BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI"

Transkripsi

1 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 152 Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 02, Hlm BIMBINGAN KONSELING KELUARGA DENGAN LOVING KINDNESS THERAPY DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI Elis Muawanah & Yusria Ningsih Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak: Penelitian ini mengangkat problem yang terjadi pada pasangan suami-istri yang menikah pada usia dini. Pasangan ini seringkali terlibat pertengkaran karena belum mampu mengelola emosi masing-masing pihak. Melalui Loving Kindness Therapy, peneliti berusaha melakukan bimbingan dan konseling dengan pemberian nasehat serta motivasi. Dalam penelitian lapangan ini, peneliti mengunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus dan analisa diskriptif komparatif. Sedangkan pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisa. Analisa yang dilakukan yakni untuk mengetahui proses pelaksanaan konseling dan tingkat keberhasilan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah proses konseling. Keberhasilan bimbingan konseling dalam meningkatkan regulasi emosi dapat dikatakan cukup berhasil yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada pangan ini baik perubahan fisik maupun psikis yang jauh lebih baik lagi. Kata kunci: Bimbingan dan Konseling Keluarga, Loving Kindness Therapy, Regulasi Emosi

2 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 153 PENDAHULUAN Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan. Kebahagiaan ini berawal dari suatu jalinan keluarga yang harmonis dan terencana. Islam mengatur dalam masalah keluarga dan pernikahan pada porsinya. Faktor usia cukup menentukan, baik dari pihak laki-laki dan perempuan, karena pada saat ini banyak muda-mudi yang tidak memperhatikan usianya, keinginan menikah muda belum sepenuhnya membuat pasangan ini siap menghadapi tantangan yang datang. Dengan emosi yang masih labil, permasalahan kecil menjadi besar dan potensi konflik akan lebih sering terjadi sehingga timbul pertengkaran, dan konflik yang berkepanjangan. Para ahli psikologi sering menyebutkan bahwa dari semua aspek perkembangan, yang paling sukar untuk diklasifikasikan adalah perkembangan emosional. Orang dewasa pun mendapat kesukaran dalam menyatakan perasaannya. Reaksi terhadap emosi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan sebagainya. Emosi adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan kecenderungan terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu dan disertai adanya ekspresi kejasmanian. Hal itu tidak lepas dari bagaimana keterampilan individu untuk menjalani, mengolah, mengkondisikan, mengendalikan dan mengapresiasi regulasi emosi. Agar emosi tersebut tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya emosi marah, emosi sedih, dan emosi yang lain, karena itu akan memberi imbas bagi orang disekitarnya. Pendapat Wedge barang kali ada benarnya bahwa kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus menjadi tuan dari emosi kita. Kalau kita benar-benar berusaha untuk tidak membiarkan emosi yang tidak menyenangkan dalam diri kita dan menggantinya dengan emosi yang menyenangkan. Dengan demikian, emosi menjadi modal yang besar bagi hidup kita, bukan menjadi kecendrungan yang membuat kita frustasi. Karena keluarga yang dibina oleh pasangan yang belum matang usianya, maka keadaan keluarga tersebut juga akan berubah-ubah. Terkadang harmonis, dan terkadang tidak, permasalahan ini akan mengganggu psikis masing-masing pasangan, gejala-gejala psikis tersebut akan diluapkan oleh emosi, yang kemudian ditunjukkan pada tingkah laku untuk menggambarkan emosi yang dirasakan. Karena perempuan mempunyai karakter yang feminim, maka seorang ibu rumah tangga akan lebih sering berubah-ubah emosinya. Pembahasan pada penelitian ini, terkait pada remaja yang menikah secara terpaksa karena keadaan (mengalami kehamilan diluar nikah pada usia yang relatif muda) sehingga pada usia 16 tahun sudah menikah, dan saat ini sudah mempunyai anak laki-laki, karena pasangannya juga berusia muda, sosok suaminya masih seperti halnya anak remaja yang belum siap untuk menikah, jadi suka bermain dan melakukan aktivitas yang tidak berguna, seperti halnya: main game, main bola, nongkrong di warung semalaman, dan lain sebagainya.tentu saja aktivitas yang tidak

3 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 154 berguna untuk dilakukan oleh seseorang yang sudah berkeluarga tersebut, menimbulkan suatu permasalahan-permasalahan yang seringkali memicu tekanan emosi bagi kedua pasangan tersebut, untuk itu pasangan ini sering mengalami regulasi tekanan emosi, karena pasangan suami istri tersebut juga masih dalam usia muda, tidak bisa mengondisikan emosinya, terkadang marah, khawatir, takut dan capek menghadapi keadaan keluarganya. Di dalam keluarga manapun, perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pastilah dirasakan oleh seluruh anggota keluarga dan mungkin bisa berkembang menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk terutama pada interaksi suami istri. Karena suami istri merupakan pondasi dasar dalam suatu keluarga dan anak-anak sebagai pelengkap dalam keluarga. Hubungan suami istri menyediakan kesempatan kepada masing-masing dari mereka untuk belajar memahami dan mengenal karakter pasangannya. Kreatifitas untuk meningkatkan suatu perubahan emosinya belum bisa dilakukan secara mandiri, dan membutuhkan seseorang untuk menuntut, membimbing dan mengarahkan keluarga tersebut supaya lebih kreatif dalam meningkatkan suatu regulasi emosi dimasing-masing individu. Untuk itulah proses bimbingan dan konseling keluarga dirasa lebih relevan dan sistimatis jika pengembangan yang dimaksudkan untuk menstabilkan regulasi pasangan suami-istri. Dengan harapan kondisi keluarga yang sama-sama masih diusia muda, tetap bisa harmonis dan selaras dengan kehidupannya, baik secara pribadi maupun di lingkungannya. Bimbingan dan Konseling Keluarga Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. 1 Menurut Winkel istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance yang kata dasarnya guide yang memiliki arti menunjukkan jalan showing the way, mengarahkan governing dan memberi nasehat giving advice. Sedangkan istilah yang diadopsi dari bahasa inggris counseling didalam kamus artinya dikaitkan dengan kata counsel yang berarti anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. Tujuan umum konseling keluarga: (a) Membantu, anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah kaitmengait diantara anggota keluarga. (b) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota lain. (c) Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota. (d) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental. 1 Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Renika Cipta, 2008), hal. 2.

4 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 155 Tujuan khusus konseling keluarga: (a) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan-keunggulan anggota lain. (b) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau di luar sistem keluarga. (c) Mengembangkan motif dan potensi-potensi, seperti anggota keluarga dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut. (d) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota-anggota lain. Asas Bimbingan dan Konseling Keluarga 2 : 1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat. 2) Asas sakinah, mawaddah dan rahmah. 3) Asas komunikasi dan musyawarah. 4) Asas sabar dan tawakkal. 5) Asas manfaat (maslahat) 3 Teknik-Teknik Konseling Keluarga. Menurut Perez ada beberapa teknik dalam konseling keluarga, yaitu: 1) Sculpting (mematung) yaitu suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan diantara anggota-anggota keluarga. 2) Role Playing (bermain peran) yaitu suatu teknik dengan memberikan peran tertentu kepada anggota keluarga. 3) Silence (diam) apabila anggota keluarga berada dalam konflik dan frustasi karena ada salah satu anggota keluarga lain yang suka bertindak kejam, maka biasanya mereka datang ke hadapan konselor dengan tutup mulut. 4) Confrontation (konfrontasi) ialah suatu teknik yang digunakan konselor untuk mempertentangkan pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling keluarga. 5) Teaching Via Questioning ialah suatu teknik mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya, seperti Bagaimana kalau sekolahmu gagal? Atau Apakah kamu senang kalau ibumu menderita?. 6) Listening (mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan seorang anggota keluarga didenggarkan dengan sabar oleh yang lain. 7) Recapitulating (mengikhitisarkan) teknik ini dipakai untuk konselor untuk mengikhtisarkan pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota keluarga, sehingga dengan cara itu kemungkinan pembicaraan akan lebih terarah dan terfokus. Misalnya konselor mengatakan Rupanya ibu merasa rendah diri dan tak mampu menjawab jika suami anda berkata kasar. 8) Summary (menyimpulkan) dalam suatu fase konseling, kemungkinan konselor akan menyimpulkan sementara hasil pembicaraan dengan keluarga itu. 9) Clarification (menjernikan) yaitu usaha konselor untuk memperjelas atau menjernihkan suatu pernyataan anggota keluarga karena terkesan samar-samar. 10) Reflection (refleksi) yaitu cara konselor untuk merefleksikan perasaan yang dinyatakan klien, baik yang bentuk kata-kata atau ekspresi wajahnya. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga, Secara umum proses konseling keluarga berjalan menurut tahapan berikut: 1) Pengembangan Rapport Hubungan 2 Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Bandung: Alfabeta, 2001), hal Aunur Rahim Faqih, bimbingan dan konseling dalam islam (Jogjakarta: UII Press, 2001), hal

5 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 156 konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya pengembangan rapport seyogiyanya telah dimulai begitu klien memasuki ruang konseling. Tujuan menciptakan suasana rapport dalam hubungan konseling adalah agar suasana konseling itu merupakan suasana yang memberikan keberanian dan kepercayaan diri k lien untuk menyampaikan isi hati, perasaan, kesulitan dan bahkan rahasia batinnya kepada konselor. 2) Pengembangan Apresiasi Emosional Anggota keluarga yang sedang mengikuti konseling keluarga, jika semua terlibat, akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta keinginan untuk memecahkan masalah mereka. Pada saat ini masing-masing anggota keluarga yang tadinya dalam keadaan terganggu komunikasi atau bahkan dalam keadaan sakit mulai berinteraksi diantara mereka dan dengan konselor. Mereka mulai mampu menghargai perasaan masing-masing, dan dengan keinginan agar masalah yang mereka hadapi dapat mereka selesaikan. Dengan demikian, segala kecemasan dan ketegangan psikis dapat mereda, sehingga memudahkan untuk treatment konselor dan rencana anggota keluarga. 3) Pengembangan Alternatif Modus Perilaku Aplikasi perilaku dilakukan melalui praktik di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling berikutnya tugas tersebut disebut juga home assignment (pekerjaan rumah). Mislanya, seorang ayah mempunyai alternatif perilaku baru yang ia temukan dalam konseling, seperti akan berusaha selalu makan bersama pada waktu makan siang. Dan alternatif baru pada anak seperti tidak akan menginap di rumah teman, atau tidak pulang malam-malam. 4) Fase Membina Hubungan Konseling Fase ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling itu. Fase ini harus terjadi ditahap awal dan tahap berikutnya dari konseling yang ditandai dengan adanya rapport sebagai kunci lancarnya hubungan konseling. Di samping itu, sikap konselor amat penting selain teknik konseling. Sikap-sikap yang penting dari konselor adalah: (a) Acceptance, yaitu menerima klien secara ikhlas tanpa mempertimbangkan jenis kelamin, derajat, kekayaan, dan perbedaan agama. Di samping itu klien diterima dengan segalah masalahnya, kesulitan, dan keluhan serta sikap-sikapnya baik yang positif maupun negatif. (b) Unconditional positive regard, artinya menghargai klien tanpa syarat; menerima klien apa adanya, tanpa dicampuri sikap menilai, mengejek, atau mengeritik. (c) Understanding, yaitu konselor dapat memahami keadaan klien sebagaimana adanya. (d) Genuine, yaitu bahwa konselor itu asli dan jujur dengan dirinya sendiri, wajar dalam perbuatan dan ucapan. (e) Empati, artinya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (klien). 5) Memperlancar Tindakan Positif Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut: (a) Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan rencana strategis, mengumpulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru konsolidasi, menjelajah alternatif-alternatif, mengungkapkan perasaan-perasaan, dan melatih skill yang baru. (b) Perencanaan, mengembangkan perencanaan bagi klien

6 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 157 sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan yang menyedihkan atau menyakitkan, terus mengkonsolidasi skill baru atau perilaku baru untuk mencapai aktivitas diri klien. (c) Penutup, mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling. Adapun langkah-langkah dalam Bimbingan dan Konseling, diantaranya adalah: 1) Identifikasi kasus: Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejalagejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu. 2) Diagnosa: Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya. 3) Prognosa: Langkah prognosa ini untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa. 4) Terapi: Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam prognosa. 5) Langkah Evaluasi dan Follow Up: Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh. 4 Loving Kindness Meditation And Couples Therapy Loving Kindness Meditation (LKM) adalah praktek meditasi yang digunakan untuk menumbuhkan perasaan kasih sayang dan cinta kasih. LKM mulai dikenal dan digunakan banyak orang sejak tahun 2000 sebagai terapi untuk depresi, meningkatkan empati, dan meningkatkan hubungan. Meditasi secara umum telah terbukti efektif dalam membantu orang dari stre, kecemasan dan berbagai penyakit, tetapi LKM adalah khusus untuk mengarahkan perasaan kasih sayang terhadap diri mereka sendiri dan terhadap orang lain, serta secara hati terbuka dan terfokus. Regulasi Emosi Pengertian Emosi Dari segi etomologi emosi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti mengerakkan, bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkai kecendrungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik dan rasa sedih. Watson menyatakan bahkan manusia pada dasarnya mempunyai tiga emosi dasar, yakni: 1) Fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety (cemas). 4 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal

7 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 158 2) Rage, yang akan berkembang antara lain menjadi anger (marah). 3) Love, yang akan berkembang menjadi simpati. 5 Selain dibedakan dalam kategori emosi primer dan sekunder, dapat disimpulkan pula bahwa emosi terdiri dari emosi positif dan negatif. Secara ringkas kategori emosi ini dapat diamati dari table emosi di bawah ini. Table 2.1 Emosi Positif Emosi Negatif Eagerness (rela) Humor (lucu) Joy (kegembiraan atau keceriaan) Pleasure (senang atau kenyamanan) Curiosity (rasa ingin tahu) Happiness (kebahagiaan) Delight (kesukaan) Love (cinta) Excitement (ketertarikan) Impatience (tidak sabaran) Uncertainty (kebimbangan) Anger (rasa marah) Suspicion (kecurigaan) Anxiety (rasa cemas) Guilt (rasa bersalah) Jealous (cemburu) Annoyance (jengkel) Fear (takut) Depression (depresi) Sadness (kesedihan) Hate (rasa benci) Metode Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan pendekatan yang penelaahnya pada studi kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus dimana penelitian tersebut mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pasangan suami istri usia dini. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dalam kurun waktu tertentu untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Serta tujuan dari penelitian ini adalah memahami fenomena yang diteliti secara terinci, mendalam dan menyeluruh dari hasil lapangan. 2. Tahap-Tahap Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan dalam penelitian yaitu: a. Tahap Pra Lapangan Tahap ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, untuk itu diperlukan persiapan sebagai berikut: 5 Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 428.

8 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 159 1) Menyusun rancangan penelitian 2) Memilih lapangan penelitian 3) Mengurus perizinan 4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan 5) Memilih dan memanfaatkan informan 6) Menyiapkan perlengkapan penelitian 7) Persoalan etika penelitian b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti berfokus pada data dilapangan, adapun langkahlangkah yang dilakukan adalah: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2) Memasuki lapangan 3) Berperan serta sambil mengumpulkan data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. 14 Metode observasi merupakan metode yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Dokumentasi adalah teknik mencari mengenai hal-hal yang berupa faktafaktar riwayat hidup seseorang, catatan, traskip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat agenda gambaran (hasil karya), dan lain sebagainya.17 Diharapkan dengan metode dokumentasi dapat menambah dan memperbanyak data yang diambil dari objek penelitian kali ini, selain itu dengan metode ini peneliti dapat memberikan data yang riel dan relevan. Sehingga datanya tidak diragukan lagi validitasnya. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam table berikut: Teknik analisis data yang digunakan adalah constant comparative anlissis (teknik analisis deskriptif komparatif), yaitu teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti menganalisis kejadian tersebut dan dilakukan secara terus menerus. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pasangan suami istri, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah pelaksanaan proses konseling.

9 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 160 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi dengan menggunakan perbandingan teori. Berarti peneliti membandingkan dan mengecek balik kepercayaan suatu informasi, disamping juga membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis data, analisis data ini dilakukan peneliti untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Adapun analisis data yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut: Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Loving Kindness Therapy Dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Pasangan Suami Istri Usia Dini di Sidoarjo Adapun proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo, peneliti mengunakan langkah-langkah seperti konseling pada umumnya. yakni dengan langkah-langkah konseling sebagai berikut: 1. Identifikasi Kasus Identifikasi kasus ini merupakan langkah pertama peneliti untuk mengumpulkan data, melalui observasi dan wawancara dengan klien dan beberapa informan (ibu klien, kakak klien dan tetangga klien) untuk mendapatkan informasi yang melatar belakangi permasalah yang dihadapi klien. 2. Diagnosis Langkah ini yakni peneliti menyimpulkan data dari observasi dan wawancara bahwa klien kurang mampu dalam mengendalikan emosi negatif salah satunya adalah marah karena kurangnya pemahaman pada klien atas pasangannya, egois, takut kehilangan kasih sayang dari pasangannya, serta sedih dan menyesal dengan keadaan yang dialaminya sekarang. 3. Prognosis langkah selanjutnya konselor menentukan jenis bantuan yang akan diberikan kepada klien yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi klien. Dalam kasus ini peneliti memberikan bimbingan dan konseling keluarga pada klien dengan mengarahkan dan memberikan solusi berupa pengertian, nasehat dan inspirasi agar klien dapat meregulasi diri serta dapat mengendalikan emosi negatif untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. 4. Terapi atau Treatment Dalam langkah ini konselor mengadakan tiga sesi pertemuan dangan klien, diantaranya sebagai berikut: a) Pada sesi pertama, konselor menemui klien (istri). Dalam pertemuan ini konselor ingin lebih mengetahui apa yang di inginkan oleh istri. Selain itu konselor juga memberikan saran agar klien tidak gampang marah dan lebih bisa mengendalikan emosi negatif yang dirasakan.

10 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 161 b) Pada sesi kedua, konselor menemui klien (suami). Dalam pertemuan ini konselor ingin mengetahui apa yang menyebabkan suami jarang di rumah selain itu konselor juga memberi saran agar klien lebih meluangkan waktunya untuk keluarga. c) Pada sesi ketiga, konselor menemui klien (suami-istri). Dalam sesi ini klien di bimbing untuk meningkatkan regulasi diri sesuai dengan harapan yang ingin dicapai klien 5. Follow Up Langkah terakhir ini adalah untuk menindak lanjuti hasil dari proses konseling dengan melihat perubahan yang ada pada diri klien setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor tidak bisa memantau setiap hari secara langsung tapi konselor akan berusaha untuk mencari informasi dari ibu dan saudara klien. Analisis Keberhasilan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Loving Kindness Therapy Dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Pada Pasangan Suami Istri Usia Dini di Sidoarjo Untuk mengetahui hasil dari proses bimbingan dan konseling keluarga dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo, peneliti mengunakan analisis deskripsi komparatif yakni membandingkan sebelum dan sesudah pelaksanaan proses konseling dengan mengunakan instrument skala penilaian sebagai alat ukur yang terjadi pada klien. Untuk mengetahui adanya perubahan pada kondisi klien, pengamatannya dilakukan setiap kali pertemuan dalam proses konseling, melalui observasi dan wawancara langsung dengan klien dengan informan. Untuk menghasilkan data yang diperlukan dari pengamatan tersebut, dapat Kesimpulan Proses pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dengan Loving Kindness Therapy dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo yakni dengan mengunakan langkah-langkah konseling pada umumnya yaitu identifikasi, diagnosis, prognosis, terapi dan langkah yang terakhir Follow Up untuk menindak lanjuti hasil dari konseling yang telah berlangsung. Adapun terapi yang digunakan adalah dengan memberi nasehat, motivasi dan Loving Kindness Therapy serta mengarahkan klien untuk mampu mengendalikan emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dengan bimbingan konseling untuk menjadi lebih baik sehingga klien bisa melakukan regulasi diri secara tepat dan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai klien. Dimana hal itu dilakukan dalam III sesi, sesi pertama dilakukan dengan istri, sesi kedua dilakukan dengan suami, yang dilanjutkan dengan sesi ketiga yang dilakukan dengan suami istri. Dalam penelitian ini ada beberapa kendala diantaranya adalah waktu yang terlalu singkat dan sarana yang kurang memadai. Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling keluarga dengan Loving Kindness Therapy dalam meningkatkan regulasi emosi pada pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo, dapat dilihat dari skala penilaian dan grafik yang membuktikan

11 E l i s M u a w a n a h & Y u s r i a N i n g s i h 162 bahwa dengan bimbingan dan konseling keluarga dengan nasehat, motivasi dan Loving Kindness Therapy dapat mengurangi serta meningkatkan regulasi emosi pasangan suami istri usia dini di Sidoarjo yang ditandai dengan penurunan emosi negatif dan peningkatan emosi positif yang bertahap dalam III sesi proses konseling yang telah dilakukan. Dalam sesi III dapat ditunjukkan pada grafik 4.5 yang ditandai dengan penurunan emosi negatif yaitu marah dari angka 7 ke 2, sedih dari angka 7 ke 1, menyesal dari angka 6 ke 1, takut dari angka 6 ke 2 dan emosi positif yaitu senang dari angka 5 ke 7, kasih sayang dari angka 6 ke 7. Keberhasilan bimbingan konseling dalam meningkatkan regulasi emosi dapat dikatakan cukup berhasil yang ditandai dengan perubahan tingkah laku baik fisik maupun psikis yang jauh lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dan Praktek, Jakarta: PT.Renika Cipta, 2006 Brans Ford, Jhon D, The Best Years Emosi Anak Di Masa Remaja, Jakarta: Pustakarya, 2003 Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif, Surabaya: Universitas Airlangga, 2001 Denim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahanya, Semarang: CV. Asy Syifa, 1999 Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1995 Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Jogjakarta: UII Press, 2001

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan 85 BAB IV ANALISIS DATA Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan penulis, maka penulis menganalisa dengan analisa deskriptif. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di Desa Mojorejo Pungging Mojokerto Dalam menganalisa pelaksanaan Bimbingan dan konseling Islam dengan konseling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di wonocolo Surabaya Adapun proses pelaksanaan konseling keluarga dalam mengatasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK SD. Oleh : Yulia Ayriza

PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK SD. Oleh : Yulia Ayriza PENGEMBANGAN AFEKSI ANAK SD Oleh : Yulia Ayriza Pengertian Pengembangan Afeksi (What?) Afeksi merupakan hal yang sama dengan sosial-emosional. Perkembangan emosi merupakan perkembangan yang mengarah pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Silaturahmi pada Seorang Remaja yang Mengalami Depresi di Desa Sembayat Kabupaten Gresik. Dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA 84 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Lemahnya Motivasi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1913 Kaunseling Keluarga (Minggu 4)

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1913 Kaunseling Keluarga (Minggu 4) DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1913 Kaunseling Keluarga (Minggu 4) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) SINOPSIS Modul ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam

Lebih terperinci

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA Sestuningsih Margi Rahayu Universitas Mulawarman Email: ningsih_sestu@yahoo.com ABSTRAK Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Face Reading Untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Seorang Siswi Kelas VIII Di SMP Islam Insan Kamil Sidoarjo. 1. berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adz Dzaki Hamdani Bahran, Psikoterapi Dan Konseling Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001

DAFTAR PUSTAKA. Adz Dzaki Hamdani Bahran, Psikoterapi Dan Konseling Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001 DAFTAR PUSTAKA Adz Dzaki Hamdani Bahran, Psikoterapi Dan Konseling Islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001 Afianti tina, peningkatan kepercayaan diri melalui kelompok,jurnal psikologi no 6, 1998 Arifin.

Lebih terperinci

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan. 77 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA KORBAN PERKOSAAN DI PUSAT PELAYANAN TERPADU JAWA TIMUR A. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH PADA PERKEMBANGAN ANAKNYA DI DESA SUKODONO PANCENG GRESIK Analisis data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI TRAUMA SEORANG REMAJA KORBAN PENCULIKAN DI KELURAHAN KEBRAON KARANG PILANG SURABAYA Pada bab ke empat ini peneliti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari beberapa bab sebelumnya, peneliti telah menjelaskan tentang

BAB V PENUTUP. Dari beberapa bab sebelumnya, peneliti telah menjelaskan tentang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari beberapa bab sebelumnya, peneliti telah menjelaskan tentang masalah serta proses penyelesaian masalah. Untuk mempermudah memberi pengertian kepada pembaca, maka peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang 85 BAB IV ANALISA DATA A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang Remaja Akibat Hamil di Luar Nikah di Desa UjungPangkah Gresik. Berdasarkan data yang dilakukan oleh konselor dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) 85 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) Terhadap Seorang Ibu yang Minder Mempunyai Anak Cacat Fisik di Desa Tambakromo Kecamatan Cepu Berdasarkan penyajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI REMAJA DI YAYASAN YATIM PIATU AL JIHAD SURABAYA Analisis data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Proses Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Proses Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup BAB IV ANALISA DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu penenmuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi,maka peneliti melakuikan analisis data. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, menikah jelas kaitannya dengan rumah tangga. Adapun kuliah hubungannya dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI PADA ANAK (STUDI KASUS ANAK YANG SELALU BERGANTUNG PADA ORANG LAIN)) A. Analisis Proses Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya. 78 Bab 5 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd terhadap ayahnya adalah: a. Ayah Hd melakukan poligami. b. Ayahnya kurang perhatian dikala istrinya (ibu Hd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke dunia ini tidak serta merta dibekali dengan ilmu pendidikan atau dengan kata lain dirinya menjadi pandai dan mampu menciptakan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA 79 BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA A. Analisis Proses Konseling dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya Dalam proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi secara lebih dalam penerimaan (acceptance) anak terhadap hadirnya ayah tiri setelah kematian ayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo Proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive 121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sini peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Proses selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis data. Analisis data dilakukan peneliti guna memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan pada fokus permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA A. ANALISIS DATA Analisis data dilakukan setelah keseluruhan data terkumpul. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

KONSELING ISLAMI. 1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat (al-baqarah, 2 : 201), (ar-ra ad, 13 : 26, 28-29), (al- Qashash, 28 : 77)

KONSELING ISLAMI. 1. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat (al-baqarah, 2 : 201), (ar-ra ad, 13 : 26, 28-29), (al- Qashash, 28 : 77) KONSELING ISLAMI Pengertian Bimbingan Islami Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut: BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis data, analisis data ini dilakukan peneliti untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari lapangan berdasarkan fokus

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan Dalam menganalisis faktor penyebab remaja terkena narkoba di Desa Kandangsemangkon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode artinya cara yang dilakukan dalam penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB IV. Dari hasil data yang diperoleh dilapangan, melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dipaparkan dibab sebelumnya, maka peneliti

BAB IV. Dari hasil data yang diperoleh dilapangan, melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dipaparkan dibab sebelumnya, maka peneliti BAB IV ANALISA TENTANG PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA DAN HASIL AKHIR DARI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA UNTUK MEMPERTAHANKAN PERTUNANGAN DI DESA KADUARA BARAT KECAMATAN LARANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 1 Metode dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani Disharmonis Keluarga untuk Mengembalikan Sistem Keluarga Di Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan Berdasarkan penyajian

Lebih terperinci

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Small Groups in Counseling and Therapy Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Konseling kelompok? Konseling kelompok? Kita perlu belajar Perubahan dalam konseling Perasaan Pikiran Perilaku Bahagia Konsep konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Tiri Istilah ibu tiri secara harfiyah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ibu merupakan panggilan yang takzim kepada wanita, sedangkan tiri berarti bukan darah daging

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini, 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mengungkapkan realitas yang ada, maka seseorang dapat menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode artinya cara yang dilakukan dalam penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil 52 BAB III METODE PENELITIAN Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan 1. Karena itu metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi,maka peneliti melakuikan analisis data. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan bagaimana strategi membangun loyalitas pelanggan PT. ISS Indonesia cabanga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta

Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta Oleh Sugiyanto 081326025221 Email/face book : sugiyanto@uny.ac.id atoksugiyanto@yahoo.com Konseling adalah jantunghatinya

Lebih terperinci

4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan

4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan 94 4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan Waktu 1. Curiga Nafkah 2. Sedih dan stress Perhatian pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian BAB IV ANALISA DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara, observasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh peneliti maka peneliti menganalisa dengan analisa deskriptif.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini, konselor selaku konselor akan melakukan analisis terhadap data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis ini dimaksudkan agar dapat menyintesikan

Lebih terperinci

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Gantina Komalasari Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Konseli berbicara dan konselor tidak memberi

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK) A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya Secara teoritis, menurut Aunur Rahim Faqih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada hakikatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran.dalam penelitian, kita mengenal dua bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian Metode adalah cara cepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, maka penelitian ini. diperoleh berupa kata-kata dan gambar. 42 Pendekatan deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, maka penelitian ini. diperoleh berupa kata-kata dan gambar. 42 Pendekatan deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan bagaimana sense of humor dalam lingkungan kerja di Yayasan Dana Sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja cenderung diartikan oleh banyak orang sebagai usia bermasalah. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja banyak terjadi perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci