Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo

Transkripsi

1 Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo Nur Khasanah *), Yuliaji Siswanto **), Sigit Ambar Widyawati **) *) Mahasiswi PSKM STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen PSKM STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK KEK merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan protein yang berlangsung lama atau menahun. Penyebab utama KEK dikarenakan kurang asupan protein sedangkan pengetahuan merupakan penyebab tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang gizi dan konsumsi protein dengan kejadian KEK pada mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi sejumlah 90 responden diambil dengan quota sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk pengetahuan, Lembar formulir Semi- kuantitatif FFQ untuk tingkat konsumsi protein, dan pita LILA untuk pengukuran kejadian KEK. Analisis data menggunakan uji chi square (α= 0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa, sebagian dari responden mempunyai pengetahuan tentang gizi dalam kategori baik (62,2%) dan tingkat konsumsi protein hampir seluruhnya termasuk ke dalam kategori baik (82,2%), sedangkan kejadian KEK pada sebagian besar tidak mengalami KEK (67,8%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan kejadian KEK (p = 0,00001< 0,05). Tingkat konsumsi protein dengan kejadian KEK diketahui tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan kejadian KEK (p = 0,975> 0,05). Mahasiswi diharapkan meningkatkan variasi dan jumlah makanan yang bergizi, serta mengonsumsi makanan yang cukup mengandung protein. Kata Kunci : Pengetahuan tentang gizi, Konsumsi protein, Kejadian KEK ABSTRACT Chronic energy deficiency is a condition where a person experiences a prolonged or cronic shortage of protein. Chronic energy deficiency cause is not certain, but the main cause is due to lack of protein intake while knowledge is an indirect cause. This study aims to analyze the correlation between knowledge about nutrition and protein consumption with the prevalence of chronic energy deficiency on female student STIKES Ngudi Waluyo. The design of this study used cross sectional analytic approach. The sample in this study was student total of 90 respondents were with quota sampling. Using data collection techniques for knowledge questionnaire, Sheet Semi-quantitative FFQ form to the level of protein intake, and tape to measure the prevalence of chronic energy deficiency. Data analysis weas performed by using Chi square test (α = 0.05). 1

2 The results show that most of the respondents had knowledge about nutrition in good categories (62.2%) and the rate of protein consumption is almost entirely included in good categories (82.2%), while the incidence of chronic energy malnutrition on most do not experience chronic lack of energy (67.8%). Statistical test results show that there was a significant correlation between knowledge of nutrition to the prevalence of chronic energy deficiency with (p= 0,00001< 0,05). The level of protein intake with the prevalence of chronic energy deficiency in mind there is no significant correlation between protein consumption with the prevalence of chronic energy deficiency (p = 0,00001< 0,05). Student is expected to increase the variety and amount of food that is nutritious, and eat foods that contain enough protein. Keywords : Knowledge of nutrition, consumption of protein, Chronic energy deficiency prevalence PENDAHULUAN Data World Health Organization (WHO), 1 populasi remaja di dunia mencapai juta jiwa atau sekitar 19% dari total populasi dunia. Presentase populasi remaja di Indonesia bahkan lebih tinggi yaitu mencapai 21% dari total populasi penduduk atau sekitar 44 juta jiwa. Adapun masalah gizi yang ditemukan pada masa remaja adalah kurang gizi (Underweight) dan obesitas (Overweight), salah satu masalah kurang gizi adalah kurang energi kronis (KEK). 2 KEK adalah keadaan dimana remaja putri mengalami kurang gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. 3 Prevalensi KEK di negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan ke empat terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi 15-25%. 4 Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa prevalensi risiko KEK Secara nasional sebanyak 20,8%. Prevalensi terendah di Bali (14%) dan prevalensi tertinggi di Nusa Tenggara Timur (46,5%), enam belas Provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur Sedangkan prevalensi risiko KEK yang berada dibawah angka nasional yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan Kepulauwan Riau, dari keempat Provinsi tersebut yang paling mendekati risiko KEK diatas angka nasional adalah Provinsi Jawa Tengah. Masalah gizi yang salah satunya adalah KEK pada remaja akan berdampak negatif yaitu risiko melahirkan bayi dengan BBLR. 2 Penyebab kurang energi kronis (KEK) adalah ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. 1 2

3 Masalah gizi pada remaja khususnya KEK belum mendapat perhatian dan belum banyak diteliti. Sebagaimana diketahui bahwa STIKES Ngudi Waluyo merupakan salah satu kampus kesehatan yang mahasiswi umumnya sudah mengetahui dampak dan bahaya KEK dan sudah mempunyai pengetahuan tentang gizi yang baik pula, akan tetapi pada kenyataanya prevalensi KEK yang terjadi pada mahasiswi masih tinggi, dimana prevalensi KEK tersebut masih diatas SPM Jateng. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang gizi dan konsumsi Protein dengan kejadian KEK pada mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di STIKES Ngudi Wauyo, pada tahun Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sedangkan analisis data menggunakan uji Chi-Square, memalui program SPSS 16,0 for windows pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo Tahun ajaran 2013/2014 yaitu sebanyak 863 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling, dan didapatkan sebanyak 90 orang yang digunakan sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner untuk pengetahuan tentang gizi, formulir semikuantitatif FFQ untuk konsumsi protein, dan pita LILA dengan merek Bhakti Husada untuk mengukur kejadian KEK. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Gizi, Konsumsi Protein, dan Kejadian KEK. Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran tentang pengetahuan tentang gizi, Konsumsiprotein dan kejadian KEK pada mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Gizi, Konsumsi Protein, dan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. Variabel Frekuensi n=90 Presentase (%) Pengetahuan tentang gizi Kurang Baik 34 37,8 Baik 56 67,2 Konsumsi protein Kurang 12 13,3 Cukup 4 4,4 Baik 74 82,2 Kejadian KEK KEK 29 32,2 Tidak KEK 61 67,8 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa distribusi tingkat pengetahuan tentang gizi sebagian dari responden termasuk ke dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 responden (62,2%), untuk distribusi tingkat konsumsi protein hampir seluruh dari responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 74 rsponden (82%). Kemudian untuk distribusi frekuensi didapatkan sebagian besar dari responden tidak mengalami KEK sebanyak 61 (67,8%). Dari data diatas menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswi banyak yang mempunyai status gizi yang baik dan konsumsi protein, meskipun masih terdapat mahasiswi yang mengalami kejadian KEK. 3

4 B. Analisis Bivariat Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo Tabel 2. Hubungan Pengetahuan Tentag Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Variabel Kejadian KEK p-value PR KEK Tidak KEK f % F % Pengetahuan Tentang Gizi Kurang 19 55, ,1 0, ,12 Baik 10 17, ,1 Konsumsi Protein Kurang 6 50,0 6 50,0 0,975 Cukup 0 0, ,0 Baik 23 31, ,9 Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Dengan Kejadian KEK Berdasarkan tabel 2. didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang mengalami kejadian KEK dengan pengetahuan tentang gizi yang kurang baik sebanyak (55,9%) 19 responden, hasil tersebut lebih besar dibandingkan dengan kejadian KEK pada responden yang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang baik sebanyak (17,9%) 10 responden. Hasil analisis data dengan menggunakan Uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%, didapat nilai dengan p-value= 0,00001 < α (0,05) maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi dengan kejadian KEK pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. Hal ini dikarenakan secara umum banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang setiap individu mempunyai pengetahuan yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang mempengarui pengetahuan setiap individu adalah sumber informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, dan pengalaman. 4 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. 6 Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pengetahuan tentang gizi, kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan juga dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi makan. Semakin luas pengetahuan responden mengenai gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi responden pengetahuan tentang gizi yang kurang dimungkinkan karena kurangnya informasi dan pengalaman seseorang tersebut, karena dilihat dari latar belakang responden yang merupakan mahasiswi kesehatan yang seharusnya sudah mengetahui tentang gizi namun masih terdapat (55,9%) yang berpengetahuan kurang baik dan mengalami KEK. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai PR= 3,12, artinya bahwa mahasiswi yang memiliki pengetahuan tentang

5 gizi yang kurang baik berpeluang 3,12 kali mengalami KEK dibandingkan mahasiswi yang memiliki pengetahuan tentang gizi yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil trisemester III di Puskesmas Colombo, Karanganyar. 7 Hasil penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian Ida rahayu bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi selama hamil pada ibu hamil terhadap kejadian KEK dengan nilai p value = 0,000 (p<0,05). 8 Hubungan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian KEK lebih besar pada responden konsumsi protein kurang (50%) dibandingkan responden dengan konsumsi protein baik (31,1%). Hasil analisis data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat kepercayaan 95%, didapat nilai dengan p-value= 0,975> α (0,05) maka Ho diterima, dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi protein dengan kejadian KEK pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo. Secara umum banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi protein yang setiap individu mempunyai tingkat konsumsi yang berbeda. Adapun faktor yang mempengaruhi konsumsi protein setiap individu tergantung kebutuhan zat gizi yang ada pada tubuh individu tersebut, dimana ada yang tinggi, dan ada yang rendah, sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan. Tingkat konsumsi protein yang baik menunjukkan bahwa asupan atau konsumsi bahan makanan sudah sesuai dengan kebutuhan harian, sedangkan untuk tingkat konsumsi protein yang masih kurang menunjukkan bahwa konsumsi makanan tidak sesuai dengan kebutuhan harian. Pada penelitian ini pengukuran konsumsi protein hanya dilihat dalam waktu satu bulan, pengukuran ini dimungkinan tidak cukup untuk mewakili kurangnya konsumsi protein yang dapat menyebabkan kejadian KEK. Sementara kekurangan energi kronis merupakan masalah gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Sedangkan secara umum asupan gizi diperlukan untuk memahami besarnya pengaruh asupan protein sebagai prediktor terkuat terhadap kejadian KEK. Ketiga unsur gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi penyuplai energi bagi tubuh dengan prioritas pada karbohidrat, lemak dan yang terakhir pada protein. 9 Selain itu keadaan gizi seseorang juga terbentuk dari apa yang dikonsumsi dalam waktu lama, sehingga asupan protein yang di recall menggunakan FFQ tidak bisa menggambarkan kebiasaan makan responden yang telah membentuk status gizinya sekarang. Selain itu pengeluaran energi juga dapat dipengaruhi aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, Hal ini sesuai dengan teori Syafiq Ahmad dkk yang menyatakan bahwa keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam waktu lama. 1 5

6 KESIMPULAN 1. Pengetahuan tentang gizi sebagian dari responden termasuk ke dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 responden (62,2%). 2. Konsumsi protein hampir seluruh dari responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 74 responden (82,2%). 3. Kejadian KEK pada mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo, sebagian kecil dari responden mengalami KEK sebanyak 29 (32,2%). 4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi dengan kejadian KEK pada Mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo (p-value= 0,00001< 0,05). 5. Tidak ada hubungan antara konsumsi protein dengan kejadian KEK pada mahasiswi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran (p-value = 0,975> 0,05) SARAN 1. Bagi mahasiswi diharapkan meningkatkan variasi dan jumlah makanan yang bergizi, serta mengonsumsi makanan yang cukup mengandung kalori dan protein. 2. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dapat menambahkan faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi dan menambah jumlah variabel penelitian. Serta penggunaan desain penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA 1. Syafiq, Ahmad, Asih Setiarini dkk Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo. 2. Waryana Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka rihama 3. Supariasa, I Dewa Nyoman dkk Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC 4. Mulyaningrum, Sri Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil. Skripsi. Jakarta: Sam Ratulangi. 5. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 6. Notoadmodjo Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta 7. Retnaningsih RB. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Dengan Status Gizi Ibu Hamil Trisemester III Di Puskesmas Colomadu II Karanganyar. Karya tulis ilmiah. Surakarta : Ida Rahayu Hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi selama hamil pada ibu hamil terhadap kejadian KEK. Karya Tulis Ilmiah Mark J Manary dan Noel W solomon, Aspek gizi masyarakat gizi kurang. Gizi dan kesehatan masyarakat. (Editor Terjemahan; A, Hartono dkk). Jakarta : EGC 6