DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN. Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN. Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir."

Transkripsi

1 DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DEM LOGISCHEN DENKVERMÖGEN UND DEM HÖRVERSTEHEN IM DEUTSCHEN Fitri Apriani Susliawati, Pepen Permana, Amir. Abstrakt Das logische Denkvermögen ist eine Denkaktivität, die auf dem Muster, dem Verlauf und der bestimmten Struktur (frame of logic) beruht. Das Hörverstehen ist ein Prozess der Sprachlauten, Identifizierung, Interpretierung, Bewerten und Reagierung auf einen Sinn. Beim Hörverstehen wird das logische Denkvermögen erfordert, um das Konzept zu verstehen. Dies hat das Ziel, um die Entscheidung zu nehmen und auf die Mitteilung zu reagieren. Das Hörverstehen ist für die einige Studenten schwieriger als andere Sprachfertigkeiten. Einer der Faktoren, der groβen Einfluss auf das Hörverstehen hat, ist das logische Denkvermögen. Deshalb wurde diese Untersuchung durchgeführt, um die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen im Deutschen der Studenten im 5. Semester der Deutschabteilung zu überprüfen. Die Ziele dieser Untersuchung sind, folgendes herauszufinden: (1) das logische Denkvermögen der Studenten, (2) das Hörverstehen der Studenten, (3) Die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen im Deutschen und (4) Den Beitrag dem logischen Denkvermögen zu dem Hörverstehen. Die Population dieser Untersuchung waren die Studenten im 5. Semester der Deutschabteilung vom Jahrgang 2013/2014 und als Stichprobe wurden 30 Studenten von Population ausgewählt. Die Instrumente, die in dieser Arbeit verwendet werden, sind die Teste, nämlich: (1) Test des logischen Denkvermögens, (2) Test des Hörverstehens. Die verwendete Methode in dieser Untersuchung ist die deskriptiv-analytische kuantitative Methode. Die Ergebnisse dieser Untersuchung sind wie folgendes: (1) mit dem Durchschnitt 54,07 gehört das logische Denkvermögen der Studenten zur Kategorie befriedigend, (2) mit dem Durchschnitt 71,99 ist das Hörverstehen der Studenten in der Kategorie ausreichend, (3) Die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen hat eine niedrige Korrelation. Dies gehört die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen der Studenten unsignifikant und (4) Mit dem Korrelationskoefizienten 0,25 zeigt die Beziehung zwischen dem logischen Denkvermögen und dem Hörverstehen zur Kategorie ausreichend. Dies wurde durch die Regressionsgleichung Ŷ = 47,41+0,45X gezeigt. Die Berechnung der Determinationskoefizienten (kd) ergab den Wert 6,25%. Nach den Untersuchungsergebniss ist folgendes vorzuschlagen, die Studenten sollten das Hörverstehen trainieren.und Sie sollten sich oft mit anderen Studenten auf Deutsch unterhalten, die deutsche Lieder hören und die deutsche Filme sehen. Losungswörter: Das logische Denkvermögen und Das Hörverstehen i

2 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KETERAMPILAN MENYIMAK DALAM BAHASA JERMAN Fitri Apriani Susliawati*, Pepen Permana, S.Pd., M.Pd., Drs. Amir, M.Pd. Abstrak Berpikir logis adalah kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic). Menyimak adalah proses mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai dan merespon makna. Dalam proses menyimak, kemampuan berpikir logis dituntut untuk memahami konsep. Hal ini bertujuan untuk mengambil keputusan dan merespon pesan. Keterampilan menyimak dianggap sebagai keterampilan yang lebih sulit bagi beberapa mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya. Salah satu faktor dari dalam diri pendengar yang cukup berpengaruh dalam keterampilan menyimak adalah berpikir logis. Berdasarkan hal itu, penelitian ini mengkaji hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman mahasiswa semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Taraf berpikir logis mahasiswa, (2) Keterampilan menyimak mahasiswa, (3) Hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman dan (4) Kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel berjumlah 30 orang dari anggota populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang terdiri dari: (1) Tes kemampuan berpikir logis dan (2) Tes keterampilan menyimak. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dari perhitungan statistik diperoleh hasil sebagai berikut: (1) nilai rata-rata sebesar 54,07, kemampuan berpikir logis mahasiswa tergolong sedang, (2) nilai rata-rata sebesar 71,99, keterampilan menyimak tergolong cukup, (3) Kemampuan berpikir logis memiliki hubungan yang rendah dengan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa tidak signifikan dan (4) Nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,25 menunjukkan hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak mahasiswa tergolong pada kategori rendah. Hal ini ditunjukkan melalui persamaan regresi Ŷ = 47,41+0,45X. Melalui penghitungan koefisien determinasi (kd) diperoleh angka sebesar 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar mahasiswa membiasakan diri berlatih keterampilan menyimak. Mahasiswa harus sering bercakap-cakap dengan mahasiswa lainnya dalam bahasa Jerman, mendengarkan lagu dan menonton film berbahasa Jerman. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Menyimak ii

3 Pendahuluan Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa, khususnya bahasa asing. Pembelajaran bahasa asing sangat penting saat ini dalam pergaulan globalisasi, terutama bahasa Jerman. Bahasa Jerman adalah bahasa yang penting dalam komunikasi internasional. Lebih dari 101 juta orang di dunia berbahasa Jerman, sekitar 20 juta orang di seluruh dunia mempelajari bahasa Jerman. Bahasa Jerman juga menempati kedudukan kuat dalam pengetahuan dan sastra. Jerman sebagai bahasa pengetahuan dan teknologi memainkan peran penting dalam penelitian dan pendidikan bagi perguruan tinggi yang telah kerjasama dengan Jerman. Dalam mempelajari bahasa Jerman di perguruan tinggi mahasiswa harus menguasai keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan menulis (Schreiben). Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan serta keterampilan berbahasa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi adalah berbicara dan menyimak. Keterampilan menyimak bagi pembelajar bahasa asing adalah keterampilan yang sangat penting, karena keterampilan ini diperlukan untuk menguasai materi pelajaran dan dibutuhkan untuk menyimak perkuliahan yang disampaikan dengan bahasa yang bersangkutan. Pembelajar bukan hanya dituntut untuk mengerti dan memahami apa yang diucapkan, tetapi juga menyeleksi bagian informasi yang penting dan relevan untuk disusun secara cepat dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keterampilan menyimak juga dapat membantu pembelajar berpartisispasi secara baik dan aktif dalam komunikasi lisan, karena komunikasi tidak bisa berhasil apabila pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami. Keterampilan menyimak diduga sebagai keterampilan yang lebih sulit bagi beberapa mahasiswa dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya, karena mahasiswa belum terbiasa dengan intonasi dan kecepatan penutur 1

4 2 asli, tidak adanya kesempatan mengulang tuturan, keterbatasan kosakata pembelajar, kegagalan untuk mengenali tanda-tanda pembicara, dan kesulitan menginterpretasikan wacana. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Destrisia (2010) mengenai Hubungan antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Menyimak menyatakan bahwa pencapaian hasil keterampilan menyimak yang diperoleh mahasiswa belum mencapai optimal bila dibandingkan dengan hasil pada ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa keterampilan menyimak dianggap sebagai keterampilan yang paling susah di antara keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keterampilan menyimak, yakni faktor eksternal dan internal. Faktor luar diri pendengar (eksternal) yaitu, situasi sekitar yang gaduh dan kondisi pembicara atau native speaker yang kurang dimengerti pelafalannya serta media yang digunakan, seperti CD, Tape dan kaset yang kurang optimal. Faktor dalam diri pendengar (internal) dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak, yaitu daya ingat, daya konsentrasi, inteligensi, minat, motivasi dan berpikir logis. Salah satu dari faktor dalam diri pendengar yang cukup berpengaruh dalam keterampilan menyimak adalah berpikir logis, karena kemampuan berpikir logis dituntut untuk memahami konsep yang menjadi pesan bermakna untuk dipahami dan mengambil keputusan untuk menerima respon atau menolak pesan yang diperoleh sampai munculnya respon. Tujuan utama menyimak yaitu dapat memahami dan merespon pesan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat mencapai tujuan itu, penyimak dituntut beraktivitas mental yang tinggi dalam melaksanakan tahapan-tahapan proses menyimak. Tarigan (Heryadi, 2006:51-54) menyatakan terdapat empat tahapan dalam proses menyimak, yaitu hearing, understanding, evaluating, dan responding. Semua tahapan tersebut dalam proses menyimak berlangsung sangat cepat dalam mental penyimak.

5 3 Pada tahap hearing, telinga penyimak menerima bunyi ujar dari pembicara. Pada tahap ini penyimak dituntut kemampuannya mengenali bunyi bahasa yang digunakan pembicara. Jadi, pada tahap hearing ini, aktivitas mental penyimak yang dituntut yaitu kemampuan menguasai bahasa yang digunakan pembicara beserta unsur-unsur linguistiknya. Pada tahap understanding, terjadi transformasi bunyi-bunyi ujaran ke dalam syaraf-syaraf pendengaran, kemudian melalui proses persepsi bunyi-bunyi itu diterjemahkan menjadi pesan-pesan bermakna yang dipahami. Pada tahap ini penyimak dituntut mampu mempersepsi konsep-konsep yang terkandung dalam unsur-unsur bahasa lisan. Dalam tahapan pemahaman ini, tampak sekali bahwa aktivitas mental atau proses berpikir logis menyimak sangat dituntut; mulai persepsi bunyi ujar menjadi konsep-konsep, konseptualisasi, hingga diperoleh pemahaman pesan. Pada tahap evaluasi atau memverifikasi pesan, penyimak dituntut untuk mampu secara intelektual mempertimbangkan pesan yang diperolehnya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Pada tahap ini dalam kognisi penyimak terjadi proses pengujian, penelaahan, dan penilikan dari berbagai segi. Apakah pesan yang diterima didukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan; apakah pesan itu baik atau jelek, penting atau tidak. Pada akhir tahap ini, penyimak dapat memutuskan untuk dapat menerima atau menolak pesan yang dipahaminya. Pada tahap ini proses berpikir logis tampak sekali, terutama saat proses mempertimbangkan hingga mengambil keputusan. Pada tahap responding, penyimak dituntut mampu memberi respon yang benar-benar sesuai dengan keputusan hasil verifikasi pesan. Respon itu dapat berupa verbal atau nonverbal. Jika respon yang diperlukan berupa verbal tentunya aktivitas mental (proses berpikir logis) sangat dituntut pula. Dari uraian di atas jelas bahwa kemampuan berpikir logis sangat diperlukan dalam proses menyimak. Kemampuan berpikir yang logis dituntut yaitu kemampuan memahami konsep, memahami hubungan konsep-konsep menjadi

6 4 konseptualisasi yang menjadi pesan bermakna untuk dipahami dan kemampuan mengambil keputusan untuk menerima respon atau menolak pesan yang diperoleh, hingga munculnya respon (Heryadi, 2006:51-54). Berpikir Logis Berpikir logis yaitu berpikir sesuai dengan logika atau benar menurut kaidah penalaran, baik melalui proses deduktif ataupun induktif. Penalaran deduktif yaitu alur berpikir yang menarik kesimpulan dengan mulai dari yang umum kepada yang empiric atau khusus; sedangkan penalaran induktif yaitu alur berpikir yang menarik kesimpulan dari pengalaman empiris menuju kepada yang umum atau general (KBBI, 1994 : 599). Sudarminta (Sobur, 2003:209), bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang sebelumnya sudah diketahui. Bernalar bisa mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif. Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (partikular). Sebaliknya, penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum. Adapun penalaran abduktif (suatu istilah yang diperkenalkan oleh Charles S. Pierce) adalah penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui. Senada dengan yang dikemukakan Sobur (2003 : 209) penalaran adalah kegiatan berpikir seturut asas kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum logika. Pendapat lain dikemukakan Tjandi dan Arfan (Hamzah, 2010) berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan menurut alur, pola, dan kerangka tertentu (frame of logic). Keterampilan Menyimak Beck dan Klieme dalam Nold dan Rossa (2007: 178) menyatakan bahwa Das Hörverstehen vereinigt als rezeptive Sprachkompetenz die Wahrnehmung,

7 5 das Verstehen, Interpretieren und Reflektieren von sprachlichen Äußerungen. Hal ini berarti bahwa pemahaman mendengar merupakan menggabungkan persepsi, memahami, menafsirkan dan merefleksikan pernyataan-pernyataan suatu bahasa. Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat tiga jenis menyimak, yaitu menyimak global (Globales Hören), menyimak intensif (Detailliertes Hören) dan menyimak selektif (Selektives Hören). Dinsel dan Reimann (2000:40) menyebutkan bahwa Globales Höre; Welche Meinung / welche Erfahrungen hat eine Person?. Hal ini berarti menyimak global hanya menanyakan pokok pikiran atau secara global isi dalam teks. Dinsel dan Reimann (2000:40) juga menyatakan bahwa Detailliertes Hören; Alle Informationen und Aussagen zu einem Thema können wichtig sein. Hal ini berarti menyimak intensif adalah mendengarkan untuk mendapatkan semua informasi dari teks lisan karena semua informasi dalam teks sangat penting untuk dipahami. Menyimak selektif juga disebutkan oleh Dinsel dan Reimann (2000:40) Selektives Hören; Nur bestimmte Informationen sind interessant. Hal ini bermakna menyimak selektif adalah mendengarkan untuk menemukan informasi khusus yang spesifik. Metode Dalam penelitian kuantitatif ini digunakan metode deskriptif analitik sebagai penentu besarnya korelasi antara dua variabel, yaitu: variabel kemampuan berpikir logis dan variabel keterampilan menyimak melalui teknik analisis korelasi dan analisis regresi. Teknik analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak. Koefisien korelasi digunakan untuk menentukan besar kecilnya hubungan tersebut, sedangkan teknik analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dan penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas

8 6 Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa semester V sebanyak 30 orang tahun ajaran 2013/2014 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Variabel X dan variabel Y merupakan dua variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas (X), adalah kemampuan berpikir logis mahasiswa. Variabel terikat (Y), adalah keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Tes kemampuan berpikir logis. Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis pada penelitian ini adalah tes baku yang berupa Intelligenz Structure Test (IST) yang diselenggarakan oleh Layanan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia. Tes ini untuk mengukur kemampuan berpikir logis berdasarkan kaidah logika yang meliputi berpikir logis analogis sistematis secara verbal dan keruangan serta potensi menyatakan pandangan analitis dan sintesis berdasarkan data tertentu. Intelligenz Structure Test merupakan psikotes yang telah baku dan valid yang dimiliki pihak Layanan Bimbingan dan Konseling. Jadi, penulis tidak menguji validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. Bentuk tes ini terdiri atas empat bagian, yaitu Analogi verbal, Generalisasi, Numerik, dan Analisis sintesis (non-verbal) dengan skor maksimal 100 serta beralokasi waktu 45 menit. 2. Tes kemampuan menyimak. Tes kemampuan menyimak berisi beberapa soal isian dalam bentuk pilihan benar atau salah. Tes ini terdiri dari lima soal tentang menyimak global, 10 soal menyimak detail dan lima soal menyimak selektif. Tes kemampuan menyimak ini diambil dari contoh ujian B1 Zertifikat Deutsch. Tes ini diasumsikan telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, karena format

9 7 tes ini produk yang dikembangkan dari lembaga terpercaya, yaitu Goethe Institut. Penilaian tes ini mengikuti acuan baku, yaitu 5 poin untuk setiap soal menyimak global, 5 menyimak selektif dan 2,5 poin untuk setiap soal menyimak detail, sehingga skor maksimal 75. Kemudian skor mentah tersebut dikonversikan menjadi nilai skala 100. Hasil Analisis Data. Berdasarkan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak mahasiswa semester V Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dapat ditafsirkan bahwa kemampuan berpikir logis sebesar 54,07 dengan skor tertinggi 68 dan skor terendah 42 (dalam skala 100) dan keterampilan menyimak sebesar 71,99 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 46,67 (dalam skala 100). Pengujian hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak, digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,25. Nilai ini dikategorikan rendah, karena ada di antara interval 0,21-0,40. Untuk menguji keberartian korelasi maka dilakukan uji t. Dari hasil perhitungan uji t tersebut diperoleh nilai sebesar 1,31. Pada taraf nyata α = 0,05 dan derajat kebebasan dk 28, diperoleh t tabel = 1,70. Ternyata t hitung < t tabel, dengan kata lain hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak tidak signifikan. Pembahasan Tujuan utama menyimak yaitu dapat memahami dan merespon pesan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat mencapai tujuan itu, penyimak dituntut beraktivitas mental yang tinggi dalam melaksanakan tahapan-tahapan proses menyimak. Tarigan (Heryadi, 2006:51-54) menyatakan terdapat empat tahapan dalam proses menyimak, yaitu hearing, understanding, evaluating, dan responding. Tahap hearing, telinga penyimak menerima bunyi ujar dari pembicara. Tahap understanding, terjadi transformasi bunyi-bunyi ujaran ke

10 8 dalam syaraf-syaraf pendengaran, kemudian melalui proses persepsi bunyi-bunyi itu diterjemahkan menjadi pesan-pesan bermakna yang dipahami. Tahap evaluating, atau memverifikasi pesan, penyimak dituntut untuk mampu secara intelektual mempertimbangkan pesan yang diperolehnya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Tahap responding, penyimak dituntut mampu memberi respon yang benar-benar sesuai dengan keputusan hasil verifikasi pesan. Jika respon yang diperlukan berupa verbal tentunya aktivitas mental (proses berpikir logis) sangat dituntut pula. Dari uraian di atas jelas bahwa kemampuan berpikir logis sangat diperlukan dalam proses menyimak, sehingga kemampuan berpikir logis diduga memiliki keterkaitan dengan keterampilan menyimak, serta memberikan kontribusi terhadap keterampilan menyimak. Setelah melakukan penelitian dan melalui penghitungan analisis data, dapat diketahui bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak tidak signifikan, akantetapi kedua variabel tersebut memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,25. Nilai koefisien korelasi tersebut menurut Arikunto termasuk pada kategori rendah dan dari nilai koefisien korelasi dapat diketahui nilai koefisien determinasi (kd) sebesar 6,25 % yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis tidak memberikan kontribusi yang besar dalam keterampilan menyimak. Berdasarkan hasil penghitungan analisis data diketahui bahwa hubungan antara kedua variabel tidak signifikan. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi rendahnya kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman adalah: 1. Keterbatasan kosakata Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosakata. Dalam menyimak memang dibutuhkan proses berpikir untuk mengenali kosakata yang terbilang asing bagi pembelajar, terlebih lagi saat penutur asing (native speaker) sedang menyampaikan suatu

11 9 pesan. Keterbatasan kosakata membuat proses menyimak tidak berjalan dengan baik. Dengan faktor tersebut diasumsikan bahwa ukuran kosakata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar. 2. Kurangnya minat mahasiswa Faktor lain yang diduga menyebabkan kecilnya kontribusi kemampuan berpikir logis terhadap keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman adalah kurangnya minat mahasiswa dalam menyimak. Mahasiswa kurang berminat saat mengikuti tes kemampuan berpikir logis dan kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes tersebut. Tarigan (Brata, 2010) ada empat faktor untuk menentukan keberhasilan menyimak, yaitu faktor pembicara, faktor pembicaraan, situasi dan penyimak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak, yaitu kondisi, konsentrasi, bertujuan dan berminat. Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati. Bimbingan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. 3. Faktor performansi dan kompetensi Ketika mengerjakaan tes berpikir logis dan menyimak kondisi mahasiswa dalam kedaan letih dan lelah setelah mengikuti kuliah, sehingga menimbulkan kurangnya konsentrasi. Selanjutnya, kurangnya pemahaman terhadap soal-soal tes tersebut yang mempengaruhi mahasiswa dalam mengerjakan tes kemampuan berpikir logis, karena dalam Intelligenz Structure Test (IST) terdapat soal-soal hitung teoritis atau hitungan matematika (penalaran numerik), abstraksi (penalaran verbal), analogi verbal, dan analisis dan sintesis (penalaran non verbal) yang termasuk dalam kaidah tes psikologi yang kurang dimengerti dan dipahami mahasiswa. Alokasi waktu pengerjaan yang telah ditentukan oleh pihak Layanan Bimbingan dan Konseling menyebabkan mahasiswa tidak dapat mengerjakan tes dengan optimal. 4. Situasi dan kondisi Kemungkinan lain ialah situasi dan kondisi pada saat pengambilan data, yaitu dimana kondisi media CD dan pengeras suara (speaker) pada saat tes

12 10 keterampilan menyimak yang kurang optimal menyebabkan mahasiswa perlu berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan tes tersebut dan penulis sendiri yang melakukan pengambilan data keterampilan menyimak yang masih berstatus mahasiswa menyebabkan situasi menjadi tidak formal. Hal ini menyebabkan mahasiswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes keterampilan menyimak. Beberapa faktor yang diuraikan di atas yang diduga merupakan faktor penyebab rendahnya hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor lain di luar kemampuan berpikir logis yang menjadi lebih kuat, sehingga dapat mempengaruhi tingginya tingkat keterampilan menyimak mahasiswa. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis memiliki hubungan dengan keterampilan menyimak dalam bahasa Jerman. Hubungan tersebut memiliki tingkat koefisisensi sebesar 0,25 yang termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan berpikir logis dan keterampilan menyimak pada mahasiswa tidak signifikan. Saran Untuk meningkatkan keterampilan menyimak, para pengajar bahasa khususnya bahasa Jerman disarankan mengunakan metode pembelajaran keterampilan menyimak yang lebih variatif, yaitu mempergunakan lab bahasa, mendatangkan penutur asli bahasa yg bersangkutan (native speaker), dan mengadakan program wisata untuk menjadi pembimbing perjalanan wisata atau tour guide bagi orang asing.

13 11 DAFTAR PUSTAKA Brata. (2010). Keterampilan Menyimak. [Online]. Tersedia: Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Destrisia, Riska. (2010). Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Menyimak. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Dinsel, Sabine dan Monika Reimann. (2000). Fit fürs Zertifikat Deutsch: Tipps und Übungen. Ismaning: Heuber. Hamzah, Imellisa Fawzia. (2010). Hubungan antara Kemampuan Berpikir Logis dan Hasil Belajar Menerjemahkan Teks Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jerman. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan. Heryadi, Dedi. (2013). Penerapan Teori Berpikir Logis dalam Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Bahasa Indonesia: Penelitian Pembangunan Kepada Mahasiswa Semester Pertama Di Universitas Siliwangi Tasik Malaya. Disertasi Doktor pada FPBS Universitas Siliwangi Tasikmalaya: tidak diterbitkan. Jansen, Irene. et al. (2012). Belajar Bahasa Jerman. [Online]. Tersedia: November 2012]. Nold, G. dan Rossa, H. (2007). Hörverstehen. [Online]. Tersedia: [1 Oktober 2011]. Nurhidayati. (2003). Jenis dan sebab kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menyimak teks bahasa Arab. Tesis pada FPBS Universiatas Negeri Malang: tidak diterbitkan.

14 12 Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Tresnadewi, S. (1994). Developing Listening Skill in The EFL Claassroom. Dalam: Guidelines. Volume: 16. No. 1.

15

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi. Dalam komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya diperlukan adanya bahasa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu motivasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu motivasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu motivasi belajar sebagai variabel bebas (variabel X) dan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahasa dalam menyusun kalimat menjadi teks bahasa Jerman.

BAB III METODE PENELITIAN. Bahasa dalam menyusun kalimat menjadi teks bahasa Jerman. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yakni variabel kemampuan berpikir logis dan variabel keterampilan siswa kelas XII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel daya konsentrasi dan variabel hasil belajar menulis. Metode

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, karena dengan bahasa orang dapat bersosialisasi dengan baik. Di era globalisasi seperti saat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua

Lebih terperinci

oleh Cindhy Dwi Meidany

oleh Cindhy Dwi Meidany KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERBAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ANIMASI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. analitik, yaitu suatu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. analitik, yaitu suatu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu suatu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dipelajari. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan yang harus

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. Untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran seseorang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid dan digunakan untuk memecahkan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Diktat Mata Kuliah. Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati

Diktat Mata Kuliah. Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati Diktat Mata Kuliah Oleh: Sulis Triyono Wening Sahayu Tia Meutiawati KATA PENGANTAR Berkat rahmat Allah SWT, selesailah Penulisan Diktat Mata Kuliah: Hörverstehen IV yang dimulai pada bulan Juni 2007 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan cara mengumpulkan data-data berbagai bentuk latihan-latihan yang

Lebih terperinci

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari

No. RPP/JER/21 Revisi : 00 Tgl : 1 Maret 2011 Hal dari 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni/ Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : Hörverstehen III Kode : GER 204 3. SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS Sem : 1 Waktu : 2 X 50 Menit 4. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan menulis (Schreiben).

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM

ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM 1 ANALISIS KESALAHAN MEMBACA PEMAHAMAN (LESEVERSTEHEN) MAHASISWA DALAM UJIAN ZIDS SEMESTER GENAP TAHUN 2010/2011 JURUSAN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG ARTIKEL ILMIAH OLEH AGUS FAIZI NIM 105241480987

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA Lailatul Rohmah Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tertentu kemampuan bernalar diperlukan manusia untuk dapat mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir dalam kehidupan sehari-hari dilakukan seseorang untuk merenungkan sesuatu, mempertimbangkan baik atau buruk suatu hal dan membuat keputusan. Pada

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) (SAP) SPRECHEN I JR215 PUTRASULUNG BAGINDA, S.PD. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 1 : Start auf deutsch Tujuan pembelajaran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa bahasa orang akan sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya. Bahasa dapat menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL Novita Putri Pratiwi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Laterne. Volume VI Nomor 02 Tahun 2017 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 SIDOARJO

Laterne. Volume VI Nomor 02 Tahun 2017 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 SIDOARJO Laterne. Volume VI Nomor 02 Tahun 2017 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 SIDOARJO Dinny Ananda Berliana Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seringkali terjadi kesalahpahaman dalam menggunakan bahasa, terutama bila seseorang sedang mempelajari bahasa asing setelah bahasa ibu. Kesalahpahaman tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Beranjak dari masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Beranjak dari masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka metode yang akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Beranjak dari masalah yang akan diteliti oleh penulis, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

PENGARUH ADVANCE ORGANIZER

PENGARUH ADVANCE ORGANIZER PENGARUH ADVANCE ORGANIZER DAN PENGETAHUAN LANDESKUNDE TERHADAP HASIL MEMBACA PEMAHAMAN TEKS OTENTIK BAHASA JERMAN (Tesis) Mery Dahlia Hutabarat, FPBS UPI Bandung Pembimbing: Prof. Dr. T. Hardjono & Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah fenomena ilmiah, tetapi bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat manusia

Lebih terperinci

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*) PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING Lersianna Saragih*) Abstrak Jeder Fremdsprachelernende bewusst oder unbewusst verwendet in seinem Lernprozess eine Strategie. Ermust mit der von

Lebih terperinci

Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati

Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati Efektivitas Penggunaan Metode Talking Stick dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman (Studi Penggunaan Metode Talking Stick di SMAN 3 Cimahi) Irma Indriani, Azis Mahfuddin, Irma Permatawati

Lebih terperinci

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III

SILABUS. JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III DESKRIPSI MATA KULIAH Arbeit mit Lesetexten III JR 420, Arbeit mit Lesetexten III: S1, 2 Sks, Semester VI Mata kuliah Arbeit mit Lesetexten III merupakan salah satu Mata Kuliah Perluasan dan Pendalaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, diperlukan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, diperlukan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, diperlukan metode penelitian yang baik dan dapat dipercaya. Cara mengolah data - data tersebut menjadi kesimpulan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN Nama Pendidikan : SMA Kelas / Semester : X / 2 Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada suatu penelitian terdapat berbagai macam metode penelitian yang digunakan, pemilihannya sangat tergantung pada prosedur, alat serta desain penelitian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENYIMAK (HŐREN) SISWA KELAS XI KETERAMPILAN SMA NEGERI 6 MALANG

KEMAMPUAN MENYIMAK (HŐREN) SISWA KELAS XI KETERAMPILAN SMA NEGERI 6 MALANG KEMAMPUAN MENYIMAK (HŐREN) SISWA KELAS XI KETERAMPILAN SMA NEGERI 6 MALANG Fahmy Hidayat Universitas Negeri Malang Pembimbing I: Drs. Tiksno Widyatmoko, M.A. Pembimbing II: Desti Nur Aini, S.S., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR KALIMAT (SATZGLIEDANALYSE) DAN MENERJEMAHKAN TEKS BERBAHASA JERMAN Pepen Permana*)

ANALISIS UNSUR KALIMAT (SATZGLIEDANALYSE) DAN MENERJEMAHKAN TEKS BERBAHASA JERMAN Pepen Permana*) ANALISIS UNSUR KALIMAT (SATZGLIEDANALYSE) DAN MENERJEMAHKAN TEKS BERBAHASA JERMAN Pepen Permana*) Abstrak Penelitian ini dilaksanakan atas dasar pengamatan dan pengalaman yang menunjukkan terjadinya kesulitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yakni variabel pemahaman siswa mengenai manfaat belajar bahasa Jerman dengan variabel

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa 162 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Rangkaian proses pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 152-163 152 KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Oleh Dwi Viora Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Pengujian Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba tentang interaksi belajar mengajar guru dan siswa (variabel X) yang disebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, kini di Indonesia disamping diajarkan bahasa Indonesia, juga diajarkan bahasa asing seperti bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pengajaran bahasa pada umumnya bertujuan agar mahasiswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pengajaran bahasa pada umumnya bertujuan agar mahasiswa dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan membaca mempunyai peranan penting dalam pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa pada umumnya bertujuan agar mahasiswa dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN

KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SILABUS. JR 421, Schriftlicher Ausdruck III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Schriftlicher Ausdruck III

SILABUS. JR 421, Schriftlicher Ausdruck III: S1, 2 Sks, Semester VI. DESKRIPSI MATA KULIAH Schriftlicher Ausdruck III DESKRIPSI MATA KULIAH Schriftlicher Ausdruck III JR 421, Schriftlicher Ausdruck III: S1, 2 Sks, Semester VI Mata kuliah Schriftlicher Ausdruck III merupakan salah satu Mata Kuliah Perluasan dan Pendalaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 55 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2/ Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi Waktu

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Dewi Uswatun Chasanah NIM

SKRIPSI. oleh Dewi Uswatun Chasanah NIM EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK GRAMMATIKVISUALISIERUNG DALAM PENGAJARAN GRAMATIKA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia pada semester

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari obyek atau subyek yang akan diteliti oleh penulis, menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Syaodih Sukmadinata, N (2005:52) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi dasar,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A.

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN. Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A. 1 EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN BUCHSTABENDIKTAT DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN Milda Anika, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Abstrak Dalam mempelajari bahasa Jerman ada empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menggunakan data yang dikualifikasikan/dikelompokkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan atau cara mengemukakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan atau cara mengemukakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian digunakan untuk menemukan jawaban secara sistematis. Metodologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang metode sedangkan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

SILABUS. Alokasi Waktu (menit) Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian SILABUS Nama Sekolah : SMA Neger 3 Kediri Program : Pilihan / Umum Mata Pelajaran : Bahasa Jerman Kelas : XII Semester : 2 Tahun Pelajaran : 2007-2008 : 17 minggu x 2JP Standar Dasar Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode korelasional dengan teknik korelasi dan teknik regresi. Teknik korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penulis dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Penelitian deskriptif analitik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang

Lebih terperinci

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES KEGIATAN RESEPTIF AKTIF Oleh Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas PGRI Palembang Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek,

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN TATA BAHASA JERMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 PALOPO Desi Sugiarti 1 dan Muddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri

Lebih terperinci

SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD.

SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD. SILABUS ARBEIT MIT HÖRTEXTEN I JR 411 DRA. NINING WARNINGSIH, M.PD. Program Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010 SILABUS 1. Identitas mata

Lebih terperinci

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1 Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas masalah yang ada saat ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN GRAMATIK TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI I TEMANGGUNG SKRIPSI

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN GRAMATIK TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI I TEMANGGUNG SKRIPSI PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PENGUASAAN GRAMATIK TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI I TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

Sumber Bahan/ Referensi. Estimasi Waktu. Uraian Kegiatan. Lap top & LCD

Sumber Bahan/ Referensi. Estimasi Waktu. Uraian Kegiatan. Lap top & LCD 1. Fakultas / Program Studi : Bahasa dan Seni / Pendidikan Bahasa Jerman 2. Mata Kuliah & Kode : ZiDS Kode :GER 232 3. Jumlah SKS : Teori : 1 SKS Praktik : 1 SKS 4. Semester : 5 Waktu : 100 menit 5. Kompetensi

Lebih terperinci

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENERAPAN TEKNIK TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA SEMESTER V TAHUN 2016 PRODI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan.

BAB III METODE PENELITIAN. Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan. BAB III METODE PENELITIAN Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan. Hal ini agar penelitian tersebut objektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teori maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil belajar Ilmu Gizi Dasar yang dapat disumbangkan untuk Gizi Dalam Daur Kehidupan oleh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat EFEKTIVITAS PENGGUNAAN WARNA UNTUK MENGUASAI ARTIKEL KATA BENDA BAHASA JERMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman Oleh: NITA LISTYANI NIM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT. Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT. Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATERI UHRZEIT Syaiful Qudsi, Lersianna HS, Pepen Permana Salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Strukturen 1 Kode Matakuliah : JER 46006 Kredit Semester : 4 (empat) Program Studi : Pendidikan Bahasa Jerman Status : Wajib Tempuh Semester /tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, Sampel, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa Program Keahlian Kontrol Proses SMK Negeri 1 Kota Cimahi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan jenis penelitian verifikatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 E JURNAL UNESA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) BAHASA JERMAN KELAS X MIA 6 SMA NEGERI 1 MAOSPATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Irena Melinda Febriani Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara

BAB I PENDAHULUAN. menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman, siswa harus menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni: menyimak (hören), berbicara (sprechen),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan mempelajari suatu bahasa asing, karena penguasaan tata bahasa tersebut akan mendasari pembelajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Pengujian Instrumen Penelitian Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian yang digunakan agar menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan metode 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan metode kualitatif. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan

Lebih terperinci