HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI OLEH : AGTRIN MEGA WULAN a001 PROGRAM STUDI ILMU GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS,

2 HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG Agtrin Mega Wulan, Sugeng Maryanto, Indri Mulyasari *Program Studi Ilmu Gizi Stikes Ngudi Waluyo ABSTRAK Latar Belakang : Asupan protein dan zat besi dapat mempengaruhi pembentukan hemoglobin. Wanita vegetarian merupakan salah satu kelompok yang rentan kekurangan protein dan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Metode : Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. Jumlah sampel sebanyak 44 orang yang diambil menggunakan total sampling. Instrumen yang dalam penelitian ini adalah FFQ semikuantitatif untuk mengetahui asupan protein dan zat besi serta hemoglobinometer digital untuk mengukur kadar hemoglobin. Analisis data yang digunakan yaitu uji Spearman Rank (α=0,05). Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan asupan protein dengan kategori baik sebanyak 22 orang (50%), kategori kurang sebanyak 20 orang (45,5%), dan kategori lebih sebanyak 2 orang (4,5%). Asupan zat besi dengan kategori kurang sebanyak 27 orang (61,4%), dan kategori baik sebanyak 17 orang (38,6%). Kadar hemoglobin dengan kategori anemia sebanyak 26 orang (59,1%) dan tidak anemia sebanyak 18 orang (40,9%). Ada hubungan antara asupan protein (p = 0,0001) dan zat besi (p = 0,0001) dengan kadar hemoglobin Simpulan : Ada hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Kata Kunci : protein, zat besi, kadar hemoglobin, vegetarian 1

3 THE CORRELATION BETWEEN THE PROTEIN AND IRON INTAKE AND HEMOGLOBIN LEVEL IN VEGETARIAN WOMEN AGED YEARS OLD AT SEMESTA MAITREYA VIHARA SEMARANG Agtrin Mega Wulan, Sugeng Maryanto, Indri Mulyasari *Nutrition Science Study Program of Ngudi Waluyo School of Health ABSTRACT Background: The intake of protein and iron can affect the level of hemoglobin. Vegetarian women are one of the most vulnerable groups in getting lack of protein and iron. This research is to find the correlation between the protein and iron intake and hemoglobin level in vegetarian women aged years old at Semesta Maitreya Vihara Semarang Method: This study used descriptive-correlative method and cross sectional approach. The population in this study was all vegetarian women aged years old at Semesta Maitreya Vihara Semarang. The samples in this study were 44 respondents sampled by using total sampling technique. The data instrument used in this study was the semi-quantitative FFQ to assess the intake of protein and iron as well as digital hemoglobinometer to measure hemoglobin levels. The data analysis used Spearman rank test (α = 0.05). Result: The results of this study indicated respondents having protein intake in the category of good were 22 respondents (50%), in the category of poor as many as 20 respondents (45.5%), and in the category of excessive were 2 respondents (4.5%). Respondents having iron intake in the category of poor were 27 respondents (61.4%), and in the category of good were 17 respondents (38.6%). For the hemoglobin levels, respondents having anemia were 26 respondents (59.1%) and have not got anemia were 18 respondents (40.9%). There was a correlation between the protein (p=0.0001) and iron intake (p=0.0001) and hemoglobin levels. Conclusion: There is a correlation between the protein and iron intake and hemoglobin levels in vegetarian women aged years old at Semesta Maitreya Vihara Semarang Keywords : Protein, iron, hemoglobin level, vegetarian 2

4 PENDAHULUAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin (Hb) darah kurang dari normal (Depkes, 2008). Anemia sampai saat ini masih masalah gizi di seluruh dunia terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi terutama pada wanita. Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi anemia pada wanita sebesar 23,9%, sedangkan prevalensi anemia pada wanita menurut usia tahun sebesar 18,4%, usia tahun 16,9%, dan usia tahun sebesar 18,3 %. Kelompok yang beresiko tinggi mengalami anemia antara lain kelompok wanita vegetarian. Kelompok ini beresiko tinggi karena pola makan vegetarian didominasi oleh protein nabati dan sayuran yang sulit diserap tubuh dan dapat menghambat penyerapan zat besi, sedangkan protein hewani (heme) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik jarang dikonsumsi sehingga hal ini menyebabkan rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi pada tubuh (Sediaoetama, 2002). Menurut penelitian, rendahnya tingkat penyerapan zat besi di dalam tubuh merupakan kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan zat besi terutama sumber zat besi dari nabati yang hanya diserap 1-2% (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Salah satu penyebab anemia pada vegetarian yaitu penyerapan zat besi dari makanan yang rendah (ADA, 2009). Zat gizi yang paling berisiko tinggi mengalami defisiensi pada vegetarian akibat pola makan yang dianut dan memiliki fungsi yang sangat esensial bagi tubuh dalam pembentukan hemoglobin adalah protein. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga bisa mengakibatkan terjadinya defisiensi zat besi (Almatsier 2009). Menurut penelitian Nugroho dkk (2015) pada wanita usia subur vegetarian terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein nabati dengan kejadian anemia (p=0,002). Menurut penelitian Dewi (2012) ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin (p = 0,016). Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah yaitu untuk mensintesis hemoglobin. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan cadangan zat besi dalam hati menurun, sehingga pembentukan sel darah merah terganggu yang akan mengakibatkan pembentukan kadar hemoglobin darah di bawah normal (Almatsier, 2009). Menurunnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala lemah, letih, lesu dan cepat lelah (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Kondisi ini dikuatkan oleh penelitian Amelia (2014) bahwa wanita usia subur pada vegetarian dengan rata-rata asupan Fe sebesar 19,5 mg per hari cenderung mengalami anemia. Menurut penelitian Larsson dan Johansson (2002) menunjukkan bahwa defisiensi zat besi lebih umum terjadi pada vegetarian dari pada lacto-ovo vegetarian karena rendah asupan zat besi dan lebih tinggi asupan serat yang mengarah ke penurunan bioavailibilitas besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang 3

5 METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. Jumlah sampel sebanyak 44 orang yang diambil menggunakan total sampling dengan kriteria inklusi biarawati dan umat berusia tahun, kriteria ekslusi mengalami menstruasi dan hamil saat pengambilan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah FFQ semikuantitatif untuk mengetahui asupan protein dan zat besi serta hemoglobinometer digital untuk mengukur kadar hemoglobin. Skala data variabel bebas dan terikat mempunyai skala interval, kemudian dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk. Analisis data yang digunakan yaitu uji Spearman Rank (α=0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Vegetarian Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vegetarian Jenis Vegetarian Frekuensi Persentase (n) (%) Lacto 6 13,6 Lacto-ovo 10 22,7 Ovo 2 4,5 Pollo 3 6,8 Vegan 23 52,4 Total ,0 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa paling banyak responden jenis vegetarian vegan sebanyak 23 orang (52,4%), lacto ovo sebanyak 10 orang (22,7%), lacto sebanyak 6 orang (13,6%), pollo sebanyak 3 orang (6,8%), dan ovo sebanyak 2 orang (4,5%). 2. Asupan Protein Tabel 2 Distribusi Frekuensi Asupan Protein pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Frekuensi Persentase Asupan Protein (n) (%) Lebih (>100% AKG) 2 4,5 Baik (80-100% AKG) 22 50,0 Kurang (<80% AKG) 20 45,5 Total ,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa paling banyak asupan protein dengan kategori baik sebanyak 22 orang (50%), kategori kurang sebanyak 20 orang (45,5%), dan kategori lebih sebanyak 2 orang (4,5%). Rata-rata asupan protein responden sebesar 83,04 %, ini lebih rendah dari rata-rata asupan protein pada wanita di Provinsi Jawa Tengah sebesar 100,1% (SDT, 2014). Asupan protein semua jenis vegetarian berasal dari protein nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Frekuensi mengonsumsi tahu dan tempe ± 2-6x dalam sehari. Jenis vegetarian lacto, 4

6 lacto ovo, ovo dan pollo mendapatkan asupan tambahan yang berasal dari protein hewani seperti ayam, telur, susu, keju dan yoghurt. Frekuensi mengonsumsi ayam, telur, susu, keju dan yoghurt ± 2-4 kali dalam seminggu. Protein hewani mempunyai kandungan asam amino esensial yang lengkap yang susunannya mendekati apa yang diperlukan tubuh, serta daya cerna yang tinggi sehingga jumlah yang dapat diserap juga tinggi. Protein nabati tidak mempunyai asam amino selengkap protein hewani. Setiap jenis bahan makanan nabati kekurangan satu atau lebih asam amino esensial di dalamnya (Yuliarti, 2009). 3. Asupan Zat Besi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Frekuensi Persentase Asupan Zat Besi (n) (%) Baik (80-100% AKG) 17 38,6 Kurang (<80% AKG) 27 61,4 Total ,0 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa paling banyak asupan zat besi dengan kategori kurang sebanyak 27 orang (61,4%), dan kategori baik sebanyak 17 orang (38,6%). Rata-rata asupan zat besi responden sebesar 75,85%, ini lebih tinggi dari rata-rata asupan zat besi pada wanita di Sleman sebesar 48% (Yuli, 2013). Asupan zat besi semua jenis vegetarian berasal dari zat besi non heme yang mempunyai kandungan zat besi tinggi tetapi penyerapannya hanya 5%. Zat besi non heme seperti sayuran (bayam, sawi), serelia (nasi), kacang-kacangan (tahu, tempe) dan beberapa jenis buah-buahan (jambu, jeruk, melon). Jenis vegetarian lacto, lacto ovo, ovo dan pollo mendapatkan asupan tambahan yang berasal dari zat besi heme seperti ayam, telur, susu, keju dan yoghurt. Kandungan zat besi heme dalam makanan hanya antara 5-10% tetapi penyerapannya mencapai 25%, dan penyerapannya tidak bergantung dengan jenis kandungan makanan lainnya. Penyerapan zat besi non heme sangat tergantung pada jenis makanan lain atau menu yang bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat maupun pendorong. Asam askorbat (Vitamin C) pada buah-buahan dapat mendorong penyerapan zat besi non heme. Namun pada sayuran dan buah-buahan banyak mengandung serat, dimana serat dalam bahan makanan dapat mengikat zat besi sehingga bioavailabilitas zat besi menurun. Penghambatan oleh serat terjadi karena adanya kompleksitas antara besi dan serat, pengikatan zat besi dalam metriks serat dan penurunan waktu transit makanan dalam usus halus sehingga jumlah zat besi yang diserap menjadi lebih sedikit (Winarti, 2010). 5

7 4. Kadar Hemoglobin Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Frekuensi Persentase Kadar Hemoglobin (n) (%) Tidak Anemia (12-16 g/dl) 18 40,9 Anemia (<12 g/dl) 26 59,1 Total ,0 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa paling banyak kadar hemoglobin dengan kategori anemia (<12g/dl) sebanyak 26 orang (59,1%), dan tidak anemia(12-16g/dl) sebanyak 18 orang (40,9%). Ratarata kadar hemoglobin responden sebesar 11,6 g/dl, ini lebih rendah dari rata-rata kadar hemoglobin pada wanita di Sleman sebesar 12,3 g/dl (Yuli, 2013). Hemoglobin bertindak sebagai unit pembawa oksigen darah yang membawa oksigen dari paru-paru ke sel-sel untuk diekresikan ke dalam pernafasan (Mary, 2011). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menentukan status anemia. Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, pasokan oksigen ke berbagai tempat di seluruh tubuh akan tercapai (Sadikin M, 2002). 5. Jenis Vegetarian dengan Kadar Hemoglobin Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jenis Vegetarian dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Jenis Kadar Hemoglobin Total Vegetarian Tidak Anemia Anemia n % n % n % Lacto 1 16,7 5 83, Lacto ovo 5 50,0 5 50, Ovo 1 50,0 1 50, Pollo 3 100, Vegan 8 34, , Total 18 40, , Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pengukuran kadar hemoglobin pada semua jenis vegetarian dari 26 responden yang anemia paling banyak dari jenis vegetarian vegan sebanyak 15 orang (65,2%), lacto sebanyak 5 orang (83,3%), lacto ovo sebanyak 5 orang (50%), dan ovo sebanyak 1 orang (50%). Kadar hemoglobin yang rendah terjadi karena asupan zat gizi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi dapat mengganggu pembentukan sel darah merah (hemoglobin). Terganggunya pembentukan sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat yang berperan dalam sintesis hemoglobin seperti protein dan zat besi. 6

8 6. Jenis Vegetarian dengan Asupan Protein Tabel 6 Distribusi Frekuensi Jenis Vegetarian dengan Asupan Protein pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Jenis Vegetarian Asupan Protein Total Lebih Baik Kurang n % n % n % n % Lacto ,7 2 33, Lacto ovo 1 10,0 6 60,0 3 30, Ovo ,0 1 50, Pollo 1 33,3 2 66, Vegan , , Total 2 4, , , Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa asupan protein dengan kategori kurang paling banyak dari jenis vegetarian vegan sebanyak 14 orang (60,9%). Asupan jenis vegetarian vegan hanya didapatkan dari protein nabati seperti nasi, jagung, tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah, bayam, kangkung, buncis, sawi, pepaya, jeruk, pisang, jambu, dll. Protein yang bermutu rendah mengandung dalam jumlah kurang satu atau lebih asam amino esensial yaitu protein nabati (Almatsier, 2009). Responden yang memiliki asupan protein dengan kategori baik paling banyak dari jenis vegetarian lacto sebanyak 4 orang (66,7%), pollo sebanyak 2 orang (66,7%), lacto ovo sebanyak 6 orang (60%), dan ovo sebanyak 1 orang (50%). Jenis vegetarian lacto, pollo, lacto ovo, dan ovo masih mendapatkan asupan tambahan protein hewani seperti telur, ayam, keju, susu dan yoghurt. Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein yang bermutu tinggi mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai yang diperlukan tubuh yaitu protein hewani. Protein harus dalam jumlah yang mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik karena protein memiliki peran yang penting pada absorpsi dan transportasi zat besi. Sebaliknya jika protein cukup tetapi besi dalam tubuh tidak memadai maka protein juga tidak akan berperan sebagaimana mestinya. 7. Jenis Vegetarian dengan Asupan Zat Besi Tabel 7 Distribusi Frekuensi Jenis vegetarian dengan Asupan Zat Besi pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Asupan Zat Besi Jenis Total Baik Kurang Vegetarian n % n % n % Lacto 1 16,7 5 83, Lacto ovo 4 40,0 6 60, Ovo 1 50,0 1 50, Pollo 3 100, Vegan 8 34, , Total 17 38, ,

9 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 25 orang yang memiliki asupan zat besi dengan kategori kurang dan anemia paling banyak dari jenis vegetarian vegan yaitu sebanyak 15 orang (65,2%), lacto sebanyak 5 orang (83,3%), lacto ovo 6 orang (60%), dan ovo 50% (1 orang). Asupan zat besi pada setiap jenis vegetarian berbeda, jenis vegetarian vegan asupan zat besi hanya didapatkan dari zat besi non heme sehingga rentan mengalami defisiensi zat besi. Sedangkan jenis vegetarian lain seperti lacto, lacto ovo, ovo dan pollo mendapatkan asupan tambahan zat besi yang berasal dari hewani seperti telur, ayam, keju, susu dan yoghurt. Walaupun mendapatkan asupan tambahan zat besi heme namun ada responden yang mempunyai kadar hemoglobin dibawah normal atau anemia, karena tidak semua asupan zat besi dapat diabsorpsi dengan baik. Zat besi pada telur tidak dapat diserap maksimal oleh tubuh karena adanya komponen yang menghambat penyerapan zat besi. Komponen yang menghambat penyerapan zat besi pada telur adalah phosphoprotein phosvitin, phosvitin membentuk senyawa yang tak larut dalam air. Selain telur, susu sapi dan keju mengandung zat kalsium yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Menurut Larsson dan Johanson (2002) defisiensi zat besi lebih umum terjadi pada jenis vegetarian vegan dari pada lacto ovo karena asupan zat besi yang rendah dan lebih tinggi asupan serat yang mengarah penurunan bioavailabilitas zat besi. 8. Hubungan antara Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin Tabel 8 Hubungan antara Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Variabel n mean sd r p value Asupan Protein 44 83,04 9,09 0,73 0,0001 Kadar Hemoglobin 44 11,68 1,20 Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari hasil uji korelasi Spearman Rank antara asupan protein dengan kadar hemoglobin diperoleh nilai p = 0,0001 yang artinya ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. Nilai korelasi (r) sebesar 0,73 yang artinya hubungan antara protein dengan kadar hemoglobin searah dengan kekuatan hubungan kuat. Menurut Nugroho (2015) ada hubungan yang signifikan antara asupan protein nabati dengan kejadian anemia. Menurut Dewi (2012) ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin. Menurut Nugroho (2015) ada hubungan yang signifikan antara asupan protein nabati dengan kejadian anemia. Menurut Dewi (2012) ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin. Protein berperan penting dalam transportasi zat besi di dalam tubuh. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (doudenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat pengangkut protein yang membantu penyerapan zat besi, yaitu transferrin dan ferritin. Transferrin mempunyai peranan sentral dalam metabolisme zat besi karena 8

10 unsur protein ini mengangkut zat besi ke dalam sirkulasi yang memerlukan zat besi misalnya dari usus ke sumsum tulang dan organ lainnnya untuk membentuk hemoglobin yang baru (Murray,2003). Feritin adalah protein lain yang penting dalam metabolisme besi. Pada kondisi normal, feritin meyimpan besi yang dapat diambil kembali untuk digunakan sesuai kebutuhan (Gallagher, 2008). Asupan protein yang kurang akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal (Almatsier, 2009). Tabel 9 Distribusi Frekuensi Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Asupan Kadar Hemoglobin Total Protein Tidak Anemia Anemia n % n % n % Lebih Baik 16 72,7 6 27, Kurang , Total 18 40, , Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui responden yang memiliki asupan protein dengan kategori baik dan tidak anemia sebanyak 16 orang (72,7%). Rata-rata asupan protein responden sebesar 47 gram, ini lebih rendah dari rata-rata asupan protein pada wanita di Provinsi Jawa Tengah sebesar 56,8 gram (SDT, 2014). Berdasarkan wawancara FFQ semikuantitatif contoh makanan responden yaitu nasi sebanyak 3x sehari, lauk nabati tahu atau tempe sebanyak 3-6x sehari, sayur sebanyak 3x sehari, buah sebanyak 1x sehari dan makanan sumber hewani 2-4 kali dalam seminggu. Beberapa jenis protein mengandung semua macam asam amino esensial, namun masing-masing dalam jumlah terbatas. Metionin merupakan asam amino dari kacang-kacangan, lisin dari beras dan tripofan dari jagung. Dua jenis protein yang terbatas dalam asam amino yang berbeda, bila dimakan secara bersamaan di dalam tubuh dapat menjadi susunan protein komplet, misalnya konsumsi nasi yang terbatas dalam lisin dicampur dengan tempe yang terbatas dalam metionin (Almatsier, 2009). Responden yang memiliki asupan protein dengan kategori kurang yang anemia sebanyak 20 orang (100%). Berdasarkan wawancara FFQ semikuantitatif contoh makanan responden yaitu nasi sebanyak 2x sehari, lauk tahu atau tempe sebanyak 2-4x sehari, sayur sebanyak 2x sehari, buah sebanyak 4x seminggu. Menurut Nugroho dkk (2015) protein yang tersedia dari makanan sumber nabati tidak berperan sebagaimana mestinya dalam mendukung produksi hemoglobin. 9

11 9. Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Tabel 10 Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Variabel n mean sd r p value Asupan Zat Besi 44 75,85 10,67 0,67 0,0001 Kadar Hemoglobin 44 11,68 1,20 Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa dari hasil uji korelasi Spearman Rank antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin diperoleh nilai p = 0,0001 yang artinya ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. Nilai korelasi (r) sebesar 0,67 yang artinya hubungan antara zat besi dengan kadar hemoglobin searah dengan kekuatan hubungan kuat. Keterkaitan zat besi dengan kadar hemoglobin dapat dijelaskan bahwa zat besi merupakan komponen utama pembentukan heme pada hemoglobin (Murray, 2003). Jumlah zat besi yang diserap oleh tubuh dipengaruhi oleh jumlah zat besi dalam makanan, bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh mukosa usus. Ada 2 cara penyerapannya besi dalam usus, yang pertama adalah penyerapan dalam bentuk bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi, sedangkan bentuk yang kedua adalah non heme (sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya harus diubah dulu menjadi bentuk yang dapat diserap (Raspati dkk, 2010). Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh asam lambung dan enzim proteosa. Kemudian besi heme mengalami oksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke dalam sel mukosa usus secara utuh, kemudian akan dipecah oleh enzim hemeoksigenase menjadi ion feri bebas dan porfirin (Raspati dkk, 2010). Besi non heme di usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks transferrin besi yang kemudian akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa, besi akan dilepaskan dan apotransferinnya kembali ke dalam lumen usus. Selanjutnya sebagian besi bergabung dengan apoferitin membentuk ferritin, sedangkan besi yang tidak diikat oleh apoferitin akan masuk ke peredaran darah dan berikatan dengan apotransferin membentuk tranferin serum (Raspati dkk, 2010). Transferrin berfungsi untuk mengangkut besi dan selanjutnya didistribusikan ke dalam jaringan hati, limpa, dan sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi tubuh (Raspati dkk, 2010). Kekurangan zat besi akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar ferritin yang diikuti dengan penurunan kejenuhan transferrin atau peningkatan protoporfirin. Jika keadaan ini terus berlanjut akan terjadi anemia, dimana kadar hemoglobin turun dibawah nilai normal (Almatsier, 2009). 10

12 Tabel 11 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Vegetarian Usia Tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang Asupan Kadar Hemoglobin Total Zat Besi Tidak Anemia Anemia n % n % n % Baik 16 94,1 1 5, Kurang 2 7, , Total 18 40, , Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui responden yang memiliki asupan zat besi dengan kategori kurang dan tidak anemia sebanyak 2 orang (7,4%%). Responden mengonsumsi salah satu suplemen zat besi untuk mengimbangi asupan zat besi dari makanan yang kurang. Responden yang memiliki asupan zat besi dengan kategori kurang dan anemia sebanyak 25 orang (92,6%). Rata-rata asupan zat besi responden sebesar 19 mg per hari. Menurut Amelia (2014) wanita vegetarian dengan rata-rata asupan zat besi sebesar 19,5 mg per hari cenderung mengalami anemia. Pola makan semua jenis vegetarian didominasi oleh sumber zat besi non heme seperti sayuran, serelia, kacang-kacangan yang mempunyai kandungan zat besi tinggi tetapi daya serapnya 5%. Serat dalam sayuran mengandung asam oksalat dan kacangkacangan mengandung asam fitat yang dikonsumsi secara bersamaan dapat menghambat penyerapan zat besi. Berdasarkan wawancara, dari 25 orang yang anemia, 10 orang mengonsumsi teh saat dan setelah makan. Menurut Leif dan Lena (2000) konsumsi teh (tanin) saat dan setelah makan dapat menghambat penyerapan zat besi. Keterbatasan penelitian ini yaitu hanya meneliti asupan protein dan zat besi tanpa melihat zat gizi lain yang berperan dalam sintesis hemoglobin seperti vitamin C serta faktor-faktor yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti tanin. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa asupan protein dengan kategori baik sebanyak 22 orang (50%), kategori kurang sebanyak 20 orang (45,5%), dan kategori lebih sebanyak 2 orang (4,5%). Asupan zat besi dengan kategori kurang sebanyak 27 orang (61,4%), dan kategori baik sebanyak 17 orang (38,6%). Kadar hemoglobin dengan kategori anemia sebanyak 26 orang (59,1%) dan tidak anemia sebanyak 18 orang (40,9%). Ada hubungan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada wanita vegetarian usia tahun di Vihara Semesta Maitreya Kota Semarang. 11

13 DAFTAR PUSTAKA Adriani M dan Wirjatmadi, B Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta Almatsier S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Amelia N Hubungan Asupan Fe Terhadap Kejadian Anemia Wanita Usia Subur Vegetarian di Mahavihara Maitreya Palembang. Malang: Universitas Brawijaya. American Dietetic Association Position of the American Dietetic Association and Dietitians of Canada: Vegetarian diets. J Am Diet Assoc 109: Depkes RI Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia. Jakarta Dewi R Hubungan Asupan Protein, dan Vitamin B12 dengan Kadar Hemoglobin pada Kelompok Lakto-Ovo Vegetarian. Universitas Airlangga. Surabaya Gallagher M.L The Nutrients and Their Metabolism. In : Mahan LK, Escott-Stump S. Krause s Food, Nutrition, and Diet Therapy. 12th edition. Philadelphia: Saunders Kementrian Kesehatan RI Buku Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Studi Diet Total. Jakarta Larsson CL dan Johansson GK Dietary intake and nutritional status of vegans and lacto-ovo vegetarian in Sweden. Am J Clin Nutr 76:100-6 Mary E Ilmu Gizi dan Diet. Yayasan Esensial Medika. Yogyakarta Murray et al Biokimia Harper. EGC. Jakarta Nugroho F.A; Handayani D; Apriani Y Asupan Protein Nabati dan Kejadian Anemia Wanita Usia Subur Vegan. J. Gizi Pangan, 10(3): Raspati H, Reniarti L, Susanah S Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak Edisi 3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta Riskesdas Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta Sadikin M Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta Sediaoetama AD Ilmu Gizi II untuk Profesi dan Mahasiswa. Dian Rakyat. Jakarta Winarti Sri Makanan Fungsional. Graha Ilmu. Yogyakarta Yuli Hubungan Antara Konsumsi Protein dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Usia Subur di Sleman. Universitas Muhammadiyah. Surakarta Yuliarti N The Vegetarian Way. Andi. Yogyakarta 12

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

Keywords : anemia of female workers, energy intake, protein intake, iron intake. Literatures : 44( )

Keywords : anemia of female workers, energy intake, protein intake, iron intake. Literatures : 44( ) THE CORELATION BETWEEN ENERGY, PROTEIN AND IRON INTAKE WITH HEMOGLOBIN LEVEL OF GARMENT FACTORY FEMALE WORKERS OF 20 35 YEARS OLD AT KALIKIDANG SUBDISTRICT PRINGAPUS DISTRICT PRINGAPUS SEMARANG REGENCY.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS) CABANG PADANG

ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS) CABANG PADANG ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS) CABANG PADANG Irma Eva Yani, Defriani Dwiyanti, Sudihati Hamid (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan proporsi penduduk usia tua (di atas 60 tahun) dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan

Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 13 36 Bulan Dewi Andarina* dan Sri Sumarmi** * RSU Dr. Soetomo Surabaya ** Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein Dan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dengan Taksiran Berat Janin

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein Dan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dengan Taksiran Berat Janin HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN TAKSIRAN BERAT JANIN DI WILAYAH PUSKESMAS BAWEN KABUPATEN SEMARANG Nur Endah Apriliani* Indri Mulyasari** Anggun

Lebih terperinci

ASUPAN PROTEIN NABATI DAN KEJADIAN ANEMIA WANITA USIA SUBUR VEGAN

ASUPAN PROTEIN NABATI DAN KEJADIAN ANEMIA WANITA USIA SUBUR VEGAN ISSN 1978-1059 J. Gizi Pangan, November 2015, 10(3):165-170 ASUPAN PROTEIN NABATI DAN KEJADIAN ANEMIA WANITA USIA SUBUR VEGAN (Vegetable protein intakes and anaemia incidences in vegan reproductive aged

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA Yeni Tutu Rohimah, Dwi Susi Haryati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PEKERJA PT. SIDOMUNCUL PUPUK NUSANTARA ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PEKERJA PT. SIDOMUNCUL PUPUK NUSANTARA ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PEKERJA PT. SIDOMUNCUL PUPUK NUSANTARA ARTIKEL ILMIAH Oleh : IRMAFANI NAFISAH NIM. 060112a014 PROGRAM STUDI ILMU GIZI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

Siti Asiyah, Dwi Estuning Rahayu, Wiranti Dwi Novita Isnaeni

Siti Asiyah, Dwi Estuning Rahayu, Wiranti Dwi Novita Isnaeni PERBANDINGAN EFEK SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN DAN TANPA VITAMIN C TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DENGAN USIAKEHAMILAN 16-32 MINGGU DI DESA KENITEN KECAMATAN MOJO KABUPATEN KEDIRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas

Lebih terperinci

Correlation between Iron Intake and Hemoglobin Concentration of Vegetarian Adolescent Community in Pekanbaru

Correlation between Iron Intake and Hemoglobin Concentration of Vegetarian Adolescent Community in Pekanbaru Correlation between Iron Intake and Hemoglobin Concentration of Vegetarian Adolescent Community in Pekanbaru Suyanto, Imelda Pardede, Dina Rizki Amalia, Laode Burhanuddin, Miftah Azrin, Fitri Suryani Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 Dhita Kris Prasetyanti, Lia Eforia Asmarani Ayu Putri Program

Lebih terperinci

for Kids dalam Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS

for Kids dalam Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS Edisi 2 Februari Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A BETA-GLUKAN dalam OAT ENERGI & GIZI UNTUK BUMIL VEGETARIAN SARAPAN, MODAL BERAKTIVITAS Eat Breakfast Daily FOOD FOR KIDS Februari 2016 1 Food

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh, zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Besi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

Remaja merupakan masa transisi

Remaja merupakan masa transisi KECUKUPAN ASUPAN GIZI REMAJA VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI YAYASAN SRI SATHYA SAI BALI TAHUN 2011 Hildagardis Meliyani Ersita Nai, Kadek Tresna Adhi*, Ni Ketut Sutiari Program Studi IKM FK UNUD *Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO Sharon G. A. Soedijanto 1), Nova H. Kapantow 1), Anita Basuki 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 Suranto, Sri Karyati, Sholihah Hasil penelitian sebagian besar ibu hamil yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KONSUMSI ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

Yuliana Salman 1*, Ideris 2, Siti Maryam Muharramah 3

Yuliana Salman 1*, Ideris 2, Siti Maryam Muharramah 3 Hubungan Pola Konsumsi Zat Besi Dan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambung MakmurTahun 2015 Correlation Of Pattern Consumption Of Iron And Compliance

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009 ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009 SRI SYATRIANI * & ASTRINA ARYANI** (*Dosen STIK Makassar & ** Alumni STIK Makassar) Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anemia 1. Definisi Anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel

Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Pendahuluan Masa remaja merupakan periode dimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan, dimana pertumbuhan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan periode kehidupan lainnya kecuali periode tahun pertama

Lebih terperinci

Kekurangan Zat Besi dan Anemia pada Atlit

Kekurangan Zat Besi dan Anemia pada Atlit Kekurangan Zat Besi dan Anemia pada Atlit Latihan dan kompetisi dalam pertandingan ultra-endurance seperti Ironman Triathlon adalah tantangan fisik yang sangat besar. Bayangkan jika tantangan yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk explanatory research di bidang gizi masyarakat, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan yaitu untuk mengetahui hubungan kausal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat saat ini memiliki perhatian yang lebih terhadap makanan yang mereka konsumsi. Pemilihan makanan tidak hanya mengutamakan kepuasan selera, tetapi juga mengutamakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA Kartika Rohmah Hidayati 1, Elida Soviana 2, Nur Lathifah Mardiyati 3 1 Alumni Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. fisiologis namun, berbagai penelitian hanya dilakukan pada mineral yang

BAB I. PENDAHULUAN. fisiologis namun, berbagai penelitian hanya dilakukan pada mineral yang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak mineral yang terlibat dalam reaksi biologis dan proses fisiologis namun, berbagai penelitian hanya dilakukan pada mineral yang terdapat pada jumlah yang dapat

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami PENDAHULUAN Latar belakang Anemia zat besi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi dan merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Anemia zat besi akan berpengaruh pada ketahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Umur Statistics N Valid 214 Missing 0 Mean 31.52 Median 31.00 Std. Deviation 7.868 Minimum 15 Maximum 45 umur2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY

HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia

TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Pengertian Anemia Klasifikasi anemia 4 TINJAUAN PUSTAKA Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil Kehamilan merupakan hal yang diharapkan oleh setiap calon ibu. Namun pada kenyataannya ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling rawan terhadap

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA Siti Wahyuningsih STIKES Respati Y ogyakarta ABSTRACT Background

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN FE, ZINC, VITAMIN C DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 BATANG

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN FE, ZINC, VITAMIN C DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 BATANG PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN FE, ZINC, VITAMIN C DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 BATANG Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci