Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri"

Transkripsi

1 Tinjauan Pustaka Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri Andri, Charles E. Damping Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Abstrak: Delirium merupakan suatu gangguan neuropsikiatrik yang cukup sering dialami oleh pasien geriatri. Gejala klinis yang menjadi pedoman diagnosis utama adalah penurunan kesadaran, adanya suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan berfluktuasi. Hendaya bersifat menyeluruh yang mempengaruhi atensi, memori dan kemampuan perencanaan dan organisasi. Tatalaksana pasien delirium harus melibatkan berbagai cabang ilmu karena pada kenyataannya pasien geriatri mempunyai masalah kesehatan yang kompleks (multipatologi) sehingga memerlukan penanganan secara holistik. Penangan oleh tim yang terdiri dari psikiatri geriatri, konsultan geriatri medis, rehabilitasi medis, dan gizi merupakan kombinasi yang baik dan telah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Banyak penelitian mengatakan bila delirium sudah terjadi maka tidak akan ada perbedaan dalam penanganan delirium baik ditinjau dari keparahan penyakitnya atau kemungkinan keberulangannya. Akan tetapi usaha pencegahan baik secara psikososial maupun psikofarmakologi diperlukan untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien geriatri. Kata Kunci : gangguan neuropsikiatrik, geriatri, pendekatan psikososial. 227

2 The Role of Psychiatric Geriatric in the Treatment of Delirium in Geriatric Patients Andri, Charles E.Damping Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, University of Indonesia Abstract: Delirium is a neuropsychiatric disorder that often occurs in geriatric patients. The main clinical manifestations are disturbance of consciousness, deficit in cognition which is acute and generally affect attention, memory and the organization and planning ability. The fluctuation of the disturbance is an important indicator of this disturbance. Treatment of patient with delirium must involve interdisciplinary approach because in clinical practice geriatric patients have a complex health problems (multipathology) and need holistic care. Treatment by a team consists of psychiatrist specialized in geriatric, geriatric medic, medic rehabilitation, and nuticient consultant will produce the best result; this has been done at Cipto Mangunkusumo National Hospital. Although some studies suggest that delirium has no significant differences in treatment if already occured, but psychosocial approach or even psychopharmacotherapy has a benefit in reducing morbidity and mortality of the disturbance. It also has an important role in maintaining the quality of life of geriatric patients. Key Words: neuropsychiatric disturbance, geriatric, psychosocial approach Pendahuluan Delirium yang dikenal juga dengan sebutan acute confusional state adalah sebuah gangguan yang umum, serius, tetapi secara potensial dapat dicegah. Delirium merupakan sumber morbiditas dan mortalitas di antara pasien-pasien geriatri yang dirawat. Hal ini penting karena pada pasien berusia di atas 65 tahun, kejadian delirium menghabiskan 48% seluruh hari perawatan di rumah sakit. Insiden delirium juga meningkat sejalan dengan pertambahan usia populasi. 1 Delirium adalah sebuah sindrom neuropsikiatrik yang kompleks dengan onset yang akut dan berfluktuasi. Sindrom ini mempengaruhi kesadaran dan fungsi kognitif yang mungkin diikuti oleh peningkatan aktivitas psikomotor. Selain itu, delirium juga mempengaruhi atensi dan beberapa pasien ada yang mengalami gangguan persepsi. 2 Pada pasien geriatri, delirium berhubungan dengan perpanjangan waktu tinggal di rumah sakit, peningkatan mortalitas dan peningkatan beban biaya pengobatan. Delirium biasanya bersifat reversible jika penyebab yang mendasarinya teridentifikasi. Sayangnya, delirium terkadang tidak terdeteksi pada pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit, walaupun prevalensinya sekitar 10-16%. Pasien geriatri juga menjadi rentan karena pada beberapa kasus terdapat hendaya dalam fungsi kognitif dan angka kejadian delirium pada populasi ini cukup tinggi. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan tempat yang strategis untuk mendeteksi gangguan delirium dan memulai penanganan klinis. Beberapa penelitian mendapati prevalensi pasien IGD yang mengalami delirium berkisar antara 10-17%. 2,3 Gambaran Klinis Gejala delirium sangat beragam dan, walaupun tidak spesifik, sifatnya yang fluktuatif sangat nyata dan merupakan indikator diagnostik yang sangat penting. Terdapat tiga bentuk delirium yang telah diketahui, yaitu: tipe hiperaktif, hipoaktif, dan campuran. Tipe hipoaktif seringkali tidak dikenali dan dihubungkan dengan prognosis yang buruk secara keseluruhan. Tipe ini juga sering terjadi pada pasien yang usianya cenderung lebih tua. Gangguan yang penting melibatkan suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan menyeluruh yang mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan perencanaan dan organisasi. Gangguan lain, misalnya pola tidur yang berubah, gangguan proses pikir, afek, persepsi dan tingkat keaktifan, walaupun dipandang tidak bermakna mempunyai kontribusi yang besar dalam mengidentifikasi dan menatalaksana delirium. Tergantung dari gejala yang timbul, delirium dapat disalahartikan dengan gangguan lain, misalnya demensia, gangguan mood dan psikosis fungsional. 2 Diagnosis delirium pada pasien demensia cukup sulit karena gejala delirium dan demensia yang saling tumpang tindih. Suatu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasikan gejala delirium yang khas pada pasien demensia untuk membantu penegakan di- 228

3 agnosis delirium. Pasien demensia yang mengalami delirium memperlihatkan lebih banyak agitasi psikomotor, disorientasi, dan pikiran yang tidak terorganisasi. 4 Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-TR. Ada satu lagi alat bantu yang biasa digunakan di kalangan non-psikiater yaitu Confusion Assesment Method (CAM). Di bawah ini adalah kriteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV-TR; keempat kriteria ini harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis delirium. Tabel 1. Kriteria Diagnostik Delirium A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kewaspadaan terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian B. Perubahan kognisi (seperti kemunduran ingatan, disorientasi, gangguan berbahasa) atau adanya gangguan persepsi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pre-demensia, demensia yang sudah ada atau demensia yang sedang muncul. C. Gangguan berlangsung dalam waktu yang singkat (biasanya jam sampai beberapa hari) dan cenderung untuk berfluktuasi selama berlangsungnya. D. Adanya bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan penemuan pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan ini merupakan konsekuensi fisiologis dari kondisi medis umum. Etiologi Bila membicarakan etiologi delirium, maka faktor predisposisi dibedakan dengan faktor presipitasi. Faktor predisposisi membuat seseorang lebih rentan mengalami delirium, sedangkan faktor presipitasi merupakan faktor penyebab somatik delirium. Saat ini beberapa penelitian prospektif telah menemukan beberapa faktor predisposisi delirium pada geriatri yang potensial. Penelitian yang lebih baik bahkan mampu mendapatkan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian delirium. Selain pertambahan usia, adanya penurunan fungsi kognitif sebelumnya merupakan faktor risiko yang sering didapatkan. Lebih jauh lagi, delirium merupakan indikator pertama demensia pada populasi geriatri. Angka kejadian delirium pada pasien demensia sendiri secara bermakna lebih tinggi dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang tidak demensia. 5 Faktor presipitasi yang telah ditemukan yang menurunkan ambang delirium pada usia lanjut adalah pria, tekanan darah tinggi, penggunaan banyak obat terutama obat-obatan antikolinergik, anestesi umum, dan penggunaan alkohol atau benzodiazepine. Lebih jauh lagi, adanya peningkatan konsentrasi sodium di serum, penurunan fungsi fisik, dan penurunan fungsi menghadapi stress juga diidentifikasi sebagai faktor risiko independen pada pasien delirium. Penelitian lain mengatakan bahwa kombinasi faktor termasuk usia, kadar urea darah, hipertensi, dan kebiasaan merokok merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya delirium. 4 Faktor Risiko dan Faktor Presipitasi Walaupun terdapat banyak sekali faktor risiko yang mencerminkan karakteristik perjalanan dari pasien, beberapa faktor dapat dimodifikasi untuk mencegah kejadian delirium. Beberapa faktor risiko yang berasal dari diri pasien sendiri adalah usia, adanya defisit kognitif yang sudah ada sebelumnya, penyakit medis yang berat, adanya riwayat delirium sebelumnya dan kepribadian sebelum sakit. Pada beberapa operasi, misalnya operasi panggul, delirium juga sering dialami oleh pasien sesudah operasi. Kondisi khusus, misalnya luka bakar, AIDS, fraktur, hipoksemia, insufisiensi organ, infeksi, serta gangguan metabolik, juga dapat merupakan faktor risiko terjadinya delirium Pasien geriatri sangat erat dengan multipatologi organ, sehingga pada beberapa kasus diperlukan medikasi dengan banyak obat. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya delirium. Pemakaian obat-obatan memegang peranan penting terhadap terjadinya delirium. Banyak obat yang dapat menyebabkan delirium, namun ada beberapa obat, misalnya benzodiazepine, narkotik dan obat-obat dengan aktivitas antikolinergik, yang mempunyai kecenderungan lebih untuk menyebabkan delirium. Banyak obat dan metabolitnya yang secara tidak terduga menyebabkan delirium karena efek antikolinergiknya tidak diketahui. Suatu penelitian mengidentifikasi efek antikolinergik yang dapat menyebabkan hendaya pada memori dan atensi pada pasien geriatri. Kenyataan ini terjadi pada 10 sampai 25 obat yang paling sering diresepkan kepada pasien geriatri, termasuk teofilin, digoxin dan warfarin. Oleh karena itu, sangat penting upaya untuk meminimalkan penggunaan obat-obatan, mengurangi dosis atau menghentikan penggunaan beberapa jenis obat yang secara klinis sering menyebabkan delirium, terutama pada saat risiko tinggi misalnya periode perioperatif. Lingkungan juga mempunyai peran dalam kejadian delirium pada individu. Pengalaman sensorik yang ekstrem, kehilangan daya penglihatan dan pendengaran, imobilitas, isolasi sosial dan stress merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian delirium. 2,5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan delirium tentunya tidak terpisah dari penyebabnya. Identifikasi penyakit yang mendasari serta pengobatannya secara tepat perlu dilakukan. Pasien dengan gangguan medis umum yang disertai dengan delirium akan menjalani masa tinggal rumah sakit yang lebih lama daripada yang tidak mengalami delirium. Delirium sendiri dapat menimbulkan komplikasi lain yang banyak terjadi pada pasien, misalnya geriatri seperti jatuh dan infeksi. Pasien dengan delirium juga biasanya lebih membutuhkan perawatan di institusi. Penggunaan benzodiazepin seharusnya dihindari, kecuali bila sumber deliriumnya adalah reaksi putus zat alkohol atau sedatif atau ketika agitasi yang berat tidak dapat 229

4 dikontrol oleh obat neuroleptik. Hal ini disebabkan karena benzodiazepin dapat menyebabkan reaksi berkebalikan yang memperburuk delirium. Reaksi berkebalikan yang diakibatkan oleh benzodiazepin adalah sedasi yang berlebihan yang dapat menyulitkan penilaian status kesadaran pasien itu sendiri. Pada beberapa penelitian penggunaan obat neuroleptik, obat yang sering dipakai pada kasus delirium adalah Haloperidol. Haloperidol digunakan karena profil efek sampingnya yang lebih disukai dan dapat diberikan secara aman melalu jalur oral maupun parenteral. Dosis yang biasa diberikan adalah 0,5-1,0 mg per oral (PO) atau intra muscular maupun intra vena (IM/IV); titrasi dapat dilakukan 2 sampai 5 mg tiap satu jam sampai total kebutuhan sehari sebesar 10 mg terpenuhi. Setelah pasien lebih baik kesadarannya atau sudah mampu menelan obat oral maka haloperidol dapat diberikan per oral dengan dosis terbagi 2-3 kali perhari sampai kondisi deliriumnya teratasi. Haloperidol intravena lebih sedikit menyebabkan gejala ekstrapiramidal daripada penggunaan oral. 2,6,7 Antipsikotik yang lebih baru, misalnya risperidon, olanzapin dan quetiapin juga membantu dalam penatalaksanaan delirium. Namun penelitian dan bukti yang mendukung penggunaan antipsikotik atipikal pada delirium belum terbukti jelas sehingga obat-obat tersebut tidak dapat digunakan sebagai terapi lini pertama. Akan tetapi, obatobatan ini dihubungkan dengan lebih sedikitnya gangguan pergerakan akibat obat dibandingkan penggunaan haloperidol. Oleh karena itu, antipsikotik atipikal mungkin merupakan obat pilihan untuk pasien dengan penyakit Parkinson dan gangguan neuromuskular yang berhubungan, serta pasien dengan riwayat adanya gejala ektrapiramidal pada penggunaan antipsikotik lama. Dosis awal olanzapin adalah 5 mg per oral setiap hari, setelah satu minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg sehari dan dititrasi menjadi 20mg sehari. Quetiapin diberikan 25 mg per oral dua kali sehari yang dapat ditingkatkan menjadi 25-50mg per dosis tiap 2 sampai 3 hari sampai tercapai target mg perhari yang terbagi dalam 2-3 dosis. Risperidon diberikan 1-2 mg per oral pada malam hari dan secara gradual ditingkatkan 1 mg tiap 2-3 harus sampai dosis efektif tercapai (4-6 mg per oral). Quetiapin adalah obat antipsikotik baru yang paling menimbulkan sedasi dan paling aplikatif dalam pengobatan delirium yang agitasi. 6 Pencegahan Delirium pada beberapa kasus mempunyai prognosis yang buruk sehingga jalan yang terbaik adalah mencegah terjadinya delirium. Hal itulah yang membuat tatalaksana delirium mulai berubah dari pengobatan menjadi pencegahan. Pencegahan dibagi menjadi dua, yaitu pencegahan primer yang bertujuan untuk mencegah keberulangan delirium sedangkan pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi durasi dan keparahan delirium dan mengoptimalkan fungsi sesudah kejadian. Hal ini dapat dilakukan melalui penanganan proaktif oleh psikiater atau tim geriatri. Beberapa strategi pencegahan primer delirium telah diteliti. Pada kebanyakan pasien dilakukan penapisan faktor risiko delirium melalui penanganan proaktif psikiater dan tim geriatri yang bekerjasama dalam menjalani perawatan rutin pasien rawat inap di bangsal. Dalam kasus-kasus faktor risiko yang bisa diobati pasien menjalani penanganan klinik dan psikososial atau profilaksis farmakologis. Penelitian terhadap keefektifan penapisan dan penelitian yang proaktif, termasuk dalam bidang penyakit dalam dan konsultasi geriatri serta pengobatan yang dianggap perlu oleh bidang-bidang tersebut memberikan gambaran yang tidak konsisten dan seringkali tidak mendapatkan kesimpulan berarti. Beberapa penelitian ada yang menyebutkan keefektifan strategi tersebut dalam mengurangi angka kejadian, durasi maupun keparahan delirium, namun penelitian lain tidak menemukan adanya efek yang menguntungkan. Suatu penelitian yang melibatkan 120 orang pasien geriatri dengan fraktur panggul menunjukkan bahwa intervensi standar, penelusuran kognitif secara sistematik, konsultasi dengan spesialis dan penatalaksanaan nyeri yang terkontrol, tidak efektif dalam menurunkan insiden delirium, walaupun keparahan dan durasi delirium dapat dikurangi. 1 Sebuah penelitian dengan kontrol mengemukakan data yang memberikan bukti bahwa pendekatan intervensi multikomponen pada program penanganan geriatri efektif dalam mencegah delirium pada pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit. Pencegahan tersebut mencegah terjadinya delirium dan mengurangi total hari-hari delirium. Hal ini sangat efektif pada pasien yang memang mempunyai risiko mengalami delirium. Ketika delirium sudah terjadi maka tidak akan ada perbedaan penanganan delirium baik ditinjau dari keparahan penyakitnya atau kemungkinan berulangnya. Penemuan ini sangat penting dampaknya pada penatalaksanaan delirium bahwa pencegahan yang awal mungkin merupakan strategi yang paling efektif. Ketika delirium itu sudah terjadi maka strategi penanganan akan kurang efektif dan kurang efisien. 1 Keefektifan profilaksis farmakologis telah dilakukan pada beberapa penelitian. Pada suatu penelitian dengan 400 pasien fraktur panggul, insiden delirium tidak berkurang dengan penatalaksanaan profilaksis 1 mg haloperidol dibandingkan dengan plasebo, walaupun durasi dan keparahan delirium berkurang. Akan tetapi mungkin pemberian 1 mg haloperidol terlalu rendah untuk mendapatkan efek profilaksis. 4 Peranan Psikososial Lingkungan di sekitar pasien memegang peranan yang sangat penting dalam proses perbaikan kondisi delirium ataupun saat delirium sudah teratasi. Hal ini disebabkan pada saat pasien pulang dari perawatan terkadang terdapat gejala sisa delirium sehingga keluarga dan pengasuh memainkan 230

5 peran penting dalam perawatan pasien terutama di rumah. Pengasuh dan keluarga pasien dapat memberikan bantuan psikososial yang bersifat mendorong pasien untuk dapat kembali kepada fungsi awal sebelum terjadinya delirium. Untuk itulah anggota keluarga dan pengasuh pasien harus diberi penjelasan tentang delirium sehingga dapat menghadapi pasien dengan baik. Terkadang informasi yang salah tentang delirium dapat membuat keluarga atau pengasuh menjadi tidak sabar atau marah terhadap pasien yang dapat mencetuskan distress pada pasien. Berkaitan dengan pentingnya peranan keluarga dan pengasuh pasien dalam upaya penatalaksanaan pasien delirium, suatu penelitian bahkan mengatakan bahwa delirium sebaiknya ditangani di rumah dalam lingkungan keluarga di mana terdapat dukungan sosial yang adekuat. Hal ini dapat dilaksanakan terutama bila penyakit medis yang menyertai tidak memerlukan pelayanan medis di rumah sakit. Namun jika memang memerlukan perawatan maka penatalaksanaan transisi yang hati-hati dan pendampingan pihak keluarga serta penjelasan yang jelas tentang apa yang terjadi dapat meminimalkan peningkatan kebingungan yang biasanya terjadi pada perubahan lingkungan. 2,8 Beberapa penanganan secara psikososial dapat dilihat di bawah ini: a. Penyediaan bantuan suportif dan orientasi: - Berkomunikasi secara jelas dan tegas; berikan pengulangan secara verbal tentang hari, tanggal, lokasi dan identitas kunci orang-orang yang bermakna, misalnya anggota tim medis dan saudara. - Sediakan beberapa petanda seperti jam, kalender dan jadwal harian di dekat pasien. - Bawalah barang-barang yang cukup akrab bagi pasien dari rumah untuk ditaruh di sekitar pasien. - Sediakan televisi dan radio untuk relaksasi dan membantu pasien untuk mempertahankan kontak terhadap dunia luar. - Libatkan keluarga dan pengasuh dalam meningkatkan perasaan aman dan orientasi pasien. b. Penyediaan lingkungan yang tidak ambigu: - Sederhanakanlah ruang dengan memindahkan objek-objek yang tidak perlu untuk mempertahankan ruang yang cukup luas di kamar tidur. - Pertimbangkan untuk mengambil ruang yang tunggal untuk membantu istirahat dan menghindari pengalaman sensori yang berlebihan. - Hindari penggunaan istilah-istilah medis di tengahtengah keberadaan pasien karena hal itu dapat menimbulkan paranoid. - Gunakan penerangan yang adekuat, gunakan lampu antara Watt untuk mengurangi salah persepsi. - Atur sumber suara (baik dari staf medis, paralatan, ataupun pengunjung), setara tidak lebih dari 45 desibel di waktu siang dan 20 desibel di waktu malam. - Jaga temperatur ruangan tetap di antara 21,1 o C sampai 23,8 o C. c. Pertahankan kemampuan pasien - Identifikasi dan perbaiki kesalahan sensorik, jamin keberadaan kacamata, alat bantu dengar atau gigi palsu untuk membantu pasien. Bila ada kesulitan dalam bahasa, pertimbangkan jasa penerjemah. - Berikan dukungan untuk perawatan mandiri dan partisipasi dalam pengobatan. - Pengobatan dilakukan untuk memperoleh tidur yang tidak tertunda. - Pertahankan akitivitas fisik: bagi pasien yang dapat bergerak lakukan jalan kaki tiga kali dalam sehari, bagi yang tidak dapat berpindah tempat berikan pergerakan selama 15 menit tiga kali sehari. 2,8 Kesimpulan Delirium merupakan suatu kondisi neuropsikiatrik yang seringkali dialami oleh pasien geriatri. Gejala klinis yang utama adalah penurunan kesadaran yang disertai dengan adanya suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan fluktuatif. Hendaya bersifat menyeluruh, mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan perencanaan dan organisasi. Penanganan delirium melibatkan peran berbagai faktor termasuk pada deteksi dini risiko delirium, penanganan kondisi delirium, dan pencegahan berulangnya delirium. Hal ini melibatkan peranan psikiater dan konsultan geriatri yang bekerja secara interdisplin pada pasien yang mengalami delirium. Daftar Pustaka 1. Inouye SK, Bogardus ST, Charpentier PA. A multicomponent intervention to prevent delirium in hospitalized older patients. New Engl J Med 1999;340(9): Meagher DJ. Delirium: Optimizing management. Brit Med J 2001; 322(20): Michel Élie M, Rousseau F, Cole M. Prevalence and detection of delirium in elderly emergency department patients. CMAJ 2000; 163(8): Leentjens AFG, van der Mast RC. Delirium in elderly people: An update. Curr Opin Psychiatry 2005;18(3): Landefeld CS, Palmer RM, Johnson MAG, editors. Delirium, Common Disorder in The Elderly in Current Geriatric Diagnosis and Treatment. Boston: McGrawHill; 2004.p Quijada E, Billings JA. Fast facts and concepts #60 Pharmacologic management of delirium; update on newer agents (January, 2002). Naskah diambil dari End-of-Life Physician Education Resource Center pada tanggal 20 Februari Lyketsos CG. Diagnosis and management of delirium in the elderly case study and commentary. In: Lykets s & Liang. Delirium in The elderly. Baltimore: Hospital Physician 1999.p.34-51, Gleason OC. Delirium. J Am Fam Physician 2003; 67(5):

6 9. Wattis J. Caring for older people: What an old age psychiatrist does. Brit Med J 1996;313: Ross DD, Alexander CS. Management of common symptoms in terminally ill patients: Part II. Constipation, delirium and dyspnea. Am Fam Physician 2001;64(6): EV 232

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator kesejahteraan rakyat pada suatu negara. Angka harapan hidup penduduk Indonesia naik dari 70,45

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : andri@ukrida.ac.id Pendahuluan Pasien gagal ginjal kronis adalah salah

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai

Lebih terperinci

Rekonsiliasi Penggunaan Obat Yang Menyebabkan Delirium pada Pasien Lanjut Usia Sebelum Dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Immanuel Bandung

Rekonsiliasi Penggunaan Obat Yang Menyebabkan Delirium pada Pasien Lanjut Usia Sebelum Dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Immanuel Bandung Rekonsiliasi Penggunaan Obat Yang Menyebabkan Delirium pada Pasien Lanjut Usia Sebelum Dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Immanuel Bandung (Medication Reconciliation in Elderly Patients Presenting With

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia atau geriatrik di dunia. Berdasar data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum

Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum Andri Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) andri@ukrida.ac.id PENDAHULUAN Psikoterapi adalah bagian yang

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep

KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep KEKSI GIRINDRA SWASTI, M.Kep Dahulu klien masuk ke RSJ pada tahap akut (klien dg respon koping maladaptif), sekarang klien yg masuk RS berada pd tahap krisis dimana tujuan terapi adalah untuk stabilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk berusia 60 tahun ke atas. 1 Proporsi jumlah penduduk lanjut usia tersebut terus mengalami

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN I. DEFINISI Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit yang dirawat di Rumah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN USIA LANJUT DENGAN DELIRIUM DAN PENYAKIT YANG MENDASARINYA DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

PROFIL PASIEN USIA LANJUT DENGAN DELIRIUM DAN PENYAKIT YANG MENDASARINYA DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI PROFIL PASIEN USIA LANJUT DENGAN DELIRIUM DAN PENYAKIT YANG MENDASARINYA DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA OLEH: Nama : Christian Raynald NRP : 1523012017 Program Studi Pendidikan Dokter Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau permasalahan yang ada dalam terapi obat atau mengganggu secara potensial hasil keluaran klinik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Delirium didefinisikan dalam American Psychiatric Association's (APA)

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Delirium didefinisikan dalam American Psychiatric Association's (APA) BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. ICU Delirium 1.1. Definisi ICU Delirium Delirium didefinisikan dalam American Psychiatric Association's (APA) Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM)-IV

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN HOME HEALTH CARE Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN Target Pembelajaran Menggambarkan perawatan pasien berkelanjutan Eksplorasi

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemas adalah fenomena dimana seseorang merasa tegang, takut dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). Kecemasan dental adalah masalah

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA

Lebih terperinci

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Menimbang : TENTANG KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang cepat dan diprediksikan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Pada tahun 2020, populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sebagian besar penelitian telah menggunakan. istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sebagian besar penelitian telah menggunakan. istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagian besar penelitian telah menggunakan istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk skizofrenia dan biasanya menerapkan definisi operasional yang diakui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES

HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES HEALTH RECORDS IN LONG TERM CARE AND REHABILITATION FACILITIES Isi RK pada Acute care berbeda dengan asuhan jangka panjang ( Long term care dan Rehabilitation care). Pemeliharrannya tidak berbeda Asuhan

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS

DRUG RELATED PROBLEMS DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: AMALIA FATIMAH K 100 040 178 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS = kejadian tidak diinginkan KTC= kejadian tanpa cedera = kejadian potensi cedera KNC= kejadian nyaris cedera CONTOH CONTOH INSIDEN No. INSTALASI INDIKATOR JENIS 1. Instalasi Gawat darurat Insiden kesalahan

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2 INTISARI PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DI PUSKESMAS NOPEMBER BANJARMASIN Tria Shinta 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Dreiyani Abdi M 3 Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki karakteristik khusus ditandai oleh adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Tidur tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian dan disabilitas permanen pada usia dewasa

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J PERBEDAAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI BERDASARKAN KATEGORI OPERASI PADA PASIEN BEDAH YANG DIBERIKAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN DAFTAR APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN APK.1 APK.1.1 APK.1.1.1 APK.1.1.2 APK.1.1.3 KEBIJAKAN SKRINING PASIEN PANDUAN SKRINING PASIEN RAWAT JALAN SPO SKRINING RAWAT JALAN SPO ALUR SKRINING RAWAT JALAN

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON A. PENDAHULUAN Health care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah Usia Lanjut yang berumur 60 tahun atau lebih terbanyak di dunia. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan di industri kesehatan sangat perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk usia lanjut di Indonesia semakin meningkat karena angka harapan hidup semakin tinggi. Jumlah penduduk usia lanjut mencapai 20,04 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

MUTU(QUALITY) ADALAH KESESUAIAN DENGAN STANDAR(CONFORMANCE TO REQUIREMENTS) (CROSBY) MUTU ADALAH GAMBARAN DARI PRODUK YANG MEMENUHI KEBUTUHAN

MUTU(QUALITY) ADALAH KESESUAIAN DENGAN STANDAR(CONFORMANCE TO REQUIREMENTS) (CROSBY) MUTU ADALAH GAMBARAN DARI PRODUK YANG MEMENUHI KEBUTUHAN MUTU(QUALITY) ADALAH KESESUAIAN DENGAN STANDAR(CONFORMANCE TO REQUIREMENTS) (CROSBY) MUTU ADALAH GAMBARAN DARI PRODUK YANG MEMENUHI KEBUTUHAN PELANGGAN DAN BEBAS DARI KECACATAN (JURAN) QUALITY PATIENT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia 1.1 Pengertian Skizofrenia Luana (2007) dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa IDI Jakarta Barat, menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE )

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE ) Jl.K.H. ZainalMustofa No. 310 Tasikmalaya Telp. ( 0265 ) 322333, Fax. ( 0265 ) 326767, E-Mail : rumahsakit.tmc@gmail.com www.rstmc.co.id SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015 LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERSTRUKTUR PADA PENGASUH UTAMA ANAK ADHD TERHADAP PENURUNAN DERAJAT KEPARAHAN ADHD DI UNIT RAWAT JALAN PSIKIATRI ANAK RSUD dr SOETOMO SURABAYA Oleh: Saiful

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ARI TYAS UTAMININGSIH K 100 040 176 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang

Lebih terperinci