedua pihak kontraktor, salah satu pihak dapat digambarkan sebagai prinsipal, direktur, pengawas, dan kemudian sisi lain agen sebagai bawahan. Prinsipal mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen dan berharap bahwa agen akan melakukan tindakan tertentu dalam pertukaran penghargaan. Prinsipal dan agen dianggap orang ekonomi yang rasional dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, yang bervariasi, tergantung pada preferensi, keyakinan dan informasi. Prinsipal diharapkan dapat memberikan modal dan menanggung risiko, sementara itu, agen diharapkan dapat melakukan tugas, membuat 8

2 9 keputusan dalam mendukung prinsipal dan mengambil risiko juga (Lambert, 2001) dalam Bouckova (2015). Hubungan agensi yang sudah dideskripsikan di atas menimbulkan masalah fundamental, yang terjadi terhadap perilaku dari agen dan keinginannya untuk memaksimalkan fungsi kegunaannya sendiri, yang tidak konsisten terhadap tujuan prinsipal. Menurut Akerlof (1970), teori keagenan dikarakteristikan dengan asimetri informasi, moral hazard, dan adverse selection. Asimetri informasi muncul ketika salah satu pihak dengan informasi yang lebih baik dibandingkan sisi lain. Sebaliknya, satu pihak yang lebih tua dari teori ekonomi didasarkan pada kesadaran yang sempurna dari pihak kontraktor. Dalam kasus asimetri informasi satu pihak memiliki keunggulan informasi dari yang lain, situasi ini muncul di pasar normal. Dalam kebanyakan kasus, itu adalah agen yang memiliki keunggulan informasi melebihi prinsipal, alasannya mungkin keterlibatan langsung dalam operasi sehari-hari perusahaan. Asimetri informasi dapat dilihat sebagai bentuk kegagalan pasar, yang menyebabkan alokasi yang tidak efisien dari sumber daya yang tersedia. Asimetri informasi mengarah pada pembentukan dua masalah spesifik teori keagenan. Keberadaan asimetri informasi dapat mengakibatkan moral hazard, di mana salah satu pihak mengeksploitasi asimetri informasi untuk keuntungan mereka sendiri. Prinsipal memiliki peluang terbatas untuk memantau perilaku agen dan mengevaluasi kinerja manajer hanya dengan hasil. Dalam kasus tersebut, agen (manajer) mungkin tergoda untuk menolak tugasnya karena prinsipal

3 10 tidak dapat memantau dan mendeteksi seperti perilaku tanpa menimbulkan biaya tambahan untuk memantau kegiatan agen. Asimetri informasi juga dapat menyebabkan adverse selection, yang timbul dari kurangnya informasi. Prinsipal tidak bisa menilai efektivitas perilaku agen karena kurangnya informasi. Sebuah contoh mungkin situasi di mana tugas agen itu sendiri begitu sangat kompleks dan jika agen tidak mempresentasikan kemampuannya tetapi prinsipal tidak dapat memastikan kemampuan sebenarnya dari agen, baik pada saat perekrutan atau bahkan saat agen bekerja pada proyek. Hal ini dapat mengarah pada fakta bahwa prinsipal memilih agen bukan yang paling tepat untuk proyek/posisi tertentu. 2. Board Diversity Board Diversity dipercaya dapat memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Carter et al. 2003). Keberagaman dalam board dapat memberikan masukan dari berbagai pengalaman, persepsi atau pandangan yang berbedabeda dari anggota board. Jika dalam anggota board hanya berasal dari 1 golongan maka ada kemungkinan akan mendapatkan pemikiran sinlge minded, dapat diperkirakan dan tidak fleksibel. Manfaat keberagaman telah dibuktikan bahwa kelompok board dengan keanekaragaman yang lebih besar cenderung memiliki kinerja yang lebih baik daripada kelompok board yang homogen, meskipun orang-orang di dalamnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Pendapat yang bertolak belakang, Hambrick et al, (1984) menyatakan perbedaaan budaya, etnik

4 11 atau jenis kelamin dalam manajemen puncak akan menyebabkan banyak konflik, meskipun pada akhirnya mendapatkan hasil keputusan yang lebih baik. Hal ini tidak akan relevan atau sebanding karena banyaknya konflik menyebabkan lambatnya dalam pengambilan keputusan sedangkan perusahaan berada pada pasar yang quick responses. Board of director adalah sekelompok orang-orang terpilih yang tanggung jawab utamanya adalah untuk memastikan kinerja terbaik dari organisasi, board of director juga bertanggung jawab untuk meninjau misi, visi, nilai-nilai, kebijakan dan keputusan strategis yang mempengaruhi kesejahteraan organisasi. Perencanaan strategis, pengembangan tujuan dan sasaran, dan pengukuran kinerja manajemen terhadap tujuan dan sasaran adalah salah satu arah strategis peran seorang board (Walker, 1999) dalam Sener & Abubakar (2014). Board of commissioner adalah organ perusahaan yang memiliki tugas dan bertanggung jawab secara kolektif dalam melakukan pemantauan dan dalam memberikan saran kepada direksi dan dalam memastikan bahwa perusahaan melakukan GCG dengan baik. Board of commissioner tidak diperkenankan untuk mengambil bagian apapun dalam mengambil keputusan operasional. Status masing-masing anggota board of commissioner termasuk kepala commissioner adalah sama. Tugas kepala commissioner sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan board of commissioner. Board juga memberikan dukungan kepada CEO dalam perumusan strategi. Teori pengelolaan menunjukkan bahwa keragaman

5 12 board dapat memberikan CEO beragam sumber daya berharga dan wawasan berharga tentang strategi dan inovasi. Perbedaan di antara latar belakang anggota board mungkin mempromosikan pembagian perspektif yang berbeda, menyajikan jangkauan solusi dan kriteria keputusan yang lebih luas (Eisenhardt & Bourgeois, 1988) dalam Bouckova (2015). Wiersema dan Bantel (1992) dalam Sener et al. (2011) menunjukkan bahwa atas heterogenitas tim manajemen di latar belakang pendidikan dikaitkan dengan perubahan besar dalam strategi diversifikasi perusahaan. Board diversity dapat dianggap sebagai sumber untuk keunggulan kompetitif. Menurut pandangan berbasis sumber daya perusahaan, terdapat hubungan positif antara keanekaragaman dan kinerja organisasi (Barney, 1991). Sejak kinerja organisasi secara langsung berhubungan dengan bagian atas pengelolaan organisasi, penelitian tentang manajemen keragaman demografi merupakan topik penting. Keragaman demografi board disebut sebagai susunan anggota board dalam hal variabel yang berbeda seperti gender, usia, kebangsaan, etnis, latar belakang pendidikan dan pengalaman (Erhardt et al, 2003). Teori dari ekonomi, perilaku organisasi, dan psikologi sosial memberikan beberapa pemahaman tentang sifat hubungan antara board diversity dan kinerja keuangan. Teori ketergantungan sumber daya menunjukkan bahwa keragaman memiliki potensi untuk meningkatkan informasi yang diberikan oleh board ke manajer karena informasi yang unik yang dimiliki oleh board yang beragam. Sebaliknya, teori-teori dari psikologi sosial menunjukkan bahwa pengambilan

6 13 keputusan mungkin lebih lambat dan lebih bertentangan dengan board yang beragam. Pentingnya latar belakang dan karakteristik bebas dari seorang board semakin diakui. Menurut Ingley dan Van der Walt (2003) dalam Meca et al. (2015), konsep keanekaragaman berhubungan dengan komposisi board dan kombinasi beragam atribut, karakteristik dan keahlian disumbangkan oleh anggota board individu dalam kaitannya dengan proses dan pengambilan keputusan seorang board. 3. Board Gender Diversity Gender diversity diyakini untuk meningkatkan monitoring board karena mempekerjakan board dari berbagai latar belakang dengan menambahkan beberapa aspek keragaman. Wanita juga cenderung mengambil peran mereka sangat serius di ruang rapat, yang dapat menyebabkan perilaku yang lebih baik dan pemerintahan yang lebih baik (Singh dan Vinnicombe, 2004) dalam Low et al. (2015). Munculnya wanita baik sebagai konsumen, sebagai pemimpin dalam bisnis dan masyarakat, dan menempati porsi mayoritas dibandingkan pria, pentingnya representasi wanita di board perusahaan dan peran mereka dalam menyediakan dan mengamankan sumber daya baru-baru ini diklaim jelas (Burke and Mattis, 2000) dalam Low et al. (2015). Mendukung teori ini, Hillman et al. (2007) dalam Low et al. (2015) menemukan bahwa wanita di board perusahaan lebih cenderung dalam industri yang didominasi oleh karyawan wanita, dan memiliki hubungan dengan perusahaan lain dengan anggota board wanita.

7 14 Keterwakilan wanita di board juga rendah karena wanita kurang masuk ke lingkungan para pria (Jenner et al., 2008) dalam Fitzssimmons (2012). Ini tetap menjadi masalah yang signifikan mengenai penunjukan wanita untuk posisi board karena begitu banyak tergantung pada akses ke jaringan informal. Wanita berpendapat bahwa mereka lebih memperhatikan komunikasi, kolaborasi, pengembangan personil dan jaringan, dan lebih mungkin untuk menjadi pemimpin transformasional dengan perilaku komunal mereka yang selaras (Eagly et al., 2003). Carter et al. (2003) juga menyatakan bahwa board dengan keragaman gender dilengkapi dengan pemahaman yang lebih baik dari pasar dan dengan demikian memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik. Demikian pula, perusahaan dalam survei McKinsey merasa bahwa keragaman gender membantu dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan klien wanita dan dalam memperoleh wawasan wanita tentang pola pembelian konsumen (Süssmuth-DYCKERHOFF et al., 2012) dalam Low et al. (2015). Francoeur et al. (2008a) dalam Low et al. (2015) menunjukkan bahwa peningkatan legitimasi dari pemilihan direksi wanita untuk board perusahaan dapat membawa keuntungan bisnis dan akibatnya meningkatkan kinerja keuangan. (Yukl, 2002) menunjukkan bahwa sementara tidak ada perbedaan secara keseluruhan dalam efektivitas antara wanita dan pria, ada beberapa perbedaan perilaku berkaitan dengan gender dan keterampilan dalam beberapa situasi.

8 15 4. Board Nationality Diversity Nationality pada director dan commissioner adalah salah satu karakteristik utama diversity. Meningkatnya internasionalisasi bisnis mengarah ke permintaan yang lebih tinggi untuk director dan commissioner yang memiliki pengetahuan dan kontak yang diperlukan di pasar luar negeri untuk menghubungkan perusahaan dengan konteks yang berbeda dari negara-negara di mana ia beroperasi (Carpenter et al., 2001). Literatur menunjukkan bahwa director dan commissioner dengan kebangsaan asing melampaui kontribusi keuangan dan meluas ke penyediaan keahlian manajerial dan kolaborasi teknis, meningkatkan kreativitas dan inovasi. Board dengan kebangsaan yang berbeda memperkenalkan heterogenitas ide, pengalaman dan sudut pandang. Selanjutnya, diversity pada board dapat mengurangi asimetri informasi dan biaya agensi yang terkait; meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan domestik dengan meningkatkan calon investor dan peluang pembiayaan; dan memperluas arus lintas batas pengetahuan dan teknologi (Fogel et al., 2013). 5. Board Age Diversity Memperhatikan usia pada seorang board di suatu bank, ketika usia seorang board tersebut meningkat maka kemampuan intelektualnya juga ditingkatkan sebagai hasil dari pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh dari posisi, serta prestasi di bidang pendidikan. Namun, board dengan usia lebih tua cenderung memiliki stamina, fisik dan mental yang kurang serta kemampuan yang

9 16 minim untuk memahami ide-ide baru dan belajar perilaku baru (Child, 1974) dalam Sitthipongpanich & Piruna (2015). Board dengan usia lebih tua juga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mencari informasi lebih lanjut dan memakan waktu lebih lama untuk membuat keputusan, sementara board muda memiliki kemampuan lebih besar untuk mengintegrasikan informasi dalam membuat keputusan dengan keyakinan (Taylor, 1975) dalam Sitthipongpanich & Piruna (2015). Selain itu, untuk board yang lebih tua, keamanan finansial dan karir lebih penting, maka mereka dapat menghindari tindakan berisiko yang dapat mempengaruhi keamanan. Nada yang sama, board muda cenderung kurang menghindari risiko. Oleh karena itu, board muda lebih mungkin untuk mengejar strategi inovatif dan berisiko. Akibatnya, bank dengan board muda akan memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dan variabilitas dalam profitabilitas dari rata-rata industri, relatif terhadap perusahaan dengan board yang lebih tua (Hambrick & Mason, 1984). Board muda di suatu bank tersebut mungkin dapat melakukan dan akhirnya mendorong melalui perubahan yang berisiko dan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi lingkungan yang tidak stabil. Oleh karena itu, board dengan usia muda mungkin memenuhi syarat baik bagi negara berkembang di mana lingkungan bisnis sangat bergolak. Hubungan antara usia seseorang dan kinerja mereka di suatu perusahaan baik bank ataupun non-bank ini memperlihatkan kurva U terbalik atau U-shaped terbalik, bahwa mula-mula usia seseorang bertambah dewasa sejalan dengan membaiknya kinerja, kemudian mencapai titik puncak yang absolut

10 17 disertai dengan kinerjanya yang stabil pada usia di titik puncak tersebut dan kemudian kinerja menurun diikuti oleh usia seseorang yang semakin tua. Bahwa tidak selamanya usia seseorang semakin tua memberikan persepsi bahwa kinerja semakin baik, memberikan arti juga seseorang dengan usia yang muda membawa dampak yang lebih baik terhadap kinerja perusahaan atau kondisi ini bisa terjadi sebaliknya. 6. Board Education Diversity Board dengan latar belakang pendidikan merupakan salah satu penentu utama kebijakan suatu perusahaan baik bank ataupun nonbank dan sangat penting untuk janji manajemen. Latar belakang pendidikan merupakan faktor utama bagi perusahaan untuk menunjuk seorang board. Proporsi board dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi secara positif terkait dengan kinerja perusahaan. Seorang board yang memilki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki kemampuan lebih besar untuk memproses dan menganalisa informasi (Smith, Smith, and Verner (2006)). Oleh karena itu, pendidikan yang tinggi pada board, terkait positif dengan sikap terhadap produk baru dan inovasi. Seorang board dengan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi mungkin lebih adaptif dan kompeten untuk mengembangkan strategi baru untuk mengatasi terus perubahan kondisi pasar di negara berkembang. Pendidikan tingkat tinggi dikaitkan dengan kapasitas yang tinggi dalam pengolahan informasi dan kemampuan untuk membedakan berbagai macam situasi. Kemajuan pendidikan seperti gelar doktoral

11 18 berkaitan positif dengan pengetahuan dan keterampilan dalam penelitian dan manajemen yang inovatif (Collins et al. 1991). Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh setiap board berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia kerja untuk berpendidikan, akan lebih baik jika board memiliki latar belakang pendidikan dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan yang ada, setidaknya board memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola perusahaan baik bank atau non-bank dan mengambil keputusan terbaik daripada tidak memiliki pengetahuan. 7. Bank Performance Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank pemerintah dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank, dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi bank performance dalam menerapkan prinsip kehatihatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan penerapan manajemen risiko akan mempengaruhi profil risiko bank yang selanjutnya akan berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan. Studi mengenai bank performance sangat penting sebagai alat untuk mengevaluasi operasi bank dan menentukan rencana manajemen

12 19 dan analisis strategis. Bank mempunyai peran dalam pertumbuhan ekonomi. Jadi, jika bank performance baik, keseluruhan perekonomian juga akan baik. Pengukuran bank performance dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu ukuran berbasis akuntansi dan ukuran berbasis pasar (Rose, 2007). Penilaian prestasi dan kondisi keuangan pada suatu perusahaan membutuhkan ukuran-ukuran tertentu, yang biasanya digunakan analisis rasio untuk menunjukkan antara dua data keuangan. Rasio keuangan dapat membantu untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan perusahaan. Rasio-rasio keuangan ini harus dihubungkan dengan beberapa standar. Di antara pengukuran rasio keuangan tersebut, rasio yang paling banyak digunakan penelitian mengenai board diversity dan bank performance adalah Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Karena adanya kelemahan pengukuran berbasis akuntansi, banyak beberapa kalangan akademisi merekomendasikan ukuran kinerja berdasarkan kinerja pasar. Mereka menyatakan bahwa kinerja pasar lebih baik daripada kinerja akuntansi dalam proses pemilihan strategi suatu perusahaan. Menurut Ross et al. (2009) pengukuran kinerja pasar dapat diukur dengan menghitung Earning Per Share (EPS), Market to Book Ratio, Price per Earning Ratio, dan Ratio Tobin Q. Diantara pengukuran tersebut yang paling banyak digunakan pada penelitian board diversity dan kinerja keuangan adalah Rasio Tobin s Q.

13 20 B. PENELITIAN TERDAHULU Tabel II.1 Daftar Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Hasil 1 Carter et al (2003) Corporate Governance, Board Diversity and Firm Value Dependen: 1. Nilai Perusahaan Independen: 1. Proporsi wanita dalam dewan 2. Ras minoritas (Africa Americans, Asia, dan Hispanic) 3. Proporsi outside directors 1. Terdapat pengaruh positif signifikan antara fraksi wanita dan minoritas dalam jajaran dewan dengan nilai perusahaan 2. kontrol berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Tobin s Q Kontrol: 1. Firm size 2 Kusumastu ti et al (2007) Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Dependen: 1. Nilai Perusahaan Independen: 1. Secara parsial terdapat pengaruh negatif antara keberadaan etnis Tionghoa terhadap nilai perusahaan 2. keberadaan wanita dalam dewan,

14 21 Governance 1. Keberadaan dewan direksi wanita 2. Keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan 3. Proporsi outside directors 4. Usia anggota dewan direksi 5. Latar belakang pendidikan anggota dewan. proporsi outside directors, usia anggota dewan, dan proporsi anggota dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis secara parsial ditemukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kontrol: 1. Ukuran dewan 2. Ukuran perusahaan 3 Emma Garcia Meca et al (2015) Board Diversity and its effect on Bank Performance Dependen: 1. ROA 2. Tobin s Q Independen: 1. Persentase wanita dalam dewan 2. Persentase WNA Kontrol: 1. Board Size 2. %Indep 1. Proporsi wanita dalam dewan berpengaruh secara positif terhadap Tobin s Q 2. Proporsi dewan berpengaruh negatif terhadap Tobin s Q 3. BoardSize, %Indep, Activity Board berpengaruh positif terhadap Tobin s Q 4. Duality dan commisions berpengaruh negatif terhadap Tobin s Q 5. Loans dan banksize

15 22 Directors 3. Duality 4. Activity Board 5. Commision 6. BankSize 7. Loan tidak berpengaruh terhadap Tobin s Q 4 Randoy (2006) A Nordic Perspective on Corporate Board Diversity Dependen: 1. Kinerja keuangan perusahaan Tidak berpengaruh Independen: 5 Dagsson & Larsson (2011) How age diversity on the Board of Directors affects Firm Performance 1. Diversitas gender 2. Diversitas usia 3. Diversitas nationality Dependen: 1. ROA 2. Tobin s Q Independen: Positif untuk small firm 1. Age director 6 Daan Stolk Demographic Diversity In the Boardroom and Firm Financial Performance Dependen: 1. ROA 2. Tobin s Q 3. Stock Return Independen: 1. Gender Gender, age : tidak berpengaruh signifikan Nationality : negatif, positif untuk variabel dummy negara & industri

16 23 2. Age 3. Nationality 7 Smith, Smith Verner (2006) & Do women in top management affect firm performance? Dependen: 1. Gross value added/ turnover 2. Profit on primary operations/turn over 3. Ordinary result/net asset 4. Net result after tax/net asset Positif Independen 8 Raymond et al (2010) Board of Director Composition And Financial Performance In A Sarbanes- Oxley World 1. Proportion female Dependen: 1. ROA 2. Market price to book ratio Independen Positif (duality, and board tenure) Negatif (expertise) 1. Duality 2. Occupational expertise 3. Board size 4. Board tenure

17 24 C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Pengaruh Board Gender Diversity terhadap Bank Performance Keanekaragaman board juga berkaitan dengan perdebatan efek wanita pada perusahaan baik perusahaan bank atau non-bank. Keragaman gender ini menjadi topik hangat di banyak negara. Penelitian yang dilakukan oleh Carter et al. (2003) di AS, Campbell dan Minguez-Vera (2008) di Spanyol dan Hutchinson et al. (2014) dalam Meca et al. (2015) di Australia menekankan hubungan yang positif ini dengan menggarisbawahi bahwa board wanita memiliki efek positif pada kinerja keuangan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anggota board wanita menawarkan beragam sudut pandang pada ruang rapat, membantu lebih baik dalam mewakili semua pemegang saham, dan mempromosikan diskusi yang hidup di ruang rapat dan transparansi (Upadhyay dan Zeng, 2014) dalam Meca et al. (2015). Baru-baru ini, di lembaga keuangan mikro, hasil diketahui bahwa lebih banyak wanita maka lebih mampu menurunkan biaya operasional dan meningkatkan kinerja keuangan (Strom et al., 2014). Selain itu, Liu et al. (2014) dalam Meca et al. (2015) mempelajari masalah ini bagi perusahaan-perusahaan Cina selama dekade terakhir dan melaporkan bahwa kinerja perusahaan yang positif berkaitan dengan keragaman jenis kelamin, meskipun mereka mencatat bahwa perlu juga setidaknya tiga masa kritis untuk mendapatkan efek positif. Penelitian lainnya menemukan hubungan negatif atau null antara proporsi wanita di board dan kinerja. Sebagai contoh, (Smith et al.,

18 ) menemukan hubungan negatif antara gender diversity pada board dan laba suatu perusahaan. Untuk studi yang menemukan hubungan yang tidak berpengaruh signifikan yaitu penelitian Daan Stolk (2011), Rose (2007), Kusumastuti et al (2007), Raymond et al (2010), dan Randoy et al (2006). Baru-baru ini, Phatan dan Faff (2013) menunjukkan bahwa meskipun gender diversity meningkatkan bank performance di pra-sarbanes-oxley Act (SOX) periode ( ), efek positif gender berkurang di kedua post-sox ( ) dan periode krisis ( ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Carter et al. (2003) di AS, Campbell dan Minguez-Vera (2008) di Spanyol dan Hutchinson et al. (2014) dalam Meca et al. (2015) di Australia yang menekankan pengaruh positif pada kinerja keuangan. Kemudian, diajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Board Gender Diversity berpengaruh positif terhadap bank performance. 2. Pengaruh Board Nationality Diversity terhadap Bank Performance Nationality diversity pada board menunjukkan perdebatan yang berbeda pada beberapa peneliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Carter et al. (2003) menemukan hubungan positif yang signifikan antara persentase director etnis minoritas di board dengan Tobin s Q. Demikian pula, dengan menggunakan sampel perusahaan dengan kantor pusat di Norwegia atau Swedia, Oxelheim dan Randøy (2003) menunjukkan nilai

19 26 yang lebih tinggi secara signifikan untuk perusahaan yang memiliki anggota board luar Anglo-Amerika. Hasil juga serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2007) di Korea. Board nationality diversity juga memberikan efek negatif, ini mengacu kepada penelitian sebelumnya menurut Masulis et al. (2012) dalam Meca et al. (2015), perusahaan dengan direksi asing di AS secara signifikan menghasilkan returns on assets yang lebih rendah, terutama ketika mereka tidak memiliki kehadiran bisnis yang signifikan di wilayah asal mereka. Penelitian demografi relasional dalam psikologi juga menunjukkan bahwa bekerja dengan demografis lain yang berbeda sering dikaitkan dengan hasil negatif. Randoy et al (2006) yang meneliti 500 perusahaan terbesar di Denmark, Norwegia, dan Swedia juga menemukan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara anggota board asing dengan kinerja saham ataupun ROA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masulis et al. (2012) dalam Meca et al. (2015), maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Board Nationality Diversity berpengaruh negatif terhadap bank performance. 3. Pengaruh Board Age Diversity terhadap Bank Performance Beberapa studi menguji hubungan antara usia anggota board, seperti Rose (2007) menemukan bahwa anggota board muda pada umumnya mengungguli anggota board yang lebih tua, ini dikarenakan

20 27 bahwa anggota board yang berusia muda lebih inovatif dan lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam proses pengawasan di perusahaan baik bank atau non-bank. Salah satu penjelasan lain yang mendukung hal tersebut yaitu rata-rata usia anggota board perusahaan baik bank atau non-bank dapat mempengaruhi jenis risiko dan keputusan mereka. Sebuah studi berpendapat bahwa usia seseorang dapat terkait dengan keterbukaannya untuk ide-ide baru. Studi yang memberikan hasil berbeda, misalnya Dagsson & Larsson (2011) penelitian di Swedia tidak menemukan dampak yang signifikan antara rata-rata usia anggota board pada Tobin s Q namun mempunyai pengaruh positif yang signifikan dengan ROA. Sama dengan halnya Kusumastuti et al. (2007) di Indonesia juga tidak memberikan bukti empiris hubungan antara Tobin s q dan proporsi board yang berusia 40 tahun atau lebih. Selain itu, Raymond et al. (2010) tidak menemukan pengaruh signifikan antara usia anggota board dengan ROA dan PBV perusahaan di Amerika. Randoy et al. (2006) yang meneliti 500 perusahaan terbesar di Denmark, Norwegia, dan Swedia pada tahun 2005 juga menemukan bahwa usia tidak berpengaruh signifikan secara positif atau negatif terhadap kinerja pasar maupun ROA. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Dagsson & Larsson (2011), maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: H3 : Board Age Diversity berpengaruh negatif terhadap bank performance.

21 28 4. Pengaruh Board Education Diversity terhadap Bank Performance Latar belakang pendidikan formal board of director and commissioner mencerminkan karakteristik kognitif suatu individu dan keterampilannya yang dapat mempengaruhi kemampuan board dalam membuat keputusan bisnis dan mengelola bisnis. Hitt dan Tyler (1991) mencatat bahwa board berpendidikan lebih tinggi memiliki kompleksitas kognitif yang lebih besar, yang menyediakan kemampuan untuk board untuk belajar dan menerima ide-ide baru sehingga berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Goodstein et al. (1994) dalam Sudiartana (2013) menemukan efek negatif dari keanekaragaman latar belakang pendidikan formal pada kemampuan board director dari perusahaan untuk melakukan perubahan strategi perusahaan. Dahlin et al. (2005) dalam Sudiartana (2013) menemukan bahwa keragaman pendidikan pada board mempengaruhi kisaran dan kedalaman penggunaan informasi secara positif; sementara hal ini mungkin mempengaruhi perpaduan informasi secara negatif. Merujuk penelitian yang dilakukan oleh Goodstein et al. (1994) dalam Sudiartana (2013) maka dapat dijelaskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Board Education Diversity berpengaruh negatif terhadap bank performance.

22 29 D. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan pada uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara variabel indepenen (gender, nationality, age, dan education) terhadap variabel dependen yaitu bank performance (ROA dan Tobin s Q) serta untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari variabel independen dan variabel dependen dengan dikontrol oleh tiga variabel yaitu board independence, board activity, dan loan. Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Independen: Gender Nationality Age Education Dependen: Bank Performance (ROA & Tobin s Q) Kontrol: Board Independence Board Activity Loan

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG). Menurut The. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG). Menurut The. Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate governance BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi baru-baru ini, menarik perhatian lebih dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG). Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa skandal perusahaan yang berskala besar telah menarik perhatian publik ke isu-isu tentang bagaimana seharusnya perusahaan dikelola. Skandal perusahaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten adalah meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan harapan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pertama adalah hubungan lingkungan (environmental linkage perspective).

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pertama adalah hubungan lingkungan (environmental linkage perspective). 20 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Landasan pemikiran bahwa diversitas dewan mempengaruhi kinerja perusahaan adalah Teori Ketergantungan Sumberdaya. Ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan sumber daya tambang. Menurut data USGS, potensi cadangan emas

BAB 1 PENDAHULUAN. akan sumber daya tambang. Menurut data USGS, potensi cadangan emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, khususnya barang tambang. Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pengaruh Diversitas Dewan pada Kinerja Perusahaan. keputusan, meningkatkan fungsi dewan, dan monitoring sehingga dengan adanya

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pengaruh Diversitas Dewan pada Kinerja Perusahaan. keputusan, meningkatkan fungsi dewan, dan monitoring sehingga dengan adanya 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Diversitas Dewan pada Kinerja Perusahaan Penelitian ini mencoba untuk melihat apakah diversitas dewan perusahaan diapresiasi oleh pasar, dengan melihat pengaruh diversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan suatu hasil dari sebuah perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar. Sesuai dengan tujuan awal perusahaan yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja dicapai melalui pengawasan atau pemantauan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER), BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN telah memunculkan ide untuk reformasi tata kelola perusahaan (corporate governance) di

BAB I PENDAHULUAN telah memunculkan ide untuk reformasi tata kelola perusahaan (corporate governance) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan yang menimpa beberapa Negara Asia termasuk Indonesia pada tahun1997-1998 telah memunculkan ide untuk reformasi tata kelola perusahaan (corporate governance)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Ghozali, 2011). Data tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Ghozali, 2011). Data tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang dan bukan peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN atau dikenal dengan istilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, mengelola. risiko, serta menarik dan mempertahankan investor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan merupakan hal stratejik bagi perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah disusun perusahaan dengan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tata Kelola Perusahaan yang Baik Tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk melindungi para investor dari perilaku oportunistik pengelola perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah agensi timbul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah agensi timbul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah agensi timbul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Ada dua sumber permasalahan agensi. Pertama adalah jika prinsipal dan agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan. menentukan struktur dan strategi keuangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan. menentukan struktur dan strategi keuangannya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laba pada laporan keuangan merupakan hal yang menjadi patokan dalam menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah variabel TATO, CR, DER, NPM, ROE, PBV, SIZE, AKO berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap EPS. Hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pribadi manajer. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pribadi manajer. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan kenyataannya sering kali menghadapi masalah karena tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance (GCG) semakin hangat. Dampak dari penerapan good corporate governance ini banyak dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan kestabilan dunia perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan perusahaan atau seberapa besar perusahaan dapat memberikan imbal hasil kepada para investornya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Return Saham Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin ketat. Suatu perusahaan tidak bisa bertahan hanya dengan mengandalkan ketersediaan modal jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masyarakat pemodal (investor) yang akan melakukan investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perusahaan yang akan dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, di Inggris tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari tahun 1959, pemerintah Indonesia dengan konfrontasi politiknya mulai mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Namun yang terjadi setelah mengambil

Lebih terperinci

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

KAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya adalah memproduksi barang dan menyediakan jasa. Dalam melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan didirikan adalah mendapatkan laba yang maksimal khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan memanfaatkan seluruh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang lemah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global (Otoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia mendapat pengaruh negatif dari krisis keuangan global pada awal tahun 2008 yaitu berupa krisis energi dan krisis komoditas. Krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manajer keuangan dalam sebuah perusahaan memiliki tugas yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan keuangan yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja yang optimal merupakan tujuan dan cita-cita bagi setiap organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja yang optimal merupakan tujuan dan cita-cita bagi setiap organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja yang optimal merupakan tujuan dan cita-cita bagi setiap organisasi dan perusahaan. Seperti yang dijelaskan oleh Robbins dan Coulter (2009 :403), kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Awal tahun 2015, sebuah media masa terkemuka di Indonesia menulis sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Keluarga Menurut Sugiarto (2009), perusahaan keluarga didefinisikan sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan dikontrol oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar yang berhubungan dengan penjualan surat-surat berharga. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor pertambangan merupakan sumber devisa potensial yang dimiliki Indonesia. Sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Menurut laporan world bank dalam Sutedi (2012), pada tahun 1999 penyebab terjadinya krisis ekonomi di asia timur dikarenakan oleh kegagalan dalam penerapan corporate

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini yang disebut dengan era globalisasi membawa perubahan khususnya di bidang ekonomi, dimana negara-negara di seluruh dunia baik itu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih dirasakan berdampak negatif sampai sekarang ini. Penyebabnya yaitu didahului dengan terjadinya krisis moneter, krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go public merupakan faktor terpenting sebelum para investor menanamkan sejumlah modalnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis keuangan global memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya menjaga sistem keuangan agar tetap tahan terhadap krisis. Krisis yang saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi Menurut Harahap dan Wardhani (2012) esensi dari teori keagenan adalah kontrak antara prinsipal dan agen, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi baik secara nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi telah mendorong entitas bisnis melakukan strategi bisnis dalam skala internasional agar dapat bertahan bahkan lebih berkembang. Strategi bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sehubungan dengan investasi pada pasar modal, pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan usaha dalam kegiatan perekonomian di Indonesia semakin ketat pada masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas yang memungkinkan penyebaran informasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkompetisi secara luas dengan perusahaan lainnya. Salah satu strateginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang begitu cepat menuntut perusahaan untuk melakukan inovasi dengan merancang berbagai macam strategi jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid

BAB I PENDAHULUAN. modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik pembeli

Lebih terperinci

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada umumnya investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Governance mulai menjadi isu yang hangat dibicarakan sejak terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron, Worldcom, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pemangku kepentingan. Wallage (2000) berpendapat bahwa. faktor risiko utama yang dialami oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. semua pemangku kepentingan. Wallage (2000) berpendapat bahwa. faktor risiko utama yang dialami oleh perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam beberapa tahun terakhir, sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang begitu pesat yang menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban

Lebih terperinci