KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp/Fax (021)

2 Draft LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR Laporan Akhir merupakan hasil tahapan rencana dan indikasi serta program investasi pada pekerjaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Desa Purwasari, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo. Secara garis besar laporan ini meliputi bagian-bagian sebagai berikut: Bagian Pendahuluan, berisi: latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kajian, dasar hukum dan sistematika pembahasan.. Bagian Pemahan RTBL, berisi uraian tentang konsepsi RTBL, materi RTBL, cakupan pembahasan RTBL dan struktur dan sistematika dokumen RTBL. Bagian Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan, pemikiran dan pendekatan perencanaan berisi informasi tentang kerangka Bagian Identifikasi Kawasan Perencanaan, berisi identifikasi kawasan baik secara makro sampai dengan mikro, meliputi: kependudukan, perekonomian, aktivitas, aksesibilitas, tata guna lahan, bangunan dan tata hijau, prasarana dan fasilitas lingkungan setempat, fakta lapangan serta potensi dan permasalahan pada kawasan perencanaan. Bagian Analisis SWOT Kawasan, berisi: analisi baik secara makro, mezo dan mikro, meliputi analisis tingkat kota, analisis tingkat wilayah perencanaan dan analisis kawasan perencanaan, terhadap elemen-elemen identifikasi Bagian Konsep Dasar dan Delineasi Kawasan; berisi: Kosep dan Gagasan Pengembangan kawasan dan batas-batas area perencanaan Bagian Konsep Tujuan, Visi dan Misi; berisi: Tujuan, Visi dan Misi Pembangunan Pasar Kuamang Kuning, melalui kegiatan RTBL Bagian Rencana Umum, berisi: Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan dan Konsep Komponen Perancangan Kawasan Bagian Blok-blok Pengembangan Kawasan serta Indikasi Program Penanganan, mengatur penerapan ketentuan dasar perancangan serta arahan Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan Bagian Rencana Investasi, berisi: program investasi Tata Bangunan dan Lingkungan pada setiap segmen kawasan Bagian Ketentuan Pengendalian Rencana, berisi: Pemanfaatan, Strategi dan Arahan Pengendalian dalam 5 tahun Pelaksanaan Program Pembangunan i

3 Draft LAPORAN AKHIR Untuk tindak lanjut dari rencana yang telah tersusun, kami sangat membutuhkan masukan-masukan, koreksi dan kritik demi kesempurnaan proses penanganan pekerjaan. Dengan selesainya laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, baik data maupun masukan dan pengarahan, sehingga terselesaikannya laporan antara ini. Jambi, Nopember 2012 Tim Penyusun ii

4 Draft LAPORAN AKHIR DAFTAR ISI BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I MAKSUD dan TUJUAN I Maksud I Tujuan I SASARAN DAN KELUARAN I Sasaran I Keluaran I MANFAAT i LINGKUP PERENCANAAN I Lingkup Spasial I Lingkup Temporal I Lingkup Material I LITERATUR HUKUM... I SISTEMATIKA PEMBAHASAN... I-9 BAGIAN 2 PEMAHAMAN R T B L 2.1. KONSEPSI R T B L II Pengertian R T B L II Kedudukan R T B L II MATERI R T B L II Program Bangunan Dan Lingkungan.. II Rencana Umum dan Panduan Rancangan. II Rencana Investasi.... II Rencana Detail.... II Ketentuan Pengendalian Rencana.. II Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.. II Detailed Engineering Design (DED).. II CAKUPAN KAWASAN R T B L II STRUKTUR DAN SISTEMATIKA DOKUMEN RTBL.. II-7 iii

5 Draft LAPORAN AKHIR BAGIAN 3 METODOLOGI PELAKSSANAAN 3.1. KERANGKA PIKIR. III PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN... III METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN.. III Metode Perumusan Masalah. III Metode Pengumpulan dan Kompilasi Data. III Metode Analisis... III Perumusan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan III Muatan Materi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan... III Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan. III-24 BAGIAN 4 IDENTIFIKASI KAWASAN RENCANA 4.1. KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING. IV DEMOGRAFI.. IV EKONOMI.. IV BUDAYA.. IV AKSESIBILITAS. IV KONDISI FISIK LINGKUNGAN IV TATA GUNA LAHAN... IV INTENSITAS DAN TATA BANGUNAN. IV TATA HIJAU DAN RUANG PUBLIK. IV-14 BAGIAN 5 ANALISIS S.W.O.T KAWASAN RENCANA 5.1. PENGERTIAN. V ANALISIS S.W.O.T KAWASAN RENCANA. V Analisis Kemampuan Tubuh dan Berkembang Kawasan.... IV Analisis Pengaruh Kebijakan Sektor dan Regional... IV Analisis Kedudukan Kawasan dalam Rangka Perwilayahan... IV Analisis Aspek Ekonomi dan Sosial Budaya... IV Analisis Kelembagaan Masyarakat... IV Analisis Partisipasi Masyarakat..... IV Analisis Tata Ruang Kawasan IV-13 BAGIAN 6 DELINEASI KAWASAN PERENCANAAN 6.1. PENGERTIAN. VI POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN.. VI-1 iv

6 Draft LAPORAN AKHIR 6.3. PENENTUAN DELINEASI KAWASAN... VI Pengertian IV Batas dan Karakteristik Kawasan IV-5 BAGIAN 7 TUJUAN, VISI DAN MISI 7.1. PENGERTIAN.. VII TUJUAN PEMBANGUNAN.. VII VISI DAN MISI.. VII-3 BAGIAN 8 KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN-LINGKUNGAN 8.1. PENGERTIAN.. VIII KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN.. VIII Dasar Pertimbangan VIII Konsep Penataan VIII KONSEP KOMPONEN PERANCANGAN KAWASAN.. VIII Struktur Peruntukan Lahan VIII Intensitas Pemanfaatan Lahan VIII Tata Bangunan VIII Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung VIII Sistem Ruang Terbuka Hijau VIII Sistem Tata Kualitas Lingkungan VIII Sistem Prasarana dan Utilitas Kawasan VIII ZONA PENGEMBANGAN DAN PROGRAM PENATAAN... VIII-29 BAGIAN 9 RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 9.1. PENGERTIAN. IX RENCANA UMUM. IX PANDUAN RANCANGAN. IX Prinsip Dasar Detail Perancangan IX Panduan Pengembangan Perancangan..... IX Arahan Pengembangan Spot Area Gerbang Barat (KW-01).. IX Arahan Pengembangan Sub Kawasan Koridor Barat (KW-02).. IX Arahan Pengembangan Spot Area Masdjid besar (KW-03).. IX Arahan Pengembangan Spot Area Ruang Terbuka Publik (KW-04) IX Arahan Pengembangan Sub Kawasan Koridor Tengah (KW-05). IX-25 v

7 Draft LAPORAN AKHIR Arahan Pengembangan Spot Area Sub Terminal (KW-06). IX Arahan Pengembangan Sub Kawasan Koridor Timur (KW-07.. IX Arahan Pengembangan Spot Area Gerbang Timur (KW-08) IX-40 BAGIAN 10 SIMULASI RANCANGAN 3-D PENGERTIAN. X D RANCANGAN SPOT KAWASAN... X Simulasi 3D Spot Kawasan 1 - Area Gerbang Barat..... X Simulasi 3D Spot Kawasan 2 Sub-Kawasan Kawasan Koridor Barat X Simulasi 3D Spot Kawasan 3 - Area Masdjid Besar..... X Simulasi 3D Spot Kawasan 4 - Area Ruang Terbuka Publik.... X Simulasi 3D Spot Kawasan 5 Sub-Kawasan Koridor Tengah... X Simulasi 3D Spot Kawasan 6 - Sub-Terminal dan Pasar Tradisional X Simulasi 3D Spot Kawasan 7 - Sub-Kawasan Koridor Timur. X Simulasi 3D Spot Kawasan 8 - Area Gerbang Timur..... X-9 BAGIAN 11 RENCANA INVESTASI INDIKASI PROGRAM KEGIATAN. XI SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI.. XI Sumber Pembiayaan..... XI Perencanaan Pembiayaan dan Program Investasi..... XI POLA KERJASAMA OPERASIONAL INVESTASI.. XI-9 BAGIAN 12 KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN. XII Pemanfaatan R T B L... XII Pengendalian R T B L..... XII STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA.... XII Prioritas Pelaksanaan Pembangunan XII Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan... XII ARAHAN PENGENDALIAN RENCANA.. XII Pemantapan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning. XII Sosialisasi RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning. XII Review RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning.. XII Mekanisme Pengelolaan Perijinan Pembangunan. XII-10 vi

8 Draft LAPORAN AKHIR DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Acuan Pendataan Ruang Perkotaan di Wilayah Perencanaan... III-6 Tabel 3.2. Desain Analisa Kemampuan Tumbuh dan Kembang Kawasan. III-8 Tabel 3.3. Desain Analisa Pengaruh Kebijakan Sektor dan Regional.. III-9 Tabel 3.4. Desain Analisa Kedudukan Kawasan dalam Sistem Perwilayahan III-9 Tabel 3.5. Desain Analisa Kependudukan. III-10 Tabel 3.6. Desain Analisa Perekonomian. III-11 Tabel 3.7. Desain Analisa Bentuk dan Struktur Kawasan. III-12 Tabel 3.8. Kecepatan dan Waktu yang Dibutuhkan Untuk Mengerem III-16 Tabel 3.9. Desain Analisa Tata Letak Bangunan.... III-16 Tabel Desain Analisa Jaringan Pergerakan dan Fungsi Jalan..... III-17 Tabel Desain Analisa Keadaan Utilitas.... III-17 Tabel Desain Analisa Keadaan Fasilitas Pelayanan..... III-18 Tabel Desain Analisa Keuangan dan Pengelolaan..... III-19 Tabel Rumusan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.... III-21 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Desa dan Jenis Kelamin.. IV-5 Tabel 4.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan... IV-6 Tabel 4.3. Besarnya Bagi Hasil Pajak dan Alokasi Dana Dusun... IV-7 Tabel Program Investasi Area Ruang Terbuka Publik (RTH)... XI-5 Tabel Program Investasi Area Ruang Terbuka Publik (Pujasera, Parkir)... XI-6 Tabel Program Investasi Area Sub Terminal... XI-7 Tabel Program Investasi Area Koridor Jalan Batanghari... XI-8 Tabel Program Investasi Area Gerbang KAwasan... XI-8 vii

9 Draft LAPORAN AKHIR DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kedudukan RTBL dalam Kawasan Perencanaan Tata Ruang... II-2 Gambar 2.2 Struktur dan Sistematikan Dokumen R T B L... II-7 Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo... III-2 Gambar 4.1. Identifikasi Kondisi Geografis dan Kawasan Rencana.. IV-2 Gambar 4.2. Delineasi Kawasan Pasar Kuamang Kuning... IV-3 Gambar 4.3. Peta Blok Kawasan Pasar Kuamang Kuning. IV-4 Gambar 4.4. Peta Identifikasi Kondisi Kondisi Budaya dan Aktivitas Lokal.. IV-10 Gambar 4.5. Peta Identifikasi Aksesibilitas Pergerakan... IV-11 Gambar 4.6. Peta Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah.... IV-12 Gambar 4.7. Peta Identifikasi Tata Guna Lahan Wilayah... IV-15 Gambar 4.8. Peta Identifikasi Intensitas Bangunan... IV-16 Gambar 4.9. Peta Identifikasi Tata Hijau dan Ruang Terbuka... IV-17 Gambar 5.1. Analisis Kemampuan Tumbuh dan Berkembang Kawasan... V-3 Gambar 5.2. Analisis Topografi Kawasan... V-14 Gambar 5.3. Analisis Tipologi Blok Kawasan... V-16 Gambar 5.4. Analisis Tata Guna Lahan Kawasan... V-17 Gambar 5.5. Analisis Tata Guna Lahan Bangunan... V-20 Gambar 5.6. Analisis Ketinggian Bangunan... V-21 Gambar 5.7. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan... V-24 Gambar 5.8. Analisis Aksesibiltas Pergerakan... V-28 Gambar 5.9. Analisis Jaringan Jalan... V-29 Gambar 5.10.Analisis Ruang Terbuka... V-31 Gambar 5.11.Analisis Titik Simpul... V-32 Gambar 5.12.Analisis Jaringan Utilitas... V-36 Gambar 6.1. Distribusi Fungsi Bangunan di Kaw. Pasar Kuamang Kuning VI-3 Gambar 6.2. Citra Bangunan Kawasan Pasar Kuamang Kuning.. VI-4 Gambar 6.3. Peta-Delineasi Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning... VI-6 Gambar 6.4. Peta-Blok Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning... VI-7 viii

10 Draft LAPORAN AKHIR Gambar 6.5. Identifikasi Koridor Jalan Batanghari Barat A... Gambar 6.6. Identifikasi Koridor Jalan Batanghari Barat B... Gambar 6.7. Identifikasi Kawasan Pasar A... Gambar 6.8. Identifikasi Kawasan Pasar B... Gambar 6.9. Identifikasi Kawasan Pasar C... Gambar 6.10.Identifikasi Kawasan Pasar C... Gambar 6.11.Identifikasi Koridor Jalan Batanghari Timur A VI-8 VI-9 VI-10 VI-11 VI-12 VI-13 VI-14 Gambar 7.1. Visi Pengembangan Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning Gambar 7.2. Konsep Pengembangan Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning VII-6 VII-7 Gambar 8.1. Konsep Struktur Peruntukan Lahan Kawasan VIII-9 Gambar 8.2. Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan (1) Kawasan.. VIII-12 Gambar 8.3. Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan (2) Kawasan.. VIII-13 Gambar 8.4. Konsep Ketinggian Bangunan.... VIII-16 Gambar 8.5. Konsep Pola Sirkulasi Publik.... VIII-19 Gambar 8.6. Konsep Pola Jaringan Jalan.... VIII-20 Gambar 8.7. Konsep Sistem Ruang Terbuka Hijau VIII-23 Gambar 8.8. Konsep Jaringan Utilitas.... VIII-28 Gambar 8.9. Zona Pengembangan Kawasan... VIII-30 ix

11 BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR :... TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING, KELURAHAN KUAMANG JAYA KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO Menimbang : a. bahwa perkembangan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan Pasar Kuamang Kuning dewasa ini semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, kebutuhan prasarana dan sarana, maupun lingkungannya untuk mendukung fungsi pusat pemerintahan Kabupaten Bungo; b. bahwa sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor... Tahun... tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo telah menetapkan kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai pusat pengembangan kawasan baru; c. bahwa untuk itu perlu menetapkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai pusat pengembangan kawasan baru. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor

12 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah; 11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun ; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor... Tahun... tentang Pemberhentian Pejabat Bupati... dan Pengesahan Pengangkatan Bupati..., Provinsi...; 13. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor... Tahun... tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi... Tahun

13 ...; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor... Tahun... tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo Tahun...; 15. Peraturan Daerah Kabupaten... Nomor... Tahun... tentang Rencana Detil Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo Tahun...; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor... Tahun... tentang Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Bungo Tahun...; 17. Peraturan Bupati Bungo Nomor... Tahun... tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Bungo MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI BUNGO TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING, KELURAHAN KUAMANG JAYA, KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 3. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 4. Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun kegiatan peninjauan kembali atas rencana kota yang telah ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu. 5. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan/penataan area yang telah ditetapkan. 6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur dan pola ruang

14 wilayah, serta kriteria dan pola pengelolaan kawasan wilayah. 7. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. 8. Dokumen RTBL adalah dokumen yang memuat materi pokok RTBL sebagai hasil proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan, termasuk di dalamnya adalah identifikasi dan apresiasi konteks lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan. 9. Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. 10.Pembinaan pelaksanaan adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan yang ditujukan untuk mewujudkan efektivitas peran para pelaku penyelenggara penataan bangunan dan lingkungan (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) pada tahap penyusunan RTBL, penetapannya menjadi peraturan gubernur/bupati/walikota, pelaksanaan pembangunan, dan peninjauan kembali/evaluasi terhadap penerapan RTBL. 11.Peran masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusan dan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan, desain, implementasi, dan evaluasi). Bagian Kedua Maksud, Tujuan, dan Lingkup Pasal 2 (1) RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning merupakan panduan rancang bangun lingkungan/kawasan Pasar Kuamang Kuning untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan di Kelurahan Kuamang Jaya, Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo. (2) Tujuan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah sebagai acuan dalam mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan di Kawasan Pasar Kuamang Kuning. (3) Lingkup RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning meliputi pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan pengembangan kawasan/ lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning.

15 BAB II MATERI RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Pasal 3 (1) Materi pokok RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning meliputi : a. Program Bangunan dan Lingkungan; b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; c. Rencana Investasi; d. Ketentuan Pengendalian Rencana; e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. (2) Penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning meliputi kawasan gabungan yaitu kawasan baru berkembang cepat dan kawasan terbangun. (3) Pola penataan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning meliputi : a. pengembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kelurahan Kuamang Jaya sebagai ibukota Kecamatan Pelepat Ilir; menciptakan kawasan Pasar Kuamang Kuning yang secara berkelanjutan dapat mempertahankan karakteristik lokal, yaitu sebagai sebuah sentra perdagangan/perekonomian kerakyatan yang khas dengan senantiasa melestarikan potensi lahan pertanian, perkebunan dan hutan sekaligus sebagai sebuah sentra permukiman/ ruang huni yang berwawasan lingkungan dengan didukung oleh berbagai fasilitas atau sarana prasarana umum yang memadai. b. kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai bagian dari kawasan pusat Kecamatan Pelepat Ilir direncanakan untuk mewadahi berbagai macam fungsi yaitu kegiatan perdagangan, pemerintahan, bisnis jasa dan barang, perkantoran, permukiman, fasilitas umum dan sosial yang mencakup fasilitas ibadah, jasa, kesehatan, transportasi, pendidikan dan rekreasi. c. konsep utama penataan kawasan perencanaan adalah memadukan seluruh komponen-komponen perancangan kawasan yang ada dan mengoptimalkan setiap elemen-elemen urban menjadi lebih berpotensi dalam menghidupkan kawasan. Penataan kawasan perencanaan pada hakekatnya diarahkan untuk mengendalikan dan meningkatkan fungsi kawasan sebagai kawasan perkotaan yang semakin berkembang pesat. d. arah pengembangan berpola linier/axial dengan simpul-simpul di sepanjang koridor jalan utama Jl.Batanghari, dari bagian terluar (pinggiran) dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan berangsur meningkat intensitasnya pada bagian terdalam (pusat kota). e. konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan pada kawasan Pasar Kuamang Kuning diarahkan sesuai dengan karakternya dan dibagi secara umum menjadi 3 ( tiga) segmen yaitu Area Barat, Area Tengah dan Area Timur dengan uraian sebagai berikut :

16 Segmen Area Barat untuk fungsi perdagangan dan komersial skala mengarah ke bawah yang bercitra tradisional. Segmen Area Tengah berpusat pada kawasan perdagangan tradisional dengan adanya Pasar Kuamang Kuning, sub terminal-ruang terbuka hijau kawasan serta penataan area Mesjid Besar Kuamang Kuning. Perancangan bangunan di dalam segmen area tengah diarahkan pada desain yang bercampur antara citra tradisional dengan modern. Segmen Area Timur untuk fungsi perdagangan dan komersial skala menengah ke atas yang bercitra modern. (4) Rincian materi pokok RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan ini. (5) Rincian materi disain teknik rinci ( detail engineering design) tahun pertama sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 4 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 sudah dilakukan dengan mendapat pertimbangan teknis dari tim ahli bangunan gedung dan mempertimbangkan pendapat publik. BAB III PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Pasal 6 (1) Pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning memperhatikan materi pokok RTBL sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (4). (2) Pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan RTBL Pasar Kuamang Kuning tahun pertama memperhatikan rencana teknik rinci (detailed engineering design) sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (5). (3) Pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning tahun kedua sampai tahun kelima memperhatikan materi pokok RTBL sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (4). (4) Pengembangan pelaksanaan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning dilaksanakan dengan menjadikan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 sebagai acuan pengembangan.

17 BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 (1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. (2) Peraturan ini disebarluaskan kepada para pemangku kepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Bungo pada tanggal 30 November 2012 BUPATI BUNGO H. SUDIRMAN ZAINI

18 Lampiran I PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR... TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING KELURAHAN KUAMANG JAYA KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO

19 Lampiran II PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR... TENTANG DISAIN TEKNIS RINCI (DETAILED ENGINEERING DESIGN) RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING KELURAHAN KUAMANG JAYA KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO

20 Bagian 1 P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditandai dengan adanya rencana pembangunan pusat-pusat pertumbuhan baru akan memberikan dampak atau pengaruh langsung maupun tidak langsung pada seluruh dimensi kehidupan dan aktivitas lokal dan sebaliknya seluruh dinamika perubahan kota yang ditandai dengan semakin bertambahnya kebutuhan serta semakin kompleksnya lokal akan mempengaruhi pola tata ruang kota. Tingkat kebutuhan hidup yang semakin bertambah akan menuntut evaluasi kembali terhadap rencana pembangunan kota yang sudah ada dengan menyediakan ruang-ruang serta infrastruktur baru yang lebih mendukung. Namun rencana pembangunan yang akan dihasilkan tetapsebuah membutuhkan mekanisme pengendalian yang baik agar prinsip keselarasan/keseimbangan di dalam kualitas hidup perkotaan yang layak dapat terwujud. Berdasarkan UU NO 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Kota, disebutkan bahwa perencanaan tata ruang kota dilakukan untuk menghasilkan Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Rencana Rinci Tata Ruang Kota. Rencana Rinci Tata Ruang terdiri dari Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) merupakan bentuk rencana operasionalisasi dari rencana rinci tata ruang kota, sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007, tanggal 16 Maret Tahun 2007, tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) suatu kawasan disusun berdasarkan pada tinjauan terhadap beberapa aspek sebagaimana yang diuraikan dalam butir-butir sebagai berikut: Aspek Rencana Tata Ruang Kota RTBL disusun berdasarkan pendekatan nilai srategis kawasan dan atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok, sub blok peruntukkan kawasan dalam bentuk dua demensional serta prasarana kawasan, struktur dan estetika bangunan yang diungkapkan dalam bentuk tiga demensional. I-1

21 Aspek Kegiatan Penataan bangunan dan lingkungan adalah merupakan kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Aspek Perencanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasan. Penataan kawasan Pasar Kuamang Kuning melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ditujukan untuk menghasilkan sebuah pedoman pembangunan sekaligus pengendalian terhadap pertumbuhan kota secara teknis sehingga lingkungan perkotaan yang humanis dan layak huni, berwawasan ekologi serta memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi lokal dapat tetap terwujud. Ruang lingkup RTBL Pasar Kuamang Kuning mencakup rencana pertumbuhan pembangunan, struktur kawasan, kualitas lingkungan permukiman serta kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan, meliputi : a) Persyaratan tata bangunan dan lingkungan; b) Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik, perwujudan perlindungan lingkungan; c) Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Melalui pedoman yang terangkum dalam RTBL Pasar Kuamang Kuning, maka Pemerintah Kota dapat memprediksi arah pertumbuhan kota serta menetapkan berbagai mekanisme kebijakan pembangunan yang menghindari terjadinya urban sprawl yang bersifat sporadis dan tidak terkendali. Titik lokasi perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning mencakup area di sepanjang koridor jalur utama Batanghari yang menyentuh sub-sub kawasan penting lokal area pasar, I-2

22 area pertokoan dan lingkungan sekitar, area Mas jid Besar, area ruang terbuka kota serta area simpul jalan utama yang dinilai memiliki nilai strategis dalam pembangunan kawasan secara holistik. Pemilihan kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai daerah sasaran pembangunan strategis didasarkan pula pada Rencana Tata Ruang Kabupaten Bungo yang menetapkannya sebagai kawasan konservasi. Dalam skala lokal, kawasan Pasar Kuamang Kuning merupakan pusat kegiatan perdagangan, sosial, budaya dan pemerintahan Kecamatan Pelepat Ilir yang ditandai dengan sebaran infrastruktur bangunan dan fasilitas umum yang berfungsi sebagai pusat aktivitas komersial, pasar, pendidikan, pemerintahan, religi/agama dan rekreasi. Adanya pola pergerakan publik yang mengarah ke pusat-pusat aktivitas tersebut di sekitar kawasan Pasar Kuamang Kuning memperlihatkan adanya indikasi kebutuhan akan ruang baru yang terencana dalam bentuk terminal atau sub-terminal kota yang memadai MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dimaksudkan untuk memberikan arahan perwujudan fisik Kawasan Perkotaan, yang mengacu pada Rencana Tata Ruang (RTR) serta kaidah / norma-norma sosial kultural setempat, agar tercipta suatu lingkungan yang terencana, tertib, aman, nyaman dan serasi. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah suatu panduan dan alat pengendali pembangunan, sebagai tindak lanjut rencana tata ruang kota, memberikan interpretasi wujud fisik ruang kawasan atau lingkungan yang secara keseluruhan dibentuk oleh adanya bangunan-bangunan beserta lingkungannya. Produk RTBL adalah Rencana Penataan Bangunan dan Pedoman Penataan Bangunan Tujuan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan bertujuan mengendalikan pemanfaatan ruang dan menciptakan lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi dan kehidupan masyarakat. I-3

23 Terarahnya penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, Prov. Jambi, sesuai dengan Permen PU No. 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan sebagai diamanatkan uleh UURI No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung, diantaranya: a. Menetapkan fungsi dan peranan kawasan perencanaan dalam konteks Kawasan Pasar Sengeti b. Mengarahkan keserasian bangunan (arsitektu ral) dan ruang antar bangunan (spasial) yang terdapat di kawasan perencanaan untuk mendukung identitas dan citra kota c. Penataan kawasan terbangun dan ruang terbuka sehingga tercipta tata lingkungan yang proporsional d. Mengintegrasikan pembangunan sarana prasarana dalam Kawasan perencanaan e. Memberikan panduan wujud struktural pemanfaatan ruang kawasan perkotaan dalam matra tiga dimensi, sejalan dengan rencana penataan kota, berikut panduan implementasinya, untuk dapat dioperasionalkan SASARAN DAN KELUARAN Sasaran Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah tersedianya dokumen RTBL status legal sebagai produk hukum, yang memuat pengaturan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, sebagai wujud: a. Pranata kawasan kota yang terpadu dari berbagai aspek terkait, yang bersifat teknis dan operasional untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang berkesinambungan b. Menciptakan keseimbangan, keserasian dan kelestarian lingkungan sebagai upaya mewujudkan fungsi ruang dan intensitas penggunaan lahan serta meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang secara optimal I-4

24 c. Tersedianya kemudahan dan kejelasan informasi program penataan kawasan kota bagi kalangan pemerintah, masyarakat maupun para investor/ swasta d. Bahan Rujukan Pemerintah Daerah di dalam menentukan kebijakan: - pemberian ijin mendirikan bangunan dan pemanfaatan bangunan (IMBB) - penertiban letak, ukuran bangunan gedung dan bukan gedung serta bukan bangunan - rancang bangun pada bangunan gedung dan bukan gedung serta sarana & prasarana kawasan Keluaran Output kegiatan ini dapat memenuhi dengan indikator kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut : 1. Indikator Kualitatif Tersusunnya Dokumen RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, yang dapat digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan bangunan dan lingkungan di kawasan tersebut. 2. Indikator Kuantitatif RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi yang terdiri dari : a. Dokumen RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo; b. Konsep Peraturan Walikota tentang pemberlakuan Dokumen RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo MANFAAT Manfaat dari RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo adalah sebagai bahan acuan Pemerintah Kabupaten Bungo dalam hal : Mengarahkan jalannya pelaksanaan kegiatan pembangunan sejak dini; Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan kongkret sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo; I-5

25 Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung; Mewujudkan kesatuan karakter dan estetika kawasan; Meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan; Mengendalikan pertumbuhan fisik kawasan; Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan kawasan yang berkelanjutan; Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan dengan menumbuhkan rasa memiliki LINGKUP PERENCANAAN Lingkup Spasial Lokasi Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, delineasi kawasan ditentukan berdasarkan rencana tata ruang kota, dan rencana tata ruang kawasan strategis yang bersangkutan. Lingkup spasial Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo adalah meliputi kawasan perencanaan: a. Lokasi : Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo b. Luas : maksimal 60 Ha (Sesuai Ketentuan Kep.Men.PU. No.06/PRT/M/2007, tentang Pedoman RTBL) Tinjauan terhadap lingkup spasial secara keseluruhan dibagi dalam 3 (tiga) jenjang, yaitu lingkup makro, lingkup mezo dan lingkup mikro. Terhadap area-area yang direncanakan merupakan area dengan peruntukan tertentu atau kawasan potensial, akan dilakukan penajaman analisis, rencana serta arahan secara lebih detail sebagai lingkup spasial mikro Lingkup Temporal Lingkup temporal RTBL Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, dalam rangka penataan dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun, yang berarti tahun penataan antara tahun Perencanaan penataan meliputi 4 (empat) tahap, yaitu: penyiapan masyarakat, perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan. I-6

26 Sedangkan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo adalah selama 7 (tujuh) bulan Lingkup Material Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo, merupakan suatu rencana pendayagunaan dan pemanfaatan ruang kota, guna membentuk jatidiri kota. Lingkup material secara substansial dalam penyusunan RTBL adalah mencakup pokok-pokok materi sebagai berikut: A. Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan, yang meliputi: 1. Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan 2. Rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan bangunan 3. Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan hingga pedestrian dan jalan setapak, halte dan penyeberangan 4. Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan perkotaan 5. Rencana Ruang hijau dan penghijauan B. Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi: 1. Ketentuan letak dan penampang bangunan gedung dan bangunan bukan gedung 2. Ketentuan letak dan penampang jaringan pergerakan 3. Ketentuan letak dan penampang jaringan utilitas 4. Ketentuan sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan lainnya. C. Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi: 1. Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, seperti perijinan mendirikan bangunan 2. Ketentuan pengaturan operasional penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah/ di bawah tanah I-7

27 3. Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penata pelaksanaan/ manajemen pelaksanaan pembangunan 4. Mekanisme pelaporan, pemantauan dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana) Pedoman penyusunan RTBL Kawasan diarahkan untuk mengendalikan dan meningkatkan fungsi kawasan sebagai kawasan pusat kota yang semakin berkembang pesat. Fungsi kawasan ditingkatkan melalui serangkaian penataan kegiatan yang diikuti penataan bangunan dan lingkungan. Bagian-bagian kawasan yang pasif dihidupkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Kawasan perencanaan RTBL yang terletak di inner city ini memiliki makna strategis terkait dengan struktur keruangan yang terintegrasi dalam pengembangan seluruh kawasan selanjutnya. Konsep utama penataan kawasan perencanaan adalah memadukan seluruh komponen-komponen perancangan kawasan yang ada dan mengoptimalkan setiap elemen-elemen urban menjadi lebih berpotensi dalam menghidupkan kawasan. Rencana umum akan menjelaskan beberapa hal yang akan mengatur penerapan ketentuan dasar perancangan, baik pada bangunan, kelompok bangunan, kavling maupun blok dan panduan ketentuan perancangan dalam dimensi yang terukur dan simulasi bangunan. Rencana umum ini mencakup aspek peruntukan lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan (KDB, KLB, KDH, dsb), Tata Bangunan, Sistem Sirkulasi, RTH, Tata Kualitas Lingkungan serta utilitas dan Prasaranan Lingkungan, yang secara lebih terarah diuraikan dalam spot-spot kawasan LITERATUR HUKUM Pedoman Penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo ini disusun berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku yaitu : a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; I-8

28 b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang; e. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung; f. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup; g. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah; h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung k. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan; m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; n. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan; o. SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan; p. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; q. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo. I-9

29 1.7. SITEMATIKA PEMBAHASAN Laporan Akhir RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning disusun secara sistematis dalam bentuk pelaporan dengan mengikuti aturan dan urutan sebagai berikut : BAB I BAB II PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran dan keluaran, manfaat, lingkup perencanaan, literarur hukum serta sistematika pembahasan. PEMAHAMAN RTBL Berisi uraian tentang konsepsi RTBL, materi RTBL, cakupan pembahasan RTBL dan struktur dan sistematika dokumen RTBL. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN DAN ALUR PIKIR Berisi uraian tentang kerangka dan alur pikir, pendekatan serta metodologi pelaksanaan pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo. BAB IV BAB V BAB VI IDENTIFIKASI LOKASI, POTENSI dan PERMASALAHAN Berisikan uraian dan pemaparan data eksisiting berkaitan dengan: Kebijakan Peruangan, Tata Ruang dan Lingkungan, prasarana dan fasilitas lingkungan setempat, fakta lapangan serta potensi dan permasalahan pada kawasan perencanaan ANALISIS SWOT Berisi uraian tentang Analisis Wilayah dan Kawasan Perencanaan secara makro dan mikro serta Analisis Perencanaan Komunitas dan Partisipasi Masyarakat DELINEASI KAWASAN PERENCANAAN Berisi uraian tentang penentuan batas kawasan perencanaan (delineasi) serta identifikasi elemen-elemen pada delineasi kawasan. BAB VII TUJUAN, VISI dan MISI Berisi uraian tentang tujuan, visi dan misi pembangunan, melalui kegiatan rencana tata bangunan dan lingkungan. I-10

30 BAB VIII KONSEP RENCANA UMUM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Berisi pembahasan Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan dan Komponen Perancangan Kawasan BAB IX BAB X BAB XI BAB XII RENCANA UMUM dan PANDUAN RANCANGAN Berisi pembahasan mengenai rencana umum pengembangan kawasan dan panduan rancangan secara detail terhadap 3 (tiga) zona segmen pengembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning yang dibagi menjadi 8 (delapan) spot area dalam bentuk aturan wajib, aturan tambahan, aturan anjuran utama dan aturan anjuran. SIMULASI 3D PENGEMBANGAN KAWASAN Berisi gambaran secara 3 (tiga) dimensional pengembangan spotspot kawasan perencanaan RENCANA INVESTASI Berisi tentang Indikasi Program Kegiatan dan Pembiayaan serta Strategi Rencana Investasi dan Pola Kerjasama Investasi KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA Berisi Pemanfaatan, Strategi dan Arahan Pengendalian dalam 5(lima) tahun Pelaksanaan Program Pembangunan I-11

31 Laporan Akhir Bagian 2 PEMAHAMAN R T B L 2.1. KONSEPSI R T B L Pengertian Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan disebutkan bahwa: RTBL merupakan panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2005 Tentang Bangunan Gedung: Ayat 1 RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata bangunan sebagai tindak lanjut RTRW Kabupaten/ Kota dan / atau RDTRKP, digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan dan sebagai panduan rancangan kawasan untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan Ayat 2 RTBL memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan Berdasarkan uraian tersebut, maka RTBL merupakan produk penataan ruang kawasan yang memuat berbagai butir panduan/pedoman pembangunan infrastruktur bangunan dan lingkungan kawasan secara teknis serta yang berperan pula sebagai pedoman pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan secara periodik (urban/ environmental - building design and development guidelines). Melalui perangkat RTBL yang menjadi bagian penting dari rencana dan tata kelola pembangunan ( urban - development management), diharapkan akan tercipta suatu lingkungan binaan yang layak huni, serasi dan seimbang, berjati diri serta memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan lokal. II-1

32 Laporan Akhir Kedudukan RTBL Kedudukan dan kaitan RTBL dengan program penataan ruang secara umum dapat digambarkan dalam diagram berikut ini: KEDUDUKAN RTBL dan KAWASAN PERENCANAAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH KABUPATEN WILAYAH KOTA PERATURAN DAERAH BANGUNAN GEDUNG Sumber: Danang Priatmodjo, Diseminasi Program RTBL, Batam, 2008 Gambar 2.1. Kedudukan RTBL dalam Kawasan Perencanaan Tata Ruang II-2

33 Laporan Akhir 2.2. MATERI R T B L Materi pokok RTBL yang meliputi: program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, rencana detail, ketentuan pengendalian rencana, pedoman pengendalian pelaksanaan serta DED bagian kawasan disertai RAB dab RKS, yang dijelaskan pada uraian berikut: Program Bangunan dan Lingkungan Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan program bangunan dan lingkungan meliputi: a. Ketentuan jenis bangunan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, diperlukan dan diadakan pada suatu kawasan b. Ketentuan mengenai waktu realisasi bangunan dan pelaku pembangunannya c. Ketentuan mengenai jumlah maksimum tiap jenis bangunan atau kelompok fungsi bangunan yang dibutuhkan pada suatu kawasan d. Ketentuan besaran masing-masing masa bangunan dengan mempertimbangkan aspek potensi / intensitas pemanfaatan lahan, fungsi bangunan, arsitektur dan lingkungan e. Ketentuan mengenai luasan yang dibutuhkan untuk setiap jenis / macam bangunan atau kelompok fungsi bangunan yang ditetapkan f. Ketentuan mengenai ruang terbuka hijau g. Ketentuan mengenai fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) Rencana Umum dan Panduan Rancangan Rencana umum Tata Bangunan dan Lingkungan (design plan) meliputi: a. Peruntukan lahan mikro, yang berpedoman pada prinsip keragaman (diversity) yang berimbang, yang diberlakukan secara horisontal maupun vertikal b. Rencana perpetakan, yang mempertimbangkan perpetakan yang telah ada, ketentuan sempadan bangunan dan faktor-faktor keselamatan bangunan II-3

34 Laporan Akhir c. Rencana tapak, yang memuat arahan tata letak bangunan, orientasi bangunan, indikasi bentuk dan tampak bangunan secara keseluruhan dalam suatu lingkungan dan arahan aksesibilitas serta sarana parkir d. Rencana sistem pergerakan, meliputi rencana pergerakan (sirkulasi) dari berbagai macam moda angkutan dan manusia, rencana jalan, pedestrian, parkir, halte dan penyeberangan e. Rencana sarana / prasarana lingkungan, yang terkait dengan tata bangunan seperti hidran lingkungan, jaringan air bersih, drainasi, limbah / sampah, listrik, telepon, gas, yang penataan / penempatannya terpadu dengan ruang antar bangunan (pedestrian, jalan, ruang terbuka), serta mempertimbangkan potensinya sebagai elemen lingkungan, seperti box telepon, lampu penerangan, tempat sampah, yang berciri lokal/ kontekstual f. Rencana aksesibilitas lingkungan, yang meliputi sistem sirkulasi, simpul interaksi dengan lingkungan sekitarnya serta rencana sarana prasarana aksesibilitas, seperti jembatan penghubung dan ruang terbuka g. Rencana wujud bangunan, yang meliputi rencana garis sempadan bangunan (GSB), koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), koefisien darah hijau (KDH), koefisien tapak basement (KTB), ketinggian bangunan, elevasi / peil, orientasi bangunan, bentuk dasar bangunan, gubahan massa, selubung bangunan, arsitektur bangunan dan lingkungan, bahan bangunan eksterior dan pertandaan (signage) Rencana Investasi Rencana investasi berkaitan dengan waktu dan sumber dana, meliputi: a. Program investasi jangka menengah (minimal 5 tahun), yang meliputi tolok ukur / kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan, sumber pendanaan b. Program investasi yang bersumber dari pemerintah, swasta dan masyarakat II-4

35 Laporan Akhir Rencana Detail Rencana detail merupakan penjabaran secara rinci dari rencana umum, yang bersifat panduan rencana teknik tata bangunan, yang lebih memperjelas pencapaian kualitas minimal visual dan lingkungan yang responsif. Materi rencana detail seperti rencana umum, namun lebih rinci menjelaskan arahan bentuk, dimensi, gubahan dan perletakan dari suatu bangunan, komponen bangunan, komposisi bangunan, ruang terbuka, sarana prasarana bangunan dan lingkungan beserta elemen pengisinya Ketentuan Pengendalian Rencana Memuat ketentuan administrasi untuk pengendalian pelaksanaan rencanarencana tersebut diatas, sehingga RTBL dapat terlaksana secara efektif. Ketentuan administrasi ini diterapkan dengan berlandaskan pada kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat setempat dan kelembagaan pemerintah daerah Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Merupakan rumusan arahan substansi teknis, dapat dipakai sebagai masukan bagi peraturan daerah mengenai tata bangunan pada lingkungan tertentu. Administrasi pengendalian pelaksanaan melingkupi juga ketentuan umum penatalaksanaan atau manajemen pelaksanaan pembangunan perkotaan (urban development management) Detail Engineering Design (DED) Merupakan penjabaran rinci rencana detail (rancangan gambar kerja) yang secara konstruksi siap untuk dilaksanakan pembangunannya. Rancangan gambar kerja ini dilengkapi dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat. II-5

36 Laporan Akhir 2.3. CAKUPAN KAWASAN R T B L Penyusunan dokumen RTBL dilaksanakan pada suatu kawasan/ lingkungan bagian wilayah Kabupaten atau Kota, kawasan perkotaan dan atau pedesaan, yang dapat diidentifikasi sebagai kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana atau gabungan (campuran) dari berbagai kondisi kawasan tersebut diatas. Kawasan Perencanaan mencakup suatu lingkungan atau kawasan dengan luas 5 60 hektar (Ha), dengan ketentuan sebagai berikut: Kota Metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha, Kota besar/ sedang dengan luasan Ha Kota kecil/ desa dengan luasan Ha Penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan (d eliniasi) berdasarkan pada faktor-faktor berikut: Administrasi, seperti wilayah RT, kelurahan, kecamatan dan bagian wilayah kota/ desa, Non-adminitrasi, yang ditentuakn secara kultural tradisional ( tradtional culturalspatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari, Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kota lama. Lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional, Kawasan yang meiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya, dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga ( central business district), industri dan kawasan bersejarah. Jenis Kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana dan kawasan gabungan atau campuran. II-6

37 Laporan Akhir 2.4. STRUKTUR DAN SISTEMATIKA DOKUMEN R T B L Struktur dan sistematikan dokumen RTBL meliputi tahapan seperti berikut. Gambar 2.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL II-7

38 Bagian 3 METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. KERANGKA PIKIR Secara umum pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo terdiri atas kegiatan sebagai berikut: 1. Proses pendataan (identifikasi dan pengumpulan data); 2. Analisis (me ngelola data-data menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang); 3. Perumusan potensi dan masalah (mengidentifikasi hasil kegiatan analisis yang masih parsial menjadi rangkuman potensi dan masalah pembangunan dan penataan ruang kawasan perencanaan; 4. Perumusan konsep dan strategis penataan ruang (Setelah mengetahui potensi dan permasalahan di Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo, selanjutnnya ditentukan konsep/skenario pemecahannya); 5. Penentuan kebijakan penataan ruang (merupakan uraian kebijakan penataan ruang kawasan studi). Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkah-langkah penentuan arah pengembangan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan rencana panduan rancang kawasan. Proses penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti digambarkan dalam diagram dibawah ini: III-1

39 PENDAHULUAN ANTARA DRAFT AKHIR AKHIR PERSIAPAN: Perijinan Time Schedule Metodologi Mobilisasi LATAR BELAKANG DAN MASALAH PENGUMPULAN DATA PRIMER: Fisik Dasar Guna Lahan Pra+Sarana Zona Spesifik dll KAJIAN: KAK Studi Pendahuluan Maksud-Tujuan- Sasaran SEKUNDER: RTRW Prop. Jambi, RTRW Kota Bungo, RDTR, BPS, dll Klasifikasi dan Kategorisasi RONA KAWASAN Aspek-aspek: Sosial Kependudukan Prospek pertumbuhan Ekonomi, Daya Dukung Fisik dan Lingkungan, aspek legal konsolidasi lahan perencanaan, daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan, kajian aspek signifikansi histories kawasan Analsis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat Menyiapkan model kondisi lingkungan Menentukan sasaran penataan lingkungan Menyusun rencana awal kegiatan KONSEP RENCANA UMUM/ PANDUAN RANCANGAN Menyusun Strategi, Program, Kegiatan Kawasan RANCANGAN RENCANA INVESTASI RENCANA UMUM/ PANDUAN RANCANGAN RANCANGAN KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PERBAIKAN RANCANGAN RENCANA INVESTASI PERBAIKAN RANCANGAN KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PERBAIKAN PERANCANGAN PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN KONSEP DRAFT PERDA/ SK Bupati Bungo RENCANA UMUM/ PANDUAN RANCANGAN RENCANA INVESTASI KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN DRAFT PERDA/ SK Walikota Banjarmasin LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN ANALISIS dan KAJIAN LAPORAN ANTARA RANCANGAN PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN DRAFT LAPORAN AKHIR LAPORAN AKHIR PERSIAPAN PENENTUAN DELINEASI WILAYAH PERENCANAAN, PENGUMPULAN DATA (PRIMER DAN SEKUNDER) ANALISIS PENYUSUNAN PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA DAN PANDUAN RANCANGAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN, RANCANGAN RENCANA INVESTASI, RANCANGAN KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA DAN RANCANGAN PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN KELUARAN RTBL TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV Gambar 3.1. Kerangka Pikir III-2

40 3.2. PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Pendekatan pelaksanaan pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo dilakukan dengan cara: Pendekatan empiris-substantial: Dalam tahapan identifikasi kondisi eksisting dan pengenalan permasalahan maupun tahap analisis, perlu pendekatan yang mempertimbangkan fakta dan realita yang ada di lapangan, sehingga ada kesinambungan kecenderungan kearah penyelesaian dan penyusunan perancangan yang lebih baik pada setiap aspek substansi analisisnya. Sedangkan aspek substansi yang perlu dimasukkan dalam pendekatan analisis empiris ini meliputi aspek sosial, kultural, ekonomi, tata ruang dan lingkungan. Pendekatan normatif: Dalam proses analisis, konsep maupun rencana, akan mengacu pada peraturan-peraturan, kebijakan-kebijakan, dan standart yang berlaku di wilayah perencanaan. Pendekatan teoritis: Dalam tahapan proses analisis, konsep maupun rencana, juga akan menggunakan pendekatan secara teoritis untuk mendapatkan model ataupun menyusun konsep yang ideal. Pendekatan substansi perencanaan dan tata ruang kota, mencakup kajian peranan kawasan perencanaan dalam konteks struktur ruang Kawasan Kota Bungo. Pendekatan substansi ekonomi, dimaksudkan untuk memicu peningkatan perekonomian baik dalam tingkat kawasan, kota, propinsi, maupun perekonomian masyarakat yang terkait dengan pengembangan kawasan; Pendekatan substansi sosial, bertujuan untuk meminimalkan konflik dan kesenjangan sosial dari pelaku dan pendukung kegiatan di lingkungan kawasan ini; Pendekatan substansi budaya, dalam rangka keberlanjutan pelestarian nilai-nilai budaya dan warisan kesejarahan; III-3

41 Pendekatan lingkungan, diusahakan seminimal mungkin terjadi dampak terhadap lingkungan, serta diselaraskan dengan prinsip sustainable development. Pendekatan partisipatif, mengikut sertakan pihak-pihak yang berpengaruh dalam proses pelaksanaan studi, baik institusi pemerintah, kalangan profesional serta masyarakat yang terkait dalam proyek studi METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN Metode Perumusan Masalah Setiap kota adalah unik, sehingga sulit untuk dapat mengidentifikasi masalah yang spesifik Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo hanya dengan menggunakan secara mentah-mentah teori yang ada. Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan tersebut, rumusan masalah disusun bertahap untuk dapat memahami dengan benar kawasan perencanaan. Sebelum pengumpulan data, dikemukakan rumusan masalah yang bersifat luas sebagai panduan dalam mengumpulkan data. Rumusan masalah awal adalah bagaimanakah kawasan ini sebagai sebuah kawasan permukiman campuran berkembang pada kondisi sekarang. Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk; mengenali bagaimana secara spasial kawasan ini mengalami perubahan dalam rangka beradaptasi dengan perkembangan waktu, obyek formal pengamatan adalah kawasan perencanaan sebagai kawasan permukiman campuran dan obyek material pengamatan adalah cara-cara masyarakat mengubah bangunan dan lingkungan dalam beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan spasial, dan tahapan tindakan dan jenis tindakan maupun bentuk-bentuk yang dipilih Metode Pengumpulan dan Kompilasi Data 1) Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dalam rangka menyusun gambaran umum mengenai kawasan perencanaan serta isu-isu strategis yang terkait. Data-data yang dibutuhkan meliputi: III-4

42 a. Peraturan dan Rencana Terkait Data tentang peraturan terkait diperlukan untuk mengetahui arahan dan batasan perencanaan. Sesuai dengan hirarki rencana, RTBL suatu kawasan harus tunduk pada rencana yang tingkatannya lebih tinggi, seperti RTRW Kota dan RDTR Kota (bila ada). b. Sejarah dan Signifikansi Historis Kawasan Data tentang sejarah kawasan diperlukan untuk dapat membuat rencana pengembangan yang tidak mengabaikan aspek kesejarahan, bahkan sedapat mungkin memanfaatkan sejarah kawasan sebagai tema pengembangan. Signifikansi histori menjadi batasan perencanaan yang tidak dapat ditawar bila di kawasan perencanaan terdapat situs dan bangunan bersejarah. c. Kondisi Sosial dan Budaya Data tentang sosial dan budaya kawasan perencanaan diperlukan untuk dapat membuat perencanaan yang mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat setempat, terkait dengan kehidupan sosial budaya. Informasi mengenai bangunan budaya secara lebih spesifik juga perlu dicari d. Kependudukan Data kependudukan di kawasan perencanaan diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan sarana dan prasarana baik dari segi jenis maupun besarannya e. Pertumbuhan Ekonomi Data tentang pertumbuhan ekonomi di kawasan perencanaan diperluan untuk dapat membuat rencana pengembangan yang mampu memanfaatkan potensi ekonomi setempat. f. Kepemilikan Lahan Data kepemilikan lahan di kawasan perencanaan diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi perpetakan serta kepemilikan masing-masing petak. g. Prasarana dan Fasilitas Data tentang prasarana dan sarana di kawasan perencanaan diperlukan untuk mendapatkan gambaran tentang ketersediaan prasarana dan fasilitas di kawasan yang dapat dijadikan acuan untuk membuat rencana pengembangan. Berdasarkan kondisi yang ada dapat dibuat rencana perbaikan atau penambahan prasarana dan sarana. III-5

43 2) Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih terukur dan detail. Berikut acuan survai yang akan diterapkan : Tabel 3.1. Acuan Pendataan Ruang Perkotaan di Wilayah Perencanaan ELEMEN PERENCANAAN KAWASAN Guna Lahan Kawasan Kebijakan pendistribusi fungsi/kegiatan pada kawasan saat ini dan mendatang Jenis dan lokasi magnet-magnet kegiatan budaya komersial dan pariwisata yang direncanakan dan yang tidak direncanakan Eksisting : area terbangun dan tidak terbangun Sistem Penghubung Kebijakan pola pergerakan di daerah perencanaan dan Kota Surakarta. Trayek angkutan umum yang terkait dengan daerah perencanaan. Jenis dan lokasi fasilitas transportasi di daerah perencanaan Ruang ruang terbuka Rencana pengalokasian ruang terbuka di daerah perencanaan Jenis dan lokasi ruangruang sosial dan rekreasi yang terencana dan tidak terencana. Tata bangunan Perencanaan intesitas pemanfaatan lahan : KDB, KLB Peraturan tata bangunan : ketinggian bangunan, KDB, KLB, koservasi bangunan, dll Kondisi eksisting Sistem utilitas lingkungan Perencanaan sistem dan jaringan Peraturan terkait Kondisi lapangan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 D A T A Rencana yang pernah ada. Eksisting area terbangun dan tidak terbangun Jenis dan lokasi kegiatan budaya = generator kawasan (rencana dan fenomena) Jenis dan lokasi kegiatan komersial = generator kawas an (rencana dan fenomena) Jenis dan lokasi kegiatan pariwisata = generator kawas an (rencana dan fenomena) D A T A Rencana yang pernah ada. Peta jalan DATA YANG DIBUTUHKAN Dan SUMBER DATA Surat Keputusan penetapan trayek angkutan umum di Kota Surakarta Jenis dan lokasi fasilitas transportasi : terminal, subterminal, dll D A T A Rencana yang pernah ada. Lokasi ruang-ruang terbuka yang digunakan sebagai ruang sosial/rekreasi di daerah perencanaan D A T A Perencanaan KDB, KLB Peraturan Tata bangunan Eksisting : intensitas pemanfaatan lahan, ketinggian bangunan, penyikapan terhadap bangunan lama D A T A Perencanaan sistem dan jaringan : listrik, telepon, drainase Peraturan Tata bangunan Eksisting : jaringan yang ada SUMBER Dokumen Tata Ruang (Bapeda, DTRK, BPN) Dinas Diknas, Dinas Pariwisata, DTRK Survai lapangan Dinas Perindag, Dinas Pariwisata, DTRK Survai lapangan Dinas Pariwisata, DTRK Survai lapangan SUMBER Dokumen Tata Ruang (Bapeda, DTRK, DPU) Dinas Perhubunngan Dinas Perhubunngan Survai lapangan : wawancara, sketsa, fotografi. SUMBER Dokumen Tata Ruang (Bapeda, DTRK, Dinas Pertamanan, dll) Survai lapangan : wawancara, sketsa, fotografi. SUMBER Dokumen Tata Ruang (Bapeda, DTRK) DTRK Survai lapangan : wawancara, sketsa, fotografi. SUMBER Dokumen Tata Ruang (Bapeda, PLN, TELKOM) Dinas terkait Survai : fotografi, wawancara, sketsa. III-6

44 Metoda Analisis Berdasarkan data yang terkumpul, dapat dilakukan metode analisa fisik dan metode analisa non-fisik, yaitu: 1. Metode Analisa Fisik Dari data yang telah diinventarisir dengan dukungan teori dan pemahaman yang benar, dilakukan analisa pada 3 (tiga) hal pokok yaitu sebagai berikut; a. Data yang telah dikumpulkan dengan cara pengamatan maupun wawancara kemudian diberi nama menurut konsep-konsep tertentu. Sebagai contoh, data-data yang menunjukkan pemanfaatan lahan pada kawasan dapat diberi label guna lahan. b. Data yang telah diklasifikaikan dan disajikan menurut label tertentu kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel maupun gambar yang skematis dan dikelompokkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai contoh, perubahan guna lahan dan perubahan fasad pada bangunan komersial dapat dinamai strategi untuk membuat kegiatan komersial. c. Data-data yang telah dikategorikan kemudian digabungkan sehingga menghasilkan tema-tema khusus. 2. Metode Analisa Non-Fisik Analisis merupakan proses untuk mengidentifikasi, memetakan dan mengapresiasi konteks lingkungan baik internal maupun eksternal yang terdapat di kawasan perencanaan dan dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan dan vitalitas kawasan. Analisis dilakukan dengan metoda analisis SWOT : a. Kekuatan/potensi ( strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama tidak atau belum diolah secara maksimal atau terabaikan keberadaannya. b. kelemahan/permasalahan ( weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan. c. Prospek/kesempatan ( opportunity) pengembangan yang lebih luas pada masa yang akan datang d. Kendala/Hambatan ( threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal dari faktor eksternal. III-7

45 Selain kedua metode analisa di atas, analisa terhadap data yang telah dikumpulkan dibedakan pula analisanya berdasarkan lingkup keruangannya, yaitu analisa makro dan analisa mikro, yaitu sebagai berikut: 1. Analisa Makro a. Analisa Kemampuan Tumbuh dan Berkembangnya Kawasan Analisa kemampuan tumbuh dan berkembangnya kawasan merupakan analisa yang menilai kecenderungan sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinan di masa depan terutama pengaruh tumbuhnya fungsi baru. Analisa kemampuan tumbuh dan berkembangnya kawasan, antara lain: Potensi kawasan dan permasalahannya, sehingga terdapat gambaran hubungan atau ketergantungan kawasan perencanaan dengan wilayah sekitarnya; Pengaruh potensi dan permasalahan terhadap perkembangan sektorsektor kegiatan di kawasan yang direncanakan, sekarang dan dimasa depan sehingga terdapat gambaran hubungan atau ketergantungan antar sektor. Tabel 3.2. Desain Analisa Kemampuan Tumbuh dan Kembang Kawasan Analisa Deskripsi Metode Analisa kemampuan tumbuh dan berkembangny a kawasan Pengertian : Kajian tentang perkembangan kawasan perencanaan Tujuan : - Mengkaji kondisi kota saat ini. - Mengkaji pengaruh eksternal yang mempengaruhi perkembangan kawasan. Bahan Yang Dianalisa : - Potensi dan permasalahan kawasan - Pengaruh potensi dan permasalahan kawasan Hasil Analisa : kawasan akan tumbuh dan berkembang sesuai potensi akan dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya. Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 b. Analisa Pengaruh Kebijaksanaan Sektor Dan Regional Metode Deskriptif Analisa ini meliputi analisa pengaruh kebijaksanaan sektoral dan regional. Selengkapnya mengenai analisa ini dapat dilihat pada tabel berikut: III-8

46 Tabel 3.3. Desain Analisa Pengaruh Kebijaksanaan Sektor Dan Regional Analisa Deskripsi Metode Analisa pengaruh kebijaksanaa n sektoral dan regional Pengertian : Kajian tentang kebijaksanaan yang berpengaruh terhadap kawasan perencanaan Tujuan : - Mengkaji kebijaksanaan sektoral terhadap perkembangan sektor-sektor kegiatan di Kawasan perencanaan. - Mengkaji pengaruh kebijaksanaan sektoral terhadap sektor-sektor kegiatan di pusat-pusat wilayah khususnya terhadap kota yang direncanakan. Bahan Yang Dianalisa : - Kebijaksanaan penataan ruang dalam lingkup propinsi dan kabupaten - Kebijaksanaan pengembangan sektoral - Kebijaksanaan lain yang terkait Hasil Analisa : Arah dan tujuan pembangunan/penataan ruang kawasan studi Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 c. Analisa Kedudukan Kawasan Dalam Rangka Perwilayahan Metode Deskriptif Tabel 3.4. Desain Analisa Kedudukan Kawasan Dalam Sistem Perwilayahan Analisa Deskripsi Metode Analisa kedudukan kawasan Pengertian : Analisa untuk menemukenali kedudukan kawasan perencanaan dalam wilayah yang lebih luas Tujuan : - Mengetahui Kedudukan kawasan dalam sistem kota-kota yang ada. - Perkembangan sektor sektor kegiatan kota dan pengaruhnya terhadap sistem kota-kota yang ada sekarang dan masa depan - Menentukan fungsi kawasan perencanaan Bahan yang Dianalisa : - Pola Jaringan infrastruktur - Arus pergerakan penduduk & barang secara makro - Pusat-pusat pelayanan dalam wilayah yang lebih luas Hasil Analisa : Kedudukan dan fungsi Kawasan dalam wilayah yang lebih luas Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 Metode Deskriptif III-9

47 2. Analisa Mikro a. Analisa Aspek Sosial Ekonomi 1) Karakteristik kependudukan dalam hal jumlah, kepadatan, penyebaran, komposisi, mobilitas, keadaan sosial dan ekonomi dan aspirasi penduduk Analisis ini meliputi kualitas dan kuantitas penduduk di kawasan perencanaan dengan aktivitas penduduknya yang terutama mempengaruhi aktivitas perdagangan dan jasa. Tujuan analisis adalah untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh penduduk serta pola pergerakannya sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan daya dukung terhadap pengembangan Kawasan studi sebagai simpul perdagangan dan jasa. Selain itu kita juga dapat mengetahui relasi sektor kependudukan dengan sektor-sektor lainnya dalam memberikan daya dukung tersebut. Tabel 3.5. Desain Analisa Kependudukan Analisa Deskripsi Metode Analisa Karakteristik Penduduk Pengertian : Analisa mengenai jumlah dan komposisi penduduk, kepadatan dan penyebaran, mobilitas, keadaan sosial ekonomi dan aspirasi penduduk. Tujuan : Mengetahui dominasi pada tiap kelompok penduduk sehingga dapat diketahui karakteristik penduduk pada wilayah studi. Bahan yang dianalisa : - Jumlah penduduk; Kepadatan penduduk - Penyebaran penduduk; Komposisi penduduk - Mobilitas penduduk; Keadaan sosial ekonomi - Aspirasi masyarakat / penduduk Produk Analisa : Karakteristik penduduk berdasarkan kelompok penduduk. Sumbe : Analisis Tim Penyusun, ) Kegiatan ekonomi Analisa Kuantitatif Analisis terhadap kegiatan ekonomi di suatu kawasan yang meliputi jenis, lokasi aktivitas, kecenderungan perkembangan aktivitas ekonomi itu sendiri yang dipengaruhi oleh sektor-sektor lain yang turut mewarnai sektor ekonomi. Proses analisis ini meliputi aktivitas ekonomi kawasan yang mengacu pada sektor perdagangan dan jasa. Tujuan analisis ekonomi adalah mengidentifikasi karakteristik aktivitas ekonomi kawasan yang III-10

48 meliputi pola penyebaran aktivitas ekonomi dan pola pemanfaatan simpul kawasan. Dalam analisis sektor ekonomi, input yang digunakan berupa karakteristik pelayanan fasilitas umum dan fasilitas sosial, karakteristik pelayanan transport, karakteristik penduduk termasuk di dalamnya mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan mobilitas penduduk, pendapatan daerah, luas wilayah, dan aksesibilitas. Input tersebut akan digunakan dalam proses analisis yang meliputi analisis sektor dominan, analisis pola ekonomi penduduk, analisis persebaran aktivitas ekonomi, dan analisis skala pelayanan. Dari analisis-analisis yang dilakukan akan menghasilkan sektor dominan, pola ekonomi penduduk, skala pelayanan aktivitas pelayanan perdagangan dan jasa, dan pola persebaran aktivitas ekonomi kawasan yang kemudian digunakan dalam analisis aktivitas ekonomi untuk mendapatkan karakteristik aktivitas ekonomi dengan isu pokok sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan karakteristik aktivitas ekonomi yang didapat dijadikan input untuk melakukan analisis optimalisasi pemanfaatan ruang aktivitas ekonomi. Analisis-analisis tersebut menggunakan metode analisis deskriptif kualitas dan atau kuantitas. Tabel 3.6. Desain Analisa Perekonomian Analisa Deskripsi Metode Analisa Sektor-sektor Perekonomian Pengertian : Analisa kecenderungan perkembangan dan perkiraan dimasa depan tiap sektor kegiatan ekonomi dalam hal kapasitas investasi, penyebaran tenaga kerja, produksi, sifat-sifat kegiatan dan perkiraan kebutuhan investasi. Tujuan : Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan ekonomi kota termasuk kecenderungan perkembangan dan perkiraan dimasa depan. Bahan yang dianalisa : - Pertumbuhan produksi tiap sektor perekonomian eksisting, besarnya investasi tiap sektor kegiatan ekonomi - Kapasitas investasi sektor kegiatan ekonomi - Sifat-sifat sektor kegiatan ekonomi Produk Analisa : Deskripsi tentang sektor-sektor ekonomi kota, kecenderungan dan perkiraan keadaan tiap sektor perekonomian dimasa depan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 Analisa Deskriptif Kualitatif dan kuantitatif III-11

49 b. Analisa Aspek Tata Ruang 1) Karakteristik fisik dasar alamiah, seperti keadaan topopgrafi, kemiringan tanah, geologi tanah dan hidrologi Tabel 3.7. Desain Analisis Bentuk Dan Struktur Kawasan Analisa Deskripsi Metode Analisa Fisik Dasar Alamiah Pengertan : analisas tentang fisik dasar alamiah kota berkaitan dengan kemampuan mendukung aktifitas kota Tujuan : Mengetahui keadaan fisik alamiah di wilayah perencanaan sehingga diketahui daya dukung dan kemampuan fisik dasar kota Bahan yang Dianalisis: Data topografi, kemiringan tanah, geologi, dan hidrologi. Produk Analisa : Daya dukung dan kemampuan lahan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2012 Analisi Deskriptif Kualitatif 2) Karakteristik tata letak bangunan dalam hal kepadatan, ketinggian, koefisien lantai bangunan, kondisi bangunan, serta garis sempadan bangunan: Kepadatan Bangunan Kepadatan bangunan merupakan salah satu aspek dalam upaya pengendalian perkembangan tata ruang dan tata bangunan serta tata lingkungan yang memperhatikan keserasian, fungsional, estetis serta ekologis dalam pemanfaatan ruang lahan. Kepadatan bangunan berpengaruh terhadap intensitas daerah terbangun yang merupakan optimaslisasi kemampuan lahan berbanding luas lahan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau biasa disebut Building Coverage merupakan prosentase angka perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan perpetakan. KDB = Luas Lantai Dasar Luas Lahan Untuk dapat menghitung besar nilai koefisien dasar bangunan atau building coverage pada suatu wilayah digunakan pertimbangan terhadap air tanah. Pertimbangan tersebut digunakan untuk mempertimbangkan kelestarian air III-12

50 tanah. Hal ini berkaitan dengan penentuan Building Coverage (BC) pada suatu lokasi. Prinsip dasarnya adalah menghitung berapa besar daerah yang tetap terbuka atau dilestariakan agar air dapat infiltrasi secukupnya untuk mengimbangi penggunaan air tanah pada daerah tersebut. Secara matematis infiltrasi dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: (Mock F. J,1980 ) Q inf = C. I. A Dimana: Q inf C I = Debit Infiltrasi (I/detik) = Koefisien Infiltrasi = Intensitas Infiltrasi minimum (m/ hari) A = Luas Lahan (m 2 ) Kemudian untuk mengetahui debit infiltrasi per Ha-nya sebagai berikut 1Ha Q1Ha. Q inf A Keseimbangan terjadi apabila per m 2 tersebut sebanding dengan penurunan 0,0011/m muka air tanah yang diambil yakni : I inf = S. A Dimana: Iinf = Pengambilan air tanh (I/detik) S = Koefisien Kandungan A = Luas lahan ( m2 ) Sedangkan S diperoleh dari : t min. Vrata rata S 37,4. ho Dimana: Tmin = Waktu yang dibutuhkan oleh muka air tanah untuk kembali semula (stabil) Vrata-rata = Kecepatan yang dibutuhkan (cm/menit) Ho = Tinggi muka air normal Jadi daerah yang harus terbuka sebagai berikut : I inf OS Q.1Ha Sehingga Building Coverage (BC) = A-OS III-13

51 Ketinggian Bangunan Kriteria yang diambil dalam menentukan ketinggian bangunan adalah : a. Pertimbangan jalur pesawat terbang Pada kota-kota yang mempunyai Bandar udara, diperlukan persyaratan daerah yang terbuka dan bebas gangguan untuk naik dan turunnya pesawat (Air Clearence). Hal ini akan mempengaruhi perijinan tinggi bangunan, terutama pada daerah yang dilalui jalur pesawat terbang tersebut. Daerah tersebut terbagi dalam 6 daerah sebagai berikut : Daerah Pendekatan 1 : Panjang 7575 m, lebar minimum 152 m maksimum 318 m dengan kemiringan 50:1. Daerah Pendekatan 2 : Panjang 7575 m, lebar minimum 318 m maksimum 1834 m, rata. Daerah Keliling 1 : Jari-jari 2272,5 m, tinggi 45,5 m Daerah Keliling 2 : Jari-jari 9090 m, ketinggian 151,5 m Daerah Kerucut : Jarak 2272,5 m terendah 45,5 m tertinggi 151,5 m, dengan kemiringan 20 : 1 Daerah Transisi : Dengan kemiringan 7 : 1. b. Pertimbangan terhadap Floor Area Ratio (FAR) Floor Area Ratio memiliki prinsip yakni Perbandingan total luas lantai dengan total lantai dasar atau total luas lantai dibagi total lantai dasar. FAR TotalLuasLantai TotalLantauaDasar Hubungan dengan ketinggian bangunan ada kaitannya dengan Building Coverage (BC) yaitu perbandingan Luas dasar dengan Total Luas Lahan. BC LuasLantaiDasar TotalLuasLahan Sedangkan Land Use Intensity (LUI) adalah sistem dengan skala angka dirancang untuk mengukur intensitas penggunaan lahan dengan mengintrepetasikan luas lantai dengan luas area. Prinsip LUI merupakan perluasan FAR, karena di dalamnya terdapat perbandingan ruang parkir, open space, ruang rekreasi, serta ruang simpan mobil terhadap luas lantai seluruhnya, yang diperoleh melalui tabel LUI III-14

52 c. Pertimbangan Terhadap Bahaya Kebakaran Dengan adanya pertimbangan terhadap bahaya kebakaran, diharapkan agar bangunan yang direncanakan tidak terlalu tinggi dan mengingat kemampuan alat pemadam kebakaran yang ada, akses ke lokasi, intensitas bangunan yang ada, yang dapat mempengaruhi evaluasi dan pemadam api bila terjadi kebakaran. Sesuai dengan petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan yang dikeluarkan DPU tahun 1987 tentang pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung, menentukan batas ketinggian maksimum bangunan dan batas maksimum luas lantai yang dipergunakan. Untuk menggunakan bangunan untuk perumahan, perkantoran, pabrik, dan gudang, ketinggian maksimal tidak dibatasi, sedangkan penggunaan bangunan untuk pertokoan dan fasilitas umum dibatasi ketinggian maksimum ± 28 m atau sekitar 5-6 lantai. Ketentuan DPU tentang standar batas ketinggian dan luas lantai bangunan sesuai dengan kemampuan teknologi pemadam kebakaran yang ada di Indonesia. d. Pertimbangan terhadap Angle of Light Obstruction (ALO) ALO adalah sudut bayangan matahari yang menerpa suatu bangunan, yang dipertimbangkan untuk membatasi tinggi bangunan dengan tujuan untuk pengeringan dan pencahayaan di sekitar bangunan. Penentuan jarak antar banguan dilakukan dengan menggunakan perbandingan ALO (Angle Of Light). Sudut ALO ditentukan sebesar 45 0, sehingga jarak antar bangunan dapat ditentukan dengan : JarakBangunan TinggiBangunan TgALO Koefisien Lantai Bangunan Pengaturan KLB mempunyai fungsi untuk mengarahkan pertumbuhan dalam suatu lahan sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Penentuan nilai ini berkaitan erat dengan penentuan tinggi bangunan dan koefisien dasar bangunan yang diarahkan pada suatu lahan. Selain itu, dalam pengaturan koefisien lantai bangunan ini juga dipengaruhi oleh fisik kota seperti daya dukung lahan, baik daya dukung tanah untuk menopang beban berat bangunan maupun daya tampung lahan untuk menampung aktivitas yang berkembang di kawasan perencanaan. III-15

53 Kondisi Bangunan Secara umum kondisi bangunan berupa campuran antara bangunan permanen, semi permanen, dan tidak permanen yang masing-masing lebih terperinci lagi kedalam kondisinya yang baik, sedang, dan buruk. Berdasarkan klasifikasi ini selanjutnya ditentukan bangunan-bangunan yang akan dipertahankan atau yang akan direhabilitasi. Sempadan Bangunan Untuk mengetahui sempadan bangunan diperlukan data-data seperti dimensi jalan yang berpengaruh pada kawasan perencananan, kecepatan dan waktu reaksi untuk mengerem kendaraan. Tabel 3.8. Kecepatan dan Waktu yang Dibutuhkan untuk Mengerem V ( mil/jam) t ( detik ) 0,76 0,80 0,90 1,00 1,22 1,55 2,00 Rumus: 1. Da = ( Va )2 + 1,47 (t). (Va)+ 16 a. Da Db 2. Da b 3. ( Db 16). Va Vb Da Dimana: Da = Jarak mengerem secara aman kendaraan A terhadap Kendaraan B D = Jarak mengerem secara aman kendaraan B terhadap Kendaraan A a dan b = Jarak kendaraan terhadap bangunan Va dan Vb = Kecepatan kendaraan A dan B t = Waktu reaksi untuk mengerem kendaraan Tabel 3.9. Desain Analisis Tata Letak Bangunan Analisa Deskripsi Metode Analisa desain tata letak bangunan Pengertian: Analisa berkaitan dengan tata letak bangunan yaitu kepadatan, ketinggian dan sempadan bangunan. Analisis Deskriptif Kualitatif Tujuan: Memberikan arahan dan pengendalian terhadap pertumbuhan bangunan di kawasan perencanaan Bahan yang dianalisis: - kepadatan bangunan, dihitung berdasarkan pertimbangan terhadap air tanah - ketinggian bangunan, dihitung berdasarkan pertimbangan jalur pesawat terbang, bahaya kebakaran, FAR, dan ALO - koefisien lantai bangunan - sempadan bangunan, dihitung berdasarkan pertimbangan kecepatan kendaraan Produk Analisa: Kondisi fisik bangunan berdasarkan perhitungan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 III-16

54 3) Analisis Jaringan Pergerakan Dan Fungsi Jaringan Jalan Analisa tentang tentang transportasi dalam hal pergerakan, prasarana jalan, angkutan dan tempat parkir kendaraan akan menjadi salah satu bagian terpenting dalam kegiatan penataan ruang. Tabel Desain Analisis Jaringan Pergerakan Dan Fungsi Jaringan Jalan Analisa Deskripsi Metode Analisa Pergerakan dan fungsi jaringan jalan Pengertian : Analisa mengenai arah pergerakan, moda angkutan, fungsi jalan. Tujuan : Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan dimensi jalan sesuai dengan fungsi jalan, penentuan letak pangkalan angkutan yang strategis, kinerja jalan yang diinginkan, titik-titik bangkitan sebagai titik transfer, serta akses baru terhadap koridor. Bahan yang dianalisa: - Data jaringan jalan; Prasarana jalan - Rute angkutan; Simpul simpul pergerakan - Tempat parkir Produk Analisa: Deskripsi mengenai arah pergerakan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 Analisa Deskriptif kuantitatif dan kualitatif 4) Keadaan utilitas, meliputi penyediaan listrik, air bersih, pembuangan air kotor / limbah, gas dan tempat pembuangan sampah Analisis ini terdiri atas analisa karakteristik keadaan utilitas/infrastruktur perkotaan meliputi analisa perkiraan kebutuhan dan perkiraan sistem utilitas yang diperlukan. Tabel Desain Analisis Keadaan Utilitas Analisa Deskripsi Metode Analisa Keadaan Utilitas Analisa Perkiraan Kebutuhan Utilitas Pengertian : Analisis karakteristik keadaan utilitas di kota Tujuan : Mengidentifikasi keadaan utilitas kota, secara kualitas maupun kuantitas serta kemampuan pelayanannya. Bahan yang dianalisa: Penyediaan listrik; Penyediaan air Bersih Pembuangan air Kotor/Drainase Tempat Pembuangan Sampah Produk Analisa: Deskripsi tentang karakteristik utilitas serta kemampuan pelayanannya. Pengertian : Analisa mengenai perkiraan kebutuhan utilitas untuk melayani kegiatan regional dan kota, yang menyangkut jenis dan kemungkinannya. Tujuan : Mengidentifikasi tingkat kebutuhan dan pelayanan utilitas hingga akhir tahun perencanaan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 Analisa Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif. Analisa Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif III-17

55 5) Analisis Keadaan Fasilitas Pelayanan Analisis perkiraan kebutuhan fasilitas pelayanan dan analisa perkiraan sistem pelayanan fasilitas. Tabel 3.12.Desain Analisis Keadaan Fasilitas Pelayanan Analisa Deskripsi Metode Analisa keadaan Fasilitas Pelayanan Analisa Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Analisa Sistem Pelayanan Pengertian : Analisis mengenai keadaan fasilitas pelayanan di kota baik yang melayani kegiatan wilayah maupun kegiatan di dalam kota. Tujuan : Mengidentifikasi keadaan fasilitas pelayanan kota baik secara kualitas maupun kuantitas serta kebutuhan pelayanannya. Bahan yang dianalisa: - Fasilitas Pendidikan, - Fasilitas Peribadatan, - Fasilitas Kesehatan, - Fasilitas perdagangan & Jasa, - Fasilitas Perumahan, - Fasilitas Olahraga & Rekreasi, - Fasilitas Perkantoran. - Produk Analisa: Deskripsi tentang karakteristik fasilitas pelayanan serta kemampuan pelayanannya. Pengertian : Analisa mengenai perkiraan kebutuhan fasilitas pelayanan untuk melayani kegiatan regional dan kota, yang menyangkut jenis dan kemungkinannya. Tujuan : Mengidentifikasi tingkat kebutuhan dan pelayanan fasilitas pelayanan kota hingga akhir tahun perencanaan Pengertian : Analisa tentang perkiraan sistem pusat pelayanan yang dibutuhkan dalam hal pengelompokan fasilitas pelayanan, jenjang pelayanan dan pola jaringan antara pusat pelayanan. Tujuan : Mengetahui sistem pelayanan kota sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat koa. Bahan yang Dianalisa : - Skala pelayanan - Kinerja pelayanan - Struktur dan hirarki pusat- pusat pelayanan Produk : Deskripsi tentang system pelayanan, jenjang pelayanan dan pola jaringan antar pusat pelayanan Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 Analisa Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif. Analisa Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisa Diskriptif kuantiotatif dan kualitatif III-18

56 c. Analisa Aspek Keuangan Dan Pengelolaan Analisis ini meliputi perkiraan kemampuan keuangan di masa depan, perkiraan kebutuhan pembiayaan pembangunan dan analisa peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan pembagunan kota. Tabel Desain Analisis Keuangan Dan Pengelolaan Analisa Deskripsi Metode Analisa Kemampuan Keuangan Analisa Pembiayaan Pembangunan Analisa Peraturan Perundangundangan Pengertian : Analisa mengenai kemampuan keuangan terutama dari segi penerimaan dan pengeluaran. Tujuan : Untuk mengetahui perkiraan kemampuan keuangan Pemerintah daerah di wilayah Perencanaan Bahan yang dianalisa: - Sumber-sumber penerimaan daerah - Proyeksi penerimaan daerah Produk Analisa: Deskripsi mengenai besarnya kemampuan keuangan daerah Pengertian : Analisa tentang pembiayaan pembangunan di wilayah perencanaan. Tujuan : Untuk mengetahui besarnya kebutuhan pembiayaan pembangunan di wilayah perencanaan masa mendatang Bahan yang dianalisa : - Besarnya Pengeluaran rutin & Pengeluaran Pemb. - Proyeksi Pengeluaran Rutin & Pengeluaran Pemb. Produk Analisa : Deskripsi tentang kebutuhan pembiayaan pembangunan daerah pada tahun perencanaan. Pegertian : Tinjauan pada berbagai peraturan atau perundangundangan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan Kawasan studi Tujuan : Mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dan pengaruhnya terhadap sector-sektor pembangunan di Kota Kawasan studi. Bahan yang dianalisa: Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembangunan Kawasan studi menurut sector pembangunan yaitu; - Perumahan dan Tata Bangunan - Prasarana Transportasi (Jalan) - Industri; Keuangan dan Pariwisata Produk : Deskripsi tentang pengelolaan pembangunan di Kawasan studi berdasarkan tinjauan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait. Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 Analisa Deskriptif kuantitatif dan kualitatif Analisa Deskriptif kuantitatif dan kualitatif III-19

57 Perumusan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Perumusan RTBL ini berupa perumusan kebijaksanaan operasional yang dapat dijadikan pedoman bagi proses perijinan bangunan dan pelaksanaan program-program pembangunan fisik kota dalam hal: 1. Rencana tapak/ tata letak bangunan yang dilengkapi dengan ketentuan garis sempadan, sempadan pagar dan tembus pandang pagar, prosentase bangunan yang dibolehkan dan ketinggian bangunan yang diperbolehkan; 2. Rencana pergerakan, jaringan jalan, tempat parkir umum, tempat pemberhentian angkutan umum dan rencana teknik pengaturan lalu lintas; 3. Rencana jaringan utilitas meliputi jaringan listrik, air bersih, pembuangan air kotor/ limbah, gas dan tempat pembuangan sampah; 4. Rencana lansekap meliputi pertamanan umum, penghijauan jalan-jalan dan bangunan- bangunan umum, arahan penghijauan pada masyarakat dan rencana lansekap lainnya; 5. Rencana prakonstruksi jalan, utilitas, bangunan umum dan taman umum; 6. Indikasi proyek Muatan Materi Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan 1. Tujuan Pembangunan Lingkungan dan Massa Bangunan Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/ keterdesakan penanganan lingkungan tersebut. 2. Rumusan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan a. Rencana letak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan meliputi : Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan(kavling); Rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan bangunan; Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan sehingga pedestrian dan jalan setapak, perparkiran, halte dan penyeberangan; Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan/ perkotaan; Rencana ruang hijau dan penghijauan. b. Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan yang meliputi: Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung; Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) jaringan pergerakan; III-20

58 Ketentuan letak dan penampang (pra rencana teknik) jaringan utilitas lingkungan perkotaan; Ketentuan ( pra rencana teknik) sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, pertandaan, bahan bangunan dan ketentuan bangunan lainnya. Tabel Rumusan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan No Materi Kebijakan 1 Rencana Tapak Pemanfaat an Ruang Diskripsi Materi yang diatur Tata letak bangunan gedung dan bukan gedung, tata letak bukan bangunan, serta tata letak jaringan pergerakan serta utilitas yang terutama akan dibangun, sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah hujau, koefisien tapak basement, sempadan jalan, daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan, daerah milik utilitas, daerah manfaat utilitas, daerah pengawasan utilitas. Kedalaman materi yang diatur Geometris tapak pemanfaatan ruang yang dirinci untuk tiap bangunan dan jaringan pergerakan serta utilitas Pengelompokan materi yang diatur a.perpetakan Bangunan, yang terdiri dari: Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500 m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (diatas m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III ( m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV ( m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V ( m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI ( m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m2) Petak peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun / flat) Sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah hijau. koefisien tapak basement. b.penggunaan dan Massa Bangunan: Bangunan rumah, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, apartemen, prasarana dan sarana perumahan, lainnya; Bangunan pasar, toko, toserba, toko swalayan, supermarket, hipermarket, mal, prasarana dan sarana perdagangan tainnya; Bangunan pabrik, gudang, pelataran penimbunan, prasarana dan sarana industri lainnya; III-21

59 2 Ketentuan Letak dan Penampan g (Pra Rencana Teknik) Bangunan Gedung 3 Ketentuan Letak dan Penampan g (Pra Rencana Teknik) Bangunan Bukan Gedung Bangunan perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK, bangunan pendidikan lainnya. Bangunan RS Umum kelas A, B, C, D; RS Khusus. puskesmas, puskesmas pembantu. bangunan kesehatan Wnnya, Bangunan masjid, gereja, kelenteng, pura, dan bangunan peribadatan lainnya: Taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dan pertamanan lainnya; Bangunan stadion, gelanggang, dan bangunan olar raga lainnya; Bangunan panti asuhan, panti werda, dan bangunan sosial lainnya. Bangunan kantor pemerintah, niaga dan bangunan perkantoran lainnya: Bangunan terminal penumpang, bangunan terminal barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara dan bangunan transportasi lainnya. Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan; Tempat pembuangan sampah akhir. c.jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaan terdiri dari: Sempadan jalan, ruang manfaat jalan. ruang milik jalan, ruang pengawasan jalan; Ruang milik utilitas, ruang manfaal utilitas, ruang pengawasan utilitas Materi yang diatur Penampang dan koordinat / letak bangunan gedung meliputi : Penampang tiga dimensi bangunan gedung Ketinggian bangunan gedung Elevasi/peil bangunan gedung; Orientasi bangunan gedung Bentuk dasar bangunan gedung Selubung bangunan gedung Arsitektur bangunan dan lingkungan Pertandaan Kedalaman materi yang diatur Geometris pra-detail engineering design bangunan gedung pada setiap petak bangunan Pengelompokan materi yang diatur Jenis-jenis bangunan gedung menurut peruntukkannya atau pemanfaatan ruangnya. Materi yang diatur Penampang dan letak koordinat bangunan bukan gedung meliputi : Penampang tiga dimensi bangunan bukan gedung Letak koordinat bangunan bukan gedung Ketinggian bangunan bukan gedung Elevasi/peil bangunan bukan gedung; Bentuk dasar bangunan bukan gedung Kedalaman materi yang diatur Geometris pra-detail engineering design bangunan bukan gedung pada setiap petak peruntukkannya. III-22

60 Pengelompokan materi yang diatur Jenis-jenis bangunan bukan gedung menurut peruntukkannya atau pemanfaatan 4 Ketentuan Letak dan Penampan g (Pra Rencana Teknik) Jaringan Jalan Materi yang diatur Penampang dan letak koordinat jaringan jalan untuk setiap ruas jalan yang meliputi : Penampang tiga dimensi jalan Letak koordinat Elevasi Bentuk dasar jaringan Daerah Milik Jalan Daerah Manfaat Jalan Daerah Pengawasan Jalan Kedalaman materi yang diatur Geometris pra-detail engineering design jaringan jalan Pengelompokan materi yang diatur Halte dan marka jalan Daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, daerah engawasan jalan Jembatan (penyeberangan, simpang susun) 5 Ketentuan Letak dan Penampan g (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas Materi yang diatur Penampang dan letak koordinat jaringan utilitas untuk setiap ruas jalan: Penampang tiga dimensi jaringan utilitas Letak koordinat Elevasi Bentuk dasar jaringan Daerah Milik Utilitas Daerah Manfaat Utilitas Daerah Pengawasan Utilitas Kedalaman materi yang diatur Geometris pra-detail engineering design jaringan utilitas Pengelompokan materi yang diatur Jaringan telepon: yang terdiri dari seluruh jaringan kabel telepon, telepon umum, tiang kabel, rumah pembagi, Jaringan listrik, yang terdiri dari seluruh jaringan kabel listrik, gardu induk, bangunan pembangkit gardu hubung, gardu distribusi Jaringan gas yang terdri dari seluruh jaringan pipa gas dan meter kontrol Jaringan air bersih, yang terdiri dari jaringan pipa air bersih, meter kontrol, menara penampungan, sambungan ke masingmasing bangunan, hidran umum, hidran kebakaran, kran umum dan bangunan pengarnbil air baku: Jaringan air hujan, yang terdiri dari seluruh jaringan saluran air hujan. bak penampungan. pintu-pintu air dan bak kontrol; Jaringan air limbah; yang terdiri dari seluruh jaringan air limbah, bak pengolahan, pelepasan (outlet) dan bak kontrol: Pengolahan persarnpahan yang terdiri dari tempat pengumpul sementara, tempat pernbuangan akhir dan bangunan pengelolaan sampah Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2011 III-23

61 Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Lingkungan Perkotaan 1. Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, misalnya melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan; 2. Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah/ di bawah tanah; 3. Arahan perngendalian pelaksanaan berupa ketentuan penatalaksanaan/ manajemen pelaksanaan bangunan; 4. Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan) serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana). III-24

62 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo IDENTIFIKASI KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO 4.1. KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING, KEC. PELEPAT ILIR Kawasan Pasar Kuamang Kuning secara administratif termasuk di dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir yang beribukotakan Kuamang Jaya. Lokasi Pasar Kuamang Kuning yang berada tepat di sentra koridor perdagangan Batanghari menjadikan kawasan tersebut menjadi magnit bagi para pendatang maupun pusat keramaian dan pusat kegiatan lokal yang sebagian besar bergerak di sektor perdagangan selain sektor pertanian dan perkebunan. Sebagai fungsi atau elemen penting wilayah Kecamatan Pelepat Ilir, diharapkan seluruh rencana pengembangan yang berada di sekitar sentra dan koridor Pasar Kuamang Kuning akan segera memberikan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan ke selurh kawasan sekitar kecamatan Pelepat Ilir. Batas kawasan rencana Pasar Kuamang Kuning atau deliniasinya ditentukan berdasarkan batas geografis berupa jalan tingkat kecamatan yang memisahkan kawasan Pasar Kuamang Kuning dengan wilayah sekitar: - Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bathin Bebeko II dan Kabupaten Tebo - Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Merangin - Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Rimba - Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tebo. Sesuai dengan KAK Penyusunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo yang berpedoman dari Kementerian Pekerjaan Umum, maka batas kawasan yang menjadi fokus rencana RTBL adalah kurang lebih 60 Ha yang ditentukan di sekitar koridor Batanghari dengan sentra/ pusat Pasar Kuamang Kuning. Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi 1 IV-1

63 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Secara geografis, kawasan Pasar Kuamang Kuning memiliki karakteristik fisik yang unik dengan kondisi topografi yang berkontur landai bergelombang dan dengan kemiringan lahan sekitar 2% sampai 15%. Kemiringan lahan relatif cukup baik untuk perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan bangunan namun perlu adanya penekanan desain pada area tertentu guna mengantisipasi kerawanan berlalulintas. Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi 1 IV-2

64 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Gambar 4.1. Identifikasi Kondisi Geografis Wilayah & Kawasan Rencana Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi 1 Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi 1 1 3

65 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Gambar 4.2. Peta Delineasi Kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai Kawasan Sasaran RTBL IV-4

66 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Gambar 4.3. Peta Blok Kawasan Pasar Kuamang Kuning IV-5

67 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo 4.2. DEMOGRAFI Jumlah penduduk di Kecamatan Pelepat Ilir semuanya terdiri dari penduduk laki-laki orang dan penduduk penduduk perempuan berjumlah Jika dibandingkan dengan luas wilayah masing-masing desa, maka kepadatan per-desa masing-masing dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.1 IV-6

68 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Tabel 4.2 Secara demografis kawasan Pasar Kuamang Kuning dihuni oleh transmigran yang kini hidup berbaur dengan masyarakat lokal. Usia produktif mendominasi usia penduduk setempat sehingga dapat menjadi sebuah potensi yang mendukung kegiatan pembangunan di kawasan Pasar Kuamang Kuning. Kepadatan penduduk di dalam kawasan rencana rata-rata adalah sekitar 303,97 per-km EKONOMI Penduduk lokal sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh perkebunan seddangkan sebagian lagi berprofesi sebagai pedagang yang membuka usahanya terutama di sepanjang koridor Batanghari dan koridor jalan kolektor kawasan. Sektor usaha yang paling besar memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah adalah sektor pertanian dan perkebunan termasuk perdagangan. Skala perdagangan di dalam kawasan Pasar Kuamang Kuning IV-7

69 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo masih berpusat pada usaha untuk memenuhi kebutuhan lokal serta kebutuhan masyarakat di wilayah sekitar kawasan rencana. Mengingat penduduk lokal sebagian besar merupakan pendatang atau kaum transmigran yang majoritas berasal dari pulau Jawa, maka di dalam kawasan rencana terjadi akulturasi antara budaya penduduk asli dengan budaya Jawa. Kehadiran para transmigran dari Jawa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan dan pengembangan kawasan Kecamatan Pelepat Ilir khususnya, yang tercermin dari kegiatan pertanian dan perdagangan yang didominasi oleh warga pendatang. Sedangkan kemampuan ekonomi desa ditentukan dari bagi hasil pajak, retribusi dan alokasi dana dusun, sebagai beikut: Tabel 4.3 IV-8

70 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo 4.4. BUDAYA Dalam kesehariannya, penduduk lokal melakukan aktivitas sama dengan umumnya aktivitas penduduk di wilayah lain di Provinsi Jambi. Tidak ada aktivitas khusus yang membedakan antara penduduk di kawasan rencana dengan kawasan lain di seluruh Jambi karena mata pencaharian sekaligus aktivitas majoritas penduduk lokal Jambi adalah berpusat pada aktivtas mengolah lahan sawah atau lahan pertanian serta menderes di areal perkebunan kelapa sawit. Kesibukan lokal didominasi pula oleh aktivitas perdagangan termasuk aktivitas distribusi produk hasil bumi perkebunan kelapa sawit dan pertanian. Produk yang umumnya dijual sangat variatif dan sebagian besar merupakan hasil pertanian yang memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat lokal. Selain perdagangan, para pendatang yang memiliki proesi sebagai dokter atau pengacara membuka usaha praktik atau pengusaha yang membuka bisnis penjualan kendaraan dan perbengkelan di sekitar jalan Batanghari yang merupakan koridor utama kawasan Pasar Kuamang Kuning. Sebagian kecil penduduk lokal adalah berprofesi sebagai pegawai negeri sipil yang bekerja di kantor-kantor pemerintahan dan dinas-dinas setempat. (lihat Peta 4.4) 4.5. AKSESIBILITAS Aksesbilitas pergerakan lokal pada umumnya cukup baik dengan disediakannya infrastruktur jalan beraspal terutama di jalan-jalan utama kawasan Pasar Kuamang Kuning. Lebar jalan eksisting sepanjang ruas jalan dari area Pasar Kuamang Kuning sampai area Masjid (area berbentuk amplop) memiliki lebar jalan antara 8 meter sampai 12 meter dengan street divider berlebar sekitar 1,5 meter. Jalan kolektor lokal memiliki lebar rata-rata antara 8 meter sampai 10 meter sedangkan jalan lingkungan memiliki lebar antara 6 meter sampai 8 meter. Hambatan terhadap aksesbilitas pergerakan umumnya berada di sekitar jalur-jalur pedalaman yang menuju ke arah perkebunan kelapa sawit yang rata-rata hanya bisa diakses oleh 1 (satu) kendaraan truk IV-9

71 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo pengangkut hasil perkebunan kelapa sawit dengan lebar rata-rata sekitar 3 meter sampai 4 meter. Untuk memecah keramaian atau penumpukan pergerakan di pusat kawasan Pasar Kuamang Kuning, morfologi jalan di area berbentuk kantong/amplop dibagi menjadi dua jalur dan masing-masing dibagi lagi menjadi dua lajur yang diperuntukkan bagi kendaraan beroda empat dan beroda dua dengan street divider. Jalan yang berkontur dengan kemiringan lahan 2% sampai 15% di dalam kawasan rencana masih relatif ideal untuk pembangunan infrastruktur jalan namun fungsi tata tanda perlu ditempatkan atau direncanakan pada titiktitik persimpangan jalan yang dinilai berpotensi menimbulkan kerawanan/kecelakaan lalu lintas. (lihat Peta 4.5) 4.6. KONDISI FISIK LINGKUNGAN Kondisi bangunan lokal umunya berkualitas baik karena didominasi oleh bangunan permanen yang berfungsi sebagai bangunan komersial dalam skala menengah dan tinggi, yang umumnya terkonsentrasi di sepanjang koridor utama perdagangan Batanghari. Selain bangunan fungsi komersial, beberapa bangunan permukiman, bangunan perkantoran dan pemerintahan serta fasilitas umum berupa Mesjid dan sekolah juga memiliki jenis konrtruksi dan struktur permanen. Sedangkan sisanya merupakan bangunan dalam kategori bangunan berstruktur semi permanen sampai dengan bangunan sementara/ tidak permanen yang berfungsi sebagai bangunan komersial skala rendah dalam wujud berupa bangunan warung dan los dagang di Pasar Kuamang dan sebagian kecil bangunan permukiman terutama di daerah pedalaman. Karakteristik bangunan Melayu Jambi umumnya diadopsi oleh bangunan pemerintahan, bangunan pasar tradisional, serta sebagian kecil permukiman lokal. Sistem utilitas kawasan berupa jaringan drainase telah dibangun di sepanjang sisi jalan utama kawasan Pasar Kuamang Kuning meskipun belum seluruhnya terwujud sebagai sebuah sistem yang utuh. Jaringan listrik, sistem penerangan/lampu jalan dan sistem vegetasi lebih dikonsentrasikan ke kawasan koridor Batanghari. (lihat Peta 4.6) IV-10

72 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.4. Identifikasi Kondisi Budaya dan Aktivitas Lokal Wilayah IV-11

73 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.5. Identifikasi Aksesibilitas Pergerakan Wilayah IV-12

74 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.6. Identifikasi Kondisi Fisik Wilayah IV-13

75 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo 4.7. TATA GUNA LAHAN Kawasan Pasar Kuamang Kuning didominasi oleh fungsi lahan perkebunan dan areal pertanian serta sebagian lagi merupakan fungsi lahan komersial atau perdagangan yang rekonsentrasi di sepanjang koridor Batanghari. Area yang berada di sentra koridor jalan Batanghari berbentuk kantong atau amplop memberikan ciri atau karakter khusus pada morfologi atau bentuk struktur ruang kawasan Pasar Kuamang Kuning yang perlu dipertahankan. Fungsi lahan pusat peribadatan, pendidikan, perkantoran dan pemerintahan menjadi satu kelompok/cluster dalam blok yang sama di sekitar area kantong sehingga potensi pemusatan keramaian di sekitar area akan semakin besar/meningkat. Meskipun indikasi pertumbuhan yang cepat telah terlihat d sepanjang koridor Batanghari namun masih terdapat sejumlah ruang terbuka dengan luas dan jumlah sebaran yang cukup siginifikan di sepanjang koridor yang dapat ditujukan untuk taman koata atau pusat rekreasi terbuka sebagai sarana atau wadah komunikasi dan sosialisai antar warga setempat INTENSITAS DAN TATA BANGUNAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa intensitas pemanfaatan lahan sebagai ruang atau area terbangun lebih diarahkan ke koridor Batanghari dan di sepanjang koridor di beberapa ruas jalan atau koridor utama lainnya di dalam kawasan Pasar Kuamang Kuning. Bangunan tertata dalam pola linear mengikuti alur sistem jalan dan sebagian kelompok bangunan ditata secara konsentrik atau memusat pada area kantong/amplop di dalam kawasan rencana dengan jenis fungsi bangunan berupa sarana peribadatan, sarana pendidikan, sarana pelayanan kesehatan, pemerintahan dan komersial - pasar tradisional. Penduduk lokal memanfaatkan lahan sebagai area terbangun dengan komposisi rata-rata ber-rasio antara 60% sampai dengan 80% untuk area terbangun sedangkan sisanya sebagai ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk area taman, pekarangan, halaman rumah atau area parkir. Sedangkan bangunan denga fungsi pemerintahan maupun bangunan perkantoran swasta dan negeri umumnya membangun dengan rata-rata rasio antara 50% sampai IV-14

76 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo dengan 60% untuk area terbangun dan sisanya sebagai ruang terbuka dengan fungsi parkir, rekreasi dan lapangan TATA HIJAU DAN RUANG PUBLIK Kawasan Pasar Kuamang Kuning didominasi oleh fungsi lahan berupa areal perkebunan kelapa sawit dan lahan pertanian. Sedangkan koridor Batanghari telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup padat sehingga perlu diantisipasi dengan merencanakan sistem ruang terbuka yang berada di sekitar pusat kawasan atau di sepanjang koridor utama kawasan Pasar Kuamang Kuning. Lahan atau ruang terbuka di sepanjang koridor umumnya berfungsi sebagai lapangan, area parkir pertokoan dan perkantoran, area parkir pasar, area parkir Mesjid dan halaman/lapangan sekolah. Terdapat satu ruang terbuka dalam skala yang besar di depan area Mesjid dan Pasar Kuamang Kuning yang potensial untuk dikembangkan bagi rencana pembangunan sub terminal terpadu yang terintegrasi dengan fungsi taman parkir. Sistem vegetasi umumnya menghiasi koridor Batanghari dan sebagian koridor utama lainnya di dalam kawasan rencana. IV-15

77 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.7. Identifikasi Tata Guna Lahan Wilayah IV-16

78 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.8. Identifikasi Intensitas Bangunan dan Tata Bangunan IV-17

79 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kbupaten Bungo Peta 4.9. Tata Hijau dan Ruang Publik IV-18

80 Bagian 5 ANALISIS SWOT KAWASAN RENCANA 5.1. PENGERTIAN Informasi yang diperoleh dari proses analisis SWOT (kekuatan, kelemaham/permasalahan, peluang dan hambatan) terhadap konsisi fisik dan non fisik kawasan rencana sebagai faktor pengaruh internal maupun eksternal, akan digunakan untuk menghasilkan rumusan berupa konsep desain kawasan yang akhirnya akan dikembangkan menjadi sebuah produk bentuk, arahan desain dan aturan membangun bagi Pemeriintah setempat ANALISIS SWOT (POTENSI, KELEMAHAN, PELUANG, ANCAMAN) KAWASAN RENCANA Analisis Kemampuan Tumbuh dan Berkembang Kawasan Analisis kemampuan tumbuh dan berkembangnya kawasan merupakan analisis yang menilai kecenderungan sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinan di masa depan terutama pengaruh tumbuhnya fungsi baru. Analisa kemampuan tumbuh dan berkembangnya kawasan, antara lain: Potensi kawasan dan permasalahannya, sehingga terdapat gambaran hubungan atau ketergantungan kawasan perencanaan dengan wilayah sekitarnya; Pengaruh potensi dan permasalahan terhadap perkembangan sektor-sektor kegiatan di kawasan yang direncanakan, sekarang dan dimasa depan sehingga terdapat gambaran hubungan atau ketergantungan antar sektor. Analisis kemampuan tumbuh dan berkembangnya kawasan merupakan kajian tentang perkembangan kawasan perencanaan yang bertujuan untuk mengkaji kondisi kota saat ini dan mengkaji pengaruh eksternal yang mempengaruhi perkembangan kawasan. Bahan yang dianalisa berupa potensi dan permasalahan kawasan serta pengaruh potensi dan permasalahan kawasan. V-1

81 Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi fisik dan non fisik kawasan rencana, Kawasan Pasar Kuamang Kuning di wilayah Kecamatan Pelepat Ilir memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi pusat kota atau kawasan baru mengingat: - Topografi kawasan dengan kontur lahan yang berjenis landai bergelombang sehingga masih ideal untuk pembangunan infrastruktur bangunan baru maupun jaringan jalan yang baru. - Iklim lokal yang memiliki curah hujan yang relatif cukup tinggi dan ideal untuk mendukung kegiatan pertanian dan perkebunan lokal. - Berdasarkan demografi penduduk, rata-rata sekitar 65% di antara jumah penduduk lokal termasuk dalam kategori usia produktif sehingga meningkatkan potensi tumbuh kembang kawasan rencana. - Mata pencaharian penduduk lokal yang sebagian besar bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan memberikan sumbangan terbesar bagi pendapatan daerah. Fakta tersebut menambah potensi lokal untuk tumbuh dan berkembang menjadi kawasan yang lebih terbangun dengan cepat dan efektif. - Posisi kawasan rencana yang strategis sebagai kawasan penghubung yang dilewati oleh jalan kabupaten dan jalan kecamatan menuju kabupaten dan kecamatan sekitarnya mengakibatkan kawasan rencana sangat potensial untuk dikembangkan menjadi daerah transit yang baru sebagai titik temu para komuter yang berasal dari berbagai daerah. Jalur penghubung jalan Batanghari yang menghubungkan antara kawasan kecamatan Rimbo dengan kawasan Kabupaten Tebo memberikan peluang bagi pertumbuhan bisnis dan perdagangan yang ramai bagi kawasan rencana. Pasar Kuamang Kuning dan rencana sub-terminal di dalam kawasan rencana akan mampu menjadi embrio bagi pengembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning sekaligus memberikan pengaruh pertumbuhan bagi kawasan sekitar pada masa yang akan datang. V-2

82 Gambar 5.1. Analisis Kemampuan Tumbuh dan Berkembang Kawasan V-3

83 Analisis Pengaruh Kebijaksanaan Sektor Dan Regional Seluruh kebijaksanaan sektoral yang mempengaruhi perkembangan sektorsektor kegiatan di kawasan rencana ditujukan untuk menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan kawasan yang aplikatif untuk segera diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan bahan yang dianalisis berupa: - Kebijaksanaan penataan ruang dalam lingkup propinsi dan kabupaten - Kebijaksanaan pengembangan sektoral - Kebijaksanaan lain yang terkait Analisis Kedudukan Kawasan dalam Rangka Perwilayahan Tujuan analisis kedudukan kawasan dalam rangka perwilayahan adalah untuk mengetahui kedudukan kawasan dalam sistem kota-kota yang ada yaitu terkait dengan perkembangan sektor sektor kegiatan kota dan pengaruhnya terhadap sistem kota-kota yang ada sekarang dan masa depan dan untuk menentukan fungsi kawasan perencanaan. Sedangkan bahan yang dianalisisa berupa: - Pola jaringan infrastruktur - Arus pergerakan penduduk & barang dalam kontek makro - Pusat-pusat pelayanan dalam wilayah yang lebih luas Berdasarkan pengamatan terhadap peta wilayah kawasan rencana, maka kawasan tersebut memiliki posisi yang sangat strategis sebagai penghubung antara kecamatan Rimbo dan sekitarnya termasuk ibukota Jambi dengan kabupaten Tebo dan sekitarnya melalui koridor Batanghari yang melalui kawasan rencana. Kawasan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan transit sekaligus pusat kawasan dan kawasan perdagangan baru dengan intensitas kegiatan yang tinggi di masa yang akan datang Analisis Aspek Ekonomi Sosial Budaya Kependudukan Pengembangan suatu kawasan akan terkait dengan kebijakan pengembangan kependudukan dalam konteks aktivitas dan mobilitas yang sangat berpengaruh pada setting pengembangan tata ruang. Analisis kependudukan dimaksudkan untuk memberi arahan pengendalian jumlah, pertumbuhan dan penyebaran penduduk. V-4

84 Kepadatan penduduk di Kawasan Pasar Kuamang Kuning umumnya terkonsentrasi di kawasan Batanghari dan sekitarnya sebagai kawasan yang menjadi pusat atau tumpuan berabagi kegiatan kecamatan. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dan buruh perkebunana sedangkan sebagian lainnya bekerja sebagai pedagang dan pegawai. Pengaturan kepadatan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a) Daya dukung lingkungan / alam, untuk kawasan ataupun lingkungan yang memiliki daya dukung lingkungan cukup besar, direncanakan kepadatan yang lebih besar, begitu pula sebaliknya. b) Karakteristik fungsi kegiatan, sesuai dengan rencana pengembangannya yaitu sebagai fungsi perdagangan-jasa tingkat lokal-regional dengan skala perdagangan eceran, maupun fungsi budaya dan pariwisata. Ekonomi Analisis pengembangan ekonomi di Kawasan Pasar Kuamang Kuning sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : a) Faktor ketersediaan sumber daya, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) termasuk juga proses pengolahannya b) Tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat c) Faktor ketersediaan sarana dan prasarana (infrastruktur) untuk kegiatan produksi dan distribusi barang-jasa di lingkungan kawasan maupun dengan daerah di sekitarnya d) Faktor superstruktur yang ada, seperti peraturan dan kebijakan pemerintah e) Faktor kondisi sosial-budaya masyarakat setempat Mencermati potensi dan posisi Kawasan Pasar Kuamang Kuning dengan kecenderungan berkembang menjadi daerah perdagangan dan jasa, fasilitas rekreasi-budaya, fasilitas perkantoran, permukiman campuran dan lain sebagainya akan menimbulkan atau mengakibatkan dinamika kegiatan perekonomian pada masyarakatnya. Mengingat bahwa penyumbang terbesar bagi pendapatan daerah adalah dari sektor pertanian dan perkebunan kelapa sawit, maka Pemerintah perlu mempertimbangkan rencana konservasi lahan pertanian dan perkebunan serta menentukan sejak awal bagian dari kawasan yang dapat ditujukan untuk daerah terbangun dengan daerah yang ditujukan untuk konservasi ruang terbuka. V-5

85 Dukungan yang positif dari pemerintah daerah terhadap konservasi lahan sebagai potensi sumber pendapatan tentunya akan menguntungkan bagi daerah maupun masyarakat lokal. Selain perkebunan dapertanian, sektor perdagangan dalam skala mikro maupun makro tetap berusaha dikembangkan dengan mengajak atau menarik para investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Bagi masyarakat setempat, berkembangnya sektor-sektor tersebut akan menambah kesempatan kerja, peningkatan nilai tambah dari sumber daya yang ada, dan bagi Pemerintah Daerah akan mengalami peningkatan pendapatan dari retribusi dan pajak. Sosial Budaya Kegiatan sosial-budaya masyarakat selalu mengalami dinamika/ perkembangan. Dinamika sosial-budaya masyarakat tidak hanya dibatasi pada aspek interaksi sosial antar masyarakat, namun juga aspek lain, yaitu kesehatan, pendidikan, keamanan, kegiatan seni-budaya, dan sikap masyarakat. Semua aspek ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan pengembangan suatu kawasan, termasuk Kawasan Pasar Kuamang Kuning. Secara umum, strategi pengembangan sektor kegiatan sosial-budaya selalu berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : a) Isu-isu utama yang dibutuhkan untuk diselesaikan b) Prinsip yang terkait dengan cara pendekatannya c) Proses dan lembaga yang terlibat dalam pengembangan dan implementasi program. Ada beberapa isu yang sangat penting dalam pengembangan sektor kegiatan sosial-budaya pada suatu kawasan adalah : a) Upaya meningkatkan kualitas sosial-budaya dan kualitas dalam berkehidupan. b) Mengembangkan konsep pembangunan sosial-budaya yang partisipatif. c) Kegiatan pembangunan sosial-budaya merupakan proses pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pola sosial yang sekarang berkembang di Kawasan Pasar Kuamang Kuning merupakan perpaduan interaksi antar budaya yang mencerminkan pola campuran struktur masyarakat asli dan pendatang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dalam struktur seperti ini, nilai dan budaya modern sudah menyatu dalam masyarakat, demikian pula nilai dan budaya dari masing- V-6

86 masing kelompok sosial, yang bersifat posistif perlu dipertahankan kehadirannya. Terdapat kecenderungan adanya transformasi dan penguatan sikap kritis, egaliter, dan individualisme pada penduduk di kawasan ini, seiring dengan peningkatan ketersediaan akses informasi, perpindahan penduduk dan budaya global. Terjadinya perubahan ini harus disikapi secara bijak. Aspek pemberdayaan masyarakat (community enpowering) khususnya masyarakat lokal harus menjadi prioritas dalam pengembangan sosial-budaya. Proses pemberdayaan masyarakat yang utama adalah mengembangkan dan mempertahankan sikap partisipatif masyarakat dalam proses pembangunan. Artinya dalam proses pembangunan ada perubahan stakeholder (pihak yang berkepentingan), dari pemerintah berubah menjadi masyarakat sebagai aktor utama pembangunan. Pemerintah Daerah harus menjadi fasilitator bagi lembaga-lembaga sosial masyarakat yang ada dan keberadaan berbagai lembaga masyarakat akan menjadi instrumen bagi pengembangan masyarakat itu sendiri. Pengembangan dari aspek politis di titik beratkan pada pengembangan kelembagaan yang pada perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kebijakan publik pada hirarki birokrasi yang lebih atas. Pengaruh lain juga berasal dari kebutuhan dan aspirasi / kehendak publik secara lokal, khususnya berkaitan dengan desentralisasi (otonomi daerah ). Pengembangan kelembagaan dalam kegiatan kawasan bukan hanya pada penguatan birokrasi, namun dimaknai oleh penguatan struktur kemasyarakatan. Dalam hal ini strategi politis harus menyentuh semua elemen (institusi) publik hingga level paling bawah dengan penguatan pada partisipasi masyarakat. Beberapa hal yang diperlukan dalam strategi pengembangan secara politis bagi sektor kegiatan di suatu kawasan, antara lain : a) Kesiapan aparat pemerintah dalam pembangunan dan pengendalian, baik dari sisi kebijaksanaan, dukungan personalia dan administrative b) Kesiapan pihak-pihak lain (swasta) dalam menghadapi kemungkinan adanya hambatan dan dukungan. c) Kesiapan masyarakat setempat. Pilihan strategi politis sudah seharusnya mempertimbangkan dan menyentuh pada tiga hal tersebut. Pengembangan kelembagaan pembangunan perlu dipertegas dalam upaya untuk mengatur berbagai aspek V-7

87 agar dapat mengantisipasi berbagai hambatan dan benturan yang diperkirakan akan terjadi di masa datang Analisis Kelembagaan Masyarakat Pengaturan kota bukan hanya sekedar masalah fisik dan estetika desain, akan tetapi menyangkut tata nilai dan aspek-aspek poleksosbudhankamnas yang sangat kompleks. Apabila persoalan tersebut tidak segera ditangani secara serius dapat menjadi menimbulkan permasalahan baru yang jauh lebih kronis dan berdampak pada kehidupan masyarakat selaku penghuni kota. Pembangunan kawasan dalam setiap tahap mulai dari perencanaan sampai dengan pengambilan keputusan harus snantiasa melibatkan marsyarakat lokal untuk turut berpartisipasi secara aktif. Dengan demikian mereka tidak sekedar sebagai bagian penerima hasil perencanaan, melainkan juga dapat merasakan sebagai pemilik perencanaan itu sendiri ( sense of belonging), sehingga dapat diharapkan peran sertanya dalam implementasi / pelaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. Perencanaan komunitas merupakan suatu upaya pembangunan berbasis komunitas / masyarakat ( community based development) yang memiliki kemungkinan implementasi optimal pada masyarakat, karena secara langsung maupun tidak langsung masyarakat diberikan kesempatan dalam merumuskan komponen program yang dianggap merepresentasikan tingkat kebutuhannya. Keterlibatan masyarakat tidak sekedar pada aspek formalitas saja, melainkan harus benar-benar terlibat secara aktif pada seluruh kegiatan yang akan dilakukan dalam konteks pelaksanaan dari rencana-rencana pembangunan kawasan. Manfaat dari peran serta dan keterlibatan masyarakat dapat disebutkan : a) Untuk mengoptimalkan keberhasilan pelaksanaan implementasi pembangunan akibat adanya keterlibatan langsung dari masyarakat b) Untuk mengoptimalkan keberhasilan tahapan pengelolaan pada pasca pelaksanaan pembangunan akibat adanya rasa saling memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan c) Untuk menumbuh kembangkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan perannya pada proses pembangunan, sehingga masyarakat akan ikut merasa bertanggung jawab terhadap hasil-hasil pembangunan V-8

88 d) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas keputusan yang diambil karena sesuai dengan kondisi yang ada baik kebutuhan, keinginan dan sumber daya di masyarakat e) Untuk mengurangi terjadinya konflik sehingga dapat mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan serta membangun ikatan dalam masyarakat f) Untuk memberdayakan masyarakat dengan membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan, ketrampilan dan kemampuan bekerja sama g) Untuk mengoptimalkan kemungkinan adaptasi dari rencana dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang. Prinsip perencanaan kota dan daerah adalah untuk kepentingan rakyat banyak, sebagai suatu realisasi dari slogan Planning for people, jelas sudah bahwasannya nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya dari masyarakat setempat setidak-tidaknya harus mendapatkan perhatian dan prioritas, atau dapat dikatakan sebagai faktor penentu yang sangat signifikan dalam proses baik perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Analisis perencanaan peran dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan akan diuraikan menjadi : analisis sosial-kependudukan, analisis sosial-ekonomi dan analisis sosial-budaya Analisis Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan kesepakatan bersama atas keterlibatan secara sukarela dari masyarakat atas perumusan dan pelaksanaan keputusan dan / atau kebijakan yang langsung menyangkut hidup bersama. Partisipasi masyarakat di Amerika dikenal dengan istilah citizen participation sedangkan di Inggris dikenal dengan sebutan public participation adalah merupakan suatu persoalan yang hangat dan menarik untuk dibicarakan dalam konteks perencanaan dan perancangan kota. Pada hakekatnya perencanaan kota akan berdampak pada lapisanlapisan masyarakat yang tercakup dalam lingkup area perencanaan. Di negara maju persoalan ini sudah direspon sejak lama, misalnya di Inggris pada tahun 1964 telah dibentuk Planning Advisory Grup (PAG) yang ditujukan bagi kepentingan penjaminan dari badan-badan perencana, pemerintah dan anggota masyarakat terhadap kepastian produk perencanaan kota. Dalam laporan yang dibuat oleh PAG juga dinyatakan mutlak tentang perlunya pemahaman dari masyarakat baik mengenai tujuan utama dari perencanaan dan perancangan V-9

89 kota, maupun mengenai dampak-dampak langsung ataupun tidak langsung yang mungkin saja yang ditimbulkan dari policy dari hasil rancangan kota. Pemahaman dan kesepakatan akan tercapai kalau masyarakat diikutsertakan sejak awal dalam proses perencanaan kota melalui diskusi, seminar, konsultasi dan lain-lain. Untuk mewujudkan partisipasi masyarakat yang efektif, maka masyarakat harus dilibatkan di dalam setiap tahap perencanaan, desain, implementasi dan evaluasi. Hasil terbaik akan dicapai apabila partisipasi masyarakat dan masukan desain dari tenaga profesional berbanding seimbang. Manfaat dari tumbuhnya partisipasi masyarakat dapat disebutkan antara lain: a) Untuk menumbuh kembangkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan perannya dalam pembangunan, sehingga masyarakat akan ikut merasa bertanggung jawab dengan hasil-hasil kegiatan. b) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas keputusan yang diambil karena sesuai dengan kondisi yang ada baik kebutuhan, keinginan dan sumber daya di masyarakat. c) Untuk memberdayakan masyarakat dengan membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan dan ketrampilan. Pengertian partisipasi adalah kesediaan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta dalam program kegiatan pembangunan tertentu, baik karena dorongan dari dalam maupun dari luar dirinya, yang keikutsertaannya diwujudkan dalam bentuk kontribusi : tenaga, pikiran ataupun materi. Keikutsertaan masyarakat bisa dikarenakan diajak, dipersuasi (dipengaruhi), diperintah atau dipaksa pamong. Pelaku yang satu cenderung berbuat lebih dari pelaku yang lain, artinya tanpa harus ada kesetaraan. Partisipasi dapat dikatagorikan kedalam strategi pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan adalah merupakan suatu yang sangat mendesak untuk mencapai tujuan : menciptakan rasa tanggung jawab, mendapatkan kesepakatan secara berasama-sama secara musyawarah, dan meningkatkan rasa percaya diri pada masyarakat. Ada 5 (lima) azas yang berlaku dalam upaya-upaya untuk mencapai keberhasilan pada proses partisipasi masyarakat, yaitu : V-10

90 Azas Solidaritas Penetapan asas solidaritas merupakan hal yang sangat penting karena melalui asas ini akan diperoleh keterpaduan fokus kegiatan pembangunan dari berbagai pelaku (aktor pembangunan) menjadi jelas, sehingga untuk siapa perencanaan dilakukan dapat dijawab dengan tegas. Solidaritas ini tidak saja dituntut antar anggota kelompok masyarakat saja, melainkan terkait dengan kelompok lain. Azas Partisipasi Asas solidaritas harus dijalankan secara aktif dan bukan hanya sekedar menunggu (pasif). Dengan demikian setiap pelaku pembangunan terkait haruslah bertindak secara aktif sehingga terciptalah pola pembangunan secara partisipatif, dimana setiap pelaku dapat bertindak secara aktif berlandasakan suatu tekad yang telah disepakati bersama yaitu melakukan upaya-upaya dalam proses pelaksanaan pembangunan Azas Kemitraan Dalam kegiatan pembangunan partisipatif antar berbagai pelaku pembangunan, dimana masyarakat tetap dalam posisi pelaku utama/ penentu, maka peran pelaku-pelaku pembangunan lain haruslah dilakukan mengikuti asas kemitraan artinya interaksi yang terjadi adalah interaksi antar pihak yang setara meskipun berbeda fungsi sehingga terbentuklah kerabat kerja pembangunan seperti bentuk jalinan kerjasama dalam bentuk satu tubuh yang terdiri dari tangan, kaki, badan, kepala dan sebagainya. Azas Memampukan Pembangunan secara partisipatif, menuntut masyarakat menjadi tokoh sentral dan pelaku penentu, untuk itu kemampuan kelompok masyarakat yang terkait perlu ditingkatkan baik dari segi kemampuan manusianya (kesadaran, wawasan, pengetahuan, ketrampilan) maupun sumber daya yang dikuasainya. Untuk itu diperlukan kontribusi dari pelaku-pelaku pembangunan lainnya. Oleh sebab itu tidak semua sumberdaya dimiliki / dikuasai / atau ada di tangan masyarakat seperti misalnya perizinan, teknologi, dana, lahan dan peluangpeluang/ kemudahan, maka peran pelaku-pelaku pembangunan lainnya masih sangat diharapkan sebagai enabler (penyedia) sehingga apa yang tidak meungkin dicapai dapat tercapai. V-11

91 Azas Pemerataan Asas pemerataan menekankan pada pemerataan kesempatan dalam memanfaatkan segenap peluang dalam proses pembangunan bagi semua komponen warga masyarakat. Perwujudan partisipasi masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Partisipasi tenaga kerja, yaitu masyarakat berpartisipasi memberikan tenaga kerja setempat bagi pembangunan kawasan b) Partisipasi sebagai inisiator program, yaitu masyarakat berinisiatif awal mengajukan gagasan penataan bangunan dan lingkungan setempat c) Partisipasi berbagi biaya, yaitu masyarakat berbagi tanggung jawab biaya pada kegiatan penataan kawasan d) Partisipasi pengambilan keputusan pada seluruh proses, yaitu proses pelibatan masyarakat untuk pengambilan keputusan sejak awal proyek, sehingga hasilnya relevan dengan kebutuhan lokal. Untuk mencapai kesepakatan pada semua aktor pelaksana pembangunan, diperlukan suatu proses untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara melibatkan anggota komponen masyarakat pada keseluruhan proses mulai dari persiapan sampai dengan terwujudnya hasil-hasil perencanaan, yang terdiri dari: a) Persiapan : sosialisasi masyarakat, identifikasi organisasi masyarakat setempat, penunjukan organisasi masyarakat setempat b) Perencanaan Tahunan : penyusunan visi-misi kegiatan, partisipasi swasembada masyarakat dalam pendanaan kegiatan c) Perancangan : partisipasi dalam pengambilan keputusan d) Pelelangan : partisipasi swasta dalam pembangunan fisik e) Pelaksanaan dan Supervisi : partisipasi masyarakat sebagai tenaga kerja, partisipasi masyarakat dalam pengadaan bahan bangunan f) Monitoring dan Evaluasi : partisipasi masyarakat dalam proses evaluasi dan monitoring pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan cakupan dan gambaran wilayah serta kondisi eksisiting wilayah perkotaan dalam kaitan dengan delineasi kawasan, potensi kawasan berdasarkan fungsi peruangan dalam cakupan RTBL adalah Kawasan Baru Berkembang Cepat yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 segmen fungsi V-12

92 utama, yaitu: kawasan perkantoran dan pemerintahan sebagai kawasan terbangun dengan nilai-nilai dan wajah lokal, kawasan perekonomian dan perdagangan modern sebagai kawasan tumbuh cepat dan baru, serta kawasan perekonomian dan perdagangan tradisional sebagai kawasan dilestarikan Analisis Tata Ruang Kawasan Analisis tentang fisik dasar alamiah kota berkaitan dengan kemampuan mendukung aktifitas kota dengan tujuan untuk mengetahui keadaan fisik alamiah di wilayah perencanaan sehingga diketahui daya dukung dan kemampuan fisik dasar kota dalam menerima pembangunan. Bahan yang diolah berupa data topografi, kemiringan tanah, geologi, dan hidrologi kawasan rencana. A. Topografi Topografi wilayah perencanaan adalah relatif berkategori landai bergelombang dengan dengan kemiringan 2% 15% sehingga relatif ideal untuk pengembangan fisik kota. Pola penggunaan lahan pada umumnya adalah pola linier mengingat bahwa sebaran fungsi-fungsi perekonomian Kawasan Pasar Kuamang Kuning memusat di sepanjang koridor utama Batanghari yang sekaligus menjadi akses utama ke berbagai ibukota kecamatan dan kabupaten di Jambi. Fungsi perdagangan mendominasi tata guna lahan pada struktur kawasan studi dan adanya kluster kompleks pemerintahan yang terletak di Utara kawasan studi. Berdasarkan struktur penggunaan lahan pada kawasan, memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan kegiatan (penggunaan lahan) yang cukup cepat dan padat, dengan fungsinya masing-masing dan selintas memberikan kesan penggunaan lahan yang teratur. Guna mengantisipasi perkembangan yang tidak terkontrol dan sporadis, maka ke depan harus ditetapkan fungsi penggunaan lahan dan intesitasnya secara tegas. Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya pembangunan fisik yang tumpang tindih dengan berbagai kepentingan tanpa dapat dikendalikan. V-13

93 Gambar 5.2. Analisis Topografi Kawasan V-14

94 B. Tata Guna Lahan Pola penggunaan lahan kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah berpola radial konsentrik dengan lengan-lengan koridor yang menghubungkan antara pusat kawasan yang berbentuk amplop dengan ke-empat penjuru kawasan melalui lengan koridor Batanghari, koridor Tabir dan koridor Pelepat. Sebaran berbagai fungsi penting Kawasan Pasar Kuamang Kuning memusat di sepanjang koridor utama Batanghari sebagai akses utama penghubung kecamatan Pelepat Ilir dengan kecamatan Rimbo dan ibukota Jambi serta kabupaten Tebo dan wilayah sekitar. Fungsi perdagangan mendominasi tata guna lahan pada struktur kawasan studi dan konsentrasi fasilitas umum dan sosial setempat berupa bangunan Mesjid, sekolah, kantor pemerintahan, pasar tradisional Kuamang Kuning, kantor pos dan pusat layanan kesehatan (puskesma s dan posyandu) yang berada di sentra koridor. Konsentrasi fungsi-fungsi penting kawasan direncanakan oleh pemerintah setempat dengan merancang morfologi kawasan yang berbentuk kantong/amplop untuk memperlihatkan pusat kawasan serta pemisahan jalur dan lajur kendaraan pada bagian tersebut di koridor Batanghari. Pemusatan fungsi-fungsi utama kawasan tersebut pda dasarnya dapat menciptakan pusat keramaian pada masa yang akan datang sehingga perlu dipikirkan atau direncanakan sistem pergerakan atau pola sirkulasi setempat dengan strategi desain tertentu atau teknik desain spesifik pada titik-titik yang potensial mengalami hambatan pergerakan. Fungsi lahan sebagai ruang terbuka adalah yang paling dominan di seluruh kawasan Psar Kuamang Kuning dengan fungsi spesifik berupa hutan perkebunan kelapa sawit dan lahan pertanian. Untuk mempermudah kontrol terhadap pertumbuhan dan perkembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning, maka sistem jaringan jalan eksisting harus dirancang secara langsung, jelas, menerus dan terhubung. Sistem jalan yang lengkap dengan memperhatikan kelas dan hirarkinya akan menjadi dasar deliniasi zona fungsi masing-masing lahan di dalam kawasan rencana sehingga terbentuk sebuah rencana pembagian blok-blok kawasan yang sesuai dengan rencana tata guna lahan. V-15

95 Gambar 5.3. Analisis Tipologi Blok Kawasan V-16

96 Gambar 5.4. Analisis Tata Guna Lahan V-17

97 C. Tata Guna Bangunan Tata guna atau fungsi bangunan diatur sesuai dengan rencana tata guna lahan yang sudah ditetapkan. Pola penggunaan lahan dan pengaturan fungsi bangunan pada umumnya adalah berpola radial konsentrik yang memusat pada area kantong dengan morfologi bentuk blok menyerupai amplop pada koridor Batanghari. Fungsi bangunan komersial, perkantoran dan bisnis mendominasi fungsi bangunan pada kawasan studi. Koridor perdagangan Batanghari memilki dua karakter bangunan yang berbeda, yaitu: - Bangunan di sepanjang jalan Batanghari yang menuju ke ibukota Jambi dan kecamatan Rimbo memiiki karakter bangunan komersial berskala menengah ke bawah yang berarti didominasi oleh jenis produk dagang/komoditi yang lebih mengarah kepada kebutuhan lokal seperti usaha warung kelontong dengan karakter bangunan yang bersifat semi permanen dan bangunan sementara - Bangunan di sepanjang jalan Batanghari yang menuju ke kabupaten Tebo dan sekitarnya justru memiliki jenis fungsi perdagangan dalam skala makro dengan adanya bangunan pertokoan yang menjual produkproduk lokal dengan pemasaran yang lebih modern serta karakter bangunan yang didominasi oleh bangunan permanen. Selain fungsi perdagangan atau komersial, dibutuhkan pula rencana pembangunan sub terminal terpadu yang terintegrasi dengan rencana taman parkir untuk menjawab kebutuhan lokal di masa yang akan datang. Rencana tersebut perlu dipersiapkan mengingat bahwa pertumbuhan penduduk yang didominasi oleh para transmigran maupun pendatang memiliki angka pertumbuhan yang cukup tinggi di dalam kawsan rencana. Pemusatan berbagai jenis kegiatan di sepanjang koridor juga membutuhkan sarana dan prasarana transportasi publik yang memadai sehingga rencana pembangunan sub terminal di dalam area kantong/amplop perlu diupayakan sedini mungkin. Pengaturan pola sirkulasi atau pergerakan publik di sekitar node/pusat kawasan kantong perlu diutamakan pula untuk menghindari terjadinya konflik lalu lintas pada masa yang akan datang dengan menghindari akses langsung melalui jalan Batanghari namun memutar dengan memanfaatkan akses jalan di sekitar node. V-18

98 Fungsi bangunan tempat tinggal/permukiman/ hunian perlu ditata dengan arahan bahwa: - Bangunan permukiman/hunian yang ditujukan untuk masyarakat konsumen menengah ke atas atau untuk kepentingan investasi diarahkan di sekitar pusat kota/kawasan. Rencana ini diperlukan untuk mengundang minat investasi bagi para pengembang/developer. - Bangunan permukiman/hunian yang ditujukan untuk masyarakat konsumen menengah ke bawah dapat direncanakan menjauh dari pusat agar terhindar dari sumber keramaian dan kebisingan pusat kawasan. Ruang-ruang terbuka yang difungsikan untuk menjadi ruang komunal atau taman rekreasi perlu pula direncanakan sekalgus sebagai media sosialisasi dan komunikasi antar warga. Sedangkan fungsi bangunan pemerintahan, fasilitas umum dan sosial serta pelayanan publik dapat diarahkan di sekitar node/pusat sesuai dengan kondisi eksisting. Selain mengatur blok-blok kawasan sesuai dengan tata guna lahannya atau fungsi lahan, ketinggian bangunan yang memperhatikan skyline kawasan perlu diatur sedini mungkin. Ketinggian bangunan akan diatur atau diarahkan semakin meningkat antara 2 sampai 3 lantai ke arah pusat (area kantong/amplop) sedangkan semakin menjauh dari pusat diatur ketinggian bangunan antara 1 sampai dengan 2 lantai sesuai dengan kondisi eksisting. Dalam konsep skyline selain demi alasan visual, pengaturan ketinggian bangunan sangat penting untuk mendukung proses wayfinding (menemukan arah dan tujuan saat seseorang bergerak dari satu titik ke titik lainnya ketika mengalami ruang kota/kawasan) yang merupakan salah satu permasalahan tipikal yang dialami kota-kota besar di Indonesia. V-19

99 Gambar 5.5. Analisis Tata Guna Bangunan V-20

100 Gambar 5.6. Analisis Ketinggian Bangunan V-21

101 D. Intensitas Pemanfaatan Lahan Kepadatan bangunan merupakan salah satu aspek dalam upaya pengendalian perkembangan tata ruang dan tata bangunan serta tata lingkungan yang memperhatikan keserasian, fungsional, estetis serta ekologis dalam pemanfaatan ruang lahan. Kepadatan bangunan berpengaruh terhadap intensitas daerah terbangun yang merupakan optimaslisasi kemampuan lahan berbanding luas lahan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau biasa disebut Building Coverage merupakan prosentase angka perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan perpetakan. Untuk dapat menghitung besar nilai koefisien dasar bangunan atau building coverage pada suatu wilayah digunakan pertimbangan terhadap air tanah. Pertimbangan tersebut digunakan untuk mempertimbangkan kelestarian air tanah. Hal ini berkaitan dengan penentuan Building Coverage (BC) pada suatu lokasi. Prinsip dasarnya adalah menghitung berapa besar daerah yang tetap terbuka atau dilestarikan agar air dapat infiltrasi secukupnya untuk mengimbangi penggunaan air tanah pada daerah tersebut. Floor Area Ratio memiliki prinsip yakni Perbandingan total luas lantai dengan total lantai dasar atau total luas lantai dibagi total lantai dasar. FAR TotalLuasLantai TotalLantauaDasar Hubungan dengan ketinggian bangunan ada kaitannya dengan Building Coverage (BC) yaitu perbandingan Luas dasar dengan Total Luas Lahan. BC LuasLantaiDasar TotalLuasLahan Sedangkan Land Use Intensity (LUI) adalah sistem dengan skala angka dirancang untuk mengukur intensitas penggunaan lahan dengan mengintrepetasikan luas lantai dengan luas area. Prinsip LUI merupakan perluasan FAR, karena di dalamnya terdapat perbandingan ruang parkir, open space, ruang rekreasi, serta ruang simpan mobil terhadap luas lantai seluruhnya, yang diperoleh melalui tabel LUI Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan keseimbangan ekologi setempat maka perlu diatur tingkat intensitas pemanfaatan lahan dengan V-22

102 mempertahankankomposisi atau rasio perbandingan yang ideal antara ruang terbangun dengan ruang terbuka. Komposisi atau rasio tersebut adalah 60% yang ditujukan untuk ruang terbangun dan 40% untuk ruang tidak terbangun atau ruang terbuka. Kepadatan bangunan di dalam kawasan studi Pasar Kuamang Kuning diatur dengan memperhatikan distribusi dan jenis fungsi-fungsi bangunan yang telah berkembang. Kepadatan yang direncanakan di setiap blok atau sub blok dibagi secara kulitatif menjadi 3 kategori, yaitu: - Intensitas kepadatan tinggi direncanakan untuk fungsi atau tata guna lahan komersial/perdagangan, yaitu antara 60%-80% untuk area terbangun. - Intensitas kepadatan sedang direncanakan untuk fungsi atau tata guna lahan permukiman yaitu antara 40%-60% untuk area terbangun. - Intensitas kepadatan rendah direncakan untuk fungsi/tata guna lahan perkantoran pemerintah, fasilitas umum seperti terminal, sub terminal, kantor polisi, rumah sakit dan fasilitas sosial seperti sekolah dan pusatpusat rekreasi yaitu antara 40%-60% untuk area terbangun. Ketersediaan ruang terbuka kota harus dipertimbangkan keberadaannya untuk menjaga keseimbangan alam (pertimbangan dalam aspek ekologis) dan konsep keberlanjutan (sustainability) demi mendukung kemampuan kota dalam menyediakan lahan terbuka bagi proyek pengembangan/pembangunan di masa yang akan datang. Ruang-ruang terbuka kota harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat penghuninya dengan memanfatkannya sebagai pusat rekerasi, taman kota, hutan kota dan sebagainya. V-23

103 Gambar 5.7. Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan/Kepadatan Bangunan V-24

104 E. Aksesbilitas Pergerakan Analisis tentang tentang transportasi dalam hal pergerakan, prasarana jalan, angkutan dan tempat parkir kendaraan akan menjadi salah satu bagian terpenting dalam kegiatan penataan ruang. Bertujuan untuk mengetahui perkiraan kebutuhan dimensi jalan sesuai dengan fungsi jalan, penentuan letak pangkalan angkutan yang strategis, kinerja jalan yang diinginkan, titik-titik bangkitan sebagai titik transfer, serta akses baru terhadap koridor. Bahan yang dianalisa berupa data jaringan jalan, prasarana jalan, rute angkutan, simpul simpul pergerakan dan tempat parkir. Sistem jaringan jalan yang direncanakan disesuaikan dengan sistem jalan eksisting sebagai embrio pengembangan sistem jalan yang lebih lengkap. Sistem jalan utama kawasan rencana meliputi: - Jalan utama kawasan yang menghubungkan antara wilayah atau kawasan rencana dengan kecamatan Rimbo serta ibukota Jambi melalui jalan Batanghari - Jalan utama kawasan yang menghubungkan antara wilayah atau kawasan rencana dengan Kabupaten Tebo dan sekitarnya melalui jalan Batanghari - Jalan utama kawasan yang menghubungkan antara wilayah atau kawasan rencana dengan Kabupaten Tebo di Utara kawasan melalui jalan Tabir - Jalan utama kawasan yang menghubungkan antara kawasan rencana dengan Kabupaten Merangin melalui jalan Pelepat. Sarana transportasi publik yang tersedia saat ini masih belum cukup memadai untuk melayani kebutuhan lokal meskipun saat ini telah mucul indikasi keramaian pada titik-titik tertentu terutama di sepanjang jalan koridor Batanghari. Namun rencana mempersiapkan infrastruktur yang lengkap dan memadai harus mulai menjadi fokus perhatian pembangunan kawasan rencana. Pergerakan lokal lebih banyak bergantung pada kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil serta sebagian kendaraan sewa berupa mobil sewa serta ojek sedangkan bus umum dalam skala lokal atau sarana transportasi publik lainnya belum direncanakan sepenuhnya. Bus antar kota yang menghubungkan antara kawasan rencana dengan kawasan di V-25

105 sekitarnya sebagian besar melalui jalan Batanghari dengan sistem tunggu serta menaikkan menurunkan penumpang di sepanjang jalan atau di depan area bangunan. Sistem parkir kendaraan sebagian besar masih bersifat on street parking dan sebagian kecil kendaraan memanfaatkan ruang terbuka yang berada di sekitar area pertokoan jalan Batanghari sebagai ruang parkir. Jalan Batanghari sebagai koridor utama kawasan yang memiliki fungsi strategis dalam skala lokal dapat ditingkatkan perannya dengan merencanakan rute transportasi publik dari kawasan ibukota propinsi, kabupaten dan kecamatan sekitar masuk ke kawasan Pasar Kuamang Kuning melalui fungsi sub-terminal. Untuk mempermudah atau meningkatkan aksesbilitas pergerakan transportasi publik khususnya ke dalam sub terminal maka perlu diatur pola sirkulasi loop satu arah masuk dan keluar dari dalam sub-terminal dengan mengalihkan peregarkan transportasi publik ke jalan sekitar area kantong/amplop. Pola tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penumpukan atau akumulasi peregarakan di sepanjang koridor Batanghari terutama di simpul pusat area kantong/amplop. Lebar jalan eksisting umumnya sudah sangat aksesibel untuk memadai sirkulasi pergerakan kendaaran baik pribadi maupun kendaraan umum dengan rincian lebar jalan, yaitu: Jalan arteri, yaitu jalan Batanghari yang terbagi atas 2 (dua) tipe bentuk/morfologi jalan, yaitu: - Bagian ruas jalan di sekitar area Pasar Kuamang Kuning sampai dengan area Masjid Kuamang Kuning (daerah amplop) memiliki dengan total lebar jalan sekitar 12 meter dengan street divider berlebar sekitar 1,5 meter - Bagian ruas jalan di sepanjang koridor Batanghari memiliki lebar jalan rata-rata 6 meter tanpa street divider Jalan kolektor lokal, memiliki lebar jalan rata-rata antara 6 meter Jalan lingkungan memiliki lebar jalan rata-rata antara 4 meter. Dalam usulan desain/ perancangan pada kawasan rencana Pasar Kuamang Kuning, lebar jalan eksisting akan dilebarkan mengingat bahwa lebar/ dimensi jalan eksisting dinilai tidak cukup mampu untk mengakomodasi kapasitas kendaraan umum ataupun pribadi pada masa V-26

106 mendatang. Dalam rangka meningkatkan kualitas visual dan ekologi kawasan rencana khususnya pada area di sekitar koridor jalan, maka perlu direncanakan sistem atau jalur vegetasi peneduh dan pengarah di sepanjang jalan. Berdasarkan kualitas jalan kawasan setempat, kondisi jalan yang ada di wilayah perencanaan pada umumnya mempunyai kualitas perkerasan yang baik, dengan jenis perkerasan aspal terutama di jalan-jalan utama kawasan. Namun demikian terdapat jalan penghubung masuk ke area pedalaman atau perkebunan yang kondisinya kurang baik karena masih berupa jalan tanah sehingga pada saat yang akan datang perencanaan jalan beraspalt pada titik-titik lokasi tersebut. Sesuai dengan kondisi lebar badan jalan yang ada (DAMIJA) maka untuk area pusat dengan street divider dilebarkan menjadi 8 meter untuk masing-masing jalan. Sedangkan untuk jalan Batanghari diusulkan menjadi 8 meter, dan jalan kolektor lokal tetap 6 meter, demikian juga jalan lingkungan tetap. V-27

107 Gambar 5.8. Analisis Aksesbilitas Pegerakan V-28

108 Gambar 5.9. Analisis Jaringan Jalan V-29

109 E. Ruang Terbuka Kawasan Pasar Kuamang Kuning pada umumnya lahan perkebunan dan area pertanian sebagai lahan garapan penduduk lokal. Ruang terbuka berupa area perkebunan dan pertanian perlu dilestarikan keberadaannya dan diatur komposisinya, mengingat bahwa pendapatan terbesar bagi daerah adalah pada kedua sektor tersebut selain perdagangan/ komersial. Untuk mengantisipasi terjadinya degradasi lingkungan akibat pemusatan kegiatan yang berlangsung di sepanjang koridor utama kawasan jalan Batanghari maka perlu direncanakan ruang-ruang terbuka yang ditujukan sebagai paru-paru kota sekaligus sebagai taman atau pusat rekreasi. Komposisi yang paling ideal antara area terbangun dengan area tidak terbangun (ruang terbuka) adalah 60% berbanding 40%. Selain rencana ruang terbuka sebagai taman atau pusat rekreasi di sekitar pusat kota, rencana ruang terbuka dengan mengubah morfologi jalan di sekitar simpul/node dapat diterapkan pula dengan tujuan untuk memberikan penanda area gerbang masuk keluar kawasan Pasar Kuamang Kuning serta meningkatkan kualitas dan aksesbilitas visual pengendara di sekitar simpul utama, di keempat penjuru koridor utama kawasan. Selain mengatur blok-blok kawasan sesuai dengan tata guna lahannya atau fungsi lahan, ketinggian bangunan yang memperhatikan skyline kawasan perlu diatur sedini mungkin. Kawasan Pasar Kuamang Kuning memiliki 4 nodal (titik simpul) utama dengan karakter kawasan yang berbeda, yaitu: - Simpul Utara yang mengarah ke kawasan kabupaten Tebo dan sekitarnya dihubungkan oleh jalan Tabir. - Simpul Selatan yang mengarah ke kabupaten Merangind an sekitarnya dihubungkan oleh jalan Pelepat. - Simpul Barat yang mengarah ke ibukota Jambi dan kecamatan Rimbo dan sekitarnya yang dihubungkan oleh jalan Batanghari - Simpul Timur yang mengarah ke Kabupaten Tebo dan sekitarnya yang dihubungkan oleh jalan Batanghari. Keempat simpul tersebut memiliki desain morfologi tertentu sebagai penanda gerbang masuk dan keluar kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai pusat kota/kecamatan Pelepat Ilir. V-30

110 Gambar Analisis Ruang Terbuka V-31

111 Gambar Analisis Titik Nodal/Titik Simpul Kawasan sebagai Gerbang Kawasan V-32

112 F. Jaringan Utilitas Sebagai bagian dari pelayanan daerah terhadap kebutuhan masyarakatnya, maka rencana sistem utilitas kawasan yang meliputi jaringan air minum, listrik, telepon, drainase, limbah dan sampah harus dipikirkan secara integral dengan berbagai rencana sistem kawasan lainnya. a. Air Minum Secara umum kebutuhan Air bersih pada wilayah perencanaan yang dilayani oleh PDAM Tirta Batanghari telah cukup memenuhi. Kondisi topografi dan lapisan tanah di lokasi memungkinkan mengambil sumber air baku dari sumber air permukaan, yaitu Sungai Batanghari dan Sumur Bor b. Listrik Pelayanan jaringan listrik dari PLN untuk wilayah perencanaan sudah terpenuhi, termasuk wilayah pinggiran kota. Pemeliharaan lampu-lampu jalan, penerangan taman kota serta penerangan fasilitas umum, perlu menjadi perhatian pihak Pemda. Pendistribusian tenaga listrik dan gardu induk/gardu penghubung sampai ke pelanggan melalui jaringan distribusi sebagai berikut: - Jaringan distribusi tegangan rendah. - Jaringan distribusi listrik tegangan menengah. - Gardu Distribusi, dengan perencanaan: Peremajaan dan penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang mengacu beban lama dan untuk memenuhi penambahan kebutuhan daya. Membangun gardu listrik kemudian disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan daya listrik dan tumbuhnya pusat-pusat beban yang baru. c. Telepon Pelayanan telepon didistribusikan oleh PT. TELKOM dan sampai dengan saat ini sistem jaringan Telepon Kota sudah dalam kondisi jenuh dimana pelayanan jaringan kabel udara dalam kondisi sesuai dengan perencanaan. Untuk membantu sistem pelayanan Telpon Kabel udara saat ini adalah dengan memperkenalkan sistem telpon tanpa kabel (selular). V-33

113 d. Drainase Saluran drainase dan rioolering kota sepanjang jalan-jalan utama baru ada di jalan utama dengan street devider sewdangkan pada jalan yang lain masih minim bahkan belum ada. Air hujan dan air buangan masih menjadi satu mengalir menuju Sungai Batanghari sebagai tempat pembuangan terakhir. Kondisi lokasi sebagian masih merupakan daerah rawa dan daerah yang periodik tergenang, dikarenakan kondisi topografi. e. Limbah Utilitas pembuangan air limbah merupakan jaringan semua jenis air buangan (air kotor) baik dari rumah tangga, limbah padat kotoran manusia, limbah industri. Pengelolaan limbah manusia saat ini dilakukan secara individual dan semi komunal oleh masyarakat melalui sarana jamban keluarga, jamban sederhana dan sarana MCK. Adapun permasalahan yang timbul di wilayah perencanaan akibat belum tersedianya jaringan limbah adalah : Sebagian masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah menggunakan sungai sebagai tempat membuang hajat, selain itu, bagi yang mempunyai closet langsung membuang limbanya ke sungai. Sistem pembuangan yang ada masih dibuang ke Septic Tank dan ditimbun dibelakang rumah. Hal ini memberikan dampak yang kurang baik bagi lingkungan karena lumpur Septic Tank memiliki BOD tinggi. Untuk menghindari tercemarnya air sungai, maka sebaiknya sebelum disalurkan ke sungai, diupayakan proses penjernihan dengan sumur resapan dan kolam-kolam, dengan model kolam penjernihan dengan kolam terbuka dan menggunakan ikan sebagai media uji coba. f. Sampah Sistem pembuangan sampah di wilayah permukiman dan kawasan perdagangan dikoordinasi oleh Dinas Perkotaan Kabupaten, dibawah pengawasan Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Selain itu bagi penduduk di perkampungan masih membuang sampah dengan cara V-34

114 menimbun dan membakar di pekarangan rumah masing-masing. Penanganan sampah pada lokasi-lokasi aktivitas public, seperti pasar, pertokoan/ kawasan bisnis, perlu disediakan TPS container, yang secara periodik diangkut oleh petugas kebersihan. Sesuai dengan rencana Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) pelayanan tempat sampah untuk daerah komersial, kantor dan tempat umum dilayani 100% sedangkan untuk kawasan permukiman dilayani sebagai berikut: a. kepadatan penduduk >100 jiwa/ha akan dilayani 100% dengan pertimbangan kebutuhan yang mendesak. b. Kepadatan penduduk jiwa/ha akan dilayani bagi mereka yang mau dan mampu membayar restribusi. c. Kepadatan penduduk <50 jiwa/ha tidak dilayani kecuali telah ada pelayanan dan perumahan dengan pendapatan tinggi. V-35

115 Gambar Analisis Utilitas Kawasan V-36

116 H. Perencanaan Pariwisata Mengingat bahwa kegiatan perekonomian di kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagian besar masih berbasis pada ekonomi mikro/ tradisional yang bertumpu pada usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, maka potensi pariwisata berupa pusat perdagangan dalam skala modern tidak dimiliki. Pasar Kuamang Kuning sebagai pasar tradisional dapat menjadi ikon pariwisata lokal dengan syarat bahwa penyiapan infrastruktur yang mendukung rencana tersebut segera dipersiapkan termasuk produkproduk khas lokal yang akan dijual dan dapat menarik wisatawan untuk transit atau tinggal di dalam kawasan. Meskipun demikian untuk masa yang akan datang, potensi pariwisata dapat diciptakan dengan memanfaatkan ruang-ruang terbuka di sepanjang koridor Batanghari sebagai area terbangun atau area bernilai ekonomi laiinya namun dengan tetap mempertimbangkan berbagai kriteria pengembangan/pembangunan. Potensi wisata modern seperti pusat perdagangan atau pusat perbelanjaan ditujukan untuk menarik modal dari para investor atau pendatang dari luar daerah. Selain potensi fisik yang dapat diciptakan, kawasan Pasar Kuamang Kuning memiliki potensi alam berupa lahan pertanian yang dapat menjadi unggulan dalam rencana desadesa wisata sehingga konskwensinya adalah dengan segera merencanakan sistem infrastruktur kota/kawasan secara lengkap bagi masyarakat lokal dan wisatawan/pendatang. V-37

117 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo BAB II DELINEASI KAWASAN PASAR KUAMANG KUNGING KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO 2.1. PENGERTIAN Delineasi perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning berfungsi sebagai pedoman atau panduan ke depan dalam proses rancang bangun dan atau dalam proses penataan atau perbaikan terhadap lingkungannya sehingga tercipta suatu kualitas hidup kawasan/kota yang ideal dan dapat mendukung tercapainya berbagai sasaran pembangunan yang dicita-citakan oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Dalam rangka mempermudah proses implementasi, maka akan dilihat/ dicermati spot area yang potensial sebagai generator pengembangan seluruh kawasan Pasar Kuamang Kuning pada masa yang akan datang POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN Kuamang kuning adalah salah satu wilayah yang penuh potensi khususnya dalam bidang perkebunan karena melalui hasil perkebunan masyarakat kuamang kuning dapat hidup lebih baik dan kesejahteraanya kian terlihat. Hal tersebut berkat kerja keras masyarakat dan juga segenap pemerintah daerah. Dari hasil perkebunan pula wilayah kuamang kuning dapat memberikan kontribusi pendapatan daerah yang nilainya cukup baik. Dampak dari peningkatan pendapatan ekonomi dari sektor perkebunan, baik terhaddap kehidupan masyarakat secara pribadi maupun kontribusinya terhadap pemerintah daerah, maka kegiatan ekonomi setempat juga meningkat. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya tingkat daya beli penduduk, yang berakibat meningkatnya tuntutan kebutuhan akan kenyamanan hidup. Sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan tuntutan kenyamanan, maka kebutuhan ruang yang aman dan nyaman-pun menjadi tuntutan utam, sehingga Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

118 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo aktivitas warganya semakin baik dan berkualitas. Karena itu pemerintah setempat berkeinginan untuk meningkatkan dan menata kawasan dan lingkungan dimana menjadi area pokok kegiatan masyarakatnya, yaitu Kawasan Pasar Kuamang Kuning dan sekitarnya. Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah kawasan berkembang cepat, mengingat potensi perkebunan sangat cepat mendorong perkembangan perekonomian. Hal ini dapat dilihat beberapa fungsi bangunansebagai fasilitas, yang mewadahi aktivitas warganya sedemikian ramai dan padat. Juga memperhatikan mobilitas masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orangtua, serta aktivitasnya, maka secara menyeluruh kawasan Pasar Kuamang Kuning sangat berpotensi untuk menuntut kebutuhan ruang untuk mewadahi aktivitasnya. Oleh karena itu penataan Kawasan Pasar Kuamang Kuning haruslah memperhatikan kondisi dan potensi ini sebagai langkah awal dalam pemahaman karakteristik masyarakatnya serta kebutuhan aktivitas dan wadahnya, yang pada akhirnya memerlukan fasilitas sesuai tingkat kenyamanannya. Disamping itu perlu juga memperhatikan permasalah-permasalahan yang terjadi dilapangan, sebagai rambu-rambu dalam rangka menata lingkungan fisik tempat masyaraktnya beraktivitas, terutama adalah kebiasaan-kebiasaan, baik secara sosial maupun adat. Gambar-gambar berikut menunjukkan beberapa fasilitas fungsi bangunan yang ada di Kawasan sekitar Pasar Kuamang Kuning dan karakter bangunannya serta identifikasi kondisi lingkungan disepanjang koridor jalan Batanghari. Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

119 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Gambar 2.1. Distribusi Fungsi Bangunan di Kawasan Pasar Kuamang Kuning Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

120 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Gambar 2.2. Citra Bangunan Kawasan Pasar Kuamang Kuning Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

121 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo 2.3. PENENTUAN DELINEASI KAWASAN Pengertian Penyusunan dokumen RTBL dapat dilaksanakan pada suatu kawasan/ lingkungan bagian wilayah Kabupaten atau Kota, kawasan perkotaan dan atau pedesaan, yang dapat diidentifikasi sebagai kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, atau gabungan (campuran), mencakup suatu lingkungan atau kawasan dengan luas 5 60 hektar (Ha), dengan ketentuan sebagai berikut: Kota Metrop[olitan dengan luasan minimal 5 Ha, Kota besar/ sedang dengan luasan Ha Kota kecil/ desa dengan luasan Ha RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya, dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, serta kawasan sentra niaga ( central business district), sesuai kategori kota kecil/ desa dengan cakupan luas delineasi Ha Batas dan karakteristik Kawasan Delineasi kawasan perencanaan secara administrasi adalah bagian dari Kecamatan Pelepat Ilir, Desa Purwasari. Secara fisik, area perencanaan berada pada koridor jalan utama, sepanjang lebih kurang 4,5 (empat setengah kilometer) km, dengan batas lahan di kiri dan kanan jalan selebar (sedalam) 70 m, dimana aktivitas utama penduduk serta bangunanbangunan yang ada, berada di sepanjang koridor jalan tersebut. Luas seluruh kawasan yang direncanakan meliputi area seluas 57,3808 Ha, Delineasi kawasan juga ditunjukkan dengan identifikasi secara detail pemanfaatan lahan dan fungsi bangunan-bangunan yang ada, sebagaimana ditunjukkan pada gambar-gambar identifikasi per-segmen berikut ini: Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

122 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Gambar 2.1. Peta Delineasi Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

123 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

124 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

125 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

126 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

127 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

128 Profil Kawasan Pasar Kuamang Kuning Kabupaten Bungo Satuan kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Jambi

129 Bagian 7 TUJUAN, VISI dan MISI KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING 7.1. PENGERTIAN Berdasarkan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Bungo, maka gagasan awal (visi awal) tata bangunan dan lingkungan pada kawasan Pasar Kuamang Kuning, tidak terlepas dari visi diatas, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah, dengan penataan kondisi fisik lingkungan Pasar Kuamang Kuning, agar ruang kehidupan yang merupakan tempat beraktivitas warga perkotaan khususnya dapat meningkatkan dan mensejahterakan kehidupan penghuninya. Tujuan yang akan dicapai dari visi tersebut di atas adalah, kawasan Pasar Kuamang Kuning diharapkan dapat berperan sebagai ruang publik yang berkarakter budaya dan berskala manusia, dengan fungsi sebagai : Daya tarik sekaligus magnet kegiatan bagi para pengunjung serta pusat kawasan yang berkarakter budaya dan berperan sebagai ruang sosial masyarakat kota Kawasan perdagangan yang diarahkan pada perdagangan eceran formal dan informal, ekonomi kecil dan menengah yang berbasiskan masyarakat. Kawasan Wisata Budaya yang berkarakter khas lokal Kawasan pusat pemerintahan yang berkarakter dan berwibawa TUJUAN PEMBANGUNAN Tujuan yang akan dicapai oleh Kawasan Pasar Kuamang Kuning berdasarkan visi misi pembangunan daerah Kabupaten Bungo adalah menciptakan kawasan Pasar Kuamang Kuning yang secara berkelanjutan dapat mempertahankan karakteristik lokal, yaitu sebagai sebuah sentra perdagangan/perekonomian kerakyatan yang khas dengan senantiasa melestarikan potensi lahan pertanian, perkebunan dan hutan sekaligus sebagai sebuah sentra permukiman/ ruang huni yang berwawasan lingkungan dengan didukung oleh berbagai fasilitas atau sarana prasarana umum yang memadai. VII-1

130 Tujuan pembangunan, melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah, melalui penataan kondisi fisik lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning, menjadi ruang publik yang berkarakter budaya dan berskala manusia, dengan fungsi sebagai : Daya tarik sekaligus magnet kegiatan serta pusat kawasan yang berkarakter budaya dan berperan sebagai ruang sosial masyarakat Kawasan perdagangan yang diarahkan pada perdagangan eceran formal dan informal, ekonomi kecil dan menengah. Kawasan Wisata Budaya yang berkarakter khas lokal, dengan sasaran dan strategi pembangunan sebagai berikut: Komponen Sasaran Strategi Ekonomi Pengembangan zona ekonomi, memperkuat hubungan di antara pengusaha dan memperhatikan serta memberikan ruang representatif bagi sektor ekonomi kecil dan menengah terutama yang berkaitan dengan bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan serta sektor informal. Sosial Budaya Lingkungan Ruang Kebutuhan fasilitas sosial dan pelayanan umum, khususnya pada zona-zona perkampungan / permukiman kota Preservasi karakter bangunan maupun lingkungan dengan mengedepankan karakteristik desain Arsitektur Melayu Jambi, baik pada zona/fungsi lahan pemerintahan maupun pada zona/fungsi lahan komersial/ perdagangan dengan skala toleransi terhadap transformasi/modifikasi desain yang variatif tergantung pada masing-masing peruntukan lahannya. Kemudahan akses pada ruang-ruang terbuka publik yang telah ada dengan merencanakan sistem ruang hijau terbuka termasuk di sepanjang jalur-jalur pejalan kaki, untuk memberikan keteduhan dan kenyamanan. Pelestarian lingkungan kawasan Pasar Kuamang Kuning dapat dilakukan dengan merencanakan ruang-ruang terbuka hijau atau taman kota pada titik-titik simpul perpotongan jalan utama maupun pada daerah kantong pusat kawasan Pasar Kuamang Kuning yang berfungsi campuran Pemanfaatan lahan-lahan kosong sesuai dengan strategi pengembangan kawasan, mengurangi pengunaan lahanlahan publik untuk kepentingan lalulintas kendaraan bermotor dan lebih meningkatkan fungsinya untuk ruang hijau dan jalur pergerakan pejalan kaki Infrastruktur Meningkatkan kemudahan dan keamanan pergerakan lalulintas dan jalur transportasi umum pada jalur utama. Pengaturan parkir on street atau lokasi strategis untuk penyediaan kantong parkir, penyediaan jalur pejalan kaki yang sesuai dengan fungsi dan streetscape kawasan serta penyediaan infrastruktur publik di perkampungan/permukiman Manajemen Sistem manajemen partisipasi yang melibatkan masyarakat lokal dan Pemerintah setempat melalui forum FGD (Focus Group Discussion) Memperluas pengembangan area ekonomi, antara sektor formal - informal. Peningkatan Fasilitas sosial dan pelayanan umum, zona permukiman Konsolidasi, mengembangkan dan memanfaatkan potensi/aset-aset budaya baik itu tradisi atau warisan budaya termasuk adanya perkembangan budaya kontemporer Memantapkan lingkungan berkelanjutan antara natural environment dan social environment Dekonsentrasi fungsi-fungsi kegiatan dan pemanfataan lahan secara rasional makro mezzo mikro Menyediakan paket2 investasi, sirkulasi lalu lintas parkir pedestrian dan transportasi umum Konsistensi, partisipasi, manajemen yang transparan di antara stakeholders pemerintah swasta masyarakat VII-2

131 7.3. VISI DAN MISI Sebagai bagian dari wilayah administratif Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, maka perencanaan dan perancangan kawasan Pasar Kuamang Kuning sudah semestinya memiliki visi dan misi pembangunan yang sama dan kemudian menjiwai seluruh konsep rencana kawasan terkait. Visi pembangunan Kabupaten Bungo yaitu Bungo yang Mandiri, Aman dan Sejahtera tahun 2016 atau disingkat menjadi BUNGO MAS Dalam rangka mencapai visi pembangunan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Bungo telah menyusun misi-misi pembangunan daerahnya yaitu: 1. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa ke hadirat Allah SWT, serta meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan; 2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan udara yang mendorong sekaligus mendukung kemajuan perekonomian daerah; 3. Menyelenggarakan pemerintahan yang amanah, efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat secara prima; 4. Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan mendorong pengembangan simpul-simpul ekonomi rakyat utamanya pertanian, industri kecil, perdagangan dan jasa, serta koperasi; 5. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara cerdas dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas dan kelestarian lingkungan hidup; 6. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja; 7. Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui partisipasi aktif masyarakat; 8. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kehidupan beragama, adat istiadat dan budaya guna mewujudkan rasa aman dan ketentraman masyarakat. VII-3

132 Dalam rangka mewujudnyatakan visi pembangunan diatas, yaitu: mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah, melalui penataan kondisi fisik lingkungan kawasan, maka perlu dirumuskan Visi Pembangunan Kawasan Pasar kuamang Kuning, yaitu: Mengembangkan pusatpusat kegiatan di simpul-simpul kawasan yang mampu membangkitkan kegiatan ekonomi kawasan, pemerintahan, dan rekreasi yang berbudaya dan berkarakter, dengan mengembangkan sarana bisnis dan komersial serta wisata, namun tetap menyediakan ruang publik yang aman dan nyaman, dengan tetap memelihara kelestarian warisan budaya yang ada. Visi tersebut dijabarkan dalam misi sebagai berikut : 1. Structure - Reidentifikasi : mengidentifikasi kembali dan memperkuat komponen-komponen pembentuk kawasan seperti : - Jalur jalan utama jl. Batanghari- pembentuk citra kawasan (path): - bangunan-bangunan di kiri kanan sepanjang jalur utama (edge); - Simpang perempatan dan ujung kawasan (node); - Kawasan RTH dan pengembangan ruang publik (landmark) dan - kawasan pasar, kawasan Mas jid dan kawasan pertokooan (district). 2. Function - Pemanfaatan lahan : penetapan hirarki pengembangan fungsi-fungsi kawasan ditentukan dengan memperhatikan potensi-potensi kawasan. Lahan yang terletak di zona inti yang memiliki aksesibilitas, strategis serta nilai ekonomi tinggi dapat dimanfaatkan untuk pengembangan fungsi perdagangan dan jasa serta, penataan parkir, penataan pasar dan ruang terbuka hijau (RTH), sementara lahan di sepanjang koridor luar kawasan inti, ditetapkan peruntukannya sebagai kawasan campuran permukiman dan lingkungan hijau resapan air. 3. Development - Revitalisasi ekonomi : pemeliharaan pembangunan yang ada melalui keberlanjutan pembangunan ekonomi kecil dan menengah yang berbasiskan masyarakat dan sektor swasta, yaitu pengembangan dan penanganan Pasar Tradisional dan pertokoan (ruko). Pengembangan kawasan haruslah memperhatikan faktor eksistensi kawasan yang telah eksis selama bertahun-tahun dengan mempertimbangkan tingkat skala kegiatannya. 4. Preservation - Konsolidasi : konsolidasi kawasan melalui pelestarian bangunan, tapak dan kelompok bangunan untuk menunjang pelestarian VII-4

133 karakter kawasan, terutama kawasan perkantoran yang khas dan Kawasan pasar lama tetap dipertahankan fungsinya dengan penataan yang lebih berbudaya, serta penataan kawasan Mas jid. 5. Accesibility - Humanisasi ruang sosial : humanisasi kawasan, terutama untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak bermotor serta kemudahan dan keamanan aksesibilitas. Pemanfaatan ruang-ruang publik untuk kepentingan sosial dan peningkatan iklim mikro melalui tata hijau serta keamanan-kenyamanan bagi pemakai. 6. Demokratisasi manajemen : dilakukan dengan cara melibatkan semua stakeholders : pemerintah, swasta dan masyarakat dengan kontrol dua lapis: kontrol obyektif sesuai peraturan kota dan kontrol inter-subyektif antar stakeholders. VII-5

134 VISI: Mengembangkan pusat-pusat kegiatan di simpul-simpul kawasan yang mampu membangkitkan kegiatan ekonomi kawasan, pemerintahan, dan rekreasi yang berbudaya dan berkarakter Inner core Gambar 7.1. Visi Pengembangan Kawasan RTBL Pasar Kuamang Kuning VII-6

135 Gambar 7.2. Konsep Pengembangan Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo VII-7

136 Bagian 8 KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN dan LINGKUNGAN KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING 8.1. PENGERTIAN Konsep Perencanaan Kawasan Para Kuamang Kuning yang akan dibahas menguraikan berbagai gagasan/ide penataan struktur ruang kawasan objek studi secara umum yang berhasil dirumuskan berdasarkan identifikasi terhadap seluruh potensi dan peluang lokal serta berdasarkan hasil analisis terhadap seluruh aspek fisik maupun non fisik kawasan yang telah dilakukan dalam tahap medio perencanaan. Konsep perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning berfungsi sebagai pedoman atau panduan ke depan dalam proses rancang bangun dan atau dalam proses penataan atau perbaikan terhadap lingkungannya sehingga tercipta suatu kualitas hidup kawasan/kota yang ideal dan dapat mendukung tercapainya berbagai sasaran pembangunan yang dicita-citakan oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Dalam rangka mempermudah proses implementasi konsep rencana ke dalam rancangan sekaligus untuk mempercepat pengaruh perkembangan, maka pada akhir konsep rencana kawasan Pasar Kuamang Kuning akan dibahas secara detail konsep-konsep rencana pada 6 (enam) sub kawasan atau spot area yang potensial sebagai generator pengembangan seluruh kawasan Pasar Kuamang Kuning pada masa yang akan datang KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Kawasan rencana Pasar Kuamang Kuning dalam kedudukannya sebagai bagian dari wilayah ibukota Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan dan pembangunan wilayah Kecamatan Pelepat Ilir. Sebaran bangunan pemerintahan, fasilitas umum dan sosial termasuk bangunan perdagangan baik dalam skala mikro maupun makro terkonsentrasi pada kawasan Pasar Kuamang Kuning. Kondisi tersebut disebabkan VIII-1

137 oleh lokasi ibukota Kecamatan Pelepat Ilir, Kuamang Jaya, yang mencakup kawasan rencana Pasar Kuamang Kuning. Dalam perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning, potensi lokal dan berbagai peluang yang mungkin terjadi harus menjadi landasan utama perencanaan yang berarti bahwa konsep rencana pengembangan kawasan akan berpijak pada kondisi eksisting namun dengan tetap menata kembali struktur ruang kawasan Pasar Kuamang Kuning sehingga tercipta aksesbilitas lokal yang tinggi dan meningkatkan karakter kawasan. Kawasan Pasar Kuamang Kuning mencakup kawasan koridor/jalur lintasan perdagangan yang menghubungkan antara wilayah Kecamatan Rimbo dan Kotamadya Jambi di bagian Barat dengan wilayah Kabupaten Tebo yang berada di bagian Timur kawasan rencana. Menilik pada peran strategis kawasan rencana, maka aksesbilitas pergerakan yang efesien dan efektif dengan didukung oleh sistem bangunan dan utilitas kawasan yang maksimal merupakan kriteria penting yang harus diperhatikan. Konskwensi dari perencanaan kawasan yang berbasis pada perancangan sistem jalan adalah kebutuhan akan ruang terbuka hijau sebagai ruang buffer yang berfungsi ekologis sekaligus sebagai ruang-ruang komunal lokal yang dapat menunjang aktivitas sehar-hari masyarakat lokal. Dari sudut pandang ekonomi, kawasan Pasar Kuamang Kuning memiliki karakteristik perekonomian yang khas sebagaimana umumnya wilayah lainnya di dalam wilayah Kabupaten Bungo, yaitu perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian, perkebunan dan hasil hutan. Pada dasarnya, perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning berbasis pada potensi lokal yang bersifat tradisional yang diimbangi pula dengan perencanaan ruang-ruang yang bersifat modern sehingga keduanya jika dapat terencana secara bersinergi akan dapat meningkatkan citra kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai kawasan perdagangan tradisionalmodern. Dengan menyediakan berbagai pilihan atau alternatif-alternatif perencanaan terhadap ruang-ruang kawasan Pasar Kuamang Kuning, maka hal ini akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dan turut membangun kawasan Pasar Kuamang Kuning. Kebutuhan akan penataan dan perencanaan kawasan Pasar Kuamang Kuning pada hakikatnya akan mencakup beberapa elemen yang diuraikan sebagai berikut : VIII-2

138 1. Guna Lahan Kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai bagian dari kawasan pusat Kecamatan Pelepat Ilir yang mewadahi berbagai macam fungsi yaitu kegiatan perdagangan, pemerintahan, bisnis jasa dan barang, perkantoran, permukiman, fasilitas umum dan sosial yang mencakup fasilitas ibadah, jasa, kesehatan, transportasi, pendidikan dan rekreasi. 2. Peran Ekonomi Kawasan Pasar Kuamang Kuning merupakan pusat perdagangan tradisional dan modern yang memiliki peran strategis sebagai wilayah lintasan utama yang menghubungkan antara kawasan kecamatan Rimbo dan Kotamadya Jambi dengan kawasan Kabupaten Tebo dan sekitarnya. Potensi perekonomian lokal bergerak pada hasil/produk pertanian, perkebunan dan hutan sehingga secara fisik usaha pelestarian terhadap lahan-lahan tersebut harus memperoleh prioritas di samping perlunya penataan terhadap berbagai fasilitas dan sarana kawasan yang semakin mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian dan permukiman/hunian. 3. Peran Budaya dan lingkungan Memberi ruang dan wadah kegiatan seni dan kebudayaan sebagai tradisi lokal yang merupakan salah satu karakteristik sosial masyarakatnya sekaligus sebagai potensi wisata budaya. Mengingat bahwa sebagian besar penduduk lokal adalah masyarakat pendatang/transmigran yang datang dari berbagai daerah, maka potensi budaya di dalam kawasan Pasar Kuamang Kuning yang beragam akan semakin besar Dasar Pertimbangan Dasar pertimbangan dalam menyusun konsep perancangan tata bangunan dan lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah mengoptimalkan fungsi kawasan dengan mengarahkan beberapa bagian kawasan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Setiap bagian kawasan diarahkan untuk memberikan kekuatan karakter yang mendukung citra kawasan melalui peningkatan kualitas lingkungan kawasan yang terbentuk. Beberapa pertimbangan penting yang perlu diperhatikan adalah : VIII-3

139 1. Strategi pengembangan tata ruang kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai pusat pemerintahan, pelayanan regional sosial dan ekonomi, serta pusat distribusi barang dan jasa. 2. Pengembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagai upaya konsolidasi kawasan pusat kota dengan cara melakukan penyebaran fungsi-fungsi pusat kota, perbaikan dan pengembangan kawasan. 3. Kebijakan tata ruang kota dengan memperhatikan sektor-sektor yang menjadi prioritas utama penanganan pada kawasan kota, pemerataan pembangunan serta pemberdayaan ekonomi kerakyatan 4. Optimalisasi fasilitas sarana dan prasarana kota. 5. Potensi-potensi dan permasalahan yang ada pada kawasan. Pada bagian tertentu kawasan, koridor ruas jalan dan simpul-simpulnya serta area yang menjadi pelingkupnya perlu diarahkan dan diberikan penekanan agar dapat memberikan karakter, nilai, maupun citra atau image tertentu, sehingga mudah dikenali dan memberikan kesan mendalam bagi pengguna maupun orang yang melintasi kawasan Pasar Kuamang Kuning. Pada area di sepanjang jalan utama kawasan Pasar Kuamang Kuning perlu dilakukan penataan dengan mengatur dan mengorganisasi secara visual koridor jalan dan menyediakan suatu framework yang berperan dalam mempertegas arah pergerakan, memperkuat peran serta citra kawasan di masa depan. Framework, merupakan kerangka konsep struktur kawasan yang memperjelas ruang-ruang fisik kawasan dengan lebih memberdayakan potensi-potensi yang ada serta memperhatikan kebutuhan modern namun tetap konsisten dalam menata setting arsitektural yang kontekstual dengan lingkungannya (sosial dan budaya kawasan). Dalam rangka membentuk dan memperkuat visual wajah koridor jalan secara harmonis, maka perlu disusun suatu panduan perancangan yang mengatur desain dan letak bangunan di sepanjang koridor jalan Konsep Penataan Kawasan perencanaan memiliki makna strategis terkait dengan struktur keruangan yang terintegrasi dalam pengembangan seluruh kawasan dalam skala mezo maupun makro. Konsep utama penataan kawasan perencanaan adalah memadukan seluruh komponen-komponen perancangan kawasan VIII-4

140 yang ada dan mengoptimalkan setiap elemen-elemen urban menjadi lebih berpotensi dalam menghidupkan kawasan. Penataan kawasan perencanaan pada hakekatnya diarahkan untuk mengendalikan dan meningkatkan fungsi kawasan sebagai kawasan perkotaan yang semakin berkembang pesat. Fungsi kawasan ditingkatkan melalui serangkaian penataan kegiatan yang diikuti penataan bangunan dan lingkungan. Bagian kota yang berfungsi sebagai generator diarahkan sebagai embrio perkembangan dan pertumbuhan kawasan sekitarnya yang lebih terarah dan terkendali. Bagianbagian kawasan yang pasif dihidupkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Upaya penataan ini juga memperhatikan keselarasan dengan lingkungan, budaya kondisi sosial, manajemen sistem lalu lintas dan kontekstual dengan arsitektur setempat. Konsep pengembangan pada kawasan perencanaan di kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah mengikuti arah pertumbuhan dan elemen struktur pembentukan kawasan tersebut. Pada intinya arah pengembangan berpola linier/axial dengan simpul-simpul di sepanjang koridor jalan utama, dari bagian terluar (pinggiran) dengan intensitas pemanfaatan ruang rendah dan berangsur meningkat intensitasnya pada bagian terdalam (pusat kota). Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan pada kawasan. Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan pada kawasan Pasar Kuamang Kuning diarahkan sesuai dengan karakternya dan dibagi secara umum menjadi 3 (tiga) segmen yaitu Area Barat, Area Tengah dan Area Timur dengan uraian sebagai berikut : 1. Segmen Area Barat Konsep pengembangan di area ini, ditekankan pada koridor jalan Batanghari yang menghubungkan antara kawasan Pasar Kuamang Kuning dan Kuamang Jaya dengan wilayah Kecamatan Rimbo serta Kotamadya Jambi. Sesuai dengan kondisi eksistingnya, jenis bangunan dengan fungsi perdagangan/komersial berskala mikro-mezzo (menengah ke bawah) yang bercitra tradisional terkonsentrasi pada area koridor ini. Selain adanya fungsi perdagangan, di dalam kawasan koridor terdapat VIII-5

141 pula sebagian kecil sebaran bangunan sebagai fasilitas umum seperti perkantoran dan kantor polisi, praktik, bisnis dan jasa dan sebagian kecil bangunan permukiman. Pada masa yang akan datang, perlu dilakukan pengembangan kawasan koridor area Barat sebagai sentra perdagangan skala menengah ke bawah yang bersifat tradisional dengan memmperkuat citra bangunan dan ruang terbuka yang ada di sepanjang koridor termasuk pada spot gerbang kawasan koridor area Barat. Dalam perencanaan dan pengembangan selanjutnya, kawasan area Barat mencakup perancangan gerbang Barat kawasan Pasar Kuamang Kuning, penataan bangunan, ruang terbuka dan utilitas kawasan di sepanjang koridor Barat. 2. Segmen Area Tengah Konsep pengembangan di area ini, ditekankan pada koridor jalan utama, yang berpotensi mendukung pengembangan kegiatan bisnis atau perekonomian seperti perdagangan dan jasa, serta mendukung kegiatan pemerintahan, kegiatan sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, rekreasional serta permukiman campuran dengan tetap konsisten menjaga kualitas lingkungan. Kawasan Pasar Kuamang Kuning perlu didukung oleh infrastruktur sub terminal sebagai salah satu gerbang utama kawasan yang terintegrasi dengan ruang terbuka di pusat kawasan. Berbeda dengan kawasan area Barat yang lebih bercitra tradisional, variasi fungsi dan citra bangunan di dalam koridor area tengah lebih tinggi dan mulai memperlihatkan nuansa modern atau bahkan bernuanasa hybrida (campuran antara modern dengan tradisional). Bagian kawasan yang menjadi penekanan adalah kawasan perdagangan pertokoan di sepanjang koridor dengan morfologi jalan yang khas (dua jalur, dua lajur dengan street divider), area Mesjid Utama Pasar Kuamang Kuning serta area sub-terminal yang terintegrasi dengan ruang terbuka hijau. Mengingat kompleksitas fungsi yang cukup tinggi di dalam area, maka perencanaan dan perancangan kawasan pada area tengah ini harus memiliki prioritas yang tinggi dalam pengembangan kawasan Pasar Kuamang Kuning secara keseluruhan. Morfologi jalan di area kantong/area tengah kawasan Pasar Kuamang Kuning membutuhkan ide desain yang khusus/spesifik agar aksesbilitas dan kemanan pergerakan VIII-6

142 publik dapat senantiasa terjamin. Dalam rangak mengatasi isu aksesbilitas pergerakan maka harus diatur pula pola sirkulasi/pergerakan kendaraan umum maupun pribadi termasuk perhatian terhadap kebutuhan ruang pergerakan yang nyaman bagi para pejalan kaki dan pengendara sepeda. 3. Segmen Area Timur Konsep pengembangan di area ini memiliki karakter yang berbeda dengan segmen area Barat maupun area Tengah mengingat bahawa kondisi eksistingnya didominasi oleh bangunan dengan fungsi komersial skala tinggi berupa bangunan pertokoan modern serta bangunan dealer/showroom kendaraan pribadi. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka perencanaan kawasan pada koridor/segmen area Timur akan diarahkan pada fungsi perdagangan/komersial skala tinggi yang bercitra modern termasuk perencanaan terhadap ruang terbuka publik yang berfungsi rekreasional dan perancangan gerbang Timur kawasan berkarakter modern KONSEP KOMPONEN PERANCANGAN KAWASAN Struktur Peruntukan Lahan Kawasan Pasar Kuamang Kuning mewadahi berbagai macam fungsi peruntukan lahan yaitu permukiman, perdagangan-jasa, perkantoran, dan perumahan. Pada kondisi sekarang ini perkembangan sektor ekonomi menyebabkan bertambah luasnya peruntukan perdagangan dan cenderung untuk terus merambah ke segala arah. Dalam skala mikro peruntukan perdagangan dan jasa merupakan peruntukan yang sangat menonjol selain instansi pemerintah/ perkantoran. Desakan dari kebutuhan akan adanya perluasan daerah perdagangan ini menjadi beberapa tempat dalam kualitas visual yang tidak teratur, utamanya sepanjang koridor jalan utama. Jenis peruntukan bangunan yang berkembang di daerah komersial sebagian besar adalah pertokoan atau toko dan warung. Apabila perkembangan ini semakin kurang bervariasi, maka kegiatan di dalam kawasan semakin tidak optimum. Peruntukan lahan majemuk ( mix-use) perlu dibuat untuk mengupayakan keterkaitan antara peruntukan dalam kawasan satu dengan kawasan lain. VIII-7

143 Peruntukan pada area tertentu di kawasan perlu ditentukan dengan tegas, mengingat bahwa sebagian besar peruntukan komersial dengan kondisinya akan berkembang ke daerah perumahan di sekitarnya. Jenis peruntukan pada kawasan perencanaan ini perlu ditentukan, yang berfungsi untuk mengendalikan desakan ekonomi sekaligus dapat mempertahankan blok-blok kawasan yang memiliki karakter khusus, serta diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan kehidupan kota. Sehingga perlu dilakukan pula permintakatan yang tegas antara daerah pemerintahan, perdagangan dan jasa yang dikendalikan serta daerah sosial dan budaya yang ditata perkembangannya dengan mengupayakan hubungan dan keterkaitan antara peruntukan lahan dengan kawasan di sekitarnya. Berdasarkan kondisi diatas maka konsep yang dikembangkan untuk peruntukan lahan dibagi dalam 3 (tiga) segmen, sebagai berikut: Segmen Area Barat untuk fungsi perdagangan dan komersial skala mengenahke bawah yang bercitra tradisional. Segmen Area tengah berpusat pada kawasan perdagangan tradisional dengan adanya Pasar Kuamang Kuning, sub terminal-ruang terbuka hijau kawasan serta penataan area Mesjid Besar Kuamang Kuning. Perancangan bangunan di dalam segmen area tengah diarahkan pada desain yang becampur antara citra tradisional dengan modern. Segmen Area Timur untuk fungsi perdagangan dan komersial skala mengenah ke atas yang bercitra modern. VIII-8

144 Gambar 8.1. Konsep Struktur Peruntukan Lahan Kawasan Pasar Kuamang Kuning VIII-9

145 Intensitas Pemanfaatan Lahan Perkembangan ekonomi yang cukup pesat serta keberadaan jalur jalan utama menjadikan kawasan ini mudah diakses dari segala penjuru kota maupun wilayah dan mengakibatkan perkembangan bangunan komersial terutama pertokoan/ toko dan warung tumbuh dengan sangat pesat. Hal tersebut juga terjadi di kawasan sekitar Pasar, yang cenderung mengalami peningkatan intensitas pemanfaatan lahan. Kondisi kawasan bisnis dan perdagangan perlu dilakukan penataan dan peningkatan intensitas pemanfaatan lahan, dengan melakukan optimalisasi pemanfaatan lahan yang lebih memberi warna dan karakter kegiatan dan aktivitas yang terjadi, baik pada siang maupun malam hari sehingga akan semakin memperkuat citra kawasan. Karena itu perlu konsolidasi kawasan inti dengan cara melakukan penyebaran fungsi-fungsi (dekonsentrasi), serta pengembangan sequence kawasan kota. Dekonsentrasi diarahkan untuk meratakan ativitas lingkungan yang potensial pada seluruh Kawasan Kota. Dekonsentrasi kegiatan dimaksudkan untuk mengoptimalkan dan memperluas wilayah yang diberdayakan serta peluang investasi. Distribusi intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi berada di sub kawasan komersial dan blok-blok yang berdekatan, yang cenderung berubah menjadi komersial, sedangkan pada sub-kawasan hunian diarahkan untuk ditekan. Pengembangan selanjutnya adalah menetapkan intensitas pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian kawasan dengan pengembangan terbatas, terutama pada kawasan sekitar pasar, bantaran sungai Batanghari dan sekitarnya, serta pada kawasan hunian tradisional/ kampung, sehingga dapat mewadahi serta mengendalikan perkembangan aktivitas komersial tanpa mengubah nilai rata-rata pemanfaatan lahan. Rencana pemanfaatan ruang, dialokasikan dalam wujud pemanfaatan ruang kota berupa: Kantor Pemerintahan, Perdagangan Pelayanan Kota dan Lokal, Perumahan, Fasilitas Sosial Kota dan Lingkungan, prasarana Jalan Raya, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta Rekreasi. Sedangkan intensitas pemanfaatan ruang kota diklasifikasikan dalam intensitas rendah, sedang dan tinggi. Ketentuan intensitas diperhitungkan atas dasar jenis, fungsi dan 10 VIII-11

146 luas lantai bangunan. Rincian mengenai klasifikasi intensitas pemanfaatan ruang adalah: 1. Intensitas Tinggi, meliputi kegiatan: perdagangan-jasa, pelayanan skala lokal sampai regional, yang dialokasikan di sepanjang ruas jalan utama. 2. Intensitas Sedang, meliputi perkantoran dan permukiman, pelayanan skala lokal sampai regional, yang dialokasikan pada zona perkantoran (kantor pemerintahan dan dinas-dinas), pendidikan dan koridor jalan di sekitarnya. 3. Intensitas Rendah, meliputi kawasan pasar lama, kawasan wisata/ rekreasi, bantaran sungai serta perumahan dan permukiman di sekitarnya. Penentuan kepadatan bangunan (KDB) dan tinggi lantai bangunan KLB sebagai cara untuk mendistribusikan intensitas bangunan, yaitu pertama dengan meningkatkan intensitas blok-blok tertentu yang mendapat tekanan dari aspek ekonomi dengan kendala yang ketat. Kedua, menahan intensitas bangunan pada beberapa blok kawasan yang memiliki karakter dasar yang merupakan penentu ciri kawasan. KDB rendah ditentukan lebih kecil dari 40%, KDB sedang % dan KDB tinggi %). Tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan intensitas pemanfaatan lahan adalah menjaga keberadaan kawasan pelestarian dan hunian, mewadahi dan mengendalikan perkembangan komersial tanpa merubah nilai rata-rata intensitas pemanfaatan lahan. Sasaran yang akan dicapai dalam perencanaan intensitas pemanfaatan lahan adalah : Mendapatkan dan mendistribusikan intensitas pemanfaatan lahan kawasan yang lebih merata dan seimbang secara spatial (ruang) sesuai dengan jenis peruntukannya Menetapkan Daerah Perencanaan (DP) Mengupayakan ambang intensitas pemanfaatan lahan (KLB) Menentukan kepadatan bangunan (KDB) Menetapkan Sistem Insentif - Disinsentif Menetapkan Koefisien Daerah Hiaju KDH 11 VIII-11

147 Gambar 8.2. Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan (1) VIII-12

148 Gambar 8.3. Konsep Intensitas Pemanfaatan Lahan (2) VIII-13

149 Tata Bangunan Bangunan di Kawasan Pasar Kuamang Kuning sebagian besar merupakan bangunan berlantai rendah ( low rise building). Adapun bangunan dengan ketinggian lebih dari 2 lantai pada umumnya merupakan bangunan komersial/pertokoan dalam skala tinggi serta beberapa gedung instansi pemerintah. Langgam arsitektur bangunan di kawasan perencanaan secara umum mengadopsi bentuk arsitektural dengan ciri setempat sampai pada desain lokal yang cukup bervariasi. Bangunan- bangunan dengan langgam arsitektur lokal yang bercorak Melayu Jambi lebih banyak diadopsi oleh bangunan-bangunan instansi pemerintah. Munculnya bangunan-bangunan baru (teruta ma pertokoan dan toko) dengan langgam yang tidak selaras/ kontekstual akan semakin merusak wajah lingkungan sehingga kajian tipologi bangunan pertokoan perlu diarahkan untuk membentuk dan mendukung wajah lingkungan dan koridor jalan yang lebih baik. Tata bangunan mencakup bentuk dan pengelompokan massa bangunan yang membantu terciptanya lingkungan kota yang terpadu. Tata bangunan di kawasan perencanaan ini mengarah pada selubung bangunan dan anjuran bentuk bangunan agar tercipta kualitas lingkungan, kenyamanan pengguna, mewadahi fungsi dan kegiatannya tanpa merusak kawasan. Faktor utama dalam menentukan bentuk massa bangunan adalah kaidah-kaidah visi pengembangan Kawasan Pasar Kuamang Kuning. Bentuk dan massa bangunan menciptakan batas ruang yang turut membantu terwujudnya sistem ruang terbuka. Secara umum tata bangunan dibentuk oleh suatu ambang volume bangunan ( building envelope) yang tercipta dari penggabungan ketinggian maksimum bangunan serta batasan luas bangunan. Pendekatan ini dilakukan untuk menjamin terpeliharanya fleksibilitas yang tinggi dalam perancangan bangunan dengan tetap mengupayakan terpenuhinya peruntukan lahan, serta mengenali batasan dari intensitas pemanfaatan lahan yang dapat ditampung dalam subkawasan. Perlu adanya pertimbangan perancangan bagi pemunduran bangunan ( setback) dan dinding jalan ( streetwall), penentuan garis sempadan bangunan, jarak bebas antar bangunan, ketebalan dan proporsi bangunan, style, skala, material, tekstur, warna serta KDB dan KLB pada masing-masing segmen kawasan (Shirvani, 1985). VIII-14

150 Sasaran dari segi perancangan arsitektur kota adalah untuk menciptakan citra dan identitas arsitektural Kawasan Pasar Kuamang melalui desain bangunan dan ruang terbukanya termasuk infrastruktur kawasan lainnya yang akan mengisi ruang kota/kawasan sehingga sasaran yang akan dicapai dalam perancangan tata bangunan di Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah : Menetapkan bentuk, besaran dan massa bangunan yang dapat menciptakan serta mendifinisikan ruang (luar) yang akomodatif terhadap bentuk kegiatan yang ada di dalam kawasan Menentukan garis sempadan, setback dan jarak bebas bangunan Menentukan kepadatan bangunan Menentukan besaran fisik serta proporsi massa bangunan Menentukan ketinggian bangunan Merekomendasikan ambang volume bangunan (building envelope) Merekomendasikan tata letak bangunan dari aspek orientasi dan ekologi iklim Mengupayakan keterpaduan konsep arsitektural yang selaras dengan lingkungan sekitar. VIII-15

151 Gambar 8.4. Konsep Ketinggian Bangunan/Skyline Kawasan VIII-16

152 Sistem sirkulasi dan Jalur Penghubung Kawasan perencanaan RTBL Pasar Kuamang Kuning mencakup kaasan koridor utama perdagangan Batanghari yang menghubungkan antara Kecamatan Rimbo dan Kotamadya Jambi dengan Kabupaten Tebo. Dalam hal ini, koridor utama perdagangan atau jalan Batanghari memilki hirarki sebagai jalan arteri primer yang berperan vital sebagai akses utama pergerakan publik antar kota. Selain jalan arteri primer terdapat jalur-jalur penunjang yang menghubungkan pusat kota Kuamang Jaya/kawasan Pasar Kuamang Kuning dengan wilayah-wilayah sekitar lingkungan kota ke bagian Utara dan Selatan kawasan sebagai jalan arteri sekunder dan jalan kolektor serta jalan lingkungan yang menghubungkan fungsi-fungsi permukiman di dalamnya. Berdasarkan kondisi dan fungsi jalan yang ada, maka perlu dilakukan pengaturan sistem pergerakan publik berdasarkan hirarkinya. Untuk jalur utama (arteri primer) akan dipertahankan morfologi jalan eksisting yang terbagi atas 2 jalur dan masing-masing 2 lajur pada segmen area tengah kawasan Pasar Kuamang Kuning. Untuk meningkatkan aktor kemanan dan kenyamanan di sekitar area jalan tersebut, maka perlu dilakukan intervensi desain jalan berupa traffic calming yang didukung oleh sistem tata tanda sebagai pemberi informasi/penunjuk pada area jalan yang mudah diidentifikasi dan dipahami oleh penduduk lokal. Rencana desain sub-terminal yang terintegrasi dengan ruang terbuka hijau kota pada area pusat kota (segmen area tengah) akan berdampak pula pada pola sirkulasi lokal yang sudah berjalan sehingga perlu diatur sirkulasi masuk dan keluar sub-terminal sehingga isu kemacetan atau kerawanan lalu lintas di dalam area pusat kawasan yang cenderung padat dapat direduksi Keberadaan jalur utama yang terbagi menjadi dua arah dengan pemisah (street divider) perlu diimbangi dengan pengaturan perhentian, perparkiran dan jalan-jalan lingkungan yang terhubung, agar pemakai jalan, warga kota beraktivitas dengan aman dan nyaman. Pengaturan parkir diarahkan lebih bersifat off-street yang sebaiknya disediakan di depan area / lahan terutama di sepanjang jalan Batanghari terutama off-street parking area pada kompleks bangunan komersial/pertokoan, perkantoran maupun institusi lain. VIII-17

153 Infrastruktur yang mendukung aksesbilitas pergerakan pejalan kaki harus terhubung dengan baik dan jelas berdampingan dengan rencana jalan yang ditujukan bagi para pengendara kendaraan pribadi maupun transportasi publik. Dilihat dari kondisi eksistingnya, terdapat beberapa kerusakan pada beberapa titik infrastruktur pedestrian way atau kondisi jalan yang tidak didukung oleh sistem drainase/utilitas kawasan, sistem parkir, sistem vegetasi dan sistem tata tanda yang baik. Terkait dengan perencanaan sistem jalan kawasan Pasar Kuamang Kuning, kebutuhan para diffable dengan keterbatasan fisik harus dipertimbangkan sehingga di samping rencana pedestrian way perlu diperhatikan rencana jalur bagi para penyandang cacat ( diffable) dengan melakukan pembedaan terhadap desain pola paving pada masing-masing jalur. Desain arsitektur dan ornamen Melayu dapat menjadi inspirasi desain paving jalan dan jalur pedestrian way maupun jalur bagi para diffable VIII-18

154 Gambar 8.5. Konsep Pola Sirkulasi Publik VIII-19

155 Gambar 8.6. Konsep Pola Jaringan Jalan VIII-20

156 Sistem Ruang Terbuka Hijau Kawasan perencanaan RTBL Pasar Kuamang Kuning sebagian besar merupakan ruang terbuka yang lebih berfungsi sebagai lahan pertanian, perkebunan dan hutan sedangkan ruang terbuka yang tersebar di sepanjang jalan Batanghari di dalam area pusat kota didominasi oleh fungsi lahan kosong maupun lapangan atau halaman parkir. Shirvani (1985) menyebutkan ruang terbuka merupakan semua lansekap, hardscape (jalan, jalur pejalan kaki dan sejenisnya), taman, dan area rekreasi di daerah perkotaan. Ruang terbuka menurut Hakim (2003) memiliki fungsi sosial sebagai tempat bermain, berolah raga, tempat bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat menunggu, ruang untuk mendapatkan udara segar, sarana penghubung antara satu tempat dan tempat yang lain, pembatas/jarak di antara massa bangunan. Fungsi ekologi sebagai penyegar udara terkait dengan pengendali iklim mikro (micro climate), penyerap air hujan, memelihara ekosistem dan pelembut arsitektur. Ruang jalan pada hakikatnya juga merupakan ruang terbuka yang memiliki bentuk memanjang bersifat dinamis (Krier, 1979). Ruang terbuka dinamis biasanya merupakan ruang-ruang sirkulasi seperti jalan dan biasanya bersifat linier, beorientasi di kedua ujungnya, seperti jalan, jalur pejalan kaki atau jalan setapak (Kostof, 1992). Ruang terbuka hijau di Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah ruang terbuka berupa hutan kota, area pertanian dan perkebunan serta area lapangan maupun ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang pengikat terhadap bangunan-bangunan di sekitarnya yang sekaligus berfungsi ekologis. Elemen hijau banyak tumbuh dan melingkupi ruang di sekitar area tersebut, walaupun demikian pemanfaatannya oleh publik sebagai ruang sosial (interaksi -rekreasi) kurang optimal. Secara kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di kawasan perencanaan ini perlu ditingkatkan serta dioptimalkan penggunaannya oleh masyarakat, sehingga dapat lebih menghidupkan fungsi-fungsi komersial yang ada di dekatnya, sekaligus sebagai ruang terbuka hijau dan sebagai public open space. Ruang terbuka publik harus mudah di akses secara umum oleh masyarakat saat melakukan kegiatannya secara berkelompok maupun individu. Khusus ruang terbuka VIII-21

157 hijau pada jalan utama dan kawasan perkantoran tetap dipertahankan, bahkan ditingkan pada sepanjang jalur-jalur utama Kota. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup perkotaan di dalam kawasan rencana maka konsep perencanaan Kawasan Pasar Kuamang Kuning memilki strategi sebagai berikut: 1. Merencanakan ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologis sebagai paruparu kota dan yang berfungsi rekreasional, sekaligus yang terintegrasi dengan rencana sub-terminal Pasar Kuamang Kuning yang lokasinya berada di area pusat (segmen area tengah) 2. Merencanakan gerbang kawasan di setiap titik simpul persinggungan antar jalan utama, baik di area Barat maupun Timur kawasan yang diintegrasikan dengan fasilitas ruang terbuka publik yang bersifat rekreasional. 3. Melestarikan potensi lahan terbuka eksisting di depan area pertokoan/perdagangan sebagai area off street parking atau untuk tujuan shared parking area termasuk melestarikan keberadaan ruang terbuka kawasan seperti lahan pertanian, perkebunan dan hutan lokal yang menjadi sektor unggulan perekonomian lokal. Merencanakan sistem tata hijau di sepanjang jalan utama maupun jalan lingkungan kawasan untuk mendukung kenyamanan pergerakan publik. VIII-22

158 Gambar 8.7. Sistem Ruang Terbuka Hijau VIII-23

159 Tata Kualitas Lingkungan Kualitas lingkungan yang spesifik, dapat diidentifikasi melalui visual atau saat melintasi suatu kawasan. Tingkat keterlingkupan yang terdefiniskan melalui elemen-elemen ruang, hubungan antar ruang, ketinggian bangunan, bentuk ruang, fasad bangunan dapat dirasakan secara visual. Penggunaan ruang dan aktivitas lebih penting daripada bangunan, sehingga semakin banyak digunakan dan bervariasinya ruang kota, semakin mendekati kualitas ruang yang bersahabat untuk semua orang (Tibbald, 1992). Desain ruang perkotaan bertujuan untuk mempresentasikan jalinan keterkaitan antar bagian ruang kota, mempertegas bangunan khusus dalam area tertentu, dan untuk mengidentifikasikan arah pergerakan yang jelas, sehingga dengan memperhatikan rancangan ruang perkotaan berarti memproduksi pola ruang kota dengan elemen fisik terbangun yang ada. Suatu area dapat dipandang dari derajat ketertutupan antara ruang terbuka dengan bangunan disekitarnya, yang dapat menciptakan variasi pemandangan, vista, maupun skyline. Lynch (1981) dalam mengevaluasi kualitas perkotaan memuat 5 (lima) kriteria, yaitu sense, access, vitality, fit, dan control. Sense of place berkaitan dengan kejelasan, identitas, struktur ruang, dan keselarasan. Access, bukan saja dalam hal permeable secara fisik, tetapi juga meliputi keterkaitan secara visual, sehingga kejelasan visual suatu kawasan juga esensial untuk aksesibilitas fisik ruang tersebut. Vitality, terkait dukungan ekologis untuk kehidupan perkotaan, menyangkut sumber daya energi dan suport biotic untuk mempertahankan kehidupan kota. Fit berarti bahwa pemanfaatan ruang, fungsi dan bentuknya dapat fleksibel dan secara keruangan mencukupi. Control - untuk penggunaan dan fungsi, yang meliputi peraturan, undang-undang, dan kebijakan untuk mengatur dan mengontrol kualitas kehidupan kota. Bentley (1985), mengemukakan bahwa kualitas lingkungan berdasarkan pada prinsip-prinsip responsive environment (lingkungan yang tanggap), yang menilai kualitas atas permeability, variety, legibility, robustness, visual appropriateness, richness, dan personalisation. Permeability diukur dari sampai berapa jauh suatu lingkungan menawarkan pilihan akses (rute aktivitas) pada penggunanya. Variety bukan hanya dalam hal bentuk, tetapi VIII-24

160 juga menyangkut pilihan penggunaan dan makna dari suatu tempat. Legibility menyangkut kejelasan visual baik secara fisik keruangan maupun pola aktivitasnya. Legibility suatu tempat mendukung interpretasi dan makna yang bersifat komprehensif. Ciri-ciri khusus dan tanda-tanda yang mudah diingat akan membuat suatu tempat lebih legible. Kualitas area akan disebut robust jika menawarkan tujuan penggunaan yang bervariasi. Robustness juga menawarkan penggunaan yang fleksibel. Visual appropriateness sangat berkaitan dengan interpretasi makna suatu tempat. Ini juga menyangkut richness suatu area untuk dapat dipersepsikan. Richness meliputi variasi pengalaman sensori yang dapat dinikmati oleh pengguna ruang kota. Selain kualitas tersebut, aspek personalisasi juga penting, karena menawarkan nilai khusus tempat tertentu. Konfigurasi dan tampilan bangunan berperan sebagai pendefinisi ruang-ruang terbuka dan kegiatannya pada skala pejalan kaki melalui: Penampilan bentuk, fasad bangunan, pagar dan tata ruang merupakan bagian dari morfologi yang sangat mempengaruhi wajah kawasan guna mencerminkan citra kawasan Pasar Kuamang Kuning. Keruangan dan arsitektur, yang terdiri dari karakter, penampilan bentuk, pemakaian bahan yang berciri khas lokal setempat. Elemen-elemen kawasan diarahkan untuk memberi karakter yang kuat dan jelas. Ruang kawasan dikembangkan dan diciptakan sebagai kesatuan elemen sehingga terwujud streetscape yang memperkuat citra kawasan. Arahan desain building enclosure, building alignment, pengelompokkan massa bangunan, pengaturan ketinggian serta set back diarahkan guna memperkuat pola dan kontinuitas fasad. Aspek visual, yaitu keleluasaan sudut pandang terhadap visual kawasan dari berbagai sudut / arah. Kondisi bangunan dan peruangan perlu pengaturan agar tidak menggangu arah pandang. Penataan papan reklame dan signage diarahkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Tata letak, dimensi dan kualitas media diarahkan sesuai dengan skala ruang dan memiliki proporsi yang sesuai, sehingga tidak mengganggu kualitas visual ruang seputar lingkup ruang kawasan. Elemen vegetasi sebagai tanaman pelingkup ruang diletakkan sebagai cara untuk memberikan kualitas dan penguat visual. VIII-25

161 Aspek sosial, yaitu keamanan, kenyamanan, kemudahan dan kelancaran masyarakat pada saat memanfaatkan ruang-ruang kawasan, baik sebagai ruang transisi kegiatan maupun ruang terbuka publik yang mudah diakses. Hal ini lebih diartikan bahwa ruang-ruang kawasan diarahkan untuk menjadi ruang-ruang komunal atau ruang sosial yang akan semakin mempererat jalinan kekerabatan antar warga Sistem Prasarana dan Utilitas Kawasan Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya di kawasan Pasar Kuamang Kuning terdiri dari jalan arteri, kolektor dan jalan lingkungan. Lebar jalan pada masing-masing kelas jalan menjadi bahan pertimbangan terkait dengan kapasitas jalan dalam menampung arus/volume kendaraan di masa depan. Selain itu, perlu direncanakan secara lebih matang sistem parkirdengan memafaatkan ruang-ruang terbuka potensial yang relatif terjangkau oleh kenyamanan pejalan kaki di sepanjang kompleks pertokoan atau perkantoran. Parkir pada bangunan instansi pemerintah dan pusat perdagangan besar disediakan dengan menggunakan ruang di halaman kompleks bangunan. Secara umum kegiatan perpakiran belum begitu padat, namun demikian sistem perparkiran harus disesuaikan menurut lajur arus kendaraan yang melintas dengan memperhatikan simpul-simpul persimpangan yang terdapat di sepanjang jalur-jalur jalan. Penyediaan utilitas kawasan yang mencakup prasarana umum seperti jaringan air bersih, air kotor, limbah padat, listrik, telepon dan utilitas lainnya merupakan kebutuhan penting dalam kawasan perencanaan. Prasarana yang sudah ada perlu dioptimalkan fungsinya dan ditambah kapasitasnya sedangkan prasarana baru seperti jaringan kabel elefon dan listrik jika memungkinkan ditanam di tanah. Ketidakteraturan muncul karena bentangan kabel (listrik maupun telepon) diatas permukaan tanah yang malang melintang. Kondisi ini perlu diatur lebih baik, dan jika mungkin untuk instalasi baru ditanam dalam tanah (dengan saluran khusus utilitas bersamaan dengan jaringan drainasi dan perpipaan air bersih perkotaan) sehingga perlu disediakan sempadan yang memadai di sepanjang jalan tersebut untuk menampung sistem utilitas ini. Selain itu, jaringan utilitas yang terpadu juga perlu dirancang dengan memperhitungkan kebutuhan di masa VIII-26

162 depan baik dari kapasitas maupun penempatan intalasi pada jalur yang dilaluinya. Sistem drainase di sepanjang jalan kawasan harus direncanakan bersinergi atau berbarengan dengan rencana sistem jalan lokal. Prasarana pejalan kaki merupakan elemen esensial untuk mendukung kegiatan dan membangun vitalitas tempat. Kesinambungan dengan moda angkutan lain sama pentingnya dengan terdefinisinya ruang kegiatan pejalan kaki secara jelas dan tegas. Ruang pedestrian harus dilengkapi dengan elemen-elemen pendukung kebutuhan para pengguna ruang seperti street furniture (bangku, tempat sampah, telepon umum, lampu penerangan/ taman, toilet umum maupun halte angkutan kota) dan papan penunjuk atau informasi ( signage). Manusia atau masyarakat umum merupakan faktor paling utama yang akan menggunakan ruang pedestrian ini, sehingga aspek keamanan, kenyamanan, kemudahan pencapaian dari jalur satu ke jalur yang lain dan tingkat pelayanan yang manusiawi merupakan hal terpenting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan. VIII-27

163 Gambar 8.8. Konsep Jaringan Utilitas VIII-28

164 8.4. ZONA PENGEMBANGAN & PROGRAM PENATAAN Penataan kawasan diarahkan melalui skenario pengembangan kawasan sebagai dasar pijakan untuk langkah lebih lanjut pada perencanaan bangunan dan lingkungan kawasan Pasar Kuamang Kuning, sehingga dapat dibuat zona pengembangan kawasan yang tergabung dalam suatu konsep besar perancangan ( grand design concept). Namun demikian pengembangan kawasan secara detail dijabarkan dalam satuan berupa sub kawasan. Tiga zona pengembangan kawasan mencakup 7 (tujuh) sub kawasan dan spot area sebagai berikut: a. Zona Area Barat yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Gerbang Barat Kawasan 2. Sub-kawasan Koridor Barat Kuamang Kuning b. Zona Area Tengah yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Masjid Besar Kuamang Kuning 2. Spot Area Integrasi Sub Terminal-Ruang Terbuka Kota 3. Sub kawasan Koridor Area Tengah c. Zona Area Timur yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Gerbang Timur Kawasan 2. Sub-kawasan Koridor Timur Kuamang Kuning VIII-29

165 Gambar 8.9. Zona Pengembangan Kawasan VIII-30

166 Bagian 9 RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN KONSEP PENGEMBANGAN BLOK KAWASAN 9.1. PENGERTIAN Bagian ini akan membahas secara detail tentang berbagai rencana dan rancangan kawasan terkait sebagai pengembangan dari Konsep Rancangan yang telah dibahas pada bab sebelumnya (Blok Pengembangan). Blok Pengembangan rencana dan rancangan Kawasan Pasar Kuamang Kuning akan mengatur struktur ruang kawasan melalui penataan kembali seluruh elemen bangunan dan ruang terbuka eksisting (solid -void) dengan konsentrasi kegiatan perencanaan dan perancangan pada 7 (tujuh) sub kawasan. Ketujuh sub -kawasan tersebut merupakan spot area strategis yang dinilai potensial menjadi generator bagi pengembangan seluruh kawasan Pasar Kuamang Kuning pada masa yang akan datang. Sub-kawasan Koridor Timur Kuamang Kuning Tiga zona pengembangan kawasan mencakup 8 (delapan) sub kawasan dan spot area sebagai berikut: a. Zona Area Barat yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Gerbang Barat Kawasan 2. Sub-kawasan Koridor Barat Kuamang Kuning b. Zona Area Tengah yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Masjid Besar Kuamang Kuning 2. Spot Area Ruang Terbuka Kota 3. Sub kawasan Koridor Area Tengah 4. Integrasi Sub Terminal dan Pasar Kuamang Kuning c. Zona Area Timur yang terbagi menjadi: 1. Spot Area Gerbang Timur Kawasan 2. Sub-kawasan Koridor Timur Kuamang Kuning IX-1

167 9.2. RENCANA UMUM Kawasan Pasar Kuamang Kuning adalah kawasan stategis yang potensial untuk mendukung rencana pengembangan tata ruang kawasan Kecamatan Pelepat Ilir dan Kabupaten Bungo pada masa yang akan datang. Secara geografis-administratif, kawasan Pasar Kuamang Kuning memiliki area pusat kota dengan fungsi campuran yang didominasi oleh aktivitas perdagangan dan dilewati oleh jalur utama (jalan Batanghari) yang menghubungkan antara wilayah Kotamadya Jambi (ibukota Provinsi), Kecamatan Rimbo di bagian Barat dengan wilayah Kabupaten Tebo yang berada di bagian Timur kawasan pasar. Selain adanya kegiatan perdagangan/ekonomi, area pusat didukung pula oleh berbagai jenis fasilitas utama kota lainnya, seperti Masjid Besar, sekolah, perkantoran dan ruang terbuka dengan morfologi ruang yang cukup unik. Penataan kawasan perencanaan pada hakekatnya diarahkan untuk mengendalikan dan meningkatkan fungsi kawasan sebagai kawasan pusat kota yang semakin berkembang pesat. Fungsi kawasan ditingkatkan melalui serangkaian penataan kegiatan yang diikuti penataan bangunan dan lingkungan. Bagian-bagian kawasan yang pasif dihidupkan dan dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Kawasan perencanaan RTBL yang terletak di inner city ini memiliki makna strategis terkait dengan struktur keruangan yang terintegrasi dalam pengembangan seluruh kawasan selanjutnya. Konsep utama penataan kawasan perencanaan adalah memadukan seluruh komponen-komponen perancangan kawasan yang ada dan mengoptimalkan setiap elemen-elemen urban menjadi lebih berpotensi dalam menghidupkan kawasan. Rencana umum akan menjelaskan beberapa hal yang akan mengatur penerapan ketentuan dasar perancangan, baik pada bangunan, kelompok bangunan, kavling maupun blok dan panduan ketentuan perancangan dalam dimensi yang terukur dan simulasi bangunan. Rencana umum ini mencakup aspek peruntukan lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan (KDB, KLB, KDH, dsb), Tata Bangunan, Sistem Sirkulasi, RTH, Tata Kualitas Lingkungan serta utilitas dan Prasaranan Lingkungan, yang secara lebih ter-arah diuraikan dalam spot-spot kawasan. IX-2

168 9.3. PANDUAN RANCANGAN Prinsip Dasar Panduan Detail Perancangan Secara prinsip panduan rancangan akan menjelaskan beberapa hal yang akan mengatur penerapan ketentuan dasar perancangan pada Kawasan Pasar Kuamang Kuning baik pada bangunan, kelompok bangunan, kavling maupun blok dan panduan ketentuan detail perancangan dalam dimensi yang terukur dan simulasi bangunan. Semua hal tersebut tidak terlepas dari konsep perancangan umum rencana tata bangunan lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning yang telah dijabarkan dalam pembahasan sebelumnya. Prinsip-prinsip pengembangan suatu panduan detail perancangan dari masingmasing komponen perancangan dilakukan berdasarkan: Penjabaran terhadap konsep perancangan umum secara terukur dan rinci sehingga memudahkan penerapan secara nyata pada pengembangan perancangan. Pengembangan setiap blok pengembangan yang ditetapkan melalui panduan detail secara spesifik dan tepat sesuai dengan permasalahan dan potensi tiap blok yang telah dianalisis. Integrasi terhadap seluruh komponen perancangan di setiap blok pengembangan yang mencakup komponen-komponen perancangan yang telah disebutkan dalam konsep umum perancangan. Panduan detail harus tanggap dan integral dengan lingkungan sekitarnya pada skala yang lebih luas / makro Panduan detail memudahkan pengelolaan dan pengendalian rencana serta mengarahkan pihak yang berkepentingan Penetapan panduan detail selalu merujuk pada aturan ketatakotaan yang berlaku IX-3

169 Panduan Pengembangan Perancangan ZONA/SEGMEN PENGEMBANGAN KAWASAN Keterangan Panduan Tujuan : Mengoptimalkan fungsi kawasan dengan mengarahkan beberapa bagian kawasan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Setiap bagian kawasan diarahkan untuk memberikan kekuatan karakter yang mendukung citra kawasan melalui peningkatan kualitas lingkungan kawasan yang terbentuk. Pengendalian unsur-unsur : Peruntukan Lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan, Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung, Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau, Tata Bangunan, Tata Kualitas Lingkungan, Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan. Peruntukan Lahan secara umum dapat dirinci sebagai berikut : Kw-01 - Spot Area Gerbang Barat Kw-02 - Sub-Kawasan Koridor Barat Kw-03 - Spot Area Mesjid Besar Kw-04 - Spot Area Ruang Terbuka Publik Kw-05 - Sub-Kawasan Koridor Tengah Kw-06 - Sub-Terminal dan Pasar Tradisional Kw-07 - Sub-Kawasan Koridor Timur Kw-08 - Spot Area Gerbang TImur Kawasan IX-4

170 Arahan Pengembangan Spot Area Gerbang Kawasan (KW-01) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-01 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi komersial perdagangan skala menengah ke bawah dan fungsi perkantoran/ pemerintahan. 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 2 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,2 ; GSB : menyesuaikan dengan aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks bangunan 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan dan sungai, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan /parkir area dan ruang terbuka di tengah koridor sebagai paru-paru kota dengan fungsi ekologis. 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan style lokal dengan pendekatan desain arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-5

171 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,2 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 2 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/ parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman, pertokoan maupun perkantoran. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar 4. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. IX-6

172 c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) Gubahan massa bangunan di skeitar area gerbang koridor Barat kawasan didesain dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. IX-7

173 Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. IX-8

174 c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-9

175 Arahan Pengembangan Sub-Kawasan Koridor Barat (KW-02) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-02 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kwasan untuk Kawasan untuk fungsi komersial perdagangan skala menengah ke bawah dan fungsi perkantoran/pemerintahan. 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 2 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,2 ; GSB : menyesuaikan dengan aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan dan sungai, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan /parkir area dan ruang terbuka di tengah koridor sebagai paru-paru kota dengan fungsi ekologis. 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan style lokal dengan pendekatan desain arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-10

176 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,2 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 2 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman, perkantoran dan pertokoan. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar 4. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. IX-11

177 c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) Gubahan massa bangunan di skeitar area gerbang koridor Barat kawasan didesain dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. IX-12

178 Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. IX-13

179 c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-14

180 Arahan Pengembangan Spot Area Mesjid Besar (KW-03) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-03 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi campuran yang terdiri dari fungsi religius, perdagangan skala menengah ke atas, fasum-fasos, pemerintahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 3 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,8; GSB : mengikuti aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalan kolektor dan jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan dan Masjid 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan dan parkir area 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-15

181 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,8 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 2-3 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam pertokoan dan Masjid. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Komersial perdagangan di sepanjang koridor b. Area kompleks Masjid sebagai landmark kawasan harus dijaga kelestarian dan monumentalitasnya. c. Fasilitas umum pendukung Masjid dan perdagangan d. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks pertokoan dan Masjid b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar 4. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. IX-16

182 b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki, parkir dan lain-lain. 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih hendaknya selaras dengan tema dan citra kawasan. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern pada fungsi IX-17

183 perdagangan/komersial sedangkan pada bangunan publik dan fasilitas umum maupun sosial tetap mengadopsi pendekatan desain arsitektur lokal/tradisional Melayu Jambi. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna putih untuk Masjid sehingga monumentalitas bangunan dapat terjaga serta pemanfaatan warna pastel atau terang untuk bangunan pertokoan, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitambatu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi IX-18

184 kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan) IX-19

185 Arahan Pengembangan Spot Area Ruang Terbuka Publik (KW-04) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-04 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi campuran yang terdiri dari fungsi perdagangan, fasum-fasos, pemerintahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 3 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,8; GSB : mengikuti aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalan kolektor dan jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan dan Masjid 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan dan parkir area 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-20

186 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,8 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 3 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman, pertokoan serta ruang parkir publik yang tersedia. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar 4. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. IX-21

187 c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern pada fungsi IX-22

188 perdagangan/komersial sedangkan pada bangunan publik dan fasilitas umum maupun sosial tetap mengadopsi pendekatan desain arsitektur lokal/tradisional Melayu Jambi. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. IX-23

189 b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-24

190 Arahan Pengembangan Sub-Kawasan Koridor Tengah (KW-05) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-05 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi campuran yang terdiri dari fungsi religius, perdagangan skala menengah ke atas, fasum-fasos, pemerintahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 3 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,8; GSB : mengikuti aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalan kolektor dan jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan dan Masjid 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan dan parkir area 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-25

191 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,8 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 3 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman dan pertokoan. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks pasar b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 4. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar IX-26

192 5. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 4. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 5. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) IX-27

193 Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern pada fungsi perdagangan/komersial sedangkan pada bangunan publik dan fasilitas umum maupun sosial tetap mengadopsi pendekatan desain arsitektur lokal/tradisional Melayu Jambi. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 6. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi IX-28

194 kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-29

195 Arahan Pengembangan Spot Area Integrasi Sub Terminal dengan Pasar Kuamang Kuning (KW-06) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-06 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi campuran yang terdiri dari fungsi religius, perdagangan skala menengah ke atas, fasum-fasos, pemerintahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 3 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,8; GSB : mengikuti aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalan kolektor dan jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks terminal 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan dan parkir area 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-30

196 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,8 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 3 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : c. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. d. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks pasar b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar 4. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. IX-31

197 c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan arsitektur tradisional Melayu Jambi yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan modern pada fungsi perdagangan/komersial sedangkan pada bangunan publik dan fasilitas umum IX-32

198 maupun sosial tetap mengadopsi pendekatan desain arsitektur lokal/tradisional Melayu Jambi. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon (neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. IX-33

199 b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-34

200 Arahan Pengembangan Sub-Kawasan Koridor Timur (KW-07) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-07 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi komersial /perdagangan dalam skala menengah ke atas dan fungsi binis. 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 2 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,2 ; GSB : menyesuaikan dengan aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan dan sungai, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan /parkir area dan ruang terbuka di tengah koridor sebagai paru-paru kota dengan fungsi ekologis. 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan style lokal dengan didominansi oleh pendekatan desain arsitektur modern. 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektur modern. 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-35

201 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,2 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 2 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman dan pertokoan. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks pasar b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 4. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar IX-36

202 5. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan desain arsitektur modern yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) IX-37

203 Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan dominansi gaya arsitektural yang bercitra modern. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. IX-38

204 b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-39

205 Arahan Pengembangan Spot Area Gerbang Timur Kawasan (KW-08) BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN KW-08 Komponen Perancangan 1. Struktur Peruntukan Lahan Kawasan untuk fungsi komersial /perdagangan dalam skala menengah ke atas dan fungsi binis. 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Aturan tinggi max : 2 lantai, KDB : 40%-60%, KLB : 0,8-1,2 ; GSB : menyesuaikan dengan aturan setempat 3. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Jalan arteri primer, jalur pedestrian di dalam area, parkir off street menggunakan area parkir yang telah disediakan di dalam kompleks pertokoan 4. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Tata hijau sepanjang jalur jalan dan sungai, pohon pengarah dan peneduh pada batas lahan /parkir area dan ruang terbuka di tengah koridor sebagai paru-paru kota dengan fungsi ekologis. 5. Tata Bangunan Fasade & deretan massa membentuk jajaran pelingkupan, karakter bangunan konteks dengan style lokal dengan didominansi oleh pendekatan desain arsitektur modern. 6. Tata Kualitas Lingkungan Penataan massa dan elemen streetscape untuk meningkatkan kualitas visual koridor kawasan dengan pendekatan desain arsitektur modern. 7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Penempatan utilitas pada sisi jalan yang sama/di bawah tanah, penempatan prasarana & utilitas IX-40

206 A. ATURAN WAJIB Koefisien Lantai Bangunan : 0,8-1,2 Koefisien Dasar Bangunan : 40%-60% Ketinggian Bangunan Maksimum : 2 lantai Ruang Terbuka Umum : Trotoar lebar maksimal 1,5 meter Off street parking system/parkir di dalam kompleks pertokoan, perkantoran dan permukiman. B. ATURAN TAMBAHAN 1. Pengembangan peta intensitas di bawah ini tidak berlaku untuk : a. Pembangunan yang sedang berlangsung dan telah mendapat persetujuan menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta-peta intensitas yang ada. b. Proposal atau usulan pembangunan yang telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tingkat intensitas yang lebih tinggi daripada peta intensitas 2. Segala peraturan yang belum diatur dalam ketentuan ini harus mengacu pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku C. ATURAN ANJURAN UTAMA 1. Peruntukan Lahan yang dianjurkan : a. Permukiman dan perdagangan skala kecil. b. Fasilitas umum pendukung permukiman. c. Aktivitas yang mendukung pejalan kaki. d. Ruang terbuka hijau yang berfungsi ekologis. 2. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks permukiman dan pertokoan. b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 3. Parkir a. Parkir pada kantong-kantong parkir yang tersedia di dalam kompleks pasar b. Penataan parkir dalam halaman harus mengupayakan pohon peneduh. c. Perkerasan halaman parkir harus menggunakan material resap air. 4. Sempadan bangunan (GSB) : menyesuaikan lingkungan sekitar IX-41

207 5. Bentuk massa a. Bentuk massa tunggal dan kelompok masa (multi masa), berdiri sendiri dalam tapak, arahan untuk menjaga karakter massa bangunan. b. Bangunan baru dapat berupa bangunan utama dan bangunan sekunder. c. Bangunan sekunder harus ditempatkan di bagian yang tidak menonjol bila dilihat dari daerah publik (jalan) d. Mematuhi GSB yang berlaku di area tersebut. D. ATURAN ANJURAN 1. Kualitas Fungsional Organisasi dan Keterkaitan Fungsi Keterkaitan antar fungsi di dalam satu blok dan di dalam bangunan baik secara vertikal maupun horisontal harus diperhatikan agar skenario perancangan kota dapat berjalan dengan baik Sirkulasi Pejalan Kaki dan Kendaraan Skala Mikro a. Sirkulasi penghubung kawasan dari arah jalan, dapat berupa penyeberangan di atas permukaan tanah, zebra cross terbuka. b. Jalur pedestrian pada segmen jalan ini berukuran minimal 1,5 meter. c. Pohon peneduh harus berada di antara jalur pedestrian yang berdampingan dengan jalan. d. Pada jalan masuk kapling yang bersilangan dengan jalur pedestrian tidak diperkenankan menggunakan perbedaan tinggi peil. e. Perbedaan tinggi peil hanya boleh terjadi antara jalan dan badan jalur pedestrian tetapi pada tempat tertentu harus disediakan ramp untuk menghubungkan perbedaan tinggi peil tersebut. f. Sirkulasi kendaraan di dalam lahan harus memperhatikan tempat-tempat penting, seperti pintu masuk, perlintasan pejalan kaki dan parkir 2. Kualitas Visual Estetika dan Kinerja Arsitektural Desain arsitektural yang dipilih selaras dengan citra kawasan dan dalam kasus spot area ini dirancang dengan pendekatan desain arsitektur modern yang kuat. Gubahan Massa dan Wajah Jalan (streetscape) IX-42

208 Setiap bangunan yang memiliki orientasi menghadap jalan utama diusahakan membentuk streetwall/frontage yang baik dengan pendekatan desain arsitektural campuran antara tradisional dengan dominansi gaya arsitektural yang bercitra modern. Tata Informasi (signage) a. Menghadap jalan, atau orientasi mengarah ke jalan utama b. Kejelasan peran signage terhadap bangunan berkaitan dengan tipologi dan pintu masuk utama. c. Kejelasan fungsi-fungsi lahan dan bangunan dalam bentuk penyediaan marka-marka grafis d. Tata informasi pada wajah jalan, yaitu sepanjang jalur pejalan kaki berupa billboard. e. Tata informasi dapat dibuat dari neon ( neon-sign), fiberglass, papan, boks berlampu dan bentuk lainnya. Bahan dan Warna Bangunan a. Dinding luar bangunan berwarna pastel, dengan bahan acian halus dan kombinasi dengan batu alam setempat untuk memperkuat karakter lingkungan. Untuk dinding luar bangunan disarankan menggunakan warnawarna muda. Jenis kaca yang boleh dipakai adalah polos, semi tinted berwarna pastel atau berwarna coklat dan abu-abu. b. Karakteristik bahan dan warna atap harus disesuaikan dengan bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Nuansa yang disarankan adalah berkisar antara warna hitam-batu alam, merah bata atau coklat kehitaman. 3. Kualitas Lingkungan Pencahayaan a. Lampu-lampu menerangi koridor jalan termasuk simpul persimpangan b. Pencahayaan pada fasade bagian atas bangunan dimungkinkan. Tata Hijau dan Ruang Terbuka a. Ruang terbuka bersifat publik terbentuk oleh massa bangunan yang melingkupi dan menampung aktivitas yang berkaitan dengan fungsi kawasan, dan penanaman pepohonan (vegetasi) hijau sebagai peneduh yang memadai kebutuhan dan kenyamanan. IX-43

209 b. Ruang terbuka hijau untuk umum berupa tanaman yang ditanami rumput, tanaman hias dan dibatasi sekelilingnya dengan penghijauan dengan pepohonan peneduh. c. Bagian halaman yang digunakan untuk parkir kendaraan, dimana terdapat bagian yang tidak digunakan untuk parkir dapat diolah lansekapnya dengan tata hijau. d. Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan karakter setempat dan tidak menimbulkan banyak sampah dedaunan. Kepentingan Umum a. Dianjurkan menyediakan sarana umum berupa open space, telepon umum, kotak sampah, bangku taman, patung, kolam atau karya seni lainnya (public art) b. Di jalur pedestrian sekitar pasar yang dilalui oleh kendaraan umum harus disediakan tempat pemberhentian kendaraan (halte) dengan memperlebar badan jalan. Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktivitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (seperti ruang interaksi sosial atau area untuk pedagang kaki lima sebagai aktivitas penunjang kawasan). IX-44

210 Bagian 10 SIMULASI RANCANGAN 3D KAWASAN PASAR KUAMANG KUNING PENGERTIAN Simulasi perancangan 3 (tiga) dimensi Kawasan Pasar Kuamang Kuning berfungsi sebagai pedoman atau panduan yang menggambarkan idealisasi penataan atau perbaikan terhadap lingkungan, dengan harapan akan tercipta suatu kualitas hidup kawasan/ kota yang ideal dan dapat mendukung tercapainya berbagai sasaran pembangunan yang dicita-citakan oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Tujuan yang akan dicapai adalah menciptakan kawasan Pasar Kuamang Kuning yang berkarakter lokal, yaitu sebagai sebuah sentra perdagangan/perekonomian kerakyatan yang khas dengan senantiasa melestarikan potensi lahan pertanian, perkebunan dan hutan sekaligus sebagai sebuah sentra permukiman/ ruang huni yang berwawasan lingkungan dengan didukung oleh berbagai fasilitas atau sarana prasarana umum yang memadai X-1

211 D RANCANGAN SPOT KAWASAN Simulasi 3D Spot Kawasan 1 - Area Gerbang Barat X-2

212 Simulasi 3D Spot Kawasan 2 - Sub-Kawasan Koridor Barat X-3

213 Simulasi 3D Spot Kawasan 3 - Area Masjid Besar X-4

214 Simulasi 3D Spot Kawasan 4 - Area Ruang Terbuka Publik X-5

215 Simulasi 3D Spot Kawasan 5 - Sub-Kawasan Koridor Tengah X-6

216 Simulasi 3D Spot Kawasan 6 - Sub-Terminal dan Pasar Tradisional X-7

217 Simulasi 3D Spot Kawasan 7 - Sub-Kawasan Koridor Timur X-8

218 Simulasi 3D Spot Kawasan 8 - Area Gerbang TImur Kawasan X-9

219 Bagian 11 RENCANA INVESTASI INDIKASI PROGRAM KEGIATAN Pembangunan yang direncanakan akan membutuhkan biaya yang sangat besar, sementara danaa yang tersedia seringkali tidak dapat mencukupi seluruh program pembangunan n yang telah direncanakan. Agar supaya pemanfaatan dana pembangunan yang adaa dapat optimal, maka perlu seleksi terhadap program yang diusulkan untuk menentukan skala prioritas pembangunan, sehingga dalam jangka panjang keseluruhan rencana dapat terwujud dengan serasi. Berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan maka diusulkan berbagai jenis program pembangunan yang menjadi prioritas berdasarkan zonasi/ area pengembangan, dalam jangka waktu 5 tahun ( ), yaitu: 1. Program Penataan Area Ruang Terbuka Publik (I) 2. Program Penataan Area Ruang Terbuka Publik (II) 3. Program Penataan Area Sub-terminal 4. Program Penataan Area Koridor Jalan Utama (Jl. Batanghari) 5. Program Penataan Area Gerbang Kawasan (timur dan barat) Prioritas program tersebut diusulkan berdasarkan pertimbangan bahwa program pertama dan kedua merupakan kebutuhan yang mendesak, dikarenakan sampai saat ini belum ada ruang terbuka publik yang representatif untuk kegiatan masyarakat secara komunal. Area ini berada di pusat aktivitas dan perekonomian sehingga sangat potensial untuk berkembang. Program ketiga adalah fasilitas untuk mendukung keberadaan pasar tradisional, yang juga berada pada zona inti kawasan, sehingga menjadi pemacu aktivitas terhadap program pembangunan berikutnya. Dengan demikian diharapkan keseluruhan program akan saling terkait dan berkesinambungan, yang pada akhirnya akan dicapai sinerji dan keseimbangan pembangunan secara merata pada seluruh kawasan perencanaan SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI Pembiayaan program pembangunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning dibedakan atas pembiayaan dari pemerintah, masyarakat, swasta dan sharing antar pelaku pembangunan. Pemerintah berkewajiban untuk menyediakan XI - 1

220 prasarana dan saranaa yang menyangkut kepentingan masyarakat umum dan memerlukan investasi yang banyak ( public goods). Masyarakat juga berkewajiban membangun kota dan berpartisipasi dalam lingkup yang kecil ( privacy goods). Demikian juga pihak swasta wajib berpartisipasi untuk terlibat sejauh menyangkut kepentingan sendiri, seperti dalam pendirian/ pengembangan usahanya sendiri dan partisipasi dalam pembiayaan pembangunan. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, penekanan arahan sumber pembiayaan adalah pada upaya penggalian potensi dari dalam Kabupaten Bungo. Potensi penggalian sumber dana terutama dari pajak dan retribusi daerah. Subsidi dari instansi yang terkait dengan program pembangunan lebih diprioritaskan bagi pembiayaan proyek-proyek sektoral, yang secara keseluruhan dapat menunjang mekanisme pembangunan di wilayah perencanaan. Sumber lain yang kini semakin berpengaruh pada kemajuan pertumbuhan pembangunan kota adalah peran serta masyarakat dan swastaa (investor). Program pembangunan kota sudah seharusnya dilakukan secara sharing antara pemerintah, masyarakat dan swasta, sebagai bentuk pemberdayaan sumber daya setempat Sumber Pembiayaan 1. Pembiayaan oleh Pemerintah Secara garis besar, sumber pembiayaan pembangunan kota yang berasal dari pemerintah tergantung pada sumber-sumber penerimaan Pemerintah Daerah. Sumber-sumber penerimaan Pemerintah Daerah terdiri dari: a. Pendapatan Asli Daerah sendiri (PADs), terdiri dari:. hasil Pajak Daaerah. hasil Retribusi Daerah. hasil Perusahaan Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah b. Dana Perimbangan, yang terdiri dari:. Bagian dari PBB dan penerimaan dari sumber daya alam. Dana Alokasi Umum (DAU). Dana Alokasi Khusus c. Pinjaman Daerah d. Sumber lain yang berasal dari subsidi atau bantuan luar XI - 2

221 2. Peningkatan Penerimaan Daaerah Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi penerimaan daerah, yaitu dengan meningkatkan kapasitas sumber-sumber penerimaan yang telah ada dan ekstensifikasi penerimaan daerah, yaitu dengan menggali sumber-sumber penerimaan baru. Tersedianya kawasan dengan perencanaan RTBL, dapat meningkatkan PAD Pemerintah Kab. Bungo yang berasal dari berbagai segi, diantaranya: a. Pengelolaan pajak dan retribusi. Dalam hal ini diupayakan agar PAD dapat diperoleh secara netral, harus ada hubungan yang jelas antara manfaat dan biaya riil dari pungutan yang dikenakann pada kawasan RTBL, memperhitungkan pengaruh kebijaksanaan pungutan terhadap distribusi pendapatan masyarakat dan meminimalkan biaya pungutan serta meningkatkan ketaatan wajib pajak / retribusi daerah b. Meningkatkan penyediaan jasa pelayanan umum dengan tarif retribusi yang layak, sehingga dapat lebih efisien dengan tidak menimbulkan distorsi ekonomi. Dalam recovery, diupayakan iklim yang mendukung bagi partisipasi swasta / investor / kontraktor c. Penyempurnaan pelaksanaan program pengembangan kemampuan manajerial dan administrasi keuangan dan pendapatan daerah. Didalamnya termasuk unsur personalia dan pembagian tugas, penyempurnaan teknik dan administrasi pungutan serta penyederhanaan prosedur pengesahan peraturan daerah d. Diberlakukannya deregulasi tentang pajak dan retribusi untuk disesuaikan dengan tuntutan pelaksanaan pembangunan dan perkembangan keadaan e. Penyederhanaan proses administrasi pungutan pajak dan retribusi 3. Pemanfaatann Dana dari Penanaman Modal dan Pinjaman Dalam upaya meningkatkan kemampuan daerah untuk pembiayaan pembangunan, saat ini telah dikembangkan penyediaan dana dari sumber pinjaman dengann persetujuan DPRD, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, melalui pemerintah pusat. Pinjaman tersebut terutama dimaksudkan untuk membiaya pembangunan prasarana yang XI - 3

222 nantinya akan menjadi aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pengembalian pinjaman tersebut (investasi). Dengan demikian pinjaman ini dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat self financing atau dapat mengembalikan pinjaman dari operasional kegiatan tsb. Dalam pelaksanaan program pembangunan kota, pemerintah daerah dapat memanfaatkan sumber dana ini untuk memperluas jaringan air bersih, pengembangan pasar, pusat perbelanjaan dan lain-lain yang operasilisasi kegiatannya dapat menghasilkan penerimaan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Disamping itu sumber dana juga dapat bersumber dari penanaman modal swasta yang dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, transportasi dan lainnya. 4. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Pembiayaan pembangunan yang bersumber dari pemerintah Kabupaten Muaro Jambi sangat terbatas. Keterbatasan sumber dana pemerintah daerah dapat menghambat laju pembangunan kota, jika tidak didukung oleh peran serta masyarakatnya. Karena itu perlu upaya penggalangan sumber pembiayaan lain, yaitu dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam setiap penyediaan fasilitas pelayanan umum, dengan cara: Pemberian kemudahan kepada pihak masyarakat dan swasta yang berminat melakukan investasi dalam pembangunann sarana dan prasarana perkotaan, misalnya pembangunan pertokoan, Pemberian kemudahan dalam memperoleh ijin lokasi serta ijin mendirikan bangunan, sejauh tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan Peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya pemeliharaan fasilitas pelayanan yang telah disediakan oleh pemerintah daerah Perencanaan Pembiayaan dan Program Investasi Penelusuran program investasi akan menjelaskan prakiraan kebutuhan besarnya biaya/ anggaran pada pelaksanaan suatu program pembangunan atau program kegiatan. Pada masing-masing program kegiatan akan dihitung besarnya volume dan jumlah satuan pekerjaan yang akan dikalikan harga satuan dari masing-masing kegiatan, sehingga diperoleh besarnya investasi dari masing-masing program kegiatan. Agar lebih terperinci, program investasi akan dibuat dalam bentuk tabel pada masing-masing XI - 4

223 detail kawasan studi (spot area) sesuai peta blok pengembangan yang telah ditetapkan, yang terbagi sebagai berikut: Tabel 11.1 XI - 5

224 Tabel 11.2 XI - 6

225 Tabel 11.3 XI - 7

226 Tabel 11.4 Tabel 11.5 XI - 8

227 11.3. POLA KERJA SAMA OPERASIONAL INVESTASI Terbatasnya kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan pelaksanaan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo, baik dalam segi pelayanan, fasilitas maupun kualitas dapat diatasi dengan berbagai kebijakan untuk mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan. Alternatif sumber pembiayaan dapat berasal dari penggalian dana masyarakat, partisipasi pihak masyarakat maupun pihak swasta. Dipandang dari segi hukum, penyertaan mayarakat dan swastaa sangat memungkinkan dalam bentuk modal ventura, penerbitan obligasi, penjualan saham, joint ventura dan pola kompensasi. a. Modal Ventura Berdasarkan SK Menteri Keuangan nomor 125/KMK013/1988 modal ventura (ventura capital) adalah suatu kegiatan pembiayaan berbentuk penyertaan modal ke dalam perusahaan pasangan (partner) untuk jangka waktu tertentu. Modal ventura ini merupakan usaha investasii dalam bentuk pemilikan saham untuk jangka waktu tertentu dan proyek yang dinilai mempunyai prospek menguntungkan. Dalam modal ventura terdapat 3 jenis pembiayaan yaitu : investment. conventional loan, conditional loan dan equity o Conventional loan merupakan pinjaman yang diberikan dengan jaminan maupun tanpa jaminan. Biasanya mengenakan bunga, dalam jangka waktu tertentu dan disertai jadwal angsuran XI - 9

228 o Conditional loan merupakan bagian dari modal ventura,, pinjaman yang diberikan dapat memberikan keuntungan/laba yang turut dinikmati oleh investor bila proyek berkembang dengan baik tetapi juga bersedia menanggung rugi bila proyek gagal o Equity investment merupakan penyertaan saham pada suatu perusahaan, biasanya dilakukan pula kerjasama pengelolaan antara perusahaan tersebut dengan investor b. Penerbitan Obligasi Investor obligasi berupa lembaga yang padat modal. Bila seseorang membeli obligasi maka otomatis menjadi kreditor pihak penerbit obligasi, besarnya bunga ditentukan dan modal dikembalikan bila jangka waktunya selesai. Obligasii merupakan bentuk investasi yang lebih aman karena bila pihak yang menerbitkan obligasi mengalami kerugian atau bangkrut ia tidak turut menanggung, bahkan mendapatkan prioritas utama untuk meminta kembali pembayaran. Keuntungannya adalah pembagian laba (dividen) bila perusahaan mendapat keuntungan, yang lain adalah didapatnya keuntungan bila harga saham di pasaran mengalami kenaikan c. Penjualan Saham Pembiayaan pembangunan dapat dilakukan dengan penawaran saham melalui pasar modal. Lembaga yang menangani perwujudan RTBL dan berminat untuk menjual saham melalui Bursa Efek atau Bursa Pararel. d. Usaha Patungann (Joint Ventura) Kemungkinan lain untuk memperoleh pembiayaan pembangunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo adalah membentuk usaha patungann dengan pihak luar negeri maupun dalam negeri. Model ini merupakan usaha investasi secara bersama dalam bentuk pemilikan saham untuk jangka waktu tertentu dan proyek yang dinilai mempunyai prospek menguntungkan. e. Pola Kompensasi Alternatif lain untuk pembiayaan pembangunan RTBL adalah : o BOT (Build, Operate and Transfer), pihak investor membangun sebuah proyek dan setelah selesai investor dapat mengoperasikan secara komersial dalam jangka waktu tertentu. Setelah masaa opersionalnya berakhir, proyek tersebut diserahkan pada pihak Pemerintah Daerah XI - 10

229 o BOOT (Build, Own and Operate and Transfer), investor akan membangun proyek diatas tanah milik Pemda, setelah selesai investor dapat mengoperasikan secara komersial dalam jangka waktu tertentu. Setelah masa opersionalnya berakhir, pengelolaan diserahkan Pemerintah Daerah o BOO (Build, Own and Operate), investor akan membangun proyek diatas tanah milik Pemda, setelah selesai proyek langsung dihibahkan kepada Pemda dan investor dapat mengoperasikan bangunan tersebut dalam jangka waktu tertentu o BOL (Build, Own and Lease), setelah investor melaksanakan pembangunann di atas tanah milik Pemda, investor langsung menghibahkann proyek tersebut kepada Pemda. Sementara investor memperoleh hak opsi menyewakan bangunan komersial tersebut. Dari bentuk-bentuk kerjasama ini, terlihat bahwa kepemilikan proyek sepenuhnya berada di tangan Pemerintah Daerah XI - 11

230 Bagian 12 KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN Pemanfaatan RTBL Pemanfaatan adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan untuk memanfaatkan ruang, bangunan dan lngkungan dalam jangka waktu tertentu, yang ditetapkan dalam kerangka pemenuhan struktur ruang Kawasan Pasar Kuamang Kuning. Kegiatan pemanfaatan ruang ini diselenggarakan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan swata. Pemanfaatan ruang ini juga diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan memperhatikan sumber dan mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan program sesuai rencana. Dalam pemanfaatan ruang perlu dikembangkan suatu perangkat yang bersifat insentif dan disinsentif tertentu. Perangkat insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata bangunan dan lingkungan. Sedangkan disinsentif dimaksudkan untuk membatasi pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan Pasar Kuamang Kuning Pengendalian RTBL Pengendalian ini dilaksanakan dengan tujuan agar pemanfaatan ruang, bangunan dan lingkungan sesuai dengan tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun. Pengendalian meliputi: pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang, bangunan dan lingkungan. Pengawasan yang dimaksudkan adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi yang ditetapkan. Sedangkan kegiatan penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang dirrencanakan dapat terwujud. Kegiatan ini dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana. XII - 1

231 Salah satu kegiatan pengendalian adalah perijinan pemanfaatan ruang. Perangkat atau mekanisme perijinan ini merupakan suatu alat pengendali yang digunakan untuk mengatur agar pengembangan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sesuai yang ditetapkan. Sebaliknya pengembangan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana yang ditetapkan dapat dihindari atau diarahkan ke lokasi yang ditetapkan. Pengendalian pemanfaatan ruang secara rutin berisi laporan, monitoring dan evaluasi. Pelaporan merupakan kegiatan yang memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang, bangunan dan lingkungan. Monitoring adalah kegiatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang, bangunan dan lingkungan. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan pembangunan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA Prioritas Pelaksanaan Pembangunan Salah satu upaya untuk mencapai target pembangunan agar sesuai rencana adalah dengan pengendalian pelaksanaan pembangunan berdasarkan skala prioritas. Dengan membuat skala prioritas, maka tahapan dan target pembangunan dapat terkontrol dengan jelas, melalui mekanisme monitoring dan evaluasi. Prioritas program-program pembangunan Kawasan Pasar Kuamang Kuning dilakukan berdasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain: Program pembangunan harus sesuai dengan rencana yang disusun Persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak dan bersifat strategis harus segera ditangani Pemenuhan kebutuhan yang berisi penentuan secara tepat alokasi sarana dan prasarana perkotaan, berdasarkan peningkatan jumlah penduduk yang akan terjadi Keterpaduan keseluruhan program pembangunan sehingga mampu mengintegrasikan berbagai sektor dan antar sektor, serta mampu menghasilkan multiflied effect (efek ganda) XII - 2

232 Secara khusus, dalam pembangunan kawasan terdapat dua aspek prioritas pembangunan, yaitu kawasan prioritas dan program prioritas. Kawasan prioritas adalah bagian wilayah kota yang perlu mendapat mendapatkan penanganan segera, seperti kawasan pedagangan dan jasa, serta kawasan pasar dan permukiman. Program prioritas adalah sektor pembangunan yang mendesak, segera dilaksanakan untuk mengatasi persoalan kota yang ada, yaitu infra struktur, transportasi, sarana prasarana lingkungan. Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang telah disusun, dapat ditempuh dengan membuat pentahapan pelaksanaan rencana. Tahapan ini merupakan target pembangunan untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian pelaksanaan rencana yang disusun ini tidak harus dilaksanakan secara sekaligus pada waktu bersamaan. Pentahapan pelaksanaan pembangunan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning diterjemahkan ke dalam program-program pembangunan berdasarkan sektor-sektor dan tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Pentahapan yaitu jangka 5 tahun untuk seluruh program pembangunan sesuai rencana. Pentahapan ini disertai dengan pemantapan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan melalui penyusunan landasan hukum dan pedoman pelaksanaan yang disertai dengan pemasyarakatan RTBL Kawasan Pasar Kuamang Kuning dan penyusunan prioritas penanganan pembangunan. Disamping itu ditetapkan pelaksana atau aktor pembangunan sebagai institusi yang melakukan kontrol, monitoring dan evaluasi pembangunan Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan Pelaksana program kegiatan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan terhadap pelaksanan program-program kegiatan yang dapat terdiri dari pihak pemerintah dengan berbagai instansi terkait, pihak swasta dan masyarakat. Sedangkan pelaksanaan pembangunan prioritas adalah tahun pertama yang kemuidan ditindaklanjuti pada tahap tahun kedua dst. Indikasi program kegiatan secara keseluruhan dari masing-masing blok pengembangan adalah sebagai berikut: XII - 3

233 XII - 4

234 XII - 5

235 XII - 6

236 lanjutan XII - 7

237 XII - 8

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: 5.000 atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Fungsi : Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN) Pembahasan Poin-poin yang akan dibahas pada kuliah ini: 1 KONSEP 2 PRESENTASI GAMBAR 3 CONTOH PROYEK 1. Berisi KONSEP pengertian,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana?? DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN RTBL KAWASAN KHUSUS ISLAMIC CENTER

KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN RTBL KAWASAN KHUSUS ISLAMIC CENTER KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN RTBL KAWASAN KHUSUS ISLAMIC CENTER 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kota Balikpapan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam aspek fisik maupun non fisik. Pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA MASJID AGUNG AL-ANWAR KOTA PASURUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR DAN SEKITARNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG TATA BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI KOTA BEKASI

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG BANGUNAN GEDUNG BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG DI KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2003 SERI D.15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN KORIDOR PANDEGLANG SAKETI - LABUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MOJOKERTO TAHUN 2002 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

DINAS PEKERJAAN UMUM

DINAS PEKERJAAN UMUM P E M E R I N T A H K A B U P A T E N P U R B A L I N G G A DINAS PEKERJAAN UMUM Alamat Jl. Raya Purbalingga - Kaligondang Km. 2, Telp. (0281) 893158 - Purbalingga UNTUK PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.571, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Perumahan. Kawasan Permukiman. Hunian Berimbang. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN PENYUSUNAN RENCANA INVESTASI Setelah ditetapkan lokasi yang akan dibuatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 12 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG IBU KOTA KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI

DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI WORKSHOP PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI Integrasi Perencanaan Kawasan Transmigrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kamis, 14 November 2013 Page

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa agar pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG RECANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) SEKITAR KAWASAN PELABUHAN PANGKALBALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013).

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan tentang Penataan Ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN - 1 - PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN SERTA PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 Revisi 1 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PERIODE 2005-2010 DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 I. PENJELASAN UMUM Pertumbuhan penduduk menyebabkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci