DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar isi...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar isi..."

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi... i ii Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penetapan Rencana Strategis Penyesuaian Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun iii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang... 1 B. Kelembagaan... 2 C. Penyusunan Penyelarasan Renstra.. 4 D. Metode Pendekatan. 5 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN.. 7 A. Visi 7 B. Misi.. 7 C. Tujuan. 8 D. Nilai-nilai Dasar.. 8 BAB III E. Slogan. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional... B. Arah Kebijakan, Strategi, dan Sasaran Strategis BAB IV PETA STRATEGIS, PERSPEKTIF DAN MATRIKS INDIKATOR 16 A. Peta Strategis B. Perspektif BAB IV PENUTUP. 29 Lampiran ii

4

5

6 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan salah satu sebab munculnya ketidakadilan dalam berusaha bagi masyarakat dan inefisiensi ekonomi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya peraturan perundang-undangan dan lembaga yang mengawasi persaingan usaha di Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka ditetapkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai pelaksana Undang-undang tersebut. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 berupaya untuk menjamin agar setiap orang atau pelaku usaha yang berusaha di Indonesia selalu berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak terjadi kesenjangan ekonomi di masyarakat akibat pemusatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu. Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang wajar, karena melalui persaingan itulah dunia usaha akan terpacu untuk meningkatkan kualitas dan inovasinya, sehingga menjadi lebih efisien dan kompetitif. Permasalahannya adalah bagaimana persaingan tersebut dapat dilakukan secara sehat tanpa persekongkolan yang dapat menimbulkan distorsi pasar, maupun kerugian pada pelaku usaha lain. Dalam hal inilah peran diperlukan untuk menjadi pengawas dalam dunia usaha. Dalam peranannya sebagai lembaga pengawas, menjalankan tugas pengawasan untuk mendorong peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku pelaku usaha dan implementasi kebijakan persaingan usaha oleh pengambil kebijakan serta peningkatan kinerja perekonomian berupa peningkatan kesejahteraan rakyat (welfare improvement). Tantangan di masa yang akan datang menjadikan bukan sekedar sebagai lembaga penegakan hukum yang hanya menitikberatkan pada besaran denda atau banyaknya penanganan perkara tetapi juga pada perannya sebagai agen perubahan perilaku pelaku usaha. Tolak ukur keberhasilan bukan pada banyaknya perkara yang ditangani namun pada perannya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, program dan langkah penyadaran publik tentang pentingnya hukum persaingan serta perubahan kebijakan pemerintah 1

7 diharapkan sejalan dengan competition policy. Selain itu, juga sedang berupaya menjadi center of knowledge sebagai modal untuk menjalankan advokasi dan pengembangan hukum persaingan usaha secara lebih baik dan diharapkan menjadi instrumen pembentukan kesadaran bersama tentang pentingnya persaingan sehat dalam jangka panjang, tidak hanya untuk masyarakat sekarang ini tetapi juga untuk generasi mendatang. B. KELEMBAGAAN Sesuai dengan Pasal 35 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Komisi memiliki tugas sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan/tindakan pelaku usaha, dan atau penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 2. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi; 3. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat; 4. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini; dan 5. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun wewenang Komisi sebagaimana tercantum dalam Pasal 36 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah: 1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi sebagai hasil penelitiannya; 4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini; 6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini; 2

8 7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana angka 5 dan 6, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi; 8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini; 9. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lainnya guna penyelidikan dan atau pemeriksaan; 10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat; 11. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. Sebagai upaya untuk mengemban amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Anggota Komisi dan Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Sekretariat (Sekretariat Komisi) mempunyai tugas pokok untuk memberikan dukungan teknis operasional dan administratif kepada Komisi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun Pada pertengahan tahun 2010 dilakukan perubahan dalam struktur organisasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 04//KEP/2010 tentang Organisasi dan Tata kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Sekretariat mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: 3

9 Gambar 1. Struktur Organisasi C. PENYUSUNAN PENYELARASAN RENSTRA Pada masa jabatan Anggota Komisi periode , yang kemudian diperpanjang melalui Keputusan Presiden Nomor 71/P Tahun 2011, telah disusun Rencana Strategis yang ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 47/Kep//III/2007 tentang Rencana Strategis Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang memuat arah kebijakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya dan menjadi pedoman bagi setiap satuan organisasi di lingkungan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam melaksanakan tugas yang diembannya. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

10 Sebagaimana diketahui bersama bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun RPJMN ini selanjutnya menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masingmasing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Sehubungan dengan adanya RPJMN , maka berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis yang perlu disesuaikan dengan RPJMN tersebut. Penyesuaian Rencana Strategis telah ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 58//Kep/II/2011 tentang Penetapan Penyesuaian Rencana Strategis Komisi Pengawas Persaingan Usaha Tahun Pada tahun yang bersamaan, melakukan reorganisasi melalui Keputusan Komisi Nomor 04//KEP/2010 tentang organisasi dan tata laksana Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang akan berdampak pada program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja. Dengan demikian, penyesuaian Renstra mutlak dilakukan. Penyusunan Renstra penyesuaian bertujuan agar segenap sumber daya dan upaya yang ada dapat direncanakan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuannya. D. METODE PENDEKATAN Penyusunan Rencana Strategis menggunakan pendekatan Balance Scorecard. Metode ini tidak hanya digunakan sebagai pengukur kinerja, tetapi juga banyak dimanfaatkan dalam penyusunan rencana strategis untuk menterjemahkan visi, misi, tujuan, nilai dasar, dan strategi organisasi. menggunakan tiga perspektif dalam penyusunan rencana strategisnya, yaitu: 1. Perspektif Pemangku Kepentingan 2. Perspektif Proses Bisnis Internal dan Pembelajaran 3. Perspektif Modal Dasar Institusi. Perspektif Pemangku Kepentingan adalah perspektif yang berorientasi pada pihakpihak yang berkepentingan atas hasil kinerja. Perspektif ini mencakup sasaran strategis yang menjadi kegiatan utama sebagai lembaga pengawas persaingan usaha. 5

11 Perspektif Proses Bisnis Internal dan Pembelajaran adalah perspektif yang fokus pada serangkaian kegiatan yang menjelaskan proses bisnis yang dikelola dan menggambarkan kemampuan dalam melakukan perbaikan dan perubahan dengan memanfaatkan sumber daya internal untuk mencapai capaian kinerja untuk memenuhi harapan masyarakat atas keberadaan. Sedangkan Perspektif Modal Dasar Institusi adalah perspektif yang fokus pada sasaran-sasaran yang menjadi modal dasar institusi untuk mendukung mewujudkan indikator-indikator pada sasaran strategis lainnya. Tahapan penyusunan Renstra dilaksanakan melalui proses sebagaimana tercantum dalam gambar di bawah ini. Gambar 2. Tahapan Penyusunan Renstra 6

12 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya dalam rangka mencapai keunggulan yang kompetitif. Komisi Pengawas Persaingan Usaha () sebagai sebuah organisasi memerlukan tatanan rencana strategis dalam mencapai tujuan dan keunggulan kompetitif. Rencana Strategis ini merupakan langkah strategis dan komitmen lembaga dalam bentuk pemaparan strategi pokok dan penunjang. Penjelasan kedua strategi tersebut diuraikan dalam rangkaian kegiatan dengan tujuan meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi anggaran, optimalisasi sumber daya manusia, dan pemantauan kinerja. Dalam rencana strategis ini diformulasikan perwujudan pandangan ideal yang akan dicapai di masa yang akan datang, sehingga dibutuhkan dukungan seluruh komponen, baik dari unsur pimpinan dan staf dengan memperhatikan kebutuhan dan tujuan lembaga. Rencana Strategis menjelaskan tentang visi, misi, strategi dan sasaran strategis, yang berkaitan erat dengan tugas pokok dan fungsi organisasi secara sistematis, sehingga didapatkan indikator yang berguna bagi pencapaian sasaran. A. VISI Visi organisasi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian atau gambaran ideal yang ingin dicapai organisasi di masa yang akan datang. Adapun Visi sebagai lembaga independen yang mengemban amanat Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah: Terwujudnya Persaingan Usaha yang Efektif dan Efisien untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. B. MISI Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dilaksanakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam mewujudkan visinya, mempunyai misi sebagai berikut: 1. Menegakkan hukum persaingan; 2. Menginternalisasikan nilai-nilai persaingan; 3. Membangun kelembagaan yang efektif dan kredibel. 7

13 C. TUJUAN Tujuan merupakan bentuk penjabaran dari visi dan misi yang ditentukan dan menggambarkan kondisi yang diinginkan pada akhir periode Renstra. Tujuan yang ingin dicapai oleh adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Pasal 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu: 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. D. NILAI-NILAI DASAR Dalam mencapai visi, diperlukan suatu nilai-nilai (values), yaitu merupakan filosofi yang menggambarkan bagaimana suatu organisasi mengembangkan dirinya dalam melaksanakan visi organisasi. Nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh dalam mencapai visi, adalah: 1. Profesional Profesional adalah sikap pegawai yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut. Implementasi nilai dasar adalah dengan membangun nilai-nilai profesionalisme dengan menerapkan asas kehati-hatian, kecermatan, dan ketelitian, berdasarkan kepada standar moral dan etika yang berlaku. 2. Independen Independen adalah posisi yang mandiri dan bebas dari sikap intervensi atau tekanan dari pihak lain. Implementasi nilai dasar adalah dengan menjunjung tinggi independensi secara kelembagaan, organisasi, maupun individu, yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun Kredibel Kredibel adalah kualitas, kemampuan Pegawai atau untuk dapat menimbulkan kepercayaan dari pemangku kepentingan. Implementasi nilai dasar tersebut dengan menerapkan kredibilitas dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan prinsip-prinsip integritas, kejujuran dalam menjalankan amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun

14 4. Transparan Transparan adalah prinsip keterbukaan dalam mekanisme kerja untuk menjalankan tugas dan wewenangnya. Implementasi nilai dasar adalah dengan menerapkan keterbukaan, obyektif, tegas dan menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap keputusan sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 5 Tahun Bertanggungjawab Bertanggungjawab adalah kesadaran untuk menanggung akibat yang ditimbulkan. Nilai dasar tersebut diimplementasikan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh setiap penyelenggara kegiatan di dengan selalu memegang teguh pada peraturan dan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan. E. SLOGAN Keseluruhan nilai-nilai dasar tersebut tercantum dalam slogan yang merefleksikan Visi dan Misi serta Tujuan yaitu pernyataan singkat berbunyi Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat. 9

15 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN I, RPJMN II ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Dalam RPJMN II, ditetapkan kerangka Visi Indonesia 2014 adalah Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan Berkeadilan, dengan penjelasan sebagai berikut : Kesejahteraan Rakyat : Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi : Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan : Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Usaha-usaha untuk mewujudkan Visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun , yang meliputi : Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang yang tercermin dalam lima agenda utama pembangunan nasional tahun , yaitu: Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan. 10

16 Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional adalah sebagai berikut: 1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan. 2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab. 3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih. RPJMN ini juga diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah dalam rangka Pembangunan Nasional yang dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Untuk itu, perencanaan pembangunan nasional dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , yaitu: 1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 2. Bidang Ekonomi 3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4. Bidang Sarana dan Prasarana 5. Bidang Politik 6. Bidang Pertahanan dan Keamanan 7. Bidang Hukum dan Aparatur 8. Bidang Wilayah dan Tataruang 9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Khusus mengenai pembangunan di bidang ekonomi, tujuan akhirnya adalah untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat 11

17 memerlukan terciptanya kondisi-kondisi dasar yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; (2) penciptaan sektor ekonomi yang kokoh serta; (3) pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memberikan kesempatan peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi yang berarti memberikan kesempatan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun peningkatan kegiatan ekonomi tidak akan dapat berjalan apabila stabilitas ekonomi tidak tercipta. Stabilitas ekonomi juga melindungi agar peningkatan pendapatan masyarakat tidak tergerus oleh kenaikan harga. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi merupakan kunci utama peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam RPJMN , pembangunan bidang ekonomi meliputi 8 prioritas bidang, yaitu: 1. Peningkatan Investasi; 2. Peningkatan Ekspor; 3. Peningkatan Daya Beli Masyarakat; 4. Optimalisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; 5. Pengelolaan APBN yang berkelanjutan; 6. Stabilitas Sektor Keuangan; 7. Stabilitas Moneter; dan 8. Revitalisasi Industri Kedelapan prioritas bidang tersebut kemudian dijabarkan lagi dalam fokus-fokus kegiatan beserta Kementrian/Lembaga yang bertanggung jawab atas implementasinya. Sinergi antar bidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN Pada dasarnya pembangunan di setiap bidang untuk mencapai keberhasilan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan pembiayaan yang terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan hasil yang maksimal dalam mencapai sasaran pembangunan, harus dilakukan sinkronisasi pembangunan di setiap bidang, sehingga kegiatan di setiap bidang saling terpadu, mendukung, dan saling memperkuat. B. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN STRATEGIS Secara garis besar, arah kebijakan dan strategi adalah senantiasa sejalan dan sinergis dengan arah kebijakan pembangunan nasional, khususnya pembangunan bidang ekonomi. Peran dalam RPJMN II, khususnya dalam pembangunan bidang ekonomi adalah pada prioritas Peningkatan Daya Beli Masyarakat dengan fokus Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan. Peningkatan daya beli masyarakat dalam 5 (lima) tahun mendatang ditujukan untuk mencapai pertumbuhan konsumsi masyarakat sebesar rata-rata 5,3-5,4 persen. 12

18 Untuk mendukung tercapainya sasaran ini, upaya yang akan dilakukan meliputi: a. Menjaga stabilitas harga dengan mengupayakan tingkat inflasi sekitar 4-6 persen per tahun selama tahun ; b. Meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa, yang ditandai dengan: c. Meningkatnya peringkat biaya logistik domestik di Indonesia dari peringkat 92 ke 87; d. Menurunnya disparitas harga bahan pokok antar wilayah, yang diukur melalui rasio variasi harga antarprovinsi terhadap variasi harga nasional. e. Meningkatnya aktifitas perdagangan domestik yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan PDB riil sub sektor perdagangan besar dan eceran; f. Meningkatkan efektivitas pengawasan dan iklim usaha perdagangan, yang diukur dengan: g. Meningkatnya jumlah penegakan hukum persaingan usaha, h. Menurunnya waktu penyelesaian perizinan dan non perizinan di bidang perdagangan dalam negeri, serta i. Meningkatnya jumlah perizinan perdagangan dalam negeri yang dilayani secara online. Pertimbangan mengenai optimalisasi peran dan kontribusi dalam pembangunan nasional senantiasa menjadi yang utama. Namun demikian, tentunya hal tersebut perlu diseimbangkan dengan pengembangan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan yang sebenarnya akan bermuara pada peningkatan kualitas kinerja, output, dan outcomes. Mengingat kondisi tersebut, maka arah kebijakan pada 5 (lima) tahun mendatang adalah memantapkan dan meningkatkan peran sebagai pengawas persaingan usaha melalui kegiatan penegakan hukum persaingan usaha dan pengembangan harmonisasi kebijakan persaingan usaha yang berjalan secara paralel dengan penguatan kelembagaan sehingga dapat menjalankan fungsinya efektif dan kredibel. Penerapan kebijakan tersebut dalam tataran operasional memerlukan perumusan strategi yang telah mempertimbangkan berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya internal yang dimiliki. Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi, dan Tujuannya, menetapkan Strategi sebagai berikut: 1. Strategi Pokok: a. Menegakkan Hukum Persaingan; b. Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan 2. Strategi Penunjang: Membangun Kelembagaan yang Efektif dan Kredibel 13

19 Kedua strategi diatas diturunkan kedalam beberapa Sasaran Strategis yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menegakkan Hukum Persaingan (S-1), dengan Sasaran Strategisnya adalah: a. Meningkatnya kualitas penegakan hukum persaingan usaha; b. Terwujudnya pengawasan terhadap pelaksanaan merger, akuisisi, dan pengambilalihan saham yang efektif; c. Meningkatnya efektifitas pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha sehat di daerah; d. Meningkatnya efektifitas pelaksanaan investigasi terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha. 2. Menginternalisasikan Nilai-nilai Persaingan (S-2), dengan Sasaran Strategisnya adalah: a. Meningkatnya efektifitas kajian atau evaluasi atas kebijakan dan regulasi pemerintah; b. Meningkatnya efektifitas internalisasi nilai-nilai persaingan usaha sehat, dan pencitraan lembaga ; c. Meningkatnya kualitas kajian industri dan ekonomi. 3. Membangun Kelembagaan yang Efektif dan Kredibel (S-3), dengan Sasaran Strategisnya adalah: a. Meningkatnya kualitas layanan hukum untuk meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai persaingan usaha; b. Tersedianya data dan informasi terkait persaingan usaha; c. Terwujudnya peningkatan kualitas perencanaan dan pengelolaan anggaran; d. Meningkatnya kualitas pengawasan internal terhadap aparatur, anggaran, dan kinerja ; e. Meningkatnya kualitas SDM, tata organisasi, dan layanan operasional. Sasaran strategis tersebut merupakan penjabaran lebih lanjut dari strategi untuk mencapai ultimate goal yaitu: Terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat. Selanjutnya berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat dijelaskan hubungan antara strategi dengan sasaran strategis yang dijabarkan dalam gambar berikut ini: 14

20 Gambar 3. Hubungan Strategi dan Sasaran Strategis 15

21 BAB IV PETA STRATEGIS, PERSPEKTIF, DAN MATRIKS INDIKATOR Dalam Rencana Strategis dibutuhkan Peta Strategis untuk menggambarkan secara singkat mengenai strategi suatu lembaga. Peta strategis Komisi Pengawas Persaingan Usaha () dalam Rencana Strategis tersebut selanjutnya dibagi kedalam beberapa perspektif dimana setiap perspektif yang ada tersebut memiliki sasaran-sasaran strategis. Untuk dapat mencapai sasaran strategis diperlukan indikator-indikator kinerja yang dapat menjadi ukuran pencapaian suatu sasaran strategis yang ada di. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran strategis yang sudah ditetapkan. Indikator kinerja memberikan penjelasan baik secara kuantitatif maupun kualitatif mengenai apa yang diukur untuk menentukan tercapainya tujuan. A. PETA STRATEGIS Gambar 4. Peta Strategis 16

22 Peta strategis diatas merupakan dashboard (panel instrumen) yang memetakan sasaran strategis organisasi dalam suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. Peta strategis memudahkan organisasi untuk mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh anggota organisasi dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. B. PERSPEKTIF Seluruh Sasaran Strategis, dengan menggunakan metode Balance Scorecard (BSC), dibagi kedalam 3 perspektif, yaitu: 1. Perspektif Pemangku Kepentingan; 2. Perspektif Proses Bisnis Internal dan Pembelajaran; 3. Perspektif Modal Dasar Institusi. Ketiga perspektif merupakan perwujudan dari proses perencanaan program, kegiatan serta target capaian yang akan dicapai oleh seluruh unit kerja selama lima tahun kedepan. Selanjutnya, seluruh unit kerja akan merencanakan dan melaksanakan kegiatan dan anggaran sehingga visi dan misi dapat tercapai sesuai dengan target. Keterkaitan antara ketiga perspektif dengan strategi dan sasaran-sasaran strategis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perspektif Pemangku Kepentingan, Sasaran Strategisnya yaitu: a. Tercapainya iklim persaingan usaha yang sehat (SS-1); b. Meningkatnya efektifitas kajian atau evaluasi atas kebijakan dan regulasi pemerintah (SS-2); c. Meningkatnya kualitas penegakan hukum persaingan usaha (SS-3); d. Meningkatnya efektifitas internalisasi nilai-nilai persaingan usaha sehat, dan pencitraan lembaga (SS-4); e. Terwujudnya pengawasan terhadap pelaksanaan merger, akuisisi, dan pengambilalihan saham yang efektif (SS-5). 2. Perspektif Proses Bisnis internal dan Pembelajaran, Sasaran Strategisnya yaitu: a. Meningkatnya efektifitas pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha sehat di daerah (SS-6); b. Meningkatnya efektifitas pelaksanaan investigasi terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha (SS-7); c. Meningkatnya kualitas kajian industri dan ekonomi (SS-8); d. Meningkatnya kualitas layanan hukum untuk meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai persaingan usaha (SS-9); e. Tersedianya data dan informasi terkait persaingan usaha (SS-10). 17

23 3. Perspektif Modal Dasar Institusi, Sasaran Strategisnya yaitu: a. Terwujudnya peningkatan kualitas perencanaan dan pengelolaan anggaran (SS-11); b. Meningkatnya kualitas pengawasan internal terhadap aparatur, anggaran, dan kinerja (SS-12); c. Meningkatnya kualitas SDM, tata organisasi, dan layanan operasional (SS-13). Penjelasan dari masing-masing sasaran strategis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN Tercapainya iklim persaingan usaha yang sehat (SS-1) Tercapainya iklim persaingan usaha yang sehat merupakan ultimate goal dari perencanaan strategis. Meskipun sulit untuk dapat mencapai tujuan strategis tersebut tanpa peran dari pihak-pihak terkait lainnya, namun berkomitmen untuk mendorong adanya persaingan usaha yang sehat baik dari sisi kebijakan pemerintah pusat dan daerah maupun dalam menyelenggarakan roda bisnis, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat dengan ditandai adanya kemudahan pelaku usaha untuk memasuki pasar. Dengan demikian, konsumen akan menikmati hasil dengan lebih banyaknya pilihan, yang pada akhirnya hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-1) Tercapainya iklim persaingan usaha yang sehat Indikator Kinerja Target Indeks agregat persaingan usaha di Indonesia 5 5,2 5,5 Indeks efektifitas kebijakan persaingan 4,6 4,7 4,8 Indikator Kinerja pada SS-1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Indeks agregat persaingan usaha di Indonesia Indeks agregat persaingan usaha merupakan ukuran kuantitatif yang dapat digunakan untuk menilai intensitas persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu sektor atau industri. Perhitungan dilakukan dengan mengagregatkan indeks pada industri-industri yang disurvei. Indeks agregat berkisar pada skala 1 7, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi indeks, perusahaan-perusahaan pada suatu industri tertentu semakin bersaing satu sama lain. Industri yang disurvei setiap tahun tidak selalu sama dan penentuannya didasarkan pada kriteria tertentu. Dapat dikatakan bahwa indeks tersebut merupakan indeks persepsi, sebab responden yang digunakan adalah pelaku usaha (produsen) dan konsumen perusahaan-perusahaan pada industri yang disurvei. 18

24 Indeks efektifitas kebijakan persaingan Indeks efektifitas kebijakan persaingan (effectiveness of Anti-monopoly policy) merupakan salah satu parameter pada pilar ke 6 Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index: GCI), yang dipublikasikan oleh World Economic Forum (WEF) berdasarkan hasil survei pada setiap Negara partisipan. GCI terdiri dari 12 pilar, dimana pilar ke 6 menunjukkan efisiensi pasar barang (goods market efficiency) yang diukur dari 15 parameter. Indeks efektifitas kebijakan persaingan merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan apakah kebijakan persaingan pada suatu Negara mendukung persaingan secara efektif. Angka indeks efektifitas kebijakan persaingan berkisar antara 1 7, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai indeks, maka semakin efektif kebijakan persaingan suatu Negara dalam mendukung persaingan. Efektifitas kebijakan persaingan pada suatu Negara dipengaruhi oleh 13 faktor (Aitzhanov, 2011), yang diantaranya terdapat 5 faktor yang paling berpengaruh: 1. Kualitas staf pada lembaga otoritas anti monopoli 2. Investigasi terhadap perjanjian anti persaingan baik vertikal maupun horizontal 3. Investigasi terhadap penyalahgunaan posisi dominan dan monopoli 4. Dukungan lembaga peradilan 5. Investigasi terhadap perilaku anti persaingan pada otoritas pemerintahan Pencapaian Ultimate goal selain ditentukan oleh indikator kinerja diatas juga didukung oleh indikator kinerja utama (IKU) Sekretaris Jenderal, yaitu: UTAMA Indeks agregat persaingan usaha di Indonesia 5 5,2 5,5 Indeks efektifitas kebijakan persaingan 4,6 4,7 4,8 Persentase implementasi saran pertimbangan oleh pemerintah teritung 2 tahun sejak disampaikan Persentase laporan hasil penyelidikan yang dilimpahkan ke Biro Penindakan Opini BPK terhadap laporan keuangan WTP WTP WTP Hasil penilaian terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja CC B A Tingkat/Level kapabilitas Aparatur Pemeriksa Instansi Pemerintah Persentase pegawai yang terkena sanksi disiplin Jumlah kunjungan Information, Communication and Technology (ICT) 200 ribu 500 ribu 1 juta 19

25 Meningkatnya efektifitas kajian atau evaluasi atas kebijakan dan regulasi pemerintah (SS- 2) Upaya dalam mendukung keselarasan dan melaksanakan harmonisasi seluruh kebijakan/regulasi pemerintah agar sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 senantiasa dilakukan dalam bentuk penyampaian saran dan pertimbangan kepada pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari penegakan hukum persaingan. Terdapatnya keselarasan dalam kebijakan/regulasi pemerintah juga ditujukan untuk mendukung seluruh penegakan hukum persaingan sehat yang menjadi kewenangan dalam melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 5 Tahun Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Kebijakan yang mempunyai tugas melaksanakan kajian kebijakan dan penyusunan saran pertimbangan kebijakan yang diduga bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-2) Meningkatnya efektifitas kajian atau evaluasi atas kebijakan dan regulasi pemerintah Indikator Kinerja Persentase implementasi saran pertimbangan oleh pemerintah teritung 2 tahun sejak disampaikan Target Meningkatnya kualitas penegakan hukum persaingan usaha (SS-3) Suatu penegakan hukum berkaitan erat dengan adanya kepastian hukum bagi masyarakat. Pada kondisi inilah, menyadari bahwa kepastian hukum, yang merupakan kondisi normatif harus diatur secara jelas dan logis. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dalam pelaksanaannya harus diundangkan secara pasti sehingga pengaturannya menjadi jelas dan logis. Oleh karena itu, ketentuan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dilaksanakan sesuai kewenangan dan diartikan secara jelas dan tidak multi-tafsir baik melalui penjelasan pasal dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 maupun dengan menerbitkan pedoman terkait pasal dimaksud. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Penindakan yang mempunyai tugas melaksanakan penegakan hukum, pemberkasan, penanganan persidangan Majelis, litigasi, eksekusi dan urusan tata usaha biro. Pelaksanaan tugas dan fungsi Biro Penindakan merupakan proses yang berkesinambungan pada setiap tahapan penanganan perkara. Dikeluarkannya Putusan 20

26 yang merupakan salah satu output utama dari. Putusan yang berkualitas, perlu didukung baik dari sisi materil maupun formil yang berawal dari proses penyelidikan, pemberkasan, persidangan majelis sampai dikeluarkannya Putusan. Kinerja Biro Penindakan dapat diukur dari keberhasilan dalam mempertahankan Putusan baik di tingkat Pengadilan Negeri maupun Mahkamah Agung dan dilaksanakannya Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap oleh para pihak yang dikenakan sanksi oleh Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-3) Meningkatnya kualitas penegakan hukum persaingan usaha Indikator Kinerja Persentase terbuktinya dugaan pelanggaran pada Putusan Persentase Putusan yang dikuatkan oleh Pengadilan negeri dan/atau Mahkamah Agung Persentase pelaku usaha yang melaksanakan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap Target , ,5 Meningkatnya efektifitas internalisasi nilai-nilai persaingan usaha sehat dan pencitraan (SS-4) Penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan di menjadi jembatan persepsi antara ketentuan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan kesadaran publik tentang nilai nilai persaingan usaha yang sehat. Pada kondisi tersebut, nilai nilai persaingan sehat menjadi isu strategis yang akan diinternalisasikan kepada masyarakat sehingga berujung pada persamaan persepsi terhadap hukum dan kebijakan persaingan usaha yang sehat dan pencitraan lembaga. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum yang mempunyai tugas melaksanakan sosialisasi dan advokasi, hubungan dengan masyarakat dan media massa, kerjasama kelembagaan baik nasional maupun internasional, publikasi dan perpustakaan, pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, dan pembinaan hukum. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: 21

27 Sasaran Strategis (SS-4) Meningkatnya efektifitas internalisasi nilai-nilai persaingan usaha sehat dan pencitraan Indikator Kinerja Jumlah sosialisasi dan layanan hukum persaingan usaha Jumlah pelaksanaan kerjasama kelembagaan Persentase pemenuhan jumlah diseminasi dan publikasi informasi terhadap kebutuhan stakeholder Jumlah partisipasi aktif dan pengembangan hubungan kerjasama internasional Jumlah kunjungan Information Communication Technology (ICT) Target ribu 500 ribu 1 juta Terwujudnya Pengawasan terhadap Pelaksanaan Merger, Akuisisi, dan Pengambilalihan Saham yang Efektif (SS- 5) Strategi merger dan akuisisi dalam perusahaan dapat merupakan upaya optimal dalam mengamankan posisi tawar di tengah ketatnya persaingan pasar. Hanya saja, menilai bahwa terdapat kecenderungan terjadinya penyalahgunaan posisi dominan akibat bergabungnya sejumlah perusahaan menjadi satu penguasa pasar. Untuk mencegah hal tersebut, perlu berperan dalam melakukan penilaian dalam sejumlah aspek sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Merger dan Akuisisi, agar tidak terjadi penyalahgunaan posisi dominan yang berpotensi menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Merger yang mempunyai tugas melaksanakan administrasi penerimaan laporan notifikasi, penelitian kelengkapan dokumen rencana peleburan badan usaha, penggabungan, dan pengambilalihan saham atau dokumen setelah pelaksanaan peleburan badan usaha, penggabungan, dan pengambilalihan saham, serta menyusun pendapat Komisi atas penilaian pemberitahuan, penilaian awal maupun penilaian menyeluruh atas peleburan badan usaha, penggabungan, dan pengambilalihan saham. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: 22

28 Sasaran Strategis (SS-5) Terwujudnya Pengawasan terhadap Pelaksanaan Merger, Akuisisi, dan Pengambilalihan Saham yang Efektif Indikator Kinerja Jumlah hari untuk pelayanan penilaian merger dan akuisisi Persentase pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha tidak sehat karena penilaian yang tidak berkualitas Persentase pelaku usaha yang terlambamenyampaikan notifikasi merger dan akuisisi Target PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL DAN PEMBELAJARAN Meningkatnya efektifitas pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha sehat di daerah (SS 6) Penegakan hukum persaingan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 merupakan kewenangan baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk itulah proses internalisasi nilai persaingan usaha sehat juga dilaksanakan di setiap daerah dalam wilayah Indonesia. Penyelenggaraan pengawasan sesuai dengan petunjuk teknis dalam Peraturan Komisi ditujukan untuk mengarahkan perilaku agar sesuai dengan nilai persaingan usaha yang sehat. Mencermati bahwa proses internalisasi di daerah secara langsung atau tidak tentu akan bersinggungan dengan peraturan perundangan di daerah maka perlu dibangun Kantor Perwakilan Daerah, yang saat ini berlokasi di Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam dan Manado untuk menilai potensi daerah yang merupakan faktor pendukung dalam penegakan hukum persaingan usaha. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Kantor Perwakilan Daerah Komisi Pengawas Persaingan Usaha, yang terdiri dari KPD Batam, KPD Medan, KPD Makassar, KPD Surabaya, KPD Balikpapan, dan KPD Manado. Masing-masing KPD memiliki tanggung jawab untuk mencapai target indikator kinerja sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah. KPD mempunyai tugas melaksanakan dukungan teknis operasional dan administratif pelaksanaan tugas dan wewenang Sekretariat Komisi di daerah. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-6) Meningkatnya efektifitas pengawasan dan internalisasi nilai persaingan usaha sehat di daerah Indikator Kinerja Indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di daerah Persentase laporan hasil klarifikasi yang dilanjutkan ke penyelidikan Target , Jumlah hasil kajian peraturan perundang-undangan

29 Meningkatnya efektifitas pelaksanaan investigasi terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha (SS-7) Putusan terhadap dugaan pelanggaran Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 diantaranya diperoleh melalui investigasi terhadap pelaku usaha/kegiatan usaha. Dengan demikian, sebagai lembaga pengawas persaingan usaha harus memiliki komitmen yang kuat dalam melakukan investigasi terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha agar dapat memenuhi quality assurance dalam investigasi sehingga mampu mendeteksi setiap adanya potensi dan menemukan bukti adanya pelanggaran persaingan usaha yang tidak sehat dengan hasil akhir suatu Putusan yang jelas sesuai dengan ketentuan Undang undang Nomor 5 Tahun Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Investigasi dengan tugas melaksanakan penelitian dan klarifikasi laporan, monitoring dan pengawasan pelaku usaha, penyelidikan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan penyusunan bahan perkara inisiatif. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-7) Meningkatnya efektifitas pelaksanaan investigasi terhadap pelaku usaha atau kegiatan usaha Indikator Kinerja Persentase laporan hasil klarifikasi yang dilanjutkan ke penyelidikan Persentase laporan hasil penyelidikan yang dilimpahkan ke Biro Penindakan Persentase laporan hasil penelitian dan pengawasan yang direkomendasikan ke tahap berikutnya Jumlah laporan hasil penelitan kondisi aktual pasar dan rekomendasi untuk ke tahapan selanjutnya Persentase laporan hasil penelitian perkara inisiatif yang dilanjutkan ke tahap penyelidikan, monitoring & pengawasan, dan atau saran dan pertimbangan Target Meningkatnya kualitas kajian industri dan ekonomi (SS-8) Instrumen kajian terhadap aspek persaingan usaha merupakan pendekatan yang dilakukan oleh untuk menilai seluruh kebijakan dan regulasi yang terkait dengan penegakan hukum persaingan usaha. Kajian tersebut dilakukan oleh analis yang secara paralel juga melakukan evaluasi terhadap suatu penerapan kebijakan yang terkait dengan persaingan usaha. Hasil kajian dapat bersinergi dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh sebagai bahan masukan dalam menilai rancangan, implementasi dan efektivitas suatu program pemerintah yang berkaitan dengan persaingan usaha. Hasil kajian dan hasil evaluasi tersebut juga merupakan masukan yang berguna dalam memperbaiki kualitas putusan. 24

30 Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Pengkajian yang mempunyai tugas melaksanakan kajian ekonomi dan industri, pengolahan data dan informasi, dokumentasi, dan evaluasi putusan sebagai bahan dukungan pelaksanaan tugas utama dalam melakukan penegakan hukum, dan pemberian saran pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah dan regulasi. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-8) Meningkatnya kualitas kajian industri dan ekonomi Target Indikator Kinerja Jumlah laporan hasil kajian persiangan usaha Persentase kajian atau analisa yang ditindaklanjuti oleh Biro Investigasi Persentase kajian atau analisa yang ditindaklanjuti oleh advokasi saran pertimbangan Meningkatnya kualitas layanan hukum untuk meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai persaingan usaha (SS-9) Penegakan hukum persaingan usaha dan penyusunan aturan hukum yang menjadi kewenangan berdasarkan ketentuan dalam Undang undang Nomor 5 Tahun 1999 harus dikomunikasikan secara optimal untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap nilainilai persaingan sehat. senantiasa melakukan sosialisasi dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa nilai persaingan usaha yang sehat akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sebagai konsumen publik. Persaingan usaha yang sehat merupakan prasyarat ekonomi pasar bebas yang memberikan keuntungan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum yang mempunyai tugas melaksanakan sosialisasi dan advokasi, menjalin hubungan dengan masyarakat dan media massa, melaksanakan kerjasama kelembagaan baik nasional maupun internasional, publikasi dan perpustakaan, pengelolaan dan pengembangan teknologi informasi, dan pembinaan hukum. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-9) Meningkatnya kualitas layanan hukum untuk meningkatkan kesadaran publik tentang nilai-nilai persaingan usaha Indikator Kinerja Jumlah analisis dokumen tata laksana dan penyusunan peraturan internal serta peraturan perundang-undangan Target

31 Tersedianya Data dan Informasi Terkait Persaingan Usaha (SS-10) Keandalan data dan informasi terkait persaingan usaha yang dimiliki oleh dapat mendukung kualitas produk hukum sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya. Pengelolaan data dan informasi yang aktual dan optimal menjadi dasar keandalan data dan informasi yang tersedia, lebih lanjut diketahui bahwa pengelolaan yang baik tersebut secara jelas mencerminkan kualitas dan kredibilitas. Tersedianya data dan informasi di merupakan langkah awal dalam menyusun analisa terkait suatu kajian ataupun telaahan yang diperlukan dalam harmonisasi kebijakan maupun penanganan perkara. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Pengkajian yang mempunyai tugas melaksanakan kajian ekonomi dan industri, pengolahan data dan informasi, dokumentasi, dan evaluasi putusan sebagai bahan dukungan pelaksanaan tugas utama dalam melakukan penegakan hukum, dan pemberian saran pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah dan regulasi. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-10) Tersedianya data dan informasi terkait persaingan usaha Indikator Kinerja Jumlah data sektor industri dari BPS atau Lembaga Penyedia Data lain yang dianalisis menjadi informasi Persentase hasil analisis data yang digunakan oleh stakeholders internal Jumlah data/informasi persaingan usaha per sektor yang terintegrasi Target PERSPEKTIF MODAL DASAR INSTITUSI Terwujudnya peningkatan kualitas perencanaan dan pengelolaan anggaran (SS-11) Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), maka pelaksanaan kegiatan di setiap unit kerja di berawal dari perencanaan yang didasari pada Rencana Strategis yang merupakan turunan dari RPJMN tersebut. Secara rutin, akan melaporkan hasil dari setiap kegiatan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) yang mencakup perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan pencapaian kinerja. Selain itu, perhatian utama perencanaan dan pelaksanaan anggaran di harus sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sehingga pada pelaksanaannya memenuhi semua kriteria dan tidak terjadi penyimpangan penggunaan anggaran. Setelah ditetapkan menjadi bagian anggaran sendiri pada tahun 2010, pada tahun yang sama telah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. 26

32 Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Perencanaan dan Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana dan program, melakukan pembinaan dan pengelolaan administrasi keuangan, inventarisasi kekayaan milik negara, serta evaluasi dan penyusunan laporan. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Sasaran Strategis (SS-11) Terwujudnya peningkatan kualitas perencanaan dan pengelolaan anggaran Indikator Kinerja Indeks kepuasan pemangku kepentingan internal terhadap pelayanan Biro Perencanaan dan Keuangan Jumlah maksimal temuan pemeriksa eksternal atas Laporan Keuangan yang sesuai dengan SAP Hasil penilaian terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Target ,7 3 3, CC B A Persentase kesalahan dalam penerbitan SPM 5 4 2,5 Persentase anggaran yang diblokir dari total pagu karena ketidaklengkapan dokumen/data dukung 3 2,5 2 Meningkatnya kualitas pengawasan internal terhadap aparatur, anggaran, dan kinerja (SS-12) sebagai lembaga pengawas persaingan usaha yang melaksanakan amanat Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 harus tanggap dan bertanggung jawab terhadap penegakan hukum persaingan secara paripurna. Kewenangan saat ini telah didukung dengan berjalannya pengawasan dan pengendalian internal terhadap aparatur, anggaran dan kinerja. Pengendalian dan pengelolaan kinerja yang baik tersebut adalah salah satu alat untuk memperkuat kredibilitas sebagai lembaga negara. Pengawasan internal terhadap kinerja didasari pada prosedur yang tepat dalam setiap langkah kerjanya dengan cara-cara yang tertata. Unit kerja yang bertanggungjawab pada sasaran strategis ini adalah Biro Pengawasan Internal yang bertugas melakukan pemeriksaan dan pemantauan internal di lingkungan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Adapun ukuran keberhasilan (indikator kinerja) dari sasaran strategis dapat dijelaskan dalam tabel berikut : Sasaran Strategis (SS-12) Meningkatnya kualitas pengawasan internal terhadap aparatur, anggaran, dan kinerja Indikator Kinerja Tingkat/Level kapabilitas Aparatur Pemeriksa Instansi Pemerintah Target

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Nomor 1 Tahun Tanggal 22 Februari 2013

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Nomor 1 Tahun Tanggal 22 Februari 2013 Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2013 Tanggal 22 Februari 2013 RENCANA STRATEGIS PENYESUAIAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TAHUN 2010-2014 DAFTAR ISI Kata Pengantar

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY. LAKIP Sekretariat Jenderal KPPU 2012

EXECUTIVE SUMMARY. LAKIP Sekretariat Jenderal KPPU 2012 EXECUTIVE SUMMARY Disahkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta berdirinya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan upaya

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

2013 LAKIP Sekretaris Jenderal KPPU KATA PENGANTAR

2013 LAKIP Sekretaris Jenderal KPPU KATA PENGANTAR 2013 Sekretaris Jenderal KPPU KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Jenderal Komisi

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/KPPU/KEP/I/2010

KEPUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/KPPU/KEP/I/2010 KEPUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/KPPU/KEP/I/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PENGAWAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi KATA PENGANTAR Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategik merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH 1 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Muara Teweh Tahun 2015-2019.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS 2015 2019 Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UMUM Pembangunan ekonomi pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum KPPU 1. Sejarah Singkat Berdirinya KPPU KPPU bisa dikatakan lahir dalam kondisi nasional yang kurang mendukung untuk bersemainya iklim persaingan sehat. Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1999 (5/1999) Tanggal: 5 MARET 1999 (JAKARTA) Tentang: LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

PENGADILAN NEGERI SAMBAS PENGADILAN NEGERI SAMBAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 Agenda Pendahuluan Dasar Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Lebih terperinci

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT http://ekbis.sindonews.com/ Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Harry Azhar Azis menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas merupakan landasan yang ideal dalam mewujudkan cita-cita kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas merupakan landasan yang ideal dalam mewujudkan cita-cita kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen peradilan yang baik akan terwujud apabila ditata dalam suatu sistem perencanaan yang akuntabel, yaitu perencanaan yang terukur dan dapat dipertanggung jawabkan.

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja L IHA PEMILIHAN UMUM BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Sasaran RPJMN 2010 2014 Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat nasional,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Persaingan Usaha 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha Persaingan adalah perlawanan dan atau upaya satu orang atau lebih untuk lebih unggul dari orang lain dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UMUM Pembangunan ekonomi pada Pembangunan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1105, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Good Public Governance. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 memiliki peran yang tepat sesuai amanatnya

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO Lampiran A 73 KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI 2015 2019 TINGKAT MAKRO Sasaran Reformasi A. yang bersih dan akuntabel. 1. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif. 2.

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU sukarmi@kppu.go.id 1 KEBERADAAN HUKUM DAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA KPPU dan Performanya dalam menjalankan UU No. 5/1999 2 - LATAR BELAKANG - 1 Masyarakat belum mampu berpartisipasi

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci