BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. TPA sampah terletak di Kelurahan Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan
|
|
- Sugiarto Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian TPA sampah terletak di Kelurahan Tanjung Kramat Kec. Kota Selatan dengan luas 2 Ha dan dioperasikan dengan sistem open dumping. TPA berbentuk lereng dilengkapi dengan kantor, garasi dan pagar Kawat, namun ketiga fasilitas itu sekarang sudah tidak ada setelah terjadinya kebakaran di lokasi TPA akibat api dari pembakaran sampah yang tidak dapat terkontrol karena sudah terlalu besar. Jarak dari pusat kota ± 7 km, jarak dari laut ± 500 m, sedangkan jarak terdekat ke permukiman ± 1 km. TPA sampah Tanjung Kramat menampung sampah-sampah yang berasal dari berbagai tempat yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Kota Gorontalo. Baik itu berasal dari kelurahan, kantor-kantor, maupun tempat-tempat umum seperti terminal dan pasar, termasuk pasar sentral Gorontalo. Sampah yang berasal dari pasar sentral gorontalo berupa sisa sayuran, buah-buahan busuk, kulit buahbuahan, dan sisa makanan lainnya dimanfaatkan oleh masyarakat yang umumnya berasal dari Kelurahan Pohe, Tanjung Kramat, dan Bongo untuk makanan ternak sapi mereka. Oleh sebab itu, selain dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir, TPA Tanjung Kramat juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki ternak sapi sebagai tempat pemeliharaan sapi mereka. 1.2 Hasil Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah feces sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 sampel feces sapi, dimana 8 sampel untuk pemeriksaan timbal (Pb) dan 7 sampel untuk
2 pemeriksaan cadmium (Cd). Sampel dikumpulkan selama 5 hari berturut-turut dari tanggal 11 sampai dengan 15 Desember Sampel yang diperoleh tiap hari langsung diantar ke Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. Sampel kemudian dikeringkan selama empat hari dalam oven, setelah sampel kering, baru dapat dilakukan pengujian logam berat. Adapun hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Logam Berat pada Feces Sapi yang Dipelihara di TPA Tanjung Kramat Tahun 2013 Logam Berat Nama Sampel Hasil Pengujian (ppm) Keterangan Timbal (Pb) Sampel 1 3,4687 Tidak ada Sampel 2 1,1939 standar Sampel 3 3,3164 mengenai kadar Sampel 4 12,5309 logam berat pada Sampel 5 3,9716 feces sapi, Sampel 6 13,3939 namun Sampel 7 2,9680 keberadaan logam berat pada Sampel 8 3,6775 feces sapi dapat Rata-rata 5,5651 mengindikasikan Cadmium (Cd) Sampel 9 0,1956 bahwa di dalam Sampel 10 0,0708 tubuh sapi juga Sampel 11 0,0733 telah tercemar Sampel 12 0,3066 logam berat. Sampel 13 0,0169 Sampel 14 0,1961 Sampel 15 0,1875 Rata-rata 0,1495 Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa seluruh sampel feses sapi yang diperiksa mengandung logam berat timbal (sampel 1-8) dan cadmium (sampel 9-15) dengan kadar yang bervariasi. Kadar timbal yang paling tinggi terdapat pada sampel 6 yaitu sebanyak 13,3939 ppm. Sedangkan kadar cadmium paling tinggi terdapat pada sampel 12 yaitu sebanyak 0,3066 ppm. Sementara itu untuk kadar
3 timbal terendah terdapat pada sampel 2 dengan jumlah 1,1939 ppm dan kadar cadmium terendah terdapat pada sampel 13 yaitu sebanyak 0,0169 ppm. Untuk rata-rata kadar Timbal pada feces sapi adalah sebesar 5,5651 ppm, sedangkan ratarata kadar Kadmium pada feces sapi adalah sebesar 0,1495 ppm. 1.3 Pembahasan Semua sampel yang diperiksa adalah sampel feces dari sapi yang berbeda. Jadi, sampel feces yang digunakan untuk pemeriksaan timbal (Pb) dan kadmium (Cd) adalah sampel yang berbeda pula. Meskipun demikian, karena maksud dari penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis sekaligus ingin membuktikan bahwa sapi-sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat telah tercemar dengan logam berat khususnya timbal dan kadmium yang berasal dari sampah, sehingga tidak berpengaruh apakah dalam satu sampel feces sapi mengandung timbal dan kadmium atau hanya salah satunya, yang penting untuk diketahui disini adalah sapi-sapi tersebut dalam tubuhnya berpotensi tercemar dengan logam berat timbal dan kadmium dan itu dibuktikan melalui kandungan logam berat dalam feces sapi. Berdasarkan data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa ada sampel feces yang kadar timbalnya tinggi yaitu sampel 4 (12,5309) dan sampel 6 (13,3939). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar logam berat dalam feces sapi, diantaranya adalah faktor kadar logam berat pada makanan yang ikut terkonsumsi, kecukupan mineral esensial dalam tubuh sapi sehingga logam berat dalam usus tidak banyak yang terserap ke dalam tubuh, serta frekuensi sapi tersebut makan dalam seharinya. Menurut Suwandi (2004: 1) Apabila ternak kekurangan mineral dalam ransumnya, maka ternak terdorong untuk memakan
4 apa saja yang dirasa mengandung mineral antara lain tanah, batu bata, senar, rambut, papan/kayu dan bekas kantong plastik. Namun, terlepas dari tinggi atau rendahnya kadar logam berat yang terkandung dalam feces sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat tetap berpotensi berbahaya karena tiap hari sapi-sapi tersebut mencari makanan di atas tumpukan sampah yang mengandung logam berat sehingga besar kemungkinan bahwa tiap hari juga terdapat pemasukan logam berat di dalam tubuh sapi melalui pakan. Hal itu berpotensi berbahaya karena sifat logam berat yang dapat terakumulasi di dalam tubuh. Menurut Mulyono (2005: 48) bahwa pakan merupakan unsur yang sangat menentukan pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ternak. Menurut Kurniati (2013: 1) peternak sapi harus memberikan pakan ternak berkualitas, serta memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan ternak sesuai syarat dan berkualitas adalah pakan ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak tersebut dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat (seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung ikan, tepung daging, dll). Mulyono (2005: 50) juga menjelaskan bahwa pakan yang bagus dikonsumsi ternak adalah pakan hijauan dalam bentuk rumput hijau, legum (kacang-kacangan), daun singkong, dll. Sumber makanan dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat adalah sampah organik berupa sisa-sisa sayur dan buah-buahan yang berasal dari Pasar Sentral Gorontalo, namun karena sampah organik tersebut sudah bercampur dengan sampah lain yang mengandung logam berat seperti plastik, kertas, kain, dan karton/dus sehingga berbahaya jika terkonsumsi. Selain itu, sampah plastik,
5 kertas, potongan dus juga sering ikut terkonsumsi oleh sapi-sapi tersebut. Hal tersebut juga dikatakan oleh responden yang juga pernah memelihara sapi di TPA Tanjung Kramat bahwa pada saat mereka memotong sapi yang hampir mati karena sakit, mereka menemukan di dalam perut sapi terdapat tas kresek dan kain. Logam berat timbal (Pb) merupakan salah satu komponen bahan untuk pembuatan plastik, tinta pada kertas koran, dan zat pewarna pada kain (tekstil). hampir sama dengan timbal, kadmium juga sering digunakan sebagai pigmen pewarna pada kain, plastik dan juga kertas. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan Widowati (2008: 64) bahwa Kadmium banyak digunakan sebagai pigmen warna cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katode untuk Ni-Cd (Nikel- Cadmium) pada baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas dan gigi, dan lainlain. Menurut Riyadi (2013: 1) bahwa racun dari plastik akan terlepas pada saat terurai atau terbakar. Berdasarkan data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel feces dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat dimana yang menjadi sumber makanan sehari-harinya adalah sampah semuanya positif mengandung logam berat dengan kadar yang bervariasi. Logam berat yang terdapat dalam feces sapi tersebut dapat menjadi indikator bahwa di dalam tubuh sapi juga sudah terkontaminasi dengan logam berat. Hal itu sesuai dengan penelitian Sudiyono (2011) yang melakukan pemeriksaan kadar logam berat timbal pada feces, daging, ginjal, hati, usus dari sapi yang sama. Hasil dari pemeriksaan logam berat timbal pada feces sapi yang diperiksa sebanyak 7 kali dan diambil tiap 2 minggu sekali
6 menunjukkan bahwa pemeriksaan pertama (2,76 ppm), pemeriksaan kedua (4,14), pemeriksaan ketiga (1,56), pemeriksaan keempat (1,44), pemeriksaan kelima (1,95), pemeriksaan keenam (1,42), dan pemeriksaan ketujuh (1,27), serta hasil pemeriksaan logam berat pada daging sapi tersebut adalah 3,6 ppm, pada ginjal 2,7 ppm, pada hati 3,2 ppm, serta logam berat pada usus sebesar 2,97 ppm. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan logam berat pada feces sapi dapat dijadikan indikator bahwa di dalam tubuh sapi juga sudah tercemar dengan logam berat. Menurut Darmono (1995) dalam Irasanti, dkk (2012: 2) bahwa logam berat yang masuk melalui saluran pencernaan bersumber dari makanan dan minuman yang tercemar logam berat. Menurut Wardhayani (2006: 23) Logam berat yang masuk melalui saluran pencernaan kemudian akan diabsorbsi melalui usus, logam berat yang telah diabsorbsi akan masuk ke dalam darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Timbal (Pb) dalam jaringan dan cairan tubuh identik dengan jumlah Timbal (Pb) yang dikeluarkan (Darmono, 2001 dalam Wardhayani, 2006: 23), sementara Kadmium (Cd) yang masuk melalui saluran pencernaan diabsorbsi sekitar 3-8 % dari total Kadmium (Cd) yang termakan (Darmono, 1999: 3). Menurut Wardhayani (2006: 3) Toksisitas logam pada hewan biasanya berpengaruh terhadap produksi, juga menimbulkan residu logam dalam tubuh ternak. Sapi yang makan sampah dan tercemar logam berat, akan mengakumulasi logam berat tersebut. Jika sapi tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia, maka manusia yang mengkonsumsi bahan pangan tersebut
7 kemungkinan juga akan mengakumulasi logam berat dalam tubuh, akhirnya akan mengalami gangguan kesehatan. Menurut Bahri (2008) dalam Irasanti (2012) bahwa pencemaran logam berat pada pangan hewani dapat terjadi pada proses praproduksi (pemeliharaan hewan ternak), produksi, dan pasca produksi. Tingginya kadar logam berat yang terkandung dalam tubuh sapi sangat dipengaruhi oleh seringnya sapi tersebut kontak dengan logam berat. Kontak antara ternak dengan logam berat dapat terjadi selain melalui makanan dan minuman yang tercemar juga dapat berasal dari udara yang juga sudah tercemar logam berat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmono (1999: 3) bahwa absorbsi logam berat cadmium (Cd) melalui paru-paru jauh lebih besar daripada absorbsi melalui saluran pencernaan yaitu sekitar %. Hal itu membuktikan bahwa lingkungan pemeliharaan ternak sangat berperan penting terhadap kesehatan ternak yang juga akan berdampak pada kualitas pangan yang dihasilkan. Pemeliharaan ternak di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah sangat tidak disarankan, hal itu karena kondisi lingkungan di TPA yang tercemar oleh berbagai sampah yang menjadi tempat hidup mikroorganisme penyebab penyakit, asap dari pembakaran sampah, dan gas yang dikeluarkan oleh sampah. Sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat sudah selama 9 bulan, namun bukan baru tahun 2013 masyarakat memelihara sapi di TPA Tanjung Kramat. Menurut responden yang juga merupakan petugas pembakar sampah di TPA Tanjung Kramat bahwa sejak pertama responden tersebut bekerja di TPA yaitu pada tahun 2003 sudah ada masyarakat yang memelihara sapi di TPA
8 Tanjung Kramat. Selain itu, responden juga mengatakan bahwa pada tahun 2012 banyak sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat yang ditemukan mati, jumlah sapi yang mati diperkirakan hampir 100 ekor. Menurut responden bahwa sebelum mati sapi-sapi tersebut menunjukkan gejala persendian kaki bengkak sehingga sapi tidak dapat berdiri, gigi sapi keropos, sapi juga tidak nafsu makan, leher terputar, dan mengeluarkan darah dari anus. Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah satu peternak sapi yang kebetulan peneliti temui di TPA Tanjung Kramat, responden tersebut menambahkan bahwa para peternak yang sapinya tidak mati dengan terpaksa menjual murah sapi mereka karena kondisi tubuh sapi yang kurus. Menurut keterangan responden bahwa sapi-sapi tersebut mati karena kekurangan makanan akibat sudah selama 1 tahun tidak ada truk sampah yang mengantar sampah di TPA Tanjung Kramat sehingga sapi-sapi hanya mengais sampah-sampah organik yang tersisa. Berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh sapi-sapi tersebut sebelum mati sama seperti yang dikemukakan oleh Widowati (2008: 83) bahwa toksisitas Cd bisa mengakibatkan kerapuhan tulang, gejala rasa sakit pada tulang akan mengakibatkan kesulitan berjalan. Di jepang pernah terjadi peristiwa keracunan Cd yang mengakibatkan terjadinya kerapuhan tulang pada penderita yang disebut itai-itai. Menurut para ahli, efek yang ditimbulkan oleh Cd terhadap tulang mungkin disebabkan oleh kekurangan kalsium (Ca) dalam makanan yang tercemar Cd sehingga fungsi Ca dalam pembentukan tulang digantikan oleh logam Cd. Sementara itu menurut Darmono (2001: 112) bahwa gejala khas keracunan Pb pada ternak ruminansia adalah konstipasi, diare, anemia, dan edema.
9 Sapi-sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat mencari makan dan tinggal di TPA setiap harinya. Sumber makanan sapi-sapi tersebut adalah sampah organik berupa sisa sayuran, buah, dan lain-lain yang berasal dari Pasar Sentral Gorontalo. Sampah organik tersebut juga tercampur dengan sampah anorganik berbahaya karena diduga mengandung logam berat. Hal itu kemudian terbukti melalui data primer berupa pemeriksaan kadar logam berat pada sampel feces dari sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat, dimana semua sampel mengandung logam berat timbal (sampel 1-8) dan kadmium (sampel 9-15). Menurut keterangan dari salah satu pemilik sapi yang dipelihara di TPA Tanjung Kramat bahwa penjualan sapi paling banyak pada saat mendekati Hari Raya Idul Adha, menurut responden jumlah sapi yang terjual saat mendekati Hari Raya Idul Adha tahun 2013 berjumlah sekitar 11 ekor. Sapi yang di dalam tubuhnya telah tercemar dengan logam berat, berbahaya jika dikonsumsi manusia, hal itu karena sifat logam berat yang akumulatif di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Paparan kadmium (Cd) secara akut bisa menyebabkan nekrosis pada ginjal dan paparan yang lebih lama berlanjut dengan terjadinya proteinuria. Gejala lain toksisitas akut dari kadmium (Cd) adalah iritasi alat respiratori, alat pencernaan, pneumonitis, sakit dada yang kadang-kadang menyebabkan hemorrhagic pulmonary edema, osteomalasia, batu ginjal dan hiperkalsinuria karena gangguan metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P) (Widowati, dkk, 2008: 73). Toksisitas kronis kadmium (Cd) bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem urinaria (ren), sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi
10 (darah) dan jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan tulang (Widowati, dkk, 2008: 73). Menurut Darmono (2010: 139) keracunan kronis kadmium (Cd) terjadi bila inhalasi kadmium dosis kecil dalam waktu lama dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas (toksik ginjal), yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerolus ginjal. Kasus keracunan kadmium kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Menurut Widowati, dkk (2008: ) Timbal bersifat akumulatif. Mekanisme toksisitas timbal (Pb) berdasarkan logam yang dipengaruhinya adalah: (1) Sistem haemopoietik; dimana timbal (Pb) menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia. (2) Sistem saraf; dimana timbal (Pb) bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium. (3) Sistem urinaria; dimana timbal (Pb) bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of Henle, serta menyebabkan aminosiduria. (4) Sistem gastrointestinal; dimana timbal (Pb) menyebabkan kolik dan konstipasi. (5) Sistem kardiovaskuler; dimana timbal (Pb) bisa menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah. (6) Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap timbal (Pb). Ibu hamil yang terkontaminasi timbal (Pb) bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria. (7) Sistem endokrin; dimana Pb
11 mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal. (8) Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. 1.4 Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti menemui beberapa kendala yang juga mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: 1. Dalam pemeriksaan feces sapi dipisah pemeriksaannya antara Timbal dan Kadmium serta tidak dilakukan secara Cross Check dimana dalam satu sampel hanya diperiksa salah satu logam berat bukan keduanya (Timbal dan Kadmium). 2. Sulit mengetahui secara jelas umur sapi, peneliti hanya menggunakan penilaian pada unsur-unsur fisik. 3. Peneliti kesulitan dalam pengambilan feces sapi karena tidak diketahui kapan sapi tersebut akan buang kotoran.
ANALISIS KADAR LOGAM BERAT (Timbal dan Kadmium) PADA FECES SAPI YANG DIPELIHARA DI TPA TANJUNG KRAMAT
ANALISIS KADAR LOGAM BERAT (Timbal dan Kadmium) PADA FECES SAPI YANG DIPELIHARA DI TPA TANJUNG KRAMAT Ririn Mini Purwasi, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sangat penting untuk kehidupan, karena telah sama diketahui bahwa tidak satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air
Lebih terperinciTEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)
TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan
Lebih terperinciDampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia
Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak, yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya peningkatan secara kuantitatif maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat membawa dampak bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif dari industriindustri salah satunya yaitu terbukanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Selain untuk dikonsumsi air juga digunakan hampir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia. Selain untuk dikonsumsi air juga digunakan hampir disemua aktivitas manusia dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU No. 45 tahun 2009). Kandungan lemak tidak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu jenis ikan olahan yang dikemas dalam kaleng. Ikan tuna memiliki kualitas daging yang sangat baik, lembut, dan lezat, serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperincitanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus serta memiliki kandungan gizi yang berfungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciPENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, pencemaran logam berat pada ekosistem perairan telah menjadi permasalahan kesehatan lingkungan hampir semua negara di dunia (Almeide
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Salah satu
Lebih terperinciMATERI. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit
Lebih terperinciZat Kimia Berbahaya Pada Makanan
Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,
Lebih terperinciPakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan
Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber
Lebih terperinciVitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin
Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN DENGAN KERTAS KORAN DALAM AIR PANAS TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) PADA IKAN ASIN
PENGARUH PERENDAMAN DENGAN KERTAS KORAN DALAM AIR PANAS TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) PADA IKAN ASIN Diah Navianti*, Witi Karwiti*, Anton Syailendra*, Rara Tarika** *Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)
EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang
Lebih terperinciMAKALAH GIZI ZAT BESI
MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN
Lebih terperinciKandungan Timbal Pada Air dan Padi di Daerah Industri Leuwigajah Cimahi
Kandungan Timbal Pada Air dan Padi di Daerah Industri Leuwigajah Cimahi Perdina Nursidika 1, Ganthina Sugihartina 2, Eko Nugroho Susanto 3, Widi Agustina 4 1 Prodi Analis Kesehatan, Stikes Jenderal Achmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik
Lebih terperinciANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012
ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012 Pendahuluan Merry Irasanti¹, Devi Nuraini Santi², Surya Dharma³ 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciMasa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan data DKP (2005), ekspor rajungan beku sebesar
Lebih terperinciMAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I
MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang
Lebih terperinciMETODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciKEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I
TUGAS INDIVIDU RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING NAMA : SUPRIANTO NIM : I111 13 303 KELAS : A GANJIL FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 7 1.3. Kerangka Pemikiran..... 7 1.4. Perumusan Masalah.....
Lebih terperinciSampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air di suatu tempat dapat berpengaruh terhadap tempat lain yang lokasinya jauh dari sumber pencemaran. Hal ini karena gaya grafitasi, air yang dapat mengalir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena
Lebih terperinciHEPATIC RENAL AND URINARY TRACT DISORDERS. By :dr.hj.fauziah Elytha M.Sc
HEPATIC RENAL AND URINARY TRACT DISORDERS By :dr.hj.fauziah Elytha M.Sc Penyebab Penyakit Hati akibat kerja infeksi : virus dan bakteri Noninfeksi : kontak dengan hepatotoksik Penyakit ahati akibat kerja
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb
25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb Rata-rata kadar Besi (Fe) darah puyuh hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan dapat
Lebih terperinciPengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si
Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan
Lebih terperinci1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, Sepanjang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi jawa barat. Ibu kota Indramayu adalah Indramayu yang merupakan pusat pemerintahannya, Indramayu dari segi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah.
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA
II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.
Lebih terperinciPenelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Benar adanya bahwa air telah ada di planet ini jauh sebelum kehidupan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,
Lebih terperinciKesehatan adalah Suatu Kondisi Sejahtera Jasmani Rohani Serta Sosial Ekonomi
Kesehatan adalah Suatu Kondisi Sejahtera Jasmani Rohani Serta Sosial Ekonomi 6 FAKTOR PENGARUH KESEHATAN MANUSIA 1 Udara 2 Air 3 Makanan & Minum an 4 Keseimbangan Emosi 5 Olahraga Yang Teratu r 6 Istirahat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat dibutuhkan makhluk hidup sebagai logam esensial dalam proses metabolisme dan juga sebagai co-faktor
Lebih terperinciGIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7
GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
Lebih terperinciANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN
ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN Metha Anung Anindhita 1), Siska Rusmalina 2), Hayati Soeprapto 3) 1), 2) Prodi D III Farmasi Fakultas
Lebih terperinciEko Winarti, SST.,M.Kes
(SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini batik sudah menjadi sebuah gaya busana yang memiliki banyak peminat, di kalangan menengah ke atas maupun kalangan ekonomi lemah, baik tua maupun muda. Terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pembangunan di Indonesia selain membawa dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Pembangunan
Lebih terperinci