PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK (PHA) DALAM PEMILIHAN LOKASI UNTUK RELOKASI BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG KALIMANTAN BARAT
|
|
- Surya Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK (PHA) DALAM PEMILIHAN LOKASI UNTUK RELOKASI BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG KALIMANTAN BARAT Rudi S. Suyono 1) Abstract Kabupaten Ketapang has an airport that named the Rahadi Oesman Airport. This airport owning location situation which less profit for the development of service activities of air transportation in the future because its location residing in midst of Kabupaten Ketapang and also located reside in the nearby resident settlement. This condition generates the serious problem like noise resulted from aircraft sound whether in its takeoff or landing position that can endanger the resident near the airport location. Therefore it is required to be conducted a study to chosen the other; dissimilar location for the relocation of the airport. This study identify the criterion used in choosing the optimal airport location pursuant to technical aspect, aspect of operational and safety operate for the air transport environmental aspect and. In this study is selected three alternative locations that planned the new airport location, the locations are Desa Tempurukan, Desa Suka Bangun, and Desa Pesaguan. The survey conducted with the respondent amount as much 200 people. Analyze for the decision making of to use the method Process The Analytic Hierarchy (PHA), that is an model capable to coordinate entire problem of decision making to chosen one most optimal location. This assessment done by comparing a number of combinations from element exists in each hierarchy level. Assessment conducted by comparing component of pursuant to assessment scale. From result analyst obtained by pursuant to obtained technical criterion of most optimal alternative location is Desa Tempurukan with the percentage is equal to 35%, Desa Suka Bangun equal to 34% and Desa Pesagunan equal to 30%. Pursuant to criterion of operational and safety operate for the air transport obtained a most optimal alternative location is Desa Tempurukan with the percentage equal to 42%, Desa Suka Bangun equal to 38% and Desa Pesaguan equal to 20%. While pursuant to obtained environmental criterion of most optimal alternative location is Desa Tempurukan with the percentage equal to 58%, Desa Pesaguan equal to 25% and Desa Suka Bangun equal to 17%. So that the conclusion from the result got one most optimal new Ketapang Airport location is Desa Tempurukan. Keywords: AHP, airport location, multi criterion analysis 1. PENDAHULUAN Kabupaten Ketapang saat ini memiliki satu Bandar Udara yaitu Bandar Udara Rahadi Oesman yang terletak di Kota Ketapang. Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten yang daerahnya mulai berkembang, ini dibuktikan bahwa pada saat ini Kabupaten Ketapang telah dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, sehingga keinginan setiap pemerintahan daerah untuk memajukan daerahnya semakin besar. Seperti halnya kebutuhan masyarakat akan transportasi udara saat ini yang menyebabkan sema- 1) Staf pengajar dan peneliti Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. rudi.sugiono@gmail.com 15
2 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 kin meningkatnya kebutuhan akan angkutan udara setiap tahunnya maka Bandar Udara Rahadi Oesman diharapkan harus mampu melayani penumpang yang datang maupun pergi di Kabupaten Ketapang, dan juga lebih dapat meningkatan kualitas, kuantitas dan kapasitas pesawat. Keunggulan menggunakan pesawat terbang adalah efisiensi waktu perjalanan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat bila dibandingkan dengan transportasi darat, transportasi laut dan sungai. Untuk pelayanan jasa angkutan udara melalui Bandar Udara Rahadi Oesman yaitu dengan menggunakan pesawat Cassa dan ATR-42 dengan 3 kali penerbangan untuk rute penerbangan Pontianak Ketapang memerlukan waktu tempuh penerbangan ± 55 menit sedangkan untuk rute penerbangan Ketapang Pangkalan Bun Semarang/Surabaya hanya memerlukan waktu tempuh penerbangan ± 40 menit (dari penerbangan Pangkalan Bun) dengan pesawat Cassa setiap hari kecuali hari minggu (1 kali penerbangan). Jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi laut untuk rute Pontianak Ketapang yang memerlukan waktu tempuh selama ± 6 jam dengan menggunakan kapal cepat (Exspress) setiap hari, dan untuk rute Semarang Ketapang memerlukan waktu selama ± 24 jam dengan menggunakan kapal Pelni (KM. RORO) dua Minggu sekali. Dengan adanya kondisi seperti ini, tentunya efisien waktu lebih tinggi diberikan oleh transportasi udara melalui pesawat terbang dari pada melalui sarana transportasi laut. Lokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang memiliki letak lokasi yang kurang menguntungkan untuk pengembangan pelayanan jasa transportasi udara di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan lokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang berada di tengah-tengah kawasan kota Ketapang yang berada di dekat pemukiman penduduk, sehingga suara yang diakibatkan dari bunyi pesawat dapat menimbulkan kebisingan bagi penduduk, karena letaknya dekat dengan permukiman penduduk maka bila terjadi kesalahan pada saat take off maupun landing dapat membahayakan penduduk yang berada di sekitar bandara ini. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pemindahan lokasi Bandar Udara Rahadi Oesman ke daerah yang lebih memungkinkan Bandara untuk dikembangkan lagi, sehingga Bandar Udara yang baru mampu meningkatkan pelayanan transportasi udara serta mampu melayani kebutuhan akan angkutan udara di Kabupaten Ketapang dan sekitarnya. Maksud pelaksanaan studi ini adalah melakukan kajian alternatif lokasi terpilih sebagai Bandar Udara di Kabupaten Ketapang. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah : 1 Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang dapat dipakai dalam memilih lokasi bandar udara yang optimal berdasarkan aspek teknis, aspek operasional dan keselamatan operasi penerbangan dan aspek lingkungan. 2 Untuk mendapatkan lokasi bandar udara yang paling efektif dan efisien 16
3 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) sehingga bandar udara dapat digunakan secara optimal. Lokasi studi adalah tiga alternatif lokasi rencana pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Ketapang, lokasi-lokasi tersebut adalah Desa Tempurukan, Desa Suka Bangun, dan Desa Pesaguan Kabupaten Ketapang. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Hirarki Analitik (PHA) Proses Hirarki Analitik adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasangagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Kelebihan PHA ini adalah kemampuannya jika dihadapkan pada situasi yang kompleks atau berkerangka di mana data informasi statistik dari masalah yang dihadapi sedikit. Data yang ada hanya bersifat kualitatif yang didasarkan pada persepsi, pengalaman atau intuisi. Jadi, masalah tersebut dapat dirasakan dan diamati namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk dimodelkan secara kuantitatif. Ada tiga prinsip dasar dalam Hirarki Analitik, yaitu : Proses a. Menyusun hirarki ialah memecah persoalan menjadi unsur yang terpisah-pisah. 17 b. Penetapan Prioritas ialah menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya. c. Konsistensi Logis ialah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsistensi sesuai dengan suatu kriteria yang logis. 2.2 Perbandingan Berpasangan Tahap terpenting dari Proses Hirarki Analitik adalah penilaian Perbandingan Pasangan. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan sejumlah kombinasi dari elemen yang ada pada setiap tingkat hirarki. Penialian dilakukan dengan membandingkan komponen-komponen berdasarkan skala penilaian (Saaty, 1993) seperti pada Tabel 1. Untuk perbandingan ini, matrik merupakan bentuk yang disukai sebab disamping sederhana dan biasa dipakai, juga memberikan kerangka untuk pengujian konsistensi dan memberikan jalan untuk membuat segala perbandingan yang mungkin. Contoh bentuk matriks untuk perbandingan berpasangan terlihat pada Tabel 2. Dalam contoh diatas C adalah kriteria yang akan digunakan sebagai dasar perbandingan A 1, A 2,, A n adalah elemen-elemen pada satu tingkat tepat dibawah C. Dalam matrik ini elemen A1 pada kolom paling kiri dibandingkan dengan elemen A 1, A 2,, P n pada baris paling atas Selanjutnya hal yang sama dilakukan terhadap A 2, dan seterusnya. Untuk membandingkan elemen-elemen ini diajukan pertanyaan: seberapa kuat
4 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Tabel 1. Perbandingan berpasangan antarvariabel Tingkat kepentingan Definisi variabel 1 Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding dengan elemen lainnya Elemen yang satu lebih esensial atau sangat penting dari elemen lainnya Elemen yang satu lebih jelas penting dibandingkan elemen yang lainnya Penjelasan Kedua elemen memberikan pengaruh yang sama pentingnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit memihak elemen satu dibanding yang lainnya Pengalaman dan penilaian dengan kuat memihak elemen satu dibanding yang lainnya Elemen yang satu dengan kuat disukai dan didominasinya tampak nyata dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya Bukti yang memihak elemen yang satu atas yang lain berada pada tingkat persetujuan tertinggi yang mungkin 2,4,6,8 Kebalikan dari nilai diatas Nilai-nilai tengah antara dua penilaian yang berdekatan Diperlukan kompromi antara dua pertimbangan Jika untuk nilai aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan C A 1 A 2 A n A 1 1 A A n 1 elemen atau aktivitas memiliki, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi atau menguntungkan sifat tersebut dibandingkan. Untuk mengisi matrik banding berpasangan, digunakan bilangan untuk menggambarkan relative pentingnya suatu elemen atas elemen lainnya, berkenaan dengan suatu sifat atau kriteria. 2.3 Konsistensi Dalam persoalan pengambilan keputusan penting untuk mengetahui betapa baiknya konsistensi pengambil keputusan. Semakin banyak faktor yang harus 18
5 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) dipertimbangkan, semakin sukar untuk mempertahankan konsistensi, ditambah lagi adanya intuisi dan faktor-faktor lain yang membuat orang mungkin menyimpang dari kekonsistensian. Meskipun demikian sampai kadar tertentu perlu diperoleh hasil-hasil yang valid dalam dunia nyata. Saaty mengajukan indeks konsistensi untuk mengukur seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam membandingkan elemen-elemen dalam matrik penilaian. Selanjutnya indeks konsisten ditransfer sesuai dengan orde atau ukuran matrik menjadi suatu rasio konsistensi. Rasio konsistensi harus 10%, jika tidak pertimbangan yang telah dibuat mungkin akan acak dan perlu diperbaiki. Tabel 3. Indeks random untuk orde matriks Ukuran matriks Random indeks ,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1, , , , Formula Matematis Misalnya matrik banding berpasangan Proses Hirarki Analitik dengan n baris dan n kolom adalah : ai... 1 ai an n... ai n n dengan a ij = 1/a ij dan semua a ij > 0. Kemudian P i adalah prioritas untuk faktor ke-i. Jumlah tiap kolom matriks dan kalikan tiap jumlah dengan P i yang bersesuaian. Jumlahkan n perkalian ini dan nyatakan hasilnya dengan maks. Rumus selengkapnya adalah : maks n i 1 P1 ai1 P ai2... P n 2 i 1 n n i 1 ai n (1) Jika matrik konsisten maka λ maks = n. Indeks konsistensi (Consistenscy Indeks, CI) adalah CI maks n 1 n (2) Dari rumus ini berarti harus diperoleh λ maks n untuk matriks banding berpasangan. Selanjutnya, CI dibandingkan dengan indeks konsistensi random (Random Index, RI) yang bersesuaian dengan Tabel 3. Random Indeks (RI) merupakan indeks konsistensi matrik random dengan skala penilaian 1 sampai 9 bersama entri-entri kebalikannya. Perlu diperhatikan bahwa matrik berorde 1 dan 2 adalah konistensi sehingga rumus CI (RI) tidak berlaku. 19
6 Tidak Tidak JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Rasio Konsistensi (CR). CR = CI / RI (3) Menurut Saaty hasil penilaian yang diterima matrik yang mempunyai perbandingan konsistensi 0,10 maka hasil penilaian dapat diterima atau dipertanggungjawabkan. Jika tidak maka pengambilan keputusan harus meninjau ulang masalah dan merevisi matriks banding berpasangan Pengujian Konsistensi Hirarki Setelah dilakukan perhitungan untuk matriks, selanjutnya perlu diuji apakah yang telah dibuat konsistensi. Total CI dari suatu hirarki diperoleh dengan jalan melakukan pembobotan tiap CI dengan prioritas elemen yang berkaitan dengan faktor-faktor yang sedang dibandingkan, dan kemudian menjumlahkan seluruh hasilnya. Dasar untuk menguji konsistensi dari suatu level hirarki adalah mengetahui hasil konsistensi indeks dan vektor eigen dari suatu matriks banding berpasangan pada tingkat hirarki tertentu. Rumus lengkapnya adalah sebagai berikut : CH = CI 1 + (EV 1 ) (CI 2 ) (4) CH = RI 1 + (EV 1 ) (RI 2 ) (5) CRH = CH / CH (6) di mana CRH: rasio konsistensi hirarki CH : konsistensi hirarki terhadap indeks konsistensi dari matrik banding berpasangan CH : konsistensi hirarki terhadap indeks Mulai Model Keputusan Penilaian Elemen Model Data Matriks Berbanding Berpasangan Perhitungan Bobot Parsial Pengujian Konsistensi Penilaian 0,1 Sintesis Model Pengujian Konsistensi Hirarki 0,1 Ya Ya Selesai Gambar 1. Diagram alir analisis data 20
7 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) random dari matrik banding berpasangan CI 1 : indeks konsistensi dari matrik banding berpsangan dari hirarki level kedua, dalam bentuk vektor kolom CI 2 : indeks konsistensi dari matrik banding berpasangan dari hirarki level kedua, dalam bentuk vektor kolom EV 1 : vektor eigen dari matrik banding berpasangan dari hirarki level RI 1 : indeks random dari orde matrik banding berpasangan pada level 1 RI 2 : indeks random dari orde matrik banding berpasangan pada level 2 dalam bentuk vektor kolom. 3. METODOLOGI 3.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan perpaduan dua dasar, yaitu survey kuisioner (questionaire survey) dan survey wawancara (interview survey). Dimana lembar kuisioner langsung dibawa oleh tenaga survey (surveyor) kepada setiap responden sehingga diharapkan dapat lebih memperjelas maksud yang dikandung dalam kuisioner tersebut, selain itu surveyor juga bertindak sebagai pewawancara. Pelaksanaan survey di Kota Ketapang dilakukan wawancara pada masyarakat setempat dan juga pada instansi terkait yaitu pada Kantor Bappeda Ketapang, Dinas Perhubungan Ketapang dan Departemen Perhubungan Bandar Udara Rahadi Oesman. Para responden yang 21 menjadi target wawancara dalam pelaksanaan survey ini terdiri dari berbagai golongan masyarakat yaitu pelajar, mahasiswa, pegawai negeri maupun pegawai swasta, pedagang dan masyarakat umum. Hal ini didasarkan bahwa jika nantinya dibangun Bandar Udara Ketapang para responden maupun masyarakat Kabupaten Ketapang sendiri adalah sebagai pengguna bandar udara tersebut. 3.2 Jumlah Sampel Jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ditentukan oleh tiga hal, yaitu pertama seberapa besar tingkat kepercayaan terhadap hasil yang akan diperoleh (confidence level), kedua nilai standar deviasi yang diperoleh melalui penaksiran rataan sampel, dan ketiga dipengaruhi oleh beberapa penyimpangan (galat) yang diperkenankan, yaitu kesalahan atau perbedaan antara rataan yang diperoleh dari sampel dan rataan sesungguhnya (populasi). Menurut (Wapole, 1974), besarnya jumlah sampel minimum dapat diperoleh dari persamaan: zs n x di mana 2 n : jumlah sampel z : standar kesalahan yang dapat diterima (Acceptable Standard Error) s : standar devisiasi (deviation standard)
8 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Tabel 4. Rekapitulasi pendapatan per bulan responden hasil survey pendahuluan Pendapatan per bulan X i F i F i X i (X i X rata-rata ) 2 (X i X) 2 F i < , , , , , , , , , ,667 > , ,110 Jumlah , ,670 x - : Acceptable Sampling Error = 0,05 nilai rata-rata sampel. Untuk mengetahui jumlah sampel minimum ini telah dilakukan survey pendahuluan (pilot survey) dengan jumlah sampel minimal sebanyak 30 buah sampel (responden). Rekapitulasi hasil survey pendahuluan untuk mencari jumlah sampel minimum terlihat pada Tabel 4. Selanjutnya perhitungan jumlah sampel minimum adalah sebagai berikut: X rata-rata = Fi.Xi Fi = = , s = (( X i X ratarata) Fi ) n 1 1 = ( ,670) 30 1 = ,848 Standar kesalahan yang dapat diterima (acceptable standard error) atau z dapat ditentukan dengan asumsi tingkat kepercayaan (level of convidence) sebesar 95% sehingga dengan menggunakan tabel diperoleh nilai z = 1,96. Standar kesalahan yang dapat diterima : (x ) = 0,05 rata-rata = 0, ,667 = ,333. Sehingga didapat jumlah sampel minimum: n = = zs x 2 1,96 x , ,333 2 = 167,72. Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel minimum sebanyak 168 responden oleh karena itu dalam studi ini akan menggunakan sampel sebanyak 200 responden. 22
9 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) 3.3 Variabel Kriteria dan Sub Kriteria dalam PHA Variabel yang digunakan dalam penyusunan kuesioner pemilihan lokasi bandara terbaik dengan metode PHA ini menggunakan tiga kriteria yaitu kriteria teknis, kriteria operasional dan keselamatan operasi penerbangan dan kriteria lingkungan. Masing-masing kriteria ini memiliki beberapa subkriteria. Kriteria teknis memiliki subkriteria (a) kondisi topografi, struktur tanah, hidrologi dan geologi, (b) jarak bandar udara dengan pusat kota, (c) Aksesibilitas dari dan ke bandar udara, (d) tersedianya infrastruktur penunjang ke bandar udara, (e) ketersediaan lahan untuk pengembangan bandar udara, (f) kesesuaian dengan RTRW. Kriteria operasional dan keselamatan operasi penerbangan memiliki subkriteria (a) jarak dengan bandara terdekat, (b) kawasan keselamatan operasi penerbangan, (c) kondisi meteorologi. Kriteria lingkungan memiliki subkriteria (a) kondisi tingkat perubahan alam yang akan terjadi, (b) kawasan perairan di sekitar bandar udara, (c) kawasan pariwisata di sekitar lokasi bandar udara, (d) dampak terhadap penduduk sekitar lokasi. 4. PAPARAN DATA HASIL SURVEY 4.1 Rekapitulasi Karakteristik Responden Dari rekapitulasi hasil survey terhadap responden berdasarkan jenis pekerjaan diperoleh hasil persentase terbesar adalah 23 pegawai negeri sipil dan urutan kedua adalah swasta. Tabel 5 adalah hasil lengkap rekapitulasi responden berdasarkan jenis perkerjaan. Rekapitulasi hasil survey terhadap responden berdasarkan tingkat pendapatan diperoleh hasil persentase terbesar adalah responden yang memiliki pendapatan lebih besar dari Rp ,-. Tabel 6 adalah hasil lengkap rekapitulasi responden berdasarkan tingkat pendapatan. Tabel 5. Rekapitulasi berdasarkan jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) responden Presentase (%) PNS Swasta ABRI 4 2 Pelajar/ mahasiswa 6 3 Pedagang 18 9 Lain-lain 10 5 Jumlah Tabel 6. Rekapitulasi responden berdasarkan tingkat pendapatan Penghasilan/ bulan Jumlah Presentase (Orang) (%) < Rp < Rp Rp < Rp Rp < Rp Rp < Rp Rp < Rp Jumlah
10 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Tabel 7. Rekapitulasi responden terhadap lokasi bandara baru Letak Lokasi Bandara Jumlah (Orang) Presentase (%) Kecamatan Muara Pawan (Desa Tempurukan) Kecamatan Delta Pawan (Desa Suka Bangun) Kecamatan Matan Hilir Selatan (Desa Pesaguan) Jumlah Berdasarkan hasil survey terhadap letak lokasi badara baru, Desa Tempurukan memperoleh persentase terbesar diikuti oleh Desa Sukabangun dan Desa Pesaguan. Hasil lengkap rekapitulasi responden terhadap lokasi bandara baru dapat dilihat pada Tabel Alternatif Lokasi Bandara Baru Adapun alternatif lokasi bandara baru adalah Kecamatan Muara Pawan Desa Tempurukan, Kecamatan Delta Pawan Desa Suka Bangun, dan Kecamatan Matan Hilir Selatan Desa Pesaguan. Alternatif-alternatif lokasi ini diperoleh dengan memperhatikan aspek teknis, aspek operasional dan keselamatan operasi penerbangan, aspek lingkungan dan dengan mempertimbangkan bahwa kecamatan-kecamatan tersebut merupakan daerah yang berdekatan dan memiliki aksesibilitas yang baik dengan Kota Ketapang. Adapun lokasi ketiga alternatif tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Muara Pawan sebagai salah satu alternatif lokasi pengembangan bandar udara di Kabupaten Ketapang antara lain dikarenakan: 1. Kecamatan Muara Pawan merupakan daerah yang dekat dengan pusat kota sehingga memiliki akses yang cukup baik dari dan ke Kota Ketapang. 2. Kecamatan Muara Pawan sangat strategis karena memiliki akses yang menghubungkan kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Kayong Utara. 3. Ditinjau dari ketersediaan lahan untuk pengembangan bandar udara, daerah Lokasi Alternatif I Lokasi alternatif I (Gambar 3) ini adalah Kecamatan Muara Pawan Desa Tempurukan. Dipilihnya Kecamatan Gambar 2. Alternatif lokasi bandar udara baru 24
11 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) Gambar 3. Lokasi Alternatif I : Kecamatan Muara Pawan (Desa Tempurukan) Muara Pawan memungkinkan untuk berkembang, dimana lokasi bandar udara tersebut tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk sehingga terjadinya pengembangan bandar udara tidak mengganggu pemukiman penduduk. 4. Kondisi struktur tanah tergolong baik dan layak untuk digunakan sebagai lokasi bandar udara. 5. Aksesibilitas jalan akses untuk keluar masuk ke daerah tersebut juga tersedia. 6. Ketebalan kabut didaerah ini tergolong rendah sehingga sangat logis untuk pembangunan suatu bandar udara di Ketapang. Kecamatan Muara Pawan memiliki luas daerah Ha atau sekitar 1,93% dari luas Kabupaten Ketapang sehingga sangat memungkinkan adanya lahan pembangunan serta lahan pengembangan bandar udara. Kecamatan Muara Pawan terletak ± 25 Km dari kota Ketapang. Jalan utama ruas Ketapang Muara Pawan berupa jalan Kabupaten dengan fungsi arteri primer dan memiliki kondisi jalan sedang sampai baik dengan perkerasan aspal. Kondisi topografi pada Kecamatan Muara Pawan adalah relatif datar sampai berbukit-bukit. Luas wilayah datar sebesar Ha sedangkan luas wilayah berbukitnya hanya sebesar Ha. Struktur tanah Kecamatan Muara Pawan mempunyai daya dukung tanah dasar (nilai CBR) lapangan rata-rata adalah 3,45% sehingga dapat dikatakan kondisi struktur tanah adalah tanah keras dan layak untuk dibangun bandar udara Lokasi Alternatif II Lokasi alternatif II (Gambar 4) ini berada pada wilayah Kecamatan Delta Pawan Desa Suka Bangun. Secara fungsional, identifikasi alternatif lokasi bandara nantinya tidak saja akan memberikan dampak terhadap wilayah desa tersebut tetapi juga akan mempengaruhi sistem pergerakan kota secara umum. Kecamatan Delta Pawan memiliki struktur tanah 25
12 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Gambar 4. Lokasi Alternatif II : Kecamatan Delta Pawan (Desa Suka Bangun) yang baik dan cukup layak untuk dipilih sebagai salah satu alternatif lokasi bandar udara di Ketapang. Disamping itu aksesibilitas keluar masuk daerah ini juga tersedia berikut infrastrukturnya. Kendala yang ada di Kecamatan Delta Pawan yaitu daerah pemukiman yang cukup besar, karena dilihat dari kawasan keselamatan operasi penerbangan daerah pemukiman merupakan termasuk obstacle. Kecamatan Delta Pawan dengan luas daerah Ha atau persentasenya terhadap Luas Kabupaten Ketapang sebesar 0,23%. Kecamatan Delta Pawan sendiri terletak ± 7,1 Km dari Kota Ketapang. Kondisi topografi pada Kecamatan Delta Pawan yaitu mempunyai struktur tanah dengan nilai CBR lapangan rata-rata adalah 7,76%. Hal ini berarti struktur tanah di Kecamatan Delta Pawan termasuk tanah keras Lokasi Alternatif III Lokasi alternatif III (Gambar 5) berada pada Kecamatan Matan Hilir Selatan Desa Pesaguan. Dengan melihat pola aliran barang dari atau menuju Kecamatan Matan Hilir Selatan, dapat dipahami bahwa pengembangan kegiatan ekonomi tidak terlepas dari adanya keterkaitan dengan potensi dan kepentingan pengembangan wilayah yang lebih luas termasuk pedesaan sekitar kota, oleh karena itu kemajuan dan perkembangan daerah ini perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk menunjang kemajuan perkembangan daerah adalah adanya sarana transportasi seperti dibangunnya bandar udara. Bila ditinjau dari ketersediaan lahan, lokasi ini memungkinkan untuk berkembang karena memiliki lahan yang relatif luas untuk dibangunnya sebagai suatu bandar udara. Dari segi struktur tanah, kondisi tanahnya baik dan layak untuk dibangun suatu bandar udara. Kecamatan Matan Hilir Selatan dengan luas daerah km 2 atau sebesar 5,74% dari keseluruhan luas Kabupaten Ketapang dan terletak ± 30 km dari kota Ketapang. Kecamatan Matan Hilir 26
13 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) Gambar 5. Lokasi Alternatif III: Kecamatan Matan Hilir Selatan (Desa Pesaguan) Selatan mempunyai nilai CBR lapangan rata-rata adalah 9,05%, yang berarti kondisi struktur tanah merupakan tanah keras. 5. ANALISIS DATA Analisis metode PHA dilakukan terhadap hasil jawaban responden dari kuesioner yang telah diberikan, pembahasan terhadap hasil analisis dapat dilihat berikut ini. 5.1 Analisis Bobot terhadap Subkriteria Hasil analisa bobot untuk untuk masingmasing sub kriteria pada kriteria Teknis, kriteria Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan dan kriteria Lingkungan dengan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode PHA untuk kriteria teknis, untuk kondisi topografi, struktur tanah, hidrologi dan geologi mendapat persentase yang paling besar yaitu sebesar 41%. Untuk jarak bandar udara dengan pusat kota yaitu sebesar 18%. Untuk aksesibilitas dari dan ke bandar udara persentasenya sebesar 21%. Kemudian tersedianya infrastruktur penunjang bandar udara persentasenya sebesar 7%. Serta ketersedian lahan untuk pengembangan bandar udara memiliki persentase sebesar 10%. Sedangkan untuk kesesuaian dengan RTRW persentasenya sebesar 4%. Hal ini berarti kondisi topografi, struktur tanah, hidrologi dan geologi merupakan aspek yang paling penting dalam pemilihan lokasi bandar udara karena kriteria ini sangat berpengaruh dalam pembangunan kontruksi bandar udara serta keselamatan penerbangan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode PHA untuk kriteria operasional dan keselamatan operasi penerbangan, didapat jarak dengan bandara terdekat hanya berpersentase 10%. Kemudian kawasan keselamatan operasi penerbang- 27
14 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Tabel 8. Hasil analisis bobot untuk setiap kriteria No Kriteria Subkriteria Bobot 1 Teknis 2 Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan 3 Lingkungan Kondisi Topografi, Struktur Tanah, Hidrologi dan Geologi 0,41 Jarak Bandar Udara dengan Pusat Kota 0,18 Aksesibilitas dari dan ke Bandar Udara 0,21 Tersedianya Infrastruktur Penunjang ke Bandar Udara 0,07 Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Bandar Udara 0,10 Kesesuaian dengan RTRW 0,04 Jarak dengan Bandara Terdekat 0,10 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan 0,51 Kondisi Meteorologi 0,39 Kondisi Tingkat Perubahan Alam yang Terjadi 0,26 Kondisi Perairan di Sekitar Kawasan Bandar Udara 0,12 Kawasan Pariwisata di Sekitar Lokasi Bandar Udara 0,07 Dampak Terhadap Penduduk Sekitar Lokasi 0,56 an memiliki persentase terbesar yaitu 51%, sedangkan kondisi meteorologi mendapat persentase sebesar 39%. Dengan demikian kriteria kawasan keselamatan operasi penerbangan merupakan aspek terpenting, hal ini dikarenakan kriteria ini sangat menyangkut tentang keamanan maupun kelancaran operasi penerbangan pada bandar udara. Hasil perhitungan dengan metode PHA untuk kriteria lingkungan adalah untuk tingkat perubahan alam yang terjadi persentasenya sebesar 26%, untuk kondisi perairan di sekitar kawasan bandar udara berpersentase sebesar 12%. Kriteria yang lainnya yaitu kawasan pariwisata di sekitar lokasi bandar udara memiliki persentase sebesar 7%. Sedangkan persentase terbesar didapat pada dampak terhadap penduduk sekitar lokasi bandara yaitu sebesar 56%. Dengan demikian dalam pemilihan lokasi bandar udara sangat penting untuk memperhatikan kriteria ini, karena suatu lokasi bandar udara harus mempunyai dampak yang sangat kecil atau bahkan tidak mempunyai dampak terhadap penduduk sekitarnya terutama dampak negatif. Dampak yang sering terjadi adalah kebisingan serta polusi lingkungan. 5.2 Analisis Bobot terhadap Alternatif Lokasi Hasil analisis bobot untuk masing-masing alternatif lokasi bandara terhadap subkriteria dapat dijelaskan pada Tabel
15 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) Tabel 9. Hasil analisis bobot pada subkriteria teknis No Subkriteria Alternatif lokasi Bobot 1 Kondisi Topografi, Struktur Tanah, Hidrologi dan Geologi 2 Jarak Bandar Udara dengan Pusat Kota 3 Aksesibilitas dari dan ke Bandar Udara 4 5 Tersedianya Infrastruktur Penunjang ke Bandar Udara Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Bandar Udara 6 Kesesuaian dengan RTRW Tempurukan 0,09 Suka Bangun 0,24 Pesaguan 0,67 Tempurukan 0,39 Suka Bangun 0,51 Pesaguan 0,10 Tempurukan 0,44 Suka Bangun 0,49 Pesaguan 0,08 Tempurukan 0,26 Suka Bangun 0,63 Pesaguan 0,11 Tempurukan 0,48 Suka Bangun 0,11 Pesaguan 0,41 Tempurukan 0,47 Suka Bangun 0,07 Pesaguan 0, Nilai Pembobotan Masing- Masing Alternatif Lokasi Bandar Udara Untuk mendapatkan lokasi optimal bandar udara dari ketiga alternatif lokasi bandar udara, maka perlu dicari persentase rata-rata dari ketiga alternatif lokasi tersebut dengan cara menjumlahkan bobot setiap kriteria pada masing-masing alternatif lokasi kemudian dirata-ratakan. Sebagai contoh perhitungan untuk subkriteria teknis lokasi Tempurukan adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Topografi, struktur tanah, hidologi dan geologi = 0, Jarak bandar udara dengan pusat kota = 0, Aksesibilitas dari dan ke bandar udara = 0, Tersedianya infrastruktur penunjang ke bandar udara = 0,26. 29
16 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Tabel 10. Hasil analisis bobot pada subkriteria operasional dan keselamatan operasi penerbangan No Subkriteria Alternatif Lokasi Bobot 1 Jarak dengan Bandara Terdekat 2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan 3 Kondisi Meteorologi Tempurukan 0,27 Suka Bangun 0,67 Pesaguan 0,06 Tempurukan 0,49 Suka Bangun 0,08 Pesaguan 0,44 Tempurukan 0,51 Suka Bangun 0,39 Pesaguan 0,10 Tabel 11. Hasil analisis bobot pada subkriteria lingkungan No Sub Kriteria Alternatif Lokasi Bobot 1 Kondisi Tingkat Perubahan Alam yang Akan Terjadi 2 Kawasan Perairan di Sekitar Bandar Udara 3 Kawasan Pariwisata di Sekitar Lokasi Bandar Udara 4 Dampak Terhadap Penduduk Sekitar Lokasi Tempurukan 0,66 Suka Bangun 0,19 Pesaguan 0,16 Tempurukan 0,33 Suka Bangun 0,33 Pesaguan 0,33 Tempurukan 0,67 Suka Bangun 0,09 Pesaguan 0,24 Tempurukan 0,64 Suka Bangun 0,07 Pesaguan 0,28 5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan bandar udara = 0, Kesesuaian dengan RTRW = 0,47 Jumlah = 0,09+0,39+0,44+0,26+0,48+0,47 = 2,13. Rata-rata = 2,13 / 6 = 0,35. Persentase = 0,35 100% = 35%. 30
17 Penggunaan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dalam Pemilihan Lokasi untuk Relokasi Bandara Rahadi Oesman Ketapang Kalimantan Barat (Rudi S. Suyono) Tabel 12. Rekapitulasi pembobotan maing-masing alternatif lokasi bandar udara No Kriteria Alternatif lokasi Bobot 1 Teknis 2 Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan 3 Lingkungan Tempurukan 0,35 Suka Bangun 0,34 Pesaguan 0,30 Tempurukan 0,42 Suka Bangun 0,38 Pesaguan 0,20 Tempurukan 0,58 Suka Bangun 0,17 Pesaguan 0,25 Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan hasil análisis pada tabel tersebut diperoleh bahwa alternatif lokasi Desa Tempurukan memiliki bobot tertinggi untuk setiap kriteria análisis yaitu dengan bobot 0,35 untuk kriteria teknis, 0,42 untuk kriteria operasional dan KKOP serta 0,58 untuk kriteria lingkungan. 6. SIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh simpulan, bahwa: a) Berdasarkan Kriteria Teknis diperoleh alternatif lokasi yang paling optimal adalah Desa Tempurkan dengan persentase sebesar 35%. Kemudian Desa Suka Bangun mendapat persentase sebesar 34% dan Desa Pesaguan persentasenya sebesar 30%. b) Berdasarkan Kriteria Operasional dan Keselamatan Operasi Penerbangan diperoleh alternatif lokasi yang paling optimal adalah Desa Tempurukan dengan persentase sebesar 42%. Kemudian Desa Suka Bangun mendapat persentase sebesar 38% dan Desa Pesaguan persentasenya sebesar 20%. c) Berdasarkan Kriteria Lingkungandiperoleh alternatif lokasi yang paling optimal adalah Desa Tempurukan dengan persentase sebesar 58%. Kemudian Desa Pesaguan mendapat persentase sebesar 25% dan Desa Suka Bangun persentasenya sebesar 17%. d) Berdasarkan nilai pembobotan dari ketiga kriteria yang digunakan sebagai variabel dalam metode PHA untuk menentukan lokasi bandara terbaik diperoleh bahwa lokasi Desa Tempurukan memiliki bobot/persentase pemilihan yang tertinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi Desa Tempurukan merupakan lokasi terbaik dari ketiga alternatif lokasi bandara baru yang dianalisa dalam studi ini. 31
18 JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 10 NOMOR 1 JUNI 2010 Daftar Pustaka Badan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ketapang Tahun Pemerintah Kabupaten Ketapang. Ben-Akiva, M. & Steven L. R Discrete Choice Analysis : Theory and Application To Travel Demand. Cambridge, MA: MIT Press. Saaty, Thomas L Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi Yang Kompleks. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Saaty, Thomas L Fundamentals Of Decision Making and Priority Theory With The Analytic Hierarchy Process. Pittsburgh, USA. 32
PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)
PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang
Lebih terperinciPeralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ
Performa (2016) Vol. 15, No.2: 154-159 Peralihan Moda Transportasi Jasa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Yuliyani Nur Angraini 1), Meilani Rosita 2), dan Amalia
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinciBAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,
Lebih terperinciPENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciSTUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG
ISSN 232-23 3 Pages pp. 2-33 STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG Budhi Satrya, M. Isya 2, Sugianto 2 ) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Lebih terperinciPenyebaran Kuisioner
Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor
Lebih terperinciPrioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai
Lebih terperinciPenentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37(2), 2016, 72-77 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
Lebih terperinciRekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi
Citec Journal, Vol. 2, No. 1, November 2014 Januari 2015 ISSN: 2354-5771 Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi 65 Safrizal Instansi Jurusan Manajemen Informatika,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO
IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO Tas an Junaedi 1) Abstract Movement pattern that done by the resident of Lampung Province to Central Java Province
Lebih terperinciNany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri
IDENTIFIKASI PARAMETER DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH SISTEM DRAINASE DI WILAYAH KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP) Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL
Lebih terperinciPRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP
PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS
Lebih terperinciPenentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas
Lebih terperinciPEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA
PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA Sumiyar Pantiharso, Ervina Ahyudanari, dan Hitapriya Suprayitno Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS E-mail : labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun
Lebih terperinciANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 196 Vol. 3, No. 2 : 196-207, September 2016 PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN JALAN ASPAL DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) - STUDI KASUS JALAN MALWATAR-
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) ANALYSIS AND DESIGN APPLICATION
Lebih terperinciANALISA DAN APLIKASI METODE ZERO ONE DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PERANCANGAN BECAK
ANALISA DAN APLIKASI METODE ZERO ONE DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PERANCANGAN BECAK Yanti Pasmawati 1, Ch. Desi Kusmindari 2 Dosen Universitas Bina Darma Jalan Ahmad Yani No.12 Palembang
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP ABSTRAK
JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 73-82 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciPERBANDINGAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKAYANG ANTARA METODE AHP DENGAN METODE BINA MARGA
PERBANDINGAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKAYANG ANTARA METODE AHP DENGAN METODE BINA MARGA Agustinus Syawal 1) Abstrak Berdasarkan database jalan Kabupaten Bengkayang tahun 2012 terdapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur
Lebih terperinciPENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN
PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN Vera Methalina Afma Dosen Tetap Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Riau Kepulauan ABSTRAK Tanah atau lahan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)
ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Lebih terperinciURUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK
URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK Khafizan 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) Khafizan.apid@gmail.com Abstrak Jaringan jalan cenderung
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem
Lebih terperinciPengambilan Keputusan Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
Pengambilan Keputusan Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Wahyu Sasmita 1,*, Rito Goejantoro 2, Ika Purnamasari 2 1 Laboratorium Statistika Komputasi, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciBAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir
29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A Tinjauan Pustaka Kajian penelitian terdahulu dimaksudkan untuk dijadikan perbandingan dengan penelitian yang dilakukan dan untuk menentukan variabel penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,
98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK
IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT Yustina Meisella Kristania Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung terhadap studi kasus yang akan dilakukan seperti: Strategic Planning Decision Support System (DSS) Evaluasi Supplier 2.1 Strategic
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG
ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Victory Hasan 1, Ria Asih Aryani Soemitro 2, Sumino 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciMETODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.
PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi
PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal
Lebih terperinciPENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom
Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom
Lebih terperinciAPLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN
Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di industri jasa penerbangan membuat bisnis layanan semakin berat untuk dihadapi. Upaya PT Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciBab II Analytic Hierarchy Process
Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,
Lebih terperinciURUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN/KOTA DI KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK
URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN/KOTA DI KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK Desi Susilo Katmoko 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) Abstrak
Lebih terperinciJurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.
Lebih terperinciPENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN
PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di
135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI TERMINAL ANGKUTAN BARANG DI KOTA KENDARI DIDASARKAN PADA ANALISIS MULTI KRITERIA
PENENTUAN LOKASI TERMINAL ANGKUTAN BARANG DI KOTA KENDARI DIDASARKAN PADA ANALISIS MULTI KRITERIA Edward Ngii email: dwrd.ngii@gmail.com Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciAPLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK
APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA
STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA Abstrak Sy. Mulian Oktari 1), Sumiyattinah 2), Heri Azwansyah 2) Keberadaan jalan memegang
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Febiana Putri Mentari, Ely Setyo Astuti 1, Rosa Andrie Asmara 2 Program Studi
Lebih terperinciKuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016
1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan pemukiman adalah agar seluruh rakyat Indonesia dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
Lebih terperinci4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data
19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran
24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi
Lebih terperinciFasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan
Lebih terperinciISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014
PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program
Lebih terperinciMODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh
Lebih terperinciOkta Veza Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina 1
IJCCS ISSN: 1978-1520 103 DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM PROSEDUR PENGOLAHAN DATA PRAKUALIFIKASI TENDER PADA DINAS PRASARANA JALAN, TATA RUANG DAN PERMUKIMAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Okta Veza Program
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)
PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7
BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan
Lebih terperinciANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN PROMETHEE TESIS MAGISTER
ANALISA PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN PROMETHEE (Studi Kasus : Wilayah Sungai Mempawah Sambas Kalimantan Barat) TESIS MAGISTER
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas
IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP. Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3
PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM Universitas Diponegoro,3
Lebih terperinciPENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)
PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)
IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu
Lebih terperinciSabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta
ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono
Lebih terperinciANALISIS MODEL KEBUTUHAN PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG
ANALISIS MODEL KEBUTUHAN PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG Elsa Trimukti 1) Abstract Airport of Rahadi Oesman in Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat represent the main and
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak
Lebih terperinciPENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG
PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com
Lebih terperinciPENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI
PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciMohammad Agung Saryatmo, Ahmad dan Inge Elsera Kristian Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta
PENILAIAN KINERJA CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT DALAM INDUSTRI PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PADA BANK. XXX) Mohammad Agung Saryatmo, Ahmad dan Inge Elsera
Lebih terperinciANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT
ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak
Lebih terperinci