HIMPUNAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIMPUNAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG HIMPUNAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 DITERBITKAN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN TEMANGGUNG 2008

2

3 DAFTAR ISI No Halaman Judul Daftar Isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 3 Tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengangkatan, Pelantikan, dan Pemberhentian Perangkat Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 7 Tahun 2007 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa Hal i ii ii

4 No. Hal No. Hal Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2007 tentang Keuangan Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 9 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2007 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 11 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 18 Tahun 2007 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2007 Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 19 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten Temanggung Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kabupaten Temanggung Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tatakerja Kelurahan Kabupaten Temanggung Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2007 tentang Lembaga Kemasyarakatan Di Kelurahan 233 iii iv

5 Pasal 11 : Pasal 12 : Pasal 13 : Pasal 14 Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan pembangunan partisipatif adalah fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengembangan tindak lanjut pembangunan secara partisipatif. Huruf c Huruf d Pasal 17 :. Pasal 18 : Pasal 19 : Pasal 20 : LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa dipandang sudah tidak sesuai lagi; Mengingat : b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah

6 Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG M E M U T U S K A N : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA Pasal 6 ayat (3) Pasal 6 ayat (4) Pasal 7 Masa bhakti pengurus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya Pasal 8 Ayat (1) : Ayat (2) : Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah bahwa lembaga kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa di bidang pelayanan masyarakat dalam pembangunan sehingga bisa tercipta kualitas pelayanan yang baik dan cepat. Huruf g. Pasal 9 : Pasal 10 :

7 Pasal 2 ayat (2) Peraturan Desa dimaksud sekurang-kurangnya memuat tentang pembentukan, nama, susunan organisasi, masa kerja kepengurusan lembaga kemasyarakatan desa dan sanksi atas pelanggaran. Pasal 3 : Pasal 4 ayat (1) Pasal 4 Ayat (2) Huruf a. Huruf b. Huruf c Yang dimaksud dengan mengembangkan kemitraan adalah mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan, saling percaya dan saling menghargai. Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat adalah mengembangkan kegiatan yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat dalam rangka mempercepat kemandirian masyarakat. Pasal 5 Pasal 6 ayat (1) Istilah ketua, sekretaris, bendahara dan seksi dapat digunakan dengan sebutan lain Pasal 6 ayat (2) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa di Kabupaten Temanggung. 9. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 10. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 12. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 13. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan

8 perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. BAB II SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA Pasal 2 (1) Pemerintah Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Perangkat Desa ; (2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. (3) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas : a. sekretariat desa dipimpin oleh Sekretaris Desa yang membawahi urusan keuangan dan urusan umum, masing-masing urusan dipimpin oleh seorang kepala; b. pelaksana teknis lapangan terdiri dari Seksi Pemerintahan, Seksi Pembangunan dan Seksi Kesejahteraan Rakyat, masingmasing seksi dipimpin oleh seorang kepala; c. unsur kewilayahan adalah Kepala Dusun. (4) Kepala urusan dan kepala seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan b dapat dibantu oleh Pembantu Kepala Urusan dan Pembantu Kepala Seksi. (5) Istilah Kepala Desa dan Perangkat Desa dapat disebut lain disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya setempat. (6) Bagan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB III TUGAS, WEWENANG DAN FUNGSI KEPALA DESA Pasal 3 (1) Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang berkedudukan sebagai pimpinan pemerintah desa. (2) Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan: PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA I. PENJELASAN UMUM Untuk memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan desa dan dalam rangka ikut membantu tugas pemerintah desa maka di Desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Kemasyarakatan dimaksudkan sebagai wadah untuk menampung prakarsa, partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan, pemberdayaan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat serta pemberdayaan hak politik masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 97 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang menegaskan bahwa pengaturan mengenai pembentukan lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa perlu diganti. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 ayat (1)

9 Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 7 a. urusan pemerintahan, yaitu pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa; b. urusan pembangunan yaitu pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa; c. urusan kemasyarakatan yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Kepala Desa mempunyai wewenang : a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b. mengajukan rancangan Peraturan Desa; c. menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. membina kehidupan masyarakat desa; f. membina perekonomian desa; g. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Kepala Desa mempunyai fungsi : a. pemimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD; b. penyelenggara urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa; c. pembina kehidupan masyarakat desa; d. pembina perekonomian desa;

10 e. wakil desa di dalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. penanggung jawab pelaksanaan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; BAB IV KEWAJIBAN DAN LARANGAN KEPALA DESA Pasal 6 (1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Kepala Desa mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. memelihara keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat; d. melaksanakan kehidupan demokrasi; e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme; f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Desa; g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan; h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik. i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa; j. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; k. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; l. mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dan adat istiadat; n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Lembaga kemasyarakatan desa yang sudah ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini tetap berlaku. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 55) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 19 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati

11 BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 Pemerintah kabupaten dan camat wajib membina dan mengawasi lembaga kemasyarakatan desa. Pasal 15 Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 meliputi : a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan lembaga kemasyarakatan; d. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. e. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa. Pasal 16 Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 meliputi : a. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban lembaga kemasyarakatan ; b. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif ; c. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan ; d. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintah dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan. (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. (3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun (4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD. (5) Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumunan atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya. (6) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. (7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan kepada BPD. Pasal 7 Untuk melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1), Kepala Desa wajib bersikap dan bertindak adil, tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam memberikan pelayanan masyarakat. Pasal 8 Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati, laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, informasi laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat serta laporan akhir masa jabatan Kepala Desa diatur oleh Bupati

12 Pasal 9 Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1), Kepala desa dilarang: a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan;. c. merangkap jabatan sebagai anggota Legislatif; d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah; e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan /atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan dan / atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menyalahgunakan wewenang; h. melanggar sumpah/janji jabatan. BAB V TUGAS DAN LARANGAN PERANGKAT DESA Pasal 10 (1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Pasal 11 (1) Sekretaris Desa mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan dan pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta melaksanakan pelayanan ketatausahaan kepada Kepala Desa. (2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain : a. mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan oleh perangkat desa; b. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat; BAB IX TATA KERJA Pasal 11 (1) Dalam melaksanakan tugasnya para pengurus lembaga kemasyarakatan mengutamakan azas musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan prinsip prinsip koordinasi dan keterpaduan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud ayat (1) lembaga kemasyarakatan desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. BAB X HUBUNGAN KERJA Pasal 12 Hubungan kerja antar lembaga kemasyarakatan desa dan antara lembaga kemasyarakatan desa dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. BAB XI SUMBER DANA Pasal 13 Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan desa dapat bersumber dari : a. swadaya masyarakat; b. anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah; d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat

13 a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi gotong royong dan swadaya masyarakat; d. Menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. (2) Fungsi lembaga kemasyarakatan meliputi : a. penumbuhan, pengembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat; b. penampungan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; c. pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan; d. pemberdayaan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga e. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; f. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; g. pemberdayaan hak politik masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB VIII KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 9 Lembaga kemasyarakatan desa berkewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. membantu kelancaran tugas-tugas pemerintah desa dalam bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan keamanan; c. membina demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Pasal 10 Lembaga kemasyarakatan desa dilarang : a. melakukan kegiatan atau tindakan yang merugikan kepentingan negara, pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat; b. menyelenggarakan urusan keuangan dan urusan administrasi umum; c. melakukan urusan surat-menyurat, kearsipan dan pelaporan; d. mengumpulkan bahan, mengevaluasi data dan merumuskan program-program serta petunjuk pembinaan penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; e. menyusun program kerja tahunan dan pelaporannya. Pasal 12 Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas : a. menyusun rencana kerja dan melakukan administrasi keuangan desa; b. membantu pelaksanaan tugas di bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain; c. mengurus pertanggungjawaban atas penggunaan keuangan yang telah dikeluarkan; d. menyusun laporan di bidang keuangan. Pasal 13 Kepala Urusan Umum mempunyai tugas : a. menyusun rencana kerja dan menyelenggarakan ketatausahaan; b. menyusun rencana kerja dan menyelengarakan kearsipan; c. menyusun rencana kerja dan melakukan pembinaan kepegawaian; d. menyusun rencana kerja dan melakukan urusan perlengkapan dan inventaris desa; e. menyusun rencana kerja dan melakukan urusan rumah tangga desa; f. mengatur penyelenggaraan rapat-rapat dinas dan upacara. Pasal 14 Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai tugas antara lain : a. menyusun rencana kerja penyelenggaraan pemerintahan desa, pemerintahan umum dan administrasi pertanahan; b. menyusun rencana kerja dan pengadministrasian kependudukan dan catatan sipil; c. menyusun rencana kerja dan mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

14 d. menyusun rencana kerja dan menyelenggarakan pengadministrasian bidang pemerintahan dan perlindungan masyarakat; e. menyusun rencana kerja dan membantu melaksanakan pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat serta melakukan kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya. Pasal 15 Kepala Seksi Pembangunan mempunyai tugas antara lain : a. menyusun rencana kerja dan menyelenggarakan pembangunan serta menjaga dan memelihara sarana dan prasarana di lingkungan desa; b. menyusun rencana kerja dan melakukan bimbingan di bidang perekonomian, distribusi dan produksi; c. menyelenggarakan pengadministrasian di bidang pembangunan dan perkonomian; d. menyusun rencana kerja dan melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan. Pasal 16 Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas antara lain : a. menyusun rencana kerja dan melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan masyarakat; b. menyusun rencana kerja dan melakukan pembinaan di bidang keagamaan, keluarga berencana, kesehatan dan pendidikan masyarakat; c. menyusun rencana kerja dan melakukan pembinaan kesejahteraan keluarga dan organisasi yang ada di desa; d. menyusun rencana kerja dan membantu kegiatan pengumpulan zakat, infak dan sodaqoh; e. menyusun rencana kerja dan menyelenggarakan pengadministrasian di bidang kesejahteraan masyarakat. Pasal 17 Kepala Dusun mempunyai tugas membantu Kepala Desa menyelenggarakan pemerintahan desa di wilayah kerjanya dalam hal : b. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. mengembangkan kemitraan; d. memberdayakan masyarakat; e. mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. f. mengoptimalkan potensi yang ada di desa. BAB V KEDUDUKAN Pasal 5 Lembaga kemasyarakatan desa berkedudukan di desa. BAB VI KEPENGURUSAN Pasal 6 (1) Kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa seksi sesuai dengan kebutuhan. (2) Jumlah pengurus lembaga kemasyarakatan desa disesuaikan dengan kebutuhan. (3) Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara demokratis dari anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan, kemauan dan kepedulian dalam upaya pemberdayaan masyarakat. (4) Pengurus lembaga kemasyarakatan desa ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. Pasal 7 Masa bhakti pengurus lembaga kemasyarakatan desa ditetapkan paling lama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali. BAB VII TUGAS DAN FUNGSI Pasal 8 (1) Tugas lembaga kemasyarakatan desa adalah :

15 BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 (1) Desa dapat membentuk Lembaga Kemasyarakatan sesuai kebutuhan. (2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan berdasarkan musyawarah mufakat dalam musyawarah desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB III NAMA LEMBAGA KEMASYARAKATAN Pasal 3 Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) antara lain : Rukun Tetangga, Rukun Warga, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, dan Satuan Tugas Perlindungan Masyarakat. BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4 (1) Maksud dibentuknya lembaga kemasyarakatan desa adalah: a. sebagai upaya pemeliharaan dan pelestarian nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berasaskan kegotong-royongan dan kekeluargaan; b. sebagai upaya untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan; c. sebagai upaya untuk menggalakkan partisipasi seluruh potensi swadaya masyarakat yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada dalam usaha mensejahterakan masyarakat; d. sebagai upaya dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat. (2) Tujuan dibentuknya lembaga kemasyarakatan desa adalah: a. meningkatkan pelayanan masyarakat; a. melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan keamanan, ketentraman serta ketertiban; b. pelaksanaan peraturan desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa; c. pembinaan dan kerukunan warga; d. meningkatkan swadaya gotong royong; e. melakukan penyuluhan program pemerintah. Pasal 18 Dalam melaksanakan tugas perangkat desa dilarang: a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan; c. merangkap jabatan sebagai anggota Legislatif; d. terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah, dan pemilihan kades; e. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. menyalahgunakan wewenang; h. melanggar sumpah/janji jabatan. BAB VI PEJABAT YANG MEWAKILI DALAM HAL KEPALA DESA BERHALANGAN Pasal 19 (1) Dalam hal Kepala Desa berhalangan lebih dari 7 (tujuh) hari, maka Sekretaris Desa menjalankan tugas Kepala Desa. (2) Dalam hal Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan menjalankan tugas dan kewajiban kepala desa, maka tugas dan kewajiban kepala desa serta sekretaris desa dijalankan oleh salah satu perangkat desa lainnya

16 (3) Penunjukan yang menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati atas usul BPD melalui Camat. BAB VII TATA KERJA Pasal 20 Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya melaksanakan koordinasi atas segala kegiatan pemerintahan di desa. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa. Pasal 22 Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi : a. menetapkan pengaturan kewenangan kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa; b. memberikan pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari kabupaten; c. memberikan pedoman penyusunan peraturan desa dan peraturan kepala desa; d. melakukan penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan desa; e. melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan desa; f. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa; g. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa; h. menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah adalah pemerintah pusat. 2. Pemerintah Provinsi adalah pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 3. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 7. Pemerintahan Desa adalah Penyelenggara Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa 9. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa di Kabupaten Temanggung. 10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa. 11. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 12. Keputusan kepala desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeuarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 13. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat

17 Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG M E M U T U S K A N : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA i. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; j. memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; Pasal 23 Pembinaan dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi : a. memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; b. memfasilitasi administrasi tata pemerintahan desa; c. memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah kabupaten yang diserahkan Kepala Desa; d. memfasilitasi pelaksanaan tugas Kepala Desa dan Perangkat Desa; e. memfasilitasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Jabatan Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, dan Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa, menurut ketentuan Peraturan Daerah ini selanjutnya menjadi Kepala Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Pembangunan, dan Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat; (2) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, Kepala Desa harus sudah menetapkan Peraturan Desa tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa sesuai dengan Peraturan Daerah ini

18 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 47) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 26 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 Diundangkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Jawa Tengah ;

19 Pasal 14 : Pasal 15 ayat (1) : Peringatan dikeluarkan secara tertulis oleh Kepala Desa sampai 2 (dua) kali untuk memberi kesempatan kepada perangkat desa lainnya dimaksud untuk memperbaiki perbuatan atau menyelesaikan permasalahan yang dilakukan. Untuk masing-masing peringatan tersebut diberikan jangka waktu 1 (satu) bulan. Pasal 15 ayat (2) sampai dengan ayat (5) : Cukup Jelas. Pasal 16 Pasal 17 : Pasal 18 : Pasal 19 : Cukup Jelas. Pasal 20 : Cukup Jelas. Pasal 21 : Cukup Jelas. Pasal 22 : PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa Desa memiliki otonomi tersendiri dan dengan adanya otonomi tersebut memungkinkan desa diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan tertentu. Dalam rangka mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa maka diperlukan adanya pengaturan, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat menjamin terlaksananya kegiatan pemerintah desa tersebut. Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menegaskan bahwa ketentuan mengenai Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah. Oleh karena itu Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa perlu diganti

20 II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Kewenangan desa antara lain pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Huruf b Huruf c Pembinaan sosial budaya masyarakat antara lain bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat. Pasal 4 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif adalah menfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian pembangunan di desa Pasal 3 ayat (3) : Pasal 4 ayat (1) : Cukup Jelas Pasal 4 ayat (2) : Lembaga Kemasyarakatan meliputi : Rukun Tetangga, Rukun Warga, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Satgas Linmas. Tokoh masyarakat adalah tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Pasal 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : Cukup Jelas Pasal 7 : Cukup Jelas Pasal 8 : Pasal 9 : Pasal 10 : Pasal 11 : Pasal 12 : Pasal 13 :

21 Pasal 3 ayat (1) huruf a : Yang dimaksud dengan bertakwa dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban agamanya. Pasal 3 ayat (1) huruf b : Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang dimaksud dengan setia kepada Pemerintah adalah yang mengakui Pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 3 ayat (1) huruf c : Pendidikan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah ST, SKP, SMEP dan program Kejar Paket B atau lulusan pondok pesantren yang diakui oleh Departemen Agama setingkat SMP. Dibuktikan dengan foto copy ijazah/surat keterangan lain yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Pasal 3 ayat (1) huruf d: Yang dimaksud terdaftar sebagai penduduk desa dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Yang dimaksud putra desa adalah seseorang yang lahir dan pernah bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala Desa dan diketahui minimal 2 (dua) orang saksi. Pasal 3 ayat (1) huruf e sampai dengan huruf h: Pasal 3 ayat (1) huruf i : Yang dimaksud kepala desa dan istri sampai derajat pertama yaitu ayah, ibu, anak, kakak, dan adik dari kepala desa yang bersangkutan atau istri/suaminya. Pasal 3 ayat (2) : Huruf h Huruf i Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Untuk mendamaikan perselisihan, Kepala Desa dapat dibantu oleh tokoh masyarakat Huruf l Huruf m Huruf n

22 Huruf o Ayat (2) Yang dimaksud dengan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa adalah laporan semua kegiatan desa berdasarkan kewenangan desa yang ada, serta tugas-tugas dan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten Yang dimaksud dengan memberikan keterangan pertanggungjawaban adalah keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APBDes Yang dimaksud dengan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat adalah memberikan onformasi berupa pokok-pokok kegiatan. Ayat (3) Ayat (4) BPD dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis atas laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa, tetapi tidak dalam kapasitas menolak atau menerima. Ayat (5) Ayat (6) Yang dimaksud pembinaan dapat berupa pemberian sanksi dan/atau penghargaan. Ayat (7) Yang dimaksud dengan Laporan Akhir Masa Jabatan adalah laporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa disampaikan kepada Bupati dan BPD selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. Pasal 7 Tidak mempersulit dalam memberikan pelayanan masyarakat dimaksudkan bahwa dalam menjalankan tugas pelayanan masyarakat, Kepala Desa harus dapat menyederhanakan mekanisme pelayanan kepada masyarakat dengan berpedoman pada standar pelayanan prima PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA I. PENJELASAN UMUM Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang - Undang, yang merupakan pengganti dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dan sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 9 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, dan atau Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa perlu diganti. Sebagaimana Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, ditegaskan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa Lainnya diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup Jelas Pasal 2 :

23 Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 Diundangkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 6 Pasal 8 Pasal 9 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah termasuk juga wakilnya Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Pasal 10 Ayat (1) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal

24 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud terlibat adalah keterlibatan Perangkat Desa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah, dan Kepala Desa sehingga menyebabkan orang lain terpengaruh. Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pengusulan yang menjalankan tugas oleh BPD harus mempertimbangkan kemampuan perangkat desa yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa dan Sekretaris Desa BAB X PEMBIAYAAN Pasal 18 (1) Besarnya biaya pengangkatan perangkat desa lainnya ditentukan oleh Kepala Desa atas usul panitia. (2) Biaya pengangkatan perangkat desa lainnya dibebankan pada APB Desa sesuai kemampuan desa dan bantuan dari Pemerintah Daerah. (3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk: a. administrasi (pengumuman, formulir pendaftaran, soal ujian penyaringan, pembuatan Surat Keputusan, pelaporan); b. penelitian syarat-syarat calon; c. honorarium panitia/petugas; d. pelantikan; e. konsumsi dan rapat-rapat. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Perangkat desa yang telah ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan masa jabatannya berakhir, dan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya berpedoman pada Peraturan Daerah ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 9 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, dan atau Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 50) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

25 a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Perangkat desa lainnya diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai perangkat desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban perangkat desa; f. melanggar larangan bagi perangkat desa; g. terbukti melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (3) Pemberhentian perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (4) Pemberhentian perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa sejak tanggal putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (5) Pemberhentian perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) selanjutnya Kepala Desa mengangkat pelaksana tugas. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 BAB IX PENGANGKATAN PELAKSANA TUGAS PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 17 (1) Pengangkatan pelaksana tugas perangkat desa lainnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dari unsur perangkat desa. (2) Masa jabatan pelaksana tugas perangkat desa lainnya selamalamanya 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pengangkatan dan dapat diperpanjang lagi. (3) Tugas, wewenang, dan kewajiban pelaksana tugas pelaksana perangkat desa lainnya adalah sama dengan tugas, wewenang, dan kewajiban perangkat desa lainnya

26 Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor : 1 Tahun 2007 Tanggal : 22 Januari 2007 BAGAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KEPALA DESA SEKRETARIS DESA BAB VIII PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 14 Perangkat desa lainnya yang melalaikan tugas, wewenang dan kewajibannya serta melanggar larangan, sehingga merugikan kepentingan negara, pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat atau melakukan perbuatan melawan hukum dan atau norma-norma yang berkembang di desa yang bersangkutan dikenakan tindakan administratif berupa teguran, pemberhentian sementara dan atau pemberhentian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15 SEKSI PEMERINTAHAN SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI KESRA KADUS URUSAN KEUANGAN URUSAN UMUM BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN (1) Perangkat desa lainnya yang terbukti melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dapat diberhentikan sementara dari jabatannya untuk masa 6 (enam) bulan, setelah diberi peringatan sebagaimana mestinya. (2) Perangkat Desa lainnya yang disangka melakukan tindak pidana kejahatan atau tindak pidana yang berhubungan dengan jabatan dapat diberhentikan sementara oleh Kepala Desa sampai dengan dihentikannya tindakan penyidikan atau penuntutan oleh pejabat yang berwenang atau sampai dengan adanya Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan bersalah tidaknya perangkat desa lainnya yang bersangkutan. (3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, selanjutnya Kepala Desa mengangkat pelaksana tugas. (4) Apabila selama masa pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersangkutan ternyata tidak merubah sikap dan perilakunya menuju ke arah perbaikan, maka perangkat desa lainnya yang bersangkutan dapat diberhentikan secara tetap dari jabatannya sebagai perangkat desa lainnya. Pasal 16 (1) Perangkat desa lainnya berhenti karena :

27 Pasal 11 (1) Pengangkatan Perangkat Desa Lainnya ditetapkan berdasarkan hasil ujian penyaringan. (2) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah yang mendapat nilai hasil ujian penyaringan tertinggi sesuai standar minimal yang telah ditentukan. (3) Dalam hal terdapat nilai tertinggi sama, maka diadakan ujian ulang untuk calon-calon yang mendapatkan nilai tertinggi sama pada hari itu juga. (4) Dalam hal ujian ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hasilnya tetap sama, maka untuk proses pengangkatan selanjutnya diserahkan kepada kepala desa setelah berkonsultasi dengan BPD. (5) Berdasarkan hasil konsultasi dengan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan hasil ujian penyaringan, kepala desa menetapkan perangkat desa lainnya. Pasal 12 (1) Kepala desa menerbitkan Keputusan tentang pengangkatan perangkat desa lainnya. (2) Sebelum memangku jabatannya, Perangkat Desa Lainnya mengucapkan sumpah/janji yang susunan kata-katanya sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban-kewajiban saya selaku Perangkat desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia BAB VII MASA KERJA PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 13 Masa kerja perangkat desa berakhir sampai dengan yang bersangkutan berumur 60 tahun. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Perwakilan Desa dipandang sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Badan Permusyawaratan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah. 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

28 Menetapkan : (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BAB V LARANGAN DAN SANKSI BAKAL CALON DAN CALON PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 8 (1) Bakal Calon dan Calon Perangkat Desa Lainnya dilarang memberikan sesuatu baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud atau dalih apapun untuk diangkat sebagai Perangkat Desa Lainnya. (2) Bakal Calon dan Calon Perangkat Desa Lainnya yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka panitia pengangkatan berhak menyatakan gugur dalam pencalonan Perangkat Desa Lainnya. Pasal 9 a. Dalam hal Bakal Calon atau Calon Perangkat Desa Lainnya memalsukan keterangan mengenai dirinya, maka Panitia Pengangkatan berhak menyatakan Bakal Calon atau Calon Perangkat Desa Lainnya tersebut gugur. b. Dalam hal pemalsuan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketahui setelah Calon Perangkat Desa Lainnya dilantik, maka yang bersangkutan akan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI PENCALONAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 10 (1) Pencalonan perangkat desa lainnya diajukan oleh bakal calon secara tertulis kepada Kepala Desa dengan dilengkapi persyaratan yang ditentukan. (2) Kepala Desa menyerahkan berkas lamaran bakal calon kepada Panitia Pengangkatan Perangkat Desa Lainnya. (3) Penetapan bakal calon Perangkat Desa Lainnya melalui seleksi kelengkapan administrasi. (4) Penetapan calon perangkat desa lainnya melalui ujian penyaringan

29 a. mengumumkan kekosongan perangkat desa lainnya; b. menyusun rencana anggaran biaya pelaksanaan pengangkatan perangkat desa lainnya; c. melaksanakan penjaringan bakal calon perangkat desa lainnya; d. melaksanakan penyaringan bakal calon perangkat desa lainnya dengan meneliti persyaratan administrasi dan mengadakan ujian penyaringan; e. melaporkan hasil ujian penyaringan perangkat desa lainnya kepada Kepala Desa (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Pasal 6 (1) Dalam hal anggota Panitia mencalonkan diri sebagai bakal calon, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari kepanitiannya. (2) Dalam hal anggota Panitia pengangkatan Perangkat Desa Lainnya terbukti melanggar ketentuan dalam Pengangkatan Perangkat Desa Lainnya, maka kepada yang bersangkutan dapat diberhentikan dari kepanitiaan dan dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 (1) Untuk menjamin agar proses pengangkatan perangkat desa lainnya berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibentuk Panitia Pengawas tingkat Kecamatan dan Kabupaten oleh Bupati. (2) Panitia Pengawas sebagaimana tersebut pada ayat (1) mempunyai tugas: a. mengawasi proses pelaksanaan pengangkatan Perangkat Desa Lainnya, memfasilitasi upaya pemecahan masalah bila ada permasalahan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan; b. memberikan petunjuk-petunjuk teknis pelaksanaan pengangkatan Perangkat Desa Lainnya; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa di Kabupaten Temanggung. 9. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 11. Peraturan kepala desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 12. Keputusan kepala desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan

30 13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana keuangan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD yang ditetapkan dengan peraturan desa. 14. Peraturan tata tertib BPD adalah peraturan yang dibuat oleh BPD sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 15. Keputusan BPD adalah keputusan yang ditetapkan oleh BPD. 16. Tokoh masyarakat adalah tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI Pasal 2 BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pasal 3 BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BAB III KEANGGOTAAN BPD Pasal 4 (1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. (2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri dari unsur : Ketua Rukun Warga, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. (3) Dalam hal pengurus lembaga kemasyarakatan ditetapkan menjadi anggota BPD, maka yang bersangkutan harus melepaskan jabatannya dalam kepengurusan lembaga kemasyarakatan. d. berumur sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun setinggitingginya 48 (empat puluh delapan) tahun dan terdaftar sebagai penduduk serta bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berturut-turut, kecuali putra desa; e. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter Pemerintah; f. berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala desa; g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman pidana 5 (lima) tahun atau lebih yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala desa; h. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat. i. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kepala desa dan istri/suaminya sampai dengan derajat pertama baik keatas, kebawah maupun kesamping. (2) Bagi anggota TNI/POLRI dan Pegawai Negeri Sipil yang masih dinas aktif, disamping memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin tertulis dari atasannya/pejabat yang berwenang. (3) Bagi putra desa yang diangkat menjadi perangkat desa lainnya terhitung mulai tanggal pelantikan harus bertempat tinggal di desa yang bersangkutan, khusus bagi Kepala Dusun wajib bertempat tinggal di dusun yang bersangkutan. BAB IV PANITIA PENGANGKATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 4 (1) Untuk keperluan Pengangkatan Perangkat Desa Lainnya, Kepala Desa membentuk Panitia Pengangkatan. (2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri dari Perangkat Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat. Pasal 5 (1) Panitia pengangkatan sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 mempunyai tugas dan wewenang :

31 perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 12. Perangkat desa adalah Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 13. Sekretaris Desa adalah perangkat desa yang diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. 14. Perangkat Desa lainnya adalah terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, dan Unsur Kewilayahan. 15. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja kepala dusun. BAB II PENGANGKATAN SEKRETARIS DESA Pasal 2 (1) Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan yaitu: a. pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a) dan berpendidikan minimal SMU atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan bidang perencanaan; e. memahami sosial budaya masyarakat setempat; f. bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. (2) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati. BAB III PERSYARATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 3 (1) Yang dapat mencalonkan dan diangkat menjadi perangkat desa lainnya adalah penduduk desa, dengan syarat-syarat : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah; c. berpendidikan sekurang-kurangnya berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah atau yang sederajat; Pasal 5 (1) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan jumlah penduduk. (2) Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan, dengan ketentuan : a. jumlah penduduk sampai dengan jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 5 orang anggota; b. jumlah penduduk diatas jiwa sampai dengan jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 7 orang anggota; c. jumlah penduduk diatas jiwa sampai dengan jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 9 orang anggota; d. jumlah penduduk diatas jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 11 orang anggota. Pasal 6 Persyaratan untuk dapat dicalonkan menjadi anggota BPD adalah: a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah; c. penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia; d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah atau yang sederajat; e. pada saat dicalonkan berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun dan terdaftar sebagai penduduk desa setempat sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun berturut-turut; f. sehat jasmani dan rohani; g. berkelakuan baik; h. tidak pernah dihukum penjara karena tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; i. tidak dicabut hak pilihnya; j. belum pernah menjadi anggota BPD selama dua kali masa jabatan berturut-turut di desa yang bersangkutan; k. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat; l. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD

32 BAB IV MEKANISME PENCALONAN DAN PENETAPAN ANGGOTA Pasal 7 Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHEN- TIAN PERANGKAT DESA (1) Calon anggota BPD ditetapkan secara musyawarah dan mufakat. (2) Mekanisme pencalonan dan penetapan anggota BPD adalah: a. selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota BPD, Kepala Desa memproses pencalonan dan penetapan calon anggota BPD; b. Kepala Desa mengadakan musyawarah desa untuk menentukan pembagian distrik/wilayah dan kuota anggota BPD masingmasing distrik/wilayah, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; c. masing-masing distrik/wilayah mengadakan musyawarah dan mufakat untuk mengusulkan calon anggota BPD berdasarkan kuota yang telah ditetapkan/ dituangkan dalam berita acara; d. peserta musyawarah di tingkat distrik/wilayah adalah Ketua Rukun Warga, golongan profesi, dan tokoh masyarakat lainnya; e. calon anggota BPD disampaikan kepada Kepala Desa untuk diusulkan penetapannya kepada Bupati melalui Camat. Pasal 8 (1) Anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Sebelum memangku jabatannya, anggota BPD mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk. (3) Susunan kata-kata sumpah/janji BPD adalah sebagai berikut: Demi Allah/Tuhan, Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi desa, daerah dan negara kesatuan Republik Indonesia. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa di Kabupaten Temanggung. 9. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 10. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 11. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan

33 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN BAB V TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Lembaga Pasal 9 BPD mempunyai tugas dan wewenang: a. membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d. memproses pemilihan Kepala Desa; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; f. menyusun dan menetapkan tata tertib BPD. Pasal 10 BPD mempunyai hak: a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; b. menyatakan pendapat; c. mengadakan perubahan rancangan Peraturan Desa; Pasal 11 (1) BPD mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kinerjanya kepada masyarakat paling sedikit satu kali setahun dalam musyawarah desa; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian informasi hasil kinerja BPD diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Kedua Anggota Pasal 12 (1) Anggota BPD mempunyai hak : a. mengajukan rancangan peraturan desa;

34 b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. memperoleh tunjangan. (2) Anggota BPD mempunyai kewajiban : a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan f. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; g. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. Pasal 13 (1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa, Perangkat Desa dan pengurus lembaga kemasyarakatan desa. (2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang : a. sebagai pelaksana proyek desa; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme ; d. menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; e. menyalahgunakan wewenang; f. melanggar sumpah/janji jabatan. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian Perangkat Desa sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pengangkatan, Pelantikan, dan Pemberhentian Perangkat Desa

35 BAB VI PIMPINAN BPD Pasal 14 (1) Pimpinan BPD terdiri dari 1(satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang Sekretaris; (2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus; (3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. BAB VII RAPAT BPD Pasal 15 (1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD. (2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan keputusannya ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. (3) Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurangkurangnya ½ (satu per dua) ditambah satu dari jumlah anggota BPD yang hadir. (4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pasal 16 Rapat BPD bersifat terbuka untuk umum, kecuali yang dinyatakan tertutup berdasarkanperaturan tata tertib BPD atau atas kesepakatan pimpinan BPD

36 Pasal 17 Rapat tertutup BPD dapat mengambil keputusan, kecuali mengenai: a. pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa; b. usul pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; c. pemilihan Pimpinan BPD; d. menetapkan Peraturan Desa; e. utang piutang, pinjaman dan pembebanan kepada desa; f. badan usaha milik desa; g. persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai; h. kebijakan tata ruang; i. kerjasama desa; j. hal-hal lain yang bersifat membebani, membatasi hak, memuat larangan dan kewajiban kepada masyarakat. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata tertib rapat BPD diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VIII TUNJANGAN DAN OPERASIONAL BPD Pasal 19 Pasal 32 ayat (3) : Pemberitahuan secara tertulis dapat didahului dengan pemberitahuan lisan melalui alat komunikasi. Pasal 33 : Pasal 34 : Pasal 35 : Pasal 36 : Pasal 37 : Pasal 38 : Pasal 39 : (1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa. (2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APB Desa. Pasal 20 (1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD. (2) Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa

37 Pasal 22 : Pasal 23 : Pasal 24 ayat (1) : Yang dimaksud dengan force majeur adalah kejadian yang diakibatkan oleh alam dan tidak dapat ditanggulangi seperti bencana alam, banjir, gunung meletus dan lain-lain. Pasal 24 ayat (2) : Pasal 25 : Pasal 26 : Pasal 27 : Pasal 28 : Pasal 29 : Pasal 30 : Pasal 31 : Pasal 32 ayat (1) : Pasal 32 ayat (2) : BAB IX MASA JABATAN DAN PEMBERHENTIAN BPD Pasal 21 Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pasal 22 Keanggotaan BPD berhenti atau diberhentikan karena: a. meninggal dunia; b. atas permintaan sendiri; c. telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD yang baru; d. melanggar sumpah dan janji; e. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. BAB X PENGGANTIAN ANGGOTA DAN PIMPINAN BPD ANTAR WAKTU Pasal 23 (1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diadakan penggantian. (2) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Kepala Desa. (3) Anggota BPD yang diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya harus mendapatkan persetujuan dua pertiga jumlah anggota BPD. (4) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan. (5) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti antar waktu dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat dari distrik/wilayah yang bersangkutan

38 (6) Usulan pemberhentian anggota BPD dan calon pengganti anggota BPD antar waktu disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat. Pasal 24 Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya usulan pemberhentian dan pengganti anggota BPD antar waktu, Bupati menerbitkan Keputusan Penetapan. Pasal 25 (1) Apabila pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian pimpinan BPD; (2) Masa jabatan pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu masa jabatan yang belum dijalani oleh pimpinan BPD yang berhenti atau diberhentikan; (3) Mekanisme penggantian Pimpinan BPD diatur dalam Tata Tertib BPD. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, Kepala Desa harus sudah menetapkan Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa sesuai dengan Peraturan Daerah ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Perwakilan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 44) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Bebas artinya setiap penduduk yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun dan dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. Rahasia artinya setiap pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh siapapun. Jujur artinya dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa, Pemerintah, Panitia Pemilihan dan pihak-pihak yang tekait secara langsung ataupun tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adil artinya setiap pemilih atau bakal calon dan calon Kepala Desa mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Pasal 15 ayat (3) : Pasal 16 : Pasal 17 : Pasal 18 : Pasal 19 : Pasal 20 : Pasal 21 :

39 Pasal 10 ayat (1) huruf k : Pasal 10 ayat (2) : Pasal 10 ayat (3) : Ijin cuti berlaku sejak mendaftarkan sampai dengan ditetapkannya Kepala Desa terpilih. Pasal 10 ayat (4) : Pasal 10 ayat (5) : Dibuktikan dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pasal 11 : Pasal 12 : Pasal 13 : Pasal 14 : Pasal 15 ayat (1) : Pasal 15 ayat (2) : Langsung artinya pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya dan tidak boleh diwakilkan. Umum artinya penduduk yang telah memenuhi syarat tertentu, mempunyai kesempatan atau berhak untuk ikut dalam pemilihan Kepala Desa, baik hak untuk memilih maupun dipilih tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin maupun status sosial. Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

40 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Sehubungan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang dan berdasar Pasal 29 dan Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yang keanggotaannya ditetapkan secara musyawarah dan mufakat berdasarkan keterwakilan wilayah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, diatur lebih lanjut mengenai kedudukan dan fungsi, keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa, tugas, wewenang, hak dan kewajiban. Oleh karena itu Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 3 Tahun 2001 tentang Badan Perwakilan Desa perlu diganti. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1. Pasal 2 Pasal 3 melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang dimaksud dengan setia kepada Pemerintah adalah yang mengakui Pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 10 ayat (1) huruf c : Pendidikan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah ST, SKP, SMEP dan program Kejar Paket B. Dibuktikan dengan foto copy ijazah/surat keterangan lain yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Pasal 10 ayat (1) huruf d : Usia dibuktikan dengan foto copy KTP dan akte kelahiran/surat kenal lahir. Pasal 10 ayat (1) huruf e : Yang dimaksud terdaftar sebagai penduduk desa dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Yang dimaksud putra desa adalah seseorang yang lahir dan pernah bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala Desa dan diketahui minimal 2 (dua) orang saksi. Pasal 10 ayat (1) huruf f : Pasal 10 ayat (1) huruf g : Pasal 10 ayat (1) huruf h : Pasal 10 ayat (1) huruf 1 : Pasal 10 ayat (1) huruf j : Yang dimaksud 2 (dua) kali masa jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 (dua) kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak

41 Tokoh masyarakat adalah tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Pasal 3 ayat (2) : Pasal 4 : Pasal 5 ayat (1) : Pasal 5 ayat (2) : Yang dimaksud dengan derajat pertama adalah anak, orang tua, kakak dan/atau adik. Pasal 5 ayat (3) : Pasal 6 : Pasal 7 : Pasal 8 : Pasal 9 : Pasal 10 ayat (1) huruf a: Yang dimaksud dengan bertakwa dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban agamanya. Pasal 10 ayat (1) huruf b: Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan keterwakilan wilayah adalah keterwakilan dari satu atau lebih dusun yang ditetapkan sebagai suatu wilayah berdasarkan pembagian jumlah penduduk. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 5 Pasal 6 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Pendidikan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah ST, SKP, SMEP dan program Kejar Paket B Huruf e Bagi penduduk yang telah terdaftar sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun di desa setempat harus dilampiri dengan keterangan dari Kepala Desa. Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k

42 Huruf l Pasal 7 Ayat (1). Ayat (2) Pasal 8 Pasal 9 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan memproses pemilihan kepala desa adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa terpilih dan mengusulkan calon kepala desa terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi kepala desa terpilih. Huruf e Huruf f Pasal 10 Huruf a : Yang dimaksud keterangan adalah Laporan Keterangan Pertanggung jawaban Kepala Desa Huruf b Huruf c Pasal 11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA I. PENJELASAN UMUM Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang - Undang, dan sesuai Pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, ditegaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah. Maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa perlu diganti. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Pasal 2 : Pasal 3 ayat (1) : Lembaga kemasyarakatan meliputi : Rukun Tetangga, Rukun Warga, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Satuan Tugas Linmas dan lembaga lainnya

43 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 BUPATI TEMANGGUNG, WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 5 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Yang dimaksud dengan lembaga kemasyarakatan desa antara lain Rukun Tetangga, Rukun Warga, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna dan Satuan Tugas Perlindungan Masyarakat. Ayat (2) Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dengan hal tertentu adalah rapat BPD yang akan membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis bagi kepentingan masyarakat desa seperti usul pemberhentian kepala desa dan melakukan pinjaman. Ayat (4). Pasal 16 Pasal 17 Dalam hal membahas dan mengambil keputusan tentang hal-hal sebagaimana dimaksud huruf a sampai dengan huruf j wajib dilakukan dengan rapat terbuka Pasal 18 Pasal

44 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Kecuali melakukan tindakan pidana kejahatan usulan pemberhentiannya tidak perlu persetujuan dua pertiga anggota BPD Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 (7) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g ditetapkan oleh Bupati sejak tanggal putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (8) Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa atas usul Camat berdasarkan aspirasi masyarakat, dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan kepala desa paling lama 6 (enam) bulan. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36 Kepala Desa yang masih menjabat pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan masa jabatannya berakhir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat pengangkatannya, dan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berpedoman pada Peraturan Daerah ini. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 49) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 38 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 39 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

45 (4) Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban kepala desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 35 (1) Kepala Desa berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD. (3) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa; f. melanggar larangan bagi kepala desa; g. terbukti melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. (4) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD. (5) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. (6) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) ditetapkan dengan keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai kebutuhan dan potensi desa; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Badan Usaha Milik Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

46 Menetapkan 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. BAB XIV PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA Pasal 33 Kepala desa yang melalaikan tugas, wewenang dan kewajibannya serta melanggar larangan, sehingga merugikan kepentingan negara, pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat atau melakukan perbuatan melawan hukum dan/atau norma-norma yang berkembang di desa yang bersangkutan dikenakan tindakan administratif berupa teguran, pemberhentian sementara dan/atau pemberhentian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 34 (1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila : a. dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap; b. berstatus sebagai tersangka tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan tindak pidana terhadap keamanan negara. (2) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali kepala desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan. (3) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati hanya merehabilitasi Kepala Desa yang bersangkutan

47 (2) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan di desa bersangkutan di hadapan masyarakat. (3) Sebelum memangku jabatannya, calon Kepala Desa terpilih mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya dengan sungguhsungguh. (4) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa dimaksud adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya. bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (5) Setelah pelantikan selesai dilanjutkan dengan upacara serah terima jabatan. BAB XII MASA JABATAN KEPALA DESA Pasal 31 Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya. BAB XIII PENYIDIKAN KEPALA DESA Pasal 32 (1) Tindakan penyidikan terhadap kepala desa dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan daerah 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang dihormati dan dihargai dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelanggara pemerintahan desa. 7. Kepala Desa adalah pimpinan Pemerintah Desa di Kabupaten Temanggung. 8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 9. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 10. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 11. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 12. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes adalah usaha desa yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Desa

48 13. Direksi adalah direksi Badan Usaha Milik desa. 14. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Desa. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 (1) Pemerintah Desa dapat mendirikan BUMDes. (2) Pembentukan BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (3) BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa, BPD atau masyarakat setempat melalui musyawarah desa dengan mempertimbangkan : a. potensi desa; b. keberadaan unit-unit kegiatan usaha ekonomi masyarakat yang dikelola secara kooperatif ; c. kekayaan desa yang sudah dikelola untuk usaha ekonomi desa; d. kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha desa; e. ketersediaan sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUMDes sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat. Pasal 3 Prinsip prinsip dasar dalam pembentukan dan pengelolaan BUMDes adalah : a) pemberdayaan yaitu meningkatkan ketertiban, kemampuan dan tanggung jawab masyarakat ; b) keberagaman yaitu berbagai keragaman usaha masyarakat akan menjadi bagian dari unit usaha BUMDes tanpa mengurangi status keberadaan usaha tersebut ; c) partisipasi yaitu mewujudkan peran aktif masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab keberlangsungan BUMDes ; (2) Dalam hal pemalsuan keterangan dan/atau melakukan kecurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketahui setelah pemilihan dinyatakan sah, maka Calon Kepala Desa terpilih tetap dilantik dan apabila dikemudian hari berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang bersangkutan dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut diatas, yang bersangkutan akan diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Desa. Pasal 28 Dalam hal anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa terbukti melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pemilihan Kepala Desa, maka kepada yang bersangkutan dapat diberhentikan dari kepanitiaan dan dikenakan tindakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 29 (1) Dalam hal terdapat pemilih yang menggunakan hak pilih orang lain dan hal tersebut diketahui sebelum hak pilihnya dipergunakan, maka kepada orang yang diwakili kehilangan hak pilihnya, sedangkan kepada orang yang akan menggunakan hak pilih orang lain tersebut dikenakan tindakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal terdapat pemilih yang menggunakan hak pilih orang lain dan hal tersebut diketahui setelah hak pilihnya dipergunakan, maka hak pilihnya tetap dianggap sah dan yang bersangkutan dikenakan tindakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB XI PELANTIKAN KEPALA DESA Pasal 30 (1) Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal penerbitan Keputusan Bupati

49 (2) Biaya Pemilihan Kepala Desa yang dibebankan kepada Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menjual dan/atau menyewakan tanah bengkok. (3) Biaya Pemilihan Kepala Desa dipergunakan untuk : a. administrasi (pengumuman, pembuatan dan pengiriman undangan, pembuatan kotak suara, pembuatan surat suara, formulir pendaftaran, tanda gambar, pelaporan, dan sebagainya); b. pendaftaran pemilih; c. pembuatan bilik dan tempat pemilihan; d. honorarium Panitia/Petugas; e. konsumsi dan rapat-rapat. (4) Biaya pemilihan Kepala Desa yang berasal dari Pemerintah Daerah berdasarkan jumlah pemilih dan ditetapkan oleh Bupati. BAB X LARANGAN DAN SANKSI BAGI BAKAL CALON, CALON KEPALA DESA, PANITIA PEMILIHAN DAN PEMILIH Pasal 26 (1) Bakal Calon dan Calon Kepala Desa dilarang memberikan sesuatu baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud atau dalih apapun dalam usahanya untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan Kepala Desa. (2) Bakal Calon dan Calon Kepala Desa yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka panitia pemilihan berhak menyatakan gugur dalam pencalonan Kepala Desa. Pasal 27 (1) Dalam hal Bakal Calon atau Calon Kepala Desa memalsukan keterangan mengenai dirinya dan atau melakukan kecurangan pemilihan kepala desa dan hal tersebut diketahui sebelum diadakan pemilihan, maka Panitia Pemilihan berhak menyatakan Bakal Calon atau Calon Kepala Desa tersebut gugur dan dikenakan tindakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. d) demokrasi yaitu pengelolaan BUMDes didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan harus diselenggarakan dalam perspektif penyelenggaraan administrasi keuangan yang benar. Pasal 4 (1) Bentuk BUMDes harus berbadan hukum. (2) BUMDes, wajib memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. BAB III T U J U A N Pasal 5 Tujuan pembentukan BUMDes adalah : a. memberdayakan masyarakat perdesaan dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan mengelola pembangunan perekonomian desa; b. mendukung kegiatan investasi lokal, penggalian potensi lokal serta meningkatkan keterkaitan perekonomian perdesaan dan perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana perekonomian perdesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktivitas usaha mikro perdesaan; c. mewujudkan kelembagaan perekonomian masyarakat perdesaan yang mandiri dan tangguh untuk memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat; d. menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi pengangguran; e. mendorong pemerintah desa dalam menanggulangi kemiskinan di desa. BAB IV BIDANG USAHA Pasal 6 (1) Bidang usaha BUMDes dapat berupa : a. jasa keuangan : simpan pinjam;

50 b. jasa lain : listrik desa, telekomunikasi desa, transportasi, pengelolaan sampah, penggilingan padi, air bersih dan jasa lainnya; c. perdagangan : pengelolaan pasar desa, penyediaan dan penyaluran sembilan bahan pokok, penyaluran dan penyediaan sarana produksi pertanian, perdagangan hasil pertanian; d. industri kecil dan kerajinan rumah tangga; e. kegiatan perekonomian lainnya. (2) Bidang usaha yang dikelola BUMDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bergerak pada satu bidang usaha atau gabungan dari berbagai bidang usaha. BAB V KEPENGURUSAN Pasal 7 (1) Pengurus BUMDes terdiri dari : a. dewan pengawas; b. direksi. (2) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (3) Susunan organisasi BUMDes sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Daerah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian pertama Dewan Pengawas Pasal 8 (1) Dewan Pengawas BUMDes sebagaimana dimaksud dalam Pasal (7) huruf a terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu seorang Ketua dan 2 (dua) orang anggota. (2) Dewan Pengawas diketuai oleh unsur perangkat desa. (3) Anggota Dewan Pengawas diangkat dari unsur tokoh masyarakat memiliki kemampuan dibidang usaha perekonomian melalui musyawarah desa. BAB VIII PEMILIHAN ULANG Pasal 23 (1) Dalam hal calon terpilih yang mendapatkan dukungan suara terbanyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 lebih dari 1 (satu) orang dengan jumlah suara yang sama maka untuk menentukan calon yang berhak menjadi Kepala Desa diadakan Pemilihan Ulang. (2) Pemilihan Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan hanya untuk calon-calon yang mendapatkan jumlah suara yang sama selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan Berita Acara Pemilihan. (3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum menghasilkan calon Kepala Desa terpilih, maka berlakulah ketentuan pengangkatan Penjabat Kepala Desa yang ditetapkan dengan keputusan Bupati atas usul Camat berdasarkan aspirasi masyarakat. (4) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah pengangkatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka BPD melakukan proses pemilihan Kepala Desa kembali. Pasal 24 (1) Dalam hal terjadi force majeur yang menghambat jalannya pemilihan, maka proses pemilihan dihentikan untuk sementara waktu dan dilakukan pemilihan ulang untuk tahapan yang belum dilaksanakan. (2) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus sudah dilaksanakan pemilihan ulang. BAB IX BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA Pasal 25 (1) Biaya Pemilihan Kepala Desa dibebankan kepada Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah

51 (2) Dalam hal forum rapat tidak mengajukan keberatan, maka Ketua Panitia Pemilihan menyatakan bahwa pelaksanaan pemungutan suara dianggap sah, dan dilanjutkan dengan proses penghitungan suara. (3) Dalam hal forum rapat mengajukan keberatan, proses penghitungan suara tetap dilanjutkan dan menyangkut adanya keberatan diselesaikan oleh panitia pengawas. Pasal 20 (1) Pada saat penghitungan suara diselenggarakan, para calon Kepala Desa tetap berada di tempat yang ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan penghitungan suara sampai selesai. (2) Penghitungan hasil pemungutan suara dilakukan oleh Panitia Pemilihan dengan disaksikan oleh 1 (satu) orang saksi dari masingmasing Calon Kepala Desa. Pasal 21 Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan suara terbanyak dari jumlah pemilih yang hadir menggunakan hak pilihnya. Pasal 22 (1) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan dengan keputusan BPD berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemilihan yang dibuat oleh Panitia Pemilihan dan disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa terpilih. (2) Paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya keputusan BPD tentang calon kepala desa terpilih, Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih. (4) Kewajiban Dewan Pengawas adalah sebagai berikut : a. memberi nasehat kepada direksi dalam melaksanakan pengelolaan BUMDes; b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUMDes; c. mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha BUMDes. (5) Kewenangan Dewan Pengawas adalah sebagai berikut : a. memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran BUMDes; b. meminta laporan dari direksi mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan usaha desa; c. melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan usaha dan citra BUMDes. Pasal 9 Masa kerja Dewan Pengawas adalah selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk periode selanjutnya. Bagian Kedua Direksi, Kepala Unit Usaha dan Staf Pasal 10 (1) BUMDes dipimpin oleh seorang direksi yang dipilih dari unsur masyarakat sebagai pelaksana operasional BUMDes. (2) Dalam melaksanakan kegiatan usaha BUMDes, direksi dibantu oleh seorang atau lebih kepala unit usaha. (3) Direksi dapat mengusulkan pengangkatan staf untuk membantu kepala unit usaha kepada Kepala Desa dengan persetujuan Dewan Pengawas. Pasal 11 (1) Syarat-syarat menjadi direksi : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. penduduk desa yang mempunyai kemampuan kewirausahaan; c. bertempat tinggal dan menetap di desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; d. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan mempunyai pengabdian terhadap kemajuan perekonomian desa;

52 e. tidak mempunyai hubungan keluarga golongan pertama atau semenda dengan dewan pengawas; f. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah atau yang sederajat. (2) Syarat-syarat menjadi kepala unit usaha : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. penduduk desa yang mempunyai kemampuan kewirausahaan; c. bertempat tinggal dan menetap di desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; d. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan mempunyai pengabdian terhadap kemajuan perekonomian desa; (3) Direksi dan kepala unit usaha dipilih melalui musyawarah desa dan dituangkan dalam Berita Acara. (4) Direksi bertanggung jawab kepada Kepala Desa. (5) Masa kerja direksi dan kepala unit usaha selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali. (6) Direksi dan kepala unit usaha dapat diberhentikan karena : a. berakhir masa kerja; b. meninggal dunia; c. mengundurkan diri; d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan BUMDes; e. dihukum pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 12 (1) Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan BUMDes; b. merencanakan dan menyusun program kerja 4 (empat) tahunan serta menyusun rencana kerja dan anggaran BUMDes; c. menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi desa; d. mengurus dan mengelola kekayaan BUMDes; e. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; f. menyusun dan menyampaikan laporan mengenai keseluruhan kegiatan BUMDes secara berkala. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f adalah laporan seluruh kegiatan usaha kepada Dewan Pengawas setiap triwulan (3 bulan ) dan kepada masyarakat setiap akhir tahun. Pasal 17 (1) Pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila jumlah yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya sekurang-sekurangnya 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah pemilih yang telah ditetapkan. (2) Apabila jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal dan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pembatalan dimaksud, Panitia Pemilihan wajib mengadakan pemilihan ulang. (3) Dalam hal pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), jumlah pemilih yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya kurang dari 1/2 (satu per dua) dari jumlah seluruh pemilih yang telah ditetapkan, maka berlakulah ketentuan pengangkatan Penjabat Kepala Desa yang ditetapkan dengan keputusan Bupati atas usul Camat berdasarkan aspirasi masyarakat. (4) Dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, setelah pengangkatan penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka BPD harus melakukan proses pemilihan kepala desa kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). Pasal 18 (1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan berkewajiban untuk menjamin agar pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dapat berjalan lancar, tertib, aman dan teratur. (2) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Calon Kepala Desa harus berada di tempat yang telah ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan suara. (3) Panitia Pemilihan harus dapat menjaga agar setiap penduduk yang berhak memilih hanya memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun. Pasal 19 (1) Setelah pemungutan suara selesai dilaksanakan, Ketua Panitia Pemilihan mengumumkan pelaksanaan pemungutan suara dan menanyakan kepada forum rapat sah dan tidaknya pelaksanaan pemungutan suara

53 sesama calon Kepala Desa serta arak-arakan dengan kendaraan bermotor yang mengganggu lalu lintas dan ketertiban umum. (4) Dalam hal pelaksanaan kampanye yang dipandang bersifat menghina dan/atau menjelek-jelekkan sesama calon atau dapat menimbulkan keresahan masyarakat, Panitia Pemilihan, BPD dan Panitia pengawas dapat memperingatkan dan/atau menghentikan pelaksanaan kampanye calon yang bersangkutan. (5) Jadwal waktu pelaksanaan kampanye ditentukan oleh panitia pemilihan. BAB VII PEMILIHAN KEPALA DESA Pasal 15 (1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat. (2) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. (3) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan pada hari, tanggal dan tempat yang telah ditentukan oleh panitia pemilihan. Pasal 16 (1) Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pemilihan dilaksanakan, Panitia Pemilihan memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman di tempat-tempat yang mudah diketahui oleh masyarakat umum tentang akan diadakannya Pemilihan Kepala Desa. (2) Pemberitahuan kepada penduduk desa yang berhak memilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan undangan disertai tanda bukti penerimaan. (3) Dalam surat undangan dicantumkan nama pemilih sesuai dengan daftar pemilih tetap dan tempat pemilihan diselenggarakan. (4) Pemilih yang tercantum dalam daftar pemilih tetap, tetapi belum menerima surat undangan dapat meminta kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum penyelenggaraan pemilihan. Pasal 13 (1) Kepala unit usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban : a. mengurus dan mengelola bidang usaha; b. menyelenggarakan administrasi dan keuangan pada bidang usahanya; c. menyusun dan menyampaikan laporan mengenai keseluruhan kegiatan unit usahanya secara berkala. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah laporan setiap bulan kepada direksi yang meliputi laporan kegiatan dan keuangan pada bulan berjalan. Pasal 14 (1) Direksi, kepala unit usaha dan staf memperoleh hak penghasilan yang ditetapkan dalam rencana anggaran BUMDes setiap tahun. (2) Hak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam angaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD dan ART) BUMDes yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan BUMDes. BAB VI PERMODALAN Pasal 15 (1) Permodalan BUMDes dapat berasal dari : a. pemerintah desa ; b. tabungan masyarakat ; c. bantuan/hibah pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten; d. pinjaman; e. penyertaan modal pihak lain atau kerjasama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. (2) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d atas nama Pemerintah Desa harus mendapat persetujuan tertulis dari BPD

54 BAB VII ANGGARAN Pasal 16 (1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku mulai berlaku, direksi menyusun dan mengirimkan rencana kerja dan anggaran BUMDes untuk dimintakan persetujuan Dewan Pengawas. (2) Tahun buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan sistem kalender yaitu dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun berjalan. BAB VIII LABA Pasal 17 (1) Laba BUMDes ditetapkan bedasarkan laporan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). (2) Pembagian laba diatur sebagai berikut : a. deviden sebesar 40 % b. pemupukan modal usaha sebesar 20%; c. kas desa sebesar 10%; d. dana pendidikan dan pelatihan pengurus sebesar 10%; e. direksi, kepala unit usaha dan staf sebesar 15%; f. dewan pengawas sebesar 5%. BAB IX KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA Pasal 18 (1) BUMDes dapat menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pengembangan usahanya. (2) Kerjasama yang dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas. Pasal 12 Permohonan pencalonan Kepala Desa diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui panitia pemilihan Kepala Desa dilampiri persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pasal 10. Pasal 13 (1) Panitia Pemilihan mengadakan penelitian persyaratan administrasi bakal calon Kepala Desa (2) Bakal calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan administratif diumumkan secara terbuka oleh panitia pemilihan. (3) Panitia pemilihan mengadakan ujian penyaringan bakal calon Kepala Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Bakal calon yang dinyatakan lulus ujian penyaringan, ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa yang berhak dipilih, dan diumumkan di tempat-tempat yang mudah diketahui oleh masyarakat umum. BAB VI KAMPANYE CALON KEPALA DESA Pasal 14 (1) Sebelum Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan, para Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye dengan cara : a. pemasangan atau penempelan tanda gambar di wilayah desa setempat harus mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan dan keindahan; b. melakukan pidato dan/atau dialog di depan massa dalam ruangan tertutup sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Panitia Pemilihan. (2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dititik beratkan pada penyampaian visi, misi, dan program kerja yang akan dilaksanakan. (3) Dalam pelaksanaan kampanye tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang bersifat menghina dan/atau menjelek-jelekkan

55 f. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter pemerintah; g. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian setempat / berkelakuan baik yang dibuktikan dengan keterangan dari kepala desa; h. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun dibuktikan dengan surat keterangan dari Pengadilan Negeri; i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; j. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa 2 (dua) kali masa jabatan ; k. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat; (2) Bagi Pegawai Negeri Sipil, TNI dan POLRI yang masih dinas aktif, harus mempunyai surat keterangan persetujuan dari atasannya/pejabat yang berwenang. (3) Bagi Kepala Desa yang masih menjabat dan mencalonkan kembali maka harus mendapat ijin cuti dari Bupati. (4) Bagi Perangkat Desa yang masih menjabat harus mengajukan cuti kepada Kepala Desa sejak mendaftarkan sampai dengan perhitungan suara selesai. (5) Bagi putra desa yang terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa maka terhitung mulai tanggal pelantikan harus bertempat tinggal di desa yang bersangkutan. BAB V PENCALONAN KEPALA DESA (3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian kerjasama dan wajib dilaporkan kepada pemerintahan desa. BAB X PEMBINAAN Pasal 19 (1) Pembinaan teknis terhadap BUMDes dilaksanakan oleh Perangkat Daerah terkait sesuai dengan jenis usaha yang dilaksanakan. (2) Perangkat Daerah yang menangani pemberdayaan masyarakat desa melakukan fasilitasi teknis manajemen. BAB XI PEMBUBARAN Pasal 20 Pembubaran BUMDes ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 11 Pencalonan Kepala Desa dilaksanakan melalui penjaringan dan penyaringan bakal calon oleh panitia pemilihan

56 Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. e. melaporkan hasil kegiatan pengawasan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada Bupati sebagai bahan pertimbangan terhadap laporan hasil pemilihan Kepala Desa yang disampaikan oleh BPD. BAB IV HAK MEMILIH DAN DIPILIH Diundangkan di Temanggung pada Tanggal 22 Januari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN Pasal 9 Yang berhak memilih Kepala Desa adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan: a. terdaftar sebagai penduduk tetap desa setempat sekurangkurangnya 6 (enam) bulan berturut-turut; b. pada hari pemungutan suara berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin; c. tidak sedang menjalani hukuman pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; d. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; e. nyata-nyata tidak terganggu jiwa dan ingatannya. ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 3 Pasal 10 (1) Yang berhak mendaftar dan dipilih sebagai Kepala Desa adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan: a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah; c. berpendidikan sekurang-kurangnya berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau yang sederajat; d. pada saat pendaftaran berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun; e. pada saat pendaftaran, terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurangkurangnya 2 (dua) tahun berturut-turut, kecuali bagi putra desa;

57 Pasal 6 Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai tugas dan wewenang : a. mengumumkan rencana pemilihan Kepala Desa; b. menyusun rencana anggaran biaya pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; c. melaksanakan pendaftaran pemilih, mengumumkan daftar pemilih sementara dan menetapkan daftar pemilih tetap; d. melaksanakan penjaringan bakal calon Kepala Desa; e. melaksanakan penyaringan bakal calon Kepala Desa dengan meneliti persyaratan administrasi dan mengadakan ujian penyaringan; f. menetapkan dan mengumumkan calon Kepala Desa; g. menyiapkan kartu suara; h. menentukan waktu kampanye bagi calon Kepala Desa; i. menyiapkan tempat pemungutan suara; j. melaksanakan pemungutan suara; k. melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa disertai berita acara jalannya pemungutan suara dan berita acara penghitungan suara kepada BPD, untuk ditetapkan dengan keputusan BPD. Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor : 3 Tahun 2007 Tanggal : 22 Januari 2007 DEWAN PENGAWAS DIREKSI Pasal 7 Untuk kelancaran proses pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, Bupati membentuk Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. BIDANG USAHA A BIDANG USAHA B BIDANG USAHA C Pasal 8 Panitia pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas dan wewenang : a. mengawasi proses pelaksanaan pemilihan kepala desa dari tahap penjaringan bakal calon sampai pelantikan Kepala Desa; b. memberikan penjelasan teknis pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; c. memfasilitasi upaya pemecahan masalah bila ada permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa, dan mengambil langkahlangkah yang diperlukan; d. menghadiri pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara; BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN

58 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA I. PENJELASAN UMUM. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang, maka terjadi perubahan pengaturan tentang desa yang kemudian telah ditindaklanjuti dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa. Salah satu hal penting yang diatur didalamnya dalam rangka pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat perdesaan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa adalah tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa. Badan Usaha Milik Desa sebagai usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa dituntut untuk dapat dikelola secara profesional sehingga tujuan pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat perdesaan dapat terwujud II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dapat mendirikan adalah sesuai dengan kebutuhan desa. (2) BPD memproses pemilihan Kepala Desa selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. BAB III PANITIA PEMILIHAN Pasal 3 (1) BPD membentuk panitia pemilihan terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat. (2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat. Pasal 4 Susunan panitia pemilihan adalah: a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara ; d. Seksi Penjaringan; e. Seksi Pendaftaran Pemilih; f. Seksi Penyaringan; g. Seksi Pemungutan Suara; h. Seksi Keamanan; i. Seksi lain yang ditentukan sesuai kebutuhan desa masing-masing. Pasal 5 (1) Dalam hal anggota panitia pemilihan mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa, maka yang bersangkutan dinyatakan berhenti dari kepanitiaan. (2) Anggota panitia pemilihan tidak diperbolehkan mempunyai hubungan keluarga dengan calon Kepala Desa, istri dan/atau suaminya sampai dengan derajat pertama. (3) Anggota panitia yang berhenti sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2), apabila dipandang perlu BPD dapat mengangkat penggantinya yang ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilaporkan kepada Bupati melalui Camat

59 9. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 11. Peraturan kepala desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 12. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 13. Panitia Pemilihan adalah panitia pemilihan Kepala Desa. 14. Panitia pengawas adalah panitia pengawas proses pelaksanaan pemilihan kepala desa tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. 15. Penjaringan adalah upaya yang dilakukan oleh panitia pemilihan untuk mendapatkan bakal calon kepala desa. 16. Penyaringan adalah seleksi persyaratan administratif, kemampuan dan kepemimpinan bakal calon. 17. Bakal calon kepala desa adalah orang yang mendaftar atau melamar sebagai calon Kepala Desa. 18. Calon Kepala Desa adalah bakal calon kepala desa yang dinyatakan oleh panitia pemilihan telah memenuhi persyaratan sebagai calon kepala desa. 19. Penjabat kepala desa adalah orang yang diangkat oleh Bupati untuk melaksanakan tugas kepala desa sampai dengan ditetapkannya pejabat kepala desa definitif. BAB II PERSIAPAN PEMILIHAN KEPALA DESA Pasal 2 (1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan. Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan kooperatif adalah kegiatan usaha ekonomi yang melibatkan dan dikelola secara bersamasama. Huruf c. Huruf d Yang dimaksud dengan diserahkan adalah pengelolaan kekayaan desa kepada BUMDes sedangkan kepemilikannya tetap milik desa. Huruf e Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Huruf a Bidang usaha yang dimaksud adalah bukan merupakan lembaga perbankan formal sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 jo Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, serta tidak termasuk dalam sistem perkoperasian sebagimana diatur dalam Undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian

60 Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Yang dimaksud kegiatan perekonomian lainnya adalah semua jenis kegiatan di bidang perekonomian di desa yang memungkinkan dikelola BUMDes ditinjau dari aspek kemampuan permodalan, teknis dan sumberdaya manusianya. Ayat (2) Pasal 7 Pasal 8 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Huruf a Yang dimaksud dengan rencana kerja dan anggaran adalah rencana kerja tahunan dan rencana anggaran BUMDes, termasuk perhitungan laba rugi. Huruf b Huruf c Pasal 9 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa di Kabupaten Temanggung

61 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587). Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pengangkatan kepala unit usaha dan staf ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. Pasal 11 Ayat (1) Huruf a sampai dengan huruf e Huruf (f) Pendidikan yang sederajat dengan SMP/Mts adalah ST,SKP, SMEP dan program kejar paket B. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Yang dimaksud dapat dipilih kembali adalah didasarkan pada penilaian kinerja direksi dan/atau kepala unit usaha oleh Dewan Pengawas dan disepakati pengangkatannya kembali melalui musyawarah desa. Ayat (6) Pemberhentian direksi dan/atau kepala unit usaha dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 12 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 13 Ayat (1)

62 Ayat (2) Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 16 Ayat (1) Apabila Dewan Pengawas tidak memberikan persetujuan terhadap rencana kerja dan anggaran BUMDes maka menggunakan anggaran BUMDes tahun yang lalu. Ayat (2) Yang dimaksud tahun buku adalah pelaksanaan kegiatan dan anggaran dalam periode 1 (satu) tahun. Pasal 17 Ayat (1) Perhitungan dan penetapan pembagian laba BUMDes dilakukan pada tutup buku akhir tahun dan ditetapkan atas Keputusan Direksi dengan persetujuan Dewan Pengawas. Ayat (2) Penetapan besarnya laba yang dibagi adalah laba bersih setelah pajak. Deviden dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional sesuai dengan prosentase modal yang telah disetor secara efektif di BUMDes. Pasal 18 Pasal 19 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 53 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 8 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa;

63 Ayat (3) Keterangan mengenai tata cara penyelesaian perselisihan kerjasama desa dengan desa lain Daerah didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Terhadap penyelesaian per-selisihan melalui pengadilan, pihak desa diwakili oleh kepala desa dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Peraturan Desa dimaksud memuat secara jelas alasan-alasan dan akibat hukum dari pembubaran BUMDes termasuk kekayaan BUMDes. Pasal 21 Pasal 22 : Pasal 14 Pasal 15 Pasal

64 Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan persetujuan tertulis dari pihak ketiga adalah persetujuan secara tertulis dari pimpinan pihak ketiga atau secara pribadi apabila pihak ketiga tersebut merupakan perorangan. Ayat (3) Pasal 10 Yang dimaksud dengan dapat menimbulkan keresahan masyarakat yaitu hal-hal yang berdasarkan kajian dipandang berpotensi menimbulkan terjadinya benturan kepentingan antar warga dalam satu desa, antara warga desa dengan warga desa lain dan/atau antara warga dengan pihak ketiga. Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) Ayat (2)

65 Ayat (2). Ayat (3). Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Bidang kerja sama yang dimaksud adalah sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 3 ayat (2). Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Apabila kerja sama tersebut menghasilkan keuntungan finansial maka keuntungan tersebut harus dimasukkan dalam APBDes sebagai bagian Pendapatan Desa. Ayat (3) Yang dimaksud mendapat persetujuan BPD adalah persetujuan tertulis dari BPD setelah diadakan rapat khusus yang membahas rencana kerja sama tersebut. Ayat (4) Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Pembentukan Badan Kerja sama disesuaikan dengan kebutuhan dan memperhatikan cakupan obyek kerja sama, pembiayaan atau kompleksitas jenis kegiatan. Menimbang : Mengingat LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2001 tentang Kerja Sama Antar Desa/Kelurahan dipandang sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Kerja Sama Desa; : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

66 Menetapkan Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG KERJA SAMA DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : Angka 2 Cukup Jelas Angka 3 Cukup Jelas Angka 4 Cukup Jelas Angka 5 Cukup Jelas Angka 6 Cukup Jelas Angka 7 Cukup Jelas Angka 8 Cukup Jelas Angka 9 Yang dimaksud dengan lembaga adalah lembaga pemerintah (Perangkat Daerah) dan lembaga swasta. Angka 10 Cukup Jelas Angka 11 Cukup Jelas Angka 12 Cukup Jelas Angka 13 Cukup Jelas Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Kegiatan penyelenggaraan pemerintahan meliputi pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa. Kegiatan penyelenggaraan pembangunan meliputi pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa. Kegiatan penyelenggaraan kemasyarakatan meliputi pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan dan adat istiadat

67 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM II. NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA DESA Salah satu kewenangan desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa adalah kewenangan untuk mengadakan kerja sama antar desa dan kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama desa dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan antara desa dengan desa lain dan antara desa dengan pihak ketiga sehingga kerja sama tersebut berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk itu Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2001 tentang Kerja sama antar Desa/Kelurahan perlu diganti. Dalam rangka lebih mengefektifkan pelaksanaan kerja sama desa maka perlu dilakukan pengaturan kerja sama mengenai ruang lingkup, bidang-bidang, tata cara dan mekanisme penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul akibat adanya kerja sama tersebut. Badan Kerja sama dapat dibentuk oleh para pihak yang mengadakan kerja sama. Pembentukan Badan Kerja sama disesuaikan dengan kebutuhan dan memperhatikan cakupan obyek kerja sama, pembiayaan atau kompleksitas jenis kegiatan. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelengaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingann masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 9. Kerja sama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan formal antar desa atau desa dengan pihak ketiga untuk bersama -sama melakukan kegiatan usaha guna mencapai tujuan tertentu. 10. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang menimbulkan konflik antar desa atau desa dengan pihak ketiga dalam melaksanakan kerja sama. 11. Pihak ketiga adalah lembaga/badan hukum/perorangan yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan kerja sama dengan desa. 12. Peraturan bersama adalah ketentuan yang dibuat bersama antara pihak-pihak yang bekerja sama dan bersifat mengikat. 13. Badan Kerja sama adalah badan yang dibuat oleh kedua belah pihak untuk melaksanakan kegiatan kerja sama. Pasal 1 : Angka 1 Cukup Jelas

68 BAB II OBYEK KERJASAMA Pasal 2 (1) Desa dapat mengadakan kerja sama antar desa dan atau dengan pihak ketiga sesuai dengan kewenangannya. (2) Kerja sama antar desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara : a. desa dengan desa, dalam satu Kecamatan; b. desa dengan desa, lain kecamatan dalam satu Daerah; c. desa dengan desa, lain Daerah. (3) Kerjasama desa dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara: a. desa dengan pihak ketiga dalam satu Kecamatan; b. desa dengan pihak ketiga dalam satu Daerah; c. desa dengan pihak ketiga lain Daerah. BAB III RUANG LINGKUP BIDANG KERJASAMA Pasal 3 (1) Ruang lingkup bidang kerjasama desa meliputi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. (2) Ruang lingkup bidang kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. bidang perekonomian masyarakat desa; b. bidang pelayanan pendidikan; c. bidang kesehatan; d. bidang sosial budaya; e. bidang ketentraman dan ketertiban; f. bidang pemanfaatan sumber daya alam; g. bidang pemanfaatan teknologi tepat guna. (3) Pelaksanaan kerja sama dalam bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memperhatikan : a. peningkatan kesejahteraan masyarakat; b. peningkatan kualitas sumber daya manusia; Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 22 Januari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

69 (4) Apabila salah satu pihak tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat mengajukan penyelesaian ke pengadilan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2001 tentang Kerjasama antar Desa/Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 54) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. c. pelestarian lingkungan hidup. BAB IV TATA CARA KERJA SAMA Pasal 4 (1) Rencana Kerja sama dibahas dalam rapat musyawarah desa. (2) Rencana kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat materi: a. bidang kerja sama; b. jangka waktu kerja sama ; c. hak dan kewajiban dalam kerja sama; d. sanksi atas pelanggaran kerja sama; e. pelaksana kerja sama; f. biaya pelaksanaan kerja sama; g. hasil dan manfaat kerja sama. (3) Rencana kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa. (4) Rencana kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibahas bersama dengan desa dan atau pihak ketiga yang akan melakukan kerja sama untuk disepakati dan ditetapkan dengan Peraturan Bersama. Pasal 5 Peraturan Bersama tentang kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat. BAB V BADAN KERJA SAMA Pasal 6 (1) Para pihak yang melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat membentuk Badan Kerja sama

70 (2) Badan Kerja sama dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, tokoh masyarakat dari desa dan atau pihak ketiga yang mengadakan Kerja sama. (3) Ketua Badan Kerja sama dipilih melalui musyawarah oleh anggota Badan Kerja sama. (4) Penanggung jawab Badan Kerja sama adalah masing-masing Kepala Desa dan atau pimpinan pihak ketiga yang melaksanakan kerja sama. Pasal 7 (1) Badan Kerja sama bertugas melaksanakan kegiatan kerja sama sebagaimana tertuang dalam isi peraturan bersama. (2) Laporan pelaksanaan kegiatan kerja sama disampaikan pada akhir periode kerja sama kepada masing-masing kepala desa dan atau pimpinan pihak ketiga dengan tembusan kepada Bupati melalui Camat. Pasal 8 (1) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) membentuk Sekretariat. (2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pelaksanaan administrasi Badan Kerja sama. (3) Sekretariat Badan Kerja sama ditetapkan dengan Keputusan Badan kerja sama. BAB VI PERUBAHAN, PENUNDAAN DAN/ATAU PEMBATALAN KERJA SAMA Pasal 9 (1) Perubahan, penundaan dan/atau pembatalan terhadap kerja sama dilakukan oleh para pihak yang melakukan kerja sama, dan dituangkan dalam Peraturan Bersama. (2) Perubahan, penundaan dan/atau pembatalan terhadap kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan tertulis dari BPD masing-masing dan/atau pihak ketiga. (3) Perubahan, penundaan dan/atau pembatalan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat. Pasal 10 Bupati berwenang mengadakan perubahan, penundaan dan/atau pembatalan terhadap kerja sama desa apabila bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau dapat menimbulkan keresahan masyarakat. BAB VII PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 11 Penyelesaian perselisihan para pihak yang bekerja sama dilaksanakan secara musyawarah mufakat dengan mengikutsertakan BPD, unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat. Pasal 12 (1) Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat dan bersifat final. (2) Perselisihan kerjasama antar desa pada kecamatan yang berbeda dalam satu daerah difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati dan bersifat final. (3) Perselisihan kerjasama desa dengan desa lain pada daerah yang berbeda difasilitasi dan diselesaikan bersama antar Bupati. Pasal 13 (1) Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga dalam satu kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat. (2) Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda dalam satu daerah difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. (3) Perselisihan kerjasama desa dengan pihak ketiga lain Daerah difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati

71 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Desa dan Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dipandang sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Keuangan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

72 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42 Pasal

73 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Desa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587). Pasal 28 Pasal 29 Pasal

74 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG KEUANGAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah pemerintah pusat. 2. Pemerintah Provinsi adalah pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 3. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Bupati adalah Bupati Temanggung 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung. 7. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Desa. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Penyertaan modal pihak ke-3 tidak melebihi 30%, dan deviden sesuai dengan prosentase share terhadap keseluruhan modal. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal

75 Rakyat Bank Pasar Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II temanggung Nomor 3 Tahun 1997). Di samping evaluasi sebagai salah satu pertimbangan penetapan kebijakan ke depan, pemerintah daerah juga harus mempertimbangkan profesionalisme kinerja sehingga dapat mendukung kinerja pemerintahan yang berlandaskan pada prinsip good governance yang melibatkan tiga unsur pokok yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan peningkatan ekonomi masyarakat secara bertahap akan terwujud. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi adalah perekonomian tidak dikuasai oleh satu kekuatan yang mengakibatkan otokrasi ekonomi tetapi dilaksanakan secara bersama baik pemerintah, swasta maupun koperasi seperti pada pilar ekonomi yang berlaku di Indonesia. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Yang dimaksud dengan pengusaha mikro kecil adalah pengusaha yang mempunyai asset maksimal 100 juta sedangkan omset (volume usaha maksimal 100 juta). Pasal 7 Ayat (1) 11. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa. 12. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 13. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Temanggung. 15. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 16. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 17. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan kewajiban dan hak desa tersebut. 19. Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa. 20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 21. Rencana Kerja Pembangunan Desa, yang selanjutnya disebut RKP- Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun. 22. Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. 23. Penerimaan desa adalah uang yang masuk ke kas desa. 24. Pengeluaran desa adalah uang yang keluar dari kas desa. 25. Pendapatan desa adalah hak pemerintah desa yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

76 26. Belanja desa adalah kewajiban pemerintah desa yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 27. Surplus anggaran desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dan belanja desa. 28. Defisit anggaran desa adalah selisih kurang antara pendapatan desa belanja desa. 29. Pembiayaan desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. 30. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, yang selanjutnya disebut SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. 31. Kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi desa. 32. Barang desa adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDes atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 33. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. 34. Bendahara Desa atau sebutan lain adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa yang bertugas menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan desa dan uang untuk keperluan belanja desa dalam rangka pelaksanaan APBDes. BAB II KEDUDUKAN KEUANGAN DESA Pasal 2 (1) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. (2) Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM Bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan usaha yang bersifat dinamis, maka perlu dukungan lembaga keuangan yang handal sehingga membantu masyarakat dalam hal ketersediaan modal. Guna memfasilitasi perkembangan usaha dimaksud Pemerintah Kabupaten Temanggung perlu menetapkan kebijakan yang selaras, seimbang, dan dinamis. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah menjadi salah satu acuan dalam memformulasikan kebijakan daerah. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi terhadap kebijakan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung berkaitan dengan pengelolaan perkreditan rakyat. Apabila dirunut dari sejarah penetapan kebijakan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar ini, sebagai kelanjutan dari Bank Pasar yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Temanggung tanggal 14 Nopember 1955 Nomor 35/DPRD/55 tentang Bank Pasar (Lembaran Propinsi Jawa Tengah tanggal 11 Mei 1956 Seri C Nomor 34), Peraturan Daerah Tingkat II Temanggung tanggal 10 September 1983 Nomor 10 (Lembaran Daerah Nomor 5 Seri D Tahun 1983) jo Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Temanggung Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perusahaan Daerah Bank Pasar Kabupaten Daerah Tingkat II Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Temanggung Nomor 9 tanggal 1 Mei 1993 Seri D Nomor 9 ) jo. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Temanggung Nomor 18 Tahun 1995 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan

77 Pasal 54 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. (3) Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara. BAB III SUMBER PENDAPATAN DESA Diundangkan di Temanggung pada tanggal 5 November 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 5 November 2007 BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN Pasal 3 (1) Sumber pendapatan desa terdiri atas: a. pendapatan asli desa, meliputi hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; b. bagi hasil pajak daerah paling sedikit 10% dan sebagian dari retribusi daerah; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten untuk desa paling sedikit 10%; d. bantuan keuangan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. (2) Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disalurkan melalui Kas Desa; (3) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah dan / atau Pemerintah Daerah. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 20 Pasal 4 (1) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a terdiri atas : a. tanah kas desa; b. pasar desa; c. bangunan desa; d. lapangan desa; e. obyek wisata yang diurus oleh Desa; f. pemandian umum yang diurus oleh desa; g. sumber mata air; h. lain-lain kekayaan milik desa

78 (2) Kekayaan desa dapat diperoleh dari: a. pengadaan/pembelian yang bersumber dari APBDes; b. sumbangan, bantuan atau pemberian dari pemerintah maupun pihak swasta yang bersifat tidak mengikat. (3) Kekayaan Desa dicatat dalam daftar inventaris kekayaan desa yang selanjutnya dituangkan dalam neraca desa. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan, pemanfaatan dan pengalihan fungsi kekayaan desa diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 5 (1) Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. (2) Pungutan retribusi dan pajak lainya yang telah dipungut oleh desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten. (3) Bagi hasil pajak daerah, retribusi daerah dan bagian dari dana perimbangan pusat dan daerah sebagaimana ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b dan c merupakan Alokasi Dana Desa ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Alokasi Dana Desa sebagaimana ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 6 (1) Pemberian hibah dan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa; (2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDes. Pasal 7 BAB XVII PEMBUBARAN Pasal 50 (1) Pembubaran PD BPR Bank Pasar ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Apabila PD BPR Bank Pasar dibubarkan, hutang dan kewajiban keuangan dibayar dari harta kekayaan PD BPR Bank Pasar dan sisa lebih/kurang menjadi milik/tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pasal 51 (1) Bupati menyelesaikan kekaryaan Direksi dan Pegawai PD BPR Bank Pasar yang dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. (2) Pembubaran PD BPR Bank Pasar dilaporkan oleh Bupati kepada Bank Indonesia. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2003 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2003 Nomor 16) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 53 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. (1) Tanah kas desa yang merupakan sumber pendapatan desa dilarang untuk dilimpahkan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan pembangunan dengan mempertimbangkan kepentingan

79 BAB XIV PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA BERSIH Pasal 47 (1) Laba bersih PD BPR Bank Pasar yang telah disahkan oleh Bupati setelah dipotong pajak, pembagiannya ditetapkan sebagai berikut : a. bagian laba untuk Pemerintah Daerah 55 % b. cadangan umum 12,5 % c. cadangan tujuan 12,5 % d. dana Kesejahteraan 10 % e. jasa produksi 10 % (2) Bagian Laba untuk Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disetorkan pada tahun berikutnya. (3) Dana Kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk dana pensiun Direksi dan pegawai serta dana sosial lainnya. (4) Penggunaan Jasa Produksi ditetapkan oleh Direksi. BAB XV TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 48 (1) Anggota Direksi dan/atau Pegawai yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya sehingga menimbulkan kerugian bagi PD BPR Bank Pasar wajib mengganti kerugian. (2) Tata Cara penggantian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XVI K E R J A S A M A Pasal 49 PD BPR Bank Pasar dapat melakukan kerja sama dengan Lembaga Keuangan dan lembaga lainnya dalam usaha peningkatan modal, manajemen dan profesionalisme perbankan. masyarakat desa setempat dan sekitarnya yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. (2) Pelepasan tanah kas desa yang diperlukan untuk kepentingan pembangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilaksanakan apabila desa yang bersangkutan telah memperoleh: a. ganti tanah yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari tanah yang dilepas; b. mendapat ijin tertulis dari Bupati setelah mendapat persetujuan dari pimpinan DPRD. (3) Tanah pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terletak dalam satu wilayah kecamatan dan/atau desa di luar kecamatan yang berbatasan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelimpahan tanah kas desa sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 8 Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1) dikelola dalam APBDes BAB IV PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Pasal 9 Pemerintah Desa menyelenggarakan keuangan desa berdiri sendiri, terpisah dengan penyelenggaraan keuangan daerah. Pasal 10 Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dengan suatu sistem yang terintegrasi dan diwujudkan dalam APBDes. Pasal 11 (1) Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. (2) Dalam melaksanakan kekuasaannya sebagaimana dimaksud ayat (1) Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan

80 nya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan kepada Perangkat Desa. Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pasal 11 diatur dengan Peraturan Desa Pasal 13 Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pasal 12 ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB V ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA Bagian Kesatu Asas Umum APBDes Pasal 14 (1) APBDes disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan desa. (2) APBDes, Perubahan APBDes, dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Desa. (3) Dalam menyusun APBDes, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Bagian Kedua Struktur APBDes Pasal 15 BAB XII RENCANA KERJA ANGGARAN Pasal 45 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun buku berakhir Direksi menyampaikan rencana kerja tahunan dan anggaran PD BPR Bank Pasar kepada Bupati melalui Dewan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan. (2) Apabila sampai dengan awal tahun buku Bupati tidak dan/atau belum mengesahkan, rencana kerja tahunan dan anggaran PD BPR Bank Pasar dinyatakan berlaku. (3) Setiap perubahan rencana kerja tahunan dan anggaran PD BPR Bank Pasar harus mendapatkan persetujuan dan pengesahan Dewan Pengawas. (4) Rencana Kerja tahunan dan anggaran yang telah mendapatkan pengesahan Bupati, disampaikan kepada Dewan Pengawas dengan tembusan Bank Indonesia. BAB XIII TAHUN BUKU Pasal 46 (1) Tahun Buku PD BPR Bank Pasar adalah Tahun Takwim. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhir Tahun Buku, Direksi menyampaikan perhitungan tahunan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi yang telah diaudit oleh Akuntan Publik kepada Dewan Pengawas. (3) Neraca dan perhitungan Laba/Rugi sebagaimana dimaksud ayat (2) ditandatangani oleh Direksi dan Dewan pengawas dan disahkan oleh Bupati selanjutnya untuk disampaikan kepada Bank Indonesia. (4) Direksi wajib mengumumkan neraca dan Laba/Rugi tahunan yang telah disahkan pada papan pengumuman PD BPR Bank Pasar yang bersangkutan. (1) Struktur APBDes terdiri dari pendapatan desa, belanja desa, dan Pembiayaan desa

81 pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas kembali sebagaimana mestinya. (3) Apabila dalam persidangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Anggota Direksi tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas. (4) Keputusan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh anggota Direksi terbukti merupakan tindak pidana, maka yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat. Pasal 43 (1) Anggota Direksi yang diberhentikan, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Keputusan Bupati tentang pemberhentian dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati. (2) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati harus mengambil keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. BAB XI DANA PENSIUN DAN TUNJANGAN HARI TUA Pasal 44 (1) PD BPR Bank Pasar wajib mengadakan Dana Pensiun dan tunjangan Hari Tua bagi Direksi dan Pegawai (2) Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari : a. Iuran Pensiun dan Tunjangan Hari Tua; b. Bagian dari Dana Kesejahteraan Karyawan; dan c. Usaha-usaha yang lain yang sah. (2) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) meliputi semua pendapatan yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan kas desa. (3) Belanja desa sebagaimana dimaksud Ayat (1) meliputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas desa. (4) Pembiayaan sebagaimana dimaksud Ayat (1) meliputi transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Bagian Ketiga Pendapatan Desa Pasal 16 Pendapatan desa terdiri atas: a. pendapatan asli desa meliputi: 1) hasil usaha desa. 2) hasil kekayaan desa. 3) hasil swadaya dan partisipasi masyarakat. 4) lain-lain pendapatan asli desa yang sah dan tidak mengikat. b. dana perimbangan meliputi: 1) bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten. 2) bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. c. bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten; d. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Bagian Keempat Belanja Desa Pasal 17 Belanja Desa dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi kewenangan desa

82 Pasal 18 Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 15 Ayat (3) diklasifikasikan menurut bagian belanja yang terdiri dari : a. belanja tidak langsung; b. belanja langsung. Bagian Kelima Surplus dan Defisit APBDes Pasal 19 (1) Surplus Anggaran merupakan selisih lebih antara Pendapatan Desa dan Belanja Desa selama satu tahun anggaran. (2) Defisit Anggaran merupakan selisih kurang antara Pendapatan Desa dan Belanja Desa selama satu tahun anggaran. (3) Selisih lebih/kurang antara Pendapatan dan Belanja selama satu tahun anggaran dicatat dalam Pos Surplus/Defisit. Bagian Keenam Pembiayaan Pasal 20 (1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud Pasal 6 Ayat (4) terdiri dari penerimaan pembiayaan desa dan pengeluaran pembiayaan. (2) Penerimaan Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud Ayat (1) meliputi: a. selisih lebih perhitungan anggaran (silpa) tahun anggaran sebelumnya ; b. pencairan dana cadangan; c. hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. d. penerimaan pinjaman. (3) Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud Ayat (1) meliputi: a. pembentukan dana cadangan; b.penyertaan modal pemerintah desa. c.pengembalian pinjaman. d.sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan dihitung dari laba sebelum dipotong pajak setelah diaudit dari tahun sebelum tugasnya berakhir. BAB X PEMBERHENTIAN DIREKSI Pasal 40 (1) Anggota Direksi berhenti karena : a. masa jabatannya berakhir; b. meninggal dunia. (2) Anggota Direksi dapat diberhentikan karena : a. atas permintaan sendiri; b. reorganisasi; c. melakukan tindakan yang merugikan PD BPR Bank Pasar ; d. melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan Daerah atau negara; e. tidak melaksanakan tugasnya secara wajar;dan f. tidak memenuhi syarat sebagai anggota Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 41 (1) Anggota Direksi yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 40 ayat (2) huruf c dan/atau huruf e, diberhentikan sementara oleh Bupati atas usul Dewan Pengawas. (2) Bupati memberitahukan secara tertulis pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya. Pasal 42 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Dewan Pengawas melakukan sidang yang dihadiri oleh Anggota Direksi untuk menetapkan usulan yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi. (2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dewan Pengawas belum melakukan persidangan maka

83 oleh Direksi secara efisien dan efektif untuk pengembangan Bank;dan e. Direktur Utama setiap bulan dapat diberikan dana penunjang operasional yang besarnya paling banyak 1 (satu) kali gaji sebulan; dan (3) Anggota Direksi memperoleh jasa produksi. (4) Pemberian penghasilan dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didasarkan atas ketentuan bahwa jumlah honorarium untuk Dewan Pengawas, gaji direksi, gaji Pegawai dan biaya tenaga kerja lainnya tidak melebihi 30% (tiga puluh per seratus) dari realisasi pendapatan tahun anggaran yang lalu. Pasal 38 (1) Anggota Direksi memperoleh hak cuti meliputi: a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. cuti besar selama 2 (dua) bulan untuk akhir masa jabatan c. cuti kawin selama 12 (dua belas) hari kerja ; d. cuti sakit; dan e. cuti karena alasan penting atau cuti untuk menunaikan ibadah haji. (2) Dalam hal permohonan cuti besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak dikabulkan, kepada Direksi diberikan penggantian dalam bentuk uang sebesar 2 (dua) kali penghasilan bulan terakhir. (3) Anggota direksi yang menjalankan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan penghasilan penuh. Pasal 39 (1) Anggota Direksi setiap akhir masa jabatan mendapat uang jasa pengabdian yang besarnya 5% (lima per seratus) dihitung dari laba sebelum dipotong pajak setelah diaudit dari tahun sebelum akhir masa jabatannya dengan perbandingan Direktur mendapat 80 % (delapan puluh per seratus) dari Direktur Utama. (2) Anggota Direksi yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir mendapat uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan syarat telah menjalankan tugasnya selama paling sedikit 1 (satu) tahun dengan perhitungan lamanya bertugas dibagi dengan masa jabatan kali 5 % (lima perseratus) (4) Selisih penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan disebut Pembiayaan Netto dan jumlahnya sama dengan surplus/defisit anggaran. BAB VI PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBDes Bagian Kesatu Penyusunan dan Pembahasan RAPBDes Pasal 21 (1) Rancangan APBDes disusun oleh Pemerintah Desa berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa). (2) Rancangan APBDes dibahas dan disetujui oleh Pemerintah Desa dan BPD. (3) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dituangkan dalam Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes. Bagian Kedua Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes Pasal 22 (1) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes sebagaimana dimaksud pasal 12 Ayat (3), disampaikan Kepala Desa kepada Bupati untuk dievaluasi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak mendapat persetujuan dari BPD. (2) Hasil evaluasi terhadap rancangan Peraturan desa sebagimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kembali kepada Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Raperdes. (3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes menjadi Peraturan Desa

84 Bagian Ketiga Penetapan Peraturan Desa tentang APBDes Pasal 23 Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah dievaluasi dan disetujui oleh Bupati ditetapkan menjadi Peraturan desa tentang APBDes. BAB VII PELAKSANAAN APBDes DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA Bagian Kesatu Asas Umum Pelaksanaan APBDes Pasal 24 (1) Pemerintah Desa dilarang melakukan pengeluaran atas beban belanja desa untuk tujuan yang tidak tersedia anggarannya, dan /atau yang tidak cukup tersedia anggarannya dalam APBDes. (2) Pelaksanaan Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus didasarkan pada prinsip hemat, sederhana, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Pelaksanaan APBDes Pasal 25 (1) Semua penerimaan desa dilakukan melalui Kas Desa. (2) Semua pengeluaran desa dilakukan melalui Kas desa dengan didukung oleh bukti pengeluaran yang sah. (3) Semua penerimaan dan pengeluaran pembiayaan desa dilakukan melalui kas desa. e. membuka Kantor Cabang atau Pelayanan Kas berdasarkan persetujuan Bupati atas pertimbangan Dewan Pengawas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan f. membeli, menjual atau dengan cara lain mendapatkan atau melepaskan hak atas barang-barang milik PD BPR Bank Pasar berdasarkan persetujuan Bupati atas pertimbangan Dewan Pengawas; Pasal 36 Direksi bertanggung jawab kepada Bupati melalui Dewan Pengawas. BAB IX HAK, PENGHASILAN DAN PENGHARGAAN Pasal 37 (1) Hak dan penghasilan serta penghargaan Direksi ditetapkan dalam Peraturan Bupati yang terdiri dari: a. gaji pokok : 1. Direktur Utama paling banyak 2,5 (dua koma lima) kali gaji pokok tertinggi pada daftar skala gaji pokok pegawai;dan 2. Direktur paling banyak 80 % (delapan puluh per seratus) dari gaji pokok yang diterima oleh Direktur utama. b. tunjangan isteri/suami, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, dan tunjangan lainnya. (2) Anggota Direksi mendapat fasilitas: a. tunjangan kesehatan yang layak termasuk isteri/suami dan anak yang ditetapkan Direksi sesuai dengan kemampuan PD BPR Bank Pasar b. rumah dinas dan perabotan atau pengganti sewa rumah sesuai dengan kemampuan PD BPR Bank Pasar c. kendaraan Dinas d. dana representasi apabila diperlukan, yang besarnya paling banyak 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari jumlah gaji pokok Direksi 1 (satu) tahun lalu yang penggunaannya diatur

85 Pasal 33 (1) Sebelum menjalankan tugas, Anggota Direksi dilantik dan diambil sumpah jabatan oleh Bupati. (2) Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari sejak keputusan Bupati tentang Pengangkatan Anggota Direksi. Bagian Keempat Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi Pasal 34 Direksi mempunyai tugas: a. melaksanakan manajemen PD BPR Bank Pasar ; b. menyusun dan menyampaikan rencana kerja dan anggaran tahunan PD BPR Bank Pasar kepada Bupati melalui Dewan Pengawas yang meliputi kebijaksanaan dibidang organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian, umum dan pengawasan untuk mendapatkan pengesahan; c. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laba rugi setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Bupati melalui Dewan Pengawas; dan d. menyusun dan menyampaikan pertanggungjawaban akhir tahun tentang pelaksanaan rencana kerja dan anggaran tahunan PD BPR Bank Pasar kepada Bupati melalui Dewan pengawas untuk mendapatkan pengesahan. Pasal 35 Direksi mempunyai wewenang : a. mengangkat dan memberhentikan pegawai PD BPR Bank Pasar ; b. menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja PD BPR Bank Pasar dengan persetujuan Bupati setelah mendengar pertimbangan Dewan Pengawas; c. mewakili PD BPR Bank Pasar di dalam dan di luar pengadilan atau dapat menunjuk kuasa hukum; d. mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam upaya pengembangan PD BPR Bank Pasar Bagian Ketiga Penatausahaan Keuangan Desa Pasal 26 (1) Bendahara Desa wajib menyelenggarakan Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran desa. (2) Pembukuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan menggunakan sistem Akuntansi yang berterima umum dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BAB VIII PERUBAHAN APBDes Pasal 27 (1) Apabila terjadi perubahan pendapatan dan/atau belanja pada APBDes maka Kepala Desa bersama dengan BPD perlu mengadakan Perubahan APBDes. (2) Perubahan APBDes sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berlaku setelah ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB IX PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDes Pasal 28 (1) Setelah berakhirnya tahun anggaran, Kepala Desa wajib menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran Kepala Desa bersama-sama BPD menetapkan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes

86 BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan keuangan desa. Pasal 30 Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten sebagaimana dimaksud pasal 29 meliputi: a. memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan Alokasi Dana Desa; b. memberikan bimbingan dan latihan penyelenggaraan keuangan desa yang mencakup perencanaan dan penyusunan APBDes, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBDes. c. membina dan mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa; d. memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan administrasi keuangan desa. Pasal 31 Pembinaan dan pengawasan camat sebagaimana dimaksud pasal 29 meliputi: a. memfasilitasi administrasi keuangan desa; b. memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan pendayagunaan aset desa; c. memfasilitasi pelaksanaan Alokasi Dana Desa; d. memfasilitasi penyelenggaraan keuangan desa yang mencakup perencanaan dan penyusunan APBDes, pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBDes. (2) Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau pejabat eksekutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga lain. (3) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung pada PD BPR Bank Pasar atau Badan Hukum/Perorangan penerima kredit dari PD BPR Bank Pasar. Bagian Kedua Anggota Direksi dan Masa Jabatan Pasal 30 (1) Anggota Direksi paling sedikit berjumlah 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang, salah seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama; (2) Direksi diangkat oleh Bupati untuk masa jabatan selama-lamanya 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali; (3) Masa jabatan Direksi paling banyak 2 (dua) kali dalam masa jabatan yang sama secara berturut-turut. (4) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Bupati atas usul Dewan Pengawas setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Tata Cara Pengangkatan Pasal 31 (1) Tata Cara Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud Pasal 30, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia; (2) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bupati paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum masa jabatan Anggota Direksi berakhir. Pasal 32 Pengangkatan Anggota Direksi wajib dilaporkan oleh Direksi kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah pengangkatan

87 c. memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional PD BPR Bank Pasar yang sehat; dan d. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. (2) Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf b meliputi : a. pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dibuktikan dengan sertifikat kelulusan dari lembaga sertifikasi; b. pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan; dan c. kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan PD BPR Bank Pasar yang sehat. (3) Persyaratan reputasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf c meliputi : a. tidak termasuk dalam daftar kredit macet; b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan perusahaan dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum dicalonkan. (4) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) antara lain: a. Daftar Penilaian Prestasi Kerja (DPPK) terakhir dengan nilai rata-rata baik atau keterangan dari instansi calon yang meliputi loyalitas, disiplin, tanggung jawab, kejujuran dan kepemimpinan bagi calon yang berasal dari instansi pemerintah/swasta. b. memiliki latar belakang pendidikan paling rendah S-1; c. memiliki pengalaman kerja di bidang perbankan paling sedikit 2 (dua) tahun; d. usia paling tinggi 52 tahun. e. sanggup bertempat tinggal di tempat kedudukan PD BPR Bank Pasar Pasal 29 (1) Anggota Direksi dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan : a. anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan suami/isteri; b. Dewan Pengawas dalam hubungan sebagai orang tua, anak dan suami/isteri, mertua, menantu, dan saudara kandung. BAB VII PENYELESAIAN KERUGIAN DESA Pasal 32 (1) Apabila pengelola keuangan dan/atau perangkat desa dalam menjalankan tugasnya terbukti menyalahgunakan keuangan Desa, maka wajib mengganti sesuai dengan nilai nominal yang disalahgunakan. (2) Apabila pengelola keuangan dan/atau perangkat desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak dapat menyelesaikan kewajibannya, maka kepada yang bersangkutan dituntut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini, Kepala Desa harus sudah menetapkan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Keuangan Desa sesuai dengan Peraturan Daerah ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2001 tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 47) dan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 7 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 48) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

88 Pasal 35 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 36 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Pasal 26 (1) Anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya surat keputusan Bupati tentang pemberhentian dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati. (2) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati harus mengambil keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan Bupati belum mengambil Keputusan terhadap permohonan keberatan, maka keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI BAB VIII DIREKSI Bagian Kesatu Syarat-syarat Pengangkatan Diundangkan di Temanggung pada Tanggal 7 Pebruari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI ttd MUKHAMAD IRFAN Pasal 27 (1) Untuk dapat diangkat menjadi Anggota Direksi harus memenuhi persyaratan: a. integritas; b. kompetensi; c. reputasi keuangan (2) Anggota Direksi wajib lulus seleksi dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatan. (3) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga harus memenuhi persyaratan khusus. Pasal 28 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 8 (1) Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a meliputi : a. memiliki akhlak dan moral yang baik; b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan;

89 (2) Anggota Dewan Pengawas diberhentikan karena : a. atas permintaan sendiri; b. alih tugas/jabatan/reorganisasi; c. melakukan tindakan yang merugikan PD BPR Bank Pasar ; d. melakukan tindakan atau bersikap yang bertentangan dengan kepentingan Daerah atau Negara; e. tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar;dan f. tidak memenuhi syarat sebagai anggota Dewan Pengawas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 24 (1) Anggota Dewan Pengawas yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf c dan/atau huruf d diberhentikan sementara oleh Bupati. (2) Bupati memberitahukan secara tertulis pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya. Pasal 25 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Bupati sudah melakukan rapat yang dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas untuk menetapkan apakah yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitir. (2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini Bupati belum melaksanakan rapat, maka keputusan pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas kembali sebagaimana mestinya. (3) Apabila dalam rapat yang diadakan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini anggota Dewan Pengawas tidak hadir tanpa alasan yang sah maka yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan dalam rapat. (4) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati. (5) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Pengawas terbukti merupakan tindak pidana, maka yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Desa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang - Undang, Pemerintah Desa dapat diberikan penugasan atau pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sebagai konsekuensi dari pemberian kewenangan dari pemerintah maupun dari pemerintah daerah, pemerintah wajib membiayai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Penyelenggaraan pemerintahan desa yang menimbulkan hak dan kewajiban dalam rangka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan serta pelayanan kepada masyarakat perlu dikelola dalam suatu system pengelolaan keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa perlu dilaksanakan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Peraturan Daerah tentang Keuangan Desa ini dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dibidang kedudukan keuangan desa, sumber pendapatan desa, pengelolaan keuangan desa dan anggaran pendapatan dan belanja desa. Pengaturan keuangan desa dilakukan untuk menguatkan pilar akuntabilitas transparansi. Untuk memenuhi akuntabilitas dan

90 II. transparansi tersebut Pemerintah Desa harus melaksanakan pengelolaan keuangan secara akuntable dan transparan. Agar pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 ayat (1) Huruf a Cukup Jelas Huruf b Bagi hasil pajak daerah sekurang-kurangnya 10% diterimakan kepada desa Dari retribusi kabupaten sebagian diperuntukan bagi desa yang dialokasikan secara proporsional. Huruf c Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima desa terdiri dari dana bagi hasil pajak dan non pajak ditambah dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai. Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan sumbangan pihak ketiga dapat berupa hadiah, donasi, wakaf dan/atau lain-lain sumbangan. Pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang. Yang dimaksud wakaf dalam ketentuan ini adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri. Bagian Keenam Penghasilan Pasal 21 (1) Honorarium Dewan Pengawas diatur sebagai berikut a. Ketua Dewan Pengawas, paling banyak 40% (empat puluh per seratus) dari penghasilan Direktur Utama; dan b. Anggota Dewan Pengawas paling banyak 80% (delapan puluh per seratus) dari honorarium Ketua Dewan Pengawas. (2) Ketua Dewan Pengawas dan Anggota Dewan Pengawas memperoleh jasa produksi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 22 (1) Pada masa akhir jabatannya Dewan Pengawas mendapat uang jasa pengabdian dari laba sebelum dipotong pajak, setelah diaudit dari tahun sebelum akhir masa jabatannya paling banyak 40% (empat puluh per seratus) dari yang diterima oleh anggota direksi dengan perbandingan penerimaan honorarium sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat(1) (2) Untuk Dewan Pengawas yang diberhentikan dengan hormat sebelum masa jabatannya berakhir, mendapat jasa pengabdian dengan syarat telah menjalankan tugasnya paling sedikit 1 (satu) tahun. (3) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan atas perhitungan lamanya bertugas dibagi masa jabatan yang ditentukan Bagian Ketujuh Pemberhentian Pasal 23 (1) Anggota Dewan Pengawas berhenti karena : a. masa jabatannya berakhir; dan b. meninggal dunia

91 Pasal 17 Untuk melaksanakan tugas dalam Pasal 16 Dewan Pengawas mempunyai fungsi: a. menyusun tata cara pengawasan dan pengelolaan PD BPR Bank Pasar. b. melaksanakan pengawasan atas pengurusan PD BPR Bank Pasar. c. menetapkan kebijaksanaan anggaran dan keuangan PD BPR Bank Pasar d. membina dan mengembangkan PD BPR Bank Pasar. Pasal 18 Dewan Pengawas mempunyai wewenang : a. menyampaikan rencana kerja tahunan dan anggaran PD BPR Bank Pasar kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan; b. meneliti Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi yang disampaikan Direksi untuk mendapat pengesahan Bupati; c. memberikan pertimbangan dan saran, baik diminta atau tidak diminta kepada Bupati untuk perbaikan dan pengembangan PD BPR Bank Pasar ; d. meminta keterangan kepada Direksi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengawasan dan pengelolaan PD BPR Bank Pasar ; e. mengusulkan pemberhentian sementara Anggota Direksi kepada Bupati; dan f. menunjuk seorang atau beberapa ahli untuk melaksanakan tugas tertentu setelah mendapat persetujuan Bupati. Pasal 19 (1) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang bertanggung jawab kepada Bupati. (2) Pertanggungjawaban Dewan Pengawas dilakukan secara tertulis yang ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengawas. Bagian Kelima Laporan Pasal 20 Dewan Pengawas harus memberikan laporan secara berkala/periodik kepada Bupati dan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan tugasnya kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pasal 3 ayat (2) Pasal 3 ayat (3) Pasal 4 ayat (1) Huruf a Yang dimaksud tanah kas desa adalah tanah bekas bengkok dan tanah lain yang dikuasai desa yang berasal dari: 1. tanah desa yang menurut asal usulnya merupakan penghasilan langsung Kepala Desa dan Perangkat Desa; 2. tanah desa yang menurut asal-usulnya untuk pembiayaan kepentingan desa; 3. tanah yang berasal dari pengadaan dengan dana dari desa maupun dari pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten; 4. tanah yang berasal dari pengganti tukar-menukar tanah kas desa; 5. tanah negara yang telah dikuasai desa berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 ayat (1) Huruf b s/d i Pasal 4 ayat (2) Pasal 4 ayat (3) Pasal 4 ayat (4) Pasal

92 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Pihak lain adalah perorangan, lembaga berbadan hukum, atau lembaga pemerintah. Ayat (2) Ayat (3) Yang dimaksud dalam satu wilayah kecamatan adalah dengan mengutamakan tanah yang terletak di dalam desa yang bersangkutan dan/atau desa sekitar. Ayat (4) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 (2) Proses Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bupati paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Anggota Dewan Pengawas yang lama berakhir. Pasal 14 Laporan Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas wajib disampaikan kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah pengangkatan. Bagian Keempat Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Pasal 15 Dewan Pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap PD BPR Bank Pasar. Pasal 16 (1) Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas mengandung pengertian pengendalian dan pembinaan terhadap cara penyelenggaraan tugas Direksi. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengawasan kedalam tanpa mengurangi kewenangan pengawasan dari instansi pengawasan diluar PD BPR Bank Pasar. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara : a. periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan; b. insidentil atau sewaktu-waktu dipandang perlu menurut pertimbangan Dewan Pengawas dalam menjalankan tugasnya. (4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk petunjuk dan pengarahan kepada Direksi dalam pelaksanaan tugas. (5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk meningkatkan dan menjaga kelangsungan PD BPR Bank Pasar

93 perusahaan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum dicalonkan. Pasal 11 (1) Anggota Dewan Pengawas dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan: a. anggota Dewan Pengawas lainnya dalam hubungan sebagai orang tua termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan suami/isteri; b. anggota Direksi dalam hubungan sebagai orang tua termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan suami/isteri. (2) Anggota Dewan Pengawas tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung pada PD BPR Bank Pasar atau Badan Hukum/Perorangan yang diberi kredit oleh PD BPR Bank Pasar. Bagian Kedua Pengangkatan Pasal 12 (1) Anggota Dewan Pengawas diangkat oleh Bupati untuk masa jabatan selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya. (2) Anggota Dewan Pengawas sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang, salah seorang diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas. (3) Anggota Dewan Pengawas hanya dapat merangkap jabatan sebagai Pengawas paling banyak pada 2 (dua ) BPR atau 1 (satu) Bank Umum. (4) Bupati dan Wakil Bupati tidak boleh menjabat sebagai Dewan Pengawas. Bagian Ketiga Tata Cara Pengangkatan Pasal 13 (1) Proses Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Direksi Bank Indonesia. Pasal 16 Huruf a angka (1): Hasil usaha Desa adalah bersumber dari usaha-usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa melalui Badan Usaha Milik Desa. Huruf a angka (2): Hasil kekayaan Desa adalah bersumber dari hasil kekayaan desa yang masih dikelola oleh desa. Huruf a angka(3): Hasil swadaya dan partisipasi adalah yang berbentuk uang. Huruf a angka (4): Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah meliputi : a. hasil penjualan kekayaan desa yang tidak dipisahkan; b. jasa giro, pendapatan bunga, dan tuntutan ganti rugi; c. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh desa. Huruf b angka (1): Huruf b angka (2): Huruf c : cukup jelas Huruf d : Hibah dan sumbangan yang berbentuk barang baik barang bergerak maupun tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan Perundangundangan. Pasal 17 Pasal 18 Huruf a Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekwensi dari kewajiban pemerintah desa secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan/atau kewajiban lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik, atau sering disebut dengan belanja periodik. Huruf b

94 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Ayat (1) Bendahara Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Berterima umum adalah sesuai dengan tatacara yang dipraktekkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah dan telah berlangsung sepanjang waktu sampai dengan saat sekarang Pasal 27 Perubahan APBDes hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran selambat-lambatnya satu bulan setelah APBD perubahan ditetapkan. Pasal 28 Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes dimaksud paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran sudah ditetapkan menjadi Peraturan BAB VII DEWAN PENGAWAS Bagian Kesatu Persyaratan Pasal 9 (1) Untuk dapat diangkat menjadi Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. integritas b. kompetensi c. reputasi dan keuangan;dan d. persyaratan yang ditentukan dalam Perda Pendirian PD BPR Bank Pasar (2) Anggota Dewan pengawas wajib bertempat tinggal di wilayah kerja PD BPR Bank Pasar. (3) Anggota Dewan Pengawas wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya. Pasal 10 (1) Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a meliputi : a. memiliki akhlak dan moral yang baik; b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan; c. memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional PD BPR Bank Pasar yang sehat; dan d. tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL). (2) Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b meliputi : a. memiliki pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya; b. memiliki pengalaman di bidang perbankan. (3) Persyaratan reputasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c meliputi : a. tidak termasuk dalam daftar kredit macet; b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu

95 a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka; b. memberikan kredit dan sekaligus melaksanakan pembinaan terhadap pengusaha mikro kecil; c. melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan/keuangan dan lembaga lainnya; dan d. menjalankan usaha-usaha perbankan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB V M O D A L Pasal 7 (1) Modal Dasar PD BPR Bank Pasar ditetapkan sebesar Rp ,29 (Sepuluh milyar lima puluh tujuh juta sembilan ratus enam puluh delapan ribu sembilan ratus enam belas koma dua sembilan rupiah). (2) Modal disetor PD BPR Bank Pasar sebesar Rp ,29 (Sepuluh milyar lima puluh tujuh juta sembilan ratus enam puluh delapan ribu sembilan ratus enam belas koma dua sembilan rupiah). (3) Dalam hal terjadi penambahan penyertaan modal dari pemerintah daerah maupun pihak ketiga pada PD BPR Bank Pasar Temanggung ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (4) Penambahan penyertaan modal dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimungkinkan, dengan memperhatikan ketentuan bahwa mayoritas modal dimiliki oleh Pemerintah Daerah. (5) Modal PD BPR Bank Pasar yang berasal dari pemerintah daerah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Desa. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes tersebut berupa Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBDes, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri laporan keuangan Badan Usaha Milik Desa (bila ada). Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 BAB VI P E N G U R U S Pasal 8 Pengurus PD BPR Bank Pasar terdiri dari : a. Dewan Pengawas; b. Direksi ;

96 BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 (1) PD BPR Bank Pasar berkedudukan di Kabupaten Temanggung. (2) PD BPR Bank Pasar dapat membuka Kantor Cabang, Cabang Pembantu dan Kantor Kas/Unit Pelayanan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB III AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 PD BPR Bank Pasar dalam melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip profesionalisme. Pasal 4 Maksud dan tujuan PD BPR Bank Pasar adalah untuk mendukung perekonomian daerah, dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. BAB IV U S A H A Pasal 5 PD BPR Bank Pasar menjalankan usahanya sebagai Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, PD BPR Bank Pasar menyelenggarakan usaha-usaha antara lain :

97 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDI- TAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANG- GUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Temanggung; 3. Bupati adalah Bupati Temanggung; 4. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah yang kekayaan modalnya baik seluruhnya maupun sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan yang selanjutnya disebut PD BPR Bank Pasar 5. Direksi adalah Direksi PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung; 6. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. 7. Pegawai adalah Pegawai PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa wajib disusun perencanan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pemb angunan daerah Kabupaten/Kota; Mengingat : b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Desa. 1. Undang-Undang nomor 13 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

98 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 8. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ; 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1972 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3504); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan;

99 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) ; 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843); 5. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) ; 6. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) ; 7. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang dihormati dan dihargai dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelanggara pemerintahan desa. 7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 9. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh kepala desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijakan baru dan bersifat penetapan. 10. Lembaga kemasyarakatan desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. 11. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia

100 12. Pembangunan Desa adalah upaya untuk melakukan proses perubahan sosial masyarakat desa ke arah yang lebih baik dan dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. 13. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa adalah forum perencanaan pembangunan di tingkat desa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan semangat musyawarah untuk mufakat. 14. Sistem Perencanaan Pembangunan Desa adalah satu kesatuan tata perencanaan pembangunan desa untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh pemerintah desa sesuai kewenangannya. 15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, yang selanjutnya disingkat RPJM Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun. 16. Rencana Kerja Pembangunan Desa, yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun. 17. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 18. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 19. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 20. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 21. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur. 22. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat desa. 23. Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah pembangunan terpadu yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan /atau pihak ketiga pada satu atau beberapa wilayah desa. 24. Partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa. 25. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan penilaian terhadap hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2003 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kabupaten Temanggung dipandang tidak sesuai lagi, sehingga perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a di atas perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kabupaten Temanggung

101 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Cadangan tujuan merupakan laba bersih setelah dikurangi pajak yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dana Kesejahteraan digunakan untuk dana sosial dan dana pendidikan Jasa produksi merupakan imbalan yang diterima oleh pengurus perusahaan atas laba perusahaan. 26. Pemberdayaan Masyarakat adalah strategi pembangunan yang berpusat pada kepentingan dan kebutuhan rakyat yang arahnya pada kemandirian masyarakat. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pembangunan Desa diselenggarakan berasaskan demokrasi dengan prinsip-prinsip menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga kemajuan dan kesatuan desa. (2) Perencanaan Pembangunan Desa dilaksanakan dengan sistem Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa dan mempunyai keterkaitan serta tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan daerah. (3) Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. (4) Sistem Perencanaan Pembangunan Desa bertujuan untuk : a. mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan; b. menjamin terciptanya sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan pembangunan daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e. menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya yang ada di desa secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. BAB III RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pasal 3 (1) Perencanaan Pembangunan Desa mencakup perencanaan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara terpadu

102 (2) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa; b. Rencana Kerja Pembangunan Tahunan Desa. Pasal 4 (1) RPJM Desa memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan desa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; (2) RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada RPJM Daerah. Pasal 5 RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pasal 6 RKP Desa memuat kerangka program, prioritas pembangunan desa, rencana kegiatan dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. BAB IV MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pasal 7 (1) Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disebut Musrenbangdes merupakan forum perencanaan pembangunan di tingkat desa, diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan semangat demokrasi dan musyawarah untuk mufakat. (2) Forum Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk membahas dan menyetujui rancangan perencanaan pembangunan desa baik RPJM-Desa dan atau RKP- Desa. Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Ayat (1) Laba perusahaan merupakan selisih lebih antara pendapatan dan biaya perusahaan. Penetapan dan penggunaan laba bersih dilakukan setelah dikurangi pajak sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Cadangan Umum merupakan cadangan yang dibentuk dari laba bersih setelah dikurangi pajak yang diguankan untuk memprkuat struktur modal perusahaan

103 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Tim adalah tim yang dibentuk oleh Bupati untuk melaksanakan uji kompetensi dan harus melibatkan pihak independen. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 (3) Peserta musrenbangdes terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan komponen masyarakat baik individu maupun kelompok yang berada di desa. BAB V TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Pasal 8 Tahapan perencanaan pembangunan desa meliputi : a. penyusunan rencana pembangunan desa; b. penetapan rencana pembangunan desa; c. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan d. evaluasi pelaksanaan rencana. BAB VI PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA Bagian Kesatu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pasal 9 (1) Kepala Desa bersama-sama perangkat desa dengan dibantu lembaga kemasyarakatan menyiapkan rancangan RPJM-Desa. (2) Rancangan RPJM-Desa dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama bagi musrenbangdes. Pasal 10 Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) didasarkan pada data dan informasi akurat mencakup: a. penyelenggaraan pemerintahan desa; b. organisasi dan tata laksana pemerintahan desa; c. keuangan desa, d. profil desa

104 Pasal 11 (1) Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibahas dan disepakati dalam Musrenbangdes untuk selanjutnya ditetapkan sebagai dokumen RPJM Desa; (2) Dokumen RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah RPJM Daerah ditetapkan. Bagian Kedua Rencana Kerja Pembangunan Desa Pasal 12 (1) Kepala Desa bersama perangkat desa dengan dibantu lembaga kemasyarakatan menyiapkan rancangan RKP Desa. (2) RKP Desa memuat rencana kegiatan pemerintahan desa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa sendiri pada tahun anggaran berikutnya dan rencana kegiatan yang akan diusulkan ke Pemerintah di atasnya. (3) Rancangan RKP Desa dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama bagi musrenbangdes. Pasal 13 Rancangan RKP Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dibahas dan disepakati dalam Musrenbangdes untuk selanjutnya ditetapkan sebagai dokumen RKP Desa tahun anggaran berikutnya. Pasal 14 Musrenbangdes dalam rangka membahas dan menetapkan rancangan RKP Desa diselenggarakan selambat-lambatnya pada bulan januari. Pasal 15 RKP Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah kekayaan milik daerah yang dapat berbentuk uang, barang bergerak atau tidak bergerak termasuk hak-hak lainnya yang terpisah dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Laporan berkala meliputi Laporan Kemajuan Perusahaan, Laporan Keuangan, Laporan Kinerja Perusahaan, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan perusahaan. Di samping itu Badan Pengawas diwajibkan menyampaikan rekomendasi terhadap kinerja perusahaan. Pasal 12 Pasal 13 Pasal

105 hal tersebut maka PD Aneka Usaha dapat mendukung perwujudan peningkatan kesejahteraan masyarakat. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan cabang pada ayat (2) ini adalah cabang perusahaan PD Aneka Usaha yang dapat didirikan dalam rangka pengembangan perusahaan sesuai dengan perkembangan usaha dan perluasan pasar. Cabang-cabang perusahaan dimaksud dapat terdiri dari unit-unit perusahaan. Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud usaha jasa-jasa adalah jasa pelayanan dan pengembangannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 5 Ayat (1) Modal adalah modal yang ditanam pada PD Aneka Usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya. Yang dimaksud dengan aset/kekayaan Pemerintah Daerah adalah aset/kekayaan Pemerintah Daerah yang digunakan PD Aneka Usaha untuk menjalankan usahanya. Aset ini dapat berupa tanah, gedung, dan peralatan yang terdiri dari alat percetakan dan perbengkelan. Pasal 16 RKP Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 khususnya rencana kegiatan pemerintahan desa yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa sendiri menjadi salah satu bahan bagi penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tahun berikutnya. BAB VII PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA Pasal 17 (1) Pengendalian dan pemantauan pelaksanaan perencanaan pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan Camat. (2) Evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan desa selama 1 (satu) tahun dilakukan dalam forum musrenbang tahun berikutnya. (3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai masukan bagi perencanaan pembangunan desa di tahun berikutnya. BAB VIII PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN Bagian Kesatu Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Pasal 18 (1) Pembangunan kawasan perdesaan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan wajib memperhatikan kepentingan umum, kelestarian lingkungan hidup dan keserasian kepentingan antar kawasan. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan wajib memperhatikan dan menghormati adat istiadat dan norma yang berlaku di masyarakat

106 Bagian Kedua Keikutsertaan Desa Pasal 19 (1) Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh Kabupaten dan atau pihak ketiga wajib mengikutsertakan Pemerintah Desa dan BPD. (2) Mengikutsertakan Pemerintah Desa dan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal: perencanaan pembangunan, pemanfaatan sumberdaya lokal, pelaksanaan pembangunan dan penanganan berbagai ekses dari pelaksanaan pembangunan kawasan tersebut. Pasal 20 Dalam pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan perdesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Pasal 21 Keikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 menyangkut penggunaan sumber daya alam dan tenaga kerja setempat sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Bagian Ketiga Pengendalian dan Pemantauan Pasal 22 (1) Pengendalian dan pemantauan pelaksanaan pembangunan kawasan pada satu desa dan atau beberapa desa dalam satu kecamatan dilakukan oleh Camat. (2) Pengendalian dan pemantauan pelaksanaan pembangunan kawasan yang meliputi beberapa desa dalam beberapa kecamatan dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan Camat. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG Pelayanan masyarakat merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan berkembangnya keberagaman kebutuhan yang menjadi tuntutan masyarakat dan perkembangan usaha yang dinamis, maka pemerintah daerah juga harus mengikuti tuntutan masyarakat tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Pemerintah Kabupaten Temanggung mengambil kebijakan untuk mengembangkan ekonomi daerah melalui pendirian PD Aneka Usaha dengan prinsip dasar tidak mematikan usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Bahkan diharapkan dengan berdirinya PD Aneka Usaha dapat sebagai mitra kerja yang juga pesaing yang kompetitif sehingga usaha masyarakat dapat mengembangkan usahanya yang pada akhirnya secara agregat dapat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. PD Aneka Usaha akan menjalankan usaha dalam produksi, perdagangan, dan jasa. Dalam rangka pengembangan perusahaan, PD Aneka Usaha dapat mengembangkan jenis usaha sepanjang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Disamping itu sebagai kepanjangan tangan Pemerintah Kabupaten Temanggung, diharapkan dapat melaksanakan dua tugas utama, yaitu meningkatkan pelayanan masyarakat dan memberikan kotribusi kepada Pendapatan Asli Daerah secara proporsional. Bertitik tolak dari

107 Pasal 39 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 5 November 2007 SEKRETARIS DAERAH, KABUPATEN TEMANGGUNG Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 5 November 2007 BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Sebelum ditetapkannya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Desa menyusun dan menetapkan RKP Desa mengacu pada perencanaan strategis Kabupaten Temanggung sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Strategis Kabupaten Temanggung Tahun BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

108 Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 (2) Tata cara penggantian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIV PEMBUBARAN Diundangkan di Temanggung pada tanggal 7 Pebruari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd MUKHAMAD IRFAN Pasal 36 (1) Pembubaran PD Aneka Usaha dapat dilakukan apabila perusahaan benar-benar melakukan kegiatan yang bertentangan dengan maksud, tujuan, dan usaha didirikannya perusahaan daerah ini. (2) Pembubaran PD Aneka Usaha ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (3) Dalam hal PD Aneka Usaha dibubarkan, maka hutang dan kewajiban keuangan dibayar dari harta kekayaan PD Aneka Usaha dan sisa lebih/kurang menjadi milik/tanggung jawab Pemerintah Daerah. Pasal 37 ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 9 Bupati menyelesaikan kekaryaan Direksi dan Pegawai PD Aneka Usaha yang dibubarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Aneka Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 64) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

109 BAB XI PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA Pasal 33 (1) Penggunaan laba setelah dikurangi pajak, ditetapkan sebagai berikut : a. bagian laba untuk Pemerintah Daerah 55 % b. cadangan umum 12,5 % c. cadangan tujuan 12,5 % d. dana Kesejahteraan 10 % e. jasa produksi 10 % (2) Bagian Laba untuk Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disetorkan ke Kas Daerah pada tahun anggaran berikutnya. (3) Penggunaan Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c ditentukan oleh Direksi atas persetujuan Badan Pengawas. (4) Penggunaan Dana Kesejahteraan dan Jasa Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dan huruf e ditentukan oleh Direksi. BAB XII K E R J A S A M A Pasal 34 (1) PD Aneka Usaha dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam usaha peningkatan pendapatan, peningkatan modal, dan peningkatan profesionalisme managemen. (2) Dalam hal kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIII TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI Pasal 35 (1) Anggota Direksi dan/atau Pegawai yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya sehingga menimbulkan kerugian bagi PD Aneka Usaha wajib mengganti kerugian dimaksud. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA I. PENJELASAN UMUM Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan urusan pembangunan desa perlu mendasarkan pada perencanaan pembangunan desa yang sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan. Hal tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan pembangunan desa dapat secara efektif, efisien dan tepat sasaran dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem perencanaan pembangunan desa yang merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan desa guna menghasilkan Rencana pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun maupun Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1(satu) tahun. Sistem perencanaan pembangunan desa menggunakan pendekatan partisipatif yaitu dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan pembangunan desa dimaksud. Pelibatan pihak-pihak dimaksud dalam rangka untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki serta tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan rencana pembangunan bagi kemajuan desanya. Sistem perencanaan pembangunan desa terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu : 1. Penyusunan rencana; 2. Penetapan rencana; 3. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan 4. Evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk siklus perencanaan yang utuh

110 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 cukup jelas Pasal 2 ayat (1) Yang dimaksud dengan norma-norma yang berlaku adalah norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum. Pasal 2 Ayat (2) Pasal 2 ayat (3) Pasal 2 ayat (4) Yang dimaksud pelaku pembangunan adalah semua pihak yang terkait dan erkepentingan dengan kemajuan desa dan pelaksanaan pembangunan desa. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 ayat (1) Pasal 7 ayat (2) (2) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati harus mengambil keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud ; (3) Apabila dalam 2 (bulan) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. BAB IX RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN Pasal 31 (1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir, Direksi wajib mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha tahun berikutnya kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan. (2) Apabila sampai dengan 1 (satu) bulan sebelum tahun buku berakhir Badan Pengawas belum mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran PD Aneka Usaha, maka Rencana Kerja dan Anggaran PD Aneka Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap telah disahkan. (3) Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. (4) Apabila sampai dengan 31 Desember tahun berjalan belum ada penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha dinyatakan berlaku. BAB X TAHUN BUKU Pasal 32 Tahun Buku PD Aneka Usaha adalah Tahun Takwim

111 Pasal 28 (1) Direksi yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c dan d, diberhentikan sementara oleh Bupati atas usul Badan Pengawas. (2) Bupati memberitahukan secara tertulis pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya. (3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 29 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Badan Pengawas harus melakukan sidang atau pemeriksaan Direksi untuk menetapkan apakah yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi. (2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan Pengawas tidak melakukan persidangan atau pemeriksaan maka surat pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas kembali sebagaimana mestinya. (3) Apabila dalam persidangan atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direksi tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. (4) Keputusan hasil persidangan atau pemeriksaan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaporkan kepada Bupati untuk ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh Anggota Direksi terbukti merupakan tindakan pidana, maka yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat. Pasal 30 (1) Anggota Direksi yang diberhentikan, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Keputusan Bupati tentang pemberhentian dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati ; Pasal 7 ayat (3) Yang dimaksud komponen masyarakat individu adalah tokoh masyarakat dan tokoh agama. Yang dimaksud komponen masyarakat kelompok diantaranya kelompok perempuan, kelompok pemuda, kelompok usaha, kelompok tani dan komite sekolah. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pemanfaatan data dan informasi yang akurat dimaksudkan untuk melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan internal desa (faktor kekuatan dan kelemahannya) dan kondisi lingkungan eksternal desa (faktor peluang dan hambatan). Pasal 11 Pasal 12 ayat (1). Pasal 12 ayat (2) Yang dimaksud rencana kegiatan yang akan diusulkan ke Pemerintah di atasnya adalah kegiatan yang tidak mampu dilaksanakan oleh Pemerintah Desa karena keterbatasan kemampuan teknis maupun pembiayaannya dan/atau fasilitas umum milik pemerintah yang berada di wilayah desa. Usulan dimaksud dilaksanakan melalui mekanisme yang ada. Pasal 12 ayat (3) Pasal

112 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 ayat (1) Pasal 17 ayat (2) Pasal 17 ayat (3) Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Bagian Kelima Penghasilan, Hak,Dan Penghargaan Pasal 25 (1) Penghasilan Direksi terdiri dari: a. gaji; dan b. tunjangan. (2) Direksi berhak mendapatkan cuti. (3) Direksi dapat memperoleh penghargaan berupa jasa pengabdian sesuai kemampuan keuangan perusahaan PD Aneka Usaha. (4) Penghasilan, hak dan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 26 Selain penghasilan, kepada Direksi setiap tahun diberikan jasa produksi. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 27 (1) Direksi berhenti karena: a. masa jabatannya berakhir; dan b. meninggal dunia. (2) Direksi diberhentikan dengan alasan: a. atas permintaan sendiri; b. karena kesehatan, sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; c. tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan; d. terlibat dalam tindakan yang merugikan PD Aneka Usaha ; dan e. dihukum pidana berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Pasal

113 b. menyusun Rencana kinerja 5 (lima) tahunan dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha dengan persetujuan dan pengesahan Badan Pengawas; c. melakukan perubahan terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha dengan persetujuan dan pengesahan Badan Pengawas; d. melakukan pembinaan terhadap pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan PD Aneka Usaha ; f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili PD Aneka Usaha baik di dalam dan di luar pengadilan; h. menyampaikan laporan berkala mengenai pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan; dan i. menyampaikan pertanggungjawaban tahunan dan pada akhir masa jabatan. Pasal 22 Direksi mempunyai wewenang: a. mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. memindahkan pegawai dari jabatan dibawah Direksi; c. menandatangani Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; dan d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 23 Direksi memerlukan persetujuan dari Badan Pengawas dalam hal: a. mengadakan perjanjian-perjanjian kerja sama usaha dan/atau pinjaman yang mungkin berakibat terhadap berkurangnya aset dan membebani anggaran PD Aneka Usaha ; dan b. penyertaan modal pada perusahaan lain. Pasal 24 Direksi dalam melaksanakan tugas dan wewenang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan Pengawas. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2001 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, dipandang sudah tidak sesuai lagi; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

114 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan, Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan menjadi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3187); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); (2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Direksi harus memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut : a. mempunyai latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya Sarjana (S1); b. diutamakan memiliki pengalaman kerja selama 5 (lima) tahun di perusahaan atau institusi lain yang dibuktikan dengan surat keterangan dari perusahaan atau institusi sebelumnya dengan penilaian baik; c. membuat dan menyiapkan tentang visi, misi, dan strategi perusahaan; d. usia maksimal 52 tahun pada saat diangkat menjadi Direksi; e. calon Direksi harus melepaskan status kepegawaian sebelumnya apabila terpilih menjadi anggota direksi; f. lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh Tim yang dibentuk Bupati; g. Direksi bertempat tinggal di tempat kedudukan PD Aneka Usaha ; dan h. tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Direksi atau dengan Anggota Badan Pengawas lainnya sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan ipar. Bagian Ketiga Tata Cara Pengangkatan Pasal 20 (1) Pengangkatan Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Sebelum menjalankan tugas, Direksi dilantik dan diambil sumpah oleh Bupati. Bagian Keempat Tugas dan wewenang Pasal 21 Direksi mempunyai tugas: a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PD Aneka Usaha ;

115 Pasal 17 (1) Anggota Badan Pengawas yang diberhentikan, selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Keputusan Bupati tentang pemberhentian dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Bupati. (2) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan keberatan, Bupati harus mengambil keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan dimaksud. (3) Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan Bupati belum mengambil keputusan terhadap permohonan keberatan, maka keputusan Bupati tentang pemberhentian batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Menetapkan: Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA BAB VIII DIREKSI Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 18 (1) Direksi diangkat oleh Bupati untuk masa jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatannya berakhir. (2) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja PD Aneka Usaha setiap tahun dibuktikan dengan hasil penilaian kinerja dari Badan Pengawas. Bagian Kedua Syarat-syarat Pengangkatan Pasal 19 (1) Untuk dapat diangkat sebagai anggota Direksi harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut: a. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. mempunyai akhlak dan moral yang baik; c. setia kepada Negara dan Pemerintah; d. sehat jasmani dan rohani; dan e. bersedia mengembangkan dan melakukan kegiatan usaha secara sehat. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. 6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 8. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa. 9. Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya

116 10. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung. 12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD dan Kepala Desa. 13. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 14. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijaksanaan baru dan bersifat penetapan. 15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 16. Alokasi Dana Desa selanjutnya disingkat ADD atau sebutan lainnya adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk Desa, yang bersumber dari bagian pajak dan retribusi daerah serta bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten. BAB II PENGHASILAN Pasal 2 (1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap berupa uang senilai hasil pengelolaan tanah bengkok oleh Pemerintah Desa dan diberikan setiap bulan. (2) Penghasilan tetap Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit senilai satu setengah kali Upah Minimum Kabupaten. (3) Penghasilan tetap Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit senilai satu kali Upah Minimum Kabupaten. b. karena kesehatannya sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; c. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; d. terlibat dalam tindakan yang merugikan PD Aneka Usaha ; dan e. dihukum pidana berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 15 (1) Anggota Badan Pengawas yang diduga melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c dan huruf d diberhentikan sementara oleh Bupati. (2) Bupati memberitahukan secara tertulis pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasannya. (3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 16 (1) Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak pemberhentian sementara, Bupati harus melakukan rapat yang dihadiri oleh Anggota Badan Pengawas untuk menetapkan apakah yang bersangkutan diberhentikan atau direhabilitasi. (2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati tidak melaksanakan rapat, maka keputusan pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan melaksanakan tugas kembali sabagaimana mestinya. (3) Apabila dalam rapat yang diadakan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Anggota Badan Pengawas tidak hadir tanpa alasan yang sah maka yang bersangkutan dianggap menerima keputusan yang ditetapkan dalam rapat. (4) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) Apabila perbuatan yang dilakukan oleh Anggota Badan Pengawas terbukti merupakan tindakan pidana, maka yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat

117 Bagian Keempat Laporan Pasal 11 Badan Pengawas harus memberikan laporan secara berkala kepada Bupati mengenai pelaksanaan tugasnya sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) bulan. Bagian Kelima Penghasilan Pasal 12 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengawas menerima honorarium. (2) Honorarium Badan Pengawas diatur sebagai berikut: a. Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empatpuluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama; b. Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35 % (tigapuluh lima perseratus) dari penghasilan Direktur Utama; dan c. Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% (tigapuluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. Pasal 13 Selain honorarium, kepada Badan Pengawas setiap tahun diberikan jasa produksi. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 14 (1) Anggota Badan Pengawas berhenti karena: a. masa jabatannya berakhir; b. meninggal dunia. (2) Badan Pengawas diberhentikan dengan alasan : a. atas permintaan sendiri; (4) Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. Pasal 3 (1) Apabila penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 besarannya belum memenuhi, diberikan tambahan penghasilan tetap. (2) Tambahan penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APBD. (3) Besaran tambahan penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 4 (1) Pegawai Negeri yang menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa dibebaskan sementara waktu dari jabatan organik selama menjabat Kepala Desa atau Perangkat Desa tanpa kehilangan status dan haknya sebagai Pegawai Negeri. (2) Pegawai Negeri yang menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan penghasilan tetap sebesar 50% (lima puluh per seratus), dan diberi tunjangan aparat pemerintah desa. (3) Sisa penghasilan tetap sebesar 50 % (lima puluh per seratus) dimasukkan ke Kas Desa sebagai pendapatan desa. (4) Pegawai Negeri yang menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa disamping diberikan penghasilan tetap dan tunjangan aparat pemerintah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat memperoleh penghasilan lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diberhentikan sementara dari jabatannya, selama masa pemberhentian sementara tersebut hanya diberi penghasilan sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari penghasilan tetap. (2) Sisa penghasilan tetap sebesar 50% (lima puluh per seratus) dimasukkan ke Kas Desa sebagai Pendapatan Desa

118 (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku lagi apabila masa pemberhentian sementara berakhir. Pasal 6 (1) Penjabat Kepala Desa diberikan penghasilan tetap sesuai dengan kemampuan keuangan desa. (2) Besarnya penghasilan tetap Penjabat Kepala Desa ditetapkan dalam APB Desa. BAB III TUNJANGAN Pasal 7 (1) Kepala Desa dan Perangkat Desa selain menerima penghasilan tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, juga diberikan tunjangan. (2) Jenis tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas ; a. Tunjangan Aparat Pemerintah Desa. b. Tunjangan Pengabdian. Pasal 8 Tunjangan Aparat Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 bersumber dari ADD dan ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa, yang besarannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 9 (1) Tunjangan Pengabdian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 bersumber dari APBD. (2) Besaran tunjangan pengabdian Kepala Desa dan Perangkat Desa diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB IV PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN h. lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh Tim yang dibentuk Bupati; dan i. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Badan Pengawas lainnya atau dengan dengan Direksi sampai derajad ketiga baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan ipar. (2) Anggota Badan Pengawas bertempat tinggal di wilayah kerja PD Aneka Usaha. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 9 Badan Pengawas mempunyai tugas: a. mengawasi kegiatan operasional PD Aneka Usaha ; b. memberikan persetujuan atas Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan PD Aneka Usaha ; c. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Laporan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; d. memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; dan e. memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja PD Aneka Usaha. Pasal 10 Badan Pengawas mempunyai wewenang: a. memberi peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan yang telah ditetapkan; b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan; c. mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan; dan d. menerima atau menolak pertanggungjawaban keuangan dan program kerja Direksi tahun berjalan. Pasal 10 (1) Penghasilan tetap dan Tunjangan Aparat Pemerintah Desa diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa terhitung sejak

119 (2) Jumlah anggota Badan Pengawas sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga ) orang, salah seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Badan Pengawas. (3) Jumlah Direksi PD Aneka Usaha paling banyak 3 (tiga) orang Direktur. (4) Apabila Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang Direktur, salah seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. BAB VII BADAN PENGAWAS Bagian Kesatu Pengangkatan Pasal 7 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Bupati untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun. (2) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan. (3) Pengangkatan Badan Pengawas yang kedua kali dilakukan apabila mampu melaksanakan tugas dan wewenangnya. Bagian Kedua Syarat-syarat Pengangkatan Pasal 8 (1) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. memiliki akhlak dan moral yang baik; c. setia kepada Negara dan Pemerintah; d. menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan pengawasan; e. sehat jasmani dan rohani; f. berpendidikan sekurang-kurangnya SLTA; g. diutamakan mempunyai pengalaman dalam bidang manajemen atau usaha selama 5 tahun; tanggal pelantikan sampai dengan ditetapkannya keputusan pemberhentian. (2) Tunjangan Pengabdian diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa yang telah berakhir masa jabatannya atau meninggal dunia. BAB V PENGAWASAN Pasal 11 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat desa dilakukan oleh BPD, Camat dan Bupati. (2) Penyalahgunaan pelaksanaan kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa dikenakan sanksi dan hukuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 (1) Kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa yang ada pada saat ini disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. (2) Penyesuaian kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 10 Tahun 2001 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 51) dicabut, dan dinyatakan tidak berlaku lagi

120 Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Bupati. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 15 Februari 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI BAB IV U S A H A Pasal 4 (1) PD Aneka Usaha menjalankan usaha produksi, perdagangan, dan jasa. (2) Usaha produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang pertanian, perkebunan, dan perindustrian. (3) Dalam rangka pengembangan perusahaan, PD Aneka Usaha dapat mengembangkan bidang usaha sepanjang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V M O D A L Pasal 5 Diundangkan di Temanggung pada tanggal 15 Februari 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN EMANGGUNG ttd MUKHAMAD IRFAN (1) Modal dasar PD Aneka Usaha terdiri dari aset/kekayaan Pemerintah Daerah dan/atau penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (2) Penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini sebesa Rp (empat ratus sembilan puluh juta rupiah). (3) Penambahan jumlah modal ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Modal perusahaan merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan. ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 10 BAB VI PENGURUS Pasal 6 (1) Pengurus PD Aneka Usaha terdiri dari: a. Badan Pengawas; b. Direksi

121 Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Perusahaan Daerah Aneka Usaha yang selanjutnya disebut PD Aneka Usaha adalah Perusahaan Daerah Aneka Usaha. 5. Direksi adalah Direksi PD Aneka Usaha Kabupaten Temanggung. 6. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas PD Aneka Usaha Kabupaten Temanggung. 7. Pegawai adalah Pegawai PD Aneka Usaha Kabupaten Temanggung. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 (1) PD Aneka Usaha berkedudukan di Daerah. (2) PD Aneka Usaha dapat mendirikan cabang dan/atau unit usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Maksud dan tujuan PD Aneka Usaha adalah ikut berperan serta melaksanakan pembangunan Daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, maka untuk melaksanakan kewenangan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat perlu diimbangi dengan pemberian penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa dan paling sedikit sama dengan Upah Minimum Regional Kabupaten. Dalam Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menegaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa diatur dengan Peraturan Daerah. Oleh karena itu Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, perlu diganti. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal

122 Pasal 2 : Ayat (1) Yang dimaksud dengan Perangkat Desa yang menerima penghasilan tetap dalam ketentuan ini tidak termasuk Sekretaris Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Yang dimaksud tanah bengkok adalah sebagian tanah kas Desa yang diperuntukkan sebagai penghasilan tetap bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa sesuai dengan Peraturan Desa. Yang dimaksud dengan penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diberikan setiap bulan adalah hasil pengelolaan tanah bengkok dalam 1 (satu) tahun dibagi 12 (dua belas). Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 3 : Pasal 4 : Ayat (1) Yang dimaksud dengan tanpa kehilangan haknya adalah tetap menerima gaji dan penghasilan lain yang berhak diterima dan dibayarkan oleh instansi induk, dapat dinaikkan pangkatnya serta berhak mendapatkan kenaikan gaji berkala sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 5 : 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundangundangan. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG M E M U T U S K A N :

123 Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Perangkat Desa yang menerima penghasilan tetap dalam ketentuan ini tidak termasuk Sekretaris Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil Ayat (2) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal

124 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2007 PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan pelayanan, dan mendukung perkembangan usaha yang dinamis, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten Temanggung dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu diganti; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten Temanggung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

125 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan Pasal 185 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama Bupati Temanggung telah menyempurnakan Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2007 sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 910/112/2007 Tahun 2007 tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan

126 Mengingat dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2007; b. bahwa penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan agar Peraturan Daerah tentang Anggaaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2007 tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembarana Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Pasal 10 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Diundangkan di Temanggung pada Tanggal 5 November 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI Disahkan di Temanggung pada Tanggal 5 November 2007 BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

127 Belanja/pengeluaran sebagaimana tersebut dalam pasal ini termasuk belanja untuk keperluan mendesak. (3) Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktifitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya; b. tidak diharapkan terjadi secara berulang; c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat. (4) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat menggunakan belanja tidak terduga. (5) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara: a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau b. memanfaatkan uang kas yang tersedia. (6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini mencakup: a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat. (7) Pelaksanaan belanja/pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 9 Pemerintah Kabupaten Temanggung wajib menyampaikan Laporan Semesteran pelaksanaan APBD kepada DPRD Kabupaten Temanggung dan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya semester yang bersangkutan. Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4048); 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 38510; 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang tentang Keuangan Negara Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 7. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 8. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 9. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

128 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 12. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara 4. Lampiran IV : Rekapitulasi Perubahan Belanja Menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah, Program dan Kegiatan; 5. Lampiran V : Rekapitulasi Perubahan Belanja Daerah untuk Keselarasan dan Keterpaduan Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi Dalam Kerangka Pengelolaan Keuangan Negara; 6. Lampiran VI : Daftar Perubahan Jumlah Pegawai Pergolongan dan Perjabatan; 7. Lampiran VII : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; 8. Lampiran VIII : Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini; 9. Lampiran IX : Daftar Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah. Pasal 6 Bupati menetapkan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai landasan operasional pelaksanaan. Pasal 7 DPRD Kabupaten Temanggung memberi persetujuan kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung untuk melakukan penarikan pinjaman kepada PT Bank BPD Jawa Tengah (Bank Jateng) dan/atau kepada pihak ketiga lainnya pada tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 peraturan daerah ini paling tinggi sebesar Rp ,00. Pasal 8 (1) Dalam keadaan darurat pemerintah daerah dapat melakukan belanja/pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dalam APBD. (2) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

129 (3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan: a. Pembentukan Dana Cadangan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pembentukan Dana Cadangan setelah Perubahan Rp ,00 b. Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerahsetelah Perubahan Rp ,00 c. Pembayaran Pokok Utang Yang Jatuh Tempo 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pembayaran pokok Utang Yang Jatuh Tempo setelah Perubahan Rp ,00 d. Pemberian Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pemberian Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah setelah Perubahan Rp ,00 Pasal 5 Uraian lebih lanjut mengenai Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 1 Peraturan Daerah ini, tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari: 1. Lampiran I : Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan Daerah, Anggaran Belanja Daerah; 2. Lampiran II : Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah; 3. Lampiran III : Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan; Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badang Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138,

130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Pasal 4 (1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Penerimaan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Penerimaan setelah Perubahan Rp ,00 b. Pengeluaran 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan Rp ,00 (2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pembiayaan: a. SILPA tahun anggaran sebelumnya 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah SILPA tahun anggaran Sebelumnya setelah Perubahan Rp ,00 b. Pencairan Dana Cadangan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pencairan Dana Cadangan setelah Perubahan Rp ,00 c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan setelah Perubahan Rp ,00 d. Penerimaan Pinjaman Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ( ,00) Jumlah Penerimaan Pinjaman Daerah setelah Perubahan Rp ,00 e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman setelah Perubahan Rp ,00 f. Penerimaan Piutang Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Penerimaan Piutang Daerah setelah Perubahan Rp ,

131 d. Belanja Hibah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Hibah setelah Perubahan Rp ,00 e. Belanja Bantuan Sosial 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Bantuan Sosial setelah Perubahan Rp ,00 f. Belanja Bagi Hasil kepada pemerintahan desa 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Bagi Hasil kepada pemerintahan desa setelah Perubahan Rp ,00 g. Belanja Bantuan Keuangan kepada pemerintahan desa 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Bantuan Keuangan kepada pemerintahan desa setelah Perubahan Rp ,00 h. Belanja Tidak Terduga 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Tidak Terduga setelah Perubahan Rp ,00 (3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis belanja: a. Belanja Pegawai 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Pegawai setelah Perubahan Rp ,00 b. Belanja Barang dan Jasa 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Barang dan Jasa setelah Perubahan Rp ,00 c. Belanja Modal 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Modal setelah Perubahan Rp ,00 Menetapkan Indonesia Tahun 2006 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4659); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 51); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2006 tentang Perbendaharaan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 52); 30. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2006 Nomor 6). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007 Pasal 1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 dengan rincian sebagai berikut: 1. Pendapatan Daerah Rp ,00 2. Belanja Daerah Rp ,00 Surplus/(Defisit) (1 2) Rp ,

132 3. Pembiayaan Daerah: a. Penerimaan Rp ,00 b. Pengeluaran Rp ,00 Pembiayaan Netto Rp ,00 Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Rp 0,00 Pasal 2 (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Pendapatan Asli Daerah sejumlah Rp ,00 b. Dana Perimbangan sejumlah Rp ,00 c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sejumlah Rp ,00 (2) Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis Pendapatan: a. Pajak Daerah sejumlah Rp ,00 b. Retribusi Daerah sejumlah Rp ,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Rp ,00 Dipisahkan sejumlah d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sejumlah Rp ,00 (3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan: a. Dana Bagi Hasil sejumlah Rp ,00 b. Dana Alokasi Umum sejumlah Rp ,00 c. Dana Alokasi Khusus sejumlah Rp ,00 (4) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari jenis Pendapatan: a. Hibah sejumlah Rp 0,00 b. Dana Darurat sejumlah Rp 0,00 c. Dana Bagi Hasil Pajak sejumlah Rp ,00 d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp ,00 sejumlah e. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah Lainnya sejumlah Rp ,00 Pasal 3 (1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Belanja Tidak Langsung sejumlah Rp ,00 b. Belanja Langsung sejumlah Rp ,00 c. Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah dana bagi hasil pajak setelah perubahan Rp ,00 d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus setelah Perubahan Rp ,00 e. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah Lainnya 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya setelah Perubahan Rp ,00 Pasal 3 (1) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Belanja Tidak Langsung 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Tidak Langsung setelah Perubahan Rp ,00 b. Belanja Langsung 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Langsung setelah Perubahan Rp ,00 (2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis belanja: a. Belanja Pegawai 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Pegawai setelah Perubahan Rp ,00 b. Belanja Bunga 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp 000( ,00) Jumlah Belanja Bunga setelah Perubahan Rp ,00 c. Belanja Subsidi 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja Subsidi setelah Perubahan Rp ,

133 b. Retribusi Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Retribusi Daerah setelah Perubahan Rp ,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan setelah Perubahan Rp ,00 d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah YangSah setelah Perubahan Rp ,00 (3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pendapatan: a. Dana Bagi Hasil 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Bagi Hasil setelah Perubahan Rp ,00 b. Dana Alokasi Umum 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Alokasi Umum setelah Perubahan Rp ,00 c. Dana Alokasi Khusus 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Alokasi Khusus setelah Perubahan Rp ,00 (4) Lain-lain Pendapatan daerah Yang Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari jenis pendapatan: a. Hibah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Hibah setelah Perubahan Rp ,00 b. Dana Darurat 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Darurat setelah Perubahan Rp ,00 (2) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis Belanja: a. Belanja Pegawai sejumlah Rp ,00 b. Belanja Bunga sejumlah Rp ,00 c. Belanja Subsidi sejumlah Rp ,00 d. Belanja Hibah sejumlah Rp ,00 e. Belanja Bantuan Sosial sejumlah Rp ,00 f. Belanja Bagi Hasil sejumlah Rp ,00 g. Belanja Bantuan Keuangan sejumlah Rp ,00 h. Belanja Tidak Terduga sejumlah Rp ,00 (3) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis Belanja: a. Belanja Pegawai sejumlah Rp ,00 b. Belanja Barang dan Jasa sejumlah Rp ,00 c. Belanja Modal sejumlah Rp ,00 Pasal 4 (1) Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Penerimaan sejumlah Rp ,00 b. Pengeluaran sejumlah Rp ,00 (2) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis Pembiayaan: a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Rp ,00 Anggaran sebelumnya (SILPA) sejumlah b. Pencairan Dana Cadangan sejumlah Rp 0,00 c. Hasil Penjualan kekayaan Rp 0,00 d. Penerimaan Pinjaman Daerah sejumlah Rp ,00 e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Rp 0,00 sejumlah f. Penerimaan Piutang sejumlah Rp 0,00 (3) Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari jenis Pembiayaan: a. Pembentukan Dana Cadangan sejumlah Rp ,00 b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah sejumlah Rp ,

134 c. Pembayaran Pokok Utang sejumlah Rp 0,00 d. Pemberian Pinjaman Daerah sejumlah Rp 0,00 Pasal 5 Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, terdiri dari: 1. Lampiran I : Ringkasan APBD; 2. Lampiran II : Ringkasan APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi; 3. Lampiran III :Rincian APBD menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi, Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan; 4. Lampiran IV : Rekapitulasi Belanja menurut Urusan Pemerintahan Daerah, Organisasi, Program, dan Kegiatan; 5. Lampiran V : Rekapitulasi Belanja Daerah untuk Keselarasan dan Keterpaduan Urusan Pemerintahan Daerah dan Fungsi dalam kerangka Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Lampiran VI : Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan per Jabatan; 7. Lampiran VII : Daftar Piutang Daerah; 8. Lampiran VIII : Daftar Penyertaan Modal (Investasi) Daerah; 9. Lampiran IX : Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap Daerah; 10. Lampiran X : Daftar Perkiraan Penambahan dan Pengurangan Aset Pasal 6 Bupati menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai landasan opeasional pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran Pasal 7 Guna menutup defisit anggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Peraturan Daerah ini, DPRD Kabupaten Temanggung memberi persetujuan kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung untuk a. Semula Rp ,00 b. Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Belanja setelah Perubahan Rp ,00 Surplus/(Defisit) setelah Perubahan Rp ( ,00) 3. Pembiayaan a. Penerimaan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Penerimaan setelah Perubahan Rp ,00 b. Pengeluaran 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan Rp ,00 Jumlah Pembiayaan Neto setelah Perubahan Rp ,00 Sisa lebih pembiayaan anggaran Rp ,00 setelah perubahan Pasal 2 (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri dari: a. Pendapatan Asli Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pendapatan Asli Daerah setelah Perubahan Rp ,00 b. Dana Perimbangan 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Dana Perimbangan setelah Perubahan Rp ,00 c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah setelah Perubahan Rp ,00 (2) Pendapatan Asli Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari jenis pendapatan: a. Pajak Daerah 1) Semula Rp ,00 2) Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pajak Daerah setelah Perubahan Rp ,

135 32. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 11 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2007 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2007 Nomor 11); 33. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pertanggung jawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2007 Nomor 13); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN melakukan penarikan pinjaman kepada PT Bank Jawa Tengah (Bank Jateng) dan/atau kepada pihak ketiga lainnya pada tahun anggaran berjalan. Pasal 8 Pemerintah Daerah wajib menyampaikan Laporan Semesteran pelaksanaan APBD kepada DPRD dan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah berakhirnya semester yang bersangkutan. Pasal 9 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 22 Maret 2007 BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007 Pasal 1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 semula berjumlah Rp ,00 bertambah sejumlah Rp ,00 sehingga menjadi Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut: Diundangkan di Temanggung pada tanggal 22 Maret 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI ttd MUKHAMAD IRFAN 1. Pendapatan a. Semula Rp ,00 b. Bertambah/(berkurang) Rp ,00 Jumlah Pendapatan setelah Perubahan Rp ,00 2. Belanja LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

136 26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 51); 29. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perbendaharaan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 52); 30. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 2 Tahun 2005 tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2005 Nomor 2); 31. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan Dana Cadangan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2007 Nomor 4);

137 20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung perlu disesuaikan;

138 Mengingat b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung. : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3363); 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang tentang Keuangan Negara Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540); 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

139 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undangundang Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028); 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 9. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah No 62 Tahun 1990 tentang Ketentuan Keprotokolan mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

140 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47). 12. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4417); 13. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578). 14. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan. 15. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2005 Nomor 4); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

141 Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3688); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Menetapkan 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2006 Nomor 6). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG Pasal 1 Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2005 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2006 Nomor 6) diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal I angka 20a dan angka 20b diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: 20a. Tunjangan Komunikasi Intensif adalah uang yang diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD setiap bulan dalam

142 rangka mendorong peningkatan kinerja Pimpinan dan Anggota DPRD 20b. Belanja Penunjang Operasional Pimpinan adalah dana yang disediakan bagi Pimpinan DPRD setiap bulan untuk menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan dan kebutuhan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas Pimpinan DPRD sehari-hari. 2. Ketentuan Pasal 10A ayat (2) dihapus sehingga pasal 10A berbunyi sebagai berikut: Pasal 10A Selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, kepada Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan penerimaan lain berupa Tunjangan Komunikasi Intensif. 3. Ketentuan pasal 14 A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 14A (1) Tunjangan Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. (2) Kemampuan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas tiga kelompok, yaitu : a. Tinggi b. Sedang c. Rendah (3) Dalam hal kemampuan keuangan daerah tinggi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a, Tunjangan Komunikasi Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan paling banyak 3 kali uang representasi Ketua DPRD. (4) Dalam hal kemampuan keuangan daerah tinggi sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, Tunjangan Komunikasi Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan paling banyak 2 (dua) kali uang representasi Ketua DPRD. (5) Dalam hal kemampuan keuangan daerah rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Tunjangan Komunikasi Intensif LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2007 Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD, keadaan yang menyebabkan pergeseran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja, keadaan yang menyebabkan sisa lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun berjalan, maka perlu dilakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2007; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perubahan APBD Tahun Anggaran 2007 perlu ditetapkan dengan peraturan daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

143 bagi Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan paling banyak 1 (satu) kali uang representasi Ketua DPRD. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kemampuan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. 4. Ketentuan Pasal 14B dan Pasal 14C dihapus 5. Ketentuan Pasal 14 D diubah menjadi pasal 14B sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 14B (1) Tunjangan Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 A dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 Januari Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 15 Penetapan ketentuan jumlah uang sebagaimana dimaksud pada pasal 11, Pasal 11A, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 14A, dan Pasal 14B diatur dengan Peraturan Bupati. 7. Ketentuan Pasal 15A diubah sehingga Pasal 15A berbunyi sebagai berikut: Pasal 15A (1) Pajak Penghasilan Pasal 21 Pimpinan dan Anggota DPRD atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibebankan pada APBD (2) Pajak Penghasilan Pasal 21 Pimpinan dan Anggota DPRD atas penerimaan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10A dibebankan kepada yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

144 8. Diantara pasal 26 dan pasal 27 disisipkan 5 (lima) pasal baru yakni Pasal 26A, Pasal 26B, Pasal 26C, Pasal 26 D, dan Pasal 26E sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 26A Selain belanja penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, kepada Pimpinan DPRD disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan setiap bulan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14A. Pasal 26B (1) Dalam hal kemampuan keuangan daerah tinggi, Belanja Penunjang Operasional Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A disediakan paling banyak 6 (enam) kali uang representasi Ketua DPRD ditambah 4 (empat) kali jumlah uang representasi seluruh Wakil Ketua DPRD. (2) Dalam hal kemampuan keuangan daerah sedang, Belanja Penunjang Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26A disediakan paling banyak 4 (empat) kali uang representasi Ketua DPRD ditambah 2 ½ (dua seperdua) kali jumlah uang representasi seluruh Wakil Ketua DPRD. (3) Dalam hal kemampuan keuangan daerah rendah, Belanja Penunjang Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26A disediakan paling banyak 2 (dua) kali uang representasi Ketua DPRD ditambah 1 ½ (satu seperdua) kali jumlah uang representasi seluruh Wakil Ketua DPRD. Pasal 26C Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A disediakan terhitung mulai diundangkannya Peraturan Daerah ini. Pasal 26D Penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A berdasarkan pertimbangan kebijakan pimpinan DPRD dengan memperhatikan asas manfaat dan efisiensi dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan DPRD sehari-hari dan tidak untuk keperluan pribadi. Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Berita Daerah adalah Berita Daerah Kabupaten Temanggung yang berlaku di Desa. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Sekretaris Lembaga yang menetapkan Peraturan Desa adalah Sekretaris Desa. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Cukup Jelas

145 Pasal 5 : Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Hak masyarakat dalam ketentuan ini dilaksanakan sesuai tata tertib rapat. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan evaluasi dalam ketentuan ini adalah bertujuan untuk tercapainya keserasian antar kebijakan desa dan kebijakan daerah, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur desa. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 26E Pengangguran dan pertanggungjawaban penggunaan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26A diatur dalam Peraturan Bupati. 9. Ketentuan Pasal 28 ayat (2) dan ayat (4) diubah, dan diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan satu ayat yakni ayat (3a) sehingga secara keseluruhan pasal 28 berbunyi sebagai berikut: Pasal 28 (1) Sekretaris DPRD menyusun belanja pimpinan dan anggota DPRD yang terdiri atas penghasilan, penerimaan lain, tunjangan PPh Pasal 21 dan tunjangan kesejahteraan serta belanja penunjang kegiatan DPRD yang diformulasikan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran satuan kerja perangkat daerah sekretariat DPRD. (2) Belanja pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, pasal 10A, pasal 20, pasal 22, dan pasal 23 dianggarkan dalam Pos DPRD. (3) Tunjangan Kesejahteraan Pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud Pasal 17, Pasal 18, Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Belanja Penunjang Kegiatan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) dianggarkan dalam pos Sekretariat DPRD yang diuaraikan ke dalam jenis belanja sebagai berikut: a. Belanja Pegawai b. Belanja Barang dan Jasa c. Belanja Modal (3a) Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A dianggarkan dalam pos Sekretariat DPRD. (4) Sekretariat DPRD mengelola belanja DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 10. Diantara pasal 31 dan pasal 32 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 31A, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 31A (1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang telah menerima Tunjangan Komunikasi Intensif dan Pimpinan DPRD yang telah menerima

146 Dana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 harus menyetorkan kembali ke Kas Umum Daerah paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa bakti sebagai anggota DPRD periode tahun 2004 sampai dengan tahun (2) Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengna cara sekaligus atau mengangsur setiap bulan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Diundangkan di Temanggung pada tanggal 1 Agustus 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd Drs. M. SETYO ADJI Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 1 Agustus 2007 BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 12 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA I. PENJELASAN UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa dan penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka desa memerlukan Peraturan Desa dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat Peraturan Desa dibentuk dengan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan, dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Dalam pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menegaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Daerah. Oleh karena itu Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2001 tentang Peraturan Desa perlu diganti. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 : Pasal 3 : Pasal 4 :

147 Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 Diundangkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 17 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUATEN TEMANGGUNG I. PENJELASAN UMUM Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengubah beberapa ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Perubahan tersebut dalam rangka mendorong peningkatan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung dan untuk penyesuaian penganggarannya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka mendorong peningkatan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung tersebut, maka selain penerimaan penghasilan yang selama ini diterima oleh Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung, Peraturan Daerah ini menetapkan pemberian Tunjangan Komunikasi Intensif setiap bulan. Khusus kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung disediakan Belanja Penunjang Operasional setiap bulan untuk menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan dan kebutuhan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung seharihari. Pemberian Tunjangan Komunikasi Intensif bagi Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung serta disediakannya Belanja Penunjang Operasional bagi Pimpinan

148 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung diperlukan karena adanya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 : yang dimaksud disediakan adalah penyediaan anggaran dalam pos Sekretariat DPRD yang hanya dapat digunakan apabila diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan DPRD sehari-hari dan tidak untuk keperluan pribadi. Angka 2 : Cukup Jelas BAB IX PENGAWASAN PERATURAN DESA Pasal 19 Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa wajib disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diundangkan. Pasal 20 (1) Pemerintah Kabupaten dapat membatalkan Peraturan Desa dan/atau Peraturan Kepala Desa yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. (2) Keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Pemerintah Desa dan BPD yang disertai dengan alasan-alasannya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Pasal II : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas : Cukup Jelas (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknik penyusunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Bupati. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 22 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2001 tentang Peraturan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 41) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

149 Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa. Pasal 15 Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan pelaksanaan. Pasal 16 (1) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak ditetapkan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Desa tersebut. (2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berlaku surut. BAB VIII PELAKSANAAN PERATURAN DESA Pasal 17 Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa dapat menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa. Pasal 18 (1) Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dimuat dalam Berita Daerah. (2) Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Lembaga yang menetapkan Peraturan Desa. (3) Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa sebagaimana pada ayat (1) disebarluaskan oleh Pemerintah Desa. Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG : a. bahwa sehubungan dengan telah berakhirnya Tahun Anggaran 2006, Bupati wajib membuat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. bahwa terhadap Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tahun Anggaran 2006 sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

150 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembarana Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4048); 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 38510; 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang tentang Keuangan Negara Tambahan Lembaran Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Pasal 11 Evaluasi Rancangan Peraturan Desa oleh Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 khusus tentang APBDes dapat didelegasikan kepada Camat. Pasal 12 (1) Rancangan Peraturan Desa tentang tukar menukar tanah kas desa dan pengalihan fungsi tanah kas desa yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati untuk mendapatkan ijin. (2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mendapatkan ijin dari Bupati maka Kepala Desa dapat menetapkan menjadi Peraturan Desa. BAB VII PENGESAHAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA Pasal 13 (1) Rancangan Peraturan Desa yang telah disetujui bersama oleh Kepala Desa dan BPD disampaikan oleh Ketua BPD kepada Kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa. (2) Penyampaian Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Keputusan BPD, dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Pasal 14 (1) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 wajib ditetapkan oleh Kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 hari (tiga puluh) hari sejak diterimanya Keputusan BPD tentang persetujuan Rancangan Peraturan Desa. (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) BPD tidak menyampaikan Keputusan maka Kepala

151 BAB IV PERSIAPAN DAN PEMBAHASAN PERATURAN DESA Pasal 7 (1) Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD. (2) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa. Pasal 8 Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam rapat BPD. Pasal 9 (1) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa disampaikan kepada BPD oleh Kepala Desa. (2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama BPD. Pasal 10 (1) Rancangan Peraturan Desa yang telah disetujui bersama dengan BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa, paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati untuk dievaluasi. (2) Hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Bupati kepada Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Desa tersebut diterima. (3) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas waktu, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa. 7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 9. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 11. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126,

152 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 BAB III JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA Pasal 4 Jenis peraturan perundang-undangan pada tingkat Desa meliputi: a. Peraturan Desa; b. Peraturan Kepala Desa; c. Keputusan Kepala Desa. BAB IV MATERI MUATAN PERATURAN DESA Pasal 5 (1) Materi muatan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi social budaya masyarakat setempat. (2) Materi muatan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat pengaturan. (3) Materi muatan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa atau kebijaksanaan baru dan bersifat penetapan. Pasal 6 Peraturan perundang-undangan pada tingkat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

153 penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. 14. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang bersifat mengatur. 15. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kepala Desa untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau mengadakan kebijaksanaan baru dan bersifat penetapan. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDes adalah rencana keuangan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. BAB II KEDUDUKAN PERATURAN DESA Pasal 2 Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD. BAB III ASAS PERATURAN DESA Pasal 3 Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan, yang meliputi: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; g. keterbukaan. Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor );

154 24. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 51); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perbendaharaan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2002 Nomor 52); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Temangung Nomor 1 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2006 Nomor 1); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2006 Nomor 5); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PERTANGGUNJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2006 Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5. Peraturan Daerah yang selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung. 6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Temanggung. 7. Camat adalah Camat di Kabupaten Temanggung. 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 11. Kepala Desa adalah Pimpinan Pemerintah Desa di Kabupaten Temanggung. 12. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam

155 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN Pasal 1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan, Belanja, Surplus/defisit dan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2006 A. Anggaran Pendapatan dan Belanja 1. Pendapatan Rp ,00 2. Belanja Rp ,00 3. Defisit Rp ,00 B. Anggaran Pembiayaan 1. Penerimaan Pembiayaan Rp ,00 2. Pengeluaran Pembiayaan Rp ,00 3. Selisih Rp ,00 C. Realisasi Pendapatan dan Belanja 1. Pendapatan Rp ,00 2. Belanja Rp ,00 3. Surplus Rp ,00 D. Realisasi Pembiayaan 1. Penerimaan Pembiayaan Rp ,00 2. Pengeluaran Pembiayaan Rp ,00 3. Selisih Rp ,00 Pasal 2 Pendapatan, Belanja, Surplus/defisit, dan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2006 A. Selisih anggaran dan realisasi pendapatan adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ,00 3. Lebih dari anggaran Rp ,00 B. Selisih anggaran dan realisasi belanja adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ,00 3. Sisa Anggaran Rp ,

156 C. Selisih defisit anggaran dan surplus realisasi adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ,00 3. Selisih Rp ,00 D. Selisih anggaran dan realisasi penerimaan pembiayaan adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ,00 3. Kurang dari Anggaran Rp ,00 E. Selisih anggaran dan realisasi pengeluaran pembiayaan adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ,00 3. Lebih dari Anggaran Rp ,00 F. Selisih anggaran jumlah pembiayaan dan realisasi jumlah pembiayaan adalah: 1. Anggaran Rp ,00 2. Realisasi Rp ( ,00) 3. Lebih dari Anggaran Rp ( ,00) Pasal 3 Neraca Daerah per 31 Desember 2006 A. Aktiva Rp ,00 B. Hutang Rp ,00 C. Ekuitas Dana Rp ,00 Pasal 4 Laporan Arus Kas Daerah Tahun Anggaran 2006 A. Saldo Awal Kas (1 Januari 2006) Rp ,00 B. Jumlah Penerimaan Kas (selama periode) Rp ,00 Jumlah Rp ,00 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 4 Tahun 2001 tentang Peraturan Desa dipandang sudah tidak sesuai lagi; Mengingat b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa. : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

157 C. Jumlah Pengeluaran Kasa (selama periode) Rp ,00 D. Saldo Akhir Kas (31 Desember 2006) Rp ,00 Pasal 5 (1) Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2006, dalam bentuk Laporan Keuangan, dirinci lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini, yaitu: A. Lampiran I : Laporan Realisasi APBD (LRA) B. Lampiran II : Neraca C. Lampiran III : Laporan Arus Kas (LAK) (2) Catatan atas Laporan Keuangan disajikan didalam Nota Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran Pasal 6 Lampiran dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud Pasal 5 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 7 Sebagai pelaksanaan Pasal 1 Peraturan Daerah ini, Bupati menetapkan Peraturan tentang Penjabaran Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Temanggung Tahun Anggaran

158 Pasal 8 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Disahkan di Temanggung pada tanggal 6 Oktober 2007 Pasal 14 Pasal 15 Cukup Jelas Pasal 16 Cukup Jelas BUPATI TEMANGGUNG WAKIL BUPATI ttd H. MUKHAMAD IRFAN Diundangkan di Temanggung pada tanggal 6 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGGUNG ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

159 Pasal 6 Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud komponen masyarakat individu adalah tokoh masyarakat dan tokoh agama Yang dimaksud komponen masyarakat kelompok adalah diantaranya kelompok perempuan, kelompok pemuda, kelompok usaha dan kelompok tani. Ayat (3) Ayat (4) Cukup Jelas Pasal10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan penilaian adalah hasil penelitian dan pengkajian. Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas Pasal 12 Cukup Jelas Pasal 13 Cukup Jelas LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA KELURAHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 Ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 16 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan Kabupaten Temanggung dipandang sudah tidak sesuai lagi; Mengingat : b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah. 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

160 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4741); 6. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Kelurahan Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2000 Nomor 25); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Pembentukan 15 (lima PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN I. PENJELASAN UMUM Kelurahan sebagai perangkat Daerah Kabupaten yang berkedudukan di wilayah Kecamatan memiliki posisi terdepan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Dibentuknya Kelurahan dengan tujuan meningkatkan pelayanan masyarakat, meningkatkan pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan perkembangan Kelurahan selanjutnya diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung yang mengatur tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan. II.PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas

161 Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 BUPATI TEMANGGUNG belas) Kelurahan di Kecamatan Temanggung, Parakan, Ngadirejo dan Kranggan (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2004 Nomor 48 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : Diundangkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN TEMANGGUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 16 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten. 5. Camat adalah Camat di Daerah 6. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja kecamatan. 7. Lurah adalah Lurah di Daerah. 8. Sekretaris Kelurahan adalah sekretaris kelurahan di Daerah. 9. Kepala Seksi adalah Kepala Seksi kelurahan di Daerah

162 BAB II KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 2 (1) Kelurahan merupakan perangkat daerah kabupaten yang berkedudukan di wilayah kecamatan; (2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat; (3) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Bupati atas usul Camat; Pasal 3 Lurah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pasal 4 (1) Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati. (2) Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip efektifitas, efisiensi, dan peningkatan akuntabilitas. (3) Pelimpahan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personil. (4) Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Peraturan Bupati. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 Pembinaan dan pengawasan terhadap pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pedoman Pembentukan, Pemecahan, Penggabungan dan Penghapusan Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2001 Nomor 53) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Lurah mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; b. pemberdayaan masyarakat; c. pelayanan masyarakat; d. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; e. pemeliharaan sarana prasarana pelayanan umum; dan f. pembinaan lembaga kemasyarakatan

163 lembaga kemasyarakatan kelurahan dan komponen masyarakat baik individu maupun kelompok. (3) Terhadap usulan Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati membentuk Tim untuk melakukan penelitian dan pengkajian. (4) Hasil penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang telah memenuhi persyaratan, diusulkan kepada DPRD untuk ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 10 (1) Pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan dapat dilaksanakan atas dasar penilaian dari Pemerintah Daerah tanpa usulan dari Lurah. (2) Dasar penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 6 Peraturan Daerah ini. BAB V NAMA, BATAS DAN PEMBAGIAN WILAYAH Pasal 11 Nama, luas wilayah, batas dan pembagian wilayah Kelurahan yang berasal dari pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 12 Biaya yang timbul sebagai akibat pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB III SUSUNAN ORGANISASI Pasal 6 (1) Kelurahan terdiri dari Lurah dan Perangkat Kelurahan; (2) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Sekretaris Kelurahan. b. Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban. c. Seksi Ekonomi dan Pembangunan d. Seksi Kesejahteraan Masyarakat. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud ayat (2) berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Lurah. (4) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah atas usul Camat. Pasal 7 Struktur Organisasi Kelurahan sebagaimana tersebut dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 8 Uraian tugas dan fungsi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB IV TATA KERJA Pasal 9 Tata kerja Lurah dengan Camat, Perangkat Daerah dan Instansi Vertikal bersifat konsultatif dan/atau koordinatif

164 Pasal 10 Lurah, Sekretaris Kelurahan, dan Kepala Seksi melaksanakan koordinasi atas pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di kelurahan. Pasal 11 Lurah, Sekretaris Kelurahan, dan Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya wajib melakukan pengawasan melekat. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 16 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2000 Nomor 26) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 5 Pemekaran dari 1 (satu) kelurahan menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih dapat dilakukan setelah penyelenggaraan pemerintahan berlangsung paling sedikit 5 (lima) tahun. BAB III PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Pasal 6 Penghapusan dan penggabungan kelurahan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan. Pasal 7 Penghapusan dan penggabungan kelurahan dilaksanakan apabila memenuhi persyaratan : a. jumlah penduduk kurang dari jiwa atau 900 Kepala Keluarga (KK);dan b. luas wilayah kurang dari 3 km 2. Pasal 8 Kelurahan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Daerah ini, dapat dihapus dan digabung. BAB IV USULAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Pasal 9 (1) Usulan pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan disampaikan oleh Lurah kepada Bupati melalui Camat berdasarkan hasil musyawarah masyarakat kelurahan yang bersangkutan. (2) Musyawarah masyarakat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh wakil-wakil masyarakat yang terdiri dari

165 8. Lurah adalah Lurah di Daerah. 9. Pembentukan Kelurahan adalah pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih. 10. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan kelurahan yang ada. 11. Penggabungan Kelurahan adalah penyatuan dua kelurahan atau lebih menjadi kelurahan baru, sebagai akibat adanya penghapusan kelurahan. BAB II PEMBENTUKAN KELURAHAN Pasal 2 Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 BUPATI TEMANGGUNG Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan pelaksanaan fungsi pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Pasal 3 Diundangkan di Temanggung pada tanggal 27 Oktober 2007 ttd H. MUKHAMAD IRFAN (1) Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan. (2) Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemekaran dari 1 (satu) kelurahan menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih. Pasal 4 Pembentukan kelurahan harus memenuhi syarat-syarat: a. jumlah penduduk paling sedikit jiwa atau 900 Kepala Keluarga (KK); b. luas wilayah paling sedikit 3 km 2 ; c. bagian wilayah kerja dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat; dan d. memiliki sarana dan prasarana pemerintahan yang memadai meliputi: kantor pemerintahan, jaringan perhubungan, sarana komunikasi, dan fasilitas umum. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd M. SETYO ADJI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR

166 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA KELURAHAN KABUPATEN TEMANGGUN I. PENJELASAN UMUM Pasal 6 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan menegaskan bahwa ketentuan mengenai Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan perlu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah. Hal ini dikandung maksud agar Kelurahan sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Temanggung dapat melaksanakan tugas pokok dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara efektif, efisien, dan akuntabel. II. PENJELASAN PASAL PERPASAL Menetapkan: Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2000 Nomor 25); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Pembentukan 15 (lima belas) Kelurahan di Kecamatan Temanggung, Parakan, Ngadirejo dan Kranggan (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2004 Nomor 48 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG dan BUPATI TEMANGGUNG MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPU- SAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN. Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan antara lain pelaksanaan urusan administrasi pemerintahan dan pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada lurah. Yang dimaksud dengan urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana, fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, irigasi, pasar sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepada lurah. Yang dimaksud dengan urusan kemasyarakatan antara lain pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Temanggung. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung. 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten. 6. Camat adalah Camat di Daerah. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Temanggung dalam wilayah kerja kecamatan

167 Mengingat : Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan, Penghapusan Dan Penggabungan Kelurahan. 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4741); 5. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Kelurahan budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan kepada lurah. Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan kebutuhan kelurahan adalah kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang memerlukan peningkatan dan percepatan pelayanan masyarakat. Ayat (3) Ayat (4) Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Cukup Jelas

168 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 Ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka dalam rangka meningkatkan pelayanan masyarakat, pelaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, diperlukan adanya Pedoman Pembentukan, penghapusan dan Penggabungan kelurahan; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pedoman Pembentukan, pemecahan, Penggabungan dan Penghapusan Kelurahan perlu ditinjau kembali; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf b perlu ditetapkan

169 Pasal 30 Pasal BAGAN ORGANISASI KELURAHAN KABUPATEN TEMANGGUNG Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Kabupaten Temanggung BUPATI TEMANGGUNG ttd H. MUKHAMAD IRFAN

170 Pasal 20 Cukup Jelas Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Yang dimaksud dengan bersifat konsultatif adalah bahwa lembaga kemasyarakatan dengan lurah selalu mengembangkan prinsip musyawarah dan konsultasi yang intensif dalam pelaksanaan kegiatan. Yang dimaksud dengan bersifat koordinatif adalah bahwa lembaga kemasyarakatan dengan Lurah selalu mengembangkan prinsip musyawarah dan koordinasi yang intensif dalam pelaksanaan kegiatan. Pasal 24 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah pihak lain di luar kelurahan dan di luar lembaga kemasyarakatan di kelurahan yang bersangkutan. Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal

171 Ayat (4) Pasal 8 Cukup jerlas Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Cukup Jelas Pasal 18 Pasal 19 Menimbang : Mengingat : LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 22 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka dalam rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat, pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Kelurahan, diperlukan adanya Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan. 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 4 TAHUN 2007 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA

Lebih terperinci

T E N T A N G PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

T E N T A N G PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA Menimbang :

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR : TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 811 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 26 ayat (4) Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 5 TAHUN 2007 SERI : D NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR NO. : 6, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2006 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pelaksanaan Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR No. : 7, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang :

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006 SALINAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA 1 PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa guna melaksanakan

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 209 dan

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI TORAJA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (1), Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN NN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 ayat

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA NOMOR ti TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUBU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 04 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 216 ayat (1)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 216 ayat (1)

Lebih terperinci

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 2006 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : bahwa sebagai wujud pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 10 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 10 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH

BUPATI LOMBOK TENGAH BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, 1 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 203 Undang-

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa Badan Permusyaratan Desa merupakan perwujudan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 54 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Organisasi

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 [PEMERINTAH KABUPATEN BIMA] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa [2006] [JL. SOEKARNO-HATTA RABA-BIMA]

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR: 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Lebih terperinci