GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013"

Transkripsi

1 GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Oleh FITRI WAHYUNA NIM: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN 2013

2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, September 2013 Pembimbing (ZAINAL ABIDIN, M. Kes) MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH (NUZULUL RAHMI, S.ST)

3 PENGESAHAN PENGUJI Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, September 2013 Tanda Tangan Pembimbing : ZAINAL ABIDIN, M. Kes ( ) Penguji I : AGUSSALIM, SKM. M. Kes ( ) Penguji II : CUT ROSMAWAR, SST ( ) MENYETUJUI KETUA STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN (MARNIATI, M. Kes) (NUZULUL RAHMI, SST)

4 ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitri Wahyuna 1, Zainal Abidin 2 vi + 40 halaman : 6 tabel + 1 gambar + 9 lampiran Latar Belakang: Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan makanan ketika sedang menyusui Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan, sosial budaya dan status gizi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling. Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Hasil Penelitian : Hasil penelitian pada tanggal 24 sampai 27 Agustus 2013 menunjukkan bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 31 responden (56,4%), berdasarkan pengetahuan berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 36 responden (65,5%). Berdasarkan sosial budaya mayoritas pada kategori negative, yaitu sebanyak 34 responden (61,8%), berdasarkan status gizi mayoritas pada kategori gizi kurang, yaitu sebanyak 28 responden (50,9%). Kesimpulan: Dari 55 responden diperoleh hasil bahwa pola makan ibu menyusui berada pada kategori kurang. Diharapkan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. Kata kunci : pengetahuan, budaya dan gizi ibu. Sumber buku : 14 buku ( ) + 10 situs internet ( ) Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U`Budiyah

5 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`budiyah Banda Aceh. 3. Nuzulul Rahmi, S.ST selaku ketua prodi Diploma III kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`budiyah Sigli. 5. Bapak Zainal Abidin. M. Kes selaku pembimbing yang telah begitu banyak memberikan masukan yang sangat berarti bagi karya tulis ilmiah ini. 6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa.

6 7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amien Ya Rabbal `Alamin Sigli, Agustus 2013 Peneliti

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBARAN PERSETUJUAN... LEMBARAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 7 BAB BAB BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosial Budaya... 9 B. Pengetahuan C. Konsep Ibu Menyusui D. Kebutuhan Gizi E. Pola Makan Ibu Menyusui F. Kerangka Teoritis III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep B. Definisi Operasional IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Cara Pengumpulan Data E. Pengolahan dan Analisa Data DAFTAR PUSTAKA KUESIONER

8 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 31

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera (Burhan, 2012). Kesehatan merupakan hasil interaksi dari berbagai macam faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terbagi dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas (keturunan) (Notoatmodjo, 2007). Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Nomor 36 Pasal (1) Tahun 2009).

12 Pola makan (diet) ibu menyusui biasanya membutuhkan diet kalori tinggi, bergizi tinggi dan seimbang, yang harus sudah mulai disiapkan ibu sejak masa sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih banyak dibandingkan pada saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin produksi ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan kalori perharinya. Pada kondisi dimana seorang ibu memiliki bayi kembar, maka tambahan kalori tambahan kalori yang diperlukan akan jauh lebih banyak lagi (Informasitips.com, 2012). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi. Oleh sebab itu, untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI rata-rata mililiter perhari dan mengandung kalori kalori, 1,0 1,2 gram, dan lemak 2,5 3,5 gram setiap 100 mililiter. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu, dan harus digantikannya dengan suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan protein 25 gram sehari, di atas kebutuhan bila ibu tidak menyusui (Notoatmodjo, 2003). Dalam batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak. Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat di dalam ASI akan terpengaruh (Notoatmodjo, 2003). Makanan ibu menyusui tentunya sudah menjadi salah satu perhatian khusus bagi seorang ibu pasca kelahiran. Seorang ibu bisanya memiliki

13 peningkatan nafsu makan berlebihan setelah melahirkan, bahkan lebih dari nafsu makan seorang ibu hamil. Biasanya bila sehari seorang ibu menyusui bayi selama 6 kali, maka sebanyak itu pula seorang ibu akan merasa mudah lapar. Oleh karena itu pola makan serta kebutuhan gizi seorang ibu menyusui harus di atur sebijak mungkin. Pada masa 0 sampai 6 bulan menyusui, seorang ibu dengan berat badan sekitar 54 kg dan tinggi 156 cm serta memiliki kegiatan yang sedang akan memerlukan energi sebanyak kalori dan 64 gram zat protein, kemudian ketika masa menyusui memasuki 7 hingga 12 bulan kebutuhan tersebut akan berkurang menjadi kalori dan kebutuhan akan protein menjadi 60 gram. Selain kebutuhan akan kalori serta protein, zat-zat lain juga sangat dibutuhkan bagi seorang ibu yang masih menyusui, zat-zat seperti vitamin A, B, B-12, kalsium, zat besi dan kebutuhan gizi lainnya hendaknya dipenuhi dalam makanan ibu menyusui (Syakur, 2012). Menu makanan untuk ibu menyusui merupakan salah satu faktor yang sebaiknya diperhatikan terutama untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas ASI. Hal pertama yang perlu dilakukan oleh ibu yang sedang menyusui adalah mencari bahan pangan yang dapat membantu kualitas dan kuantitas ASI (Muaris, 2004). Selain pola makan yang seimbang ibu menyusui juga harus cermat dalam memilih bahan makanan yang dapat memperlancar produksi ASI. Ibu menyusui sebaiknya memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sayuran tertentu seperti daun katuk dapat memperlancar produksi ASI karena mengandung lactagogum. Daun katuk juga kaya betakarotein (provitamin A), vitamin C, zat

14 besi, fosfor dan kalsium yang penting bagi ibu menyusui. Penguasaan tentang menu-menu sehat tentu akan sangat berguna bagi ibu menyusui (Demedia, 2007). ASI diproduksi dengan cukup untuk pertumbuhan bayi, ibu harus makanan lebih banyak daripada yang dimakan secara rutin. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan ibu juga (Gupte, 2007). Untuk ibu-ibu yang menyusui bayinya, makanan yang dianjurkan atau di larang selama masa pemulihan juga berkaitan dengan bayinya. Makanan dingin atau beberapa jenis buah dan sayuran) di larang untuk dikonsumsi karena dipercaya dapat menyebabkan rasa mual, perut kejang hingga kolik pada bayi. Sedangkan jamu (obat-obatan herbal tradisional) yang disarankan untuk wanita yang baru melahirkan juga dapat terlalu panas untuk bayi (Syah, 2012). Untuk dapat hidup sehat, manusia perlu makan, tetapi tidak setiap jenis makanan yang tersedia tidak dengan sendirinya dipilih atau diperoleh untuk di makan, terutama untuk pola makan ibu hamil dan menyusui. Pemenuhan naturiahnya seperti rasa lapar, tetapi juga didalamnya dilekati oleh pengetahuan sosial budaya. Lewat pengetahuan sosial itu, masyarakat mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah, yaitu nutrient dan makanan (Syah, 2012). Berdasarkan data dari WHO tahun 2009 dikemukakan bahwa kebanyakan kasus di belahan dunia barat, khususnya Amerika Serikat, dari ibu yang menyusui bayi usia 0 10 bulan pertama, 783 orang diantaranya sangat menjaga asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal ini menunjukkan bahwa

15 kesadaran mereka terhadap pola makan yang benar dapat memberikan dampak yang besar bagi bayinya (WHO, 2009). Sementera itu Depkes RI tahun 2010 merilis data terbarunya bahwa ibu menyusui bayi usia 0 10 bulan pertama di Indonesia kurang menjaga pola makan, sebanyak 818 orang diantaranya dari ibu menyusui bahkan mempunyai pola makan yang buruk. Para ibu-ibu sangat menjaga pantangannya, bahkan ada diantara mereka yang mengkonsumsi makanan seperti biasanya, tidak seperti wanita menyusui yang harus makan ekstra (Depkes RI, 2010). Data yang peneliti dapat dari Dinas Kesehatan Pidie Jaya dari Bulan Agustus 2012 sampai dengan Bulan Januari tahun 2013, jumlah ibu menyusui yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sebanyak orang (Dinkes Pidie Jaya, 2013). Berdasarkan Buku Registrasi kunjungan berobat terdapat ibu menyusui di Puskesmas Jangka Buya dari Bulan Agustus 2012 sampai Januari 2013, didapatkan data sebanyak 105 orang ibu menyusui yang rutin berobat dan memeriksa kesehatannya. Pada umumnya ibu-ibu yang berobat tersebut masih menyusui, bahwa sebagian besar dari ibu menyusui yang berobat belum mengikuti secara benar tentang asupan gizi dan pola makan ibu menyusui. Hal ini disebabkan oleh faktor sosial budaya yang masih banyak terdapat pantangan makanan ketika ibu dalam masa menyusui (Puskesmas Jangka Buya, 2013). Kemudian dari hasil observasi awal di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya didapatkan dari Buku Register Penduduk Desa dengan

16 data penduduk sebanyak 1889 jiwa yang terdiri dari 906 laki-laki dan perempuan 983 jiwa, diantaranya sebanyak 55 orang ibu yang menyusui. Berdasarkan observasi pada ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya dengan menjumpai sebanyak 15 orang ibu menyusui untuk diwawancarai tentang pengetahuan pola makan ibu menyusui, yang merupakan asupan kebutuhan gizi ibu menyusui, peneliti mendapatkan informasi bahwa sebanyak 24 responden mengatakan bahwa pola makan masih belum teratur dan asupan gizi mengikuti pola makan biasa dengan mengkonsumsi makanan yang seadanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan pola makan ibu menyusui secara baik menurut kesehatan masih kurang. Hal ini disebabkan ibu menyusui dijumpai masih terlalu banyak pantangan makanan yang disebabkan oleh pengaruh faktor sosial budaya masyarakat setempat yang sangat ketat dalam hal pantangan makanan ketika sedang menyusui (Rully, 2011). Dari permasalahannya yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Sosial Budaya dengan Pola Makan Ibu Menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun B. Rumusan Masalah Berdasakan uraian di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut Bagaimanakah gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu

17 menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan pengetahuan. b. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan sosial budaya. c. Untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap pola makan ibu menyusui ditinjau berdasarkan status gizi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara mengelola pola makan selama menyusui. 2. Bagi Ibu Menyusui

18 Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain mengenai hal tersebut.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Makan Ibu Menyusui 1. Pengertian Pola Makan Ibu Menyusui Pola makan ibu menyusui merupakan suatu keteraturan jadual makan dan juga kualitas makanan dan porsinya. Dalam makanan yang berkualitas, tentu saja sangat dianjurkan mengandung suplemen bagi tubuh kita untuk bisa menjalankan tugas semua organ tanpa terkecuali. Jadi, tidak salah bila semenjak kecil kita sudah sering diingatkan akan pentingnya 4 sehat 5 sempurna (Syah, 2012). Pada masa menyusui, ibu harus tetap memperhatikan kondisi kesehatan dan kecukupan gizinya. Bayi usia 0 6 (masa ASI ekslusif) hanya akan mengandalkan ASI ibu sebagai makanan utamanya, sehingga ibu sangat perlu mempertahankan diet sehat dan menjamin pasukan nutrisi yang terbaik bagi bayinya. Ibu perlu selektif dan benar-benar memperhatikan pola makan yang dikonsumsi karena ibu tidak hanya makan untuk diri sendiri, melainkan juga untuk bayinya (Hartati, 2003). Pola makan (diet) ibu menyusui bayinya membutuhkan diet kalori tinggi, bergizi tinggi dan seimbang yang harus sudah dipersiapkan ibu sejak masa sebelum dan selama kehamilannya. Ibu menyusui perlu makan lebih banyak dibandingkan saat hamil. Dalam sehari, umumnya ibu menyusui akan memproduksi 800 ml ASI dan membakar 1000 kalori. Untuk menjamin

20 produksi ASI, ibu memerlukan makanan tinggi kalori dengan tambahan kalori perhari. Pada kondisi dimana ibu memiliki bayi kembar, maka tambahan kalori yang diperlukan akan lebih banyak lagi (Hartati, 2003). Asupan protein yang dibutuhkan selama menyusui yaitu kurang lebih 64 gram perhari yang bisa diperoleh dari ikan, daging, telur, tempe dan tahu. Selain itu, pada masa menyusui ibu perlu juga mengkonsumsi kalsium yang paling tidak mg, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan saat ibu tidak menyusui. Kebutuhan kalsium yang meningkat amat penting mengingat selama proses menyusui simpanan kalsium dalam tubuh akan berkurang 300 mg perhari (Hartati, 2003). Pengukuran status gizi ibu menyusui dapat diukur dengan menggunakan skala ukur (Hartati, 2003): a. Cukup : Bila ibu cukup mengkonsumsi makanan bergizi selama masa menyusui. b. Kurang : Bila ibu kurang mengkonsumsi makanan bergizi selama menyusui. 2. Makanan Dibutuhkan oleh Ibu Menyusui Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang mengandung dan menyusui sangatlah harus dipertimbangkan karena menyangkut gizi anak sebelum kahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik

21 semasa hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah (Winardo, 2012). Jenis-jenis makanan yang harus dipenuhi oleh ibu menyusui tentunya harus mengandung beberapa zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu menyusui antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003): a. Energi Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energy untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 1,13 x BMR bayi atau kira- kira sekitar 700 kkal/hari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari. b. Protein Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain: 1. Membangun sel-sel rusak 2. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon 3. Membentuk zat inti energi Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11g/hari.

22 c. Zat besi Zat besi: terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari. d. Lemak Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah: 1. Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori) 2. Sebagai pelarut vitamin: A, D, E, K 3. Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah. e. Karbohidrat Berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong dan sebagainya) yang merupakan makanan yang pokok. f. Vitamin

23 Vitamin-vitamin yang dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam air (Vitamin C dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). g. Mineral Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium (Na), dan Chlor (Cl), kalium (K) dan Iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Untuk lebih jelasnya mengetahui kebutuhan gizi ibu menyusui dapat dilihat pada tabel berikut ini (Winardo, 2012): Tabel 2.1 Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Tiamin (mg) + 0,3 + 0,3 Riboflavin (mg) + 0,4 + 0,3 Niasin (mg) Vitamin B-12 (µg) + 0,3 + 0,3

24 Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan Asam folat (µg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Magnesium (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (µg) Selenium (µg) Sumber : LIPI Untuk mengetahui berat badan, dapat ditentukan dengan IMT. Dengan indeks ini akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (Winardo, 2012): Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat Badan (Kg) IMT = Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1 25,0; dan untuk

25 perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang (Winardo, 2012). Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya. Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya. Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Berdasarkan standar Walanski, perkembangan ukuran lingkar lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran berikut (Surangga, 2013): a. Kurus : < 17

26 b. Normal : 18,5 25,0 c. Gemuk : 25,1 27,0 3. Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi oleh Ibu Menyusui Untuk mempertahankan pasokan air susu ibu yang cukup dan membantu bayi tumbuh dengan baik, Anda perlu mengonsumsi variasi makanan. Buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan ikan adalah makanan sehat yang mengandung vitamin dan mineral penting bagi pertumbuhan bayi (Astuti, 2010). Menyantap makanan sehat saat menyusui juga meningkatkan energi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh tak hanya untuk sang ibu, tapi juga bayi. Berikut makanan sehat yang bisa meningkatkan pasokan ASI (Astuti, 2010): a. Sayur-sayuran Sayuran adalah sumber besar vitamin dan mineral. Sayuran adalah sumber utama dari besi, serat, folat, beta-karoten, vitamin C, likopen, flavonoid dan beta-glukan. Mengonsumsi makanan kaya zat besi membantu mempertahankan tingkat energi Anda dan dapat mencegah anemia. b. Buah-buahan Buah bisa menjadi cemilan sehat untuk ibu menyusui. Buah yang sehat adalah buah segar yang bisa dikonsumsi sebagai makanan ringan atau selingan sebelum dan sesudah makan berat. Banyak buah mengandung vitamin A, B, K dan C.

27 Vitamin C diperlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuh untuk Anda dan bayi. Hal ini juga membantu tubuh menyerap zat besi. Blackberry, blueberry, boysenberries dan stroberi mengandung antioksidan dan serat dalam jumlah tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus. Anda perlu makan 3-5 porsi buah setiap hari. Salah satu buah-buahan yang baik dikonsumsi oleh ibu menyusui adalah jeruk, buah ini makanan tepat untuk meningkatkan energi bagi ibu baru. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin C daripada wanita hamil, jeruk dan buah jeruk lainnya adalah makanan yang sangat baik untuki dikonsumsi. Tidak ada waktu untuk sekadap makan camilan? Pilih saja jeruk atau jus jeruk yang kaya manfaat vitamin C. Anda bahkan dapat memilih varietas yang diperkaya kalsium untuk mendapatkan bahkan lebih banyak manfaat dari minuman Anda. c. Gandum Seluruh butir gandum utuh mengandung gizi berlimpah. Seluruh butir gandum sehat adalah sumber vitamin B dan E, selenium, kalium, folat, protein dan zat besi. Seluruh butir utuh gandum lebih sehat daripada butiran halus karena mengandung nutrisi paling banyak dan serat alami, sementara butiran halus gizinya bisa hilang saat proses penggilingan. Gamdum utuh bisa diperoleh dari oatmeal, roti gandum, quinoa, bulgar, beras merah, dan barley. d. Kacang-kacangan

28 Kacang mengandung protein yang baik. Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak yang baik dan sehat untuk diet. Protein penting karena menghasilkan dan memperbaiki sel-sel penting dalam tubuh. Kacang-kacangan juga mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Kalsium yang cukup diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi yang kuat. Kacang Sehat untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan pistachio. e. Ikan Ikan merupakan sumber protein hewani yang baik, ikan mengandung asam lemak omega-3 yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, menurut Environmental Protection Agency (EPA), AS, ibu menyusui tidak disarankan mengonsumsi ikan hiu, ikan todak, makarel Raja, atau ikan ubin karena tingkat tinggi merkuri. Ikan lain umumnya aman dikonsumsi sampai 12 ons seminggu. Ikan yang mengandung rendah-merkuri termasuk, salmon dan ikan patin. f. Susu Produk susu adalah bagian penting dari kebanyakan makanan ibu menyusui. Selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D, produk susu adalah salah satu sumber terbaik kalsium. Jika Anda menyusui, ASI akan cukup mengandung kalsium bagi bayi untuk mengembangkan tulang, sehingga penting bagi Anda untuk makan cukup kalsium untuk

29 memenuhi kebutuhan Anda sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya adalah untuk menyertakan setidaknya tiga porsi susu setiap hari sebagai bagian dari rencana makanan ibu menyusui. g. Daging sapi Bila mencari makanan untuk meningkatkan energi sebagai ibu baru, carilah makanan yang kaya zat besi seperti daging sapi rendah lemak. Kekurangan zat besi dapat menghabiskan tingkat energi, sehingga sulit bagi Anda untuk mengikuti tuntutan bayi yang baru lahir. Juga, ketika sedang menyusui, perlu untuk makan tambahan protein dan vitamin B-12. Daging sapi rendah lemak merupakan sumber yang sangat baik bagi kedua nutrisi tersebut. h. Kacang-kacangan Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang hitam dan kacang polong, adalah makanan yang sangat dianjurkan bagi ibu menyusui, terutama untuk vegetarian. Tidak hanya mereka kaya zat besi, makanan itu juga terjangkau, berkualitas tinggi, mengandung protein nabati. i. Beras merah Jika Anda mencoba untuk menurunkan berat badan, Anda mungkin akan tergoda untuk secara drastis mengurangi asupan karbohidrat. Tetapi kehilangan berat badan terlalu cepat dapat menyebabkan Anda untuk menghasilkan lebih sedikit susu untuk bayi dan

30 membuat Anda merasa lesu dan lamban. Lebih baik untuk menggabungkan sehat, karbohidrat dari biji-bijian utuh seperti beras merah dalam daftar makanan untuk menjaga tingkat energi Anda tetap tinggi. Makanan seperti beras merah memberikan tubuh kalori yang dibutuhkan untuk menghasilkan susu kualitas terbaik untuk bayi. j. Telur Kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber-sumber alami vitamin D, gizi yang penting untuk menjaga tulang kuat dan membantu tulang bayi Anda tumbuh. Selain itu, telur merupakan cara yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan protein harian Anda. Cobalah konsumsi telur untuk sarapan, telur rebus pada saat makan siang bersama salad. Sebagai bagian dari rencana makanan ibu menyusui, Anda mungkin memilih telur yang diperkaya DHA untuk meningkatkan tingkat asam lemak esensial ini dalam ASI. k. Air Air merupakan unsur yang penting dalam sistem metabolisme tubuh, kekurangan mengkonsumsi air akan mengakibatkan dehidrasi. Bagi ibu yang baru menyusui ini hal ini sangat berisiko. Untuk menjaga tingkat energi dan produksi ASI meningkat, pastikan minum setidaknya delapan gelas cairan setiap hari. Anda dapat memvariasikan pilihan dan memenuhi beberapa persyaratan cairan Anda dengan minum jus dan susu, tapi hati-hati ketika ingin minuman berkafein seperti kopi dan teh. Jaga asupan kafein tetap rendah, atau beralih ke jenis tanpa kafein. Mengapa?

31 Kafein memasuki ASI dan dapat menjadi terkonsentrasi di tubuh bayi saat dia minum ASI. (berbagai sumber). 4. Makanan yang Harus Dihindari Oleh Ibu Menyusui Beberapa makanan tertentu akan dapat membuat produksi ASI ibu menjadi tidak optimal (jumlah berkurang), atau gizinya menjadi tidak optimal (kualitas berkurang) dan bahkan menjadi berbahaya bagi bayi. Perlu diketahui bahwa pada bayi, makanan yang dikonsumsi oleh Ibu akan terkonsumsi juga oleh bayi melalui ASI, karenanya apa yang dimakan ibu maka itulah yang bayi makan. Jadi jika ada makanan yang berbahaya untuk bayi terkonsumsi oleh Ibu, maka dapat buruk akibatnya. Berikut ini beberapa contoh makanan yang berbahaya dan harus dihindari oleh ibu menyusui (Yuliarti, 2010); a. Kopi dan Teh Makanan yang cukup berbahaya dan perlu untuk dihindari selama Ibu dalam masa menyusui adalah makanan dan minuman yang mengandung Kafein. Hal ini dikarenakan kafein pada ibu menyusui tidak akan terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI yang dihasilkan. Pada akhirnya, ASI yang dihasilkan akan mengandung kafein dan tertelan oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan sulit tidur, dikarenakan mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari dalam tubuh sebaik orang dewasa. b. Coklat

32 Coklat merupakan makanan yang disukai oleh kebanyakan ibu menyusui, tetapi yang perlu diketahui bahwa coklat dapat berbahaya bagi bayi yang sedang dalam masa menyusui. Hal ini diakibatkan karena coklat mengandung kafein yang cukup tinggi, yaitu antara 5-35 mg dalam setiap 30gram coklat. Hal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, akan dapat membuat bayi sulit tidur. c. Makanan Yang Pedas Makanan yang pedas merupakan salah satu makanan lainnya yang perlu untuk dihindari oleh Ibu yang sedang menyusui. Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada di dalam makanan tersebut, sedikit banyak akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, dan akan membuat perut anak menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat mengakibatkan diare. d. Overdosis Vitamin C Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak perlu diragukan lagi. Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu banyak, karena vitamin C cenderung bersifat asam. Vitamin C yang terbawa terlalu banyak di dalam ASI pada akhirnya akan dapat membuat perut bayi menjadi perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi terkena iritasi. Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka akan dibuang melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak akan berbahaya.

33 Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem pencernaan mereka belum bekerja dengan baik sehingga kelebihan vitamin C akan tersimpan lama di dalam tubuh dan menimbulkan efek negatif. Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir berefek negatif untuk bayi. e. Lemak Jenuh & Lemak Trans Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans akan dapat berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal itu dikarenakan lemak jenuh dan lemak trans (trans fat) terbukti menghambat produksi omega 3, yang sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan yang memakai minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu, hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya. f. Alkohol & Nikotin Makananyang perlu untuk Anda hindari adalah makanan yang mengandung alkohol/memabukkan dan juga nikotin. Mengapa demikian? Sebab, seperti dijelaskan pada beberapa poin sebelumnya, alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan terkonsumsi oleh bayi. Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras) dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat

34 bayi pusing, lemah, sulit bangun dan juga produksi ASI pun akan berkurang. Demikian beberapa jenis makanan yang perlu untuk Anda hindari selama masa menyusui. Sayangi bayi kita, hindarkan mereka dari berbagai zat yang berbahaya untuk tubuh mereka. 5. Makanan-makanan yang Mempengaruhi ASI Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Sumarah, 2009). Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur (Oetami, 2009). Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika

35 pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan. Bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI (Oetami, 2009). B. Sosial Budaya 1. Pengertian Sosial Budaya Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan seharihari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Wikipedia, net). Sosial budaya adalah suatu sistem yang memungkinkan manusia mengungkapkan segala hasil karya yang diciptakan sebagai keseluruhan hasil dan tanggapan pancainderanya (budaya) yang diperoleh dan diwujudkan sebagai hasil dari hubungan antara manusia dalam kehidupan masyarakat (sosial) (Salim, 2000). Pengukuran sosial budaya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Qahar, 2012):

36 a. Positif bila jawaban responden benar 50% b. Negatif bila jawaban responden benar < 50%. C. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau di baca sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau di baca, termasuk rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar suatu objek yang telah di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang-orang yang telah paham objek atau materi harus

37 dapat menjelaskan atau menyebutkan contoh, menyempurnakan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi yang dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan suatu hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi lain. 4. Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis ) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran pengetahuan dibagi atas tiga kategori, yaitu: a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%.

38 b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%. c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%. D. Konsep Ibu Menyusui 1. Pengertian Ibu Menyusui Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita baik yang sudah bersuami maupun belum, menyusui adalah memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menyusui adalah cara yang alami dan normal untuk memberikan nutrisi pada bayi dan batita, dan ASI adalah susu yang dibuat khusus untuk bayi manusia. Mengawali dengan benar membantu untuk memastikan bahwa menyusui merupakan pengalaman yang menyenangkan untuk ibu dan bayi. Menyusui seharusnya mudah dan tidak sulit bagi kebanyakan ibu (Qahar, 2012). Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui banyinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Oetami, 2009).

39 E. Kebutuhan Gizi Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya, maka memerlukan energi yang bisa di ukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh lainnya. Energi diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kenderaan agar dapt tetap berjalan (Gupte, 2007). Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas seseorang. Sebagai contoh, laki-laki dewasa (20 59) tahun dengan berat badan 62 Kg, tinggi 165 cm dan aktivitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktivitas sedang membutuhkan energi 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktivitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori (Gupte, 2007). Berikut ini contoh menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori: Tabel 2.2 Menu dengan energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori Ukuran Rumah Tangga Untuk Waktu Jenis Hidangan 2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori Pagi Nasi 2 sendok nasi 2 sendok nasi 1 sendok nasi Daging bumbu semur 1 potong 1 potong ½ potong Tumis kacang panjang + ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok tauge Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas 1 gelas

40 Ukuran Rumah Tangga Untuk Waktu Jenis Hidangan 2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori Siang Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi 1½ sendok nasi Ikan goreng 1 potong 1 potong 1 potong Tempe bacem 2 potong 1 potong 1 potong Lalap ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok 1 mangkok Sambal tomat 1 sendok makan 1 sendok makan 1 sendok makan Nenas 1 potong 1 potong 1 potong Buah potong Malam Nasi 3 sendok makan 2 sendok makan 1½ sendok makan Pepes ayam 1 potong 1 potong 1 potong Tahu balado 1 potong 1 potong 1 potong Sayur bening bayam + 1 mangkok 1 mangkok 1 angkok jagung muda Pepaya 1 potong 1 potong 1 potong Keterangan : untuk ukuran rumah tangga nasi digunakan sendok nasi (centong), F. Kerangka Teoritis bukan sendok makan Pengetahuan - (Notoatmodjo, Wikipedia, 2003 Sosial Budaya - Qahar, Salim, Wikipedia, 2012 Pola makan ibu menyusui Status Gizi - Surangga, Hartati, 2003

41 A. Kerangka Konsep BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, Wikipedia, 2013), sosial budaya (Qahar, 2012, Salim, 2000, dan Wikipedia, 2012) dan Status Gizi (Surangga, 2013, dan Hartati, 2003). Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di bawah ini: Independent Dependent Pengetahuan Sosial Budaya Status Gizi Pola makan ibu menyusui Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

42 B. Definisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat Penelitian Operasional ukur Cara Ukur Variabel Dependent 1. Pola Kuesioner makan ibu menyusui Segala sesuatu yang berhubungan dengan faktor sosial budaya serta tingkah laku ibu menyusui dalam memenuhi kebutuhan akan makanan. Menyebarka n kuesioner dengan kriteria, -Cukup:bila ibu makan 3 kali. -Kurang:Bila ibu makan < 3 kali. Hasil Ukur -Cukup -Kurang Skala Ukur 0rdinal Variabel Independent 2. Pengetahu -an Pemahaman ibu menyusui tentang pola makan ibu menyusui. Kuesioner Menyebarka n kuesioner dengan kriteria, -Tinggi : Jika responden menjawab benar 76% - 100% - Sedang: Jika responden menjawab benar 56% - 75% - Rendah: jika responden menjawab benar <56%. - Tinggi - Sedang - Rendah Ordinal

43 Variabel No Penelitian 3 Sosial budaya Definisi Operasional Kebiasaan ibu menyusui dalam pemenuhan konsumsi makanan. 4 Status gizi Asupan makanan yang dikunsomsi ibu menyusui selama masa menyusuinya. Alat ukur Kuesioner Meteran Cara Ukur Menyebarka n kuesioner dengan kriteria: - Positif:bila jawaban benar 50% - Negatif: Bila jawaban benar 50% Mengukur lingkar lengan atas (LILA), Dengan kriteria hasil: - Kurus : < 17 - Normal : 18,5 25,0 - Gemuk : 25,1 27,0 Hasil Ukur -Positif -Negatif - Kurus - Normal - Gemuk Skala Ukur Ordinal Ordinal C. Cara Pengukuran Variabel Untuk mempermudah melakukan penelitian, maka diperlukan suatu cara pengukuran variabel, yaitu sebagai berikut: 1. Sosial budaya dibagi dalam dua kategori, yaitu (Qahar, 2012) a. Cukup :bila ibu makan 3 kali. b. Kurang :bila ibu makan < 3 kali. 2. Pengetahuan di bagi dalam tiga kategori, yaitu (Notoatmodjo, 2003) a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100%. b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75%. c. Rendah : Jika responden menjawab benar < 56%.

44 3. Status gizi di bagi dalam dua kategori, yaitu (Surangga, 2013) normal: a. Kurus : < 17 b. Normal : 18,5 25,0 c. Gemuk : 25,1 27,0

45 BAB IV METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu penelitian mempelajari hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan cara mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian ini dilakukan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 2. Waktu Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Agustus C. PopulasidanSampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui (0 24 bulan) di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 55 orang.

46 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai anak berumur 0 24 bulan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya, metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling, sehingga didapatkan sampel 55 ibu menyusui. D. Cara Pengumpulan Data 1. TeknikPengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data Primer dan data sekunder.data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyediakan kuesioner, setelah di isi dan dikumpulkan kembali untuk kemudian di koreksi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari puskesmas. 2. InstrumenPenelitian Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket yang di isi oleh responden yang berisi 20 pertanyaan, yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pola makan ibu menyusui dalam bentuk angket, 5 pertanyaan tentang pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda, dan 5 tentang sosial budaya dalam bentuk angket. Bila menjawab pertanyaan dengan benar diberi score 1 dan bila menjawab salah diberi score 0.

47 E. Pengolahan Data dananalisa Data 1. Pengolahan Data Data yang sudah dikumpulkan kemudian di olah melalui tahap sebagai berikut: a. Editing Adalah mengoreksi kesalahan kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data, langkah ini bertujuan agar data yang di peroleh dapat diolah dengan baik untuk mendapatkan informasi yang cepat. b. Coding Adalah mengklasifikasikan jawaban jawaban yang ada menurut macamnya. Klasifikasi di lakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode-kode tertentu. c. Tabulating Adalah mentabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau memindahkan data dari kartu kode sesuai dengan kelompok data dalam satu tabel. Pada akhirnya dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang (Budiarto, 2002). 2. Analisa Data Analisa data dilakukan untuk masing-masing variabel yaitu dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus Budiarto (2002).

48 Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi teramati n = Jumlah responden yang menjadi sampel

49 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Kemukiman Jangka Buya merupakan salah satu kemukiman yang terletak di Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya dengan luas wilayah m 2. Kemukiman Jangka Buya terdiri enam desa yaitu; Kiran Dayah, Megit, Kiran Baroh, Kiran Krueng, Mns. Raya, Mns. Lueng. Adapun wilayah Kemukiman Jangka Buya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Mns. Raya dan Mns. Lueng b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kiran Dayah dan Meugit c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kiran Baroh d. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kiran Krueng. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan 27 Agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang telah menjadi target penelitian yang berjumlah 55 responden, maka dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut ini:

50 1. Analisa Univariat a. Pola Makan Ibu Menyusui Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pola Makan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pola Makan Frekuensi Persentase 1 Cukup Kurang Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas ibu menyusui berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 49 responden (89,1%) b. Pengetahuan Ibu Menyusui Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pengetahuan Frekuensi Persentase 1 Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pengetahuan ibu menyusui berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 33 responden (60%). c. Sosial Budaya

51 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Sosial Budaya Frekuensi Persentase 1 Positif Negatif Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.3 diatas terlihat bahwa mayoritas sosial budaya ibu menyusui mayoritas berada pada kategori negatif, yaitu sebanyak 33 responden (60%). d. Status Gizi Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gizi Ibu Menyusui di kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Status Gizi Frekuensi Persentase 1 Kurus Normal 15 27,2 3 Gemuk Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013 Berdasarkan tabel 5.4 diatas terlihat bahwa mayoritas status gizi ibu menyusui berada pada kategori status gizi kurus, yaitu sebanyak 31 responden (56,4%). 2. Analisa Bivariat

52 a. Pola makan Berdasarkan pengetahuan Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Pengetahuan di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 No Pengetahuan Pola Makan Jumlah Cukup Kurang f % f % f % 1 Tinggi Sedang Rendah Total Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%). b. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013 No Sosial Budaya Pola Makan Jumlah Cukup Kurang f % f % f % 1 Positif Negatif Jumlah Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden

53 (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%). 3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pola Makan Ibu Menyusui dengan Sosial Budaya di Kemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Tahun 2013 Pola Makan Status Gizi Cukup Kurang F % No F % F % 1 Kurus Normal Gemuk Jumlah Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%). D. Pembahasan 1. Pola makan Berdasarkan pengetahuan Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%).

54 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa pengetahuan tentang pola makan ibu menyusui di Desa Plakan Cibrek dominan berada pada tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 5 responden (41,67%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan responden dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, responden yang berpengetahuan tinggi, secara otomatis akan mempunyai kesadaran untuk mengkonsumsi makanan dalam porsi yang lebih, sehingga pola makannya cukup. 2. Pola makan Berdasarkan Sosial Budaya Berdasarkan tabel 5.5 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%).

55 Sosial budaya adalah suatu system pengetahuan yang memiliki ide dan gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia sehingga dalam kehidupan seharihari itu bersifat abstrak. Perwujudan sosial budaya yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola fikir, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Wikipedia, net). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa mayoritas pola makan ibu menyusui berdasarkan sosial budaya berada pada kategori mendukung, yaitu sebanyak 13 responden (56%) Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan responden dipengaruhi oleh sosial budaya yang dimiliki, responden yang memiliki sosial budaya yang positif, tentunya memiliki pola makan yang cukup. 3. Pola makan Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%).

56 Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan (Wikipedia, 2013). Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nurhafni (2012) tentang gambaran pola makan ibu menyusui di Desa Peulakan Cibrek Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya diperoleh hasil bahwa responden yang berpengetahuan tinggi berada pada kategori pendidikan pola makan cukup, yaitu sebanyak 2 responden (40,0%) dan yang berpengetahuan rendah juga mayoritas pada pola makan cukup, yaitu sebanyak 3 responden (75,00%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pola makan ibu tidak serta merta mempengaruhi status gizi ibu, ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor yang mengakibatkan status gizi ibu menjadi terganggu, misalnya faktor ibu mengidap suatu penyakit tertentu.

57 BAB VI PENUTUP Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Berdasarkan pola makan dapat dilihat bahwa responden yang pola makan cukup mayoritas berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 11 responden (91,7%), dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berpengetahuan rendah, yaitu sebanyak 4 responden (12,1%). 2. Berdasarkan sosial budaya dapat dilihat bahwa responden yang berpola makan cukup mayoritas bersosial budaya negatif, yaitu sebanyak 18 responden (81,8%), dan responden yang berpola makan kurang, mayoritas berada pada kategori sosial budaya positif, yaitu sebanyak 4 responden (18,2%). 3. Berdasarkan status gizi dapat di lihat bahwa responden yang berpola makan cukup semuanya berstatus gizi gemuk, yaitu sebanyak 9 responden (100%) dan responden yang berpola makan kurang mayoritas berkategori gizi normal, yaitu sebanyak 3 responden (20%).

58 B. Saran-saran 1. Bagi Dinas Kesehatan Dinas kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu menyusui tentang bagaimana cara mengelola pola makan selama menyusui. 2. Bagi Ibu Menyusui Memberikan masukan kepada ibu menyusui untuk dapat memenuhi pola makannya, sehingga nutrisinya terpenuhi, dan turut mempertimbangkan unsur budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa ibu menyusui harus banyak pantangan, terutama makanan-makanan yang mempengaruhi kualitas ASInya dan pada akhirnya turut memberikan pengaruh kepada fisik bayinya. 3. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis tentang gambaran sosial budaya dengan pola makan ibu menyusui di pemukiman Jangka Buya Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain mengenai hal tersebut.

59 DAFTAR PUSTAKA Astuti, Luthfi Dwi Puji Makanan Sehat untuk Ibu Menyusui. [Online] dari: (Diakses 5 Februari 2013) Budiarto, 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC: Jakarta. Burhan, Hariati Tujuan Indonesia Sehat. [Online] dari: (Diakses 5 Februari 2013). Demedia Menu Sehat untuk Ibu Menyusui. Graha Medika: Jakarta Gupte, Juan Kebutuhan Ibu dalam Masa Menyusui. Gramedia: Jakarta Hartati, 2003, Psikologi Perkembangan, Arca Medica: Jakarta Informasitips.com Nutrisi dan Pola Makan yang Benar saat Menyusui. [Online] dari: (Diakses 5 Februari 2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: Jakarta Muaris, Hindah Untuk Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta Oetami, Roesli Mengenal Asi Eksklusif. Jhonson-Jhonson: Jakarta Puskesmas Jangka Buya, 2013, Data Pola Makan ibu Menyusui Qahar, Kajian Budaya. [Online] dari: (Diakses 4 Februari 2013). Suparyanto Konsep Ibu Menyusui. [Online] dari: (Diaskes 5 Februari 2013) Salim, Emil Kembali Ke Jalan Lurus. Alvabeth: Jakarta

60 Sumarah Makanan yang baik di Konsumsi Ibu Menyusui. Gramedia: Jakarta Syah, Pola Makan Ibu Menyusui Usia 0 1 Tahun. [Online] dari: (Diakses 4 Februari 2013). Syakur Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui. [Online] dari: http. (Diakses 2 Februari 2013). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan WHO, 2019, Pola Makan Ibu Menyusui; dari: (diakses pada tanggal 12 Juli 2012) Wikipedia Budaya. [Online] dari: (Diakses 5 Februari 2013). Winardo, IMT. Dari: http.winardo@wordpress.html (Diakses 5 Februari 2013) Yuliarti, Nurheti Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Andi Offset: Jakarta

61 YAYASAN PENDIDIKAN U`BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) U`BUDIYAH BANDA ACEH JalanALue Naga Tibang Banda Aceh Telp. (0653) BANDA ACEH ANGKET RESPONDEN GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN Data Responden Nomor Responden : Tanggal Penelitian : I. Status gizi bayi a. Umur bayi : bulan b. Berat badan bayi : kg c. Tinggi badan bayi : cm d. Status gizi : (Di isi oleh peneliti) Petunjuk pengisian Buatlah tanda checklist ( ) pada kolom sebelah kanan yang tersedia menurut apa yang ibu alami dan rasakan dengan sebenarnya. 2. PolaMakanIbuMenyusui No Pernyataan Ya Tidak 1 Porsi makan ibu selama menyusui lebih banyak dari sebelum menyusui. 2 Selama menyusui ibu mengkonsumsi susu, kacangkacangan, dan telur. 3 Selama menyusui ibu makan tempe, tahu, daging dan ikan sebagai sumber protein. 4 Sebagai pengganti nasi, ibu mengkonsumsi jagung, ubi jalar, dan ubi rebus.

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitri Wahyuna 1, Zainal Abidin 2

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan Berikan Makan Lebih Banyak Selagi Bayi Tumbuh HalHal Yang Perlu Diingat Mulai beri makan di usia Usia antara 6 bulan sampai 2 tahun, seorang anak perlu terus disusui. Bila Anda tidak menyusui, beri makan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin.

IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. Jus Sehat Untuk IBU HAMIL Resep jus buah & sayur pilihan untuk kesehatan bumil dan janin. A Publication of Nutrisi penting dalam segelas jus sehat Kesehatan janin pada masa kehamilan sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Banyak yang bilang bahwa penggunaan obat herbal diabetes jauh lebih aman daripada penggunaan obat kimia Menanggapi kutipan yang tertera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

Written by Dr. Brotosari Saturday, 19 September :24 - Last Updated Sunday, 06 August :16

Written by Dr. Brotosari Saturday, 19 September :24 - Last Updated Sunday, 06 August :16 Anda termasuk golongan yang nduttt dan gampang lapar? Coba yang berikut ini: 1. Air Putih Minumlah air putih sebanyak-banyaknya sebelum makan, karena air adalah penekan lapar alami. Air putih dapat mempercepat

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL MARNI BR. KARO PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak Apa itu Nutrisi???? Defenisi Nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan Setiap anak mempunyai

Lebih terperinci

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si Siapa Bayi dan Balita Usia 0 12 bulan Belum dapat mengurus dirinya sendiri Masa pertumbuhan cepat Rentan terhadap penyakit dan cuaca Pada

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

NURJANNAH NIM

NURJANNAH NIM FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ksep Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Informed Consent Persetujuan menjadi Responden Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama Saya Laila Suciati mahasiswi S1 eks 2006 Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Menyusui Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah suatu insting. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan analitik cross sectional yang diarahkan untuk mengetahui hubungan pola makan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

Seberapa banyak zat besi yang dibutuhkan anak?

Seberapa banyak zat besi yang dibutuhkan anak? Pernahkan anda bertanya-tanya kenapa banyak cereal dan susu formula bayi mengandung banyak zat besi? Zat besi adalah gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin, yaitu bagian dari sel darah merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar

Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar 1 Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar Dan Bukalah Pikiran Anda Hal pertama yang harus anda lakukan adalah melupakan segalal sesuatu tentang diet, rendah kalori, rendah lemak ( dan segala sesuatu yang berhubungan

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) dr. Maria Ulfa, MMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci