I. PENDAHULUAN. masih bergantung pada sektor pertanian, akan tetapi optimalisasi di sektor pertanian akan tercipta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. masih bergantung pada sektor pertanian, akan tetapi optimalisasi di sektor pertanian akan tercipta"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor yang penting dalam usaha pembangunan Indonesia kearah yang lebih baik dewasa ini. Meskipun sampai saat ini pembangunan ekonomi Indonesia masih bergantung pada sektor pertanian, akan tetapi optimalisasi di sektor pertanian akan tercipta jika didukung oleh sektor industri yang tangguh pula. Oleh sebab itu sektor industri harus dikelola dan dikembangkan seoptimal mungkin guna tercapainya industri nasional yang tangguh dan dapat diandalkan dalam pembangunan nasional. Pembangunan industri berupaya untuk meningkatkan nilai tambah, memperluas kesempatan kerja dan menyediakan barang dan jasa bermutu dengan harga bersaing di pasar dalam maupun luar negeri, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah dan sektor pembangunan lainnya serta pengembangan kemampuan dalam teknologi. Dalam membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara optimal. Oleh karena esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif, untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik, lebih mudah di dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.

2 Daya saing industri akan tercipta dengan baik apabila terdapat efisiensi dari industri tersebut maka oleh sebab itu efisiensi merupakan faktor yang sangat menentukan bagi penciptaan daya saing. Dan pada akhirnya akan menciptakan suatu kinerja industri yang lebih baik, yang dicerminkan dari tingkat keuntungan dan pertumbuhan industri. Pembangunan industri di provinsi lampung merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan daerah secara keseluruhan dan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, pembangunan industri di daerah ini perlu diberdayakan guna meningkatkan peranan sektor industri terhadap peningkatan pembangunan daerah lampung. Pembangunan industri di provinsi lampung diarahkan pada peningkatan peranannya terhadap pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi Lampung. Selain peran tersebut, sektor industri diharapkan lebih berperan dalam usaha menyeimbangkan struktur ekonomi daerah dari agraris menjadi industri. Untuk penyeimbangan industri di daerah Lampung merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi guna memecahkan masalah kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta memperbesar nilai tambah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Industri genteng mantili merupakan salah satu jenis usaha subsektor industri yang diharapkan berkembang pesat di provinsi lampung. Industri ini merupakan jenis usaha industri yang termasuk dalam kategori usaha industri pengolahan, yang mengelola tanah liat sebagai bahan baku menjadi genteng. Genteng merupakan salah satu property yang digunakan dalam pendirian sebuah bangunan sebagai atap pelindung dari panas dan hujan, selain itu dari pendekatan estetika genteng juga mampu memperindah penampilan rumah seiring dengan makin beragamnya pilihan model dan

3 bahan genteng. Genteng mantili merupakan jenis genteng yang paling banyak dipergunakan masyarakat dalam pendirian bangunan. Hal ini dikarenakan harganya yang relative terjangkau, kualitas genteng yang cukup baik, dan juga modelnya yang beraneka ragam. Ada beberapa daerah penghasil genteng di kabupaten tanggamus salah satunya adalah di Kecamatan Pringsewu.Para pengrajin genteng mantili di daerah ini umumnya mendapatkan keahlian dalam membuat genteng diperoleh secara turun temurun. Oleh sebab itu proses pembuatan genteng tanah liat tersebut umumnya masih menggunakan alat-alat produksi yang seerhana, akan tetapi kualitas yang dihasilkan tetap terjaga baik. Berikut ini adalah beberapa proses yang dilakukan dalam pembuatan genteng : 1. Proses Penggilingan Tanah / pengolahan. Proses pembuatan Genteng di Kecamatan Pringsewu ini tidaklah rumit dan sulit bagi yang sudah pernah mengerjakannya. Awalnya Tanah yang mau dijadkan genteng di siram pakai air, lalu tanah di masukkan ke mesin pengolah tanah atau yang biasa disebut mesin molen sampai lembut, Proses penggilingannya biasanya dua sampai tiga kali agar tanah betul betul lembut. setelah proses penggilingan selesai terus ke proses pengepresan tanah menjadi genteng. 2. Proses Pengepresan Genteng/cetak. Genteng buatan asal Kecamatan Pringsewu menggunakan alat Press yang terbuat dari besi. Awalnya tanah yang sudah di lembutkan tadi di potong-potong persegi, kemudian tanah yang sudah di potong tadi di tempatkan pada alat pengepresan genteng, setelah tanah berbentuk genteng ditempatkanlah di tempat genteng atau yang biasa di sebut klenteng, Lalu ditempatkan

4 di rak rak yang terbuat dari bambu. Setelah beberapa hari sudah kering genteng di bersihkan pinggir-pinggirnya menggunakan pisau dapur yang sudah tidak tajam.setelah itu keproses penjemuran. 3. Proses Penjemuran Genteng. Sebelum Genteng dibakar, genteng tersebut di jemur di bawah terik matahari seharian penuh, bila musim hujan datang ini sangat mengganggu para perajin genteng, karena proses penjemuran atau pengeringan genteng mengandalkan panas matahari. Setelah Proses Pengeringan selesai kemudian masuk pada tahap Pembakaran. 4. Proses Pembakaran Genteng. Setelah Genteng dijemur dan betul-betul kering lalu Genteng di tempatkan di tempat Pembakaran Genteng atau yang biasa disebut warga Tobong. Proses pembakarannya menggunakan kayu yang kering. 5. Penjualan Genteng. Biasanya Genteng produksi di Kecamatan Pringsewu ini jauh sebelum Genteng di bakar sudah di bayar orang terlebih dahulu, dengan uang muka senilai sekian ribu unit, lalu sisanya pembayarannya kalau genteng sudah di antar ketempat tujuan. Industri genteng bukan merupakan satu-satunya industri yang ada di kecamatan Pringsewu, industri genteng adalah salah satu industri bukan logam yang ada di kecamatan Pringsewu. Banyaknya industri bukan logam menurut pekon/desa di kecamatan pringsewu tahun 2007 akan

5 disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Industri Bukan Logam Menurut Pekon/Desa di Kecamatan Pringsewu, Tahun 2007 No Pekon/Desa Industri bukan logam Genteng Batu bata Mebel Anyaman Penggergajian kayu 1 Margakarya Waluyojati Pajaresuk Sidoharjo Podomoro Bumiarum Fajaragung Rejosari Pringsewu utara Pringsewu selatan Pringsewu barat Pringsewu timur Bumi ayu Jumlah Sumber : kecamatan Pringsewu dalam angka 2008 Dari Tabel 1.1 diatas dapat kita lihat bahwa di kecamatan pringsewu terdapat 140 unit usaha genteng. Selain itu terdapat peningkatan jumlah unit usaha genteng di pringsewu dalam kurun waktu tahun seperti ditunjukkan Tabel 1.2 berikut : Tabel 1. 2 Data Perkembangan Industri Genteng di Kecamatan Pringsewu, Tahun No Pekon/Desa tahun Margakarya Waluyojati Pajaresuk Sidoharjo Podomoro Bumiarum Fajaragung Rejosari Pringsewu utara

6 10 Pringsewu selatan Pringsewu barat Pringsewu timur Bumi ayu 2 Jumlah Total Usaha Persentase 0% 0% 1,44% Sumber : Kecamatan Pringsewu dalam angka, tahun 2005,2006,2007,2008 Pada Tabel 1.2 diatas kita melihat persentase perkembangan total usaha genteng yang relatif konstan dan hal ini mencerminkan produksi yang relatif konstan juga. Banyaknya kebutuhan akan genteng yang semakin meningkat dapat dilihat dari peningkatan jumlah bangunan yang ada seperti bangunan sekolah, rumah, fasilitas kesehatan dan rumah ibadah. Data-data tersebut tersaji pada Tabel di bawah ini. Tabel 1.3. Data Jumlah Bangunan di Kecamatan Pringsewu Tahun No Jenis Bangunan Tahun Rumah Sekolah Fasilitas Kesehatan Rumah ibadah Jumlah Total Bangunan Persentase 0,045% -0,013% 3% Sumber : Kecamatan Pringsewu dalam angka, tahun 2005,2006,2007,2008 Pada Tabel 1.3 dapat kita lihat perubahan Persentase tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 3 persen. Jadi dari data yang disajikan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa peningkatan jumlah bangunan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 3 persen tanpa disertai dengan peningkatan jumlah unit usaha genteng yang setara maka akan menghasilkan peluang pasar sebesar 3 persen. Tabel 1.4 Jumlah Keluarga di Kabupaten Tanggamus Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah Keluarga 1 Wonosobo Semaka 8627

7 3 B Negeri samuong Kota Agung Pematang sawa Kota Agung Barat Kota Agung Timur Pulau Panggung Ulu Belu Air Naningan Talang Padang Sumberejo Gisting Gunung Alip Pugung Bulok Cukuh Balak Kelumbayan Kelumbayan Barat Limau Pardasuka Ambarawa Pagelaran Pringsewu Gading Rejo Sukoharjo Banyumas Adi luwih 8321 Jumlah Sumber : Tanggamus Dalam Angka 2009 Memperhatikan diatas terlihat kecamatan pringsewu merupakan kecamatan dengan jumlah keluarga terbesar yang tentu saja memiliki potensi untuk mendirikan bangunan ataupun merenovasi bangunan dan ini merupakan pasar yang baik untuk para pengusaha genting mantili khususnya yang memiliki usaha di kecamatan pringsewu. Dalam usaha untuk menghasilkan output berupa genteng maka dibutuhkan beberapa input yang menunjang proses produksi, pada penggunaan input, setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam pengalokasiannya untuk setiap masing-masing kapasitas produksi dari

8 setiap perusahaan dan ini menunjukkan terdapat tingkat efisiensi yang berbeda-beda antar perusahaan,dan karena itu penulis ingin mengukur tingkat efisiensi alokasi faktor produksi pada industri genteng mantili di kecamatan Pringsewu tersebut. Karena output yang dihasilkan dengan menggunakan input yang efisien merupakan hal yang sangat penting, besar output yang dihasilkan oleh pengrajin genteng sangat tergantung dari alokasi penggunaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi pembuatan genteng. Sebagai perusahaan industri yang melakukan kegiatan ekonomi (produksi), maka setiap perusahaan genteng yang ada di kecamatan Pringsewu bersifat profit motif memiliki tujuan yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimum dari penggunaan faktor produksi. Keuntungan/ laba merupakan ukuran dari kinerja usaha perusahaan industri. Kinerja merupakan hasil yang akan dicapai oleh perusahaan industri yang berupa keuntungan/profitabilitas, laju pertumbuhan produksi, dan volume penjualan. Dalam meningkatkan kinerja usaha, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan alokasi faktor produksi yang seefisien mungkin. Tingkat efisiensi alokasi faktor produksi dapat diukur dengan indeks efisiensi alokasi faktor produksi (ki). Ukuran dari indeks efisiensi alokasi faktor produksi yaitu jika (ki) adalah sama dengan satu, maka dapat disimpulkan bahwa alokasi faktor produksi telah efisien, jika (ki) adalah lebih dari satu maka dapat disimpulkan bahwa alokasi faktor produksi belum efisien dan faktor produksi perlu ditambah, dan jika indeks alokasi faktor produksi adalah kurang dari satu maka dapat disimpulkan bahwa alokasi faktor produksi tidak efisien sehingga faktor produksi harus dikurangi.

9 Suatu perusahaan jika telah efisien dalam mengalokasikan faktor produksinya, maka upaya perusahaan untuk mencapai kinerja usaha yang baik akan dapat tercapai. Kinerja usaha akan menjadi faktor penentu bagi perusahaan industri untuk meningkatkan kualitas usahanya dan setidaknya mampu mempertahankan usahanya. B. Permasalahan Dari uraian diatas, yang menjadi permasalahan adalah : 1. Apakah pengalokasian faktor-faktor produksi sudah dilakukan secara efisien? 2. Apakah efisiensi alokasi berkorelasi terhadap kinerja usaha? C. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. untuk mengetahui tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada industri genteng mantili di Kecamatan Pringsewu. 2. untuk mengetahui tingkat korelasi antara efisiensi alokasi tarhadap kinerja usaha D. Kerangka Pemikiran Industri merupakan unit kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi dalam penggunaannya (Kartasapoetra, 1987:6). Industri genteng mantili merupakan salah satu jenis subsektor industri pengolahan yang banyak terdapat di provinsi Lampung. Untuk itu jenis industri ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah guna pengembangan usaha ini kearah pengelolaan usaha yang lebih baik dan

10 professional. Pengembangan usaha pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh usaha ini sehingga perlu di upayakan penciptaan iklim usaha yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Selain itu bantuan permodalan juga perlu dilakukan pemerintah dengan kredit khusus yang tidak memberatkan pengusaha. Kebijakan-kebijakan yang tepat dari pemerintah akan membuat perkembangan industri ini jadi lebih baik, tidak terkecuali dengan industri genteng yang ada di Kecamatan Pringsewu juga akan memperoleh tingkat keuntungan dan tingkat pertumbuhan industri yang semakin baik sebagai dampak dari kebijakan tepat dari pemerintah. Unit usaha kecil biasanya memiliki permasalahan di bidang permodalan yang merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mngembangkan suatu unit usaha. Sumber daya manusia (SDM) yang terbatas juga menjadi masalah karena sebagian usaha tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.keterbatasan SDM usaha baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit berkembang dengan optimal. Selain itu lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi usaha yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah. Produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha,

11 atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen (Edukasi.net)., Sedangkan fungsi produksi dalam Ari Sudarman (2004:108) adalah suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan oeh satu set faktor produksi tertentu, dan pada tingkat teknologi tertentu pula. Kemampuan sumber daya manusia yang kurang dalam hal produksi seperti menganalisis efisiensi dari proses produksi yang dilakukan, kemampuan mengatur masukan (input) yang optimal untuk hasil kinerja yang baik merupakan hal yang perlu diketahui baik bagi pelaku usaha itu sendiri maupun para pelaku ekonomi yang akan ingin menekuni bidang usaha tersebut. Secara sederhana efisiensi adalah proses menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis (harga), dimana sejumlah input yang sifatnya boros dihindarkan, sehingga tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan terbuang (Kirana Jaya, 2001:16). Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur pasar dan perilaku industri, antara lain kesempatan kerja, tingkat keuntungan, pertumbuhan industri, pemerataan pendapatan, dan kemajuan teknologi (Nurimansjah Hasibuan,1994:17) Dalam peningkatan produksi industri usaha genteng mantili, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam penentuan faktor-faktor produksinya, yaitu : 1. Faktor Produksi Bahan Baku Bahan baku yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan produksi adalah bahan baku tanah liat dengan satuan ukuran meter kubik ( M 3 ) 2. Faktor Produksi Bahan Bakar

12 Bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan produksi adalah kayu bakar yang di ukur dengan 3 satuan meter kubik (M ) 3. Faktor Produksi Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang penting dan diperhitungkan dalam proses produksi yang tidak hanya dari kuantitas tapi kualitas (Soekartawi, 1990:7). Satuan ukuran yang dipakai dalam industri usaha genteng mantili adalah harian kerja produksi (HKP), yaitu : 1 hari kerja pria = 8 jam 1 hari kerja wanita = 6 jam 1 hari kerja mesin = 24 jam (tiga kali tenaga kerja pria) 4. Faktor Produksi Nilai Investasi Tetap Nilai investasi tetap merupakan jumlah nilai penyusutan setiap barang modal yang digunakan pada proses produksi, dan diukur dengan satuan rupiah. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empirisi. Moh. Nazir (2005;151) Hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini adalah: 1. Penggunaan faktor-faktor produksi bahan baku, tenaga kerja, dan nilai investasi tetap belum efisien. 2. Efisiensi alokasi berkorelasi terhadap kinerja usaha.

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang benar dan akurat dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN TERHADAP KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 161/SK/KPU/TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu produk pertanian unggulan Provinsi Lampung dengan jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi juga merupakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PELAYANAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam di Indonesia sangat berlimpah. Dengan aneka potensi

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam di Indonesia sangat berlimpah. Dengan aneka potensi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya alam di Indonesia sangat berlimpah. Dengan aneka potensi sumber daya alam tersebut, seperti jenis tumbuhan, tanah, daerah pantai, barang tambang dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan

METODE PENELITIAN. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel yang saling berhubungan. Data yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota Propinsi LAMPUNG Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 14 : 214 : Rp. 355.410 : Rp. 23.390 : Rp. 378.800 82 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN BLM KAB KECAMATAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas) 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Daerah Penelitian Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas) Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus dibentuk

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017 30 40 54 71 (72-110 1 Lampung 76,477 31,316 23,516 19,332 9,214 25,207 16,940 19,605 43,745 113,814 269,205 2 Bandar Lampung 178 64 41 34 42 32 31 34 227 214 685 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - - 4 Enggal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Tanggamus terbentuk sebagai wilayah kabupaten pada tanggal 21 Maret 1997 dengan Ibukota Kota Agung. Berdasarkan letak geografis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambangan dapat diidentifikasi sebagai setiap kegiatan yang dilakukan dengan cara mengambil dan memanfaatkan semua bahan galian dari muka bumi yang mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KODE SURAT DINAS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada sampai dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada sampai dengan 49 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografi Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada 104 0 18 sampai dengan 105 0 12 Bujur Timur, dan 5 0 05 sampai

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017 1 Lampung 102.233 11.274 34.226 23.994 20.406 17.890 20.023 14.393 17.114 130.932 266383 2 Bandar Lampung 148 32 32 47 30 66 81 93 150 349 684 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - 0 4 Enggal - - - - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 81.408 37.668 25.270 24.572 20.921 22.866 14.058 13.725 26.213 121.412 269.334 2 Bandar Lampung 171 84 93 75 94 50 39 24 55 375 688 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 72.984 32.037 19.456 20.964 27.734 25.446 32.541 17.114 18.795 143.255 269.219 2 Bandar Lampung 180 11 29 34 71 95 128 97 40 454 690 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 66.859 25.437 27.769 13.372 22.371 25.920 28.085 21.822 35.931 139.339 269.339 2 Bandar Lampung 202 66 38 21 15 46 52 72 176 244 689 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 75.453 20.888 27.747 29.697 11.417 29.713 21.059 17.378 34.877 137.011 269.240 2 Bandar Lampung 273 80 67 44 18 17 24 15 151 185 691 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 90.312 13.962 14.917 23.625 26.321 36.818 15.156 21.123 24.865 137.960 269.353 2 Bandar Lampung 270 28 45 105 80 87 21 12 33 350 687 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 83.784 9.961 12.011 14.294 21.884 40.621 37.053 12.291 32.608 138.154 269.372 2 Bandar Lampung 240 22 23 49 104 105 87 22 24 390 688 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 98.044 9.936 9.589 12.192 13.910 33.585 30.594 23.677 32.499 123.547 269.462 2 Bandar Lampung 284 25 21 18 43 89 103 35 53 309 686 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 99.056 9.461 7.853 10.523 12.943 28.283 32.490 23.119 41.117 115.211 269.132 2 Bandar Lampung 234 25 10 18 30 109 120 42 97 329 685 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Pembangunan nasional merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan 1 Lampung 85.680 23.916 20.362 11.113 14.062 23.401 26.893 20.334 36.044 116.165 268668 2 Bandar Lampung 164 8 30 28 34 111 108 101 100 412 691 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - 0 4 Enggal - - - - - - -

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PERAN DAERAH (Rp. x 1 Bandar Lampung 1 Panjang 1.330 1.330 1.064 266 2 Kedaton 1.750 1.750 1.400 350 3 Kemiling 1.250 1.250 1.000 250 4 Rajabasa 665 665 532 133 5 Sukabumi 1.080

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LINGKUP PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 15 (lima belas) menjadi Kabupaten pada tanggal 21 Maret 1997.

IV. GAMBARAN UMUM LINGKUP PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 15 (lima belas) menjadi Kabupaten pada tanggal 21 Maret 1997. 46 IV. GAMBARAN UMUM LINGKUP PENELITIAN 4.1 Aspek Geografi dan Demografi 4.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 15 (lima

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan 39 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder. 1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Industri Secara mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tanggamus Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tanggamus Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tanggamus Tahun 23 sebanyak 2.566 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Tanggamus Tahun 23 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : LAMPUNG SELATAN 18.01 LAMPUNG SELATAN 55.514 521.839 1.09.353 1 18.01.04 NATAR 92.463 9.998 12.461 2 18.01.05 TANJUNG BINTANG 39.40 32.90 2.440 3 18.01.06 KALIANDA 62.805 58.683 121.488

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. digambarkan secara optimal. Beberapa kegunaan peta antara lain untuk

I. PENDAHULUAN. digambarkan secara optimal. Beberapa kegunaan peta antara lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta, sehingga peta dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek digambarkan

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.8 00/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 PROVINSI No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota. KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Sektor ini menyumbangkan peranan tersebut dalam beberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri pada saat sekarang ini menjadi perhatian penting permerintah karena dapat mengembangkan sektor rill pertumbuhan dan pembangunan ekonomi seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara berkembang adalah untuk memperkuat perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TANGGAMUS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PASAR DI KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS. A. Keadaan Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

BAB III GAMBARAN UMUM PASAR DI KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS. A. Keadaan Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik BAB III GAMBARAN UMUM PASAR DI KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS A. Keadaan Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Selasa Tanggal 10 Januari 2017

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Selasa Tanggal 10 Januari 2017 Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus Hari Selasa Tanggal 10 Januari 2017 Bhabinkamtibmas, Brigpol Yudi ASfriansyah, laksankan pengaturan lalu lintas di pekon Gisting Atas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.1.1 Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 18-105 12 Bujur Timur dan 5 05-5 56 Lintang

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 07 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2017

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2017 Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus Hari Selasa Tanggal 28 Februari 2017 Bhabinkamtibmas, Pematang Sawa melaksanakan patroli dan sambnag dengan warga Pekon Pematang Sawa

Lebih terperinci

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Rabu Tanggal 01 Maret 2017

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Rabu Tanggal 01 Maret 2017 Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus Hari Rabu Tanggal 01 Maret 2017 Bhabinkamtibmas, Brigpol M. Manurung menghadiri acara lokakarya di Kec. Ulu Belu Kab. Tanggamus Bhabinkamtibmas,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 15 Tahun 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 15 Tahun 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 15 Tahun 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BANDAR NEGERI SEMUONG, AIR NANINGAN, BULOK DAN KELUMBAYAN BARAT KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat

I. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu Negara, terutama Negara berkembang. Kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu Negara akan menyebabkan

Lebih terperinci

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Senin Tanggal 20 Februari 2017

Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus. Hari Senin Tanggal 20 Februari 2017 Laporan Rekapitulasi Agenda Kegiatan Bhabinkamtibmas Polres Tanggamus Hari Senin Tanggal 20 Februari 2017 Bhabinkamtibmas, Aipda Febri laksanakan sambang dan dialog dengan warga peon binaan di Kec. Limau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS GENTENG ATAP PRESS BULAT

PELUANG BISNIS GENTENG ATAP PRESS BULAT PELUANG BISNIS GENTENG ATAP PRESS BULAT DISUSUN OLEH : Nama : Tri Rahayu Sulistiyaningsih NIM : 11.12.5760 Prog. Study Jurusan : S1 : Sistem Informasi STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 YOGYAKARTA 0 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG

PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG TUGAS AKHIR PENGUJIAN KARAKTERISTIK MEKANIK GENTENG Disusun : YULLI ARIYADI NIM : D.200.02.0067 NIRM : 02.6.106.03030.50067 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Juni

Lebih terperinci

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari I. A. Latar Belakang dan Masalah Perioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan Judul Nama : Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Serta Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar : Ni Made Marsy Dwitasari NIM : 1306105119 Abstrak Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 01 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 01 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) KABUPATEN TANGGAMUS 2005 2025 PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Eksistensi pertanian pun perlu dijaga untuk dapat menjawab tantangan di masa

I. PENDAHULUAN. Eksistensi pertanian pun perlu dijaga untuk dapat menjawab tantangan di masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam kehidupan manusia. Pertanian tidak hanya menunjang kebutuhan pangan masyarakat namun juga banyak hal seperti, bahan baku

Lebih terperinci

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan BIAYA PENERUS TRUCKING KE LAMPUNG 2015 Coding Kota / Kabupaten Kecamatan TKG10000 Kota Bandar Lampung TKG10032 Kota Bandar Lampung TKG10033 Kota Bandar Lampung TKG10034 Kota Bandar Lampung TKG10035 Kota

Lebih terperinci

PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 (JURNAL)

PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 (JURNAL) PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 (JURNAL) Oleh : SELVINDARI DWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PEMBAKARAN GENTENG

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PEMBAKARAN GENTENG TUGAS AKHIR ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PEMBAKARAN GENTENG Disusun : EKO PRIHARTONO NIM : D.200.02.0225 NIRM : 02.6.106.03030.50225 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Hasalah

1.1 Latar Belakang Hasalah 1.1 Latar Belakang Hasalah Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya pangsa sektor pertanian dan meningkatnya pangsa sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diteliti. Agar penelitian lebih terarah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keripik Ubi kayu Keripik singkong adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbiumbian yang mengandung pati. Biasanya keripik singkong melalui tahap penggorengan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80 62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Keadaan Geografis DIY Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik

Lebih terperinci