BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara keseluruhan. Kondisi umum dilihat dari profil geografi, demografi, ekonomi dan profil sosial dan budaya Geografis, Topografis dan Geohidrologi Letak Geografis Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara Bujur TImur dan Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa kabupaten : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali : Kabupaten Sukoharjo : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta) Dari sisi bentangan garis katulistiwa, Kabupaten Klaten terletak antara `19 Lintang Selatan sampai `33 Lintang Selatan dan antara `14 Bujur Timur sampai `51 Bujur Timur Kondisi Topografi Kondisi Fisik dasar Kabupaten Klaten digambarkan melalui beberapa kondisi, yang diuraikan sebagai berikut : a) Kondisi Topografi Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara m dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten Klaten, secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu: BUKU PUTIH SANITASI II - 1

2 1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi Kecamatan Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung. 2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo. 3. Wilayah berbukit / gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno. Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirinci sebagai berikut: 1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) meliputi sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan Cawas. 2. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatan-kecamatan: Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di bagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (di bagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan Wonosari (di bagian barat). 3. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatan-kecamatan Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko, Kebonarum (di bagian utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung (sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat). 4. Wilayah dengan ketinggian antara m dpl meliputi kecamatan-kecamatan: Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil) dan Tulung (sebagian kecil). 5. Wilayah dengan ketinggian m dpl berada di Kecamatan Kemalang. Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Laut (dalam Ha dan meter dpl) Luas (Ha) Berdasar Ketinggian (meter dpl) No. Kecamatan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 01. Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas BUKU PUTIH SANITASI II - 2

3 06. Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah Sumber: Klaten Dalam Angka tahun b) Kondisi Struktur Geologi/Jenis Tanah Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten, terdiri dari 5 ( lima) macam, yaitu : a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah kecamatan Bayat. b. Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom. c. Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan. d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batu kapur napal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan kalikotes sebelah selatan. e. Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, dan Wedi. Dari kondisi Kabupaten Klaten wilayahnya dapat ditemui 2 endapan yaitu : a. Endapan Vulaknik Gunung Merapi BUKU PUTIH SANITASI II - 3

4 Endapan ini merupakan hasil erupsi Gunung Merapi yang menghampar sampai ke tenggara Kabupaten Klaten. Ketebalan endapan di bagian puncak berkisar antara 0,1 6,5 meter, sedangkan pada lerengnya berkisar antara 0,5 1,0 meter. Endapan vuklanik ini umumnya berupa pasir, krikil, berangkal dan bongkah-bongkah batuan beku. Daerah penyebaran endapan vulkanik ini relative sangat subur. b. Endapan Alluvial Secara umum endapan ini berupa sungai maupun endapan hasil transportasi yang berasal dari pelapukan batu-batuan yang lebih tua. Penyebaran endapan sungai ini terdapat di kali Dengkeng dan sekitarnya berupa : lempung, pasir kerikil dan kerakal Hidrologi Suplai air tanah maupun air tawar seluruhnya datang dari hujan yang berasal dari penguapan air laut, yang merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Hujan yang jatuh akan meresap ke dalam tanah, sebagian menjadi air tanah yang mengisi aguifer (formasi tanah yang mengandung dan menghantarkan air tanah) dan sebagian besar mengalir di permukaan sebagai run off (surface flow dan sub surface flow), dalam kenyatannya siklus hidrologi ini sangat rumit meskipun pada dasarnya hidrologi adalah bagian dari ilmu bumi, namun pada hakekatnya hidrologi harus berhubungan dengan atmosfir sebagai medium yang meneruskan air ke muka bumi maupun dari muka bumi. Wilayah kabupaten Klaten termasuk dalam wilayah DAS Bengawan Solo yaitu Sub DAS Bengawan Solo hulu. Ada beberapa sumber air yang terdapat di Kabupaten Klaten dan sangat bermanfaat untuk keperluan rumah tangga, irigasi, industry serta kepentingan-kepentingan lainnya. Sungai-sungai besar yang mengalir dari atas/pegunungan menuju dan bermuara di Bengawan Solo diantaranya : Kali Dengkeng, Kali Simping, Kali Pusur, Kali Brambang, dan Kali Soko. Sungai-sungai tersebut mempunyai beberapa anak sungai pada bagian hulunya. Kecuali pemanfaatan air beserta sumber-sumber air tersebut, terutama ditujukan untuk menjaga kelestarian serta mencegah pencemaran terhadapnya. Dengan adanya banyak sungai (air permukaan) yang mengalir diwilayah Kabupaten Klaten tersebut akan membawa manfaat dan pengaruh terhadap kedalaman air tanah. Adanya sungai-sungai tersebut merupakan suatu cara untuk menaikkan kedalaman air tanah sebagai discharge atau sebagai pengisi yang merupakan suplai air tanah, di samping untuk kegiatan pengairan serta kegiatankegiatan lainnya. BUKU PUTIH SANITASI II - 4

5 2.2. Administratif Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 ( dua puluh enam ) Kecamatan, 391 ( tiga ratus Sembilan puluh satu ) desa dan 10 ( sepuluh ) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga ( RT ) sebanyak RT, dan Rukun Warga ( RW ) sebanyak RW. Sedangkan berdasarkan luas wilayah Desa/Kelurahan. Pedukuhan, Blok Sensus menurut kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 2.2 Luas Wilayah, Desa / Kalurahan, Pedukuhan, Blok Sensus Menurut Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Desa / Village Kalurahan Dukuh BS Biasa / Cencus Block BS Khusus /Cencus Block LuasWilayah ( Km2 ) / Area ( Km2 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 Prambanan ,43 02 Gantiwarno ,64 03 Wedi ,38 04 Bayat ,43 05 Cawas ,47 06 Trucuk ,81 07 Kalikotes ,98 08 Kebonarum ,67 09 Jogonalan ,70 10 Manisrenggo ,96 11 Karangnongko ,74 12 Ngawen ,97 13 Ceper ,45 14 Pedan ,17 15 Karangdowo ,23 16 Juwiring ,79 17 Wonosari ,14 18 Delanggu ,78 19 Polanharjo ,84 20 Karanganom ,06 21 Tulung ,00 22 Jatinom ,53 23 Kemalang ,66 24 Klaten Selatan ,43 25 Klaten Tengah ,92 26 Klaten Utara ,38 Jumlah / Total , , , , ,56 Sumber: BPS KabupatenKlaten 2010 Peta wilayah administratif Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.1. BUKU PUTIH SANITASI II - 5

6 Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Klaten BUKU PUTIH SANITASI II - 6

7 2.3. Kependudukan Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar jiwa, naik sebesar jiwa atau 0,28% bila dibandingkan tahun Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki laki sebesar jiwa, naik sebesar 0,35%, perempuan sebesar jiwa, naik sebesar 0,21 bila dibandingkan terhadap tahun Apabila dilihat dari kelompok umur, maka kelompok umur sebesar jiwa mendo-minasi penduduk Kabupaten Klaten. Jumlah kepala keluarga tahun 2010 sebesar kepala keluarga. Keadaan ini menyebabkan rata - rata jiwa per keluarga sebesar 3,47 orang per keluarga. Sedangkan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk kabupaten Klaten dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun Tahun / Year Jumlah Penduduk ( Jiwa ) / Population ( Person ) Pertumbuhan Penduduk ( Jiwa ) / Growth of Population ( Person ) Persentase / Persentage (1) (2) (3) (4) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,28 Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 7

8 Jumlah Kepala Keluarga, Penduduk akhir tahun dan rata-rata anggota Kepala Keluarga menurut kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Tabel 2.4. Kepala Keluarga, Penduduk Akhir Tahun dan Rata-rata Anggota Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Kepala Keluarga / Head of Family Penduduk Akhir Tahun / Last Year Population Rata-rata Jiwa / KK (%) (1) (2) (3) (4) 001 Prambanan ,90 02 Gantiwarno ,92 03 Wedi ,90 04 Bayat ,11 05 Cawas ,63 06 Trucuk ,65 07 Kalikotes ,74 08 Kebonarum ,17 09 Jogonalan ,63 10 Manisrenggo ,26 11 Karangnongko ,16 12 Ngawen ,92 13 Ceper ,10 14 Pedan ,55 15 Karangdowo ,70 16 Juwiring ,09 17 Wonosari ,62 18 Delanggu ,13 19 Polanharjo ,53 20 Karanganom ,87 21 Tulung ,82 22 Jatinom ,86 23 Kemalang ,08 24 Klaten Selatan ,62 25 Klaten Tengah ,20 26 Klaten Utara ,28 Jumlah / Total , , , , ,78 Sumber: Klaten dalam angka 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 8

9 Sedangkan jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Laki Laki / Male Wanita / Female Jumlah / Total Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) 01 Prambanan ,95 02 Gantiwarno ,14 03 Wedi ,57 04 Bayat ,04 05 Cawas ,63 06 Trucuk ,52 07 Kalikotes ,63 08 Kebonarum ,94 09 Jogonalan ,84 10 Manisrenggo ,24 11 Karangnongko ,66 12 Ngawen ,99 13 Ceper ,80 14 Pedan ,61 15 Karangdowo ,42 16 Juwiring ,09 17 Wonosari ,65 18 Delanggu ,21 19 Polanharjo ,29 20 Karanganom ,49 21 Tulung ,05 22 Jatinom ,39 23 Kemalang ,47 24 Klaten Selatan ,36 25 Klaten Tengah ,57 26 Klaten Utara ,33 Jumlah / Total , Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010 Proyeksi Distribusi dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data perkembangan penduduk wilayah Kabupaten Klaten 5 tahun terakhir, memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,363 % per tahun, dan proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 hingga 2030 dengan menggunakan rumus bunga berganda, yaitu sebesar jiwa, dan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Mendasarkan BUKU PUTIH SANITASI II - 9

10 proyeksi penduduk serta penyediaan ruang pengembangan sebesar 429 ha, maka kepadatan bruto rata-rata sebesar 21 jiwa/ha dan kepadatan netto sebesar 69 jiwa/ha. Tabel 2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun No Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah Sumber: Perda RTRW 2.4. Pendidikan Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarananya merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia sendiri ataupun pembangunan ekonomi. Pendidikan ataupun pengetahuan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh BUKU PUTIH SANITASI II - 10

11 beberapa komponen yang di antaranya adalah angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah dan angka melek huruf. Sebagaimana dikemukakan di muka, aspek pendidikan dapat dilihat dari berbagai faktor, diantaranya angka partisipasi sekolah yang ditampilkan dalam kelompok umur, yakni kelompok 7-12 tahun, tahun, tahun dan tahun. Walaupun tidak merupakan sesuatu yang mutlak, kelompok partisipasi sekolah 7-12 tahun akan dapat diparalelkan sebagai angka partisipasi sekolah untuk SD/MI. Kelompok tahun akan mempresentasikan angka partisipasi sekolah untuk tingkat SLTP/MTs, kelompok umur tahun akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat SMU/SMK/MA. Sedangkan kelompok umur tahun akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat perguruan tinggi/akademi dengan berbagai jenjang pendidikan S-0 (D-I, D-II, D-III), D-IV, S-1. Berikut ini adalah beberapa indikator pendidikan di Kabupaten Klaten selama tahun Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Klaten Tahun No. Sekolah, Guru dan Murud Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01. Jumlah Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Jumlah Guru a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Jumlah Murid a. SD b. SMP c. SMA d. SMK Sumber : Klaten Dalam Angka 2009 Bila dilihat pada tabel tersebut terjadi penurunan jumlah SD Negeri dari 772 pada Tahun 2007 menjadi 766 di tahun sementara disisi lain, terjadi peningkatan SD swasta dari 27 pada Tahun 2007 menjadi 40 SD di Tahun Untuk tingkatan pendidikan menengah, baik SMP maupun SMK swasta, terjadi penurunan jumlah sekolah. Jumlah SMP swasta di tahun 2007 sebanyak 43 menjadi 42 pada tahun Demikian halnya dengan SMK swasta menurun dari BUKU PUTIH SANITASI II - 11

12 sebanyak 43 menjadi 42 pada Tahun Beberapa indikator pendidikan yang lain, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.8 Beberapa Indikator Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun INDIKATOR PENDIDIKAN (1) (2) (3) (4) Penduduk Usia 7 12 tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi 0,4 99,3 0,3 0,0 99,3 0,7 0,0 99,5 0,5 Penduduk Usia tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi 0,6 96,3 3,1 0,0 96,0 4,0 0,4 91,8 7,8 Penduduk Usia tahun (persen) - Tidak / Belum Pernah Sekolah - Masih Sekolah - Tidak Sekolah Lagi 1,2 71,3 27,5 0,8 70,8 28,4 0,4 73,0 26,6 Penduduk Usia tahun (persen) Tidak / Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi 0,4 12,5 87,1 0,0 11,5 88,5 0,3 14,5 85,2 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun Tabel 2.9 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Klaten Selama Tahun Sekolah Tingkat Pendidikan Negeri (1) (2) (3) (4) (5) SD SMP SMU SMK JUMLAH DI NEGERI Swasta SD SMP SMU SMK JUMLAH DI SWASTA KESELURUHAN Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun Pada Indeks pendidikan seperti yang telah diungkapkan di bagian sebelumnya, terjadi sedikit penurunan dari 76,74 di tahun 2008 menjadi 76,33 di tahun Turunnya Indeks Pendidikan ini dipengaruhi oleh Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana angka Rata-rata Lama Sekolah sedikit turun dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,75 menjadi BUKU PUTIH SANITASI II - 12

13 7,38, sedangkan Angka Melek Huruf meningkat dari 89,28 menjadi 89,9 persen. Gambaran rerata lama sekolah dan angka melek huruf di Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.2 Rerata Lama Sekolah di Kabupaten Klaten Tahun (dalam tahun) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun Gambar 2.3 Tingkat Melek Huruf Orang Dewasa di Kabupaten Klaten Tahun (dalam persen) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, sebagaimana pada kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR): tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk BUKU PUTIH SANITASI II - 13

14 menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif (BPS Kab. Klaten (2010). IPM Kabupaten Klaten Tahun 2009). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Klaten selama ini. Di antaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku hidup sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Salah satu indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimana Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Variabel AHH diharapkan dapat mencerminkan Lama Hidup sekaligus Hidup Sehat suatu masyarakat dan estimasi umur yang bisa dicapai oleh bayi yang baru dilahirkan. Usia hidup panjang tanpa ditunjang oleh kesehatan tentunya hanya akan menjadi beban, sehingga membicarakan masalah usia harapan hidup, tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. AHH di Kabupaten Klaten tahun 2009 adalah 71,40 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2008 yang sebesar 71,14 tahun. Angka harapan hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate / IMR) dimana pada tahun 2009 ini IMR lebih rendah dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,3 / 1000 kelahiran hidup menjadi 6,5 / 1000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kematian bayi di Kabupaten Klaten. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu melahirkan merupakan cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Gambaran perkembangan UHH di Kabupaten Klaten selama tahun selengkapanya dapat dilihat pada bagian berikut. BUKU PUTIH SANITASI II - 14

15 Gambar 2.4 Usia/Angka Harapan Hidup (UHH / AHH) di Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan tahun) Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan Angka/Usia Harapan Hidup (AHH / UHH) penduduk dari suatu wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan, terpenuhinya kebutuhan gizi dan kalori, kemampuan mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Dalam hal ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.10 Sarana Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun Sarana Kesehatan (1) (2) (3) (4) - Rumah Sakit Rumah sakit jiwa Puskesmas Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan Swasta Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun 2009 Selain jumlah fasilitas kesehatan, kualitas kesehatan juga diukur dari jumlah kematian bayi lahir dan ibu melahirkan. Selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah ibu melahirkan. Pada tahun 2007 sebanyak orang, kemudian menjadi di Tahun 2008, dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi Peningkatan ini tentu menyebabkan jumlah bayi lahir juga meningkat. Jumlah kelahiran bayi pada Tahun 2007 sebanyak jiwa, kemudian naik di tahun 2008 menjadi jiwa dan pada Tahun 2009 meningkat BUKU PUTIH SANITASI II - 15

16 menjadi bayi lahir. Peningkatan jumlah kelahiran bayi ini ternyata diimbangi dengan penurunan angka kematian bayi dari 253 di tahun 2007, kemudian menurun menjadi 138 bayi meninggal di tahun 2008, dan menurun lagi pada Tahun 2009 menjadi sebanyak 125 kematian bayi. Demikian halnya, juga terjadi penurunan kematian ibu melahirkan selama 3 tahun terakhir. Pada Tahun 2007 jumlah kematian ibu melahirkan sebanyak 23 orang, menurun di tahun 2008 menjadi 7 orang dan pada Tahun 2009 menjadi 4 orang. Gambaran beberapa indikatir kesehatan di Kabupaten Klaten, selengkapnya daoat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.11 Jumlah Kelahiran, Kematian Bayi, Ibu Melahirkan dan Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Klaten Tahun Uraian Indikator Kesehatan Jumlah Kelahiran Jumlah Kematian Bayi Jumlah Ibu Melahirkan Jumlah Kematian Ibu maternal Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten (1) (2) (3) (4) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu Bersalin (MMR) turun pada tahun 2009 dibanding tahun 2008 mengalami penurunan, dari sejumlah 7 kematian menjadi 4 kematian. Meskipun demikian, masih adanya kematian ibu bersalin tetap perlu menjadi perhatian, mengingat usaha pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi maupun kematian ibu melahirkan dihadapkan pada kemampuan mengatasi permasalahan status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta status gizi dan pelayanan kesehatan. Status gizi berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran: Balita Kekurangan Energi Protein (KEP), Balita Kekurangan Vitamin A (KVA), Ibu hamil KEK, Ibu hamil kekurangan Zat Besi, Penderita GAKY anak Sekolah, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Wanita Usia Subur Anemia. BUKU PUTIH SANITASI II - 16

17 2.6. Sosial Masyarakat a. Kesejahteraan Masyarakat Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap beberapa indikator sosial, yang mencakup: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (ii) Tingkat Kemiskinan; dan (iii) Rasio Penduduk yang Bekerja. Gambaran rincian terhadap fokus kesejahteraan sosial di Kabupaten Klaten, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Berbagai program pembangunan khususnya dalam pembangunan manusia yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Klaten selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup baik, salah satunya diukur dari indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM). Pemanfaatan IPM sebagai alat pemantauan juga merupakan alat paling penting dalam manajemen pembangunan, karena IPM dapat memperlihatkan dampak pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya. IPM sebagai suatu ukuran yang mengkaitkan pertumbuhan ekonomi dengan kualitas fisik untuk mengambarkan tingkat kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat merupakan alat ukur yang sensitif karena juga dapat mengukur dampak krisis ekonomi pada kehidupan penduduk. IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun dari 3 (tiga) komponen esensial untuk kehidupan manusia, yaitu: (i) Usia hidup panjang dan sehat (diukur dengan Angka Harapan Hidup ketika lahir), (ii) Pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan Angka Melek Huruf (literacy rate) dan Rata-rata lama sekolah yang ditempuh oleh penduduk usia 15 tahun ke atas (Mean years of schooling), dan (iii) Standar hidup layak yang diukur dengan komsumsi perkapita riil yang sesuaikan (PPP Purchasing Power Parity dalam rupiah). Hasil penghitungan IPM Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Klaten Tahun Uraian Komponen Pembentuk IPM Tahun (1) (2) (3) (4) Usia Harapan Hidup (Tahun) 70,93 71,15 71,40 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 7,70 7,75 7,38 Angka Melek Huruf (Persen) 89,28 89,28 89,90 Pengeluaran Perkapita yang telah disesuaikan (Rupiah) Indeks Harapan Hidup (IHH) ,92 77,33 Indeks Pendidikan (IP) 76,63 76,74 76,33 BUKU PUTIH SANITASI II - 17

18 Indeks Kemampuan Daya Beli (PPP) 64,26 65,13 66,20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,48 72,93 73,29 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bahwa IPM di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 secara total mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 72,48 pada tahun 2007; menjadi sebesar 72,93 pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,29 pada tahun Dilihat dari 3 (tiga) komponen pendukungnya maka terjadi peningkatan pada beberapa indeks, yaitu Indeks Harapan Hidup (IHH) dari sebesar 76,55 pada tahun 2007, menjadi sebesar 76,92 di tahun 2008 dan tahun 2009 naik lagi menjadi sebesar 77,33. Indeks Pendidikan (IP) justru mengalami penurunan dari 76,74 pada tahun 2008 menjadi sebesar 76,33 pada tahun 2009, sedangkan Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami peningkatan dari 64,26 pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,13 pada tahun 2008, selanjutnya untuk tahun 2009 meningkat lagi menjadi sebesar 66, Tingkat Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu fokus utama dalam Tujuan Pembangunan Global atau Millenium Development Goals (MDGs). Jika dilihat berdasarkan pentahapan Keluarga Sejahtera (KS), menunjukkan bahwa selama tahun terjadi penurunan keluarga Pra Sejahtera dan peningkatan dalam Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III dan KS Plus). Jumlah keluarga Pra Sejahtera yang pada tahun 2007 sebanyak KK turun menjadi KK di Tahun Peningkatan terjadi di kelompok jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) yang pada tahun 2007 sebanyak KK, pada tahun 2009 bertambah menjadi sebesar KK. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI II - 18

19 120, , , , , , Pra Sejahtera 89, , , KS I 69, , , KS II 113, , , KS III+III Plus 57, , , Pra Sejahtera KS I KS II KS III+III Plus Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Klaten Tahun (dalam satuan Kepala Keluarga / KK) Sumber: Klaten Dalam Angka 2009 Jumlah Penduduk Miskin, yang biasa diartikan sebagai penjumlahan penduduk dalam kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) juga bisa dilihat menurut kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin, untuk kategori peringkat 5 besar, masing-masing ada di Kecamatan Bayat, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Cawas. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin (Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) Berdasar Kecamatan (dalam satuan KK) No Kecamatan Pra sejahtera KS I KS II KS III KS II+ Jumlah PS+KSI Ranking 1 Prambanan 3,222 3,733 3,040 2, ,788 6, Gantiwarno 3,571 2,902 2,138 2, ,377 6, Wedi 3,212 2,668 3,039 4, ,459 5, Bayat 13,574 2, ,727 15, Cawas 4,495 3,161 7,731 1, ,415 7, Trucuk 6,034 6,500 5,309 2, ,181 12, Kalikotes 2,098 1,918 2,990 1, ,139 4, Kebonarum 815 1,463 1,990 1, ,634 2, Jogonalan 2,460 4,434 3,480 4, ,383 6, Manisrenggo 3,383 2,734 3, ,681 6, Karangnongko 2,589 2,181 1,681 3, ,636 4, Ngawen 1,883 2,190 4,098 2, ,078 4, Ceper 2,374 4,007 6,777 3, ,753 6, BUKU PUTIH SANITASI II - 19

20 14 Pedan 2,166 3,031 4,847 2, ,026 5, Karangdowo 4,014 1,213 4,584 3, ,201 5, Juwiring 2,879 3,509 6,882 2, ,029 6, Wonosari 2,886 3,998 7,125 2, ,241 6, Delanggu 1,331 2,192 3,649 3, ,028 3, Polanharjo 484 2,624 7, ,044 3, Karanganom 2,771 2,132 4,114 3, ,702 4, Tulung 2,452 2,392 6,307 1, ,895 4, Jatinom 6,786 2,121 3,377 1, ,988 8, Kemalang 4,825 2,915 1, ,628 7, Klaten Selatan 1,244 1,563 7,774 1, ,439 2, Klaten Tengah 1,104 1,814 5,728 3,248 1,407 13,301 2, Klaten Utara 1,071 2,401 3,494 2, ,533 3, Jumlah ,723 71, ,821 60,313 9, , ,671 Jumlah ,881 69, ,411 49,278 8, , ,804 Sumber: Klaten Dalam Angka Rasio Penduduk yang Bekerja Kualitas dan efektifitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai korelasi positif yang cukup erat dengan suksesnya program-program pembangunan. Dalam hal ini gambaran profil SDM merupakan suatu informasi masukan untuk mengevaluasi pembangunan ekonomi pada tahap sebelumnya, dan merencanakan tahapan pembangunan berikutnya. Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan, karena di dalam kelompok angkatan kerja ini terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai pelaku ekonomi. Karakteristik angkatan kerja ini sangat besar pengaruhnya bagi kesejahteraan penduduk, terutama jika dilihat secara ekonomi makro. Semakin besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara, maka semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif, sehingga nilai ratio ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun. Secara teori, penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: (i) penduduk usia kerja, dan (ii) penduduk bukan usia kerja, BUKU PUTIH SANITASI II - 20

21 Gambaran beberapa indikator kependudukan dan ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten selama tahun , selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel berikut. Tabel 2.14 Beberapa Indikator Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten Tahun INDIKATOR KETENAGAKERJAAN (1) (2) (3) 4) Jumlah Penduduk Usia Kerja (jiwa/orang) Kegiatan utama penduduk usia kerja (%) - Bekerja - Mencari pekerjaan - Sekolah - Mengurus rumah tangga - Lainnya 58,89 2,25 11,45 15,67 11,74 66,7 2,2 6,8 15,3 9,0 59,53 2,40 16,26 14,96 6,85 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja / TPAK (%) 61,14 68,9 61,93 Tingkat Pengangguran Terbuka / TPT (%) 3,68 3,19 3,88 Lapangan Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri - Listrik, Gas dan Air Minum - Konstruksi - Perdagangan - Angkutan - Lembaga Keuangan - Jasa dan Lainnya Status Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%) - Berusaha sendiri - Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Berusaha Dibantu Buruh Tetap - Buruh/karyawan dan Pekerja Bebas - Pekerja Keluarga 23,34 1,06 24,20 0,15 8,13 23,94 1,81 0,72 16,65 20,04 20,06 3,18 45,63 11,09 Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun ,3 1,8 22,3 0,7 6,5 22,4 2,6 1,1 19,2 22,4 16,3 2,7 48,6 10,0 23,65 1,38 22,36 0,09 8,09 24,31 2,25 2,06 15,80 23,93 13,92 1,99 48,33 11,83 b. Agama Kehidupan keagamaan yang harmonis, sangat didambakan oleh seluruh umat beragama di Kabupaten Klaten. 93,19% penduduk Kabupaten Klaten memeluk agama Islam, 3,17% memeluk agama Katholik, 2,83% beragama Kristen Protestan, 0,75 beragama Hindu dan sebanyak 0,05% beragama Budha. BUKU PUTIH SANITASI II - 21

22 Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Klaten, yang bertambah hanya masjid, naik sebesar 2,53% bila dibandingkan terhadap tahun 2009, sedangkan jumlah sarana ibadah yang lain tidak mengalami perubahan. Kecamatan / Sub District Tabel 2.15 Penduduk Menurut Kecamatan dan Pemeluk Agama Di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Islam / Moslem Katholik /Katholik Protestan / Christian Hindu Budha Jumlah/Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah / Total Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten / Diolah Kembali Tabel 2.16 Sarana Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010 Kecamatan / Sub District Masjid /Moscue Surau /Mushola Gereja Khatolik / Kapel / Church Gereja Kristen Ptotestan / Church Pure dan Vihara / Vihara (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01 Prambanan Gantiwarno Wedi Bayat BUKU PUTIH SANITASI II - 22

23 05 Cawas Trucuk Kalikotes Kebonarum Jogonalan Manisrenggo Karangnongko Ngawen Ceper Pedan Karangdowo Juwiring Wonosari Delanggu Polanharjo Karanganom Tulung Jatinom Kemalang Klaten Selatan Klaten Tengah Klaten Utara Jumlah / Total Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten 2.7. Perekonomian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Klaten selama tahun 2010 dapat dilihat pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 yaitu sebesar 1,73%. Dibandingkan tahun 2009, pertumbuhan tahun 2010 lebih rendah, hal ini disebabkan karena adanya serangan hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi hingga Ha. Cuaca ekstrim yang terjadi pada tahun 2010 juga merupakan salah satu penyebab turunnya PDRB di sektor Pertanian. Demikian juga, dengan telah diselesaikannya pembangunan infrastruktur pada tahun 2010, menyebabkan penurunan di sektor Bangunan / Konstruksi. 3 ( tiga ) sektor yang pertumbuhannya paling tinggi yairu sektor Jasa jasa sebesar 8,23%, Listrik dan Air Minum sebesar 7,89% dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,30%. Sedangkan 3 ( tiga ) sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil yaitu sektor Bangunan / Konstruksi sebesar -10,18%, Sektor Pertanian sebesar 9,15% dan Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,36%. BUKU PUTIH SANITASI II - 23

24 Tabel 2.17 Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun BERLAKU KONSTAN Tahun TAHUN DASAR 2000 Nilai % Pertumbuhan Nilai % Pertum- (juta Rp) (juta Rp) buhan (1) (2) (3) (4) (5) , , ,33 15, ,38 4, ,84 14, ,26 3, ,76 11, ,35 4, ,75 11, ,87 4, ,29 19, ,16 4, ,43 15, ,00 2, ,36 11., ,02 3, ,49 13, ,96 3, ,02 9, ,67 4, ,97 8, ,28 1,73 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 2.18 Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya Tahun 2010 ( Jutaan Rupiah ) R i n c i a n Berlaku Konstan 2000 (1) (2) (3) Propinsi , ,65 K l a t e n , ,28 Sukoharjo , ,31 Surakarta , ,25 Karanganyar , ,49 Boyolali , ,20 Wonogiri , ,41 Sragen , ,66 Sumber : Klaten dalam Angka 2010 BUKU PUTIH SANITASI II - 24

25 Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun ( Atas Dasar Harga Konstan 2000 ) Tabel Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Klaten Tahun ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) 1. Pertanian 4,81 9,15 2. Penggalian 7,19 6,85 3. Industri Pengolahan 3,30 6,35 4. Listrik dan Air Minum 7,61 7,89 5. Bangunan / Konstruksi -2,72-10,18 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,82 8,85 7. Angkutan dan Komu-nikasi 8,63 5,36 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,77 7,30 9. Jasa jasa 8,10 8,23 P D R B 4,24 1,73 BUKU PUTIH SANITASI II - 25

26 2.7.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten. Perekonomian Kabupaten Klaten tahun 2010, menurut Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku didominasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 26,51%, sektor Industri Pengolahan sebesar 20,59% dan sektor Pertanian sebesar 18,30%. Sedangkan sektor sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor Listrik dan Air Minum sebesar 1,15%, sektor Penggalian sebesar 1,81% dan sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 3,23%. Tabel Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten Atas Dasar Harga Berlaku Tahun ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) 1. Pertanian 19,64 18,30 2. Penggalian 1,75 1,81 3. Industri Pengolahan 20,05 20,59 4. Listrik dan Air Minum 1,12 1,15 5. Bangunan / Konstruksi 8,63 7,46 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,68 26,51 7. Angkutan dan Komu-nikasi 3,21 3,23 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 4,05 9. Jasa jasa 16,02 16,91 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto. Inflasi merupakan salah satu alat untuk melihat perubahan harga. Inflasi Produk Domestik Regional Bruto tahun 2010 diperoleh dengan membagi antara Indeks Implisit tahun 2010 dan tahun Indeks Implisit merupakan hasil bagi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dengan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Indeks Implisit tahun 2010 sebesar 232,74%, sedang tahun 2009 sebesar 217,57%, jadi inflasi PDRB tahun 2010 = 6,97%. BUKU PUTIH SANITASI II - 26

27 Tabel Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten Tahun ( % ) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) 1. Pertanian 194,51 217,11 2. Penggalian 278,35 292,19 3. Industri Pengolahan 225,67 237,05 4. Listrik dan Air Minum 338,58 349,03 5. Bangunan / Konstruksi 227,00 238,01 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 201,20 213,54 7. Angkutan dan Komu-nikasi 241,88 251,16 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 226,83 238,63 9. Jasa jasa 250,01 265,30 Sumber : Klaten Dalam Angka 2010 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita merupakan hasil bagi PDRB dan penduduk pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp ,07 naik sebesar 8,57% bila dibandingkan terhadap tahun Sedang jika dilihat atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp ,70 naik sebesar 1,50% bila dibandingkan terhadap tahun Tabel Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tahun BERLAKU KONSTAN 2000 T A H U N % Pertum- % Pertum- Nilai (Rupiah) Nilai (Rupiah) buhan buhan (1) (2) (3) (4) (5) , , ,95 14, ,68 3, ,09 14, ,33 3, ,44 11, ,23 4, ,86 10, ,54 4, ,92 18, ,91 4, ,37 14, ,00 1, ,16 11, ,66 3,09 BUKU PUTIH SANITASI II - 27

28 ,42 14, ,93 3, ,11 7, ,20 3, ,07 8, ,70 1,50 Sumber : Klaten dalam Angka Visi Dan Misi Belajar dari sejarah, dan berangkat dari potensi yang dimiliki, maka visi pembangunan daerah Kabupaten Klaten yang dirumuskan dalam RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun adalah: Terwujudnya Klaten Yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo. Visi tersebut mengandung makna: 1. Masyarakat Klaten yang TOTO TITI : terwujudnya tatanan kehidupan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan sosial yang harmonis, kehidupan perekonomian yang dinamis, kehidupan politik yang demokratis dan kondusif serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kepemerintahan yang menerapkan 10 prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good Governance dan Clean Goverment) meliputi: Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparansi, Kesetaraan, Daya tanggap, Wawasan kedepan, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi dan Efektivitas, Profesionalisme. 2. Masyarakat Klaten yang TENTREM: Klaten yang TENTREM merupakan terwujudnya tatanan kehidupan yang aman dan damai sebagai prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan yang merupakan proses dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan sejahtera. 3. Masyarakat yang KERTORAHARJO: Klaten yang KERTO RAHARJO merupakan terwujudnya tatanan kehidupan yang sejahtera, tercukupinya kebutuhan material dan spiritual dalam naungan Rahmat dan Ridho Tuhan Yang Maha Kuasa. Untuk mewujudkan visi tersebut dijabarkan dan diindikasikan sebagai berikut : 1. WAREG dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi masyarakat secara menyeluruh. 2. WARAS dalam arti terpenuhinya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih bermutu dan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Klaten. BUKU PUTIH SANITASI II - 28

29 3. WASIS dalam arti terwujudnya pendidikan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat sehingga secara signifikan akan mendorong terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil dan berwatak. 4. WUTUH dalam arti terpenuhinya kebutuhan sandang dengan segala manifestasinya bagi masyarakat sehingga semakin mampu mewujudkan tingkat peradaban yang baik. 5. WISMA dalam arti terpenuhinya papan/perumahan yang lebih layak dan semakin bermutu serta dapat terjangkau bagi lapisan masyarakat, baik di wilayah perkotaan dan pedesaan serta didukung oleh terwujudnya lingkungan yang sehat, tertata dan BERSINAR. Dengan rumusan visi yang mempunyai jangka menengah dan rumusan misi yang diharapkan dapat mewujudkan visi diperlukan suatu arah dan strategi pembangunan daerah, untuk mengimplementasikannya dengan menyusun langkah-langkah yang berisikan tujuan, sasaran dan program indikatif. Program indikatif tersebut juga dapat dirumuskan dalam suatu agenda daerah, yang akan dijabarkan dalam program- kegiatan pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten selama kurun waktu adalah sebagai berikut: 1. Misi 1: Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (Wareg, Waras, Wasis, Wisma dan Wutuh). 2. Misi 2: Mengupayakan terpenuhinya sarana prasarana kebutuhan sosial dasar masyarakat. 3. Misi 3: Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 4. Misi 4: Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri dalam pembangunan. 5. Misi 5: Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi kemiskinan. 6. Misi 6: Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi pemerintahan. BUKU PUTIH SANITASI II - 29

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN BAB II GAMBARAN UMUM Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara keseluruhan. Kondisi umum dilihat dari profil geografi, demografi, ekonomi dan profil sosial dan budaya. 2.1

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Klaten Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten Sumber : http://penataanruangjateng.info/index.php/galeri-kab/25 /11/11/2015 Secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala,

(SP2010) merupakan dasar. administrasi terkecil. tim. dasar. tangga. Klaten, Agustus 2010 BPS Kabupaten. Klaten Kepala, Sekapur Sirih Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar. Sensus Penduduk 2010 (SP2010) merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten klaten merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kerajinan, beras, dan lain sebagainya. Terdapat banyak kerajinan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dalam perekonomian nasional merupakan sektor yang cukup baik dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis Indonesia tahun 1997-1998. Pembangunan sektor

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II PERDA APBD TA. Nomor 2016 :...TAHUN 2016 Tanggal : 21 September 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN BAB III TRANSPORTASI ANGKUTAN JALAN RAYA KABUPATEN KLATEN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang Lingkup Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman pangan yang utama. Sejak

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 1 TAHUN 2014 Tanggal : 15 Januari 2014 KABUPATEN KLATEN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 12 Tahun 2014 Tanggal : 31 Desember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE 1.01.01 DINAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa RAPERDA APBD TA. 2016 Nomor :... TAHUN 2015 Tanggal : 30 October 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan Sunindhia, 2008). Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. karena produksi padi Indonesia yang masih rendah dan ditambah dengan. diperbaiki dengan manajemen pascapanen yang benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai sumber karbohidrat. Kebutuhan pangan pokok beras

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2025 RPJP Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2005-2025 I- 1 PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29

DAFTAR ISI. 3.2 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah... III Kebijakan Umum Anggaran... III. 29 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 4 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I. 7 1.4 Maksud dan Tujuan... I. 13 1.5 Sistematika Penulisan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya berada di dua lempeng aktif, Indo- Australia dan Eurasia yang membentang dari belahan barat Sumatera hingga belahan selatan Nusa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Gambaran Kondisi Umum Daerah 2.1.1. Aspek Geografis Kabupaten Klaten dalam lingkup Pemerintah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KABUPATEN KLATEN

BAB 3 TINJAUAN KABUPATEN KLATEN BAB 3 TINJAUAN KABUPATEN KLATEN 3.1. Tinjauan Fisik Kabupaten Klaten 3.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110 26 14-110 48 33 Bujur TImur dan 7 32

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pengertian atau definisi tentang bencana yang pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan terhadap pola hidup manusia, dampak bencana bagi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN,

BUPATI KLATEN BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN KEPUTUSAN BUPATI KLATEN NOMOR 18/297/2011 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menggali, mengelola, dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Pencapaian sasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN

PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN PENYUSUNAN USULAN PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 Oleh: KPU Kabupaten Klaten A. LATAR BELAKANG Daerah Pemilihan/Dapil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan ekonomi serta perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KLATEN,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN. NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG DRAFT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN NOMOR : /PP.05.3-Kpt/3310/KPU-Kab/ /2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) SE KABUPATEN KLATEN DALAM PEMILIHAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN KE DEPAN

POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN KE DEPAN POKOK-POKOK PIKIRAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN KE DEPAN Oleh: Triyono * A. SEKILAS TENTANG KABUPATEN KLATEN Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun VIII-1VIII-1 Komitmen Bupati Mandailing Natal yang akhirnya menjadi visi daerah adalah terwujudnya masyarakat Kabupaten Mandailing Natal yang yang Religius, Mandiri, Sehat dan Sejahtera melalui Peningkatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci