TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH"

Transkripsi

1 TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH Nuryana Huna Dr. Ellyana G. Hinta, M. Hum Dr. Sance A. Lamusu, M. Hum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Nuryana Huna. Tokoh, Penokohan Cerita Dongeng Putri Cinderella dengan Bawang Merah Bawang Putih dan Perbandingannya (Suatu Tinjauan Pendekatan Struktural dan Didaktis) Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo Penelitian ini, mengkaji dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih yang memiliki kemiripan pada struktur ceritanya dan berasal dari Negara yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini memfokuskan pada kajian perbandingan unsur tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih, dengan permasalahan yaitu: (1) Bagaimana struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (2) Bagaimana tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (3) Bagaimana perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (4) Bagaimana nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (2) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif analisis-komparatif untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih, kemudian disusul dengan menganalisis dan mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut dan selanjudnya mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan kedua cerita dongeng tersebut, dengan cara menganalisis serta memberikan penjelasan terhadap objek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki persamaan dan perbedaan pada unsur

2 intrinsik tokoh dan penokohan. Persamaannya pada tokoh Cinderella, Bawang Putih, Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella, Ibu tiri dan Bawang Merah, dan Pangeran. Perbedaannya pada tokoh Cinderella, Bawang Putih, Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella, Ibu tiri dan Bawang Merah, Bidadari, Ikan emas, dan Pangeran. Dari hasil perbandingannya terdapat nilai didik yang berkaitan dengan keteladanan diantaranya: tabah, sabar, berbudi pekerti mulia, sopan, baik hati, penolong, penyayang, pekerja keras, pemaaf, meminta maaf, tidak belebihlebihan, memberi peringatan, dan menepati janji. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi, mengkaji unsur intrinsik selain tokoh dan penokohan, dan nilainya. Kata kunci: Perbandingan, tokoh, penokohan, dan dongeng. PENDAHULUAN Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan drama. Ketiga karya sastra tersebut diciptakan oleh seorang pengarang yang di dalamnya memiliki nilai positif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat pembaca jika dikaji dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ragam karya sastra yang berbentuk prosa yakni dongeng sudah dikenal oleh banyak orang sejak zaman dahulu. Cerita dongeng yang dulunya dibacakan secara langsung oleh orang tua kepada anaknya dan langsung memberikan pengarahan atau nasehat terhadap anaknya agar jangan menirukan sifat dari tokoh-tokoh yang mencerminkan tidak baik dan lebih mengarahkan agar anaknya mencontohi perilaku dari tokoh-tokoh yang mencerminkan akhlak yang baik dan berbudi pekerti mulia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan adanya pengaruh globalisasi, begitu banyak media elektronik yang sudah dikenal oleh masyarakat bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa, hingga akhirnya mengakibatkan pembacaan

3 cerita dongeng yang secara langsung sudah dialihkan ke media elektronik berupa televisi, VCD, playstation, dan lainnya yang serba instan tanpa merepotkan aktivitas masyarakat dalam hal ini orang tua. Salah satu contoh bagi orang tua terutama seorang Ibu di kalangan atas yang berprofesi sebagai pejabat atau sebagai wanita karir, maka ia tidak mau sibuk membacakan dongeng terhadap anaknya yang masih perlu dididik langsung oleh orang tuanya. Hal itu diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk bekerja dan lebih mempercayai media elektronik sebagai media belajar dan hiburan bagi anak-anak. Padahal apa yang telah disajikan oleh media elektronik hanya bersifat menghibur dan belum tentu baik terhadap moralitas anak. Sebab anak-anak pada umumnya hanya melihat dan menerima apa yang telah disajikan oleh media elektronik tanpa melihat nilai didiknya. Hal ini senada dengan pandangan Endraswara (2005: 208) bahwa orang tua tidak mau tahu dan kurang menguasai sastra anak yang dapat membangun moralitas anak. Sesuai dengan kenyataan yang ada moralitas anak masa kini sebagian besar tidak lagi sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua agar moral anakanaknya menjadi lebih baik. Misalnya tayangan-tayangan televisi dan berita yang ada di media massa (koran) terlihat banyak kasus anak-anak yang masih di bawah umur sudah tahu mencuri, pergaulan bebas, membunuh, berbohong, tauran, durhaka pada orang tua dan lain sebagainya. Hal-hal negatif seperti itulah yang terjadi pada saat ini. karena orang tua sudah jarang menasehati, memberikan perhatian khusus serta membimbing dan membina anak-anaknya secara langsung.

4 Melihat kenyataan yang telah dikemukakan di atas maka cerita dongeng yang sudah lama adanya sebelum media elektronik hadir dalam lingkungan masyarakat lambat laun akan punah kehadirannya. Hal ini terjadi karena cerita dongeng hanya dibacakan begitu saja, serta hanya dianngap sebagai pengantar tidur bagi anak-anak dan kurangnya pengetahuan seorang pendongeng atau orang tua yang membacakan dongeng tehadap anak-anaknya, dalam memahami struktur cerita dongeng dan nilai-nilai yang ada di dalamnya yang bisa dijadikan sebagai media pengajaran terhadap diri sendiri maupun orang lain dan lebih khususnya lagi terhadap anak-anak. Sebagaimana yang dikemukakan Parkamin dan Noorbari (1973: 15) mengatakan bahwa cerita dongeng termasuk kesusastraan lama yang dapat memberi pelajaran dan pendidikan. Berkaitan dengan pengertian dongeng tersebut dapat diartikan bahwa dongeng termasuk sastra lama yang dapat berguna sebagai media pengajaran bagi kehidupan manusia. Cerita dongeng selain memiliki nilai didik juga memiliki unsur pembangun cerita, di antaranya unsur intrinsik yang terdiri atas: tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar, gaya bahasa, dan amanat. Unsur -unsur inilah yang dapat menghadirkan cerita dongeng di tengah-tengah masyarakat pembaca. Cerita dongeng merupakan karya sastra yang berasal dari ide dan imajinasi pengarang yang wujudnya tidak benar-benar terjadi, namun setelah dikaji cerita dongeng yang telah ada sangat bermanfaat meskipun tidak benar adanya dalam kehidupan nyata. Keberadaan cerita-cerita dongeng telah banyak hadir di wilayah Indonesia bahkan di negara lain, sehingga biasanya struktur cerita dongeng memiliki kesamaan dan berbagai versi dari masing-masing wilayah. Hal ini

5 sependapat dengan Danandjaja (1997:84) bahwa cerita dongeng mempunyai unsur-unsur cerita yang terdapat di daerah-daerah lain yang letaknya berjauhan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian perbandingan. Dalam penelitian ini akan dibandingkan unsur intrinsik tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Sebab kedua cerita dongeng tersebut memiliki struktur cerita yang sama dan berasal dari negara yang berbeda. Sehingga masyarakat pembaca dapat memahami karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Kemudian dapat melihat persamaan dan perbedaan unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui nilai didik yang terkandung di dalamnya, sehingga cerita-cerita dongeng yang sudah ada tetap terlestarikan meskipun sudah berkembangnya zaman dan ada pengaruh-pengaruh dari media lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini sangat berkaitan dengan kajian sastra bandingan yang difokuskan pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih, kemudian mengkaji nilai didiknya dari kedua dongeng tersebut. Sehingga penelitian ini lebih tepatnya akan dikaji dengan menggunakan pendekatan struktural dan didaktis. Agar lebih jelasnya, maka judul penelitian ini diformulasikan dalam bentuk analisis khusus yaitu: Tokoh, Penokohan Cerita Dongeng Putri

6 Cinderella dengan Bawang Merah Bawang Putih dan perbandingannya (Suatu Tinjauan Pendekatan Struktural dan Didaktis). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Dongeng hanya dianggap sebagai pengantar tidur bagi anak-anak. (2) Pendongeng (orang tua) tidak memahami betul nilai-nilai yang ada di dalam cerita dongeng. (3) Dongeng memiliki nilai didik yang berguna bagi manusia. (4) Dongeng sudah mulai punah seiring berkembangnya zaman. (5) Dongeng memiliki unsur-unsur pembangun cerita. (6) Perlu adanya interpretasi yang serius dalam membandingkan kedua Cerita Dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (7) Identifikasi masalah di atas, terlalu meluas permasalahannya, maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah perbandingan unsur intrinsik dongeng Putri Cinderellah dan Bawang Merah Bawang Putih yang dibatasi pada tokoh dan penokohan, kemudian dari hasil perbandingannya ditentukan nilai didik yang dapat dijadikan sebagai media pengajaran dalam mendidik anak-anak. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Bagaimana struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (2) Bagaimana tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (3) Bagaimana perbandingan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (4) Bagaimana nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih?

7 Tujuan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (2) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis-komparatif, metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini tidak hanya semata-mata menguraikan tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan. Hal ini sepadan dengan pendapat Tuloli (2012:51) yang mengatakan bahwa deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode komparatif digunakan untuk menyelidiki persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan yang akan dibandingkan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut kemudian mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan kedua cerita dongeng tersebut, dengan cara menganalisis serta memberikan penjelasan terhadap objek yang diteliti.

8 Oleh sebab itu metode penelitian ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Membaca secara intensif sampai isi cerita dari dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih benar-benar dipahami. (2) Saat pembacaan berlangsung dilakukan pula penandaan pada kedua cerita dongeng tersebut, yang berkaitan dengan unsur intrinsik tokoh dan penokohan. (3) Mengidentifikasi tokoh dan penokohan dari cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mengklasifikasikan dari hasil identifikasi tokoh dan penokohan kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (5) Setelah tahapan pengklasifikasian tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut, dilakukan kembali pengidentifikasian mengenai nilai didik dari hasil perbandingan unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut dengan cara menandai hasil perbandingan unsur intrinsik tokoh dan penokohan yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi sebelumnya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan seperangkat cara dalam penelitian untuk dapat mengidentifikasi data penelitian. Setelah semua data terkumpul lalu dianalisis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih berdasarkan kajian sastra bandingan, dan menentukan nilai didik dari hasil perbandingan

9 tokoh dan penokohan dari kedua dongeng tersebut, dengan menggunakan pendekatan struktural-didaktis. Maka langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap analisis yaitu sebagai berikut: (1)Setelah isi cerita dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih dipahami dan telah teridentifikasi unsur intrinsik tokoh dan penokohan, kemudian mendeskripsikan struktur cerita dari kedua dongeng tersebut. (2)Menganalisis secara cermat mengenai tokoh dan penokohan dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Setelah tokoh dan penokohan dari kedua dongeng tersebut telah dianalisis dan dideskripsikan, maka tokoh dan penokohan dari kedua cerita tersebut dibandingkan, sehingga nampak perbedaan dan persamaan dari kedua cerita dongeng tersebut. (5) Hasil dari perbandingan tersebut dilakukan tahapan pengidentifikasian kembali mengenai nilai didik dengan cara menandai dan mengklasifikasi kemudian menganalisis dan mendeskripsikan nilai didik yang terkandung dalam hasil perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut. (6) Menarik simpulan berdasarkan pembahasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perbandingan di atas terlihat ada persamaan dan perbedaan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella yang berasal dari Negara Eropa dan Bawang Merah Bawang Putih dari Negara Indonesia. Persamaannya nampak pada karakter atau sifat yang telah diperankan oleh tokoh Cinderella yang berwajah cantik, tabah sabar, pekerja keras, penolong, dan bersahabat dengan hewan. Begitu pula dengan Bawang Putih sama seperti tokoh Cinderella. Namun,

10 meskipun ada kesamaan yang dilihat dari segi karakter perbedaannya terlihat pada budaya pakaian mereka. Kalau tokoh Cinderella digambarkan sebagai sosok seorang putri yang memakai gaun yang indah, mewah dengan berbagai permata dan sepatu gelasnya. Hal tersebut menggambarkan budaya pakaian negara Eropa. Sedangkan Bawang Putih yang merupakan seorang gadis yang sopan menggambarkan karakter budaya Jawa yang begitu lemah lembut pada perkataan mereka dan juga pakaiannya tidak berlebih-lebihan tidak sama seperti tokoh Cinderella. Perbedaan budaya juga terlihat pada tokoh Pangeran yang ada pada kedua cerita dongeng tersebut yakni menunjukkan bahwa di Negara Eropa tidak mengenal adanya persemedian. Namun, di Indonesia khususnya daerah Jawa kegiatan persemedian sudah merupakan budaya Jawa dan merupakan satu kepercayaan adanya mahluk gaib. Persamaan juga terlihat pada karakter ibu tiri dan saudara tiri dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih yang samasama memiliki sifat yang tidak baik. Jadi, karakter tokoh Ibu tiri dan Saudara tiri yang ada di Negara Eropa sama juga dengan karakter sosok Ibu tiri dan Saudara tiri yang ada di Indonesia yang sebagian besar selalu menyiksa anak tirinya dan juga tidak akrab dengan saudara tirinya. SIMPULAN Dongeng Cinderella menggambarkan karakter tokoh utama yakni Ella yang berwajah cantik dan berbudi pekerti mulia. Ella selalu disiksa oleh Ibu tiri dan kedua saudara tirinya semenjak ayahnya meninggal. Dengan penuh kesabaran dalam menjalani lika liku kehidupan, akhirnya ia mendapatkan

11 pangeran yang baik pula dan menjadikannya sebagai istri dan hidup bahagia. Sedangkan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih menggambarkan tokoh utama yakni Bawang Putih yang disiksa oleh Ibu tiri dan Bawang Merah. Semasa hidupnya Bawang Putih menjalani hidup dengan tabah meskipun diperlakukan tidak adil oleh Ibu tirinya. Namun akhirnya Bawang Putih hidup bahagia karena mendapatkan seorang Pangeran kerajaan yang telah memilih dia jadi seorang istri. Perbedaannya tokoh yang berperan pada dongeng Putri Cinderella ada 13 yakni (1) Cinderella memilki watak yang baik namun dalam cerita ia hanya sekali melakukan hal yang tidak baik yaitu berbohong (2) Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella memiliki karakter yang tidak baik dan selalu jahat pada Cinderella (3) Bidadari memiliki karakter baik dan membantu Cinderella (4) Perdana Mentri memiliki karakter yang baik juga sebab ia mau membantu mencarikan istri untuk Pangeran (5) Raja memiliki karakter perhatian pada anaknya (6) Ayah memiliki karakter penyayang anaknya Cinderella. (7) Pangeran memiliki karakter pemuji wanita dan menepati janji. (8) Tikus, Kadal, dan Kuda memiliki karakter mau bersahabat dengan Cinderella (9) Nero memiliki karakter nakal. Tokoh yang berperan pada dongeng Bawang Merah Bawanng Putih ada 5 yakni (1) Bawang Putih memiliki karakter baik dari awal cerita sampai akhir cerita (2) Ibu tiri dan Bawang Merah memiliki karakter tidak baik dan selalu menyiksa Bawang Putih (3) Pangeran memiliki karakter baik namun ia tidak dapat menahan emosi (4) Ikan Emas memiliki karakter baik sebab ia menolong Bawang Putih.

12 Perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki persamaan dan perbedaannya. Sebagai berikut: (a) Persamaannya terlihat pada tokoh Cinderella dan Bawang Putih yang sama-sama digambarkan sebagai gadis cantik yang sudah yatim piatu serta hidup bersama ibu tiri dan saudara tiri mereka. Dalam kehidupan mereka selalu disiksa oleh ibu tiri dan saudara tiri mereka. Namun, mereka menjalani dengan tabah dan selalu bersabar. Hingga akhirnya mereka sama-sama hidup bahagia bersama sang Pangeran kerajaan. persamaan karakter terlihat pada tokoh utama ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella bersama ibu tiri dan Bawang Merah yakni sama-sama memiliki sifat iri hati, dengki, pemarah, penghina, dan tokoh ibu tiri dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki sifat pilih kasih. Tokoh tambahan dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki tokoh yang diperankan manusia dan hewan. Adapun Persamaan karakter terlihat pada tokoh Pangeran yang digambarkan sebagai pemuda yang sama-sama melakukan sayembara mencari seorang gadis untuk dijadikan istri. (b) Perbedaannya terlihat pada jumlah tokoh-tokoh yang ada. Pada dongeng Putri Cinderella jumlah tokoh yang berperan ada 13, Sedangkan tokoh yang berperan dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih berjumlah 5. Tokoh Cinderella memiliki karakter menaati perintah, pemaaf, dan berbohong. Sedangkan, tokoh utama Bawang Putih memiliki sifat yang sopan, suka minta maaf, tidak berlebih-lebihan, dan suka berterima kasih. Tokoh Ibu tiri dan kedua saudara tiri ciderella memiliki karakter cemburu dan tidak iklas dalam melakukan suatu kebaikan. Sedangkan pada tokoh ibu tiri dan Bawang Merah memiliki karakter mencuri, tidak menyayangi hewan, pembunuh hewan kesayangan orang

13 lain, rakus, dan pembohong. Kemudian di akhir cerita tokoh ibu tiri dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih telah menyadari atas perbuatan yang ia lakukan sehingga ia meminta maaf pada Dewa. Sedangkan tokoh ibu tiri dalam dongeng putri Cinderella tidak meminta maaf. Dalam dongeng Putri Cinderella yakni Bidadari sebagai seorang peri yang berwajah cantik, Sedangkan dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih yakni ikan emas sebagai jelmaan Dewa. Tokoh Pangeran dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki perbedaan juga. Dalam cerita dongeng Putri Cinderella tokoh pangeran memiliki karakter pemuji wanita dan menepati janji. Sedangkan dalam cerita dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih tokoh Pangeran memiliki karakter pembelah yang benar, marah, dan tidak dapat menahan emosi. Nilai didik hasil perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut yang berhubungan dengan keteladanan yakni: tabah, sabar, berbudi pekerti mulia, sopan, baik hati, penolong, penyayang, pekerja keras, pemaaf, meminta maaf, tidak belebih-lebihan, memberi peringatan, dan menepati janji. SARAN Adapun saran-saran yang dapat disampaikan menyangkut penelitian ini, sebagai berikut: (1)Dalam peenelitian ini membandingkan dua cerita dongeng yang memiliki kemiripan pada struktur cerita, sehingga penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya yang ingin mengkaji atau membandingkan sebuah karya sastra yang memiliki kemiripan pada struktur cerita. (2) Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan tokoh dan

14 penokohannya, sehingga dalam penelitian ini masih terbatas. Oleh sebab itu peneliti berikutnya dapat membandingkan unsur intrinsik dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih, yang berkaitan dengan tema, alur, latar, gaya bahasa, dan amanat. (3) Nilai yang dikaji dalam penelitian ini hanya berfokus pada nilai didik. Oleh sebab itu masih banyak karya sastra yang perlu dikaji, dalam hal ini khususnya cerita dongeng lainnya yang telah ada sehingga dapat dikaji nilainya, selain nilai didik. Misalnya nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai religi. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Endraswara, Suwardi Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: CAPS. Parkamin, Amron dan Noorbari Sastra Indonesia. Bandung: C.V. Sulita. Tuloli, Nani Metodologi penelitian bahasa Indonesia. Makalah Disajikan Pada Proses Pembelajaran Perkuliahan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Budaya. Universitas Negeri Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Karya sastra dari awal kemunculannya hingga sampai saat ini mempunyai banyak keragaman jenis dan telah digolongkan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA Ayu Puspita Indah Sari dan Hastari Mayrita Universitas Bina Darma Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki banyak cerita rakyat atau dongeng berbentuk fabel. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil 252 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil pembahasan penelitian pada Bab IV mengenai cerita drama atau lakon seni tarling di Kabupaten Indramayu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini banyak sekali media massa menayangkan hiburan kepada masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti, sinetron,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

9A SMPN 26 BATAM TUGAS BAHASA INDONESIA MEREVISI TEKS EKSEMPLUM CINDERELA GADIS PENYABAR D I S U S U N

9A SMPN 26 BATAM TUGAS BAHASA INDONESIA MEREVISI TEKS EKSEMPLUM CINDERELA GADIS PENYABAR D I S U S U N TUGAS BAHASA INDONESIA MEREVISI TEKS EKSEMPLUM CINDERELA GADIS PENYABAR D I S U S U N 1. DIMAS PRIMA YOGA 2. TASYA KESUMA 3. FARHAN AFIF 4. NOVALDHI WINDOANDANA 5. PMELIZA ARMAYA 6. AULIA INDAH S 9A SMPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa adalah bahan baku kesusastraan. Karya sastra yang indah bukan saja karena

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain

BAB I PENDAHULUAN. lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori sastra modern membagi jenis sastra menjadi tiga, yaitu prosa, lirik dan drama. Karya sastra yang termasuk ke dalam prosa antara lain novel, cerita pendek,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengenai kajian novel Misteri Matinya Wanita Simpanan karya S. Mara Gd., dan Kenangan Kematian karya Agatha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT DARI JAWA BARAT KARYA SAINI K.M SERTA SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

NILAI MORAL DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT DARI JAWA BARAT KARYA SAINI K.M SERTA SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA NILAI MORAL DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT DARI JAWA BARAT KARYA SAINI K.M SERTA SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh : Alisyah Nurul Hanifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF NOVEL DJODO KANG PINASTI KARYA SRI HADIDJOJO DAN NOVEL GUMUK SANDHI KARYA POERWADHIE ATMODIHARDJO

STUDI KOMPARATIF NOVEL DJODO KANG PINASTI KARYA SRI HADIDJOJO DAN NOVEL GUMUK SANDHI KARYA POERWADHIE ATMODIHARDJO STUDI KOMPARATIF NOVEL DJODO KANG PINASTI KARYA SRI HADIDJOJO DAN NOVEL GUMUK SANDHI KARYA POERWADHIE ATMODIHARDJO Oleh: Wahyuni Ekawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Zakicha37@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang ini dongeng seakan hanya tinggal kenangan indah yang membekas dibenak kita pada masa kecil dahulu. Berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri, demikian pula dibidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara kerja untuk meneliti dan memahami objek dengan prosedur yang masuk akal dan bersifat logis serta terdapat perolehan data

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA e-jurnal Oleh: KAMELIA NIM 120388201196 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAINDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL MERENGKUH CITA MERAJUT ASA KARYA ARIF YS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Novi Asriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Nadia Astikawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tiika89unyiil@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 1 2 3 4 1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat. 3. Siapa yang sabar beruntung. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Animasi atau lebih akrab disebut film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dalam situs

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan dari bab 1 sampai bab 4 peneliti dapat mengambil kesimpulan

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan dari bab 1 sampai bab 4 peneliti dapat mengambil kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan dari bab 1 sampai bab 4 peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Unsur Intrinsik dalam Novel Ipung a. Tema: tema dari novel Ipung tergolong ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi estetika. Apapun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

MORALITAS DALAM CERITA RAKYAT DANAU TOBA DAN SI RAMBUN

MORALITAS DALAM CERITA RAKYAT DANAU TOBA DAN SI RAMBUN MORALITAS DALAM CERITA RAKYAT DANAU TOBA DAN SI RAMBUN Titik Widayanti, Hayu Anggari, dan Miftakhul Huda Universitas Muhammadiyah Surakarta miftakhul.huda@ums.ac.id Abstrak Karya sastra merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budi pekerti dan tata krama. Sudah dari jaman dahulu lalu di turunkan ke anak cucu budi pekerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Novel merupakan salah satu karya sastra yang populer. Novel adalah salah satu hiburan dalam jenis bacaan bagi para pembacanya. Novel pada masa kini, sudah banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan teknologi dan budaya yang semakin maju membuat terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif seseorang yang merupakan hasil pikiran dari pengarang untuk menghasilkan karya sastra tersebut. Perkembangan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Riris Karisma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Keluarga 117. Bab 11. Keluarga

Keluarga 117. Bab 11. Keluarga Keluarga 117 Bab 11 Keluarga Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) menirukan dialog drama yang dibacakan guru; 2) menceritakan peristiwa yang pernah dialami; 3) membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat global meskipun secara sosial, ekonomi dan keagamaan keberadaanya tidak merupakan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci