Analisa Gesekan Material Implantasi Prosthesis Pada Total Hip Joint Replacement Akibat Gerak Adduksi Abduksi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Gesekan Material Implantasi Prosthesis Pada Total Hip Joint Replacement Akibat Gerak Adduksi Abduksi Menggunakan Metode Elemen Hingga"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Analisa Gesekan Material Implantasi Prosthesis Pada Total Hip Joint Replacement Akibat Gerak Adduksi Abduksi Menggunakan Metode Elemen Hingga Muhammad Hafidh Rasyadi, Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Teknik Industri, Surabaya y_kaelani@me.its.ac.id Abstrak- Perkembangan ilmu yang begitu pesat yang berlaku juga pada ilmu perpaduan antara ilmu kedokteran dengan ilmu teknik mekanika yang bisa juga disebut dengan biomechanical. Total hip replacement atau operasi penggantian hip joint ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor usia, kecelakaan, kekurangan nutrisi dan penyakit tulang (arthritis). Pengujian dilakukan dengan simulasi pada software finite element. Adapun material prosthesis yang digunakan adalah Ti-6Al-4V dan Co-Cr alloy dengan polymethyl methacrylate sebagai material dari mantel semennya. Pada penelitian tugas akhir kali ini menganalisa cemented hip prosthesis bagian kiri kanan depan belakang dianggap dijepit sempurna oleh tulang. Pembebanan yang diberikan yaitu asumsi 4x berat manusia normal dewasa yaitu 2.8 kn. Pembebanan diberikan berdasarkan pada sudut maksimum gerakan kaki ke dalam (adduksi) 22 0, dan gerakan kaki ke luar (abduksi) Analisa yang digunakan merupakan analisa 2 dimensi. Adapun hasil dari tugas akhir kali ini yaitu didapatkan distribusi tegangan normal dan tegangan gesernya serta nilai koefisien gesek kritis dari tiap model kontak antara prosthesis terhadap mantel semennya. Dari hasil tersebut adanya modifikasi profil permukaan dari model prosthesis yang sudah ada dapat meningkatkan nilai dari koefisien gesek. Kata kunci- Cemented Hip Prosthesis, Posisi Sudut Kaki, Koefisien Gesek. I. PENDAHULUAN Setiap peralatan yang bergerak dan saling berkontak pasti mengalami gesekan. Gesekan yang sering disebut dengan friksi biasanya didefinisikan sebagai gaya lawan (opposing force) yang terjadi apabila dua permukaan saling bergerak relatif antara satu dengan yang lainnya. Gesekan yang terjadi secara terus menerus bisa menimbulkan kerusakan atau hilangnya partikel dari suatu material yang disebut keausan. Keausan adalah kondisi dimana terdapat dua benda saling menekan dan saling bergesekan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keausan adalah kecepatan, tekanan, kekasaran permukaan dan kekerasan bahan. Semakin besar kecepatan relatif benda yang bergesekan, maka material semakin mudah aus. Begitu juga dengan faktor tekanan, semakin besar tekanan pada permukaan benda yang berkontak, material akan cepat aus. Perkembangan ilmu pengatahuan menimbulkan ilmu-ilmu baru yang memadukan antara ilmu yang sudah ada dengan ilmu perkembangan terbaru. Seperti berkembangnya ilmu perpaduan antara ilmu kedokteran dengan ilmu teknik mekanika yang bisa juga disebut dengan biomechanical. Aplikasi dalam bidang ini misalnya tentang persendian buatan pada manusia. Salah satu dari persendian adalah sambungan hip, sambungan hip merupakan komponen penting dalam sistem kerangka manusia. Sambungan ini terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Sedangkan pada tugas akhir ini, akan menganalisa pada bagian artificial hip joint dimana pada sambungan hip diberi prosthesis sebagai penyangga antara kaki dengan tulang panggul. Total hip joint replacement atau operasi penggantian hip joint ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor usia, kecelakaan, kekurangan nutrisi dan penyakit tulang (arthritis). Hip joint adalah sendi antara femur dan acetabulum pada pelvis. Total hip joint replacement sendiri dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan prosthesis. Pada tugas akhir kali ini akan dibahas prosthesis dengan mantel semen atau cemented prosthesis, dimana prosthesis diberi semen sebagai material pengisi antara prosthesis dan tulang femurnya. Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah menganalisa distribusi tegangan normal dan tegangan geser serta mengatahui nilai koefisen gesek kritis yang terjadi pada asperities-asperities akibat kontak material yang terjadi antara prosthesis terhadap mantel semen. Pada gambar 1.1. menunjukkan bahwa area kontak antara asperities pada prosthesis dengan asperities pada mantel semen. Asperities merupakan ketidakrataan permukaan atau biasa disebut dengan kekasaran permukaan. Pada material yang telah dipoles sekalipun tidak benar-benar halus pada skala atomik, mereka cenderung memiliki proyeksi tajam sebagai kekasarannya atau bisa disebut asperities. Untuk analisanya, menggunakan software finite elemen. Gambar 1.1. Gesekan Implantasi Hip Prosthesis

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomy Hip Joint Hip Joint atau yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai sendi panggul merupakan salah satu sendi yang memiliki peranan terbesar dalam tubuh. Sendi tulang pinggul (hip joint) adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan rounded socket. Secara keseluruhan letak bagian-bagian dari anatomy hip joint dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Anatomi dari Hip Joint (thedenverclinic.com) suatu sebab seperti penyakit atau kecelakaan. Desain geometri acetabular liner untuk total hip joint replacement dengan menggunakan bahan Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) hal ini memungkinkan konstruksi dari total hip joint replacement menjadi lebih ringan. Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip joint replacement yang digunakan untuk mengganti kepala femur yang rusak dan telah dipotong. Fungsi femoral stem yaitu memberikan dudukan pada femoral head yang menggantikan fungsi kerja kepala femur yang telah hilang melalui proses operasi medis. 2.3 Cemented Total Hip Joint Replacement Pada metode pemasangan ini, semen tulang digunakan untuk merekatkan artificial hip joint ke dalam tulang femur. Semen tulang tidak hanya berfungsi seperti lem, melainkan juga sebagai material pengisi. Hingga saat ini material dari semen tulang yang banyak digunakan adalah polymethylmethacrylate (PMMA), dimana diperkenalkan oleh Sir John Chanrley pada awal tahun Pada gambar 2.4. di bawah ini dapat dilihat bahwa adanya material pengisi dalam hal ini merupakan semen yang melapisi dari prosthesisnya tersebut yang mana dimaksudkan sebagai perekat antara prosthesis terhadap tulang femurnya itu sendiri. 2.2 Komponen Hip Prosthesis Gambar 2.4. Cemented Total Hip Replacement. (eorthopod.com) Gambar 2.3. Komponen Hip Joint Prosthesis. (drcsdharortho.in) Pada gambar 2.3 di atas dapat dilihat bahwa komponen-konponen dari hip prosthesis. Pada gambar di atas menunjukan bahwa komponen sambungan tulang pinggul buatan terdiri dari bagian acetabular dan femoral. Dalam bagian acetabular terdiri dari komponen acetabular shell dan acetabular liner, sedangkan pada sistem femoral terdiri dari komponen femoral head dan femoral stem. Acetabular Shell adalah bagian terluar dari total hip joint replacement sebagai metal cup yang menempel pada acetabulum (bagian tulang pada pelvis). Bagian permukaan luar acetabular shell terdapat porous (permukaan kasar yang mirip jarring-jaring) berfungsi untuk merangsang tulang agar tumbuh dan merekat pada acetabular shell secara alami, sebagai penguat acetabular sheel ditanam kedalam tulang pelvis secara permanen. Acetabular Liner adalah penopang femoral head yang direkatkan menempel pada acetabular shell. Femoral head merupakan implan pengganti bonggol tulang femur yang secara medik sudah tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena 2.4 Teori Gesekan Leonardo Da Vinci ( ) adalah orang pertama yang melakukan studi kuantitatif pada masalah gesekan. Eksperimen yang dilakukan adalah meletakkan balok pada bidang datar dan memberikan beban yang digantungkan untuk membuat balok tersebut bergerak sliding seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. berikut ini. Gambar 2.5. Sketsa percobaan gesekan oleh Leonardo Da Vinci a. Balok b. Balok pada bidang datar c. Balok pada bidang miring (Wikipedia.org)

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Dengan metode ini, Da Vinci hanya mampu mengukur gesekan statis dan kemungkinan besar dia tidak menyadari perbedaan antara gesekan statis dan kinetik Da Vinci menemukan dua hukum gesekan, yaitu : 1. Gesekan yang ditimbulkan oleh beban yang sama akan memiliki nilai resistansi yang sama pada awal balok bergerak walaupun balok memiliki panjang dan lebar yang berbeda. 2. Gaya gesekan akan menjadi dua kali lipat apabila massa juga dibuat dua kali lipat. Da Vinci mendefinisikan koefisien gesekan sebagai rasio dari gaya gesekan dibagi dengan gaya normal, yang dirumuskan: =.(1) Dimana F adalah gaya gesekan, μ adalah koefisien gesekan, dan N adalah gaya normal. Hukum inilah yang menjadi dasar hukum gesekan hingga sekarang. Jika ditinjau pada luasan asperities yang mengalami kontak antar 2 permukaan seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.5. maka persamaan (1) dapat dijabarkan sebagai berikut. =.. (2) =. (3) Maka untuk mencari nilai koefisien gesek dari tiap luasan asperities yang mengalamu kontak yaitu perbandingan antara nilai tegangan geser berbanding dengan tegangan normal seperti pada persamaan (3). Tensile Ultimate Strenght (MPa) Prosthesis Existing Prosthesis Modifikasi 1 Prosthesis Modifikasi 2 Prosthesis Modifikasi 3 Gambar 3.1. Dimensi Geometri Model Hip Prosthesis Gambar 2.5. Luasan Kontak Pada Asperities III. METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan pada simulasi pada software finite element penilitian pada tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Menyiapkan data dari model benda uji yang mana pada penelitian kali ini model dari prosthesis. Pada penilitian kali ini hip prosthesis diambil dari hip prosthesis yang pernah diteliti sebelumnya dengan sedikit adanya modifikasi. Adapun dimensi geometry dari hip prosthesis tersebut adalah dapat dilihat pada gambar 3.1. Selain data geometry didapat pula dari literatur data material properties yang digunakan pada penilitian tugas akhir ini. Pada penelitian tugas akhir ini material yang digunakan adalah Ti-6Al-4V dan Co-Cr alloy. Sedangkan pada mentel semennya sendiri menggunakan material polymethyl methacrylate. Properti dari material-material tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini : Tabel 3.1. Properti dari material-material pengujian Ti-6Al-4V Co-Cr alloy PMMA Modulus Elastisitas (GPa) Tensile Yield Strenght (MPa) Poisson Ratio Density (g/cm 3 ) Dari pemodelan hip prosthesis yang menggunakan input geometri pada preprocessor kemudian disimulasikan menggunakan software simulasi finite element. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Pemilihan tipe elemen yang digunakan pada tugas akhir kali adalah PLANE 183. Tipe elemen ini adalah tipe yang tertinggi yang digunakan dalam model 2-D dengan 6 atau 8 nodal elemen. Tipe elemen ini memiliki perlakuan quadratic displacement.. Tiap nodal dari elemen ini mempunyai 2-DOF yaitu translasi ke arah x, dan y. Sedangkan untuk analisis kontak permukaan yang digunakan pada penlitian kali ini adalah CONTA172. Untuk menggunakan tipe elemen CONTA172 diperlukan targert untuk model 2-D yaitu dipilih tipe elemen TARGE169. Tipe analisis ini digunakan untuk menunjukan kontak dan sliding antara permukaan benda 2 dimensi yang diinginkan, dan permukaan yang terdeformasi. Tipe analisis ini memungkinkan untuk melihat distribusi tengangan normal dan tegangan geser yang terjadi akibat kontak permukaan. b. Pada penelitian tugas akhir kali ini menganalisa cemented hip prosthesis, maka pada bagian kiri dan kanan pada mantel semen dianggap dijepit sempurna oleh tulang. Secara keseluruhan tumpuan yang diberikan terhadap mantel semen tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut ini. Dengan dimaksudkan agar prosthesis tidak bergerak ke samping kanan maupun kiri, dan hanya mampu mengikuti arah pergerakan dari tulang, maka bagian sisi samping dari prosthesis diberi tumpuan rol,

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) dimana pada tumpuan rol hanya terdapat satu arah gaya, yaitu gaya yang mendukung gerak prosthesis terdistribusi dalam satu node akan tetapi terdistribusi merata ke luasan area tertentu. IV. ANALISA DATA 4.1 Distribusi Tegangan Normal Gambar 3.2. Tumpuan pada Cemented Hip Prosthesis hanya bergerak ke atas dan ke bawah. Sedangkan pada bagian bawah terdapat tumpuan engsel, dimana gaya-gayanya yang bekerja saling meniadakan. c. Pemberian pembebanan dilakukan dengan mangambil asumsi 4x berat orang dewasa normal dengan berat manusia dewasa normal 70 kg, hal ini dimaksudkan karena pada pengujian kali ini tidak hanya diamati saat orang tersebut bergerak normal tanpa ada pergerakan yang ekstrim, dan kondisi lain sebagainya. Pada tugas akhir ini menganalisa posisi sudut kaki yaitu pada saat posisi abduksi, dan adduksi. Gerak adduksi merupakan gerak mengayun kaki ke arah, sedangkan gerak abduksi meruakan gerak kaki mengayun ke arah luar. Dari referensi penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh kusumawardani (2010), didapatkan sudut dari posisi gerakan tersebut. Gerak adduksi memiliki nilai gerak kritis maksimum sebesar Dan gerak abduksi memiliki gerak kritis maksimum sebesar Dari sudut-sudut yang dibentuk oleh sebab pergerakan kaki tersebut akan menimbulkan gaya-gaya pada bidang x, dan y. Nilai dari Fx, dan Fy didapat dari transformasi sudut antara pembebanan (W) terhadap bidang x, dan y. Dimana sudut α merupakan sudut yang berhubungan dengan sumbu x, dan sudut β merupakan sudut yang berhubungan dengan sumbu y. sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : = cos ; = cos.. 4 Sehingga untuk mendapatkan beban total yang diterima oleh prosthesis yaitu dengan : = 4 = = (5) Pada tugas akhir ini nilai dari α ditinjau pada titik maksimum kritis dari gerak kaki mengayun ke dalam yaitu sebesar α = 22 0 sehingga didapat nilai gaya ke arah y dan ke arah x yaitu sebesar Fy = N dan Fx = N. Sedangkan nilai dari α ditinjau pada titik maksimum kritis dari gerak kaki mengayun ke luar yaitu sebesar α = 40 0 sehingga didapat nilai gaya ke arah y dan ke arah x yaitu sebesar Fy = N dan Fx = N. Pada software finite element nilai dari Fx dan Fy dapat dimasukkan nilainilainya. Pada software finite element yang digunakan ini beban yang digunakan terdristribusi ke dalam 20 nodes, dalam hal ini dimaksudkan bahwa beban tidak Prosthesis Existing Prosthesis Modifikasi 1 Prosthesis Modifikasi 2 Prosthesis Modifikasi 3 Gambar 4.1. Distribusi Tegangan Normal Prosthesis Pada gambar 4.1. dapat dilihat distribusi tegangan normal dari tiap model prosthesis yang telah dilakukan simulasi pada software finite element. Pada gambar tersebut merupakan model prosthesis dengan metarial Co-Cr alloy dengan simulasi akibat gerak dari abduksi sudut Dapat dilihat bahwa Distribusi tegangan normal akibat kontak antara prosthesis terhadap mantel semennya pada tiap model hip prosthesis berkecenderungan bernilai tinggi pada bagian atas dari kontak, adapun sesekali terdapat nilai yang tinggi pada bagian yang lain akan tetapi kondisi tersebut jarang sekali. Pada simulasi prosthesis Co-Cr alloy untuk gerak adduksi pun menunjukan kecenderungan distribusi tegangan normal yang sama seperti pada gerak abduksi yaitu bernilai tinggi pada bagian atas kontaknya. Hal ini juga berlaku pula pada simulasi yang dilakukan pada prosthesis akibat gerak adduksi abduksi pada material Ti-6Al-4V Distribusi Tegangan Geser Pada gambar 4.2. dapat dilihat distribusi tegangan geser dari tiap model prosthesis yang telah dilakukan simulasi pada software finite element. Pada gambar tersebut merupakan model prosthesis dengan metarial Co-Cr alloy dengan simulasi akibat gerak dari adduksi sudut Dapat dilihat bahwa Distribusi tegangan geser akibat kontak antara prosthesis terhadap mantel semennya pada tiap model hip prosthesis berkecenderungan bernilai tinggi pada bagian tengah dari kontak, adapun sesekali terdapat nilai yang tinggi pada bagian yang lain akan tetapi kondisi tersebut jarang sekali. Pada simulasi prosthesis Co-Cr alloy untuk

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) gerak abduksi pun menunjukan kecenderungan distribusi tegangan normal yang sama seperti pada gerak abduksi yaitu bernilai tinggi pada bagian atas kontaknya. pada ujung nilainya kembali memiliki koefisien gesek yang besar. Pada bagian sisi kanan dari prosthesis yang mengalami kontak dengan mantel semennya dapat dilihat bahwa pada bagian atas prosthesis memiliki koefisien gesek yang besar kemudian pada bagian tengah prosthesis mempunyai nilai koefisien gesek yang kecil hingga pada bagian bawah prosthesis kembali memiliki koefisien gesek yang besar kembali. Sedangkan pada gambar 4.4. merupakan distribusi koefisien gesek yang terjadi pada hip Prosthesis Existing Prosthesis Modifikasi 1 Prosthesis Modifikasi 2 Prosthesis Modifikasi 3 Gambar 4.2. Distribusi Tegangan Geser Prosthesis Hal ini juga berlaku pula pada simulasi yang dilakukan pada prosthesis akibat gerak adduksi abduksi pada material Ti- 6Al-4V Distribusi Koefisien Gesek Gambar 4.4. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Adduksi 22 0 Material Co-Cr alloy (existing) prosthesis existing akibat gerak abduksi dengan sudut 40 0 material Co-Cr alloy. Dapat lihat pada bagian kiri prosthesisnya yang mengalami kontak dengan matel semennya pada bagian atas terlihat bahwa memiliki nilai koefisien gesek yang cenderung besar hingga pada bagian tengah dari prosthesisnya sendiri yang memiliki nilai koefisien gesek kecil kemudian pada bagian bawah nilainya kembali memiliki koefisien gesek yang besar. Pada bagian sisi kanan dari prosthesis yang mengalami kontak dengan mantel semennya dapat dilihat bahwa pada bagian atas terlihat bahwa memiliki nilai koefisien gesek yang kecil hingga pada bagian tengah dari prosthesisnya sendiri yang memiliki nilai koefisien gesek yang cenderung besar kemudian pada bagian bawah sempat terjadi nilai yang kecil kembali hingga pada ujung nilainya kembali memiliki koefisien gesek yang besar. Kecenderungan distribusi koefisien gesek yang sama terjadi pula pada hip prosthesis existing material Ti-6Al-4V. Gambar 4.3. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Adduksi 22 0 Material Co-Cr alloy (existing) Distribusi koefisien gesek yang terjadi pada hip prosthesis existing akibat gerak adduksi dengan sudut 22 0 material Co- Cr alloy bisa dilihat pada gambar 4.3. Adapun penganalisaan koefisien gesek dari keduan sisi bagian kanan dan kiri tersebut dilihat nilai koefisien geseknya dengan membagi hingga 21 titik kontak dari tiap sisinya. Dapat lihat pada bagian kiri prosthesisnya yang mengalami kontak dengan matel semennya pada bagian atas terlihat bahwa memiliki nilai koefisien gesek yang kecil hingga pada bagian tengah dari prosthesisnya sendiri yang memiliki nilai koefisien gesek yang cenderung besar kemudian pada bagian bawah sempat terjadi nilai yang kecil kembali hingga Gambar 4.5. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Adduksi 22 0 Material Co-Cr alloy (modifikasi 1) Adapun pada gambar 4.5. yang merupakan distribusi koefisien gesek yang terjadi pada hip prosthesis modifikasi 1 akibat gerak adduksi dengan sudut 22 0 metarial Co-Cr alloy. Dapat dilihat bahwa memiliki kecenderungan yang sama distribusi koefisien geseknya pada tiap sisinya dengan hip prosthesis existing. Hal yang sama pula dapat dilihat

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) koefisien gesek akibat gerak adduksi dan abduksi pada profil hip prosthesis modifikasi 3. Adapun perbedaan distribusi dari tegangan normal maupun gesernya dari tiap titik kontak dikarenakan gaya reaksi yang terjadi akibat tumpuan yang terjadi sepanjang mantel semen sehingga distribusi tegangan reaksinya berbeda tiap titiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai koefisien geseknya berbeda dari tiap titik akibat kontaknya. V. KESIMPULAN Gambar 4.6. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Abduksi 40 0 Material Co-Cr alloy (modifikasi 1) pada gambar 4.6 yang merupakan yang merupakan distribusi koefisien gesek yang terjadi pada hip prosthesis modifikasi 1 akibat gerak abduksi dengan sudut 40 0 metarial Co-Cr alloy, kecenderungan distribusi koefisien geseknya memiliki kecenderungan yang sama dengan hip prosthesis existing. Pada hip prosthesis modifikasi 1 untuk material Ti- 6Al-4V juga memiliki kecenderungan yang sama dalam distribusi koefisien geseknya. Gambar 4.7. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Adduksi 22 0 Material Co-Cr alloy (modifikasi 3) Adapun beberapa kesimpulan yang didapat dari penelitian ini diantaranya : 1. Distribusi tegangan normal pada tiap model hip prosthesis berkecenderungan bernilai tinggi pada bagian atas kontak antara prosthesis terhadap mantel semennya, adapun sesekali terdapat nilai yang tinggi pada bagian yang lain akan tetapi kondisi tersebut jarang sekali. 2. Distribusi tegangan geser pada tiap model hip prosthesis berkecenderungan bernilai tinggi pada bagian tengah dari kontak antara prosthesis terhadap mantel semennya, begitu pula terdapat di beberapa bagian yang bernilai tinggi. 3. Pada hip prosthesis existing nilai koefisien gesek terkritisnya pada prosthesis material Co-Cr alloy gerak adduksi yaitu dengan nilai µ = Pada hip prosthesis modifikasi 1 nilai koefisien gesek terkritisnya pada prosthesis material Ti-6Al-4V gerak adduksi dan abduksi yaitu dengan nilai µ = Pada hip prosthesis modifikasi 2 nilai koefisien gesek terkritisnya pada prosthesis material Ti-6Al-4V gerak abduksi yaitu dengan nilai µ = Pada hip prosthesis modifikasi 3 nilai koefisien gesek terkritisnya pada prosthesis material Ti-6Al-4V gerak adduksi yaitu dengan nilai µ = UCAPAN TERIMA KASIH Penulis berterimakasih kepada kedua orang tua penulis serta keluarga besar jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya yang telah memberikan banyak pelajaran berharga kepada penulis. DAFTAR PUSTAKA Gambar 4.8. Distribusi Koefisien Gesek Gerak Abduksi 40 0 Material Co-Cr alloy (modifikasi 3) Adapun dalam modifikasi kontur permukaan prosthesis yang mengalami kontak dengan mantel semennya dalam hal ini penambahan kontur gerigi memberikan efek bertambahnya nilai koefisien gesek yang mana dalam artian daya cengkram prosthesis terhadap mantel semennya semakin meningkat. Sedangkan distribusi koefisien geseknya sendiri memiliki kecenderungan yang sama dengan hip prosthesis existing maupun modifikasi 1 baik untuk material Co-Cr alloy dan material Ti-6Al-4V. pada gambar 4.7. dan gambar 4.8. menunjukan distribusi [1] A, Faulkner. R,D, Arnell The Development of A Finite Element Model to Simulate The Sliding Interaction Betweem Two, Three-Dimensional, Elastoplastic, Hemispherical Asperities. Salford, United Kingdom. Jurnal Wear. [2] Affatano, Saverio Wear of Orthopaedic Implants and Artificial Joints. Woodhead Publishing. Cambridge. [3] Dumbleton, John Tribology of Natural and Artificial Joints. Elseiver Publishing. Amsterdam. [4] Kusumawardani Analisa Kekuatan Material pada Prosthesis Total Hip Joint Replacement. Surabaya. [5] Louhenapessy, Jandri Analisa Statik dan Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen Temporomandibular Joint Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. Surabaya. [6] Putra, Yunandaru Pengembangan Desain dan Prosedur Manufaktur Sendi Panggul Buatan Hip Joint Prosthesis dengan Variasi Geometri Stem Ballhead. Surabaya. [7] Total Hip Replacement. Catalogue American Academy of Orthopaedic Surgeon. Rosemont, Illinois.

BAB I PENDAHULUAN. Hip Joint. Femur

BAB I PENDAHULUAN. Hip Joint. Femur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerangka manusia disokong oleh struktur seperti ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain. Sejumlah 206 tulang membentuk sistem kerangka manusia dewasa.

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Sambungan hip (hip joint) pada manusia [1].

Gambar 1.1. Sambungan hip (hip joint) pada manusia [1]. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sambungan hip (hip joint) merupakan sendi yang penting dalam sistem kerangka manusia. Sambungan ini terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

Yunandaru Sahid Putra NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Yunandaru Sahid Putra NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD Yunandaru Sahid Putra NRP. 2107.100.011 Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD 262.999 kasus patah tulang* http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ima gepages/18026.htm Usaha pembuatan prostetik

Lebih terperinci

Available online at Website

Available online at Website Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi STUDI PENGARUH MATERIAL DAN KETEBALAN TERHADAP PARAMETER-PARAMETER KONTAK PADA SISTEM ARTFICIAL HIP JOINT Sugiyanto dan Jamari*

Lebih terperinci

BAB II TEORI HIP JOINT

BAB II TEORI HIP JOINT 9 BAB II TEORI HIP JOINT 2.1 Sambungan Tulang Pinggul (Hip Joint) Sambungan tulang pinggul (hip joint) adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry, Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf

Lebih terperinci

BAB II TEORI HIP JOINT. Gambar 2.1. Bagian-bagian hip joint normal [4].

BAB II TEORI HIP JOINT. Gambar 2.1. Bagian-bagian hip joint normal [4]. BAB II TEORI HIP JOINT 2.1 Sambungan tulang pinggul (hip joint) Hip joint adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga bagian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP TEGANGAN DALAM SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP TEGANGAN DALAM SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN D.24. Pengaruh Pembebanan terhadap Tegangan dalam Sambungan PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP TEGANGAN DALAM SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN Sugiyanto, M. Tauviqirrahman, Rifky Ismail dan Jamari Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III KONTAK PADA KOMPONEN ACETABULAR

BAB III KONTAK PADA KOMPONEN ACETABULAR BAB III KONTAK PADA KOMPONEN ACETABULAR 3.1 Pendahuluan Sambungan tulang pada manusia berkembang sejak puluhan tahun yang lalu [16]. Sambungan tulang meliputi perpaduan antara stabilitas dan mobilitas,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KETEBALAN ACETABULAR CUP TERHADAP TEKANAN KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN

ANALISA PENGARUH KETEBALAN ACETABULAR CUP TERHADAP TEKANAN KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN D.15 Analisa Pengaruh Ketebalan Acetabular Cup Terhadap Tekanan Kontak (Sugiyanto) ANALISA PENGARUH KETEBALAN ACETABULAR CUP TERHADAP TEKANAN KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN Sugiyanto 1), M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persendian atau artikulasi adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian

Lebih terperinci

ANALISA KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Yuris Setyoadi 1), Iwan Budiwan Anwar 2), Rifky Ismail 3) dan Jamari 3) 1) Program Pasca Sarjana Magister Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persendian merupakan hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang membentuk sistem gerak pada manusia. Berdasarkan kepada sifat pergerakannya, sendi dibedakan ke

Lebih terperinci

PENGARUH TEKSTUR PERMUKAAN MATERIAL UHMWPE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEBAN KONTAK STATIC, ROLLING DAN SLIDING

PENGARUH TEKSTUR PERMUKAAN MATERIAL UHMWPE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEBAN KONTAK STATIC, ROLLING DAN SLIDING Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH TEKSTUR PERMUKAAN MATERIAL UHMWPE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEBAN KONTAK STATIC, ROLLING DAN SLIDING *Jamari, F.H.

Lebih terperinci

rekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya. Dalam

rekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya. Dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kontak Permukaan Kontak atau persinggungan antar permukaan adalah kejadian yang wajar dalam bidang rekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi umur pakai sebuah mesin adalah adanya gesekan satu sama lain yang terjadi bila komponen-komponen dalam permesinan saling kontak,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYUSUTAN DIMENSI PRODUK INJECTION MOLDING DENGAN BENTUK ACETABULAR CUP UNTUK SAMBUNGAN HIP PADA MANUSIA

ANALISIS PENYUSUTAN DIMENSI PRODUK INJECTION MOLDING DENGAN BENTUK ACETABULAR CUP UNTUK SAMBUNGAN HIP PADA MANUSIA TUGAS AKHIR ANALISIS PENYUSUTAN DIMENSI PRODUK INJECTION MOLDING DENGAN BENTUK ACETABULAR CUP UNTUK SAMBUNGAN HIP PADA MANUSIA Disusun : GALIH ANGGA WASISA D 200 010 070 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Validasi pemodelan Proses validasi analisa hip bearing didasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yew, A., et al., (3). Simulasi pada pemodelan ini menggunakan parameter

Lebih terperinci

SIMULASI KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

SIMULASI KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA LAPORAN TUGAS AKHIR SIMULASI KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Disusun oleh:

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA PROSTHESIS TOTAL KNEE JOINT REPLACEMENT

ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA PROSTHESIS TOTAL KNEE JOINT REPLACEMENT TUGAS AKHIR TM 091486 ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA PROSTHESIS TOTAL KNEE JOINT REPLACEMENT Disusun oleh : ADINDA DWI RISAFITRI NRP. 2016.100.056 Dosen Pembimbing : Ir. YUSUF KAELANI, M.Sc.E 1 P E N D

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES

BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES 25 BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES 3.1 Pembebanan pada Hip Joint Aplikasi dari disiplin ilmu yang berkaitan dengan teknik mesin dalam berbagai aspek kehidupan semakin luas cakupannya, termasuk di bidang

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No., (1) ISSN: 31-971 1 Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital Adi Wahyu Christianto, Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin,, Fakultas

Lebih terperinci

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 3, (13) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) B-379 Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital Adi Wahyu Christianto dan Yusuf Kaelani Jurusan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA

TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakutas Teknik Universitas

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Ilustrasi bagian-bagian sendi panggul (Amirouche dan Solitro, 2011)

Gambar 1.1. Ilustrasi bagian-bagian sendi panggul (Amirouche dan Solitro, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendi panggul atau acetabulofemoral joint adalah sendi yang menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang panggul (pelvis) pada bagian acetabulum. Sendi panggul merupakan

Lebih terperinci

Tembalang, Semarang, Jl. Jend. Ahmad Yani No.157, Pabelan, Surakarta, Jawa Tengah

Tembalang, Semarang, Jl. Jend. Ahmad Yani No.157, Pabelan, Surakarta, Jawa Tengah Analisis Metode Elemen Hingga pada Sendi Panggul Buatan Saat Digunakan untuk Menjalankan Ibadah Salat R. Ismail *a1, Y. Umardani 1, I.B. Anwar 2, E. Saputra 1, Y.A.A. Dhaneswara 1, A. Haris 1 dan J. Jamari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat adanya kontak atau gesekan. Gesekan biasanya didefinisikan sebagai gaya

BAB I PENDAHULUAN. akibat adanya kontak atau gesekan. Gesekan biasanya didefinisikan sebagai gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika dua benda yang saling kontak atau bergesekan, maka benda tersebut akan mengalami kerusakan. Masalah utama yang dihadapi oleh dunia industri selama ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Ilmu mekanika kontak merupakan bagian dari ilmu tribologi yang membahas mengenai deformasi dan tegangan dua benda yang bersinggungan satu sama lain. Kontak yang terjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persendian adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-316

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-316 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-316 Studi Eksperimental Stick-Slip Friction Akibat Multi-Directional Contact Friction dengan Material Uji Ultra High Molecular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan Soal 2-11 Perhatikan gambar 2-9 diketahui berat beban adalah 600N tentukanlah T 1 &? T 1 gambar 2-9 600N Diketahui : = 600N Jawab y y

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print) Studi Eksperimental Stick-Slip Friction Akibat Multi-Directional Contact Friction dengan Material Uji Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) Terhadap Stainless Steel (AISI 304) Roy Yamsi Kurnia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA C.7 ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Sumar Hadi Suryo 1, Hendrawan Surya Hadijaya 2, Moch. Fihki Fahrizal 3 Department

Lebih terperinci

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol. Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 B-125 Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis Dwi Tarina W., dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1. Post Trauma Arthritis [1]

Gambar 1. Post Trauma Arthritis [1] 1 Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) antara Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) dengan Stainless Steel sebagai Sendi Lutut Buatan (Total Knee Joint Replacement ) Manusia

Lebih terperinci

SIMULASI KONTAK KOMPONEN ACETABULAR PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

SIMULASI KONTAK KOMPONEN ACETABULAR PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA LAPORAN TUGAS AKHIR SIMULASI KONTAK KOMPONEN ACETABULAR PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

Analisa Tegangan dan Deformed Shape Pada Rangka Sepeda Fixie

Analisa Tegangan dan Deformed Shape Pada Rangka Sepeda Fixie JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Tegangan dan Deformed Shape Pada Rangka Sepeda Fixie Andra Berlianto Tedja dan Bambang Daryanto W. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( ) SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto (2107 100 161) Abstrak Kekuatan rangka merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PREDIKSI TEGANGAN VON MISSES DAN TEKANAN KONTAK TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR) SELAMA PROSES GAIT CYCLE

LAPORAN TUGAS AKHIR PREDIKSI TEGANGAN VON MISSES DAN TEKANAN KONTAK TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR) SELAMA PROSES GAIT CYCLE LAPORAN TUGAS AKHIR PREDIKSI TEGANGAN VON MISSES DAN TEKANAN KONTAK TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR) SELAMA PROSES GAIT CYCLE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dan Syarat Untuk

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-183 Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga Ardianus, Septia Hardy Sujiatanti,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA Alderman Tambos Budiarto Simanjuntak NRP : 0221016 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekstrusi merupakan salah satu proses yang banyak digunakan dalam proses manufaktur. Dimana aplikasinya sangat luas seperti dijumpai pada aplikasi-aplikasi struktur,

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen, Penelitian ini menggunakan baja sebagai bahan utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini profil baja

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tribologi Gesekan Antara Material Komposit Hidroksiapatit (HA) + Polymethyl Methacrylate (PMMA) dengan Ultra High Molecular

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang I-1

I.1 Latar Belakang I-1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berbagai jenis struktur, seperti terowongan, struktur atap stadion, struktur lepas pantai, maupun jembatan banyak dibentuk dengan menggunakan struktur shell silindris.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-362

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-362 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-362 Kajian Tribologi Gesekan Antara Material Komposit Hidroksiapatit (HA) + Polymethyl Methacrylate (PMMA) dengan Ultra High

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( ) Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan 20 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan sketsa 2D, karena dari sketsa 2D inilah nantinya akan dihasilkan bentuk 3D. 1. Sketsa

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Anatomi sendi lutut normal (Jun, 2011)

Gambar 1.1. Anatomi sendi lutut normal (Jun, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sendi lutut merupakan salah satu sendi paling canggih pada tubuh manusia. Sendi lutut seperti sebuah bantalan besar yang terletak pada tulang kaki bagian bawah yang

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

PEMODELAN ELEMEN HINGGA KONTAK SLIDING BERULANG ANTARA BOLA DENGAN PERMUKAAN KASAR

PEMODELAN ELEMEN HINGGA KONTAK SLIDING BERULANG ANTARA BOLA DENGAN PERMUKAAN KASAR Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMODELAN ELEMEN HINGGA KONTAK SLIDING BERULANG ANTARA BOLA DENGAN PERMUKAAN KASAR Jamari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisis uji sambungan balok kolom pracetak. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS CAE

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Jurnal Integrasi vol. 7, no. 2, 2015, 146-150 ISSN: 2085-3858 (print version) Article History Received 14 August 2015 Accepted 15 September 2015 Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Muhammad Hasan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007)

Gambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur tulang panggul yang dijelaskan pada Gambar 1.1 adalah suatu terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang paha pada daerah pangkal proksimal

Lebih terperinci

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL» Oleh : Rahmad Hidayat 2107100136» Dosen Pembimbing : Dr.Ir.Agus Sigit Pramono,DEA

Lebih terperinci

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor

Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Simulasi Tegangan pada Rangka Sepeda Motor Muhammad Hasan Albana*, Faizul Praja*, Benny Haddli Irawan* Batam Polytechnics Mechanical Engineering Study Program Jln. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas)

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas) Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas) Nur Azizah 1*, Muhamad Ari 2, Ruddianto 3 1 Program Studi Teknik Desain dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (a) (b) (c)

BAB I PENDAHULUAN. (a) (b) (c) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam semua aspek kehidupan, sering dijumpai bermacam bentuk contoh aplikasi tribology, seperti memegang, menyikat, gesekan antar komponen permesinan, gesekan antara

Lebih terperinci

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-168 Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut Musfirotul Ula, Irfan Syarief Arief, Tony Bambang

Lebih terperinci

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE

ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE ANALISA KONSTRUKSI DAN PERECANAAN MULTIPLE FIXTURE Richy Dwi Very Sandy 2106.100.085 Dosen Pembimbing: Ir. Sampurno, MT Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN DINDING

PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN DINDING Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2 Analisa Keausan Kampas Rem (Ahmad Taufik, dkk) ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN Ahmad Taufik 1*, Darmanto 2 dan Imam Syafa at 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK ANALISIS KAPASITAS BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN Yacob Yonadab Manuhua Steenie E. Wallah, Servie O. Dapas Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : jacobmanuhua@gmail.com

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill Dengan Simulasi Explicit Dynamic (Ls-Dyna)

Analisa Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill Dengan Simulasi Explicit Dynamic (Ls-Dyna) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 70 Analisa Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill Dengan Simulasi Explicit Dynamic (Ls-Dyna)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda

BAB I PENDAHULUAN. fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika merupakan salah satu bagian dari cabang fisika.apakah yang terjadi jika benda dikenai gaya? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang pernah kita dengar

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. 1. Carilah berat benda yang mempunyai : 1. 3 kilogram. 2. 200 gram. 2. Sebuah benda 20 kg yang bergerak bebas

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fibre Reinforced Polymer (FRP) merupakan bahan yang ringan, kuat, anti

BAB I PENDAHULUAN. Fibre Reinforced Polymer (FRP) merupakan bahan yang ringan, kuat, anti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibre Reinforced Polymer (FRP) merupakan bahan yang ringan, kuat, anti magnetik dan tahan terhadap korosi. Bahan ini dapat digunakan sebagai pilihan untuk menggantikan

Lebih terperinci

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA LOGO ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Erik Sugianto (4108 100 094) Dosen Pembimbing: Dony Setyawan ST

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

Gambar 1 Temporomandibular joint manusia

Gambar 1 Temporomandibular joint manusia 1 STUDI EKSPERIMENTAL LAJU KEAUSAN ANTARA 2 BUAH HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN VARIASI NORMAL LOAD PADA KONDISI RECIPROCATING SEBAGAI SENDI RAHANG BUATAN (TEMPOROMANDIBULAR JOINT) MANUSIA Susastro

Lebih terperinci