PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN"

Transkripsi

1 PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1983 DEPARTEMEN PENERANGAN RI

2

3 Preaiden Republik Indoneala boeharto

4

5 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saya hormati; Segenap hadirin yang berbahagia; Marilah kita pertama-tama memanjatkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rakhmatnya kepada kita semua, sehingga kita pada hari ini dapat melangsungkan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat yang Insya Allah akan berlangsung sampai tanggal 11 Maret 1983 yang akan datang. Sungguh, hari ini merupakan hari yang sangat berbahagia bagi saya, karena saya dapat melaksanakan salah satu tugas konstitusional sebagai Presiden Republik Indonesia untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas saya selama lima tahun memimpin bangsa dan negara ini kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat, penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan pemegang kedaulatan rakyat. Ketika pada tanggal 23 Maret 1978 saya diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia, di hadapan Majelis saya mengucapkan sumpah menurut agama saya, sesuai dengan ketentuan 5

6 Undang-Undang Dasar, bahwa saya akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadiladilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa. Karena itu, dengan rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya sampaikan kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat yang mulia ini pertanggungjawaban saya, atas pelaksanaan tugas saya selama lima tahun ini, agar Majelis atas nama rakyat Indonesia menilai pelaksanaan tugas saya selaku Presiden/Mandataris MPR. Dengan demikian kita melaksanakan prinsip yang berlaku dalam negara hukum yang berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, ialah : bahwa tidak ada kekuasaan dan tidak ada kewenangan yang pelaksanaannya terlepas dari tanggung jawab dan pengawasan. Sebagai manusia yang beriman kita mempertanggungjawabkan pelaksanaan setiap kekuasaan dan kewenangan yang dilimpahkan kepada kita itu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui menurut agama kita masing-masing. Sebagai pejabat negara yang bertanggung jawab kita mempertanggungjawabkan setiap kekuasaan dan kewenangan yang dipercayakan kepada kita masing-masing dengan menampilkan diri kita secara ikhlas di bawah pengawasan dan penilaian dari lembaga-lembaga yang menurut hukum yang berlaku berhak dan berkewajiban meminta pertanggungjawaban kita. Dengan segala kemampuan dan kekurangan yang ada pada saya sebagai manusia, maka selama lima tahun yang lalu saya telah berusaha sekuat tenaga dan pikiran saya untuk melaksanakan tugas Presiden. Melalui laporan pertanggungjawaban ini, maka sekarang, dengan hati yang tenang saya menempatkan diri saya di bawah pengawasan dan penilaian Majelis yang mulia ini, yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. 6

7 Selama lima tahun yang telah berlalu itu baik melalui Dewan Perwakilan Rakyat maupun secara langsung melalui berbagai kesempatan lain saya telah menyampaikan berbagai penjelasan atau pesan-pesan kepada rakyat Indonesia mengenai bermacammacam masalah nasional yang kita hadapi bersama. Semuanya itu, sedikit banyak, selalu mengandung pula unsur pertanggungjawaban. Di samping itu, dengan cara tadi, saya berusaha mengembangkan sikap keterbukaan nasional yang saya yakini merupakan salah satu tiang penyangga utama dari kehidupan demokrasi yang harus kita kembangkan. Sekarang, dalam laporan pertanggungjawaban yang bersifat menyeluruh ini saya berusaha untuk mengembangkan pokok-pokok makna dari pengalaman kita selama lima tahun itu bagi kita sekarang ini dan juga bagi masa depan bangsa dan negara kita. Undang-Undang Dasar memberi petunjuk bahwa Majelis bersidang sedikit-dikitnya sekali dalam lima tahun. Majelis menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara dan memilih Presiden yang diwajibkan untuk melaksanakan haluan negara yang telah digariskan olehnya. Majelis juga memilih Wakil Presiden, yang bertugas membantu Presiden. Selama zaman Orde Baru ini kita telah berhasil mengembangkan dan menumbuhkan kehidupan bangsa dan negara kita menurut tahapan lima tahunan itu berdasarkan dan yang dikehendaki oleh Undang-Undang Dasar Ini merupakan kemajuan yang mempunyai makna yang sangat penting dalam usaha kita untuk secara terus menerus mengembangkan kehidupan konstitusional. Karena itu pada saat-saat tahap lima tahunan tadi akan berakhir dan kita akan memasuki tahap lima tahunan selanjutnya, marilah kita berhenti sejenak untuk bersama-sama dalam suasana jernih, hening dan tenteram merenungkan dan menilai makna dari pengalaman bersama kita selama lima tahun yang silam. Bersamaan dengan itu sekaligus kita memandang ke depan untuk menentukan apa yang akan kita lakukan bersama selama lima tahun mendatang, untuk mencapai kemajuan yang sebesar-besarnya 7

8 dalam melanjutkan perjalanan kita mewujudkan cita-cita perjoangan seperti yang secara luhur dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar. Itulah yang sedang dilakukan oleh Majelis yang mulia ini dalam Sidang Umum yang sekarang. Dalam hubungan itu mudahmudahan laporan pertanggungjawaban saya ini akan dapat menjadi bahan yang bermanfaat. Laporan ini meliputi kurun waktu lima tahun selama masa kepresidenan saya, sejak saya diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam bulan Maret '78 sampai sekarang. Sidang Majelis yang terhormat; Semenjak lahirnya Orde Baru, tiap tahap lima tahun dari masa jabatan Presiden itu telah mempunyai pembagian jadwal kegiatan kenegaraan yang tetap, yang merupakan putaran atau siklus yang tetap pula. Tahun pertama masa jabatan kepresidenan oleh Presiden dan Kabinet yang baru dibentuk dan seluruh aparaturnya digunakan untuk merampungkan pelaksanaan tahun terakhir Repelita sebelumnya dan bersamaan dengan itu disusun pula Repelita berikutnya yang merupakan penjabaran dari GBHN yang baru. Dengan cara demikian maka lebih dijamin kesinambungan pembangunan tanpa ada waktu yang terputus oleh pergantian pimpinan negara dan pemerintahan. Pelaksanaan Repelita baru itu diselenggarakan oleh Presiden dalam masa jabatannya tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima melalui APBN tahunan sampai APBN tahun yang kelima, yang disusunnya bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam tahun keempat Repelita dilaksanakan pemilihan umum, yang persiapannya harus dimulai sedini mungkin secara sebaik-baiknya agar pelaksanaannya dapat berlangsung dengan tertib, teratur, aman dan lancar. Berdasarkan hasil pemilihan umum terbentuklah MPR, DPR dan DPRD dan dalam tahun kelima, menjelang berakhirnya masa jabatan kepresidenan diselenggarakanlah Sidang Umum MPR. 8

9 Dan dalam Sidang Umum itu Presiden mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya. Putaran atau siklus seperti itu --yang merupakan yang ketiga kalinya dalam waktu Orde Baru-- telah berlangsung juga selama kurun waktu lima tahun yang lalu, yang akan menjadi cakupan waktu laporan pertanggungjawaban saya ini. Dalam pada itu kita juga harus memperhatikan sungguhsungguh kalimat-kalimat berikut yang terdapat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar, ialah : "Kita harus senantiasa ingat kepada dinamik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, zaman berobah, terutama dalam zaman revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu kita harus hidup secara dinamis, harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia". Kita sekarang tidak lagi menggunakan istilah revolusi, kita sekarang memang tidak lagi dalam kancah revolusi seperti yang kita alami dalam masa Perang Kemerdekaan dahulu. Namun, barang siapa mengamati dengan teliti dan mendalam, maka sesungguhnya lah dalam proses pembangunan selama lima tahun yang lalu telah terjadi perobahanperobahan yang sangat dinamis dalam masyarakat dan negara kita. Perobahan dan pertumbuhan lahir batin itu tidak kalah pesatnya dan tidak kalah besarnya dari dinamika perobahan dalam suasana revolusi dahulu. Sebab itu pernah saya katakan, bahwa dalam zaman pembangunan besar-besaran seperti yang kita alami sekarang ini, kita sesungguhnya melancarkan revolusi damai. Dinamika perobahan dalam masyarakat dan negara kita selama lima tahun yang lalu itu pertarna-tama ditimbulkan dan digerakkan oleh kemajuan-kemajuan yang kita capai dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang berhasil selalu melahirkan perobahan-perobahan dalam pola pikir, dalam tata nilai, dalam aspirasi dan dalam struktur masyarakat. Proses pergantian generasi juga merupakan sumber perobahan dalam masyarakat dan negara. Selama lima tahun yang lalu Generasi '45 makin dekat kepada pembulatan dan perampungan tugas sejarahnya, sedang- 9

10 kan generasi penerus makin dewasa dan makin siap untuk pada saatnya memikul beban dan tanggung jawab yang makin besar dalam memimpin masyarakat dan negara. Dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada saya selama masa kepresidenan lima tahun yang lalu, saya berpedoman pada prinsip bahwa memimpin pembangunan berarti memahami, menghargai dan mengarahkan dinamika perobahan-perobahan dalam masyarakat menuju cita-cita nasional kita. Saudara Ketua yang terhormat, Majelis yang saya muliakan; Dinamika perobahan dunia pun berlangsung dengan cepat dan besar dalam kurun waktu lima tahun yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi, demikian pula pandangan-pandangan yang terdapat di dunia kita ini telah mengalami perobahan dan pertumbuhan. Kita di Indonesia tidak dapat terlepas dari dampak perobahan-perobahan itu. Waktu-waktu terakhir ini kita merasakan lebih langsung lagi dari dampak kelesuan ekonomi dunia yang telah berjalan berlarut-larut. Dengan sendirinya kita tidak diam berpangku tangan saja menghadapi perobahan-perobahan tadi. Politik luar negeri yang bebas aktif berarti bahwa disatu segi kita dapat secara bebas dan secara aktif melindungi kepentingan nasional kita, sedangkan dalam segi lain kita bebas dan aktif berusaha ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar '45. Seperti yang akan tercermin dalam laporan pertanggungjawaban saya ini, maka dinamika perobahan dalam masyarakat dan negara kita sendiri, demikian pula dinamika perobahan di dunia, dengan sendirinya merupakan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas kepresidenan saya dalam melaksanakan haluan negara yang digariskan oleh Undang-Undang Dasar dan Majelis selama kurun waktu lima tahun yang lalu. 10

11 Dengan mengemukakan sikap dasar dan arah kepemimpinan saya tadi, juga dengan memperhatikan sungguh-sungguh dinamika perobahan dalain masyarakat kita sendiri dan dunia pada umumnya, maka saya akan memasuki batang tubuh dari laporan pertanggungjawaban saya ini. Karena demikian penting arti laporan pertanggungjawaban Presiden/Mandataris MPR ini, Saudara Ketua yang terhormat, izinkan saya menggunakan kesempatan ini untuk juga berbicara langsung kepada seluruh bangsa Indonesia. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Ketika saya memulai tugas kepresidenan, sesuai ketentuan Undang-Undang Dasar, maka haluan negara yang harus saya jalankan adalah semua ketentuan dan petunjuk Undang-Undang Dasar serta semua putusan putusan Majelis. Karena itu saya telah meneliti inti tugas pokok yang diberikan oleh Majelis kepada Presiden/Mandataris dan menentukan sasaran-sasaran ke depan. Memperjelas tugas pokok dan sasaran ini saya anggap sangat penting agar kita tahu ke mana kita bergerak, apa yang ingin kita capai dan apa yang harus kita kerjakan. Sesuai dengan Ketetapan MPR No. VIII tahun '78, maka dalam waktu lima tahun masa jabatannya, Presiden ditugasi untuk: a. Melanjutkan pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun dan menyusun serta melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun III dalam rangka Garis-garis Besar Haluan Negara; b. Meneruskan menertibkan dan mendayagunakan Aparatur Negara di segala bidang dan tingkatan; c. Meneruskan menata dan membina kehidupan masyarakat agar sesuai dengan Demokrasi Pancasila; d. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan orientasi pada kepentingan nasional. 11

12 Di samping itu, Ketetapan MPR No. 11 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Ketetapan MPR No. IV tentang GBHN dan Ketetapan MPR No. VII tentang Pemilihan Umum, telah memberi penugasan secara khusus kepada Presiden untuk melaksanakan Ketetapan-ketetapan tersebut sebaik-baiknya. Dalam pada itu menurut GBHN, maka pelaksanaan pembangunan dalam Repelita III haruslah tetap didasarkan atas kebijaksanaan yang berlandaskan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu: pemerataan pembangunan yang mengarah kepada terwujudnya keadilan sosial, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan terbinanya stabilitas nasional. Dengan memperhatikan tugas-tugas yang dibebankan kepada Presiden tadi dan setelah saya meneliti semua putusan Majelis dan memahami pikiran-pikiran yang berkembang selama Sidang Umum MPR tahun '78, dan setelah saya renungkan apa yang dipikirkan dan apa yang diharapkan oleh rakyat, maka saya mengambil kesimpulan bahwa dalam lima tahun masa kepresidenan saya ada tujuh sasaran yang harus diusahakan untuk dicapai. Ketujuh sasaran yang saya namakan Sapta Krida Kabinet Pembangunan III itu adalah pertama : Terciptanya keadaan dan suasana yang makin menjamin tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat dengan makin memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya; kedua : Terlaksananya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ; 12 ketiga : Terpeliharanya stabilitas nasional yang makin mantap; keempat : Terciptanya aparatur negara yang makin bersih dan berwibawa;

13 ketujuh : kelima : Terbinanya Persatuan dan Kesatuan Bangsa yang makin kokoh, yang dilandasi oleh Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang makin mendalam; keenam : Terlaksananya Pemilihan Umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam rangka memperkuat kehidupan demokrasi Pancasila; Makin berkembangnya pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk diabdikan kepada kepentingan nasional dalam rangka memperkuat ketahanan nasional. Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut telah saya gariskan kebijaksanaan yang menyeluruh dan terpadu sebagai arah dan pedoman pelaksanaan tugas bagi Pemerintah dan segenap aparaturnya secara keseluruhan, dan bahkan juga mutlak perlu didukung dan dilaksanakan bersama oleh seluruh lapisan masyarakat. Secara singkat, keseluruhan tugas tadi merupakan upaya nasional untuk melanjutkan, meningkatkan dan memperluas pembangunan dari segala yang telah dapat kita capai sampai saat itu, disertai dengan pembaharuan, perbaikan dan penyesuaianpenyesuaian yang perlu. Kita memandang pembangunan ini sebagai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, yang karenanya acapkali saya katakan sebagai pembangunan serba muka. Sidang Majelis yang saya muliakan; Sejak semula kita menyadari bahwa pembangunan politik adalah bagian yang sangat penting dalam tiap pembangunan yang sukses. Kita juga menyadari bahwa pembangunan politik itu merupakan bagian yang paling tidak mudah dari pembangunan bangsa kita. Karena itu pula selama kurun waktu lima tahun yang lalu kita telah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya kepada pem- 13

14 bangunan politik dan pendidikan politik seperti yang digariskan oleh GBHN. Setelah kita memasuki Orde Baru, kita telah mengadakan pembaharuan dan penyederhanaan dalam kehidupan politik kita demi tegaknya Demokrasi Pancasila serta untuk menjamin stabilitas nasional yang dinamis, dan untuk menggerakkan pembangunan. Usaha ke arah ini jelas tidak sederhana dan tidak mudah. Namun sekarang ini penataan kembali lembaga-lembaga politik kita itu telah semakin mantap. Yang kita perlukan selanjutnya adalah memantapkan lagi dan terus memperbaikinya agar dapat makin memberi dukungan bagi kelanjutan pembangunan nasional selanjutnya. Seperti telah kita ketahui bersama, pembaharuan dan penyederhanaan kehidupan politik merupakan kehendak nasional kita sejak Sidang Umum MPR(S) di tahun '66, karena kita menyadari dari pengalaman kita sendiri bahwa sistem politik dan sistem banyak partai di masa lampau telah gagal mengantarkan bangsa Indonesia meraih kemajuan melalui pembangunan. Dalam membangun kehidupan politik, kita tidak akan berjalan kembali ke belakang. Kita telah bertekad untuk tidak kembali kepada demokrasi parlementer atau demokrasi terpimpin yang gagal mendukung pembangunan nasional. Sebaliknya kita memandang ke depan untuk meningkatkan penerapan demokrasi Pancasila sejalan dengan tercapainya tahap yang lebih maju dari pembangunan kita pada umumnya. Tahap yang lebih maju dalam pembangunan itu tidak hanya kita ukur dengan kemajuan dalam pembangunan ekonomi saja, melainkan juga dalam kemajuan di bidang pelaksanaan demokrasi Pancasila. Ini berarti bahwa kemajuan pembangunan juga harus berarti kemajuan dalam pembangunan politik. GBHN memberi petunjuk agar dalam pembangunan politik, dalam rangka memantapkan stabilitas politik dan pelaksanaan mekanisme demokrasi Pancasila, perlu dimantapkan berfungsinya dan saling berhubungannya antara lembaga-lembaga tinggi ne- 14

15 gara berdasarkan Undang-Undang Dasar. Selama lima tahun, dengan makin berbobotnya lembaga-lembaga tinggi negara yang menjalankan fungsi-fungsi konstitusionalnya masing-masing, kita telah bertambah kaya dengan pengalaman dan tradisi-tradisi baru dalam melaksanakan semua ketentuan Undang-Undang Dasar. Tanpa bermaksud mengatasnamakan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya, yang bukan saja tidak berada di bawah Presiden malahan ada yang di atas Presiden, maka dalam laporan pertanggungjawaban ini saya dapat mengatakan bahwa MPR, Presiden, DPR, Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan telah menjalankan fungsi dan wenang konstitusionalnya masing-masing dan saling berhubungan satu dengan yang lain berdasar wenang konstitusionalnya itu. MPR, penyelenggara negara tertinggi, penjelmaan rakyat yang berdaulat, dengan memperhatikan dinamika masyarakat menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara dan memilih Presiden serta Wakil Presiden. Majelis ini juga menilai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Presiden selaku Mandatarisnya, seperti yang dalam Sidang Umum kali ini akan dilakukan oleh Majelis yang terhormat. Melalui tatacara tertentu, yang dilengkapi dengan hak-hak konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat telah melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas Pemerintah. Secara khusus saya perlu menyebut, bahwa berkat kerjasama yang erat antara DPR dengan Pemerintah, sejak Repelita I sampai sekarang, kita selalu memiliki Undang-undang APBN sebelum berlakunya tahun anggaran. Ini merupakan bukti tekad kita yang sungguh-sungguh untuk menegakkan kehidupan konstitusional dan demokratis, yang juga digariskan oleh GBHN. Dalam masa lima tahun terakhir ini telah dihasilkan sebanyak 57 Undang-undang oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah. Mahkamah Agung, sebagai pemegang dan pelaksana kekuasaan kehakiman, telah makin berwibawa sebagai pengayom hukum dan keadilan. Mahkamah Agung juga telah diperkuat dengan tam- 15

16 bahan Hakim-hakim Agung, agar memadai dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Dewan Pertimbangan Agung telah menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya dengan penuh dinamika. Masalah-masalah besar yang dihadapi oleh bangsa dan negara, yang memerlukan perhatian kita yang penuh, tidak pernah luput dari pengamatan Dewan Pertimbangan Agung. Selama lima tahun ini Dewan Pertimbangan Agung telah menyampaikan 34 buah pertimbangan mengenai berbagai masalah kepada Presiden. Pertimbangan itu telah menambah bahan pemikiran yang sangat berharga bagi Presiden dalam mengemudikan negara. Badan Pemeriksa Keuangan, sesuai dengan tugas konstitusionalnya, secara teratur dan tertib telah melakukan pemeriksaan tanggung jawab tentang keuangan negara, yang hasilnya telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Hasil pemeriksaan itu juga telah digunakan oleh Pemerintah untuk meningkatkan pengawasan penggunaan keuangan negara oleh aparaturnya, seperti keharusan dalam negara demokrasi dan memang dikehendaki oleh rakyat. Semuanya itu, Saudara Ketua yang terhormat, merupakan bagian yang penting dari usaha kita untuk meningkatkan jalannya mekanisme sistem politik dan kenegaraan kita berdasarkan Undang-Undang Dasar '45, termasuk di dalamnya berlakunya unsur pengawasan secara konstitusional terhadap Presiden, penyelenggara kekuasaan Pemerintahan Negara. Pengalaman kita di bidang ini merupakan modal yang sangat berharga untuk melanjutkan usaha itu di waktu-waktu yang akan datang. Sebab, sekalipun demokrasi Pancasila yang berdasarkan kekeluargaan tidak mengenal lembaga oposisi, namun fungsi pengawasan dalam demokrasi Pancasila tidak boleh kurang efektif dibanding dengan sistem politik yang lain. Dalam pada itu, usaha untuk peningkatan kemampuan kekuatan sosial politik, seperti yang juga digariskan dalam GBHN, telah dilakukan oleh kekuatan-kekuatan sosial politik itu sendiri 16

17 sesuai dengan asas demokrasi. Jika selama Iima tahun ini kita saksikan adanya berbagai gejolak di dalam tubuh kekuatan sosial politik, maka hal itu merupakan bagian dari dinamika interen yang terus berjalan dalam proses perampungan pembaharuan dan penyederhanaan kehidupan politik. Dengan memperhatikan pengalaman gerak organisasi-organisasi sosial selama ini, maka dalam rangka perampungan dan pemantapan pembaharuan kehidupan politik itulah saya telah mengajukan gagasan agar semua kekuatan-kekuatan sosial politik menggunakan Pancasila sebagai satu-satunya asas politik. Saya tidak akan berpanjang lebar lagi mengenai masalah yang teramat penting bagi kelangsungan hidup bangsa kita ini, sebab pemikiran dan pandangan saya mengenai hal itu telah saya kemukakan kepada Majelis yang terhormat pada tanggal 1 Oktober 1982 yang lalu. Sidang Majelis yang terhormat; Dalam rangka pembangunan dan pembinaan politik, maka pada tanggal 4 Mei '82 telah diselenggarakan Pemilihan Umum sebagai sarana pelaksanaan demokrasi Pancasila yang teramat penting dan sekaligus sebagai pelaksanaan GBHN dan Ketetapan MPR Nomor VII tahun '78. Pemilihan Umum yang dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas dan rahasia itu telah diikuti oleh lebih dari 91% warga negara yang berhak memilih. Angka yang sangat besar itu, yang jauh lebih besar dari angka-angka di kebanyakan negara yang demokratis lainnya, merupakan salah satu petunjuk mengenai tingkat kesadaran politik rakyat kita, ialah kesadaran dalam menggunakan kewajiban dan hak politiknya yang teramat penting. Secara umum dan dalam keseluruhan Pemilihan Umum yang dilaksanakan dengan pemungutan suara secara serentak pada tanggal 4 Mei 1982 di seluruh Indonesia telah berjalan dengan tertib, lancar dan selamat. Pemilihan Umum '82 yang lalu merupakan Pemilihan Umum ketiga yang kita selenggarakan dalam Orde Baru untuk terus 17

18 menumbuhkan kehidupan demokrasi dan konstitusional. Karena itu kita menganggap Pemilihan Umum '82 sebagai salah satu karya nasional yang besar. Seperti biasanya, dalam menghadapi Pemilihan Umum itu suhu politik naik dan terjadi berbagai ekses. Namun kali ini suhu politik itu segera kembali normal setelah Pemilihan Umum usai, hampir-hampir tanpa meninggalkan luka-luka di tubuh bangsa kita yang diakibatkan oleh ketegangan dan ekses yang terjadi sebelumnya. Normalnya kembali dan ketenangan suhu politik itu lebih cepat dari keadaan setelah Pemilihan Umum tahun '77. Ini merupakan tanda-tanda sangat penting, yang membuktikan bahwa sikap politik bangsa kita bertambah matang dan stabilitas nasional bertambah kokoh dan mantap. Pemilihan Umum yang lalu telah memperkaya pengalaman kita dalam menjalankan demokrasi. Pengalaman itu harus kita jadikan pelajaran berharga untuk memperbaiki pelaksanaan Pemilihan Umum di masa-masa yang akan datang, yang akan terus memperkuat dan menyehatkan kehidupan politik kita. Dengan Pemilihan Umum yang kita lakukan sekali dalam lima tahun maka tubuh bangsa kita memperoleh kesegaran-kesegaran baru yang akan tercermin dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat dan pemerintahan kita. Hasil Pemilihan Umum juga menampilkan aliran-aliran pemikiran baru yang dihasilkan oleh dinamika perobahan masyarakat selama lima tahun sebelumnya yang oleh Majelis ini akan dituangkan dalam GBHN atau ketetapan lainnya. Dengan kesegaran baru ini bangsa kita akan memperoleh kekuatan baru dan terus bergerak maju, mengatasi segala hambatan yang menghadang dan membuat karya-karya baru, untuk secara bertahap mendekati cita-cita kemerdekaan kita. Dalam keseluruhan pembangunan politik, maka untuk memberi bobot yang makin mantap terhadap kedaulatan rakyat mutlak ditingkatkan kesadaran politik rakyat. Hanya rakyat yang sadar politik lah yang akan menjadi kekuatan pendukung, pelaksana dan penjaga demokrasi. 18

19 Untuk itu selama lima tahun ini telah digerakkan pemasyarakatan P4 melalui penataran-penataran dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dalam rangka ini sekaligus saya melaporkan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor II tahun '78 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Ketetapan MPR itu menugasi Presiden sebagai Mandataris atau Presiden bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengusahakan agar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya maka P4 itu, --yang merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh-- harus dimasyarakatkan. Untuk memasyarakatkan P4 itu telah diadakan penataran yang luas melalui program yang berencana dan bertahap, baik untuk masyarakat kita di Tanah Air maupun untuk warga negara kita yang berada di luar negeri. Adapun materi penatarannya, disamping P4, diperluas dan diperlengkap dengan Undang-Undang Dasar '45 dan GBHN. Seluruh kegiatan penataran ini sekaligus merupakan pelaksanaan dari petunjuk GBHN untuk meningkatkan pendidikan politik bagi rakyat, sehingga makin tinggi kesadaran warga negara kita akan hak dan kewajibannya, dan dengan demikian seluruh warga negara akan ikut serta secara aktif dalam kehidupan kenegaraan dan pembangunan. Untuk memasyarakatkan P4 tadi secara bertahap telah dibentuk badan-badan yang saya tugasi untuk memikirkan bahan penataran, memberi arah dan melaksanakan penataran itu baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah. Pada tingkat nasional, dalam tahun '78 telah saya bentuk Team Penasehat Presiden mengenai Pelaksanaan P4, Team Pembinaan Penatar dan Bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia dan Badan 19

20 Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan P4 (BP-7). Di tingkat daerah juga telah dibentuk BP-7 Daerah Tingkat I dan BP-7 Daerah Tingkat II. Karena pegawai negeri dan anggota ABRI merupakan aparat pelaksana dari penyelenggaraan pemerintahan negara, maka penataran itu saya anggap mutlak dimulai dari mereka. Hanya pegawai negeri dan anggota ABRI yang memahami Pancasila, Undang- Undang Dasar '45 dan GBHN lah yang akan dapat mengemban tugas sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang baik. Saya menaruh arti yang sangat penting kepada penataran ini sehingga seluruh pejabat eselon I dan Duta Besar kita telah mengikuti penataran yang sangat intensif. Sampai saat ini tidak kurang dari 1,8 juta pegawai negeri sipil dan hampir anggota ABRI telah mengikuti penataran. Penataran untuk masyarakat luas telah diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat luas; seperti anggota Partai Politik dan Golongan Karya, alim ulama dan rokhaniawan, pemuda dan mahasiswa, karyawan perusahaan swasta, pengusaha, wanita, wartawan, para artis dan lain sebagainya. Melihat manfaat dan pentingnya penataran ini bagi masyarakat luas, maka penataran P4 ini masih perlu dilanjutkan dan diperluas lagi di masamasa yang akan datang, terutama bagi lapisan kepemimpinan dalam masyarakat kita sampai ke daerah-daerah. Menyinggung masalah penataran ini perlu saya kemukakan beberapa hal. Pertama, penataran dilakukan dengan cara yang bebas dan terarah. Bebas artinya peserta penataran bebas mengeluarkan pendapat dalam diskusi-diskusi yang memang diadakan dalam setiap penataran. Terarah dalam arti diskusi-diskusi itu tertuju pada pelaksanaan P4, Undang-Undang Dasar '45 dan GBHN. Dengan jalan ini, segala pikiran, perasaan dan kritik dapat tersalur secara baik. Melalui diskusi yang demikian, akhirnya terdapat kesamaan pandangan mengenai berbagai masalah pokok yang kita hadapi bersama. Kedua, karena dalam penataran ini ikut serta berbagai kalangan yang luas dalam masyarakat, maka 20

21 dapat berkembang dialog antar golongan yang sehat. Berbagai golongan masyarakat yang selama ini mengalami kesukaran dalam komunikasi, mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lain, maka melalui penataran dan dalam kerangka berpikir P4 itu dewasa ini telah timbul saling pengertian yang lebih serasi. Dengan jalan ini sekaligus terlaksana komunikasi sosial timbal balik seperti yang ditunjukkan oleh GBHN. Komunikasi sosial seperti ini walaupun berlangsung terbuka dan penuh kebebasan, namun tidak menimbulkan gejolak sosial. Kita memang belum menemukan tolok ukur yang obyektif untuk menilai dampak dari penataran selama ini. Namun cukup tanda-tanda bahwa secara umum sekarang ini Pancasila telah mengakar lebih luas, lebih sadar, lebih jujur dan lebih yakin dalam masyarakat kita jika dibanding dengan keadaan sebelumnya. Inilah yang dapat kita lihat sebagai salah satu hasil yang positif dari program penataran P4 selama hampir lima tahun yang lalu. Dengan tidak mengurangi arti Ketetapan-ketetapan MPR lainnya, maka sangat terasa bahwa Ketetapan MPR mengenai P4 itu telah mendatangkan perobahan-perobahan besar dalam suasana dan semangat kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita. Karena itulah saya pernah menyatakan bahwa Ketetapan MPR mengenai P4 itu merupakan babak baru dalam usaha kita semua untuk mewujudkan dan melestarikan Pancasila. Apabila sekarang rakyat kita telah siap untuk menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya asas politik bagi semua kekuatan sosial politik, maka langsung atau tidak langsung kesiapan itu juga dapat dilihat sebagai salah satu hasil dari gerakan memasyarakatkan P4. Hasil-hasil yang telah kita capai selama lima tahun yang lalu merupakan modal yang berharga dan landasan yang kuat untuk melanjutkan dan meningkatkan pemasyarakatan P4 di waktu-waktu yang akan datang, juga dalam rangka meningkatkan kesadaran politik rakyat, yang akan makin memantapkan stabilitas dan mendorong dinamika nasional. 21

22 Penataran P4 sekaligus merupakan bagian yang penting dari pembangunan bidang ideologi, khususnya pemantapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa kita. Pemasyarakatan P4 yang berhasil akan merupakan kekuatan untuk menambah kokohnya persatuan bangsa dan melancarkan kelanjutan pembangunan nasional kita yang dalam waktu-waktu yang akan datang akan lebih luas dan lebih rumit, yang karena itu akan lebih berat. Sidang Majelis yang mulia; Masalah ideologi nasional yang telah lahir bersama-sama lahirnya Kemerdekaan Nasional di tahun '45 harus kita rampungkan secara tuntas. Dengan demikian kita akan lebih teguh dalam memberi arah pada pembangunan kita dan pembangunan itu pun kita wujudkan sebagai pengamalan dan pelaksanaan Pancasila. Pengalaman kita selama lebih dari 37 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan membuktikan bahwa di satu pihak kita harus menegakkan dan menjamin dengan tegas persatuan dan kesatuan nasional, sedangkan di pihak lain kita harus mengakui, menghormati dan memberi ruang yang kreatif bagi kemajemukan kita. Dengan sikap itulah kita memberi arti yang dinamis pada semboyan kita Bhinneka Tunggal Ika. Pengalaman kita membuktikan bahwa jika ada salah satu pihak yang memaksakan persatuan dan kesatuan atas dasar pahamnya sendiri tanpa mengakui, menghormati dan memberi ruang yang kreatif bagi kemajemukan, maka usaha itu pasti mengalami kegagalan dan hanya menimbulkan malapetaka bagi bangsa kita secara keseluruhan. Sebaliknya, jika kita membiarkan kemajemukan menggerogoti dasar persatuan dan kesatuan, maka hasilnya ialah ancaman terhadap dasar-dasar persatuan dan kesatuan itu sendiri, yang akhirnya harus kita selesaikan dengan pengorbanan yang tidak kecil. Karena itu kita selalu merasa bersyukur karena kita memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara, yang di 22

23 satu pihak memberi dasar yang kokoh bagi kesatuan dan persatuan kita, sedang di lain pihak mengakui, menghormati dan memberi ruang yang kreatif bagi kemajemukan kita. Kesadaran dan rasa syukur kita itu akan makin mendalam jika kita melihat perkembangan yang dialami bangsa-bangsa lain, yang tidak mampu menemukan dasar yang luas dan kokoh bagi kesatuan dan persatuan negaranya. Kita juga dapat membayangkan betapa beratnya tekanan batin yang tidak habis-habisnya dirasakan oleh masyarakat bangsanya, yang negaranya memaksakan kesatuan dan persatuan dengan memaksakan ideologi totaliter, baik totaliter kiri maupun totaliter kanan, yang tidak mentoleransi kemajemukan. Kita harus mengakui bahwa selama 20 tahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan, yaitu dalam kurun waktu 1945 sampai '65, kita telah membuat kesalahan-kesalahan, antara lain dengan membiarkan kemajemukan menggerogoti dan mengancam Pancasila, yang mengakibatkan timbulnya pertentangan, perpecahan dan kecurigaan di antara kita. Sisa-sisa dari kesalahan itu masih harus kita atasi bersama sampai sekarang. Di samping itu kita juga telah membiarkan penyelewengan-penyelewengan terhadap kemurnian Pancasila dan Undang-Undang Dasar '45. Kita telah membayar sangat mahal sebagai akibat dari kesalahan-kesalahan itu! Karena itu sejak kita memasuki Orde Baru maka kita bertekad untuk tidak membiarkan dan tidak memberi ruang gerak bagi segala sesuatu yang pada suatu ketika dapat mengancam Pancasila. Di lain pihak kita terus berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar '45 secara murni dan konsekuen. Semuanya itu, sekali lagi, meyakinkan kita bahwa Pancasila mutlak harus dimasyarakatkan. Seperti telah saya kemukakan tadi, usaha-usaha penataran P4 selama lima tahun yang lalu telah memberi manfaat yang besar dalam memasyarakatkan Pancasila. Namun, langkah dan sikap yang lebih penting lagi, ialah : menghilangkan sisa-sisa pertentangan, perpecahan dan kecurigaan tadi, dan memanfaatkan seluruh waktu, seluruh pemikiran, 23

24 seluruh tenaga dan seluruh kemampuan bangsa kita untuk bersama-sama mengamalkan Pancasila dalam kehidupan manusia, masyarakat dan negara kita. Dengan demikian Pancasila tidak hanya dipikirkan, dibicarakan atau ditatarkan saja, melainkan kita konkritkan dalam pembangunan manusia dan masyarakat Pancasila. Saudara Ketua yang terhormat; Sebagai bangsa yang melahirkan negara merdeka melalui perang dan revolusi, dan yang terus harus mengatasi beraneka ragam ancaman dari luar dan dari dalam terhadap kelangsungan kemerdekaan nasionalnya, maka kita mempunyai kesadaran dan kepekaan yang mendalam mengenai masalah keamanan nasional. Kita tetap waspada dan harus terus waspada terhadap keamanan negara dan bangsa kita. Karena itu tidak tepat jika ada yang mengatakan, bahwa kita harus mengendorkan kewaspadaan demi tercapainya kemakmuran. Sebaliknya, kita malahan harus meningkatkan kewaspadaan dalam masalah keamanan nasional demi pembangunan menuju kemakmuran. Saya menyadari bahwa kewaspadaan nasional dan usaha keamanan yang berlebihan dapat mempersempit ruang gerak kita sendiri, khususnya dalam mengembangkan demokrasi Pancasila yang sehat. Dalam hubungan itu maka konsep ketahanan nasional kita membantu kita untuk tidak memasuki jalan yang sempit seperti itu. Dalam rangka mengamalkan Pancasila secara kreatif, maka konsep ketahanan nasional merupakan salah satu wawasan nasional kita yang asli dan dinamis. Keamanan dan pertahanan nasional, dan juga Dwi Fungsi ABRI, kita tempatkan dalam rangka wawasan ketahanan nasional tadi. Dengan menempatkannya dalam kerangka ketahanan nasional, maka keamanan nasional dan pertahanan nasional serta Dwi Fungsi ABRI dengan sendirinya tidak boleh melemahkan 24

25 ketahanan nasional itu, tetapi justru harus secara positif memperkuat ketahanan nasional, antara lain dengan ikut mendorong perkembangan demokrasi Pancasila. Itulah yang kita kembangkan di bidang keamanan nasional, pertahanan nasional dan ketahanan nasional --termasuk Dwi Fungsi ABRI-- selama lima tahun yang silam. Pandangan, semangat dan pendekatan yang luas mengenai konsep-konsep keamanan nasional, pertahanan nasional dan ketahanan nasional seperti yang saya gambarkan tadi itulah yang telah melahirkan Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, yang sekaligus merupakan pelaksanaan petunjuk GBHN. Dengan terus menggembleng diri dengan tradisi sebagai prajurit pejoang, dengan memperkuat kemanunggalan ABRI dan rakyat, dengan memperbaiki kesejahteraan prajurit dan melengkapinya dengan peralatan dan persenjataan moderen, dengan memperkuat organisasi dan meningkatkan latihan-latihan, maka selama lima tahun terakhir ABRI terus diperkuat sesuai dengan tuntutan zaman. Kita pun telah mulai merintis pembangunan industri pertahanan keamanan. Dengan demikian Angkatan Perang akan makin memiliki kekuatan untuk melindungi keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Walaupun kita mencapai banyak kemajuan, namun pembangunan Angkatan Perang kita akan merupakan tantangan yang harus kita jawab bersama di tahun-tahun yang akan datang. Dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat serta penegakan, hukum, telah diusahakan pembenahan jajaran Kepolisian Republik Indonesia baik dalam bidang personil, organisasi, tatakerja maupun perlengkapannya. Berlakunya KUHAP yang baru, telah memberikan tugas dan tanggung jawab yang lebih besar bagi Polisi dalam menangani dan menyelesaikan perkaraperkara pidana menurut hukum yang baru itu dalam rangka memberantas kejahatan menurut hukum. 25

26 Telah banyak yang kita capai, namun kejahatan yang harus kita cegah dan kita tanggulangi tumbuh lebih cepat dari kemampuan yang kita bina. Perlu kita sadari, bahwa karena kejahatan itu berakar pada kehidupan masyarakat sendiri, maka hanya dengan keikutsertaan masyarakat itu pula tingkat kejahatan dapat kita tekan sampai batas yang rendah. Dalam pada itu gangguan keamanan yang pernah terjadi di beberapa daerah, secara militer telah dapat diselesaikan. Langkah berikutnya adalah pembinaan teritorial yang secara terus menerus dilakukan, agar tercipta keadaan keamanan yang mantap dan pembangunan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Sidang Majelis yang terhormat; Usaha untuk memantapkan stabilitas politik yang dinamis dan keamanan di dalam negeri yang mantap perlu dibarengi dengan usaha-usaha untuk memperkuat stabilitas kawasan di sekitar kita demi terciptanya suasana yang menjamin kelangsungan dan kelancaran pembangunan nasional dan perdamaian dunia pada umumnya. Di samping dorongan-dorongan luhur mengenai pembangunan dunia yang damai, makmur dan berkeadilan yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar, maka stabilitas kawasan dan perdamaian dunia itu bertambah penting artinya bagi pembangunan kita. Seperti telah saya singgung pada awal laporan pertanggungjawaban ini, selama lima tahun terakhir ini dunia mengalami dinamika perobahan yang cepat dan besar. Harapan akan datangnya perdamaian dan ketegangan silih berganti. Peredaan ketegangan yang terasa memberi harapan bagi ketenteraman dunia beberapa tahun yang lalu, akhir-akhir ini telah berobah kembali menjadi suasana perang dingin. Sementara perundingan mengenai perlucutan senjata antara Timur dan Barat tidak mencapai hasil nyata, di berbagai kawasan ketegangan tetap tidak terselesaikan. 26

27 Menghadapi kenyataan itu, maka sesuai dengan petunjuk GBHN dan berdasarkan semangat Pembukaan Undang-Undang Dasar, kita kemudikan politik luar negeri yang bebas aktif demi kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan di segala bidang. Dalam rangka itu kita tingkatkan pula usaha pemantapan stabilitas dan kerjasama di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya khususnya dalam lingkungan Asean, dalam rangka mempertinggi tingkat ketahanan nasional untuk mencapai ketahanan regional. Kerjasama dalam kerangka Asean merupakan salah satu tiang politik luar negeri kita yang utama. Sejak dikembangkan dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian di antara kelima negara anggotanya, maka sekarang Asean telah merupakan organisasi regional yang makin mantap. Asean bukan lagi hanya perhimpunan antara negara sekawasan, tetapi telah mulai memasyarakat dengan lahirnya berbagai kerjasama yang luas di antara masyarakat-masyarakatnya. Berbagai kerjasama di lapangan ekonomi dan kebudayaan terus berkembang. Malah Asean sebagai organisasi kawasan telah mengembangkan dialog dan kerjasama dengan perhimpunan kawasan lainnya atau dengan negara-negara lain yang telah memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Dalam pada itu usaha untuk memantapkan stabilitas kawasan di Asia Tenggara melalui hubungan dengan negara-negara Indocina khususnya dengan negara Vietnam belum dapat dikembangkan dengan lancar, karena masih terhambat oleh masalah Kampuchea, yang belum dapat terselesaikan sebaik-baiknya. Dalam hubungan ini Indonesia bersama dengan negara-negara anggota Asean lainnya terus berusaha untuk mencari penyelesaian masalah Kampuchea itu dalam rangka melaksanakan Resolusiresolusi PBB. Yang kita inginkan tidak lain adalah agar rakyat Kampuchea dihormati kedaulatannya di negerinya sendiri dan dihormati haknya untuk menentukan pemerintahannya sendiri, tanpa tekanan dari luar karena hadirnya pasukan asing di negeri 27

28 nya. Kita juga mempunyai sikap dasar yang sama seperti itu terhadap masalah Afganistan, karena di sana juga rakyat Afganistan telah dipaksa untuk berjoang untuk melawan kekuatan asing yang bercokol di negeri yang dicintainya. Terhadap masalah Timur Tengah sikap kita sangat realistis dan berpijak pada asas kemerdekaan dan keadilan. Secara terus menerus dan konsekuen kita mendukung perjoangan bangsabangsa Arab untuk memperoleh kembali wilayahnya yang diduduki oleh Israel. Kita juga mendukung perjoangan rakyat Palestina untuk memperoleh kemerdekaan di Tanah Aimya sendiri, yang merupakan kunci penyelesaian kemelut Timur Tengah. Kita juga mendukung penuh dipulihkannya kedudukan kota suci Yerusalem. Sementara masalah Palestina belum terselesaikan, kita bertambah prihatin karena perang Iran-Irak yang telah dua tahun berlangsung belum juga mereda. Kita tidak hentihentinya menyerukan kepada sahabat-sahabat kita Iran dan Irak untuk dapat menyelesaikan sengketa mereka secara terhormat dengan semangat kekeluargaan Islam. Sebagai bangsa yang sejak lahir anti penjajahan dan menentang segala bentuk ketidakadilan, maka kita pun menuntut dihapuskannya apartheid dan diberikannya kemerdekaan terhadap wilayah Namibia. Saudara Ketua yang terhormat dan Sidang yang mulia; Dunia yang terasa tidak aman itu bertambah menggelisahkan dengan berkepanjangannya resesi ekonomi yang mengakibatkan kelesuan ekonomi di mana-mana. Keadaan ini telah mendatangkan kesulitan besar dalam skala global, yang menimpa negara maju sendiri dan lebih-lebih lagi memberatkan negara-negara yang sedang membangun seperti kita ini. Sebagai negara berkembang Indonesia terus berusaha dan berjoang untuk mengurangi akibat-akibat negatif dari keadaan ekonomi dunia yang tidak menguntungkan itu, khususnya bagi negara-negara berkembang, baik secara bilateral maupun melalui 28

29 berbagai forum dan kerjasama, antara lain melalui Dialog Utara- Selatan, melalui Kelompok 77 dan lain-lainnya. Dalam rangka usaha ini Indonesia bersama-sama dengan negara-negara lainnya terus berusaha dapatnya terselenggara negosiasi global yang diharapkan akan dapat membuka jalan ke arah kehidupan ekonomi dunia yang lebih adil dan menggairahkan. Di samping itu Indonesia juga mulai aktif mengembangkan kerjasama ekonomi dan kerjasama teknik di antara negara-negara berkembang. Dalam dunia yang penuh dengan berbagai pergolakan dan persoalan, dalam dunia yang diliputi oleh tarikan-tarikan kekuatan besar dunia, dalam perjoangan untuk membangun tatanan dunia yang lebih menjamin keadilan, maka Gerakan Non Blok dapat dan perlu memainkan peranan yang besar. Dalam rangka ini, maka penting sekali arti KTT Non Blok yang akan berlangsung di New Delhi dalam beberapa hari yang akan datang ini. Meskipun saya pribadi tidak akan dapat hadir pada konperensi yang penting itu, karena ada kewajiban-kewajiban konstitusional yang teramat penting di dalam negeri, Indonesia akan mengirimkan utusan yang kuat dan berbobot agar dapat memberikan sumbangan-sumbangan yang positif demi suksesnya konperensi Non Blok itu. Tidak lain harapan kita semua agar KTT Non Blok di New Delhi itu dapat memberi jawaban sejarah yang tepat bagi perbaikan dunia kita ini. Dalam pada itu hubungan diplomatik kita dengan Republik Rakyat Cina yang semenjak meletusnya pemberontakan PKI 17 tahun yang lalu kita bekukan sampai sekarang belum dapat dicairkan. Kita menilai penting peranan negara besar itu dalam percaturan dunia. Namun karena kita meletakkan keselamatan dan kepentingan nasional kita di atas kepentingan lainnya, maka selama RRC belum meyakinkan kita bahwa ia tidak akan membantu sisa-sisa Partai Komunis yang ada di negara-negara 29

30 Asia Tenggara, saya menganggap belum waktunya normalisasi hubungan diplomatik dengan RRC sekarang ini. Hal lain yang masih memerlukan perhatian dan penyelesaian dalam percaturan politik internasional adalah masih terbukanya kemungkinan dibicarakannya apa yang oleh orang luar dinamakan sebagai masalah Timor Timur di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bagi kita masalah Timor Timur telah rampung secara tuntas. Timor Timur telah menjadi propinsi dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Rakyat Timor Timur secara lahir batin telah bersatu dengan rakyat Indonesia. Rakyat Timor Timur dalam beberapa tahun telah membangun dirinya dan mencapai kemajuan yang jauh lebih besar dan lebih cepat dari apa yang dilakukan oleh Pemerintah penjajahan dahulu kepada mereka selama ratusan tahun. Melihat perkembangannya sampai sekarang, melihat makin banyaknya negara-negara lain yang dapat memahami secara obyektif hakekat masalah Timor Timur, maka kita berharap bahwa dengan usaha-usaha diplomasi yang lebih intensif, masalah ini secara internasional juga akan dapat terselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam pada itu kita merasa sangat bersyukur bahwa setelah melalui perjoangan yang sangat panjang dan rumit di forum internasional, akhirnya, dengan ditandatanganinya Konvensi Hukum Laut baru di Jamaica dalam bulan Desember tahun lalu, maka Wawasan Nusantara kita mendapat pengakuan internasional di bidang hukum laut. Hal ini membawa harapan baru dan sekaligus tantangan baru yang tidak ringan. Kita harus mengambil segala langkah untuk mengamankan, menggali dan memanfaatkan kekayaan laut yang bertambah sangat luas dengan diakuinya Wawasan Nusantara itu. Dalam rangka pengakuan terhadap Wawasan Nusantara ini saya perlu menyebut perjanjian antara Indonesia dengan Malaysia yang telah ditandatangani dalam bulan Februari tahun lalu, yang kemudian telah diratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan dituangkan ke dalam Undang undang Nomor 1 Tahun '83. Dalam perjanjian ini kapal-kapal dan pesawat terbang 30

31 Malaysia dapat melintasi perairan nusantara Indonesia yang menghubungkan Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Juga diakui hak-hak tradisional Malaysia yang telah ada di perairan nusantara kita, seperti hak perikanan tradisional dan hak untuk memasang kabel telekomunikasi dan pipa-pipa bawah laut. Sebaliknya Malaysia mengakui perairan antara Malaysia Barat dan Malaysia Timur, yang tadinya berstatus laut bebas, sebagai perairan nasional Indonesia yang sesuai pula dengan ketentuan konvensi hukum laut. Demikianlah Saudara Ketua yang terhormat, kita telah melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan penuh kehati-hatian dan kewaspadaan dengan tetap teguh pada arah yang kita tetapkan sendiri. Hal ini melapangkan jalan untuk menjalin hubungan persahabatan dan ketjasama dengan semua negara di dunia tanpa membedakan sistem politik-sosialnya yang akan memberikan manfaat bagi pembangunan nasional dan telah menaikkan pandangan dunia luar terhadap Indonesia. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Dengan berusaha sekuat tenaga untuk memantapkan stabilitas politik yang dinamis di dalam negeri dan dengan usaha yang terus menerus untuk memantapkan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia, kita telah melapangkan jalan bagi kelanjutan dan kelancaran pembangunan nasional. Selama Repelita III ini perkembangan ekonomi nasional tetap meningkat dan laju pembangunan tetap berlangsung. Kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi dan pembangunan itu tampak dari berbagai kenyataan dan petunjuk ekonomi yang ada. Sesuai dengan Trilogi Pembangunan yang digariskan dalam GBHN, maka dalam mengembangkan ekonomi dan menggerakkan pembangunan nasional selalu diusahakan agar kestabilan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang tetap mendorong kegairahan pembangunan secara keseluruhan. Untuk itu telah ditempuh 31

32 berbagai kebijaksanaan yang terpadu yang mencakup kebijaksanaan anggaran belanja negara yang seimbang, kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan perkreditan, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan harga, kebijaksanaan upah dan sebagainya. Dengan kebijaksanaan yang terpadu tadi maka selama lima tahun terakhir ini tingkat inflasi kita dapat terkendali, rata-rata sekitar 10% setahun. Keadaan ini relatif cukup baik, sebab inflasi memang melanda dunia selama lima tahun terakhir ini. Dengan stabilitas ekonomi yang cukup mantap itu, maka dalam keadaan dunia yang dilanda oleh kelesuan ekonomi yang berkepanjangan itu, kita masih tetap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita. Selama lima tahun terakhir ini kita mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 7% setahun, sedangkan dalam tahun terakhir Repelita III nanti meskipun tidak setinggi tahun-tahun yang lalu, diharapkan kita juga masih akan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi kita itu cukup membesarkan hati, lebih-lebih jika dibanding dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara industri maju yang selama lima tahun terakhir ini hanya kurang dari 2%, bahkan beberapa diantaranya malahan mengalami kemunduran. Pertumbuhan ekonomi yang kita capai itu adalah berkat kenaikan produksi di berbagai sektor yang penting, ialah pertanian, industri, pertambangan dan jasa jasa lainnya. Walaupun pada tahun '82 ini kita mengalami musim kemarau yang sangat kering dan sangat panjang, namun kita bersyukur bahwa produksi beras kita dalam tahun '82 itu masih dapat meningkat, berkat meningkatnya produksi beras rata-rata per hektar. Di tahun tahun sebelumnya hasil hasil pertanian kita, khususnya beras juga telah menunjukkan kemajuan-kemajuan besar. Selama lima tahun terakhir kita dapat menaikkan produksi beras dari tahun ke tahun, sehingga dalam tahun '82 yang lalu produksi beras kita sebanyak lebih dari 23 juta ton. Angka produksi beras itu jauh melampaui sasaran tahun terakhir Repelita III sebesar 20,5 juta ton yang malahan telah kita lampaui dalam 32

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PI DATO PERTANGGUNGJAWABAN

PI DATO PERTANGGUNGJAWABAN PI DATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1988 (PIDATO DAN LAMPIRAN)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015 SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE 70 17 AGUSTUS 2015 Assalamu'alaikum Waarahmatulahi Wabarakatuh, Salam-sejahtera dan damai bagi kita

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945 Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 -

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - - 2 - PETUNJUK-PETUNJUK PENGARAHAN BAGI DELEGASI REPUBLIK INDONESIA KE KONPERERSI TINGKAT TINGGI KEPALA-KEPALA NEGARA PEMERINTAHAN KE VII NEGARA-NEGARA NON-BLOK DI NEW DELHI, INDIA, TANGGAL 1-11 MARET

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1988

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1988 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1988 DEPARTEMEN PENERANGAN REPUBLIK INDONESIA 1988 Presiden Republik Indonesia Soeharto PRESIDEN

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA S O E H A R T O DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1978, (PIDATO DAN LAMPIRAN)

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA S O E H A R T O DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1978, (PIDATO DAN LAMPIRAN) PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA S O E H A R T O DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1978, (PIDATO DAN LAMPIRAN) DEPARTEMEN PENERANGAN RI Presiden Republik Indonesia Soeharto

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka persidangan Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York, dipandang perlu untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan

Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan Undang Undang No. 8 Tahun 1985 Tentang : Organisasi Kemasyarakatan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 8 TAHUN 1985 (8/1985) Tanggal : 17 JUNI 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/44; TLN NO. 3298 Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012

Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012 Sambutan Presiden RI pada Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY, Yogyakarta, 10 Oktober 2012 Rabu, 10 Oktober 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PELANTIKAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1985 Tentang ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyederhanaan dan pendayagunaan kehidupan politik,

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka persidangan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXXII di New York, yang akan

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009 Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, 05-10-09 Senin, 05 Oktober 2009 Â AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN TNI KE-64 DI MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1983 REPUBLIK INDONESIA

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1983 REPUBLIK INDONESIA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1983 REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesla Soeharto PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Saudara

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009 Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA) Sumber: LN 1975/32; TLN NO. 3062 Tentang: PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ------------ PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 JAKARTA, 2005 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/1983 TENTANG PELIMPAHAN TUGAS DAN WEWENANG KEPADA PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DALAM RANGKA PENSUKSESAN

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

B. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Indonesia

B. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Indonesia B. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Indonesia 1. Makna Persatuan dan Kesatuan Silahkan nyanyikan lagu wajib nasional Dari Sabang Sampai Merauke dan lagu Rayuan Pulau Kelapa secara bersama-sama di dalam

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN MUSYAWARAH NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 dalam satu naskah (Risalah Rapat Paripurna ke -5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pertahanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA EsA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1981 (PIDATO DAN LAMPIRAN)

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1981 (PIDATO DAN LAMPIRAN) PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 15 AGUSTUS 1981 (PIDATO DAN LAMPIRAN) DEPARTEMEN PENERANGAN RI 1981 Presiden Republik Indonesia Soeharto

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Menimbang : a. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/1998 TENTANG PEMBERIAN TUGAS DAN WEWENANG KHUSUS KEPADA PRESIDEN/ MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

Page 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN /99

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN /99 RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN 1994 95-1998 /99 BUKU I REPUBLIK INDONESIA E PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1994 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1978 TENTANG PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (EKAPRASETIA PANCAKARSA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1984 (PIDATO DAN LAMPIRAN)

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1984 (PIDATO DAN LAMPIRAN) PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1984 (PIDATO DAN LAMPIRAN) REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia Soeharto PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN

PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1993 DEPARTEMEN PENERANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undangundang Dasar. ***) (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Pres

Pasal 3 (1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undangundang Dasar. ***) (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Pres UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 1983 (1/1983) TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG REJIM HUKUM NEGARA NUSANTARA DAN HAK-HAK MALAYSIA DI LAUT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 (yang dipadukan dengan Perubahan I, II, III & IV) PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1969 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARTAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014

Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DHARMA SANTI NASIONAL PERAYAAN HARI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/1983 TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO SELAKU MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci