PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF"

Transkripsi

1 PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Oleh : DESI NURRATNAHATI F PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 iii

3 iv

4 MOTTO Masa lalu adalah pembelajaran untuk kita melangkah di masa depan Yakin, tekun, berusaha dan pantang menyerah adalah sebuah langkah awal menuju kesuksesan Kesalahan bukan untuk disesali tetapi untuk dipelajari agar tidak terulang untuk kesalahan yang sama Hidup akan berarti jika mampu membuat orang disekitar kita tersenyum bangga melihat kita Yakin semuanya akan menjadi indah pada waktunya Tersenyumlah karena sebuah senyuman akan mampu menumbuhkan sebuah harapan baru Hasil akan bukanlah hal yang terpenting, langkah dan usaha kita, itu yang utama Gunakanlah perasaan diatas logika,karena itu lebih manusiawi Sebuah kekurangan bukan berarti hambatan tetapi harus bisa menjadi kelebihan, (Penulis) v

5 PERSEMBAHAN Penulis mersembahkan karya ini untuk mereka yang telah membantu dan memberi warna dalam hidupku. Allah SWT yang telah menciptakan dan telah memberikanku kesempatan hidup di dunia ini. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah mengorbankan segalanya untukku dan terima kasih doanya. Kakak - kakak dan adik -adikku yang telah menjadi penyemangatku dalam meraih harapan dan cita-cita. Seluruh keluargaku terima kasih dukungannya. Sahabat - sahabatku semua dan teman - teman perbankan yang telah membantuku. Almamaterku. vi

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesikan Tugas Akhir dengan judul PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF dengan baik. Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar derajat Ahli Madya Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil dengan baik dan lancar tanpa adanya kerja sama serta bantuan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam kelancaran pembuatan Tugas Akhir ini baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih banyak kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. vii

7 3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku ketua Program Diploma Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 4. Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si selaku ketua Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing akademik, terima kasih atas semua bantuannya. 5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. 6. Bapak dan Ibu dosen selaku Dosen Penguji di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 7. Bapak Drs. Sri Dadi Wibowo, MM selaku Komisaris PT. BPR Nguter Surakarta yang telah berkenan memberikan ijin magang di sana dan yang selalu sabar mendidik dan mengajari banyak hal yang bermanfaat. 8. Ibu Fransisca Permata Dewi, SE.MM dan Bapak Yusak Adi Nugroho, SE selaku Direktur Utama dan Direktur PT. BPR Nguter Surakarta. 9. Bapak Bambang Sarjanto selaku Kabag Kredit, terimakasih banyak telah bersedia membagi ilmunya. 10. Mbak Retno, Mbak Dyna Agus, Mbak Lina, Mbak Widya, Mbak RA Widya, Mbak Alya, Mbak Sari, Mbak Nursari, Mbak Aning, Mas Khrisna, Mbak Elga, Mbak Yani, Pak Ruli, Mas Catur, Pak Min, Mas Moko,Mas Havid dan semua staff PT.BPR Nguter Surakarta yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. viii

8 11. Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menularkan ilmunya dan setia membantu penulis dalam perkuliahan. 12. Ayah dan Ibu, terima kasih atas semuanya yang sudah memberikan semangat dan tidak pernah lelah dalam menasehatiku, terima kasih banyak atas doa dan pengorbanannya, mohon maaf kalau belum bisa membanggakan kalian. 13. Sodara-sodaraku, Kakak-kakak dan adik-adikku makasih buat semuanya. 14. Sri Endah Setyaningsih, Febria Pramesthi, Heni Susanti, Mayasari Wibowo dan Andika Pratama makasih buat semua bantuannya di tempat magang. 15. Temen-temen Keuangan Perbankan 2008 makasih buat bantuannya dan persahabatan kalian. 16. Temen-temen Little Ghost dan Kost Ijo makasih buat persahabatan kalian. Akhirnya penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon saran dan kritik demi perbaikan Tugas Akhir ini yang selanjutnya. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga para pembaca sekalian. Wassalamu alaikum Wr.Wb Surakarta, April 2011 Penulis ix

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i ABSTRAK...ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv HALAMAN MOTTO...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...x DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR GAMBAR...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah...5 C. Tujuan Penelitian...5 D. Manfaat Penelitian...6 E. Metode Penelitian...6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur/Proses Prosedur Permohonan Kredit Prosedur Penyidikan dan Analisis Kredit

10 3. Keputusan Atas Permohonan Kredit Penolakan Permohonan Kredit Persetujuan Permohonan Kredit Realisasi Kredit Pelunasan Kredit...14 B. Bank Pengertian Bank Fungsi Bank Jenis-Jenis Bank Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Asas BPR Tujuan BPR Sasaran BPR Kegiatan BPR...18 C. Kredit Pengertian Kredit Unsur-Unsur Kredit Tujuan dan Fungsi Kredit Jenis-Jenis Kredit Manfaat Kredit Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Proses Pemberian Kredit Penggolongan Kredit

11 9. Resiko Kredit...42 D. Perjanjian Kredit dan Pengikatan Agunan Pengertian Perjanjian Kredit Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Penyusunan Dokumen/Akta Perjanjian Kredit Sifat-Sifat Jaminan dan Perjanjian Kredit Macam-Macam Pengikatan Jaminan/Agunan...56 BAB III. PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya PT. BPR Nguter Surakarta Visi dan Misi Kepemilikan dan Pemegang Saham Permodalan Perubahan Susunan Pengurus Produk-Produk Struktur Organisasi Job Discription...75 B. PEMBAHASAN Prosedur Pemberian Kredit Proaktif Tujuan Pemberian Kredit Proaktif Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Proaktif pada PT. BPR Nguter Surakarta

12 BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan...97 B. Saran...99 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 13

13 DAFTAR TABEL TABEL Halaman 2.1 Pengelompokan Kredit Berdasarkan Kelancaran Pemegang Saham Pemegang Saham Baru Tingkat Suku Bunga Deposito Umum Penerapan Prinsip 5C di PT. BPR Nguter Surakarta Laporan Realisasi Pinjaman Kredit Proaktif (6 bulan terakhir)

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.1 Struktur Organisasi

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Laporan Magang Kerja Mahasiswa Daftar Nilai Praktik Magang Foto Kegiatan Magang Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Magang Surat Pernyataan Brosur PT. BPR Nguter Surakarta Daftar Angsuran Bunga Flat Per Bulan PT. BPR Nguter Surakarta Aplikasi Pembukaan Rekening Deposito/Tabungan Kartu Pinjaman Blangko Analisis Kredit Pencarian Informasi Debitur (SID) Perjanjian Pembukaan Kredit Spesimen tanda tangan nasabah Surat Pernyataan Menyetujui Perjanjian Kredit Surat Kesanggupan Pembayaran Angsuran Kredit Surat Kuasa Untuk Menjual Barang Jaminan Disposisi Pencairan Kredit Surat Pemberitahuan Permohonan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Surat Pemberitahuan Pencairan Kredit Slip Bukti Setoran Tanda Terima Uang Pinjaman Slip Bukti Kas Keluar 16

16 Slip Bukti Kas Masuk Nota Debet Nota Kredit Slip Penarikan Slip Setoran 17

17 ABSTRAK PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF DESI NURRATNAHATI F Prosedur dalam proses pemberian kredit adalah hal yang utama dalam kegiatan kredit karena apabila terjadi kesalahan, maka akan menimbulkan resiko terhadap kelanjutan perusahaan, yaitu kredit macet. Agar dapat menentukan besarnya pinjaman yang diberikan, kreditur harus mengetahui kondisi keuangan debitur melalui prosedur yang telah ditetapkan untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan. Banyak pedagang otomotif yang kurang mempunyai modal dalam mengembangkan usahanya maka PT. BPR Nguter Surakarta meluncurkan produk baru yang diberi nama Kredit Proaktif. Kredit Proaktif ini merupakan progam andalan kemitraan otomotif. Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta diberikan khusus kepada pedagang otomotif yang berupa Kredit Modal Kerja. Kredit ini bertujuan untuk membina hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dengan para pedagang mobil atau otomotif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan obyektif pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak pada PT. BPR Nguter Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku bacaan di PT. BPR Nguter Surakarta. Sedangkan langkah pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dengan salah satu staff karyawan PT. BPR Nguter Surakarta. Prosedur pemberian Kredit Proaktif ini diawali dengan nasabah mengajukan permohonan kredit kepada pihak bank disertai kelengkapan data debitur dan menyerahkan BPKB sebagai jaminan lalu pihak bank melakukan analisa kredit dan melakukan survey ke debitur. Setelah pengajuan kredit disetujui, nasabah memperoleh plafond kredit sebesar tiga kali dari nilai jaminan. Jangka waktu kredit selama 6 bulan. Selanjutnya penarikan plafond dapat dilakukan dengan menyerahkan BPKB asli. Besarnya nominal pencairan kredit adalah sebesar nilai jaminan atau nilai pasar yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prosedur pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter telah sesuai dengan proses pemberian kredit pada umumnya, yaitu dari permohonan kredit oleh debitur sampai dengan pengawasan kredit/pembinaan kepada debitur. Begitu pula mengenai prinsip pemberian kredit 5C, telah diterapkan oleh PT. BPR Nguter Surakarta. Untuk itu saran yang diberikan adalah karena produk ini merupakan produk baru di BPR Nguter Surakarta maka sosialisasi dan pemasaran produk harus lebih ditingkatkan lagi. Kata kunci: proses pemberian Kredit Proaktif, PT. BPR Nguter Surakarta

18 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan suatu lembaga keuangan yaitu suatu badan usaha yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan yang membutuhkan dana (Susilo: 2000). Bank juga sebagai lembaga intermediasi yang berfungsi mempercepat pertumbuhan nasional melalui salah satu kegiatan usahanya yaitu penyaluran kredit ke masyarakat yang membutuhkan. Proporsi penyaluran kredit menentukan perannya dari besar kecilnya pendapatan operasional yang diterima bank. Proporsi penggunaan dana simpanan atau aktiva yang tidak sesuai atau seimbang akan menimbulkan kerugian pada sebuah bank. Maka dari itu dalam pengelolaan kredit harus dilakukan dengan cara sebaik-baiknya yang meliputi dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan kredit yang dilakukan secara kontinyu. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang tugas utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali. Bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan yaitu tabungan, giro dan deposito, menyalurkan dalam bentuk kredit. Agar bank dapat beroperasi dan berkembang dengan sehat, maka tabungan, giro dan deposito berjangka 1

19 harus tetap digalakkan terutama deposito sehingga dapat meningkatkan pembangunan melalui kegiatan kredit. Kegiatan penyaluran kredit disisi lain mengandung resiko yaitu tidak kembalinya dana/kredit yang sudah disalurkan tersebut karena tidak seluruh nasabah yang memperoleh kredit mampu mengembalikan kredit dengan baik dan tepat pada waktunya. Banyak juga nasabah yang sama sekali tidak mampu mengembalikan kredit. Hal seperti inilah yang akan menghambat kelancaran kegiatan operasional sebuah bank. Dampak derajat resiko kredit yang diterima bank akan mengganggu tingkat likuiditas bank tersebut. Dalam menjalankan kegiatan perbankan membutuhkan kepercayaan. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak perbankan untuk menjaga sejumlah dana yang telah disimpan di bank. Sementara pihak bank menempatkan atau menyalurkan dananya kepada debitur dengan dilandasi unsur kepercayaan. Di Indonesia ada berbagai macam lembaga keuangan, baik bank maupun non bank. Maka dari itu, lembaga-lembaga keuangan tersebut saling bersaing untuk tetap menjaga kelangsungan hidupnya. Mereka berlombalomba untuk saling mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk perluasan usaha mereka. Salah satu cara untuk menghadapi persaingan tersebut adalah dengan menciptakan produk-produk yang sekiranya bisa mengambil hati masyarakat/nasabah. 2

20 PT. BPR (Perseroan Terbatas Bank Perkreditan Rakyat) merupakan perseroan terbatas yang usahanya bergerak di bidang keuangan yang dimiliki oleh perseroan. PT. BPR Nguter Surakarta memberikan pelayanan jasa perbankan dan pemberian pinjaman kredit kepada masyarakat, terutama pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Dengan adanya pemberian kredit tersebut dapat menguntungkan semua pihak diantaranya pemerintah yaitu tercapainya salah satu tujuan pembangunan nasional dalam bentuk kesejahteraan umum. Bagi bank, akan memperbesar dan memperluas pemberian kredit khususnya kepada pedagang kecil atau pengusaha kecil-kecilan. Bagi masyarakat, dengan adanya bank tersebut akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kredit dan bisa memenuhi kebutuhan yang diinginkan secara cepat. Terutama pada PT. BPR Nguter Surakarta diharapkan dapat membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan perkreditan pada PT. BPR Nguter Surakarta ini dapat dilakukan oleh siapapun baik perseorangan maupun antar badan usaha. Namun dalam pelaksanaan kegiatan kredit tersebut terutama dalam proses pemberiannya harus melalui persyaratan-persyaratan tertentu yang menjadi hal terpenting dalam pencairan dana pinjaman. Adapun prosedur permohonan kredit di PT. BPR Nguter Surakarta sangat sederhan dan proses pencairannya cepat, persyaratan-persyaratan yang mudah dan dengan suku bunga yang relatif ringan dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Adapun 3

21 syarat-syarat penilaian pemberian kredit antara lain Charakter, Capacity, Capital, Collateral, Condition (5C). Untuk menghadapi persaingan di dunia perbankan dan untuk membantu pedagang-pedagang otomotif yang mengalami masalah dalam pendanaaan, maka PT. BPR Nguter Surakarta meluncurkan suatu produk baru yang diberi nama Kredit Proaktif, ini adalah bagian dari Kredit Modal Kerja. Kegiatan pemberian Kredit Proaktif diarahkan kepada para pedagang otomotif yang kurang mempunyai modal serta mengalami masalah dalam pendanaan. Produk ini dikhususkan untuk pedagang otomotif rumahan atau yang belum mempunyai showroom, yang kesulitan untuk mengulak barang dagangannya. Menuntut kebutuhan dari para pedagang otomotif tersebut khususnya di wilayah Karesidenan Surakarta untuk memenuhi permintaan dari masyarakat akan kebutuhannya membeli mobil untuk kepentingan pribadi maupun untuk memperlancar usahanya. Ini dibuktikan dengan adanya permintaan mobil yang semakin meningkat dari hari ke hari menurut survey terhadap masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tetarik untuk melakukan penelitian di PT. BPR Nguter Surakarta dengan judul penelitian PROSES PEMBERIAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA KEPADA PEDAGANG OTOMOTIF. 4

22 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang dibuat oleh penulis, maka dapat dirumuskan tentang pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses/prosedur pemberian Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif yang dilakukan pada PT. BPR Nguter Surakarta? 2. Apakah tujuan PT. BPR Nguter Surakarta dalam memberikan Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif? 3. Apakah proses pemberian Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif yang dilakukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta sudah sesuai dengan prinsip pemberian kredit 5C? C. TUJUAN Penelitian ini dilaksanakan bertujuan agar penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses pemberian Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif yang dilakukan PT. BPR Nguter Surakarta. 2. Untuk mengetahui tujuan PT. BPR Nguter Surakarta dalam memberikan Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif. 3. Untuk mengetahui apakah proses pemberian Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif yang dilakukan PT. BPR Nguter Surakarta dilakukan dengan benar sesuai prinsip pemberian kredit 5C. 5

23 C. MANFAAT Setiap penelitian pada prinsipnya harus berguna sebagai penunjang pengembangan ilmu pengetahuan, serta memberi manfaat dan kegunaan kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi PT. BPR Nguter Surakarta untuk dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan, sehingga PT. BPR Nguter Surakarta dapat mengambil kebijakan yang lebih baik dalam hal pengelolaan bank. 2. Bagi Penulis Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah, menerapkan dan membandingkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah kedalam dunia kerja nyata serta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan tambahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pihak Lain Bagi pembaca atau peneliti lain diharapkan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang dunia perbankan dan juga bisa dijadikan referensi dengan penelitian atau permasalahan yang serupa. D. METODE PENELITIAN Metode adalah cara kerja untuk memahami obyek sasaran yang diteliti. Metode dipilih untuk digunakan dalam rangka memperoleh suatu 6

24 data yang akurat dan relevan, untuk dapat dianalisa serta disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan diadakan penelitian tersebut. Dalam memperoleh data yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian pada PT. BPR Nguter Surakarta, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang sedang diteliti dengan cara menggambarkan dan melukiskan keadaan obyektif pada saat sekarang berdasarkan fakta-faktayang tampak dan sebagaimana adanya. Penggunaan penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara lengkap bagaimana prosedur pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta kepada pedagang otomotif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu berusaha untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti dalam praktek di lapangan dengan membandingkannya dengan peraturan yang berlaku. 2. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan obyek yang menjadi sasaran penelitian. Penelitian Tugas Akhir ini mengambil obyek pada PT. BPR Nguter Surakarta, dan obyek yang menjadi pokok pembicaraan penelitian adalah: 7

25 a. Prosedur pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta. b. Tujuan pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta. c. Proses pemberian Kredit Proaktif kepada pedagang mobil yang dilakukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta sudah sesuai dengan prinsip pemberian kredit 5C. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi pada PT. BPR Nguter Surakarta. Jl. Honggowongso No. 69 Surakarta. 4. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber utama yaitu pada PT. BPR Nguter Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, studi dokumenter dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 5. Sumber Data a. Sumber data primer Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan dalam hal ini meliputi pimpinan, direksi dan karyawan PT. BPR Nguter Surakarta. 8

26 b. Sumber data sekunder Data sekunder merupakan sumber data yang mendukung data primer dan dibedakan menjadi : 1) Bahan hukum primer meliputi peraturan-peraturan dan dokumen resmi dari PT. BPR Nguter Surakarta. 2) Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah dan hasilhasil penelitian sebelumnya. Data yang diperoleh untuk mendukung penelitian ini diantaranya sebagai berikut : a. Sejarah PT. BPR Nguter Surakarta b. Struktur organisasi PT. BPR Nguter Surakarta c. Data nasabah Kredit Proaktif 6. Teknik Pengumpulan Data a. Studi lapangan Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan penelitian langsung pada lokasi perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, dengan cara sebagai berikut: 1) Observasi Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek atau lokasi penelitian yang berhubungan dengan topik pembahasan penelitian. 9

27 2) Wawancara Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dengan karyawan PT. BPR Nguter Surakarta tentang halhal yang berhubungan bidang yang diteliti dalam tugas akhir ini. b. Studi Kepustakaan Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca buku, dokumen-dokumen serta referensi lainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 7. Teknik analisis dan model analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh bukan berupa angka namun merupakan informasi yang tidak mementingkan banyak data tetapi detail dan rincinya data. Analisis data kualitatif adalah suatu cara analisis yang menghasilkan data deskripsi analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Adapun model analisis yang digunakan adalah model analisis data interaktif. Model analisis ini merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti memulai penelitian dari pengumpulan data, selanjutnya reduksi data (pemilihan/penyederhanaan data), penyajian data (penyusunan informasi) dan penarikan kesimpulan. 10

28 8. Teknik Pembahasan Model pembahasan penelitian ini penulis menggunakan tehnik pembahasan deskriptif. Tehnik pembahasan ini untuk membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu objek yang diteliti yaitu menggambarkan tentang prosedur pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta kepada pedagang otomotif. Berdasarkan ini penulis ingin menguraikan bagaimanakah prosedur pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta kepada pedagang otomotif, sehingga penelitian akan lebih akurat dan sistematis dalam memberikan informasi. 11

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur/Proses Menurut Thomas Suyatno, dkk dalam bukunya Dasar-Dasar Perkreditan, prosedur kredit adalah sebagai berikut: 1. Prosedur Permohonan Kredit a. Permohonan baru untuk mendapatkan jenis fasilitas kredit. b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan. c. Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya. d. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan atau pengunduran jadwal dan sebagainya. 2. Prosedur Penyidikan dan Analisis Kredit Prosedur Penyidikan dan Analisis Kredit sebagai berikut: a. Wawancara dengan pemohon kredit. b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah baik intern maupun ekstern. c. Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan oleh nasabah dan informasi lain yang diperoleh. 12

30 d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan. Prosedur Analisis Kredit sebagai berikut: a. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan, penguraiaan dari segala aspek baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat atau tidaknya suatu permohonan kredit dipertimbangkan. b. Menyusun laporan analisis yang diperlukan yang berisi penguraiaan dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dan permohonan kredit nasabah. 3. Keputusan Atas Permohonan Kredit Setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan menolak, menyetujui dan atau mengusulkan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. 4. Penolakan Permohonan Kredit Penolakan ini ditujukan untuk permohonan kredit yang secara teknis oleh bank dianggap tidak memenuhi persyaratan kredit. 5. Persetujuan Permohonan Kredit Persetujuan permohonan kredit adalah keputusan untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. 13

31 6. Realisasi Kredit Setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh pihak bank yang berupa pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman. 7. Pelunasan Kredit Dipenuhinya semua kewajiban hutang nasabah kepada bank yang mengakibatkan terhapusnya ikatan perjanjian kredit. B. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Banku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secra resmi dan popular menjadi Bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Definisi bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pokok-pokok perbankan: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2. Fungsi Bank Bank mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 3 14

32 tentang Perbankan bahwa fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini penulis menguraikan lebih lanjut tentang fungsi-fungsi bank secara spesifik yaitu: a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. b. Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi 15

33 tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. c. Agent of Services Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesain tagihan. 3. Jenis - Jenis Bank Berdasarkan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, jenis-jenis bank dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, kepemilikannya, bentuk hukumnya, kegiatan usahanya dan sistem pembayaran jasanya, sedangkan dilihat dari segi jenisnya, jenis-jenis bank adalah: a. Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 16

34 b. Bank Perkreditan Rakyat Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 4. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) a. BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. b. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Perkreditan Desa, Bank Pegawai, Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (BKPD), dan/atau lembagalembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. c. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembagalembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tatacara pemberian status lembagalembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 17

35 5. Asas BPR Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli). 6. Tujuan BPR Tujuan utama dari BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 7. Sasaran BPR Melayani kebutuhan petani, peternakan, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (renternir dan pengijon). 8. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank Umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum. 18

36 Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendiri BPR itu sendiri. Menurut Kasmir (2005) dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut: a. Menghimpun dana hanya dalam bentuk: 1) Simpanan Tabungan 2) Simpanan Deposito b. Menyalurkan dana dalam bentuk: 1) Kredit Investasi 2) Kredit Modal Kerja 3) Kredit Perdagangan Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Menerima Simpanan Giro b. Mengikuti Kliring c. Melakukan Kegiatan Valuta Asing d. Melakukan Kegiatan Perasuransian C. Kredit 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang mempunyai arti kepercayaan atau bahasa lainnya creditium yang 19

37 mempunyai arti kepercayaan akan kebenaran. Dasar dari kredit adalah kepercayaan. Pengertian kredit ini kemudian berkembang dalam kehidupan sehari-hari dengan definisi yang lebih luas dan agak lain dari kata asalnya. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan (Teguh Pudjo Mulyono: 1987). Dari perumusan di atas ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik tentang pengertian kredit, yaitu: a. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan. 20

38 b. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing. c. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. 2. Unsur - Unsur Kredit Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak (Thomas Suyatno dkk, 1995). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam kredit adalah: a. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Waktu Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang 21

39 akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan dating. c. Degree of Risk Yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. d. Prestasi Prestasi adalah objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini lebih banyak kita jumpai dengan uang. 3. Tujuan dan Fungsi Kredit Menurut Kasmir (2000) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain: a. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank 22

40 sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. b. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja untuk dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangun diberbagai sektor. Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit mengandung suatu fungsi secara luas. Fungsi kredit secara luas antara lain: 1. Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. 2. Untuk Meningkatkan Peredaran dan Lalu lintas Uang. Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang. 23

41 Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk megolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan Peredaran Barang. Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi. Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. 6. Untuk Meningkatkan Gairah Usaha Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan. 7. Untuk Meningkatkan Pemerataan. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam meningkatkan pendapatan. 8. Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan hubungan yang saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan 24

42 meningkatkan kerjasama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia. 4. Jenis - Jenis Kredit Jenis kredit dibedakan menurut kegunaan, tujuan, jangka waktu, jaminan, dan sektor usaha (Kasmir: 2002) adalah sebagai berikut: a. Sudut Kegunaan, kredit dibedakan atas : 1) Kredit Investasi Merupakan kredit jangka panjang yang digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik atau untuk keperluan rehabilitas (misalnya: membeli mesin, membangun gedung, dsb). 2) Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya (misalnya: membeli bahan baku atau bahan pembantu, membayar gaji, dsb). 3) Kredit Rekening Koran (KRK). Merupakan kredit modal kerja yang bersifat revolving jangka pendek dimana penarikan dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank menggunakan Cek/Bilyet Giro. a) Spesifikasi: i. Bersifat revolving. ii. Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap saat. 25

43 iii. Penarikan kredit dilakukan dengan warkat (Cek/BG, warkat pemindahbukuan lainnya). iv. Perhitungan bunga secara efektif yang dihitung dari saldo debet harian. v. Bunga kredit dapat berubah setiap saat (floating). vi. Dapat diberikan dalam mata uang rupiah dan valuta asing. vii. Berjangka waktu pendek (maksimum 1 tahun), namun dapat diperpanjang setelah jatuh tempo. b) Manfaat i. Untuk menambah modal kerja usaha. ii. Dana yang sudah disetor ke rekening dapat ditarik kembali selama jangka waktu kredit belum jatuh tempo. iii. Dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo. iv. Angsuran pokok tidak dibayar tiap bulan melainkan pada saat jatuh tempo kredit. c) Syarat dan Tata Cara Penggunaan Produk i. Pemohon mempunyai usaha produktif dan mempunyai kinerja usaha yang baik. ii. Pemohon kredit wajib menyediakan jaminan kredit. iii. Mempunyai rekening giro di bank. iv. Wajib menyerahkan laporan keuangan. v. Mempunyai ijin usaha. 26

44 vi. Mengajukan permohonan kredit modal kerja dan melengkapi persyaratan kredit. vii. Penarikan dengan menggunakan cek dan atau bilyet giro. d) Biaya-Biaya i. Biaya propisi, biaya administrasi, dan biaya materai. ii. Biaya notaris dan pengikatan jaminan. iii. Biaya asuransi kebakaran untuk agunan berupa bangunan. iv. Asuransi jaminan kendaraan. e) Perhitungan Bunga i. Angsuran pokok sekaligus pada saat jatuh tempo. ii. Bunga dibayar sesuai penggunaan kredit atau saldo yang digunakan. iii. Suku bunga mengambang. iv. Informasi Tambahan Jangka waktu produk maksimal 36 bulan atau 3 tahun. b. Sudut Tujuannya, kredit dibedakan atas: 1) Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk kepentingan usaha atau produksi dan investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. 2) Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang yang habis dipakai, baik yang tidak tahan lama maupun yang tahan lama. 27

45 c. Sudut Jangka Waktu, kredit dibedakan atas: 1) Kredit Jangka Pendek Kredit yang jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. 2) Kredit Jangka Menengah Kredit yang jangka waktunya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun, biasanya digunakan sebagai investasi. 3) Kredit Jangka Panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang karena jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun. d. Sudut Jaminan, kredit dibedakan atas: a) Kredit dengan jaminan Yaitu kredit yang menggunakan jaminan harta tetap (tanah, rumah, gedung, dll), ataupun yang tidak tetap (sepeda motor, mobil, emas, mesin, barang dagangan, surat-surat berharga). b) Kredit tanpa jaminan atau agunan yang disebut kredit kelayakan usaha. Penyerahan persediaan barang sebagai agunan dilakukan dengan asas kepercayaan, sehingga barang itu sendiri tetap berada dalam perusahan. e. Sudut Sektor Usaha, kredit dibedakan atas: a) Kredit pertanian, perkebunan, industri, perdagangan, pariwisata, pedidikan (pembangunan prasarana gedung, kamar mandi). b) Kredit profesi (guru, dosen, pengacara, dokter). 28

46 c) Kredit perumahan, dll 5. Manfaat Perkreditan Ada berbagai pihak yang berkepentingan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap fasilitas perkreditan yang dipasarkan oleh bank-bank komersil. Berikut beberapa pihak yang mendapatkan manfaat dari fasilitas perkreditan menurut Muljono (1990): a. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Debitur 1) Relatif mudah diperoleh. 2) Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit). 3) Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, administrasi expense) dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa yang akan datang. 4) Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran modal (dana) hingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk kebutuhan modal perusahaan yang bersangkutan. 5) Dengan memperoleh kredit dari bank, debitur sekaligus juga akan memperoleh berbagai manfaat yang lain yaitu: a) Fasilitas perbankan yang lebih murah dalam transfer, kliring, pembukaan L/C impor, bank garansi dan lain-lain. 29

47 b) Bank juga menyediakan fasilitas-fasilitas konsultasi pasar, manajemen, keuangan, teknis, yuridis (dengan gratis) kepada para debiturnya. c) Rahasia terlindungi karena adanya ketentuan mengenai rahasia bank dalam Undang-Undang Pokok Perbankan. d) Dengan fasilitas kredit memungkinkan para debitur untuk memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa. e) Lembaga perkreditan yang dimiliki perbankan telah mempunyai ketentuan-ketentuan yuridis yang jelas sehingga memperkecil kemungkinan-kemungkinan suatu risiko sengketa dikemudian hari antara nasabah dengan bank sebagai penyedia dana. f) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi perusahaan debitur, untuk kredit investasi dapat disesuaikan dengan rencana pelunasan yang sesuai dengan kapasitas perusahaan yang bersangkutan, untuk kredit modal kerja dapat diperpanjang berulang-berulang dan lain-lain. b. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Perbankan 1) Memperolah pendapatan bunga kredit. 2) Untuk menjaga solvabilitas usahanya. 3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain. 30

48 4) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. 5) Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam industri perbankan. 6) Dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk mendidik stafnya untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri lain secara mendetail. c. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Sudut Kepentingan Pemerintah. 1) Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi, baik secara umum maupun untuk pertumbuhan sektor- sektor ekonomi tertentu. 2) Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter. 3) Sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha/kegiatan. 4) Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. 5) Sumber pendapatan negara. 6) Penciptaan pasar. d. Manfaat Perkreditan Ditinjau dari Kepentingan Masyarakat Luas 1) Dengan kelancaran dari proses perkreditan, diharapakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan usaha baru, sehingga dapat meningkatakan pendapatan di masyarakat. 31

49 2) Pemberian kredit juga dapat bermanfaat bagi golongan professional, seperti konsultan, akuntan dan lainnya, karena mereka terlibat di dalamnya. 3) Para pemilik dana yang disimpan di bank berharap agar uangnya dapat kembali diterima dengan utuh beserta bunganya, sehingga kelancaran perkreditan menjadi jaminan dalam pengembalian dana yang disimpan. 4) Bagi masyarakat pengusaha akan sangat membutuhkan factorfaktor produksi dengan cara yang mudah, cepat, dan biaya yang relatif murah. 5) Bagi para pelaku pasar modal, maka kebijakan suku bunga sangat bermanfaat dalam menyusun kegiatannya. 6) Bagi para supplier bahan-bahan baku atau barang jadi para relasi akan merasa terjamin pembayarannya, karena bank menyediakan non cash loan yang berupa Bank Garansi atau Letter of Credit. 7) Dengan semakin banyaknya proyek dan perusahaan yang dibuka karena memperoleh fasilitas kredit maka sudah tentu akan menyerap tenaga kerja baru. 6. Prinsip - Prinsip Pemberian Kredit Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara benar dan sehat bank menyelidikinya melalui analisa kredit pada calon debitur dengan mengemukakan persyaratan-persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu: 32

50 a. Character Yaitu sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada bank, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. b. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. c. Capital Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. d. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 33

51 e. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masingmasing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. Berdasarkan penjelasan di atas, maksud dari prinsip dalam penilaian permohonan kredit adalah untuk meletakakan kepercayaan dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari seperti kegagalan usaha debitur dan kemacetan total kreditnya, sehingga baik pihak bank maupun para nasabah dalam melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak merugikan kepada salah satu pihak. 7. Proses Pemberian Kredit Proses pemberian kredit merupakan suatu cara untuk mengatur tahapan atau langkah-langkah dalam mandapatkan data-data dari calon debitur yang diperlukan dalam pemberian fasilitas kredit. Sebelum menerima pengajuan kredit dari debitur, para kreditur harus berusaha mengumpulkan data debitur, baik melalui data langsung dari debitur sendiri maupun yang diperoleh melalui wawancara dengan berbagai pihak, dan investigasi terhadap aspek-aspek penunjang lainnya. 34

52 Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan analisis kredit menurut Muljono (1990) adalah: a. Pemilihan pendekatan (approach) yang akan dipakai dalam melakukan analisa kredit itu sendiri. 1) Pendekatan yang pertama yaitu pendekatan jaminan (collateral approach). Pendekatan ini akan dilakukan sebagai dasar dalam menganalisa kredit yaitu kredit akan diberikan apabila calon debitur mempunyai jaminan memadai baik ditinjau dari nilai ekonomi ataupun dari uang (kredit) yang akan dilepaskan oleh pihak bank kepada calon debiturnya. 2) Pendekatan yang kedua adalah pendekatan karakter (character approach). Pendekatan ini merupakan proses pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan terhadap reputasi karakter bisnis dari calon debiturnya. Pendekatan ini akan sangat tepat dilakukan oleh pihak bank apabila bank yang bersangkutan telah mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon debiturnya. 3) Bentuk pendekatan yang ketiga yaitu, mendasarkan diri dari kemampuan pelunasan atas kredit yang diberikan (repayment approach). Pada pendekatan ini penilaian kemampuan pelunasan tersebut tidak terbatas pada sumber-sumber dana yang diciptakan oleh kegiatan usaha nasabahnya untuk melunasi kreditnya. Tetapi dapat juga sumber dana untuk pelunasan kredit diambil dari sumber dana dari pihak ketiga lainnya atau dari likuiditas barang- 35

53 barang jaminan yang disahkan oleh pihak nasabah. Pendekatan ini dapat menekan adanya kredit tidak tertagih, karena pihak bank telah benar-benar memperhitungkan kemampuan pelunasan para calon debiturnya. 4) Pendekatan yang keempat, yaitu atas dasar tingkat keterlaksanaan proyek usaha calon debitur (feasibility approach). Pada pendekatan ini pemberian kedit didasarkan pada sejauh mana proyek usaha calon debitur tersebut dapat melunasi semua kewajiban-kewajibannya dengan sumber-sumber dana yang dapat dihimpun oleh suatu usaha yang akan dilaksanakannya. 5) Pendekatan selanjutnya yaitu pemberian kredit sebagai bank pembangunan (development approach). Pemberian kredit yang mendasarkan diri sebagai bank pembangunan telah meletakkan fungsi bank sebagai agen of Development dari suatu sistem perekonomian. Dalam pendekatan ini para analis mempunyai tugas yang berat karena tidak hanya bertugas untuk menilai fisibilitas suatu proyek saja tapi juga harus memperhitungkan fungsinya dalam pembangunan sistem perekonomian yang telah digariskan oleh penguasa moneter. b. Tahapan kedua dari proses analisa kredit yaitu dalam pengumpulan informasi yang diperlukan, yaitu setelah pendekatan yang akan digunakan dalam analisa itu dapat dirumuskan, maka analis segera harus mendapatkan teknik-teknik analisa yang akan dipakai maupun 36

54 sarana-sarana lain yang diperlukan serta action program yang lainnya. Penetapan titik krisis dari proyek yang akan dibiayai dengan kredit. Proses analisa harus dimulai dari titik kritis dari proyek yang akan dibiayai dengan kredit. Titik kritis (critical point) akan dapat diketahui dari faktor produksi yang paling menentukan terhadap keberhasilan proyek yang bersangkutan. Setelah titik kritis ini dapat diketahui maka baru dilanjutkan dengan analisa-analisa lainnya yang paling relevan dengan faktor produksi yang dianggap sebagai titik kritis tersebut. Sudah tentu dalam menentukan critical point dari proyek rencana usaha, seorang analisa kredit harus mempunyai wawasan bisnis yang luas, serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang seluk-beluk usaha yang dianalisisnya. 8. Penggolongan Kredit Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/12/BPP/1991 Tahun 1991 tentang penggolongan kolektibitas aktiva produktif, dan pembentukan cadangan atas aktiva. Dari sudut kolektibitas yaitu keadaan pembayaran pokok dan pembayaran bunga kredit oleh nasabah, maka kredit yang diberikan oleh bank dapat digolongkan ke beberapa keadaan yaitu: a. Lancar berarti tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga atau nasabah membayar tepat waktu. 37

55 b. Kurang lancar berarti ada kelambatan sebentar dalam pembayaran angsuran pokok dan bunga, tetapi debitur masih membayar dan dapat ditolerir. c. Diragukan berarti selalu terlambat cukup lama dalam pembayaran angsuran pokok dan bunga, tetapi debitur masih membayar dan sulit ditolerir. d. Macet berarti menunggak dan tidak lagi membayar angsuran dan bunga. Kolektibilitas adalah ketertiban pembayaran bunga oleh nasabah. Menurut Muchdarsyah Sinungan (1993) pengelompokan kredit berdasarkan keadaan dan kelancarannya sangat perlu untuk dilakukan demi kelancaran tugas-tugas pengamanan fasilitas-fasilitas yang telah diberikan kepada para nasabah. Bentuk tabel dibawah ini adalah kriteria pengelompokan kredit berdasarkan kelancaran atau keadaan. 38

56 Tabel 2.1 No. Tabel Pengelompokan Kredit Berdasarkan Kelancaran Kole k t i b i l i t a s Lanc a r Kura n g l a n c a r Dira g u k a n Jangka Wa ktu 1 bulan <1 bulan 1-3 bulan <3 bulan Kelancaran Pengembalian 4 bulan / <6 bulan lebih Tanpa Sebelum jatuh tempo angs uran <1 bulan >1 bulan<3 bulan 4 bulan/ >3 bulan<6 bulan lebih <3 bulan Tanpa angsuran pokok 75% (sald o kred it +bu nga) Agunan mini mal 100 % Tidak termasuk lancar dan kurang lancar Masih dapat diselamatkan Kredit tidak dapat diselamatkan 39

57 Mac e t >21 dari kew ajiba n debit ur Prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat menurut (Agus Basuki: 2007) a. Keputusan kredit hendaknya didasarkan pada pertimbangan dan analisis yang matang (tidak dibuat tergesa-gesa). b. Bank tidak boleh memberikan kredit kepada calon debitur yang tidak diketahui/dipahami secara benar. c. Risiko pemberian kredit harus dapat diukur secara tepat, berdasarkan informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya. d. Pemberian kredit yang berisiko tinggi hanya diberikan pada perusahaan yang memiliki prestasi yang baik. Tidak termasuk kriteria lancar, kurang lancar, diragukan. Belum ada pelunasan/ penyelamatan bula n seja k kred it dibe rika n Penyelesaian kredit diserahkan ke pengadilan negeri, Badan Urusan Negara, dan perusahaan asuransi kredit. (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, 2011) 40

58 e. Setiap kredit sebaiknya mempunyai dua sumber pembayaran yang terpisah yaitu dari hasil operasional/usaha debitur dan dari sumber lainnya. f. Kredit yang dijamin dengan jaminan (agunan) cukup tinggi, tidak selalu berarti baik. g. Apabila kredit dijamin dengan garansi (personal garante) maka orang yang memberikan garansi harus diperlakukan sama dengan calon debitur. h. Pejabat tidak boleh merasa sangsi terhadap karakter calon nasabahnya (selektif). i. Pejabat kredit harus lebih waspada terhadap nasabah yang pindah dari bank lain. j. Persyaratan kredit harus lebih realistis. k. Jumlah kredit yang diberikan pada suatu nasabah, tidak boleh melebihi kebutuhannya. Sinungan (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan kebijakan kredit yaitu: a. Bagaimana keadaan keuangan bank saat ini, dapat dilihat dari keadaan bank antara lain jumlah deposito, tabungan, giro dan jumlah kredit. b. Pengalaman bank beberapa tahun tertentu yang berhubungan dengan dana dan kredit antara lain jumlah dan kelancaran kredit. c. Keadaan perekonomian dimasa yang akan datang. 41

59 d. Keadaan perekoomian dan pengalaman organisasi perkreditan bank serta hubungannya dengan bank-bank lain yang sejenis. Menurut Susilo (2000) sebelum kredit disalurkan bank perlu mengetahui tentang kemampuan dan kemauan nasabah untuk mengembalikan dana meliputi: a. Perijinan dan legalitas yaitu izin mendirikan bangunan, sertifikat tanah, tanda daftar perusahaan. b. Karakter yaitu mencakup profesi, penampilan, lingkungan sosial, pengalaman dan perilaku. c. Pengalaman dan manajemen yaitu menyangkut faktor-faktor yang mendukung kelancaran usaha nasabah. d. Pemasaran, jika nasabah tidak berhasil menjual produk, nasabah akan kesulitan unuk memenuhi kewajibannya. e. Sosial, bank harus berhati-hati jika dampak yang dihasilkan oleh kegiatan nasabah tidak disukai masyarakat. f. Keuangan, apakah mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada bank. g. Agunan, jaminan kredit. 9. Resiko Kredit 42

60 Dengan dilaksanakannya pemberian kredit, tidak terlepas dari terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada nasabah sehingga perlu melakukan seleksi kepada nasabah. Dalam pemberian kredit, pihak kreditur memberikan prestasi berupa uang, barang dan jasa kepada debitur sesuai persetujuan yang telah disepakati. Maka sebelum memberikan kredit, bank perlu melakukan hal-hal: a. Penilaian pendahuluan atas diri pemohon. b. Mengadakan wawancara dengan pemohon. c. Pemeriksaan ke tempat usaha pemohon. d. Meminta informasi tentang pemohon dari bank lain. e. Penilaian atas permohonan nasabah Sedangkan penilaian kredit dengan THE FIVE C S OF CREDIT ANALYSIS (penjelasan pasal 8 (1) UU No. 7/1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/1998) adalah sebagai berikut: a. Character adalah kepribadian dan moral calon debitur yang selalu harus diteliti secara seksama, terutama dalam menghadapi calon debitur yang baru. b. Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam mengendalikan dan mengembangkan usahanya, serta kesanggupannya dalam menggunakan kredit yang akan diterima. 43

61 c. Capital adalah modal yang dimiliki debitur pada waktu permohonan kredit yang diajukan. d. Collateral adalah agunan atau jaminan tambahan berupa benda atau orang (personal guarrante) yang dapat diberikan oleh calon debitur. e. Condition adalah keadaan ekonomi pada umumnya (nasional dan internasional) dan keadaan ekonomi dari calon debitur yang kedudukan usahanya sehubungan dengan pemasaran hasil produksi di dalam maupun diluar negeri. Perjanjian kredit menurut hukum perdata Indonesia adalah salah satu bentuk perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam KUH perdata pasal 1754 s.d Dalam praktek bentuk dan materi perjanjian kredit antar satu bank dengan bank lainnya tidak sama sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai perjanjian pokok yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian, sebagai alat bukti mengenai batasan hak dan kewajiban kreditur dan debitur dan sebagai alat monitoring kredit. Selain dari itu bank juga memerlukan penilaian jaminan. Tujuan penilaian jaminan yaitu: a. Untuk mengetahui secara pasti bahwa barang yang dijaminkan ada dan layak dijadikan jaminan. b. Untuk mengetahui secara pasti letak dan kondisi barang yang akan diterima sebagai jaminan. 44

62 c. Untuk mengetahui nilai barang sehubungan dengan syarat-syarat pinjaman. d. Untuk mengetahui apakah barang tersebut mudah dijual dengan harga yang tidak merugikan bank pada saat likuidasi jaminan. Proses penilaian (penelitian dokumen dan persyaratan jaminan/kondisi barang) adalah: a. Tanah (memiliki sertifikat tanah, advice planning sesuai ketentuan, sertifikat tanah belum jatuh tempo, memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian, perhatikan usia pemilik). b. Bangunan (memiliki IMB, perhatikan usia bangunan). c. Mesin-mesin (dapat dibuktikan milik debitur/penjamin, terletak diatas tanah milik yang dijaminkan, teliti dokumen mesin yang ada, digunakan untuk kepentingan usaha debitur). d. Kendaraan bermotor (memiliki BPKB, milik debitur/penjamin, dalam kondisi baik, usia kendaraan). e. Inventory (dapat dibuktikan milik debitur, highly marketable, not perishable, insurable). f. Deposito (bilyet atau sertifikat deposito, jatuh tempo pinjaman, sertrifikat deposito ditahan bank). Pencairan kredit hanya dapat dilakukan apabila seluruh syaratsyarat yang ditetapkan dalam persetujuan dan pencairan kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit. Oleh karena itu sebelumnya bank harus memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit 45

63 telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi bank. Prinsip-prinsip pengawasan kredit yaitu: a. Harus diawali dengan upaya-upaya yang bersifat pencegahan sedini mungkin dan terjadinya hal-hal yang merugikan bank. b. Meliputi pengawasan sehari-hari oleh manajemen bank/pengawasan melekat. c. Meliputi audit intern terhadap semua aspek perkreditan. Dalam setiap pemberian kredit bank perlu melakukan pengawasan kredit terlebih dahulu sebelum dana kredit dicairkan dan diberikan kepada debitur. Fungsi pengawasan kredit yaitu: a. Apakah pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian kredit dan ketentuan intern yang berlaku. b. Apakah pemberian kredit telah memenuhi ketentuan perbankan yang berlaku. c. Memantau perkembangan kegiatan debitur, termasuk pemantauan melalui kegiatan kunjungan kepada debitur. d. Apakah penilaian kolektibilitas kredit telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. e. Mengawasi secara khusus kebenaran pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur besar tertentu. f. Memantau apakah pengadministrasian kredit telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. 46

64 g. Memantau kecukupan jumlah penyisihan penghapusan kredit. Setelah kredit diberikan, pihak bank perlu melakukan pengawasan kredit, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kredit bermasalah yang akan merugikan bank itu sendiri. Adapun sistem pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank ada tiga yaitu: a. Sistem pengawasan kredit 1) Internal control of credit adalah sistem pengawasan kredit yang dilakukan oleh karyawan bank bersangkutan. Cakupannya meliputi pencegahan dan penyelesaian kredit macet. 2) Audit control of credit adalah sistem pengendalian atau penilaian masalah yang berkaitan dengan pembukuan kredit. Jadi pengendalian atas masalah khusus (kebenaran pembukuan kredit bank). 3) External control of credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan pihak luar, baik oleh bank Indonesia maupun akuntan publik. b. Tujuan Pengawasan Kredit 1) Preventif control merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan mencegah terjadinya kemungkinan penyimpangan kredit. 2) Represif control merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan kredit dengan tujuan mengatasi penyimpangan yang terjadi. 47

65 Setiap bank pasti mengalami masalah kredit macet walaupun telah melakukan pengawasan yang ketat dalam prosedur pemberian kredit kepada debitur. Oleh karena itu untuk menekan seminimal mungkin maka diperlukan penanganan kredit macet yang tepat. Secara operasional penanganan penyelamatan kredit macet dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu: a. Penjadwalan kembali (rechedulling) yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang baik meliputi perubahan besarnya angsuran atau tidak. b. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi equity perusahaan. c. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan syarat-syarat kredit menyangkut: penanaman atau penambahan dana bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan. d. Liquidation Likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaaan likuidasi dilakukan terhadap 48

66 kategori kredit yang menurut bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi meliputi: 1) Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur bersangkutan, harga minimumnya ditetapkan bank dan pembayarannya tetap dikuasai bank. 2) Penjualan agunan dilakukan melalui lelang dan hasil penjualannya diterima oleh bank untuk membayar pinjaman. 3) Bagi bank negara diselesaikan BUPN dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah. 4) Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitur. 5) Agunan dibeli bank untuk dijadikan aset bank. D. Perjanjian Kredit dan Pengikatan Agunan 1. Pengertian Perjanjian Kredit Salah satu dasar bagi bank mengenai keharusan adanya suatu perjanjian dalam pemberian kredit diatur dalam pasal 1 ayat (12) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, dimana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain. 49

67 Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan tersebut timbulah suatu hubungan hukum yang dinamakan perjanjian, dan dari perjanjian itu melahirkan perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang (pihak) atau lebih berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenu`hi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedang pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu dinamakan debitur atau si berhutang. Apa yang menjadi hak kreditur adalah kewajiban debitur, sedangkan kewajiban kreditur adalah hak debitur (Subekti: 1979). Fungsi perjanjian kredit adalah sebagai berikut: a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian-perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya. b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasanbatasan hak dan kewajiban antara kreditur dan debitur. c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. 2. Syarat- Syarat Sahnya Perjanjian Menurut Eret Hartanto selaku Notaris/PPAT kota Surakarta syarat sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 (empat) unsur seperti yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya. 50

68 b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. c. Suatu hal tertentu. d. Suatu sebab yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyeknya atau pihak-pihak dalam perjanjian sehingga disebut syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai obyek suatu perjanjian. Jika syarat obyektif tidak terpenuhi, perjanjian itu batal demi hukum. Artinya tidak pernah dilahirkan suatu perikatan hukum (gagal). Dengan demikian tidak ada dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Sedangkan dalam hal syarat subyektif tidak terpenuhi, perjanjian bukan batal demi hukum melainkan salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta pembatalan perjanjian itu. Syarat sahnya perjanjian berkaitan erat dengan asas-asas perjanjian antara lain sebagai berikut: a. Asas Konsensualitas Asas konsessualitas diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu suatu perjanjian akan berlaku sebagai Undang-Undang para pihak yang membuatnya. b. Asas Kebebasan Berkontak Yang dimaksud dengan kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan seluas-luasnya yang oleh Undang-Undang diberikan pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan 51

69 ketertiban umum. Penegasan asas ini terdapat pada pasal 1338 KUH Perdata. 3. Penyusunan Dokumen/Akta Perjanjian Kredit Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dalam perjanjian kredit pada hakekatnya ditentukan dengan dituangkan dalam perjanjian tertulis yaitu dalam suatu akta. Untuk dapat dikatakan suatu akta, perjanjian kredit tersebut harus ditandatangani oleh para pihak, memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak dan kewajiban atas peringatan, diperuntukkan untuk alat bukti (Eret Hartanto selaku Notaris/PPAT Kota Surakarta). a. Bentuk-Bentuk Perjanjian Kredit yaitu sebagai berikut: 1) Perjanjian Kredit di Bawah Tangan Adalah perjanjian pemberian kredit yang hanya dibuat antara debitur dan kreditur tanpa Notaris. Mengenai akta perjanjian kredit di bawah tangan ada beberapa kelemahan yang perlu diketahui oleh aparat perkreditan bank, yaitu: a) Bila ternyata dikemudian hari terjadi masalah sampai melalui proses pengadilan, maka debitur dapat menyangkal tanda tangan atau isinya. Sehingga akan berakibat mentahnya kekuatan hukum perjanjian kredit. b) Bahwa oleh karena perjanjian ini dibuat hanya oleh para pihak, dimana formulirnya telah disediakan oleh bank, maka bukan 52

70 tidak mungkin terdapat kekurangan data-data yang seharusnya dilengkapi untuk pengikatan kredit. c) Bahwa apabila akta perjanjian kredit tersebut hilang, bank tidak memiliki arsip mengenai perjanjian tersebut sebagai alat bukti. 2) Perjanjian Kredit Notariil (Akta Otentik) Adalah perjanjian kredit antara debitur dan kreditur yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, mengenai definisi akta notariil (akta otentik) dapat dilihat pada pasal 1338 KUH Perdata. Mengenai akta perjanjian kredit notariil ini ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh aparat perkreditan bank yaitu kekuatan pembuktian suatu akta otentik ada 3 (tiga) yaitu: a) Membuktikan antara para pihak bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tadi. b) Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan bahwa sunguh-sungguh peristiwa yang disebutkan telah terjadi. c) Membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi juga terhadap pihak ketiga. b. Cara Menyusun Perjanjian Kredit yaitu: Dalam membuat suatu perjanjian kredit harus memuat 4 (empat) bagian pokok sebagai berikut: 1) Judul Perjanjian Disebut juga kepala akta yaitu mengenai nama suatu perjanjian tersebut yang mencerminkan akan isi dan maksud dari 53

71 perjanjian tersebut. Dengan membaca judul suatu perjanjian diharap pembaca telah mengetahui gambaran atau tujuan dari perjanjian tersebut. 2) Komparisi Adalah bagian kedua setelah judul perjanjian yaitu menjelaskan para pihak dalam perjanjian tersebut. Komparisi harus menjelaskan identitas para pihak dan kedudukan masing-masing pihak tersebut bertindak dalam suatu perjanjian. 3) Isi Perjanjian Pada saat ini isi perjanjian kredit masih berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainya, namun pada dasarnya suatu perjanjian harus memuat 6 (enam) syarat minimal yaitu: a) Jumlah hutang b) Besarnya bunga c) Waktu pelunasan d) Cara-cara pembayaran e) Klausula opeisbaarheid (misalnya: debitur pailit) f) Barang jaminan 4) Penutup Merupakan bagian akhir akta yang biasanya memuat hal-hal sebagai berikut: a) Pilihan domisili hukum para pihak. 54

72 b) Tempat dan tanggal perjanjian ditandatangani jika itu akta di bawah tangan. c) Tanggal mulai berlakunya perjanjian. 4. Sifat-Sifat Jaminan dan Perjanjian Jaminan Pengertian jaminan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tidak disebutkan secara tegas mengenai kewajiban atau keharusan tersedianya jaminan atas kredit yang dimohonkan oleh 40 calon debitur. Seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan sebelumnya masalah jaminan tersebut yaitu diatur dalam: a. Bunyi pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967: Bank Umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapa pun juga. b. Bunyi pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Jenis-jenis jaminan pada dasarnya terdiri dari jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Pengertian jaminan tersebut adalah: a. Jaminan perorangan adalah timbul dari perjanjian antara kreditur (bank) dan pihak ketiga. Pihak ketiga dalam hal ini bertindak sebagai 55

73 penjamin dalam pemenuhan kewajiban debitur untuk memenuhi kewajiban debitur. Perjanjian perorangan merupakan hak relatif, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu yang terkait dalam perjanjian. b. Jaminan kebendaan adalah merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda tertentu yang menjadi obyek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila ingkar janji. Menurut sifatnya, jaminan kebendaan terbagi dua, yaitu jaminan benda tidak bergerak (tanah) dan jaminan benda bergerak, baik berwujud seperti mobil, sepeda motor dan lain-lain serta tidak berwujud seperti deposito, tabungan, obligasi dan lain-lain. Pembagian barang bergerak dan tidak bergerak tersebut di atas dalam ketentuan pasal 506 sampai dengan pasal 518 KUH Perdata. Oleh Undang-Undang pada pokoknya terdapat 2 (dua) asas pemberian jaminan jika ditinjau dari sifatnya, yaitu: a. Jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang tidak mempunyai hak yang mendahului pelunasannya (sama) antar kreditur yang satu dengan kreditur yang lainnya. b. Jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang mempunyai hak mendahului sehingga berkedudukan sebagai kreditur privilege (hak preverent). 56

74 5. Macam - Macam Pengikatan Jaminan/Agunan a. Hak Tanggungan Hak tanggungan adalah jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Dalam arti bahwa jika debitur cidera janji, kreditur pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahului dari pada kreditur-kreditur lain. 1) Subyek Hak Tanggungan adalah sebagai berikut: a) Pemilik tanah (bisa perorangan atau badan hukum) adalah pemberi hak tanggunagan untuk kepentingan pelunasan hutang debitur kepada bank (kreditur). b) Kreditur adalah pihak yang dijamin pelunasanya oleh pemberian hak tanggungan atas kredit yang diberikannya kepada debitur. 2) Obyek Hak Tanggungan adalah sebagai berikut: Syarat untuk dapat dibebani suatu hak atas tanah dengan Hak Tanggungan adalah hak itu menurut sifatnya harus dipindahtangankan, dan harus di daftar dalam daftar umum. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria hak-hak yang sudah jelas memenuhi kedua syarat pertama di atas adalah hak milik, hak guna bangunan dan hak guna usaha, demikian disebutkan pada pasal 25, 57

75 pasal 33 dan pasal 39 serta pasal 51 Undang-Undang Pokok Agraria. 3) Ciri-ciri Hak Tanggungan adalah sebagai berikut: a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya. b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu berada. c) Memenuhi jasa spesialis dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan. d) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. 4) Syarat Sahnya Hak Tanggungan adalah: a) Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, yang dituangkan di dalam merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian hutang piutang yang bersangkutan (pasal 10 ayat (1) UU Hak Tanggungan). b) Pembukaan Akta Pembebanan Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). c) Pendaftaran oleh kantor pertahanan, yang merupakan saat lahirnya hak tanggungan (Pasal 13 ayat (1) UU Hak Tanggungan). 5) Hapusnya Hak Tanggungan (diatur dalam Pasal 18 UUHT): 58

76 a) Hapusnya hutang yang dijamin dengan hak tanggungan. b) Dilepaskannya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan. c) Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh ketua pengadilan negeri. d) Hapusnya hak atas tanah yang diberikan oleh hak tanggungan. Dalam memberikan hak tanggungan, pemberi hak tanggungan harus hadir dihadapan pejabat pembuat akta tanah. Jika karena sebab tertentu dan tidak dapat hadir sendiri oleh bank untuk menjamin pemberian hak tanggungan maka pemberi hak tanggungan wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang berbentuk otentik (dihadapan Notaris/PPAT kecamatan setempat). Dasar pembuatan SKMHT oleh bank adalah untuk menjamin pelaksanaan pemberian hak tanggungan, karena adanya janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian hutang piutang yang bersangkutan atau perjanjian yang menimbulkan hutang tersebut. (pasal 10 ayat (1) UU Hak Tanggungan). 59

77 b. Fidusia Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikinya diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu. Sedangkan yang dimaksud dengan jaminan Fidusia adalah jaminan atas benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda-benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan yang diatur dalam UUHT. 1) Menurut UU tentang fidusia, obyek fidusia adalah: a) Benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud. b) Benda-benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan yang diatur dalam UUHT yang berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun. 2) Ciri-Ciri/Kelebihan Jaminan Fidusia, yaitu: a) Pemberi fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia yang telah didaftar. b) Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru. Beralihnya jaminan tersebut harus didaftarkan oleh kreditur baru kepada kantor pendaftaran fidusia. 60

78 c) Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada. d) Apabila telah terjadi cidera janji oleh debitur dan atau pemberi fidusia (pihak ketiga), pemberi fidusia tidak dapat mengalihkan benda persediaan yang menjadi obyek jaminan fidusia (pasal 21 ayat 1 dan 2). e) Pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia (pasal 23 ayat 2). 3) Terjadinya Jaminan Fidusia Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang fidusia dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) Keharusan adanya perjanjian kredit sebagai perjanjian pokoknya. b) Akta perjanjian fidusia harus dibuat dalam bentuk akta notaris, hal ini ditegaskan oleh pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Fidusia. c) Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, kemudian kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan sertifikat kepada penerima fidusia. 61

79 4) Hapusnya Jaminan Fidusia Berdasarkan pasal 25 dan pasal 26, jaminan fidusia hapus karena halhal sebagai berikut: a) Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia. b) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia. c) Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. d) Kelemahan jaminan fidusia Hapusnya jaminan fidusia adalah tidak dicatatkanya pada bukti kepemilikan atas benda yang dijaminkan. Sebagai contoh mobil yang dibebani fidusia, dalam BPKBnya tidak dicatat bahwa mobil tersebut telah dibebani fidusia. Sehingga jika debitur nakal dapat saja melaporkan kehilangan BPKB untuk diterbitkan yang baru dan mengalihkan kepada orang lain. c. Gadai Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjaminkan suatu barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainya, kecuali biaya-biaya untuk pemeliharaan dan lelang harus didahulukan. Obyek gadai adalah benda-benda bergerak baik bertubuh maupun tak bertubuh. Benda bergerak bertubuh antara lain mobil, perhiasan, perlengkapan elektronik, sedangkan yang tidak bertubuh antara lain tagiahan-tagihan 62

80 atau piutang, surat-surat atas unjuk. Sedangkan ciri-ciri (kelebihan) gadai adalah: 1) Selalu mengikuti bendanya. 2) Pemegang gadai didahulukan pelunasanya daripada kreditur lainya. 3) Dapat dipindahtangankan. 4) Hak menguasai barang tidak meliputi hak untuk menikmati atau memungut hasilnya. 63

81 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. BPR Nguter Surakarta 1. Sejarah Berdirinya PT. BPR Nguter Surakarta. PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nguter Surakarta pertama kali didirikan di Desa Nguter, Sukoharjo dengan anggaran dasar awal yang dibuat oleh Notaris Nur Fariah Latif, SH di Karanganyar, tanggal 2 Maret 1994 dengan akta No: 12 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sebagaimana terdapat dalam Surat Keputusan nomor C HT Th 1994 tertanggal 8 November Dengan berbagai pertimbangan antara lain sarana yang lebih memadai, dan lokasi yang lebih strategis dan mudah dijangkau oleh nasabah, maka sejak tanggal 15 April 2001 lokasi PT. BPR Nguter dipindahkan ke Jl. Sutami 118 A Surakarta. Kemudian pada tanggal 20 Desember 2005, lokasi PT. BPR Nguter dipindahkan lagi ke Jl. Honggowongso No. 69 Surakarta, hal ini dimaksudkan agar lokasinya lebih strategis dan lebih dekat dengan nasabah potensial. Meskipun PT. BPR Nguter berlokasi di pusat kota Surakarta, namun BPR Nguter Surakarta tidak hanya mengandalkan wilayah kerja di sekitarnya saja tetapi juga meliputi daerah se-eks karesidenan Surakarta, yaitu: Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, 64

82 Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sragen. Untuk mendukung operasional pada wilayah tersebut, Bank telah mempersiapkan petugas lapangan, baik dalam penghimpunan dana masyarakat maupun penyaluran kredit dan penagihan kredit (sistem jemput bola). Sehingga dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit dapat merata dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah karesidenan Surakarta. Perijinan dan legalitas dalam menjalankan usaha adalah sebagai berikut: a. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas dari Kepala Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dengan nomor TDP tertanggal 13 Juni 2001 yang berlaku sampai dengan tanggal 13 Juni 2006 diperbaharui dengan nomor TDP berlaku s/d tanggal b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak Klaten dengan nomor NPWP dan nomor register c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor Kep.100/KM.17/1996 tentang pemberian izin usaha PT. Bank Perkreditan Rakyat Nguter Sukoharjo yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Maret Visi dan Misi a. PT. BPR Nguter Surakarta mempunyai Visi yaitu: Menjadi BPR berkelas nasional (National Class Finance Company). 65

83 b. Misi BPR Nguter Surakarta adalah: Membantu mewujudkan sesuatu yang sangat didambakan dan diperlukan masyarakat agar kehidupannya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Bertolak pada visi dan misi di atas yang merupakan pandangan strategis dalam menggapai jangka panjang dan global, maka strategi manajemen yang dapat dilakukan dalam merealisasikan rencana kerja tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik dari pesaing. b. Memperbaiki dan mereview persyaratan kredit dan prosedur pemberian kredit yang dapat pemperlambat pelayanan. c. Memperluas penghimpunan dan pengumpulan dana baik melalui tabungan maupun deposito serta meningkatkan pangsa pasar kredit. d. Mengembangkan organisasi pemasaran yang berkaitan dengan pencapaian target funding maupun lending. e. Mengadakan penyempurnaan kebijakan-kebijakan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah (Bank Indonesia) yang tertuang dalan API (Arsitektur Perbankan Indonesia). f. Menyesuaikan tingkat bunga deposito maupun kredit dengan pesaing. g. Memberikan peluang kepada setiap karyawan untuk mengikuti pelatihan ketrampilan yang mendukung produktifitas kerja. h. Memperingan persyaratan kredit dan mempercepat proses pemberian 66

84 kredit namun tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian. 3. Kepemilikan/Pemegang Saham. Pada tanggal 22 Juni 2000 terjadi perubahan kepemilikan (akuisisi) kepada pemilik baru yaitu: a. Djoko P. Sugoto dengan komposisi saham sebesar 60%. b. Augustine Esther dengan komposisi saham sebesar 35%. c. Dwi Esti Nastiti dengan komposisi saham sebesar 5%. 4. Permodalan. Untuk memenuhi peraturan pemerintah tentang CAR minimal 8%, PT. BPR Nguter telah melakukan perubahan modal dasar sebanyak 2 (dua) kali, dimana perubahan tersebut dilaksanakan sebagai berikut: a. Tahun 2005 terjadi perubahan modal dasar dari Rp ,- menjadi Rp ,-. Dan kemudian modal yang disetor juga mengalami perubahan dari Rp ,- menjadi sebesar Rp ,-. b. Pada bulan Februari 2006 telah dilakukan perubahan modal dasar menjadi Rp ,- yang terbagi atas lembar saham masing-masing saham bernilai sebesar Rp ,-. Modal dasar tersebut ditempatkan dan disetor sejumlah 41 % atau sejumlah lembar saham dengan nominal seluruhnya sebesar Rp ,. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan oleh para pemegang saham yaitu: Tabel 3.1 Pemegang Saham 67

85 Pemegang Saham Lembar Saham Jumlah Prosentase Joko Pong Sugoto 920 mbar p % Augustine Ester 870 mbar p % Dwi Esti Nastiti 410 bar p % mlah 200 bar p % (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, 2011) Hal ini merupakan wujud dari komitmen pemegang saham untuk selalu memperkuat permodalan bank. 5. Perubahan Susunan Pengurus. Setelah terjadi akuisisi, maka PT. BPR Nguter juga melakukan perubahan pengurus seluruhnya. Untuk memenuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas tentang jumlah direksi harus 2 (dua) orang, maka RUPS memutuskan mengangkat 1 (satu) orang direktur yang telah mengikuti fit and proper test di Bank Indonesia pada bulan Mei Sehingga susunan pengurus yang baru sejak bulan Mei 2004 adalah sebagai berikut: a. Komisaris Utama : Anta Winarta b. Komisaris : Djoko Pong Sugoto SE, MBA c. Direksi Utama : Dwi Esti Nastiti, SE d. Direktur : Hendrardi, SE Pada bulan Mei 2005, Hendrardi, SE mengundurkan diri atas permintaan sendiri dengan demikian jabatan Direktur untuk sementara kosong. Namun pada bulan Oktober 2005, setelah melalui fit and proper 68

86 test di Bank Indonesia dan telah dinyatakan lulus, maka dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa untuk mengangkat Lusiawati Oeyeng sebagai Direktur di PT. BPR Nguter Surakarta. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Dengan demikian susunan pengurus PT. BPR Nguter Surakarta yang baru sejak bulan November 2005 adalah sebagai berikut: a. Komisaris Utama : Tn. Anta Winarta b. Komisaris : Tn. Djoko Pong Sugoto SE, MBA c. Direksi Utama : Ny. Dwi Esti Nastiti, SE d. Direktur : Ny. Dra Lusiawati Oeyeng Kemudian pada tanggal 28 Juni 2007 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa disetujui pengunduran diri Direktur Utama Dwi Esti Nastiti dan Komisaris Djoko Pong Sugoto sehingga susunan pengurus yang baru adalah sebagai berikut: a. Komisaris : Tn. Anta Winarta b. Direktur : Ny. Dra Lusiawati Oeyeng Dengan Akta Notaris Drajad Urino SH. No. 42 tertanggal 29 Juni Selanjutnya untuk memenuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas dan untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia, bahwa pengurus BPR harus terdiri dari 2 orang komisaris dan 2 orang direktur, maka RUPS memutuskan mengangkat 1 orang komisaris dan 1 orang direktur yang telah mengikuti fit dan proper test di Bank Indonesia pada tanggal 22 September 2008 dan sudah dinyatakan lulus 69

87 oleh harus terdiri dari 2 orang komisaris dan 2 orang direktur, maka RUPS memutuskan mengangkat 1 orang komisaris dan 1 orang direktur yang telah mengikuti fit dan proper test di Bank Indonesia pada tanggal 22 September 2008 dan sudah dinyatakan lulus oleh Bank Indonesia. Maka susunan pengurus PT. BPR Nguter berubah menjadi sebagai berikut: a. Direktur utama : Ny. Fransisca Permata Dewi, SE. MM b. Direktur : Ny. Dra Lusiawati Oeyeng c. Komisaris Utama : Tn. Drs. Sri Dadi Wibowo, MM d. Komisaris : Tn. Anta Winarta Dengan Akta Notaris Drajad Uripno, SH. No. 03 tanggal 11 November Kemudian pada tanggal 04 Maret 2009 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, susunan pengurus terakhir adalah sebagai berikut: a. Direktur Utama : Ny. Fransisca Permata Dewi, SE. MM b. Direktur : Tn. Yusak Adi Nugroho, SE c. Komisaris Utama : Tn. Bambang Subartono, SE d. Komisaris : Tn. Drs. Sri Dadi Wibowo, MM Dengan Akta Notaris Drajad Uripno, SH No. 01 tanggal 04 Maret Pada awal Tahun 2010 terjadi perubahan daftar pemegang saham, setelah Dwi Esti Nastiti melepas kepemilikan sahamnya sebesar 5%. Maka daftar pemegang saham PT. BPR Nguter Surakarta yang baru adalah: 70

88 Tabel 3.2 Pemegang Saham Baru Pemegang Saham Lembar Saham Jumlah P r o s e n t a s e Joko Pong Sugoto 920 mbar p % Augustine Ester 280 mbar p % mlah 200 bar p % (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, 2011) 6. Produk-Produk PT. BPR Nguter Surakarta. a. Produk Penyaluran Dana. Penyaluran dana pada PT. BPR Nguter Surakarta melalui berbagai kredit yang diberikan kepada para debitur. Kredit yang diambil oleh para debitur berbeda-beda tergantung dari kebutuhan masing-masing. Macam-macam kredit tersebut adalah: 1) Kredit Modal Usaha Kredit modal usaha adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal usaha nasabah. 2) Kredit Multiguna Kredit multiguna adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan nasabah lainya, seperti pernikahan, pendidikan, renovasi rumah, dll. 3) Kredit Konsumtif Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif misalnya, untuk membeli kendaraan, rumah dll. 71

89 4) Pembiayaan pembeliaan sepeda motor (th ke atas) 5) Pembiayaan pembelian mobil (th ke atas) 6) Pembiayaan motor besar (MOGE) Suku bunga kredit di PT. BPR Nguter Surakarta yaitu: a. Menurun 1,75% per bulan atau 21% setahun Perhitungan [(saldo x bunga) : 30] x hari berjalan b. Flat/tetap 2,75% per bulan atau 33% setahun Perhitungan pinjaman pokok x bunga b. Produk Penghimpunan Dana. a. Tabungan Pada PT. BPR Nguter Surakarta terdapat 1 (satu) jenis tabungan yaitu Tabungan Mulia. Tabungan Mulia ini diperuntukkan bagi penabung perseorangan, perusahaan atau lembaga. Setoran awal tabungan minimal Rp ,- dan setoran selanjutnya sekurang-kurangnya Rp ,-. Serta saldo minimal yang harus mengendap di tabungan Rp ,-. Bunga untuk Tabungan Mulia diperhitungkan setiap akhir bulan yang bersangkutan dan dihitung atas saldo harian. Besar tingkat bunga ditentukan bank dan dapat berubah sewaktuwaktu. Penutupan rekening tabungan akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp ,- serta apabila tabungan pasif/aktif yang bersaldo dibawah Rp ,- bank berhak menutup rekening tersebut secara otomatis. 72

90 Kelebihan dari Tabungan Mulia ini adalah tabungan ini dapat dijadikan jaminan fasilitas kredit yang diberikan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dan juga dananya dijamin oleh LPS. b. Deposito Berjangka Deposito berjangka pada BPR Nguter Surakarta bermacam-macam jangka waktunya tergantung dari kebutuhan nasabah yang ingin menginvestasikan dananya. Jangka waktunya antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Suku bunga deposito berjangka berbeda-beda serta berubah-ubah tergantung dari kebijakan bank tetapi tidak menyalahi aturan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia. Kelebihan Deposito Berjangka ini adalah tabungan ini dapat dijadikan jaminan fasilitas kredit yang diberikan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dan dana para deposan dijamin oleh LPS. Deposito yang ditawarkan untuk masyarakat umum, ketentuan tingkat suku bunga deposito umum sebagai berikut: Tabel 3.3 Tingkat Suku Bunga Deposito Umum Nominal S 73

91 Rp ,- sampai Rp ,- 8, Rp ,- sampai Rp ,- 9, Rp ,- sampai Rp ,- 9, Di atas Rp ,- 10 (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, 2011) 7. Struktur Organisasi PT. BPR Nguter Surakarta Berdasarkan ketentuan pada buku pedoman PT. BPR Nguter Surakarta telah dinyatakan stuktur organisasinya sebagai berikut: a. RUPS b. Dewan Komisaris c. Direksi 74

92 d. Kepala Bagian Kredit 1) Administrasi Kredit 2) Account Officer 3) Collector/Penagihan Kredit e. Kepala Bagian Operasional 1) Kasir 2) Tabungan/Deposito 3) Pembukuan 4) Umum f. Marketing dan Satuan Pengawas Intern (SPI) 75

93 RUPS Djok o Dewan Ko mis Direksi Francisca Perm ata K K A A Collection Filter M K Tabun g P U Gambar 3.1 Struktur Organisasi 76

94 8. Job Discription a. Kepala Bagian Kredit 1) Mengkoordinir dan merencanakan tugas-tugas Admin Kredit, Account Officer dan Collection di lapangan. 2) Bertanggung jawab atas pencapaian target kredit yang diberikan pada masyarakat. 3) Bertanggung jawab atas kinerja Admin Kredit dan kelancaran pencairan. 4) Bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi pengajuan kredit dan pencairan kredit yang disalurkan sudah sesuai dengan (SOP) perusahaan. 5) Melaporkan, memberitahukan dan mengkonsultasikan kepada Direksi yang berkaitan dengan cara kerja dan hasil kerja Admin Kredit, Account Officer dan Collection dll. b. Admin Kredit 1) Menerima pengajuan kredit dari dealer/umum baik melalui telepon maupun nasabah datang sendiri ke kantor BPR Nguter, serta memberikan informasi mengenai proses kredit calon debitur. 2) Melakukan SID (Sistem Informasi Debitur)/BI cheking. 3) Mengetik Perjanjian Kredit (PK). 4) Membuat kompensasi lembur hari sabtu disetiap bulanya. 5) Pengecekan kelengkapan berkas pengajuan kredit dan report survey yang telah di ACC pimpinan. 77

95 6) Membuat MOU dengan pihak lain. c. Account Officer 1) Menerima order untuk disurvey dari admin survey. 2) Pengecekan kebenaran dan kelengkapan data calon debitur. 3) Melakukan survey ke tempat calon debitur (meliputi survey rumah tinggal, jaminan, pekerjaan/usaha, lingkungan sekitar). 4) Menganalisa hasil survey dan dilaporkan kepada komite kredit. 5) Membuat laporan analisa survey report mengenai calon debitur. 6) Menyampaikan kepada admin kredit apakah pengajuan kredit calon debitur tersebut disetujui/ditolak. d. Kasie Account Officer/AO 1) Mengkoordinir dan merencanakan tugas-tugas Account Officer di lapangan. 2) Melakukan koordinasi dengan kasie collection jika terdapat permasalahan dalam hal penanganan kredit bermasalah dan membutuhkan informasi tambahan dari Account Officer mengenai kondisi debitur. 3) Melaporkan, memberitahukan dan mengkonsultasikan kepada Direksi yang berkaitan dengan cara kerja dan hasil kerja Account Officer. e. Bagian Collection Filter 1) Melakukan penagihan ke debitur yang terlambat membayar angsuran (T2-T4). 78

96 2) Pembinaan kepada debitur tentang aturan-aturan pembayaran yang telah disepakati bersama untuk meminimalkan keterlambatan. 3) Mencari informasi/lacak pada debitur yang pindah alamat tanpa sepengetahuan pihak bank. 4) Pengaman jaminan bila diperlukan dan melacak keberadaan jaminan yang sudah dialihkan ke pihak lain. 5) Melakukan pengambilan angsuran/collect ke dealer yang bekerjasama dengan pihak bank. 6) Membuat laporan kronologis dll. f. Kasie Collection 1) Mendistribusikan job/surat tagihan kepada kolektor. 2) Bertanggung jawab dalam rangka upaya menurunkan NPL/kredit macet sesuai dengan rencana kerja perusahaan. 3) Mengkoordinir dan merencanakan tugas-tugas kolektor di lapangan. 4) Melakukan koordinasi dengan kasie Account Officer terkait permasalahan penanganan kredit bermasalah. 5) Melaporkan, memberitahukan dan mengkonsultasikan kepada Direksi, tentang permasalahan penanganan kredit bermasalah. 6) Bertanggung jawab atas kinerja kolektor dan hasil tagihan yang di bawa kolektor dll. g. Marketing Kredit 1) Mencapai target pencairan kredit sesuai dengan ketentuan yang 79

97 sudah ditetapkan perusahaan. 2) Menawarkan berbagai produk BPR khususnya produk kredit antara lain konsumtif, modal kerja, investasi dll. 3) Melakukan follow up terhadap nasabah yang mengajukan kredit. 4) Mengumpulkan file data calon nasabah baik pengajuan langsung dari nasabah maupun dari dealer/show room atau rekanan lain di PT. BPR Nguter Surakarta. 5) Melakukan survey awal guna memberikan keterangan pada surveyor tentang kondisi calon nasabah. 6) Memberikan kabar/informasi kepada nasabah mengenai hasil survey dalam hal ini di ACC atau ditolak dll. h. Teller/Kasir 1) Menerima setoran dan pengambilan tunai (angsuran, tabungan, pengambilan tunai dari bank-pick up service). 2) Pengeluaran biaya-biaya yang disertai nota ataupun kwitansi. 3) Pencatatan semua kuitansi dan nota pemasukan dan pengeluaran dibuku kasir kemudian diulang di buku pemasukan kas dan pengeluaran kas. 4) Meng-input ke program MMS. 5) Pencetakan buku tabungan. 6) Akhir hari membuat laporan mutasi kas (jumlah uang). i. Bagian Staff Tabungan/Deposito Tabungan meliputi: 1) Melayani pembukuan dan penutupan rekening tabungan. 80

98 2) Melayani transaksi nasabah baik penyetoran, penarikan, atau pemindahbukuan. 3) Up date bunga tabungan per nasabah setiap akhir bulan. 4) Menyimpan (file) aplikasi rekening, bukti setor, voucher jurnal transaksi. Deposito meliputi: 1) Aplikasi penempatan deposito dan pencairan deposito. 2) Pembayaran bunga deposito nasabah. 3) Membuat konfirmasi perpanjangan deposito jatuh tempo. 4) Input transaksi deposito. 5) Membuat laporan bulanan untuk Lembaga Penjamin Simpanan. j. Staff Pembukuan 1) Melakukan pengecekan hitungan bunga deosito dari bagian deposito. 2) Membuat laporan untuk BI (Laporan bulanan, laporan pengaduan nasabah, laporan publikasi 3 bulan sekali, laporan mingguan). 3) Mengirim laporan keuangan untuk kantor pajak. 4) Membuat voucher pembukuan. 5) Membuat laporan keuangan dan input transaksi. 6) Bertanggung jawab atas setiap pengeluaran dari kas kecil. 7) Melakukan transaksi yang berhubungan dengan antar bank aktiva termasuk monitoring deposito serta mutasi rekening. 81

99 k. Satuan Pengawas Intern (SPI) 1) Memeriksa mutasi kas pada akhir hari secara berkala. 2) Memeriksa bukti- bukti transaksi harian secara periodik dan membandingkan dengan peraturan-peraturan yang ada. 3) Membuat dan melaporkan laporan mingguan kepada Bank Indonesia. 4) Melakukan on the spot ke debitur secara berkala. 5) Melakukan pemeriksaan jaminan setiap bulan Juni dan Desember. 6) Melakukan Laporan Tingkat Kesehatan setiap akhir bulan dll. B. Pembahasan 1. Prosedur Pemberian Kredit Proaktif Prosedur kredit adalah tahapan yang harus dilalui sebelum kredit diberikan untuk menilai kelayakan calon debitur. Semua syarat-syarat pemberian kredit harus dipenuhi. Salah satu produk kredit pada PT. BPR Nguter Surakarta adalah Kredit Proaktif, yaitu suatu kredit yang ditawarkan kepada pedagang otomotif khususnya yang mengalami masalah dalam pendanaan, berjangka waktu 6 bulan (kontraknya) dapat diperpanjang lagi sesuai kesepakatan pihak BPR dan debitur. Ini merupakan bagian dari Kredit Modal Usaha. Untuk mendapatkan pembiayaan atau kredit tersebut calon nasabah mengajukan permohonan kredit ke kantor PT. BPR Nguter Surakarta 82

100 dengan menyerahkan persyaratan-persyaratan atas kredit yang akan diajukan. Adapun syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Syarat Administrasi 1) Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) suami-istri, 2) Fotokopi KK (Kartu Keluarga), 3) Fotokopi Surat Nikah, 4) Fotokopi Rekening Listrik, 5) Fotokopi Jaminan (BPKB/Sertifikat), 6) Rekening Tabungan, 7) Fotokopi slip rekening listrik, air dan telepon, 8) Fotokopi STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). 9) Slip perhitungan kredit dari kasir, 10) Daftar riwayat pinjaman (SID). b. Aplikasi Permohonan Kredit Proaktif 1) Surat kesanggupan pembayaran 2) Slip setor 3) Tanda terima uang pinjaman 4) Slip penarikan 5) Spesimen tanda tangan nasabah (perorangan) 6) Aplikasi pembayaran rekening deposito tabungan c. Proses Pemberian Kredit Proaktif PT. BPR Nguter Surakarta 1) Nasabah mengajukan permohonan kredit kepada pihak bank disertai dengan kelengkapan data calon debitur. 83

101 2) Nasabah menyerahkan BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) mobil sebagai jaminan utama, jaminan dapat juga berupa sertifikat rumah atau tanah, tetapi diutamakan jaminan berupa mobil agar mudah dalam penghitungannya. 3) Pihak bank (BPR) akan melakukan analisa kredit dan melakukan survey ke calon debitur, jaminan yang diberikan akan ditafsir oleh pihak bank. 4) Apabila pengajuan kredit disetujui maka nasabah akan memperoleh plafond kredit sebesar 3 kali dari nilai jaminan. Untuk pembukaan plafond debitur harus membayar 350 ribu, untuk administrasi/profisi 0,5 dari plafon yang diberikan dan meterai 18 ribu. Biaya-biaya ini hanya dibayarkan pada waktu pembukaan pertama. Jangka waktu kredit selama 6 bulan. 5) Penarikan plafond dapat dilakukan dengan menyerahkan BPKB asli. 6) Besarnya nominal pencairan kredit adalah sebesar nilai jaminan atau nilai pasar yang diberikan. 7) Maksimum penarikan/pencairan kredit adalah sebesar plafond yang diberikan dan pencairan kedua dan seterusnya boleh dicairkan asal plafond yang disisakan 3% dari plafond inti atau yang boleh dicairkan 97% dari plafond inti. 8) Suku bunga pinjaman untuk kredit proaktif ini adalah 1,5 %. 84

102 d. Perhitungan Bunga dan Pelunasan Kredit Proaktif 1) Pelunasan dapat dilakukan kapanpun setiap hari kerja. 2) Perhitungan bunga berdasarkan perhitungan bunga harian. 3) Pembayaran bunga berjalan setiap tanggal 30 akhir bulan. 4) Suku bunga untuk kredit proaktif ini adalah 1,5 %. 2. Tujuan Pemberian Kredit Proaktif BPR Nguter Surakarta mempunyai misi untuk Kredit Proaktif yaitu membina hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dengan para pedagang otomotif dengan memberikan kredit modal kerja. BPR Nguter Surakarta dalam memberikan Kredit Proaktif kepada pedagang otomotif mempunyai tujuan sendiri yaitu BPR ingin membantu para pedagang-pedagang kecil atau rumahan khususnya yang belum mempunyai showroom (kurang bermodal) atau mengalami masalah dalam pendanaan. Biasanya pedagang-pedagang tersebut kurang mempunyai modal untuk mengulak barang dagangannya. Dengan munculnya produk ini, maka pedagang-pedagang tersebut tidak perlu khawatir lagi dengan urusan pendanaan. Meskipun masih merupakan produk baru, dengan persyaratan dan proses pencairan kredit yang cepat, produk ini menjadi produk unggulan di BPR Nguter Surakarta. Dalam waktu 6 bulan sejak diluncurkannya produk ini, sudah banyak pedagang otomotif yang bergabung dan mengajukan pengajuan Kredit Proaktif ini. BPR Nguter 85

103 juga ingin meningkatkan status debiturnya yang semula hanya seorang makelar menjadi seorang pedagang. 3. Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Proaktif pada PT. BPR Nguter Surakarta Dalam pengambilan keputusan Kredit Proaktif, PT. BPR Nguter Surakarta akan terlebih dahulu menganalisis calon nasabahnya (debitur). Untuk menganalisa calon nasabah apakah layak atau tidak untuk diberikan kredit, PT. BPR Nguter Surakarta menggunakan prinsip 5C, yaitu: Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy. a. Character atau Watak Dasar dari pemberian kredit adalah kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa si peminjam memilki moral, watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, masyarakat, atau dalam menjalankan kegiatan usahanya. Manfaat dari penilaian character ini, adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur, character ini sangat penting, sebab walaupun debitur tersebut mampu membayar hutang-hutangnya namun tidak ada etiket baik tentu akan membawa berbagai masalah bagi bank di kemudian hari. 86

104 Dalam menilai character seseorang bukanlah hal yang mudah, karena kita memerlukan ketrampilan psikologis untuk dapat menilai character seseorang. Di sini pihak bank menilai character calon debitur dengan cara: 1) Meneliti daftar riwayat hidup debitur dengan cara wawancara langsung dengan nasabah ataupun bertanya kepada masyarakat di lingkungan calon debitur tinggal. 2) Meneliti reputasi calon debitur di lingkungan tempat kerja. 3) Meneliti apakah calon debitur terlibat pada suatu masalah, penjudian, perampokan, pemabuk dan lain-lain. 4) Meminta informasi dari bank lain, di sini yang dimaksud mengecek SID (Sistem Informasi Debitur) calon debitur, apakah masih mempunyai tanggungan pada pihak lain ataupun tidak. b. Capacity Yang dimaksud capacity di sini, adalah kemampuan debitur dalam melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau yang akan dilakukan yang dibiayai oleh bank. Jadi, jelasnya adalah sampai sejauh mana usaha yang akan diperolehnya, akan mampu melunasi tepat waktu sesuai perjanjian yang telah disepakati. Pengukuran capacity ini, dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance dari nasabah 87

105 yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukkan ke arah yang maju. 2) Pendekatan finansial, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan rugi/laba untuk beberapa periode terakhir, yaitu untuk mengetahui berapa besarnya solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas tingkat usahanya. 3) Pendekatan edukasional, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus perusahaan calon beditur. 4) Pendekatan yuridis, yaitu menilai apakah calon debitur tersebut secara yuridis mempunyai kapasitas untuk mewakili dirinya atau badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank. 5) Pendekatan managerial, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan nasabah dalam melaksanakan fungsi menagemen dalam memimpin perusahaannya. 6) Pendekatan teknis, yaitu menilai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan-peralatan kerja/mesin, administrasi dan keuangan bahkan sampai pada kemampuan merebut pangsa pasar. Apabila dana yang dicairkan untuk pembiayaan barang konsumsi, maka penilaian capacity nasabah didasarkan pada pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh nasabah saat ini dan seterusnya. Dari 88

106 situlah pihak bank menyimpulkan apakah nasabah tersebut mampu melunasi kewajiban-kewajibannya atau tidak. c. Capital Pihak bank menilai dari jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Sebagai contoh apabila calon nasabah meminta pihak bank untuk mengajukan kredit proaktif, maka jaminan yang diberikan debitur minimal harus sebuah mobil, lalu pihak bank akan memberikan plafond sebesar 3 kali dari nilai jaminan dan plafond boleh dicairkan tetapi tidak boleh lebih dari nilai jaminan. d. Collateral Yaitu barang-barang jaminan yang diberikan oleh peminjam sebagai jaminan atas kredit yang diterima. Manfaat collateral adalah sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab lain di mana debitur tidak mampu melunasi hutangnya. Jaminan juga sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi. Jaminan ini sifatnya sebagai pelengkap dari kelayakan/keterlaksanaan dari proyek nasabah. Penilaian terhadap collateral ini harus ditinjau dari 2 sudut yaitu sudut ekonomisnya yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan dijaminkan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan. 89

107 e. Condition of Economy Yang dimaksud dengan condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari debitur yang memperoleh kredit. Penerapan Prinsip 5C pada Kredit Proaktif di PT. BPR Nguter Surakarta dapat digambarkan dengan cara di bawah ini (Tabel 3.4): Tabel 3.4 Penerapan Prinsip 5C di PT. BPR Nguter Surakarta No Prinsip Secara umum Pada PT. BPR Nguter Surakarta 1 Character Penilaian tentang kebiasaan, sifat pribadi, cara hidup, keadaan keluarga calon debitur. 2 Capacity Mengetahui kemampuan calon debitur untuk mengembalikan pinjaman dan memperoleh laba atas usahanya. 3 Capital Prinsip ini menilai kondisi modal calon debitur yang akan digunakan dalam operasi usahanya. 4 Collateral Prinsip digunakan untuk menilai jaminan yang digunakan sebagai agunan kredit. 5 Condition Merupakan penilaian terhadap faktor eksternal yaitu keadaan ekonomi maupun iklim usaha yang sedang berlangsung. Secara administrasi menggunakan SID (Sistem Informasi Debitur) dari Bank Indonesia. Melakukan survey pada tetangga, saudara dekat, Kepala Desa, dan mitra kerja calon debitur. Melakukan wawancara pada calon debitur tentang pendapatan melalui laporan keuangan, jurnal, kas harian dan mengawasi cara pengelolaan usahanya. k BPR menanyakan besar modal yang diperlukan dan modal yang telah dimiliki calon debitur. Disini BPR hanya memberikan modal pada pedagangpedagang otomotif yang kurang bermodal. Dalam menentukan nilai agunan dilakukan dengan cara melihat harga pasar. Dalam hal ini BPR Nguter bekerja sama dengan dealer untuk mengkirkan nilai jaminan. Melihat kondisi usaha (usaha calon debitur berkembang atau tidak). Melihat kondisi masyarakat sekitar (respon masyarakat sekitar terhadap adanya usaha calon debitur, mengganggu atau tidak). (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, dari interview diolah, 2011) Dari tabel 3.4 diatas dapat digambarkan bahwa pelaksanaan prinsip 5C dalam proses pemberian Kredit Proaktif pada PT. BPR Nguter 90

108 Surakarta telah dilaksanakan dan telah sesuai dengan prinsip 5C pada umumnya yang digunakan dalam proses pemberian kredit. Untuk character, dengan cara melakukan survey pada lingkungan tempat tinggal calon debitur serta menggunakan SID (Sistem Informasi Debitur). Untuk capacity, dengan cara melakukan wawancara pada calon debitur tentang pendapatan dan cara pengelolaan usahanya, dari segi capital pihak BPR menanyakan besar modal yang diperlukan dan modal yang telah dimiliki calon debitur. Disini BPR hanya memberikan modal pada pedagangpedagang otomotif yang kurang bermodal. Sedangkan untuk prinsip collateral, penentuan nilai agunan dilakukan dengan cara melihat harga pasar. Untuk prinsip condition, penilaian dari pihak BPR dilakukan dengan cara melihat kondisi usaha (usaha calon debitur berkembang atau tidak), melihat kondisi masyarakat sekitar (respon masyarakat sekitar terhadap adanya usaha calon debitur, mengganggu atau tidak). Dari kelima prinsip tersebut, pada PT. BPR Nguter Surakarta yang mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan prinsip-prinsip yang lainnya adalah character. Hal tersebut dikarenakan penilaian character dari seorang debitur sangatlah sulit, selain itu pihak PT. BPR Nguter Surakarta tidak ingin kejadian dimasa lalu terulang kembali yaitu terjadinya kredit-kredit bermasalah (macet) yang diakibatkan kurang telitinya dan kurang profesionalnya pihak PT. BPR Nguter Surakarta dalam menganalisa calon debitur terutama dari segi prinsip character. Untuk analisa keempat prinsip yang lainnya yaitu capacity, capital, 91

109 collateral dan condition of economy sudah dilakukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dengan teliti dan baik. Berikut ini adalah contoh prosedur pemberian Kredit Proaktif sekaligus penerapannya dalam prinsip 5C: Studi Kasus: Pak Tono adalah seorang pedagang otomotif rumahan dan tidak mempunyai showroom. Pak Tono mengalami masalah dalam pendanaan, dia tidak bisa mengulak barang dagangannya. Pak Tono mempunyai satu buah mobil A bernilai 100 juta. Pak Tono memutuskan untuk mengajukan Kredit proaktif di BPR Nguter Surakarta. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan Blangko dan Pengisiannya. Pak Tono datang ke kantor PT. BPR Nguter Surakarta kemudian bertemu dengan Customer Service untuk mengambil blangko permohonan Kredit Proaktif, kemudian mengisi data-data yang diperlukan dan ditanda tangani oleh Pak Tono dan istrinya atau penjaminnya. Dalam pengisian blangko tersebut harus ada persetujuan kedua belah pihak, yaitu BPR Nguter Surakarta dan Pak Tono. 2. Penyerahan Blangko Blangko yang sudah diisi diserahkan kembali ke kantor PT. BPR Nguter Surakarta dan petugas bank akan meneliti berkas-berkas permohonan nasabah meliputi fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) 92

110 suami-istri, fotokopi KK (Kartu Keluarga), fotokopi surat nikah, fotokopi rekening listrik, rekening tabungan, fotokopi slip rekening listrik, air, telepon, Fotokopi STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) dan BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaran Bermotor) mobil A tersebut sebagai jaminan utama atas kredit yang akan diberikan. Permohonan dinyatakan lengkap apabila telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan untuk pengajuan permohonan Kredit Proaktif. 3. Cek/Survey. Dari pihak BPR akan mensurvey ke lapangan ke tempat Pak Tono tersebut supaya dapat mengetahui karakter Pak Tono, lalu dilakukan wawancara mengenai pendapatan dan usaha Pak Tono serta menanyakan besar modal yang diperlukan dan modal yang telah dimiliki. Survey tersebut dilaksanakan secara profesional sehingga dapat berperan sebagai saringan untuk menjaga agar tidak terjerumus ke dalam kredit bermasalah atau kredit macet. Disini tim surveyor juga melihat kondisi usaha Pak Tono berkembang atau tidak dan melihat kondisi masyarakat sekitar terhadap usaha Pak Tono, apakah mengganggu atau tidak. Ini sudah sesuai dengan prinsip 5C dalam pemberian kredit yaitu character, capacital, capital dan condition of economi. Setelah itu, pihak BPR akan menafsir nilai jaminan tersebut. Setelah ditafsir, jaminan bernilai 300 juta. Prinsip 5C yaitu collateral sudah diterapkan dalam penilaian jaminan ini. 93

111 4. Persetujuan/Penolakan Permohonan Kredit. Setelah dianalisis berkas pemohon kredit Pak Tono dimintakan persetujuan atau penolakan kepada bagian kredit. Dinyatakan setuju akan dibuat surat perjanjian. Karena perjanjian kredit merupakan perjanjian standar yaitu perjanjian yang isi ditentukan terlebih dahulu oleh BPR. Untuk Pak Tono hanya dimintakan pendapatnya apakah dapat menerima syarat-syarat yang ada di dalam formulir tersebut atau tidak. Apabila pengajuan kredit disetujui maka Pak Tono akan memperoleh plafond kredit sebesar tiga kali dari nilai jaminan. Jika Pak Tono mempunyai nilai jaminan 100 juta, maka BPR akan memberikan plafond sebesar 300 juta. Ini hanya berupa plafond (batas pengucuran dana), tidak berupa uang. Untuk pembukaan plafond Pak Tono harus membayar 350 ribu, untuk administrasi/profisi 0,5 dari plafond yang diberikan dan materai tiga kali yaitu 18 ribu. Jadi total biaya-biaya tersebut adalah 350 ribu + (0,5% x 300 juta) + 18 ribu sama dengan 1,868 juta. Biaya-biaya ini hanya dibayarkan pada waktu pembukaan pertama. Jangka waktu pemberian Kredit Proaktif selama 6 bulan. Setelah 6 bulan jika akan diperpanjang harus membayar biaya-biaya tersebut lagi. 5. Penarikan Plafond/Pencairan Kredit Penarikan plafond dapat dilakukan dengan menyerahkan BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaran Bermotor) yang asli. Besarnya 94

112 nominal pencairan kredit adalah sebesar nilai jaminan atau nilai pasar yang diberikan. Pak Tono mencari barang dagangan ke pihak lain, kemudian Pak Tono mendapatkan mobil B dari pihak lain tersebut. Misal pihak lain adalah Pak Dono. Pak Dono menjual mobilnya seharga 110 juta. Atas kesepakatan kedua belah pihak, mobil B dibawa ke PT. Sarwo Santoso untuk ditafsir harga pasarannya untuk dapat menentukan untung ruginya. Disini PT. Sarwo Santoso adalah dealer yang ditunjuk PT. BPR Nguter Surakarta untuk menafsir harga barang kendaraan. Setelah ditafsir oleh PT. Sarwo Santoso, harga mobil di pasaran 120 juta. Hal yang ditafsir meliputi keadaan fisik, kelayakan, surat-surat dan harga pasaran. Biaya untuk menafsir harga mobil sebesar 250 ribu, dibayar oleh Pak Tono. Jadi kalau menurut perhitungan Pak Tono akan mendapatkan untung kurang lebih 10 juta jika mobil terjual. Setelah itu, PT. Sarwo Santoso Motor memberikan surat pernyataan mengenai empat hal tersebut kepada BPR. Jika pihak BPR setuju, maka uang bisa cair hari itu juga dan BPKB mobil B diserahkan ke BPR sebagai jaminan tambahan. Besarnya nilai pencairan adalah sebesar harga BPKB mobil B yaitu 110 juta, lalu Pak Tono membayar 110 juta kepada Pak Dono untuk mengulak mobil B tersebut. Jadi antara Pak Tono dan Pak Dono sudah tidak ada urusan lagi. Plafond Pak Tono di BPR menjadi 190 juta karena sudah diambil 110 juta. 95

113 Pak Tono menjual mobil B tersebut ke pembeli yang berminat. Setelah tiga hari dari tanggal pencairan, Pak Tono berhasil menjual mobil B tersebut kepada Pak Amat. Pak Tono menjual mobil B tersebut seharga 120 juta dan Pak Amat menyetujuinya. Terjadilah kesepakatan antara kedua belah pihak. Pak Amat membayar kepada Pak Tono 120 juta. Jadi Pak Tono mengantongi untung 10 juta. Perhitungan bunga untuk pihak BPR dihitung dari hari pencairan sampai dengan hari barang tersebut laku/terjual. Suku bunga untuk Kredit Proaktif sebesar 1,5% per bulan (bunga harian). Misalnya mobil tersebut terjual setelah satu bulan. Jadi perhitungannya adalah 1,5% x harga jaminan tambahan (110 juta) = 1,65 juta. Jadi BPR memperoleh keuntungan 1,65 juta dibayarkan oleh Pak Tono. Laba bersih yang diterima Pak Tono yaitu sebesar 20 juta (1,65 juta + biaya tafsir 250 ribu) sama dengan 18,1 juta. Setelah itu Pak Tono membayar hutangnya ke BPR untuk menebus jaminan tambahan (mengambil BPKB mobil B) yang akan diserahkan pada Pak Amat. Jadi sekarang plafond Pak Tono masih tetap 300 juta. Pencairan kedua dan seterusnya boleh dicairkan asal plafond yang disisakan 3% dari plafond inti atau yang boleh dicairkan 97% dari plafond inti. 96

114 Kelebihan dan Kekurangan Kredit Proaktif a. Untuk Debitur Kelebihan dari Kredit Proaktif ini dapat dirasakan oleh para pedagang otomotif. Debitur sudah tidak lagi kesulitan mencari modal untuk mengembangkan usahanya atau mengulak barang dagangannya. Kredit Proaktif ini persyaratannya sederhana, tidak terlalu rumit, jangka waktu bisa ditentukan oleh kesepakatan antara debitur dan pihak bank, proses pencairan kredit cepat sehingga debitur tidak terlalu lama dan bunga kredit yang diberikan juga cukup ringan dibandingkan dengan kredit umum serta meningkatkan status dari makelar menjadi pedagang karena bisa menjalankan usaha sendiri, bukan hanya menjadi perantara/makelar saja. b. Untuk BPR Dengan adanya Kredit Proaktif ini BPR dapat meningkatkan laba perusahaan dan produk ini lebih aman dibandingkan dengan produk lain. Kredit Proaktif karena resiko yang relatif kecil bahkan tidak ada sama sekali dan keuntungan yang didapat BPR lumayan besar. Kekurangannya adalah kurangnya pemasaran produk sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal produk ini. 97

115 Tabel 3.6 Laporan Realisasi Pinjaman Kredit Proaktif (6 bulan terakhir) No Nama Plafond Pembukaan Plafond Doni Prasetyo Agus Kusnadi Sutamto Ony Syahroni Muryadi Sutrisno Totok Suwarto Tri Danar N Suyatmo Ahmad M Heru Purnomo Titis Wahyu N Sam Sumanto Agus A Bambang S Winanto Yohanes B K Mulyadi Antony Taufik H Ir. Taryono Joko Santoso Suyanto Sugiono P Isdaryanto Andi S Abdul Khalil Dodit Materai Administrasi (0,5% x plafond) Jangka Waktu 12 bln 12 bln 12 bln 6 bln 6 bln 12 bln 6 bln 6 bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln 6bln Tgl Cair 3 Nov Okt Okt Okt Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Nov Des Des Des Des Des Des Des Des Des Des 2010 Jumlah (Sumber: PT. BPR Nguter Surakarta, 2011) 98

116 BAB IV PENUTUP B. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Proses pemberian Kredit Proaktif yang dilakukan oleh PT. BPR Nguter Surakarta dimulai dengan permohonan kredit oleh debitur kepada pihak bank, debitur menyerahkan BPKB sebagai jaminan, pihak bank melakukan analisa kredit dan melakukan survey ke debitur, bila disetujui maka akan dilakukan perjanjian kredit atau pengikatan agunan kemudian nasabah akan memperoleh plafond kredit sebesar tiga kali dari nilai jaminan, penarikan plafond dengan menyerahkan BPKB asli, besarnya nominal pencairan adalah sebesar nilai jaminan atau nilai pasar yang diberikan, maksimum penarikan kredit adalah sebesar plafond yang diberikan. Setelah itu dilakukan pengawasan kredit/pembinaan oleh direktur. 2. Tujuan dari pemberian Kredit Proaktif adalah BPR ingin membantu para pedagang-pedagang kecil/rumahan khususnya yang belum mempunyai showroom atau yang mengalami masalah dalam pendanaan. Biasanya pedagang-pedagang tersebut kurang mempunyai modal untuk mengulak barang dagangannya. Dengan munculnya produk ini, maka pedagangpedagang tersebut tidak perlu khawatir lagi dengan urusan pendanaan. 99

117 Bisa juga dengan adanya Kredit Proaktif ini dapat meningkatkan status debitur yang semula hanya seorang makelar penjadi seorang pedagang. 3. Pelaksanaan prinsip 5C dalam proses pemberian Kredit Proaktif pada PT. BPR Nguter Surakarta telah dilaksanakan sesuai pada umumnya. Hal tesebut ditunjukkan oleh pihak PT. BPR Nguter Surakarta dengan tidak langsung menyetujui permohonan kredit dari debitur melainkan dengan menganalisis terlebih dahulu character, dengan cara melakukan survey pada lingkungan tempat tinggal calon debitur serta menggunakan SID. Untuk capacity, dengan cara melakukan wawancara pada calon debitur tentang pendapatan dan cara pengelolaan usahanya, dari segi capital pihak BPR menanyakan besar modal yang diperlukan dan modal yang telah dimiliki calon debitur. Disini BPR hanya memberikan modal pada pedagang-pedagang otomotif yang kurang bermodal. Sedangkan untuk prinsip collateral, penentuan nilai agunan dilakukan dengan cara melihat harga pasar. Untuk prinsip condition, penilaian dari pihak BPR dilakukan dengan cara melihat kondisi usaha (berkembang atau tidak). Dalam penerapan prinsip 5C tersebut terdapat salah satu prinsip yang dianggap sulit dalam melaksanakannya yaitu prinsip character dimana dalam melaksanakan penilaian pada calon debitur sangat dibutuhkan ketelitian oleh tim surveyor. 4. Kelebihan dari Kredit Proaktif ini adalah persyaratannya sederhana, tidak terlalu rumit, jangka waktu bisa ditentukan oleh kesepakatan antara debitur dan pihak bank serta proses pencairan kredit lebih cepat dibanding bank- 100

118 bank lain. Bunga kredit yang diberikan juga cukup ringan dibandingkan dengan kredit umum. Pedagang otomotif kecil sangat diuntungkan dengan adanya Kredit Proaktif ini. Debitur sudah tidak lagi kesulitan mencari modal untuk mengembangkan usahanya. Selanjutnya kekurangan dari Kredit Proaktif ini adalah kurangnya pemasaran produk sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal produk ini. C. SARAN 1. Karena produk Kredit Proaktif ini merupakan produk baru di BPR Nguter Surakarta maka sosialisasi dan pemasaran produk harus lebih ditingkatkan lagi agar permintaan akan Kredit Proaktif ini semakin meningkat. 2. PT. BPR Nguter Surakarta sebaiknya mempunyai tim untuk menafsir harga pasaran kendaraan, jadi pihak BPR bisa langsung menafsir harga pasaran kendaraan jaminan yang diberikan oleh debitur. Tidak perlu melalui dealer lagi. 3. Sebaiknya PT. BPR Nguter Surakarta mengoptimalkan kinerja divisi kredit yang meliputi marketing kredit, survey (account officer), collector untuk pengawasan kredit yang diberikan selama kredit tersebut berjalan, agar kredit yang bermasalah dapat ditekan. 4. Sebaiknya profesionalisme terhadap calon debitur lebih ditingkatkan lagi, karena biasanya tidak jarang pihak bank lebih mengutamakan kerabat atau orang terdekatnya dalam berbagai pelayanan yang diberikan oleh bank. 101

119 DAFTAR PUSTAKA Basuki Agus Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit f088.dir/doc/diakses 19 April 2011 Hartanto, Eret Makalah Tentang Perjanjian Kredit dan Pengikatan Agunan. Surakarta. Kasmir Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir, S.E Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kohler Eric L Pengertian Kredit April Muljono, Teguh Pudjo Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil. Edisi ketiga. Yogyakarta : BPFE. Muchdarsyah Sinungan Dasar-Dasar Management Kredit. Jakarta: Bumi Aksara PT. BPR Nguter Surakarta. Buku Pedoman Standar Operating Procedure. Sinungan Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara Sri Susilo, dkk Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Suyatno, Thomas dkk Dasar-Dasar Perkreditan. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Teguh, Pudjo, Muljono. (1990). Manajemen perkreditan bagi bank komersil (edisi. 2). Yogyakarta : BPFE Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. 102

120 103

121 Lampiran 1 LAPORAN MAGANG KERJA MAHASISWA Nama : Desi Nurratnahati NIM : F Instansi Magang Kerja Alamat Instansi Magang Kerja : PT. BPR Nguter Surakarta : Jl. Honggowongso No.69 Surakarta Waktu Magang Kerja 2011 : 10 Januari s/d 4 Februari Dosen Pembimbing : Drs. Kresno Saroso Pribadi Tabel Mingguan Aktivitas Magang Kerja : No. Waktu Kegiatan 1 Minggu Pertama (10 Jan-14 Jan) 2 Minggu Kedua (17 Jan-21 Jan) 3 Minggu Ketiga Tempat Divisi Magang Divisi Kredit Macet (NPL dan Tunggakan) Divisi Angsuran Divisi Staff Tabungan / Kegiatan Magang Menghitung angsuran yang belum terbayar, denda, pinalti dan waktu keterlambatan. Membuat surat tagihan yang ditujukan kepada debitur yang terlambat mengangsur pinjaman. Membuat surat pemberitahuan untuk jaminan yang akan diambil. Membuat kartu pinjaman. Menghitung jumlah pokok angsuran yang harus dibayar oleh debitur,menghitung bunga kredit per harinya berdasarkan ketentuan bunga flat atau bunga menurun dan menghitung sisa angsuran Menginput data untuk pendaftaran rekening tabungan. 104

122 (24 Jan-28 jan) 4 Minggu Keempat (31 Jan-4 Jan) Deposito Divisi Pencairan Kredit Mengisi slip formulir tanda terima buku tabungan sesuai dengan data nasabah Mengetik data debitur pada Surat Perjanjian Kredit. Mengecek dan menyusun berkas-berkas dalam perjanjian kredit sesuai urutan yang diminta Direktur Utama, agar mudah dalam pengecekan Surakarta, 1 April 2011 Penyusun, Mengetahui, Desi Nurratnahati NIM. F Pembimbing Instansi Pembimbing, Dosen Yusak Adi Nugroho Pribadi Drs. Kresno Saroso NIP

123 Daftar Nilai Praktek Magang 106

124 Foto Kegiatan Magang 107

125 108

126 109

127 110

128 111

129 Lampiran 2 112

130 113

131 114

132 115

133 116

134 117

135 118

136 119

137 120

138 121

139 122

140 123

141 124

142 125

143 126

144 127

145 128

146 129

147 130

148 131

149 132

150 133

151 134

152 135

153 136

154 137

155 138

156 139

157 140

158 141

159 142

160 143

161 144

162 145

163 146

164 147

165 148

166 149

167 150

168 151

169 152

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi mayarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT MULTIGUNA PADA PT. BPR NGUTER SURAKARTA TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT MULTIGUNA PADA PT. BPR NGUTER SURAKARTA TUGAS AKHIR PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT MULTIGUNA PADA PT. BPR NGUTER SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Ahlimadya Program Studi DIII Keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Fungsi bank 1) Pengertian Bank Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Bank 2.1.1.1 pengertian Bank Bank lebih dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam dunia modern ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu Negara sangatlah besar.begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-Teori 1. Pengertian, Fungsi Dan Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE.MM BAB III KEGIATAN PERBANKAN 1. KEGIATAN PERBANKAN 2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA 3. KOMPONEN DALAM MENENTUKAN BUNGA KREDIT 4. FUNGSI BANK SECARA SPESIFIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Peranan bank sangat dibutuhkan masyarakat untuk menunjang kebutuhan sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para ahli ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank BAB II KONDISI PERUSAHAAN 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Bank Definisi Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian, Jenis-Jenis, dan Fungsi Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan BAB I PENDAHULUAN V. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Perbankan Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian bank, fungsi bank, dan jenis jenis bank : 2.1.1 Pengertian Bank Di Indonesia terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pertemuan 7 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukan bank yang menawarkan berbagai jenis kredit kepada. Upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf perekenomiannya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukan bank yang menawarkan berbagai jenis kredit kepada. Upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf perekenomiannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini tidak sedikit masyarakat yang masih mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Banyak sekali lembaga keuangan

Lebih terperinci

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

Ronny Kusnandar ISSN Nomor TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR) BERKAITAN DENGAN JAMINAN Oleh: Ronny Kusnandar, SH, SpN Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Kredit merupakan salah satu program

Lebih terperinci

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN 1 KREDIT MENURUT UU NO. 10/1998 TENTANG POKOK-POKOK PERBANKAN Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasajasa perbankan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD

PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD Program Studi Akuntansi S1 dan D3 Fakultas Ekonomi, Universitas Garut EISSN: 2527-6948 PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Kredit 2.1.1 Teori Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah kegiatan ekonomi. Menurut Ismail (2010: 10) menyebutkan

Lebih terperinci

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO Oleh A. Solikhin (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK Dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, selain berfungsi sebagai penampung dana masyarakat, juga berfungsi sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Bank Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENCAIRAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA

PERSYARATAN PENCAIRAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA PERSYARATAN PENCAIRAN KREDIT PROAKTIF PT. BPR NGUTER SURAKARTA Tugas Akhir : Di susun untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat ahli madya program studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam perkembangan dunia perbankan ini, pemikiran tentang pengertian suatu bank sangat sederhana. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian atau survey dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Bank adalah sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bank berasal dari bahasa itali yaitu banca yang berarti suatu bangku tempat

BAB II LANDASAN TEORI. Bank berasal dari bahasa itali yaitu banca yang berarti suatu bangku tempat 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa itali yaitu banca yang berarti suatu bangku tempat duduk. Sebab pada zaman pertengahan, pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori Bank II.1.1 Pengertian Bank Umumnya masyarakat mengenal bank sebagai badan usaha yang bertugas untuk menghimpun dana, mengelol dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek penyaluran kredit,

Lebih terperinci