Studi Buku Mandiri (Critical Review) IN PRAISE OF H A R D I N D U S T R I E S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Buku Mandiri (Critical Review) IN PRAISE OF H A R D I N D U S T R I E S"

Transkripsi

1 Studi Buku Mandiri (Critical Review) IN PRAISE OF H A R D I N D U S T R I E S WHY MANUFACTURING, NOT THE INFORMATION ECONOMY, IS THE KEY TO FUTURE PROSPERITY Eamonn Fingleton Nama Mahasiswa / NPM : Mas Wigrantoro Roes Setiyadi / Program Doktor Strategic Management Program Studi Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia 2007

2 1. Latar Belakang Dalam tantangan terhadap kebijaksanaan konvesional, Eamonn Fingleton menjawab tuntutan informasi ekonomi untuk menggantikan manufaktur sebagai alat bagi Amerika Serikat (AS) untuk mencapai kemakmuran di masa depan. Fingleton mengungkapkan kekurangan pandangan saat ini yang menyatakan bahwa AS dapat menjadi sangat unggul dalam perekonomian global dengan memfokuskan pada postindustrialisasi bisnis seperti keuangan, perangkat lunak komputer, pelayanan internet dan hiburan. Analisis Fingleton berawal dari fakta bahwa penganjur post-industrialisasi secara sederhana tidak memahami apa yang dimaksud dengan manufaktur modern. Mereka berfikir bahwa manufaktur merupakan suatu hal yang sederhana, pekerjaan perakitan yang mudah, padahal pada kenyataannya manufaktur bergerak dengan cepat dalam memproduksi material dan komponen berteknologi tingggi. Hal itulah yang menghasilkan barang-barang berkualitas dari memperhalus silikon yang dibutuhkan dalam industri semikonduktor hingga pengembangan mesin laser presisi yang mendorong revolusi telekomunikasi secara global yang bekerja dengan mesin yang sangat rumit dan sering kali disokong oleh pendanaan yang besar. Hasilnya adalah meningkatnya produktivitas. Melalui manufaktur sebagai dasar perekonomian, Jerman, Swithzerland, Singpura, dan Jepang tidak hanya melakukan post-industrialisasialisasi ekonomi yang lebih baik dari AS, tetapi juga menyediakan kemungkinan terluas dalam pendapatan pekerja dalam berbagai tingkat kemampuan. 2. Argumentasi Pengarang Saat ini, hampir semua orang diyakinkan oleh informasi bahwa kegiatan berbasis bisnis dan post-industrialisasi lainnya telah menggantikan manufaktur sebagai bentuk kemakmuran. Demikian halnya pada awal abad kesembilan belas, United Kingdom (UK) mengeksploitasi kemungkinan yang sangat berlimpah dalam manufaktur untuk menjadi pemimpin perekonomian dunia, sedangkan sejauh ini United State dengan tenang memimpin dunia dengan berusaha keras pada post- 2

3 industrialisasialisasi. Kondisi di AS inilah yang disebut sebagai New Economy. Namun pada kenyataannya, AS terus-menerus mengalami kemunduran dalam industri manufaktur. Para penganjur post-industrialisasi menaksir terlalu tinggi prospek industri jasa, tetapi mereka juga kurang memperkirakan prospek industri manufaktur karena mereka tidak memahami betapa hebatnya industri manufaktur modern. Post-industrialisasi dalam pembahasan ini sebagian besar berfokus pada industri informasi, yang didefinisikan oleh pemerintah AS, terdiri dari penerbitan, perfilman, penyiaran radio, telekomunikasi, dan perangkat lunak komputer. Selain itu juga termasuk di dalamnya industri jasa seperti keuangan, manajemen database, internet, konsultasi, akuntan, periklanan dan hukum. Buku ini membandingkan keunggulan dalam perekonomian dari postindustrialisasi dengan manufaktur. AS meningkatkan perekonomiannya dengan berbagai kegiatan post-industrialisasi. Sedangkan Jepang dan beberapa negara maju lainnya, seperti Jerman, Switzerland, dan Singapura telah berhasil membangun kekuatan perekonomiannya dengan menggunakan industri manufaktur. Maka dapat terlihat bagaimana negara-negara tersebut, seperti Jepang secara ekonomis dapat jauh melebihi AS. Buku ini memberikan gambaran mengenai penganjur postindustrialisasi yang kurang memahami bagaimana perekonomian modern berjalan. Buku ini tidak dimaksudkan untuk meremehkan seluruh kegiatan postindustrialisasi, dan juga tidak menghambat seluruh kegiatan manufaktur yang memang sudah lebih unggul. Kenyatannya, kemajuan suatu negara jelas membutuhkan keseimbangan antara industri manufaktur dan jasa serta postindustrialisasi. Intinya, post-industrialisasi tidak seharusnya diambil seluruhnya hanya karena terlihat modern dan suatu negara juga tidak seharusnya membiarkan industri manufaktur menghilang begitu saja. 3. Argumen Penulis Sebagaimana terlihat bahwa post-industrialisasi memiliki banyak kekurangan yang tersembunyi. Dari beberapa kekurangan tersebut, yang terpenting adalah: Ketidak-seimbangan lapangan pekerjaan 3

4 Orang-orang yang bekerja pada post-industrialisasi merupakan orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata biasanya adalah orang yang memiliki tingkat IQ 20 persen tertinggi dalam test IQ, jika tidak 5 persen atau bahkan1 persen tertinggi. Hal tersebut menyebabkan, post-industrialisasi sangat berbeda dengan manufaktur yang dapat menciptakan tingkatan lapangan pekerjaan yang seimbang. Dengan demikian, perubahan struktur industri di AS ke dalam New Economy dapat menyebabkan lebih dari 20 persen buruh AS akan dibatasi dengan adanya perubahan ekonomi berbasis informasi. Jumlahnya sekitar 25 juta orang atau kira-kira empat kali lebih besar dari total pengangguran pengangguran di AS pada tahun Lambatnya pertumbuhan pendapatan Hampir dua dekade setelah AS menerapkan skala penuh post-industrialisasi, perbandingan perekonomian internasional secara konsisten menunjukkan bahwa AS telah mengalami kelambatan dalam pertumbuhan pendapatannya. Hal tersebut ditunjukkan dalam buku tahunan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), yaitu pendapatan perkapita AS yang terakhir hanya sebesar $27,821, lebih sedikit dari delapan negara lainnya, antara lain Jepang, Denmark, Swedia, Jerman, dan Austria, semuanya adalah negara-negara yang memiliki industri manufaktur yang lebih besar dibandingkan Amerika. Hampir tanpa pengecualian, dalam pertumbuhan pendapatan yang diperoleh, negara dengan perekonomian yang berorientasi pada manufaktur melebihi Amerika dan negara lainnya yang lebih mengarahkan perekonomiannya pada postindustrialisasi. Selain itu, post-industrialisasi juga menurunkan kekuatan perekonomian Amerika secara umum dan penurunan ini cenderung dapat melemahkan posisi perdagangan Amerika. Rendahnya prospek untuk ekspor Sebenarnya seluruh kegiatan post-indutrialisasi merupakan suatu penghalang dalam pasar ekspor karena adanya perbedaan pokok dalam kebudayaan. Jumlah pebisnis pada bidang informasi di Amerika telah menjamur dengan berkembangnya internet. Sebagian besar pendapatan mereka datang dari dalam negeri karena pasar luar negeri penjualan mereka dihalangi dengan berbagai 4

5 faktor kebudayaan dan peraturan, serta perbedaan bahasa. Kebudayaan juga merupakan suatu penghalang dalam mengekspor berbagai profesi berbasis informasi dengan bayaran yang tinggi. Selain itu, pendapatan mereka dari luar negeri dikeluarkan untuk membiayai pengadaan dalam negeri. Sangat banyak hambatan kebudayaan yang ditemui dalam upaya mengekspor layanan post-industrialiasi, ditambah dengan adanya berbagai regulasi dalam pasar luar negeri yang merupakan masalah yang lebih besar bagi jasa postindustrialisasi dibandingkan dengan produk-produk manufaktur. Regulasi adalah masalah yang serius dalam pelayanan jasa, yang merupakan industri kedua terbesar dalam post-industrialisasi. Masalah utama lainnya dalam ekspor postindustrialisasi adalah kurangnya perlindungan hak milik intelektual. Selanjutnya, biaya buruh merupakan faktor yang menentukan dalam daya saing ekspor. Dengan demikian, sebagai peningkatan persaingan global, perusahaan post-industrial di negara-negara dunia pertama dapat diharapkan untuk memperoleh sumber pelayanan mereka dari negara-negara dunia ke dua dan ketiga dengan upah yang rendah. Oleh karena itu, dari gambaran mengenai neraca pembayaran Amerika, perubahan orientasi ke post-industrialisasi merupakan suatu permasalahan besar. Pertama, dapat melemahkan kekuatan ekspor negara. Banyak yang dengan mudah menyangkal bahwa post-industrialisasi tidak dapat mendukung neraca pembayaran Amerika. Kedua, memperlihatkan bahwa Amerika meningkatkan impor. Kemudian besarnya defisit yang dialami Amerika secara tidak langsung mempengaruhi kualitas kehidupan di dalam negeri dan persoalan fundamental. Suatu negara yang membiarkan posisi perdagangannya memburuk terlalu jauh dalam jangka waktu yang lama tidak dapat diharapkan untuk tetap menjadi pemimpin perekonomian dunia dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keunggulan manufaktur yang paling utama yaitu dapat menciptakan lapangan pekerjaan dalam berbagai golongan masyarakat. Sedangkan dalam post- 5

6 industrialisasi, pertumbuhan lapangan pekerjaan pada tingkat kerah biru sangat terbatas. Dalam berbagai industri manufaktur, terdapat banyak pengetahuan yang dapat dibangun pada mesin produksi bagi para pekerja bahkan yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dapat mengoperasikannya dengan efektif. Saat ini di Harrison, mesin produksi dengan teknologi tinggi tidak menuntut skill-demanding melainkan menuntut skill-enabling. David Howell, seorang ahli ekonomi menyatakan jika penggajian pekerja dengan tingkat pendidikan rendah menurun, diperlukan suatu jalan keluar selain dengan teknologi. Kemudian tingkat teknologi yang sama telah mempenetrasikan pabrik dan perkantoran Eropa dan Asia, sedangkan di Amerika telah tingkat penggajian rendah telah menurun terlalu jauh. Manufaktur memang menggunakan intensitas modal yang lebih besar dibandingkan pelayanan post-industrialisasi, namun manufaktur juga memiliki keunggulan lainnya yaitu memungkinkan pemegang jabatan dalam industri untuk membangun suatu dukungan yang luas bagi pemiliknya yang dapat memberikan mereka produktivitas yang besar dengan memasuki industri tersebut. Oleh karena itu, suatu negara yang berorientasi pada manufaktur menikmati berbagai keunggulan dalam persaingan perekonomian dunia. Contohnya dapat dilihat pada Jepang dan Jerman yang telah melewati Amerika dalam berbagai tingkat penggajian. Tercatat pada tahun 1998 dalam Japan: An International Comparison, rata-rata penggajian per jam di Jepang sebesar $14.47, Jerman sebesar $12.79, dan Amerika hanya sebesar $ Jika menufaktur hanya memberikan penggajian yang tinggi dan rendahnya tingkat pengangguran, maka kontribusinya cukup mengesankan. Namun manufaktur juga memberikan kinerja perdagangan yang sangat kuat. Hal ini mempengaruhi kenyataan bahwa produk-produk manufaktur lebih universal dibandingkan dengan pelayanan jasa. Dengan demikian manufaktur lebih unggul dalam lapangan pekerjaan, penggajian, maupun perdagangan dibandingkan dengan pelayanan postindustrialisasi. Saat ini, industri manufaktur merupakan sektor yang sangat efektif dalam mendorong kemakmuran banyak perekonomian. Dalam jangka panjang, perlindungan perekonomian yang sangat besar dimiliki oleh negara dengan industri manufaktur 6

7 yang kuat sebagai serangan balasan pada posisi Amerika sebagai negara superpower tunggal di dunia. Kekurangan postindustrialisasi Pada industri perangkat lunak, lapangan pekerjaan dengan tingkat penggajian tinggi hanya diperuntukkan bagi para pelamar pekerjaan yang terbaik. Industri tersebut merekrut orang-orang yang cerdas dan membayar mereka dengan bayaran tinggi sesuai dengan kemampuan mereka. Artinya, orang-orang yang memiliki kecerdasan di bawah itu akan semakin tertinggal dalam perolehan penghasilan. Selain itu pembajakan sering terjadi pada industri perangkat lunak sehingga mengurangi pendapatan ekspor Amerika. Microsoft merupakan pengecualian dari post-industrialisasi. Perusahaan tersebut dapat memiliki keunggulan dalam pasar global. Sedangkan bagi keseluruhan industri Amerika, kegiatan ekspornya memberikan kontribusi yang rendah dalam total penerimaan penjualan. Hasilnya, bertahun-tahun neraca pembayaran Amerika semakin menurun dikarenakan besarnya post-industrialisasi. Sangat ironis, karena banyak orang berbakat yang ikut serta dalam aktivitas yang justru memberikan sedikit keunggulan bagi Amerika dalam jangka panjang pada persaingan global ditambah lagi dengan masalah meningkatnya impor perangkat lunak dikarenakan pesatnya perkembangan ekspor perangkat lunak di India dan murahnya buruh dari negara lain. Salah satu kunci kekebalan Amerika dalam industri perangkat lunak adalah tingginya permintaan atas perangkat lunak dalam beberapa tahun ini, terutama dikarenakan besarnya penjualan komputer dan permintaan yang berasal dari industri keuangan. Namun keduanya masih kurang untuk dapat mempertahankan posisi keunggulan perangkat lunak Amerika dalam persaingan internasional. Sejauh ini, perekonomian fundamental dalam industri perangkat lunak Amerika masih mengalami kesuraman. Walaupun post-indutrialisasi sering memandang bahwa perusahaan-perusahaan Amerika menggunakan perangkat lunak lebih banyak dibandingkan dengan negara lain, namun pada kenyatannya sebagian besar dari investasi pada industri tersebut terbuang percuma karena hal tesebut justru memberikan penurunan dalam struktur perekonomian Amerika secara keseluruhan. 7

8 Industri keuangan yang menduduki posisi ke dua dalam post-industrialisasi juga memiliki banyak kekurangan. Sama halnya dengan industri perangkat lunak, industtri keuangan juga lebih mengutamakan tingkat intelektual pada lapangan pekerjaannya. Cepatnya pertumbuhan sektor keuangan sama sekali tidak produktif karena inovasi yang terjadi pada jasa keuangan hanya memberikan sedikit manfaat. Keuntungan dari tingginya tingkat pertumbuhan perbankan tidak dirasakan oleh seluruh golongan tingkatan masyarakat. Permasalahan fundamental pada jasa keuangan adalah mereka menawarkan jasa sehinggan meraka harus dekat dengan para pelanggannya, dan selama ini industri keuangan cenderung memberikan hanya sedikit konstribusi pada aktifitas ekspor negara. Selain itu, pasar keuangan dunia memiliki peraturan yang ketat sehingga membatasi peluang institusi keuangan Amerika yang besar sekalipun. Aspirasi Amerika untuk menjual jasa keuangannya ke luar negeri dihalangi oleh kelemahan fundamental perekonomian Amerika modern, yaitu rendahnya tingkat bunga hingga akhirnya dapat menyebabkan Amerika berubah dari pengekspor modal terbesar di dunia menjadi pengimpor modal terbesar di dunia. Industri keuangan telah mengakibatkan masyarakat Amerika mengalami penurunan standar dalam tiga puluh tahun terakhir. Industri keuangan merupakan fungsi utama perekonomian namun seharusnya tidak dikembangkan jauh di atas sektor perekonomian lainnya. Selain industri perangkat lunak dan keuangan, industri lainnya yang dianggap sebagai elemen penting dalam post-industrialisasi Amerika yaitu, konsultasi, media, layanan informasi dan industri jasa lainnya. Sama dengan industri perangkat lunak dan keuangan, industri-industri tersebut juga memiliki permasalahan serupa seperti ketidak-seimbangan tingkatan pekerjaan, tingkat intensitas buruh yang tinggi, rendahnya prospek dalam ekspor, dan sedikitnya peluang untuk membangun kesejahteraan negara. Dengan terjadinya revolusi telekomunikasi, banyak bisnis online yang tumbuh dengan sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Namun sayangnya internet akan membutuhkan perangkat keras dalam jumlah yang sangat besar untuk memberikan 8

9 potensinya dan memerlukan pekerjaan manufaktur dengan tingkat penggajian yang tinggi dari negara yang memiliki industri manufaktur terbesar. Bagi post-industrialisasi, salah satu prospek yang sangat menjanjikan dari revolusi telekomunikasi adalah realitas virtual. Tentu saja realitas virtual pada telekomunikasi memiliki berbagai aplikasi yang menarik, tetapi hal tersebut masih jauh untuk menggambarkan keunggulan pada post-industrialisasi. Selain memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat, realitas virtual memang dapat menjadi perangkat penting dalam teknik mesin, penelitian ilmiah, dan hiburan. Namun demikian, tetap saja dalam perdagangan dunia, hal tersebut akan menghasilkan impor, bukan ekspor, di Amerika. Industri hiburan merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang cepat di Amerka selama beberapa dekade ini. Namun, pertumbuhannya terlalu tinggi sehingga dalam post-industrialisasi digunakan sebagai landasan perekonomian Amerika hingga akhirnya industri hiburan Amerika menghadapi berbagai permasalahan dalam pasar luar negeri, salah satunya adalah pembajakan. Luasnya perkembangan industri hiburan Amerika ternyata tidak dapat menghasilkan return yang nyata dalam dua kriteria perekonomian yaitu, kepuasan pelanggan dalam home market dan keberhasilan ekspor ke luar negeri. Pembuatan film merupakan bisnis besar bagi Amerika. Hollywood sebagai Industri perfilman Amerika terbesar memiliki berbagai keunggulan kompetitif diantaranya dapat menciptakan berbagai tingkat lapangan pekerjaan dan besarnya ekspor film yang dilakukan. Namun jika posisi Amerika dalam perekonomian dunia menurun, Hollywood dapat kehilangan berbagai keunggulan kompetitif yang telah dimiliki Amerika sampai sekarang. Walaupun kinerja Hollywood tetap hebat, namun jika hanya industri perfilman saja, tidak akan cukup untuk mempertahankan posisi Amerika dalam perekonomian dunia. Dengan demikian, dapat disimpulkan tidak ada yang dapat menggantikan manufaktur sebagai penggerak utama menuju kemakmuran dan sudah saatnya Amerika untuk melihat berbagai peluang yang diberikan oleh manufaktur modern. Kekuatan industri manufaktur 9

10 Indsutri manufaktur merupakan industri yang paling memberikan kemajuan dalam perekonomian dunia. Tidak hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang seimbang, Industri manufaktur juga memiliki kekuatan dalam persaingan perdagangan internasional. Salah satu industri manufaktur yang memberikan konstribusi tertinggi dalam mencapai kemakmuran suatu negara adalah industri elektronik. Indsutri elektronik memberikan kemajuan terhadap perekonomian di seluruh dunia karena memungkinkan industri-industri lain melaksanakan kegiatan produksinya. teknik produksi yang terkomputerisasi telah meningkatkan produktivitas dalam indutri manufaktur. Bahkan dalam indutri tradisional seperti industri baja, indutstri elektronik sangat memberikan pengaruh yang positif. Perusahaan yang berorientasi pada pertumbuhan seperti Nikon, perusahaan pembuat kamera di Jepang, dapat mengangkat keahlian dalam manufaktur untuk memperoleh pertumbuhan peluang baru dalam mengembangkan perusahaan dan mempertahankan kestabilan pegawainya dalam jangka panjang. Bisnis silikon, sebagaimana indsutri manufaktur lainnya, dapat menciptakan berbagai pekerjaan pada tingkat pekerja kerah biru, bahkan lebih dari 80 persen buruh di Wacker-Chemi hanya tamatan SMU. Demikian juga pada industri semikonduktor yang telah memberikan kinerja yang baik dalam perekonomian selama beberapa tahun terakhir. Namun, banyak dari industri elektronik yang telah berkembang dengan baik tetapi prospek pertumbuhannya terus menerus dibatasi. Dalam industri manufaktur, selain elektronik, masih banyak industri lainnya yang sudah sejak lama dijalankan sebagai penggerak perekonomian suatu negara, di antaranya industri perkapalan, tekstil, dan industri baja. Bahkan industri manufaktur yang paling tua sekalipun, seperti industri keramik di Cina, telah menunjukkan bahwa industri tersebut mampu memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan perekonomian Cina. Industri perkapalan telah banyak dikembangkan oleh beberapa negara, seperti Jepang, Denmark dan Singapura, yang menerapkan industri manufaktur sebagai penyokong utama perekonomian mereka. Dengan dilakukannya berbagai inovasi pada industri perkapalan, negara-negara tersebut dapat meningkatkan pendapatan perkapita mereka hingga lebih tinggi dibandingkan pendapatan perkapita Amerika. 10

11 Para penganjur post-industrialisasi hanya memandang bahwa industri tekstil sebagai satu sektor, yaitu membuat pakaian dengan intensitas aktivitas buruh yang tinggi. Mereka tidak menyadari bahwa membuat pakaian merupakan tahap akhir dalam proses produksi dan terdapat bagian kecil yang dapat diperhitungkan sebagai value added pada industri tekstil. Industri tekstil memang bukan industri yang dapat berkembang dengan cepat, namun dapat memberikan penawaran yang lebih dibandingkan dengan post-industrialisasi. Hal ini dikarenakan industri tekstil terdiri dari berbagai sektor, mulai dari serat yang berkualitas tinggi dan bahan tenunan hingga penggunaan mesin dengan teknologi tinggi. Swis merupakan salah satu negara yang berhasil membangun peralatan yang reliabel dan produktif sehingga banyak perusahaan pemintalan dan tenunan masih terus mempekerjakan banyak buruh di seluruh negara maju. Maka dapat disimpulkan bahwa walaupun industri tekstil telah ada beberapa ratus tahun yang lalu, namun usaha ini memiliki keunggulan bersaing yang cukup besar. Walaupun mulai mengalami stagnasi dikarenakan banyak industri yang lebih memilih menggunakan plastik dan alumunium, industri baja kembali bergerak dengan cepat dengan menginvestasikan pada cara baru untuk meningkatkan rasionya. Saat ini, industri baja telah mendukung adanya lapangan pekerjaan bagi berbagai buruh pada negara-negara terkaya di dunia, seperti Amerika, Jerman, Swithzerland, Swedia, Austria dan Belgia. Peningkatan industri baja didukung dengan berbagai inovasi pada metode memproduksi baja, yang banyak digunakan berbagai pabrik baja besar di seluruh dunia. Selain itu industri baja juga dapat memberikan dorongan pada berbagai industri lainnya sehingga dapat terus berkembang seiring dengan pertumbuhan industri-industri tersebut. Membangun kembali industri manufaktur Para ekonom menyatakan bahwa prospek industri menufaktur sangat suram. Mereka beranggapan bahwa kegiatan industri manufaktur menghasilkan jumlah produk yang sangat besar sementara kemampuan untuk membeli produk-produk tersebut tidak dapat diciptakan. Kenyataannya kesuraman pada industri manufaktur dapat disangkal. Pada abad 21, tingkat konsumsi dunia akan terus meningkat seiring 11

12 dengan peningkatan pendapatan masyarakat dunia sehingga mereka akan menyediakan suatu pasar bagi produk-produk yang telah dihasilkan. Selain itu, mereka akan meningkatkan tuntutan agar produk yang dihasilkan ramah terhadap lingkungan. Hal tersebut merupakan suatu tantangan dan peluang bagi industri manufaktur. Untuk itu diperlukan inovasi pada industri manufaktur yang dikembangkan dalam berbagai bidang sehingga industri manufaktur dapat terus berperan dalam perekonomian dunia. Jika Amerika tetap menggunakan post-industrialisasi sebagai landasan perekonomiannya, maka akan terjadi kemunduran kinerja ekonomi Amerika dalam beberapa dekade ke depan. Postindustrialisasi juga dapat menyebabkan turunnya posisi perdagangan internasional Amerika padahal perdagangan merupakan hal yang penting dalam perekonomian suatu negara dengan negara lain. Untuk itu diperlukan adanya perubahan kebijakan guna mengembalikan kekuatan industri manufaktur Amerika. Dengan kembali ke perekonomian yang berorientasi pada industri manufaktur dan terus melakukan pengembangan dan inovasi terhadap produkproduknya, Amerika akan dapat meraih kembali kesuksesannya dalam persaingan perdagangan global dan memperbaiki posisi neraca pembayarannya. Strategi yang efektif untuk mengatasi kemunduran yang disebabkan oleh postindustrialisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: meningkatkan tabungan negara, mengubah saluran tabungan tersebut kepada investasi industri, terutama pada mesin produksi untuk mempertinggi produksivitas, memastikan industri manufaktur menghasilkan return yang layak bagi investasi, meningkatkan keahlian para buruh dan mengatasi persaingan dunia mengenai teknologi untuk memproduksi. Peningkatan kualitas manajemen pada industri manufaktur dapat didukung oleh sisitem pendidikan negara yang lebih terarah. Tentunya membangun perekonomian negara menjadi lebih baik juga merupakan kewajiban warga negaranya. Dengan adanya dorongan dari masyarakat maka perekonomian suatu negara akan dapat terus berkembang. 4. Hasil Penelitian? Metodologi Yang Digunakan? 12

13 Buku ini merupakan karya penelitian, ditulis oleh Eamonn Fingleton mantan editor majalah Forbes dan Financial Times. Buku ini menyajikan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari sumber langsung, para pelaku perekonomian di beberapa negara maju, khususnya yang memiliki kemampuan industri manufaktur dengan teknologi canggih seperti Jerman, Jepang, Swiss, dan Amerika. Selain itu, penulis juga menggunakan data sekunder yang didapat dari laporan penelitian lain, ataupun sumber resmi dari lembaga atau instansi pemerintah/swasta yang terkait dengan isu-isu ekonomi dan bisnis. 5. Hubungan Dengan Pandangan Atau Referensi Lain 6. Kritik 7. Komentar, Saran dan Kemungkinan Penelitian Lanjutan 13

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: 09Fakultas Janfry Ekonomi & Bisnis Perekonomian Indonesia Perkembangan Industrialisasi Sihite Program Studi Manajemen Tujuan Sesuai rapem Definisi Industrialisasi Industrialisasi merupakan suatu

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Dosen Pengasuh: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Guru Besar FKIP Universitas Riau RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO Teori Ekonomi Makro adalah salah satu cabang

Lebih terperinci

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Pengenalan Secara Objektif Memahami perbedaan utama diantara beberapa sistem ekonomi didunia. Cara belajar bagaimana mengelompokan negaranegara dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya new economy membuat perekonomian global tumbuh dengan cepat, hal tersebut terlihat dari perkembangan teknologi informasi yang lebih maju, penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2 Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2004 2005 Oleh : Rifki NIM K7499092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di segala bidang yang semakin berkembang, menjadikan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di segala bidang yang semakin berkembang, menjadikan dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian dunia dan semakin pesatnya perkembangan teknologi di segala bidang yang semakin berkembang, menjadikan dunia usaha semakin bersifat kompetitif

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

Microeconomics of Competitiveness: Summary of On Competition Chapters 2,5,8,9

Microeconomics of Competitiveness: Summary of On Competition Chapters 2,5,8,9 Microeconomics of Competitiveness: Summary of On Competition Chapters 2,5,8,9 Submission of Assignment Student : Mas Wigrantoro Roes Setiyadi NPM : 8605210299 Program : S3 Ilmu Manajemen Pasca FEUI Date

Lebih terperinci

MAKALAH MENGELOLA DALAM LINGKUNGAN BISNIS DINAMIS : MENGAMBIL RESIKO DAN MENGHASILKAN LABA. DOSEN PEMBIMBING : Dr. Silvya Sari Rosalina,Ssos,MSi

MAKALAH MENGELOLA DALAM LINGKUNGAN BISNIS DINAMIS : MENGAMBIL RESIKO DAN MENGHASILKAN LABA. DOSEN PEMBIMBING : Dr. Silvya Sari Rosalina,Ssos,MSi MAKALAH MENGELOLA DALAM LINGKUNGAN BISNIS DINAMIS : MENGAMBIL RESIKO DAN MENGHASILKAN LABA DOSEN PEMBIMBING : Dr. Silvya Sari Rosalina,Ssos,MSi Salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis Disusun Oleh

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Teknologi telah menjadi unsur yang terdapat dalam kehidupan manusia, bahkan hampir di semua aspek kehidupan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

Kecenderungan Ekonomi Internasional diharapkan Dapat Menunjang EMO Hannover 2011

Kecenderungan Ekonomi Internasional diharapkan Dapat Menunjang EMO Hannover 2011 Die Welt der Metallbearbeitung The world of metalworking PERNYATAAN PERS From Sylke Becker Phone +49 69 756081-33 Fax +49 69 756081-11 E-mail s.becker@vdw.de Kecenderungan Ekonomi Internasional diharapkan

Lebih terperinci

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I

Market Brief. Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Market Brief Pasar Produk Organik di Jerman ### ITPC Hamburg ITPC HAMBURG - PELUANG PASAR PRODUK ORGANIK DI JERMAN 2015 I Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh kemajuan zaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membuat dampak yang cukup besar bagi industri-industri

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW A. TEORI ROSTOW Teori pembangunan ekonomi Rostow pada mulanya dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956), kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR 2.1. Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 35/10/31/Th. XI, 1 Oktober NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JULI SEBESAR 641,62 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, sepeda kini telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Sepeda

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, sepeda kini telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Sepeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sepeda roda dua atau biasa disebut sepeda ontel ini masih digemari oleh banyak masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai alat transportasi, sepeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut adanya suatu industri sektor perekonomian yang sehat, tangguh, dan berperan. Mengingat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA

DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA DEPENDENCY THEORY, GLOBALISASI, DAN PASAR TENAGA KERJA DISUSUN UNTUK TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER Penyusun : Nama : Pulung Septyoko Nim : 21545 Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS

KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS Week-9 By: Dr. Ida Nurnida Contents 1 Konsep Lingkungan Organisasi 2 Peran Lingkungan Perekonomian Bagi Bisnis 3 Peran Lingkungan Teknologi Bagi Bisnis 4 Peran Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

John Naisbitt, Megatrends, 1983

John Naisbitt, Megatrends, 1983 MASYARAKAT INFORMASI Pada tahun 1965, untuk pertama kali dalam sejarah Amerika, jumlah pekerja ahli di bidang teknik, manajemen dan administratif melampaui jumlah buruh. Industri di Amerika memberi jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perekonomian di Indonesia sedang mengalami situasi yang tidak stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor pertambangan yang sebelumnya

Lebih terperinci

11 dengan adannya penyerapan tenaga kerja baik tinngakat nasional maupun daerah. Industri manufaktur dalam menjalankan kegiatan usahanya juga memerluk

11 dengan adannya penyerapan tenaga kerja baik tinngakat nasional maupun daerah. Industri manufaktur dalam menjalankan kegiatan usahanya juga memerluk BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2.1 Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh kemajuan zaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membuat dampak yang cukup besar bagi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI 2.1 Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 1.1. Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia selalu berubah, dikarenakan adanya dampak dari efek

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia selalu berubah, dikarenakan adanya dampak dari efek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia selalu berubah, dikarenakan adanya dampak dari efek globalisasi yang mempengaruhi negara-negara untuk bersaing satu sama lain. Globalisasi dalam sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perkembangan dunia bisnis semakin mengalami kemajuan yang pesat. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir di semua sektor kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan kekayaan alam yang berlimpah. Dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa dan ragam kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah Untuk mengatur agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia agar memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha dan untuk menghadapi

Lebih terperinci

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori pembangunan ekonomi versi Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapat kritikan dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sepeda kembali tren sekitar tahun 2005-an, beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sepeda kembali tren sekitar tahun 2005-an, beberapa faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sepeda roda dua masih digemari oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai alat transportasi, sepeda kini telah menjadi gaya hidup masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berbagai cara atau inovasi dalam kebutuhan konsumen agar bisa meraih pangsa

PENDAHULUAN. berbagai cara atau inovasi dalam kebutuhan konsumen agar bisa meraih pangsa 16 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini menyebabkan semakin pesatnya persaingan di berbagai sektor industri serta keinginan konsumen terhadap kebutuhan produk yang memiliki kuantitas

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/06/31/Th. XI, 01 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN MARET SEBESAR 696,56 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Pengembangan Ekonomi Kreatif Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 14/03/72/Th.XIX, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2016, Nilai Ekspor US$ 78,90 Juta dan Impor US$ 3,51 Juta Selama Januari 2016, total ekspor senilai US$ 78,90

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia mulai memanfaatkan hutan secara ekonomis pada awal tahun 1970-an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 2013 dalam menghadapi

Lebih terperinci

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan)

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

Bisnis dan Lingkungannya

Bisnis dan Lingkungannya Bisnis dan Lingkungannya Putu Semaradana, S.Pd A. PENGERTIAN BISNIS Secara terminologis, bisnis merupakan sebuah kegiatan atau usaha. Bisnis dapat pula diartikan sebagai aktivitas terpadu yang meliputi

Lebih terperinci

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017 SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017 Yth. Dirjen Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Sekretariat Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) 9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Berlakang Negara Indonesia saat ini sedang mengalami pembangunan ekonomi di berbagai bidang. Keberhasilan dalam bidang perekonomian disuatu negara akan terlihat dari tingkat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA

PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA Oleh : Prof. DR. Ir. Semaun Samadikun DALAM SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INDUSTRI III ITS 1987 26 S/D 28 FEBRUARI 1987 TEMA STRATEGI PENGEMBANGAN IPTEK DALAM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 24/04/32/Th.XVII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci