Bab 3. Analisis Data. Penulis telah menyebarkan angket yang berisi 10 pertanyaan seputar aborsi kepada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data. Penulis telah menyebarkan angket yang berisi 10 pertanyaan seputar aborsi kepada"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data Penulis telah menyebarkan angket yang berisi 10 pertanyaan seputar aborsi kepada orang Jepang sebanyak 50 orang responden. Dari hasil angket tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut : 3.1 Analisis Prosentase Jawaban Responden Dari angket yang telah disebarkan kepada 50 responden, diperoleh hasil sebagai berikut : Dari soal no 1 : 1 妊娠中絶を知っていますか A はい 知っています B いいえ 知りません Terjemahan : 1. Apakah kamu tahu apa itu aborsi? A. Tahu B. Tidak tahu Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.1 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 1 dalam Angket 19

2 Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 100 % ( 50 orang ) menjawab A. はい 知っています ( tahu ), dan untuk pilihan B. いいえ 知りません ( tidak tahu ), sebanyak 0 % ( tidak ada yang memilih ). Dari soal no. 2 : 2 あなたにとって 妊娠中絶とは何ですか A わざと妊娠した子供をなくすこと B わざとではなく 妊娠した子供をなくすこと Terjemahan : 2. Menurut kamu, apa itu aborsi? A. Penghentian kehamilan yang disengaja. B. Penghentian kehamilan yang tidak disengaja. Diperoleh hasil sebagai berikut : 20

3 Grafik 3.2 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 2 dalam Angket Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 90% ( 45 orang ) menjawab A. わざと妊娠した子供をなくすこと ( Penghentian kehamilan yang disengaja ), dan 10% ( 5 orang ) menjawab B. わざとではなく 妊娠した子供をなくすこと ( Penghentian kehamilan yang disengaja ). Dari soal no. 3 : 3 望まずに妊娠したら 妊娠中絶は解決の方法の一つだと思いますか A はい : 1 恥ずかしい思いをしないように 2 日本の法律で認められているから B いいえ : 1 赤ちゃんに罪はないから 2 日本の法律で認められていないから 21

4 Terjemahan : 3. Aborsi merupakan salah satu jalan keluar jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. A. Setuju karena : 1. Supaya tidak malu. 2. Sesuai dengan UU di Jepang. B. Tidak setuju karena : 1. Bayi tersebut tidak bersalah. 2. Aborsi merupakan tindak kriminal. Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.3 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 3 dalam Angket Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa 76 % menjawab A. はい ( setuju ) dan 24 % menjawab B. いいえ ( tidak setuju ). Dari jawaban tersebut, dibagi menjadi masing masing 2 pilihan jawaban. Untuk jawaban A. はい ( setuju ), dibagi menjadi 恥ずかしい思いをしないように ( supaya tidak malu ), dan 日本の法律で認められているから ( sesuai dengan UU di Jepang ). Untuk jawaban B. いいえ ( tidak setuju ), dibagi 22

5 menjadi 赤ちゃんに罪はないから ( bayi tersebut tidak bersalah ), dan 日本の法律で認められていないから ( aborsi merupakan tindak kriminal ). Diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3.1 Tabel Rincian Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 3 dalam Angket Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 60% ( 30 orang ) menjawab A.1. はい, 恥ずかしい思いをしないように ( setuju, supaya tidak malu ), 16% ( 8 orang ) menjawab A.2. はい, 日本の法律で認められているから ( setuju, sesuai dengan UU di Jepang, 24% ( 12 orang ) menjawab B.1. いいえ, 赤ちゃんに罪はないから ( tidak setuju, bayi tersebut tidak bersalah ), dan untuk pilihan B.2. いいえ, 日本の法律で認められていないから ( tidak setuju, aborsi merupakan tindak kriminal, sebanyak 0% ( tidak ada yang memilih ) maka tidak muncul di dalam grafik. Dari soal no. 4 : 4 あなたは 妊娠中絶と日本の現代化は関連があると思いますか A はい : 1 現代化にとって妊娠中絶するための技術も進歩したから 2 現代化にともなって 妊娠中絶が安全になったから B いいえ : 1 妊娠中絶と現代化は関係がない 23

6 2 妊娠中絶は個人的な問題である Terjemahan : 4. Menurut kamu, apakah aborsi berkaitan dengan modernisasi di Jepang? A. Berkaitan karena : 1. Semakin modern, maka alat-alat untuk menunjang aborsi semakin canggih. 2. Dengan adanya modernisasi, maka aborsi menjadi lebih aman. B. Tidak berkaitan karena : 1. Tidak ada hubungannya antara aborsi dengan modernisasi. 2. Aborsi berkaitan dengan individu yang melakukannya, bukan dengan modenisasi. Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.4 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 4 dalam Angket 24

7 Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa 20 % menjawab A. はい ( berkaitan ) dan 80 % menjawab B. いいえ ( tidak berkaitan ). Dari jawaban tersebut, dibagi menjadi masing masing 2 pilihan jawaban. Untuk jawaban A. はい ( berkaitan ), dibagi menjadi 現代化にとって妊娠中絶するための技術も進歩したから ( semakin modern, maka alat-alat untuk menunjang aborsi semakin canggih ), dan 現代化にともなって 妊娠中絶が安全になったから ( dengan adanya modernisasi, maka aborsi menjadi lebih aman ). Untuk jawaban B. いいえ ( tidak berkaitan ), dibagi menjadi 妊娠中絶と現代化は関係がない ( tidak ada hubungannya antara aborsi dengan modernisasi ), dan 妊娠中絶は個人的な問題である ( aborsi berkaitan dengan individu yang melakukannya, bukan dengan modenisasi ). Diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3.2 Tabel Rincian Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 4 dalam Angket Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 20% ( 10 orang ) menjawab A.1. はい, 現代化にとって妊娠中絶するための技術も進歩したから ( berkaitan, semakin modern, maka alat alat untuk menunjang aborsi semakin 25

8 canggih ). Untuk pilihan A.2. はい, 現代化にともなって 妊娠中絶が安全になったから ( berkaitan, dengan adanya modernisasi, maka aborsi menjadi lebih aman ), sebanyak 0% ( tidak ada yang memilih ) maka tidak muncul di dalam grafik. 56% ( 28 orang ) menjawab B.1. いいえ, 妊娠中絶と現代化は関係がない ( tidak berkaitan, tidak ada hubungannya antara aborsi dengan modernisasi ). 24% ( 12 orang ) menjawab B.2. いいえ, 妊娠中絶は個人的な問題である ( tidak berkaitan, aborsi berkaitan dengan individu yang melakukannya, bukan dengan modernisasi ). Dari soal no. 5 : 5 あなたは妊娠中絶をするにはどんなものがあると思いますか A 恥ずかしい思いをしないように B 親と恋人に言われたから C 健康のため Terjemahan : 5. Menurut kamu, apa penyebab utama seseorang melakukan aborsi? A. Karena malu B. Desakan orang lain ( keluarga / pacar ) C. Alasan medis Diperoleh hasil sebagai berikut : 26

9 Grafik 3.5 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 5 dalam Angket Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 46 % ( 23 orang ) menjawab A. 恥ずかしい思いをしないように ( karena malu ). 16 % ( 8 orang ) menjawab B. 親と恋人に言われたから ( desakan orang lain ), dan 38 % ( 19 orang ) menjawab C. 健康のため ( alasan medis ). Dari soal no. 6 : 6 妊娠中絶は若者にとって安全な方法である A はい : 1 道具は近代的だから 安全である 2 妊娠中絶の専門の医者がたくさんいるから B いいえ : 1 妊娠中絶は危ないし 死んでしまう可能性もあるから 2 若者は妊娠中絶のできる体になっていないから Terjemahan : 6. Aborsi tidak berbahaya walaupun dilakukan oleh para remaja. A. Setuju, karena : 1. Alat-alat sudah canggih, jadi tidak berbahaya. 27

10 2. Banyak dokter ahli yang bisa melakukan aborsi. B. Tidak setuju, karena : 1. Aborsi berbahaya, dapat mengakibatkan kematian. 2. Remaja sangat rentan terhadap aborsi. Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.6 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 6 dalam Angket Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa 20 % menjawab A. はい ( setuju ) dan 80 % menjawab B. いいえ ( tidak setuju ). Dari jawaban tersebut, dibagi menjadi masing masing 2 pilihan jawaban. Untuk jawaban A. はい ( setuju ), dibagi menjadi 道具は近代的だから 安全である ( alat-alat sudah canggih, jadi tidak berbahaya ), dan 妊娠中絶の専門の医者がたくさんいるから ( banyak dokter ahli yang bisa melakukan aborsi. Untuk jawaban B. いいえ ( tidak setuju ), dibagi menjadi 妊娠中絶は危ないし 死んでしまう可能性もあるから ( aborsi berbahaya, dapat mengakibatkan kematian ), dan 若者は妊娠中絶のできる体になっていないから ( remaja sangat rentan terhadap aborsi ). Diperoleh data sebagai berikut : 28

11 Tabel 3.3 Tabel Rincian Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 6 dalam Angket Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 16 % ( 8 orang ) menjawab A.1. はい, 道具は近代的だから 安全である ( setuju, alat alat sudah canggih, jadi tidak berbahaya ). 10 % ( 5 orang ) nenjawab A.2. はい, 妊娠中絶の専門の医者がたくさんいるから ( setuju, banyak dokter ahli yang bisa melakukan aborsi ). 24 % ( 12 orang ) menjawab B.1. いいえ, 妊娠中絶は危ないし 死んでしまう可能性もあるから ( tidak setuju, aborsi berbahaya, dapat mengakibatkan kematian ), dan 50 % ( 25 orang ) menjawab B.2. いいえ, 若者は妊娠中絶のできる体になっていないから ( tidak setuju, remaja sangat rentan terhadap aborsi ). Dari soal no 7 : 7 若者の非行は妊娠中絶の原因の一つであると思う A はい B いいえ Terjemahan : 7. Kenakalan remaja merupakan salah satu penyebab aborsi. A. Setuju B. Tidak setuju 29

12 Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.7 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 7 dalam Angket Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 84 % ( 42 orang ) menjawab A. はい ( setuju ), dan 16 % ( 8 orang ) menjawab B. いいえ ( tidak setuju ). Dari soal no. 8 : 8 あなたは妊娠中絶が合法化されたことに賛成ですか A 賛成 : 1 出生率を減らすことができるから 2 妊娠中絶は犯罪じゃないから B 反対 : 1 合法化したら 妊娠中絶をする人が多くなるから 2 子供の数が少なくなるから Terjemahan : 8. Kamu setuju / tidak jika aborsi dilegalkan? A. Setuju, karena : 1. Dapat menekan angka kelahiran. 2. Aborsi bukan tindak kriminal. B. Tidak setuju, karena : 1. Jika dilegalkan, akan semakin banyak kasus aborsi. 30

13 2. Jumlah anak-anak akan semakin sedikit. Diperoleh hasil sebagai berikut: Grafik 3.8 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 8 dalam Angket Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa 20 % menjawab A. はい ( setuju ) dan 80 % menjawab B. いいえ ( tidak setuju ). Dari jawaban tersebut, dibagi menjadi masing masing 2 pilihan jawaban. Untuk jawaban A. はい ( setuju ), dibagi menjadi 出生率を減らすことができるから ( dapat menekan angka kelahiran ), dan 妊娠中絶は犯罪じゃないから ( aborsi bukan tindak kriminal ). Untuk jawaban B. いいえ ( tidak setuju ), dibagi menjadi 合法化したら 妊娠中絶をする人が多くなるから ( jika dilegalkan, akan semakin banyak kasus aborsi ), dan 子供の数が少なくなるから ( jumlah anakanak akan semakin sedikit ). 31

14 Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.4 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 8 dalam Angket Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 6 % ( 3 orang ) menjawab A.1. はい出生率を減らすことができるから ( setuju, dapat menekan angka kelahiran ). 14 % ( 7 orang ) menjawab A.2. はい, 妊娠中絶は犯罪じゃないから ( setuju, aborsi bukan tindak kriminal ). 80 % ( 40 orang ) menjawab B.1. いいえ, 合法化したら 妊娠中絶をする人が多くなるから ( tidak setuju, jika dilegalkan, akan semakin banyak kasus aborsi ), dan untuk pilihan B.2. いいえ, 子供の数が少なくなるから ( tidak setuju, jumlah anak anak akan semakin sedikit ), sebanyak 0 % ( tidak ada yang memilih ) maka tidak muncul di dalam grafik. Dari soal no. 9 : 9 あなたは どうして日本政府は妊娠中絶を合法化したと思いますか A 出生率を減らすため B 多くの人が望んだから C 結婚前の妊娠をふせぐため D 赤ちゃんのいのちを守るため 32

15 Terjemahan : 9. Menurut kamu, apa alasan pemerintah Jepang melegalkan aborsi? A. untuk menekan angka kelahiran. B. Banyak yang meminta agar aborsi dilegalkan. C. Mencegah kehamilan di luar nikah. D. Untuk menyelamatkan sang ibu jika kehamilannya berbahaya. Diperoleh hasil sebagai berikut : Grafik 3.9 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 9 dalam Angket Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 80 % ( 40 orang ) menjawab A. 出生率を減らすため ( untuk menekan angka kelahiran ). 16 % ( 8 orang ) menjawab B. 多くの人が望んだから ( banyak yang meminta agar aborsi dilegalkan ). Untuk pilihan C. 結婚前の妊娠をふせぐため ( mencegah kehamilan di luar nikah ), sebanyak 0 % ( tidak ada yang memilih ) maka tidak muncul di dalam grafik, dan untuk 33

16 pilihan jawaban D. 赤ちゃんのいのちを守るため ( untuk menyelamatkan sang ibu jika kehamilannya berbahaya ) sebanyak 4 % ( 2 orang ). Dari soal no. 10 : 10 あなたは 妊娠中絶をよくする女性はいくつぐらいだと思いますか A 20 歳以下 D 歳 B 歳 E 歳 C 歳 F 40 歳以上 Terjemahan : 10. Menurut kamu, jumlah aborsi yang paling besar dilakukan oleh wanita pada usia : A. Dibawah 20 tahun. D tahun. B tahun. E tahun. C tahun. F. Diatas 40 tahun Diperoleh hasil sebagai berikut : 34

17 Grafik 3.10 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 10 dalam Angket Dari grafik di atas dapat kita ketahui bahwa dari 50 responden, 40 % ( 20 orang ) menjawab A. 20 歳以下 ( dibawah 20 tahun ). 50 % ( 25 orang ) menjawab B 歳 ( tahun ). 4 % ( 2 orang ) menjawab C 歳 ( tahun ). 4 % ( 2 orang ) menjawab D 歳 ( tahun ). Untuk pilihan jawaban E 歳 ( tahun ) sebanyak 0 % ( tidak ada yang memilih ) maka tidak muncul di dalam grafik, dan untuk pilihan jawaban F. 40 歳以上 ( diatas 40 tahun ) sebanyak 2 % ( 1 orang ). 3.2 Analisis Jawaban Responden Terhadap Angket Mengenai Aborsi Pada bagian ini berisikan analisis jawaban responden terhadap angket yang telah disebarkan kepada 50 responden orang Jepang. Angket berisi 10 pertanyaan seputar aborsi di Jepang. Berikut hasil analisis dari kesepuluh pertanyaan di dalam angket : 35

18 3.2.1 Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 1 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 1 yang berisi pertanyaan Apakah kamu tahu apa itu aborsi? 100 % ( 50 orang ) menjawab A. Tahu. Hal ini sudah dapat dipastikan karena berdasarkan bukti - bukti yang ada, pada masa sebelum Perang Dunia II, pemerintah Jepang mengeluarkan aturan yang melarang aborsi dan memaksa kaum wanita untuk melahirkan banyak anak di bawah semboyan うめよふやせよ ( lahirkan anak-anak, besarkan populasi ). Dukungan positif dari para wanita saat itu mungkin berhubungan dengan rasa patriotisme sebagai bentuk pengabdian terhadap negara. Bahkan sebelumnya yakni pada era Tokugawa ( ), para wanita Jepang sudah mengenal aborsi. Pada masa itu, wanita Jepang menjadi simpanan para tentara Jepang, salah satu tugas mereka adalah melayani para tentara tersebut.. Jika terjadi kehamilan, mereka melakukan aborsi, untuk mengugurkan kandungannya agar tetap bisa menjadi idola dikalangan para tentara tersebut ( LaFleur, 1992 : ). Pada masa Meiji ( dimulainya restorasi Meiji 1868 ), untuk memenuhi tenaga kerja, pemerintah mengeluarkan undang-undang anti aborsi dan menyatakan praktek aborsi sebagai tindak pidana terkecuali jika sang ibu memang diharuskan untuk melakukan aborsi. Jika mempunyai alasan yang kuat, aborsi merupakan hak individu yang akan melakukan aborsi itu sendiri ( Muramatsu, 1996 : 30 ). Sejak dulu kala, masyarakat Jepang sudah mengenal aborsi ditambah dengan diberlakukannya peraturan dari pemerintah Jepang pada masa itu untuk melarang masyarakat Jepang melakukan aborsi karena pada masa itu dibutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga pemerintah mengeluarkan undang undang anti aborsi dan 36

19 menganggap aborsi sebagai tindak kriminal. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, aborsi dikenal sebagai alat untuk mengontrol populasi. Seperti yang dikatakan Muramatsu ( 1996 : 30 ), bahwa berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ada, pemerintah mempunyai kecenderungan untuk menerapkan aturan penggunaan alat kontrasepsi ( pencegah kehamilan ) dan aborsi sebagai alat pengontrol populasi. Kebijakan untuk mengendalikan tingkat kelahiran yang dijalankan seringkali mengabaikan hak wanita dan hanya disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Dengan diterapkannya aturan yang memaksa kaum wanita untuk melahirkan banyak anak di bawah semboyan うめよふやせよ ( lahirkan anak-anak, besarkan populasi ), angka kelahiran di Jepang melonjak tajam. Populasi menjadi tidak terkontrol, dan atas alasan itulah maka pemerintah mempunyai kecenderungan untuk menerapkan aturan penggunaan alat kontrasepsi ( pencegah kehamilan ) dan aborsi sebagai alat pengontrol populasi. Akan tetapi pada tahun 1948, pemerintah mengeluarkan Undang Undang Perlindungan Eugenika, di mana dalam undang undang ini pemerintah melegalkan aborsi yang sebelumnya dianggap ilegal ( merupakan tindakan kriminal pada masa itu ). Jadi dapat disimpulkan, aborsi bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Jepang pada masa sekarang karena mereka sudah mengenal istilah aborsi sejak era Tokugawa ( ) ( LaFleur, 1992 : ), sehingga dari 50 responden yang menjawab angket ini, 100 % ( 50 orang ) menjawab tahu tentang aborsi Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 2 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 2 yang berisi pertanyaan Menurut kamu, apa itu aborsi?, 90 % ( 45 orang ) menjawab A. Penghentian 37

20 kehamilan yang disengaja. Sesuai dengan yang dikatakan oleh dr. Agus Abadi dari UPF, Lab Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, FK Unair ( 2005 :32 ) Abortus ( definisi yang lama ) - adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan pada usia kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. WHO memperbaharui definisi Aborsi yakni Aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Aborsi juga diartikan mengeluarkaan atau membuang baik embrio atau fetus secara prematur ( sebelum waktunya ). Istilah Aborsi disebut juga Abortus Provokatus ( inilah yang belakangan menjadi ramai dibicarakan ). Abortus yang dilakukan secara sengaja. 45 orang dari 50 responden yang menjawab pertanyaan no. 2 menjawab dengan benar bahwa aborsi adalah penghentian kehamilan yang disengaja. Janin digugurkan secara sengaja oleh sang ibu yang bersangkutan. Janin tersebut dikeluarkan dengan sengaja atas permintaan dari pelaku aborsi tersebut. Akan tetapi, ada 5 orang responden menjawab B. Penghentian kehamilan yang tidak disengaja. Menurut Prof. dr. H. Dadang Hawari, Psi ( 2006 : 62 ), mengatakan bahwa Aborsi ( pengguguran ) berbeda dengan keguguran. Aborsi atau pengguguran kandungan adalah terminasi ( penghentian ) kehamilan yang disengaja ( abortus provocatus ). Yakni kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan yang berhenti karena faktor-faktor alamiah ( abortus spontaneous ). Dengan kata lain, penghentian kehamilan yang tidak disengaja adalah pengertian dari keguguran, bukan aborsi. aborsi merupakan penghentian kehamilan yang disengaja oleh sang ibu yang bersangkutan ( sesuai dengan keinginan atau permintaan sang ibu ), sedangkan keguguran merupakan penghentian kehamilan yang sama sekali tidak disengaja ( terjadi karena faktor alamiah, bukan karena 38

21 permintaan sang ibu untuk mengeluarkan janin yang sedang dikandungnya ). Pada dasarnya masyarakat Jepang mengetahui apa itu aborsi yang dalam bahasa Jepangnya adalah 妊娠中絶 ( ninshinchuuzetsu ) karena aborsi sudah ada di Jepang sejak era Tokugawa ( ) sehingga kata aborsi tidak asing lagi bagi masyarakat Jepang (LaFleur, 1992 : 69 ). Akan tetapi berdasarkan jawaban yang diberikan oleh 50 responden ( orang Jepang ), terdapat 5 orang yang menjawab bahwa aborsi adalah penghentian kehamilan yang tidak disengaja. Pengertian aborsi dan keguguran seringkali kurang dimengerti oleh masyarakat, karena pada dasarnya keduanya sama sama menghentikan kehamilan, yang membedakan hanya penghentian kehamilan tersebut disengaja atau tidak. Jadi sesuai dengan perkataan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aborsi adalah penghentian kehamilan yang disengaja ( jawaban A ), sedangkan untuk jawaban B ( penghentian kehamilan yang tidak disengaja ) merupakan pengertian dari keguguran Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 3 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 3 yang berisi pertanyaan ( berupa pernyataan, yang jawabannya setuju atau tidak ) Aborsi merupakan salah satu jalan keluar jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, dapat dilihat dari grafik berikut : 39

22 Grafik 3.11 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 3 dalam Angket 60% 50% 60% 40% 30% 20% 10% 0% 24% 16% 0% A.1 A.2 B.1 B.2 Keterangan : A.1 : Setuju supaya tidak malu A.2 : Setuju sesuai dengan UU di Jepang B.1 : Tidak Setuju bayi tersebut tidak bersalah B.2 : Tidak Setuju aborsi merupakan tindak kriminal Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari 50 responden, 60 % ( 30 orang ) menjawab A.1 Setuju, supaya tidak malu. Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang hidup dalam kelompok, terutama para remajanya. Para remaja Jepang sebagian besar hidup di dalam kelompok yang mereka anggap memiliki satu paham dengan mereka. Di luar lingkungan keluarga, mereka menjalankan kehidupan mereka bersama kelompok mereka masing masing. Hal ini tercermin dari besarnya waktu yang mereka habiskan di dalam kelompok. Akan tetapi, mereka jarang memberi tahukan hal yang cukup pribadi kepada kelompok mereka karena takut dianggap memalukan, mempunyai aib, dan predikat buruk lainnya. Kelompok ini pun banyak memberikan pengaruh bagi pribadi masing masing remaja yang terlibat di dalamnya, baik pengaruh 40

23 baik maupun buruk. Jarang dari mereka yang mampu menolak jika diajak untuk melakukan tindakan tindakan menyimpang seperti mencuri, berbuat onar, termasuk seks bebas yang berujung pada kehamilan di luar nikah. Mereka takut dianggap tidak solid terhadap kelompok. Akan tetapi, bila terjadi kehamilan di luar nikah, mereka lebih memilih untuk diam daripada harus memberitahukannya kepada anggota kelompok yang lain dan memilih aborsi sebagai jalan keluar bagi kehamilan yang tidak diinginkan. Alasan mereka untuk tidak memberitahukan hal itu adalah karena mereka malu dan takut dikucilkan oleh kelompoknya ( Halimatuzzahra, 2008 : ). Hal menarik yang menyangkut masalah aborsi dalam kehidupan nyata masyarakat di Jepang adalah besarnya angka aborsi yang dilakukan oleh wanita usia produktif ( tahun ) ( Sumiko, 1996 : 20 ). Dalam batasan tersebut, tercakup di dalamnya para remaja putri, karena batasan usia remaja menurut WHO ( World Health Organization ) dibagi menjadi dua yaitu remaja awal ( tahun ) dan remaja akhir ( tahun ) ( Kumpulan Artikel Psikologi, 2006 ). Setelah diberlakukannya Undang Undang Perlindungan Eugenika ( undang undang di Jepang yang mengatur tentang aborsi, melegalkan aborsi sejak undang undang ini dikeluarkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 1948 ), kasus aborsi di Jepang meningkat pesat. Diketahui bahwa sekitar 1 dari 3 remaja putri Jepang telah melakukan aborsi lebih dari 1 kali ( Sawanobori, 1989 : 244 ). Akibat diberlakukannya Undang Undang Perlindungan Eugenika yang membawa kemudahan untuk aborsi ini, angka kehamilan di kalangan remaja yang meningkat,. Cukup banyak remaja yang ingin melakukan aborsi saat kehamilan menginjak usia 4 6 bulan. Hal ini disebabkan karena malu, ragu ragu, takut, atau karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai masalah seksual ( Gelb & Palley, 1994 : 76 ). Seperti yang dikatakan Mulyono ( 1995 : 10 ), masa remaja merupakan masa krisis identitas 41

24 karena terkadang seorang remaja melakukan perbuatan yang terkadang dianggap di luar batas kewajaran karena pada dasarnya perbuatan anak ( remaja ) di satu pihak berada dalam masa mencari identitas diri, sedang mengalami perkembangan atau pertumbuhan fisik dan mental yang belum stabil atau matang. Pada usia remaja ini banyak terjadi perubahan seperti pada fisik, psikis, maupun sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan bersifat kepribadian yang kurang baik akan memicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku karena lingkungan keluarga, pendidikan, serta lingkungan masyarakat merupakan keterkaitan dalam pembentukan diri seorang remaja. Pada saat inilah diperlukannya peranan orang tua dan guru untuk membimbing anak yang sedang memasuki masa remaja di mana mereka masih berada dalam tahap pencarian identitas diri atau jati diri mereka yang sebenarnya ( Sarwono, 2003 : 47 ). Pendidikan seksual juga perlu diberikan sejak dini, baik dari pihak keluarga maupun dari pihak sekolah. Pendidikan seksual yang diberikan sejak seorang anak memasuki masa produktif dipercaya dapat mencegah terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya. Akan tetapi pada kenyataannya, kurikulum pendidikan seks ( sex education ) yang diberikan di sekolah maupun di kampus ternyata tidak berhasil merubah sikap mental dan perilaku seksual mereka. Dilihat dari laporan Centers for Diseases Control ( CDC, 1988 ), mengemukakan bahwa setelah dilakukan survey, ternyata hasil yang diperoleh ternyata mengecewakan karena meskipun mereka sudah memperoleh pendidikan seks dan tahu cara pencegahan kehamilan, namun kasus-kasus hamil di luar nikah yang diikuti dengan aborsi di kalangan remaja tidak menjadi turun karenanya. 42

25 Dapat disimpulkan bahwa populasi remaja merupakan populasi resiko tinggi untuk kasus kehamilan di luar nikah dan aborsi ( Hawari, 2006 : ). Oleh karena itu, 60 % ( 30 orang ) dari 50 responden menyatakan mereka setuju terhadap pernyataan aborsi merupakan salah satu jalan keluar jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Di samping itu, aborsi sesuai dengan Undang Undang Perlindungan Eugenika ( Eugenic Protection Law ) yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang. Dengan diberlakukannya undang undang ini, aborsi di Jepang menjadi legal sejak tahun Sebelumnya pemerintah membuat peraturan yang menyatakan bahwa aborsi merupakan tindak kriminal karena pada masa itu ( masa ketika dimulainya restorasi Meiji 1868 ), pemerintah membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga pemerintah mengeluarkan larangan melakukan aborsi. Oleh karena itu 16 % ( 8 orang ) menjawab A.2 ( setuju karena sesuai dengan UU di Jepang ) karena memang di Jepang memiliki undang undang yang memperbolehkan wanita untuk melakukan aborsi. sedangkan untuk jawaban B.2 ( tidak setuju karena aborsi merupakan tindak kriminal ) tidak ada yang menjawab ( 0 % ), karena pada kenyataannya, aborsi di Jepang bukan merupakan tindak kriminal. Aborsi di Jepang legal sejak tahun Untuk jawaban B.1 ( tidak setuju karena bayi tersebut tidak bersalah ), 24 % ( 12 orang ) memilih jawaban ini. pendapat ini sesuai dengan pendapat Made Heny Urmila Dewi. Urmila Dewi ( 1997 : 14 ), terdapat dua pendekatan dalam memandang praktik aborsi, salah satunya adalah pendekatan kehidupan ( living approach ). Pendekatan ini mengarah kepada keyakinan bahwa memberi kesempatan hidup dan menikmati kehidupan pada manusia itu jauh lebiih penting dan lebih bernilai daripada mengembangkan kebebasan individu. Kebebasan boleh saja dikembangkan, tetapi janganlah ditempuh dengan mengorbankan orang lain yang dalam hal ini adalah calon 43

26 bayi. Oleh karenanya pendekatan ini cenderung menolak praktik aborsi pada wanita dan kaum ibu Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 4 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 4 yang berisi pertanyaan Menurut kamu, apakah aborsi berkaitan dengan modernisasi di Jepang?,dapat dilihat dari grafik berikut : Grafik 3.12 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 4 dalam Angket 60% 50% 40% 56% 30% 20% 10% 0% 20% 24% 0% A.1 A.2 B.1 B.2 Keterangan : A.1 : Berkaitan semakin modern, maka alat alat untuk menunjang aborsi semakin canggih. A.2 : Berkaitan dengan adanya modernisasi, aborsi menjadi lebih aman. B.1 : Tidak Berkaitan tidak ada hubungannya antara aborsi dengan modernisasi. B.2 : Tidak Berkaitan aborsi berkaitan dengan individu yang melakukannya, bukan dengan modernisasi Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari 50 responden, pilihan jawaban tertinggi adalah B.1 ( tidak berkaitan, tidak ada hubungannya antara aborsi dengan 44

27 modernisasi ). Sebanyak 56 % ( 28 orang ) memilih jawaban B.1 ( tidak berkaitan, tidak ada hubungannya antara aborsi dengan modernisasi ). Modernisasi di Jepang terjadi sejak mulainya restorasi Meiji ( 1868 ). Semenjak mulainya restorasi Meiji, dimulailah perdagangan bebas di Jepang, dan kehidupan yang lebih modern pun mulai bermunculan sehingga budaya Jepang menjadi lebih berkembang dan semakin unik. Budaya barat lambat laun mulai memasuki budaya Jepang dan hal ini mungkin saja dikarenakan rasa ingin tahu dan ketertarikan orang barat yang sangat tinggi terhadap budaya Jepang ( Matsumoto, 2002 : 3 ). Sementara itu, masyarakat Jepang sudah mengenal istilah aborsi atau にんしんちゅうぜつ ; 妊娠中絶 sejak era Tokugawa ( ). Pada era Tokugawa ( ), para wanita Jepang sudah mengenal aborsi. Pada masa itu, wanita Jepang menjadi simpanan para tentara Jepang, salah satu tugas mereka adalah melayani para tentara tersebut.. Jika terjadi kehamilan, mereka melakukan aborsi agar tetap bisa menjadi idola dikalangan para tentara tersebut ( LaFleur, 1992 : ). Ditinjau dari tahunnya, aborsi sudah ada sebelum adanya modernisasi di Jepang ( aborsi dikenal sejak tahun , dan modernisasi terjadi sejak awal tahun 1868). Akan tetapi belum ada ahli yang mengatakan apakah pada masa itu ( era Tokugawa ) aborsi dilegalkan atau tidak. Berdasarkan data yang ada, pada masa dimulainya restorasi Meiji 1868, pemerintah mengeluarkan larangan bagi para wanita Jepang melakukan aborsi terkecuali jika sang ibu memang diharuskan untuk melakukan aborsi. Jika mempunyai alasan yang kuat, aborsi merupakan hak individu yang akan melakukan aborsi itu sendiri ( Muramatsu, 1996 : 30 ). Sesuai dengan yang dikatakan oleh Urmila Dewi ( 1997 : 14 ), bahwa terdapat dua pendekatan dalam memandang aborsi, salah satunya adalah pendekatan kebebasan 45

28 ( freedom approach ), dimana pada pendekatan ini mempunyai keyakinan bahwa setiap orang, termasuk wanita dan kaum ibu memiliki kebebasan untuk menentukan nasib hidup dan nasib tubuhnya. Pendekatan ini menganggap bahwa masalah kelahiran merupakan masalah manusia seratus persen, dalam arti yang bersangkutan mempunyai hak penuh untuk melanjutkan kehamilannya atau tidak. Setiap ibu berhak menentukan apakah ia ingin melanjutkan kehamilannya ( melahirkan anak yang dikandungnya ) atau tidak. Hal ini merupakan hak individu setiap wanita. Sesuai dengan pendapat para ahli yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa aborsi tidak ada kaitannya dengan modernisasi yang ada di Jepang karena masyarakat Jepang sendiri telah mengenal aborsi sejak era Tokugawa ( ), sedangkan modernisasi di Jepang dimulai pada awal tahun 1868 ( awal restorasi Meiji ). Aborsi berkaitan dengan individu yang melakukannya. Hal ini tercermin dari pendapat Muramatsu yang menyatakan bahwa jika mempunyai alasan yang kuat, aborsi merupakan hak individu yang melakukannya. Sebelum dimulainya modernisasi di Jepang, wanita Jepang sudah melakukan aborsi karena mereka mempunyai hak penuh terhadap tubuhnya termasuk kehamilannya ( Muramatsu, 1996 : 30 ). Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa dari 56 % ( 28 orang ) dari 50 responden berpendapat bahwa aborsi tidak ada hubungannya dengan modernisasi, melainkan berkaitan dengan individu yang melakukannya, bukan dengan modernisasi di Jepang dan pendapat mereka ditunjang dengan adanya bukti bukti yang telah dijabarkan sebelumnya. Untuk pilihan jawaban A.1 ( berkaitan, semakin modern, maka alat alat untuk menunjang aborsi semakin canggih ) sebanyak 20 % ( 10 orang ) memilih jawaban ini. berdasarkan data yang ada, pada tanggal 18 Desember 1989, pertemuan Dewan Kelompok Kerja Kesehatan Masyarakat bidang Perlindungan Eugenika yang 46

29 diinstruksikan oleh Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan memutuskan untuk mengurangi usia kehamilan dimana sebuah tindak aborsi dianggap legal jika usia kehamilan 21 minggu + 6 hari. Dan ketentuan ini mulai dilaksanakan tahun Dasar pengajuan ketetapan ini mempunyai dua alasan, yaitu : 1. Dengan perkembangan teknologi kedokteran yang telah ada sekarang, memungkinkan penyelamatan janin dengan usia kurang dari 24 minggu. 2. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO / World Health Organization ) menetapkan kembali periode perinatal atau masa setelah kelahiran diperpanjang dari usia kehamilan 22 minggu hingga 6 hari pertama ( Muramatsu, 1996 : 37 ). Perkembangan teknologi kedokteran mengalami kemajuan seiring dengan modernisasi yang terjadi di Jepang. Sehingga alat alat yang digunakan untuk menunjang praktek aborsi di Jepang semakin canggih. Menurut Dadang Hawari ( 2006 : ) mengemukakan beberapa kategori dimana aborsi dinyatakan aman, antara lain : 1. Dilakukan oleh dokter ahli kandungan atau dokter umum yang ditunjuk dan terlatih ( bersertifikat ). 2. Dilakukan di rumah sakit atau klinik yang ditunjuk. 3. Fasilitas kesehatan yang tidak ditunjuk pemerintah dilarang melakukan pelayanan aborsi. 4. Rumah sakit dan klinik yang ditunjuk hanya diizinkan memberikan pelayanan aborsi pada perempuan dengan usia kehamilan tidak lebih dari usia kehamilan yang ditentukan. 5. Disetujui oleh sekurang kurangnya seorang konselor dan seorang dokter yang ditunjuk, atau oleh seorang dokter bila dalam keadaan darurat ( emergency ). 47

30 Aborsi yang aman tidak ditentukan oleh modernisasi, akan tetapi bergantung pada dokter yang melakukan aborsi tersebut dan kesehatan individu yang akan melakukan aborsi. Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya kemajuan ( modernisasi ) dalam teknologi kedokteran membuat alat alat kedokteran menjadi lebih canggih, termasuk alat alat untuk menunjang aborsi itu sendiri. Akan tetapi, dokter yang melaksanakan aborsi tersebut dan kesehatan sang ibu yang akan melakukan aborsi merupakan penentu apakah aborsi tersebut aman dilakukan atau tidak. Walaupun alat sudah modern / canggih, apabila dokter yang bersangkutan tidak memiliki keahlian ( dalam hal ini mengenai kandungan ), aborsi berbahaya untuk dilakukan. Begitu pula kesehatan sang ibu yang akan melaksanakan aborsi merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan aborsi, jika kesehatannya kurang memungkinkan untuk melakukan aborsi, secanggih apapun alat yang tersedia dan sehebat apapun dokter yang melakukannya, aborsi tetap berbahaya. Pendapat yang diberikan oleh 20 % ( 10 orang ) dari 50 responden yang memilih pilihan jawaban A.1 ( berkaitan, semakin modern, maka alat alat untuk menunjang aborsi semakin canggih ) dan 0 % ( tidak ada yang memilih ) untuk pilihan jawaban A.2 ( berkaitan, dengan adanya modernisasi, aborsi menjadi lebih aman ), ditunjang oleh adanya perkataan para ahli yang telah dijelaskan di atas. Dengan adanya modernisasi, alat alat yang digunakan memang menjadi semakin canggih, akan tetapi tidak terbukti bahwa dengan adanya modernisasi, tindak aborsi menjadi lebih aman, karena aman atau tidak sebuah aborsi tidak dilihat dari adanya modernisasi atau tidak. 48

31 3.2.5 Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 5 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 5 yang berisi pertanyaan Menurut kamu, apa penyebab utama seseorang melakukan aborsi?, dapat dilihat dari grafik berikut : Grafik 3.5 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 5 dalam Angket Keterangan : A : Karena malu B : Desakan orang lain ( keluarga / pacar ) C : Alasan medis Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari 50 responden, pilihan jawaban tertinggi adalah A ( karena malu ) sebanyak 46 % ( 23 orang ). Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang hidup dalam kelompok, terutama para remajanya. Para remaja Jepang sebagian besar hidup di dalam kelompok yang mereka anggap memiliki satu paham dengan mereka. Di luar lingkungan keluarga, mereka menjalankan kehidupan mereka bersama kelompok mereka masing masing. Hal ini tercermin dari besarnya waktu yang mereka habiskan di dalam kelompok. Akan tetapi, mereka jarang 49

32 memberi tahukan hal yang cukup pribadi kepada kelompok mereka karena takut dianggap memalukan, mempunyai aib, dan predikat buruk lainnya. Kelompok ini pun banyak memberikan pengaruh bagi pribadi masing masing remaja yang terlibat di dalamnya, baik pengaruh baik maupun buruk. Jarang dari mereka yang mampu menolak jika diajak untuk melakukan tindakan tindakan menyimpang seperti mencuri, berbuat onar, termasuk seks bebas yang berujung pada kehamilan di luar nikah. Mereka takut dianggap tidak solid terhadap kelompok. Akan tetapi, bila terjadi kehamilan di luar nikah, mereka lebih memilih untuk diam daripada harus memberitahukannya kepada anggota kelompok yang lain dan memilih aborsi sebagai jalan keluar bagi kehamilan yang tidak diinginkan. Alasan mereka untuk tidak memberitahukan hal itu adalah karena mereka malu dan takut dikucilkan oleh kelompoknya ( Halimatuzzahra, 2008 : ). Selain hidup dalam kelompok, tak dapat dipungkiri bahwa setiap orang hidup di dalam lingkungan keluarga, dimana keluarga merupakan satuan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat awal dimana seseorang mempelajari sesuatu sebelum mendapatkan pendidikan secara resmi di sekolah. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam perkembangan pribadi seseorang. Keluarga selalu menginginkan yang terbaik untuk anggota keluarga lainnya. Meskipun kehamilan di luar nikah bukan merupakan hal yang tabu bagi masyarakat Jepang, akan tetapi jka jika seseorang mengalami hal tersebut, jalan keluar yang akan ditempuh adalah aborsi. dengan melakukan aborsi. Terkadang, seseorang melakukan aborsi bukan merupakan keinginan individu yang bersangkutan, melainkan desakan dari orang lain, salah satunya keluarga atau pacar ( LaFleur, 1992 : 150 ). Adapun alasan lain yang mendorong seseorang melakukan aborsi adalah dengan adanya alasan medis yang mengharuskan orang tersebut melakukan aborsi. Dalam 50

33 Undang Undang aborsi ini ( Eugenic Protection Law atau ゆうせいほごほう ; 優性保護法 ), terdapat 5 syarat utama untuk aborsi menurut persetujuan dokter dokter di Jepang, yaitu : 1. Mempunyai penyakit penyakit kejiwaan ( sakit jiwa turunan, stress, penyakit epilepsy ). 2. Mempunyai jiwa yang lemah. 3. Menderita jiwa yang kritis ( berbakat untuk mendapat sakit jjiwa yang parah, kecenderungan untuk berbuat kriminal ). 4. Kondisi keuangan keluarga tidak memungkinkan. 5. Kehamilan hasil perkosaan. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1989, pertemuan Dewan Kelompok Kerja Kesehatan Masyarakat bidang Perlindungan Eugenika yang diinstruksikan oleh Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan memutuskan mengurangi kehamilan yang untuk melakukan aborsi secara legal menjadi 21 minggu + 6 hari. Dan ketentuan ini mulai dilaksanakan tahun 1991 ( Muramatsu, 1996 : 37 ). Dengan adanya peraturan peraturan tersebut, 19 orang dari 50 responden memilih pilihan jawaban C ( karena alasan medis ) Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 6 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 6 yang berisi pernyataan aborsi tidak berbahaya walaupun dilakukan oleh para remaja, dapat dilihat dari grafik berikut : 51

34 Grafik 3.13 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan N. 6 dalam Angket 50% 40% 50% 30% 20% 10% 0% 24% 16% 10% A.1 A.2 B.1 B.2 s Keterangan : A.1 : Setuju alat alat sudah canggih, jadi tidak berbahaya A.2 : Setuju banyak dokter ahli yang bisa melakukan aborsi B.1 : Tidak Setuju aborsi berbahaya, dapat mengakibatkan kematian B.2 : Tidak Setuju remaja sangat rentan terhadap aborsi Dari grafik di atas, sangat jelas terlihat bahwa pilihan jawaban tertinggi yang dipilih oleh 50 responden adalah pilihan jawaban B.2 (Tidak Setuju, remaja sangat rentan terhadap aborsi ). Menurut Luella Cole dalam Mulyono ( 1995 : 15 ) menyebutkan masa remaja dan membagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : early adolescence 13 to 15 years, middle adolescence 16 to 18 years, late adolescence 19 to 21 years yang artinya : masa awal remaja 13 sampai 15 tahun, masa pertengahan remaja 16 sampai 18 tahun, masa akhir remaja 19 sampai 21 tahun..setelah diberlakukannya Undang Undang Perlindungan Eugenika ( undang undang di Jepang yang mengatur tentang aborsi, melegalkan aborsi sejak undang undang ini dikeluarkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 1948 ), kasus aborsi di Jepang meningkat pesat. Diketahui bahwa sekitar 1 dari 3 52

35 remaja putri Jepang telah melakukan aborsi lebih dari 1 kali ( Sawanobori, 1989 : 244 ). Akibat diberlakukannya Undang Undang Perlindungan Eugenika yang membawa kemudahan untuk aborsi ini, angka kehamilan di kalangan remaja yang meningkat,. Cukup banyak remaja yang ingin melakukan aborsi saat kehamilan menginjak usia 4 6 bulan. Hal ini disebabkan karena malu, ragu ragu, takut, atau karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai masalah seksual. Selama tahun 1987, tercatat satu dari lima remaja yang mengandung melakukan aborsi pada usia pertengahan kendungan. Tindakan itu sangat berbahaya bagi kondisi fisik dan mental nereka daripada melakukan aborsi pada usia kehamilan dini ( 1 3 bulan ) ( Gelb & Palley, 1994 : 76 ). Meningkatnya jumlah kehamilan di luar nikah akibat perubahan cara pergaulan di kalangan remaja dan orang muda yang dipengaruhi oleh media, terutama film serta video. Dengan bertambah bebasnya pergaulan di kalangan remaja, kehamilan tidak diinginkan akan lebih banyak. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kehalmilan tak diinginkan lebih banyak disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan menghadapi kebebasan dalam pergaulan antar jenis kelamin. Kebanyakan dari mereka tidak memahami perubahan perubahan yang terjadi di dalam tubuh atau tidak memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi ( Dewi, 1997 : 17 ). pada tanggal 18 Desember 1989, pertemuan Dewan Kelompok Kerja Kesehatan Masyarakat bidang Perlindungan Eugenika yang diinstruksikan oleh Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan memutuskan mengurangi kehamilan yang untuk melakukan aborsi secara legal menjadi 21 minggu + 6 hari. Dan ketentuan ini mulai dilaksanakan tahun Dasar pengajuan ketetapan ini mempunyai dua alasan : 1. Dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang telah ada sekarang, memungkinkan penyelamatan janin dengan usia kurang dari 24 minggu. 53

36 2. WHO ( World Health Organization ) menetapkan kembali periode perinetal / masa setelah kelahiran diperpanjang dari usia kehamilan 22 minggu hingga 6 hari pertama ( Muramatsu, 1996 : 37 ). Alat alat yang digunakan untuk menunjang aborsi memang mengalami kemajuan dengan adanya modernisasi. Akan tetapi, apabila aborsi tersebut dilakukan oleh remaja, cukup berbahaya karena remaja sangat rentan terhadap aborsi. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dadang Hawari ( 2006 : ). Dalam, bukunya, Prof. Dadang Hawari menjelaskan bahwa walaupun seorang remaja bisa hamil, akan tetapi kondisi rahimnya belum cukup kuat untuk memelihara kehamilannya apalagi melakukan aborsi untuk menyiasati kehamilannya. Meskipun ada beberapa remaja yang kondisi rahimnya kuat untuk memelihara kehamilannya ataupun aborsi, tetapi sebagian besar rahim remaja memang masih sangat rentan dengan kehamilan dan aborsi. Selain kondisi rahim yang belum cukup kuat, kondisi mental remaja tersebut harus diperhatikan karena ia mengalami sesuatu hal yang seharusnya belum ia alami, dalam ini kehamilan dan tentunya aborsi jika ia tidak menginginkan kehamilannya berlanjut. Dapat disimpulkan bahwa walaupun alat alat untuk menunjang aborsi sudah mengalami kemajuan, dan banyak dokter ahli yang bisa melakukan aborsi, akan tetapi jika pelaku aborsi tersebut adalah remaja, aborsi tetap berbahaya. Hal ini dikarenakan remaja masih sangat rentan terhadap aborsi, baik secara fisik maupun mental dari remaja itu sendiri Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 7 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 7 yang berisi pertanyaan Kenakalan remaja merupakan salah satu penyebab aborsi, 84 % ( 42 orang ) 54

37 menjawab A. Setuju dan 16 % ( 8 orang ) menjawab B. Tidak setuju. Yang dapat dikategorikan sebagai remaja adalah manusia pada umur 13 tahun 21 tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan. Masa peralihan yang dimaksudkan di sini adalah peralihan dari masa anak - anak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak - kanak sebelum mencapai masa dewasa. Jadi anak - anak pada umur ini tidak dapat dikatakan anak - anak lagi, tetapi belum dapat dikatakan golongan dewasa. Karenanya dalam masa ini seakan - akan remaja berpijak diantara dua kutub, yaitu kutub yang lama ( masa anak -anak ) yang akan ditinggalkan, dan kutub yang baru, yaitu masa dewasa yang masih akan dimasuki ( Mulyono, 1995 : 16 ). Pada masa masa inilah remaja seringkali melakukan kesalahan bahkan sampai melakukan pelanggaran hukum. Hal itu dikarenakan mereka memang sedang dalam tahap pencarian jati diri mereka yang sesungguhnya. Menurut Herie ( 1996 : 10 ), istilah kenakalan remaja dalam bahasa Inggrisnya adalah Juvenile Delinquency yaitu suatu tingkah laku, perbuatan, atau tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma - norma sosial, agama atau hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Pada kategori ini remaja dapat melakukan hal hal yang tidak diinginkan, di luar kendali sehingga menimbulkan keresahan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar remaja tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman, pergaulan di kalangan remaja pun semakin bebas. Banyak para remaja yang melakukan tindak kriminal, termasuk free sex, sehingga mengakibatkan aborsi. Fenomena ini juga terjadi di kalangan remaja Jepang. Kaum remaja Jepang masa kini cenderung kurang memperhatikan tata karma dan norma moral di kalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi seiiring dengan semakin berkembangnya gaya hidup yang sarat akan kebebasan dalam bertingkah laku sehingga membuat kaum remaja Jepang seringkali lupa akan posisi 55

38 mereka sebagai orang yang belum dewasa dan harus menyadari bahwa di atas mereka ada lapisan masyarakat yang lebih senior dan harus dihormati dan disegani ( Matsumoto, 2002 : 110 ). Mereka lebih cenderung untuk mengikuti apa yang mereka inginkan tanpa memperhatikan masyarakat di sekitar mereka, apakah tindakan yang mereka lakukan itu mengganggu dan meresahkan masyarakat atau tidak. Hal ini pun tercermin dalam Tamotsu ( 1996 : ) : 文化変動の歴史は 多くの場合 若者の反抗から生まれている 若者が大人達と違った文化を持って 常に新しい社会をきずり上げていく こうして 大人文化に対する若者文化 青春文化 下位文化と呼ばれるものが 何時の時代 どこの社会にも存在した その中でも特に社会の変化を生み出す文化は counter culture ( 反抗文化 ) であろう かつての大学紛争は その典型的な一つで 大人文化が持っていた多くのよたてや問題がはやしく摘発され そこから新しい文化が築かれていく 体制側と真正面から戦いを挑む反抗ではなくとも ネクタイや髪型といったソフトな風俗の移ろいも また 例外なしに若者の中から生まれてきた Terjemahan : Perubahan budaya yang lahir dari perlawanan para remaja. Para remaja memiliki kebudayaan yang berbeda dengan orang dewasa. Hal ini membuat lahirnya masyarakat baru. Budaya remaja yang sangat bertolak belakang dengan budaya orang dewasa ini disebut sebagai budaya masa muda atau kebudayaan golongan bawah. Budaya ini selalu ada dalam setiap jaman dan masyarakat. Diantaranya yang paling membawa perubahan dalam masyarakat disebut dengan counter culture ( 反抗文化 ). Perselisihan yang terjadi selama ini merupakan bagian dari counter culture. Budaya baru lahir dari terbukanya banyak masalah dari budaya orang dewasa. Perlawanan anak muda merupakan keberanian untuk berhadapan langsung dengan sistem yang sudah ada. Dari budaya anak muda itulah lahir pergerakan adat istiadat yang lembut ( soft ), seperti model rambut atau bentuk dasi. Pada tahun 1995, berdasarkan Catatan Kepolisian Jepang menyatakan bahwa sebanyak remaja putri berusia tahun ditangkap karena kasus pelacuran, kasus ini meningkat 16% dari tahun ( The Japan Times, 1997 : 41 ). Pelacuran termasuk ke dalam kenakalan remaja karena di samping para pelakunya sebagian besar adalah para remaja, pelacuran disebabkan oleh kebebasan bergaul yang dimiliki oleh 56

39 para remaja Jepang. Hal ini termasuk dalam pengertian dari kenakalan remaja itu sendiri. Menurut Prof. Sumiko Iwao, dengan menghimpun data dari responden wanita berusia tahun diketahui bahwa 49,6 % dari seluruh responden tersebut telah melakukan minimal 1 kali aborsi. Presentase yang lebih besar berhasil dihimpun oleh survey yang dilakukan oleh Kyodo News Service ( Layanan Berita Kyodo ) tahun 1982, bahwa 58,2 % hingga 64,1 % responden mengaku telah melakukan tindakan aborsi ( Gelb dan Palley, 1994 : 78 ). Aborsi sendiri memiliki pengertian Secara umum dikatakan bahwa pengguguran kandungan ( abortus ) adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim ibunya ( Dewi, 1997 : 11 ). Dengan adanya hukum yang mengizinkan wanita Jepang melakukan aborsi, kasus yang dilaporkan meningkat pesat setelah tahun 1949, bahkan mencapai puncaknya pada tahun 1955 hingga kasus. Diketahui pula bahwa sekitar 1 dari 3 remaja putri Jepang telah melakukan aborsi lebih dari 1 kali ( Sawanobori, 1989 : 244 ). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan salah satu penyebab dari aborsi di Jepang Analisis Pendapat Responden Terhadap Pertanyaan No. 8 dalam Angket Jawaban yang diberikan oleh 50 responden atas soal no. 8 yang berisi pertanyaan Kamu setuju / tidak jika aborsi dilegalkan?, dapat dapat dilihat dari grafik berikut : 57

40 Grafik 3.14 Grafik Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan No. 8 dalam Angket 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 80% 6% 14% 0% A.1 A.2 B.1 B.2 Keterangan : A.1 : Setuju dapat menekan angka kelahiran A.2 : Setuju aborsi bukan tindak kriminal B.1 : Tidak Setuju jika dilegalkan, semakin banyak kasus aborsi B.2 : Tidak Setuju jumlah anak anak semakin sedikit Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa dari 50 responden, pilihan jawaban tertinggi berada pada pilihan jawaban B.1 (jika dilegalkan, semakin banyak kasus aborsi ). Di bawah Undang Undang Perlindungan Eugenika ( Eugenic Protection Law ) tahun 1948, praktek aborsi dan pembunuhan bayi kian marak ( Wagatsuma, 1989 : 246 ). Dengan adanya hukum yang mengizinkan wanita Jepang melakukan aborsi, kasus yang dilaporkan meningkat pesat setelah tahun 1949, bahkan mencapai puncaknya pada tahun 1955 hingga kasus. Setelah tahun 1955, angka aborsi berangsur angsur turun hingga mencapai kasus. Walaupun demikian jumlah aborsi yang sebenarnya terjadi mencapai 2 kali lipat dari angka tersebut ( Wagatsuma, 1989 : 246 ). 58

41 Di samping karena adanya Undang Undang Perlindungan Eugenika ( Eugenic Protection Law ), meningkatnya aborsi dinyatakan pula dengan dua alasan lainnya, yaitu : Alasan pertama, berkembangnya anggapan bahwa pelaksanaan aborsi bukanlah suatu tindak kriminal mendorong banyk pihak menerima praktek aborsi sebagai hal yang biasa dan para wanita dapat dengan mudah melakukannya. Rasa bersalah yang ditimbulkan oleh aborsi dapat dihilangkan dengan mengikuti ucapara pemujaan kepada Dewa Budha, Dewa Jizo ( dewa yang dipercaya sebagai penjaga anak anak ), dalam upacara pemujaan Mizuko Jizo ( upacara ritual untuk mendoakan arwah janin kepada pelindung anak anak ). Para pelaku aborsi dapat melakukan aturan aturan pemujaan Mizuko Jizo tanpa sembunyi sembunyi. Alasan kedua, adanya upacara mizuko kuyo ( upacara ritual untuk mendoakan janin janin yang digugurkan ). Selain adanya upacara mizuko jizo, upacara mizuko kuyo ini merupakan bentuk dukungan agama Budha di Jepang terhadap pelaku aborsi dengan menyediakan pelayanan upacara pemakaman untuk arwah janin janin yang digugurkan. Dewasa ini, upacara mizuko kuyo dapat dilaksanakan dengam berbagai cara dan menonjolkan formalitas, baik dari segi ukuran, jenis, maupun biaya yang dikeluarkan. Istilah mizuko kuyo telah dikenal luas oleh mereka yang melakukan pengguguran janin dan dilakukan dengan cara yang eksklusif dan terbuka ( LaFleur, 1992 : ). Adanya Undang Undang Perlindungan Eugenika ( Eugenic Protection Law ) membuat angka aborsi di Jepang melonjak tajam, ditambah lagi dengan adanya upacara mizuko jizo dan mizuko kuyo. Pendapat 80 % ( 40 orang ) dari 50 responden yang menjawab angket ini, tidak setuju dengan dilegalkannya aborsi di Jepang, karena sesuai dengan data yang diperoleh, memang angka aborsi di Jepang melonjak tajam setelah 59

42 diberlakukannya undang undang ini. untuk pilihan jawaban menekan angka kelahiran, pemerintah memang menggunakan aborsi sebagai salah satu cara untuk mengontrol populasi selain dengan mensosialisasikan alat alat kontrasepsi kepada kalangan masyarakat Jepang ( LaFleur, 1992 : ). Di Jepang, aborsi bukan merupakan suatu tindak kriminal karena dengan adanya Undang Undang Perlindungan Eugenika yang memperbolehkan wanita wanita Jepang untuk melakukan aborsi, aborsi menjadi legal di Jepang ( Muramatsu, 1996 : 35 ). Atas dasar inilah, 14 % ( 7 orang ) dari 50 responden memilih jawaban A.2 ( setuju, aborsi bukan tindak kriminal ), karena pada kenyataannya, aborsi memang diperbolehkan dan hal ini diatur dalam Undang Undang Perlindungan Eugenika yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 1948 dan mengalami penambahan pada tahun Seperti yang kita ketahui, angka kelahiran di Jepang sangat sedikit. Hal dikarenakan semakin sedikitnya jumlah angka pernikahan, banyak wanita yang memilih untuk tidak menikah, menunda kehamilannya, termasuk melakukan pengguguran kandungan ( aborsi ). Jumlah anak anak di Jepang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah orang dewasa. Hal ini terlihat jelas dari piramida berikut ini : 60

43 Gambar 3.1 Piramida Penduduk Jepang Tahun Sumber : ( 2006 ) Dapat dilihat sesuai dengan gambar piramida penduduk Jepang di atas, jumlah anak anak memang paling sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tua. Akan tetapi, dari 50 responden, tidak ada yang memilih pilihan jawaban B.2 ( tidak setuju, jumlah anak anak akan semakin sedikit ). Dengan adanya aborsi yang kian marak, secara otomatis, jumlah anak anak di Jepang menjadi semakin sedikit. 61

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Herie ( 1996 : 9 ) mengatakan bahwa : Menurut Powell ( 1989 : 10 ) masa remaja digolongkan : Pre adolescence from ten

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Herie ( 1996 : 9 ) mengatakan bahwa : Menurut Powell ( 1989 : 10 ) masa remaja digolongkan : Pre adolescence from ten Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Remaja Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian remaja yang akan dibahas di bawah ini. Menurut Herie ( 1996 : 9 ) mengatakan bahwa : Remaja adalah anak yang berumur

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 1. Jepang adalah Negara kepulauan dengan pulau pulau besar dan kecil apabila kita

Bab 1. Jepang adalah Negara kepulauan dengan pulau pulau besar dan kecil apabila kita Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang adalah Negara kepulauan dengan pulau pulau besar dan kecil apabila kita terbang atau berlayar dari Asia Tenggara ke arah timur laut, maka setelah

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI Skripsi Sarjana yang berjudul: PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA Telah diuji dan diterima baik pada

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI Di dalam bab 2 ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan teori yang akan penulis gunakan untuk menganalisis data pada bab selanjutnya. 2.1 Konsep Pernikahan di

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra SKRIPSI LARAS BUDIARTI 2014110903 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA 105110201111014 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sifatnya produktif, menghasilkan, memberi, atau menyampaikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI

GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI GAMBARAN KEHIDUPAN SAMURAI PASCA KERUNTUHAN PEMERINTAHAN SHOGUN DALAM FILM RUROUNI KENSHIN KARYA SUTRADARA OTOMO KEISHI SKRIPSI OLEH HARINA TITISANTI 0911120117 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang mengakibatkan perekonomian Jepang hancur. Adanya perubahan terjadi setelah pasca perang dunia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Ikumen Moteki (2011: 7) menjelaskan bahwa istilah Ikumen berasal dari permainan kata seperti halnya Ikemen. Moteki memberikan definisinya mengenai Ikumen sebagai berikut

Lebih terperinci

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh

sosial pada masa Edo yang terdiri dari samurai ataushi ( 士 ), petani atau nō ( 農 ), buruh 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Moral Bushidō dalam Masyarakat Jepang Setiap orang pasti mempunyai moral yang dipegang untuk menjadi pedoman hidupnya. Moral telah diajarkan sejak manusia kecil, dan keluarga

Lebih terperinci

BAB III. keluar dari kamarnya. Satoshi adalah seorang NEET yang menarik diri dari masyarakat

BAB III. keluar dari kamarnya. Satoshi adalah seorang NEET yang menarik diri dari masyarakat BAB III ANALISIS NEET DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG 3.1. Menarik Diri dari Masyarakat (Tsunagari wo Ushinau) NEET jenis ini memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah. Kemampuan sosialisasi yang rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) ABSTRAK PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) Tia Martia, Metty Suwandany, Zainur Fitri, Irawati Agustine, Syamsul Bachri Jurusan Sastra

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini

Bab 3. Analisis Data. oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, penulis akan menganalisis penyebab gangguan depresi yang dialami oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini diceritakan tentang

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA PERSEPSI REMAJA USIA 12-15 TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra M. ARRUM ARROISI

Lebih terperinci

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan berkembang di dunia ini. Walaupun Jepang dengan beberapa kota besarnya yang 50 tahun

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang)

難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan Ulang) 別記第七十四号の二様式 ( 第五十五条関係 ) Formulir lampiran nomor 74-2 (Berhubungan dengan Pasal 55) インドネシア語 日本国政府法務省 Kementerian Kehakiman Jepang 難民認定申請書 ( 再申請用 ) Permohonan Untuk Memperoleh Status Pengungsi (Untuk Permohonan

Lebih terperinci

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi tercipta dari bahasa. Untuk menyampaikan informasi tentu kita akan berkomunikasi, untuk dapat melakukan itu Tuhan menganugrahkan bahasa yang dapat kita

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu BAB 3 Analisis Data Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu のだ dalam novel Yaneura no Shoujo dan membaginya menjadi empat sub bab. 3.1 Analisis Fungsi

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI Oleh ALFA RODHY E.S NIM 0911120061 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... ABSTRAK BAHASA JEPANG...vii. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... ABSTRAK BAHASA JEPANG...vii. Daftar Isi... DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan... KATA PENGANTAR... ABSTRAK BAHASA INDONESIA... i ii iii vi ABSTRAK BAHASA JEPANG......vii Daftar Isi... Daftar Istilah... Daftar Gambar... viii xi xii BAB

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 品詞 Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Aktor. * Perintis kabuki, Izumo no Okuni *Lukisan aktor kabuki di. abad ke-18. B. Musik. *KI (clappers) *Kotsuzumi *Shamisen

LAMPIRAN. A. Aktor. * Perintis kabuki, Izumo no Okuni *Lukisan aktor kabuki di. abad ke-18. B. Musik. *KI (clappers) *Kotsuzumi *Shamisen LAMPIRAN A. Aktor * Perintis kabuki, Izumo no Okuni *Lukisan aktor kabuki di abad ke-18 B. Musik *KI (clappers) *Kotsuzumi *Shamisen *Nohkan *O-daiko *O-tsuzumi C. Tata Rias Macam-macam bentuk tatarias

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut : 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori shuujoshi Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か ぜ ぞ さ わ よ ね disebut sebagai shuujoshi. Yang dimaksud dengan shuujoshi menurut gendai nihongo bunpo

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan orang

Afik (suffik) bahasa Jepang yang menyatakan orang Artikel ini sudah dimuat dalam jurnal MEDIA KOMUNIKASI Edisi Desember 2005 yang diterbitkan oleh ASPBJI (Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia) Koordinator Wilayah Jawa Barat. Afik (suffik)

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. remaja yang dilakukan oleh dua tokoh dalam drama Hanmaa Sesshon. Tokoh

Bab 3. Analisis Data. remaja yang dilakukan oleh dua tokoh dalam drama Hanmaa Sesshon. Tokoh Bab 3 Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis penyebab utama kenakalan remaja yang dilakukan oleh dua tokoh dalam drama Hanmaa Sesshon. Tokoh pertama yang dibahas adalah tokoh Yusei

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Informan 1: MH san (46 tahun) MH san berdomisili di perfektur Niigata, tidak mempunyai pengalaman studi di luar negeri, lulusan sekolah kejurusan, berprofesi sebagai seorang

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG

EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG EFEKTIVITAS STRATEGI QUICK ON THE DRAW DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JEPANG Senandung Nacita, Melia Dewi Judiasri 1, Neneng Sutjiati 2 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode Eksperimen adalah metode untuk menguji efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA Skripsi ini membahas masalah psikologis dari tokoh Nakahara Sunako. Tujuan penulisan skripsi

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG SKRIPSI OLEH BERNIKE JOSEPHINE NIM 0911120082 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim :

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim : HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan semua sumber baik yang di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Achmad Dian Nim : 2009110163

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci