BAB III GEOLOGI UMUM 3.1 TINJAUAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GEOLOGI UMUM 3.1 TINJAUAN UMUM"

Transkripsi

1 BAB III GEOLOGI UMUM 3.1 TINJAUAN UMUM Cekungan Asri merupakan bagian dari daerah operasi China National Offshore Oil Company (CNOOC) blok South East Sumatera (SES). Blok Sumatera Tenggara terletak pada LS dan BT BT. Blok ini merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Laut (North West Java Basin) dengan tiga cekungan utama yaitu Cekungan Sunda, Cekungan Arjuna, dan Cekungan Asri sendiri. Cekungan Asri dibatasi oleh Paparan Sunda di bagian utara, di sebelah timur dibatasi oleh Cekungan Biliton dan Busur Karimun Jawa, di sebelah selatan dibatasi oleh Cekungan Jawa Barat dan Platform Seribu, dan di bagian barat dibatasi oleh tinggian Lampung. Cekungan ini memiliki luas sekitar 3500 kilometer persegi dengan ketebalan sedimen maksimum mencapai 4876,8 meter yang terbentuk dari Paleosen sampai Pleistosen. (Sukanto dkk., 1998) Lapangan minyak pada Cekungan Asri didominasi oleh perangkap struktural dan beberapa merupakan perangkap kombinasi antara stratigrafi dan struktural. Terdapat beberapa lapangan minyak di Cekungan Asri bagian barat yang menjadi daerah penelitian (Gambar 3.1). Dua di antaranya merupakan lapangan minyak utama yang penghasil hidrokarbon yaitu Lapangan Intan dan Lapangan Widuri. 18

2 U U Gambar 3.1 Bagian barat Cekungan Asri sebagai daerah penelitian. 19

3 3.2 GEOLOGI REGIONAL Tektonik Cekungan Asri merupakan cekungan busur belakang yang terbentuk akibat evolusi tektonik yang dimulai dari Zaman Kapur, saat Lempeng Samudera Hindia menunjam di bawah Lempeng Eurasia dengan arah tenggara-barat laut. Ini kemudian menghasilkan sesar berarah barat-timur pada batuan dasar dan sub-cekungan. Setelah kejadian tersebut, terbentuk sebuah cekungan busur belakang sebagai bagian dari sistem half-graben rift (Young dan Atkinskon, 1993 dalam Sukanto dkk., 1998). Sistem ini diakibatkan oleh gaya ekstensional intrakratonik (Aldrich dkk., 1995 dalam Sukanto dkk., 1998). Akibat pemekaran ini, sistem graben graben yang simetris kemudian berkembang menjadi setengah graben (half-graben) dan berakhir setelah berhentinya proses rifting. Terdapat tiga periode tektonik utama yang mempengaruhi tipe struktur dan sistem pengendapan pada Cekungan Asri (Sukanto dkk., 1998): 1. Rift Initiation (awal pembentukan rift) Periode ini terjadi pada masa pra-banuwati (pra-oligosen) hingga pada masa pengendapan Serpih Banuwati (Oligosen Awal). Pada periode ini terjadi pemekaran benua (continental extention) yang menyebabkan seri blok-blok sesar yang mempunyai arah hampir paralel dengan sesar utama pembatas cekungan. Bentuk cekungan pada fasa ini relatif simetris. 2. Syn Rift (selama pembentukan rift) Periode ini terjadi pada Oligosen Awal hingga Oligosen Akhir. Pada periode synrift, ritifng berkembang akibat pengaruh barisan sesar pada sayap bagian timur dan barat dari cekungan. Terjadi penurunan cepat dan simetris hinggga terbentuk cekungan dalam yang memanjang. Rifting terus berlanjut dengan pengaruh sesar di sebelah timur yang lebih dominan daripada sesar di sebelah barat sehingga ekstensi terjadi secara cepat terjadi dengan sudut yang tinggi (high angle). Inilah yang kemudian mengubah bentuk cekungan dari graben simetris menjadi setengah graben. 20

4 3. Post Rift (setelah pembentukan rift) Pada periode ini proses rifting telah berhenti, dan terjadi penurunan cekungan. Pada saat tersebut pula terjadi transgresi marin yang bersifat regional Stratigrafi Stratigrafi Cekungan Asri adalah bagian dari Cekungan Jawa Barat Laut. Urutan stratigrafi Cekungan Asri dari umur tertua hingga termuda menurut Sukanto dkk., (1998) (Gambar 3.2) adalah sebagai berikut: 1. Batuan Dasar (Basement) Batuan dasar Cekungan Asri terdiri dari batuan Pra-Tersier (Kapur Awal) dengan batuan bervariasi dari granit/granodiorit (berkomposisi asam) dan batuan metamorf berderajat rendah seperti sekis, marmer, dan kuarsit. Batuan dasar di Cekungan Asri dapat dipetakan dengan seismik dengan kualitas baik. 2. Formasi Banuwati Anggota Hariet Sukanto dkk., (1998), menamai seluruh sekuen klastik kasar, batulempung yang teroksidasi, dan serpih Eosen/Oligosen yang berada di antara batuan dasar dan serpih lakustrin Banuwati sebagai Anggota Hariet Formasi Banuwati. Batuan konglomerat Anggota Hariet ini diendapkan secara tidak selaras dan diinterpretasikan sebagai endapan aluvial atau fluvial dari tinggian batuan dasar Pre-Tersier. Anggota Serpih Banuwati Setelah Anggota Hariet, terendapkan Anggota Serpih Banuwati secara tidak selaras yang terdiri dari serpih hitam di seluruh area Cekungan Asri dan Sunda. Serpih dari anggota ini berwarna hitam (menunjukkan kondisi pengendapan anoksik) dan diinterpretasikan sebagai fasies lakustrin transgresif dalam yang secara selaras mendangkal ke atas menjadi klastik darat fasies fluvial dan rawa (coal swamp). 21

5 3. Formasi Talang Akar Anggota Zelda Anggota Zelda bawah merupakan unit terigen dari Formasi Talang Akar secara selaras diendapkan di atas Anggota Serpih Banuwati. Anggota ini secara umum tersusun atas sedimen non-marin yaitu batupasir berlapis fluviatil, batulempung tebal, serpih, dengan beberapa lapisan tipis batubara secara lokal. Ini diinterpretasikan sebagai endapan lingkungan lakustrin dangkal dan fluvio-deltaik. Setelah Zelda bawah, diendapkan Zelda tengah ke atas berupa interval tebal batupasir fluvial multi-story berusia Oligosen Tengah Akhir. Di atasnya terdapat endapan yang secara bertahap berubah dari endapan lakustrin non-marin dan fluvial menjadi dataran pantai dengan batupasir estuari, serpih, dan batubara pada Zelda atas. Anggota Gita Anggota Gita tersusun atas batulempung, serpih, dan batubara transgresif dengan batupasir saluran estuari. Batupasir memiliki distribusi merata dari dasar stratigrafis Anggota Gita dan cenderung berubah ke fasies saluran (channel) dengan pola yang berangsur ke arah laut. 4. Unit Miosen Atas Pleistosen (Post TAF Formations) Setelah Formasi Talang Akar diendapkan Kelompok Formasi Pasca-Talang Akar yang terdiri dari: Formasi Baturaja Formasi Baturaja diendapkan selaras di atas Formasi Talang Akar berupa endapan batugamping neritik tengah laut yang terjadi akibat transgresi yang menenggelamkan dataran rendah delta (lower delta plain). Endapan neritik ini terdiri atas batupasir laut dangkal, batulempung, dan batugamping yang berkembang kurang baik. Formasi Gumai Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja, berupa serpih abu-abu yang terbentuk saat kenaikan maksimum muka air laut relatif. Formasi Air Benakat 22

6 Formasi Air Benakat terbentuk ketika kedalaman air pada Kala Miosen berkurang. Formasi ini tersusun atas serpih, batugamping, dan batupasir dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Formasi Cisubuh Formasi ini terdiri dari lempung marin dengan lapisan tipis batupasir dan batulanau yang terbentuk pada Miosen Akhir hingga Pliosen. Keterangan: Lapisan dengan minyak produktif Oil Show Gambar 3.2 Stratigrafi regional Cekungan Asri (Sukanto dkk., 1998). 23

7 3.2.3 Struktur Geologi Cekungan Asri dibatasi oleh sesar utama berarah utara-selatan dengan kemiringan arah barat. Sedangkan pada bagian selatan dibatasi oleh sistem sesar yang berarah barat-timur (Gambar 3.3). Pengisian cekungan dimulai oleh sedimen yang onlap ke arah monoklin pada bagian barat dan utara. Selain kedua sesar utama, pada bagian timur dan selatan, sesar-sesar dengan arah hampir paralel dengan sesar utama yang dipengaruhi oleh proses rifting yang terjadi. Sesar-sesar ini memotong Formasi Talang Akar yang diendapkan selama terjadinya rifting (Zhu dan Qi, 2005). U meter Gambar 3.3 Struktur kedalaman batuan dasar dan struktur-struktur utama di Cekungan Asri (Zhu dan Qi, 2005) 24

8 3.2.4 Sistem Petroleum Sistem petroleum merupakan elemen-elemen faktor keterdapatan hidrokarbon. Sistem ini terdiri dari batuan induk, reservoir, penutup, jalur migrasi, dan perangkap (trap). Mengacu pada Sukanto dkk. (1998), sistem petroleum Cekungan Asri secara umum (Gambar 3.4) adalah sebagai berikut: A. Batuan induk Batuan induk dari Cekungan Asri termasuk ke dalam Formasi Banuwati, Anggota Serpih Banuwati, yaitu serpih berwarna hitam dengan lingkungan lakustrin dalam. B. Reservoir Reservoir dari sistem petroleum di Cekungan Asri terdiri dari batupasir fluvialdeltaik Anggota Gita dan Anggota Zelda dari Formasi Talang Akar. Dari arsitekturnya, reservoir batupasir menunjukkan spektrum lingkungan pengendapan dari fluvial hingga estuari. C. Batuan penutup (Seal) Batuan penutup utama di Cekungan Asri adalah serpih laut dangkal pada Gita Atas. Sementara itu, serpih Baturaja dan Gumai menjadi penutup regional atas bagi seluruh cekungan. D. Jalur migrasi (migration pathway) Migrasi fluida pada Cekungan Asri sebagian besar dikontrol oleh geometri lapisan pembawa, yaitu batupasir Anggota Zelda. Secara lateral migrasi terjadi dari Formasi Banuwati menuju Anggota Zelda bagian tengah akibat jumlah struktur sesar yang tidak cukup banyak, juga karena rendahnya rasio batupasir/serpih. Migrasi vertikal memungkinkan hidrokarbon mencapai Anggota Gita melalui sesar-sesar normal. 25

9 E. Perangkap (trap) Perangkap utama pada lapangan-lapangan dalam Cekungan Asri merupakan struktur antiklin yang tersesarkan dan dikombinasikan dengan seal (batuan penutup) yang terkontrol oleh stratigrafi (Young dkk., 1999 dalam Sukanto dkk., 1998). Gambar 3.4 Sistem petroleum Cekungan Asri (Sukanto dkk., 1998). 3.3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Geologi daerah penelitian dari studi ini baik tinjaun stratigrafi maupun struktur dapat direpresentasikan oleh hubungan Sumur Hariet-2 yang menembus formasi-formasi dengan batuan sedimen yang difokuskan dalam studi batuan induk dan Sumur Widuri-1 sebagai sumur pada lapangan minyak di bagian barat dari Cekungan Asri (Gambar 3.5). 26

10 U Gambar 3.5 Peta lokasi Sumur Hariet-1 dan Sumur Hariet-2 yang dianggap representatif untuk pembahasan daerah penelitian Stratigrafi Studi stratigrafi daerah penelitian dilakukan dengan melakukan korelasi antarformasi berdasarkan data log sinar gamma dan resistivitas (Gambar 3.6). Korelasi berdasarkan data log sumur ini dilakukan untuk menjadi acuan penentuan kedalaman top masing-masing formasi dalam pembuatan penampang seismik (Lampiran I) dan peta isopach (Lampiran III). Selain berdasarkan data log sumur, penentuan stratigrafi daerah penelitian juga dilakukan berdasarkan deskripsi sampel serbuk bor (cutting) dan inti bor (core). Dari ketiga jenis data tersebut dapat disusun kolom stratigrafi dari Sumur Hariet-2 dan Widuri-1 (Lampiran IV) yang dapat merepresentasikan daerah penelitian. Sumur Hariet-2 memiliki kedalaman hingga kisaran kaki (Maxus SES Ltd, 1995) dan menembus Formasi Banuwati hingga Anggota Hariet. Sementara itu, pada lapangan-lapangan minyak bagian barat Cekungan Asri yang dapat direpresentasikan oleh sumur Widuri-1 yang memiliki kisaran kedalaman kaki. 27

11 Pada kisaran kedalaman an kaki di sumur Hariet-2, terdapat perselingan batupasir dan konglomerat dengan matriks batupasir (Maxus SES Ltd, 1996). Endapan klastik kasar ini merupakan bagian dari Formasi Banuwati Anggota Hariet, seperti yang telah disebutkan pada bab subbab stratigrafi regional. Pada rentang kedalaman an kaki, terendapkan serpih (berukuran lempung) berwarna gelap (hitam hitam kecokelatan), non karbonatan, dan kaya akan material organik (rentang nilai TOC 3,0 7,0) (Maxus SES Ltd, 1996). Terdapat pula kemunculan minyak (oil show). Ini dapat diinterpretasikan sebagai Anggota Serpih Banuwati dari Formasi Banuwati. Butiran yang halus mengindikasikan lingkungan pengendapan yang tenang, dan kayanya material organik dapat mengarahkan interpretasi lingkungan pengendapan lakustrin yang kaya akan alga. Dari karakteristik data log sinar gamma dan resistivitas, Anggota Serpih Banuwati ini dapat dikenali dengan nilai sinar gamma yang relatif rendah daripada serpih pada umumnya dan memiliki resistivitas tinggi. Dari korelasi log sinar gamma dan resistivitas yang dilakukan pada 13 sumur untuk menentukan top dan bottom tiap lapisan, hanya 3 sumur yang menembus formasi Banuwati. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat peta isopach Formasi Banuwati yang menunjukkan menipis ke arah barat dan tidak lagi ditemui pada sumur-sumur di sebelah barat. (Gambar 3.7) Pada rentang kedalaman kaki) masih ditemukan serpih (ukuran batulempung) dengan warna yang lebih terang (kecokelatan) dengan perselingan batupasir tipis yang semakin menebal hingga kedalaman 7000-an kaki. Kemunculan batupasir yang menyelingi serpih ini mengindikasikan terjadinya pendangkalan. Mengacu kepada stratigrafi regional, rentang kedalaman dengan litologi ini sesuai dengan Anggota Zelda Bawah dari Formasi Talang Akar yang diendapkan pada lingkungan lakustrin dangkal hingga fluviodeltaik (Sukanto dkk., 1998). Karakteristik log sinar gamma menunjukkan nilai yang tinggi dan resistivitas yang 28

12 rendah khas serpih yang miskin material organik. Kemunculan pasir yang menebal juga dapat diidentifikasi melalui karakteristik log yang mulai membalok. Keterangan: Formasi Batu Raja Formasi Talang Akar Formasi Banuwati (Anggota Serpih Banuwati) Formasi Banuwati (Anggota Hariet) Batuan Dasar Gambar 3.6 Korelasi berdasarkan log sinar gamma dan resistivitas dari Sumur Hariet-2 dan Widuri-1 Pada kedalaman 6500-an kaki dari log sinar gamma dapat dikenali pola blocky yang menandakan lapisan pasir. Lapisan pasir yang semakin tebal dan mengkasar ke atas ini dapat diinterpretasikan sebagai Anggota Zelda Tengah yang diendapkan pada lingkungan fluvial. Pada kedalaman 4500-an, batupasir semakin tebal dan mendominasi serpih. Karakteristik log membalok (blocky) pada sinar gamma juga 29

13 mengindikasikan adanya tumpukkan lapisan batupasir. Ini dapat dikelompokkan sebagai Anggota Zelda Atas. Gambar 3.7 Peta isopach Formasi Banuwati (satuan dalam kaki) Pada kedalaman 4500-an kaki, ditemukan perlapisan batulempung dan batubara dengan lapisan-lapisan batupasir tipis hingga tebal. Lapisan-lapisan batupasir ini dapat diinterpretasikan sebagai endapan saluran pada lingkungan transisi. Mengacu kepada stratigrafi regional, ini dapat dikolompokkan sebagai Anggota Gita dari Formasi Talang Akar. Dari log sinar gamma masih dapat dikenali pola membalok yang berselingan dengan pola khas litologi serpih. Pada sumur Widuri-1 (Pertamina-IIAPCO, 1988), tidak lagi ditemukan dapat dikenali pembagian Anggota-Anggota Zelda. Hanya ditemukan batupasir konglomeratan yang terlapukkan di bagian bawah pada kedalaman 3563 kaki. Di 30

14 atasnya diendapkan perlapisan batupasir, serpih, dan batubara yang dapat diinterpretasikan korelatif dengan Anggota Gita pada sumur Hariet-2. Dapat dikatakan bahwa Formasi Talang Akar semakin menipis ke arah barat. Ini dapat dibuktikan oleh peta isopach Formasi Talang Akar pada Gambar 3.8. Gambar 3.8 Peta isopach Formasi Talang Akar (satuan dalam kaki) Setelah Formasi Talang Akar, terendapkan Kelompok Formasi Pasca-Talang Akar yang dimulai dari Formasi Baturaja dengan litologi perlapisan batupasir laut dangkal, batulempung, dan batugamping pasiran. Formasi Air Benakat merupakan endapan tebal dengan batulempung yang dominan terhadap batupasir glaukonit, dan batugamping, sementara Formasi Parigi dapat diidentifikasi melalui litologi batu bara pada data serbuk bor. 31

15 3.3.2 Struktur Geologi Struktur geologi yang ada pada daerah penelitian dapat terlihat dari penampang seismik Z-X (Gambar 3.9) dan penampang seismik Y-X (Gambar 3.10). Terdapat sesar-sesar normal yang memotong Formasi Talang Akar. Sesar-sesar ini diinterpretasikan terbentuk saat terjadi proses rifting. Selain itu dari interpretasi penampang seismik terlihat pula beberapa sesar yang memotong Kelompok Formasi Pasca-Talang Akar yang terbentuk setelah fasa postrift. Ini diinterpretasikan sebagai pengaruh pembebanan dari sedimen itu sendiri atau proses inversi tektonik yang tidak signifikan. Z X Sesar-sesar akibat proses rifting Gambar 3.9 Struktur geologi daerah penelitian dari penampang Z-X 32

16 Sesar-sesar akibat proses rifting Gambar 3.10 Struktur geologi daerah penelitian dari penampang Y-X Sintesis Geologi Dari korelasi log sinar gamma dan resistivitas, penampang seismik Y-X dan Z-X yang didukung dengan data deskripsi litologi dari sumur Hariet-2 dan Widuri-1, dapat disusun sebuah sintesis geologi sebagai berikut. Cekungan dengan batuan dasar granit terisi oleh Anggota Hariet dari Formasi Banuwati yang terdiri dari perselingan batupasir dan konglomerat yang diendapkan di lingkungan darat (fluvial). 33

17 Di atasnya secara selaras diendapkan Anggota Serpih Banuwati dari Formasi Banuwati dengan fasies lakustrin dalam. Diperkirakan terbentuknya lakustrin dalam ini akibat proses rifting yang menyebabkan tingkat penurunan jauh lebih tinggi daripada tingkat suplai sedimen. Setelah terendapkannya Anggota Serpih Banuwati, terjadi transgresi sehingga Anggota Zelda Bawah terendapkan pada fasies lakustrin dangkal. Transgresi terus terjadi sehingga di atas Anggota Zelda Bawah diendapkan Anggota Zelda Tengah dengan lingkungan darat fluvial (dicirikan oleh batupasir yang menebal dan mengkasar ke atas). Selama proses rifting terbentuk sesar-sear normal yang memotong Formasi Talang Akar. Kemudian diendapkan Anggota Zelda Atas dengan litologi batupasir yang berseling dengan batulempung yang diendapkan pada lingkungan transisi delta. Perubahan ini mengindikasikan kenaikan tingkat dasar (base level). Kenaikan tingkat dasar ini berkaitan dengan tingkat penurunan yang menurun dan mengindikasikan pula berkurangnya intensitas proses rifting. Di atas Anggota Zelda diendapkan Anggota Gita yang tersusun atas batupasir channel di antara dominasi serpih dan batubara transgresif. Perubahan lingkungan dari transisi delta menjadi saluran estuari dapat disebabkan oleh kenaikan muka laut. Kenaikan muka laut ini terus terjadi, sehingga di atasnya diendapkan secara selaras Formasi Baturaja pada lingkungan marin dangkal (dicirikan oleh endapan batugamping neritik yang berkembang kurang baik, serpih dan batulanau karbonatan). Keadaan muka air laut yang naik ini terus bertahan hingga diendapkannya Formasi Air Benakat pada lingkungan pengendapan marin neritik tengah (dicirikan oleh lapisan serpih yang mendominasi batugamping tipis dan batupasir). Setelah terendapkan Formasi Air Benakat, muka laut turun kembali, dibuktikan oleh terendapkannya Formasi Parigi dalam lingkungan pengendapan laut dangkal (dicirikan oleh serpih, batugamping, batupasir, dan batubara lignit). Muka laut terus 34

18 turuh hingga diendapkan Formasi Cisubuh dengan lingkungan transisi yang dicirikan oleh adanya litologi serpih, batupasir, dan batubara lignit tanpa kehadiran batugamping. Selama pengendapan yang tidak lagi dipengaruhi proses rifting, secara tektonik terjadi proses inversi yang tidak signifikan dan yang menyebabkan pembebanan dan membentuk sesar-sesar yang memotong kelompok Formasi Pasca-Talang Akar. Sesar-sesar ini juga dapat terjadi akibat pembebanan selama sedimentasi itu sendiri selama pembentukan cekungan. 35

BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM

BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM BAB IV GEOKIMIA PETROLEUM 4.1 Analisis Sampel Sampel yang dianalisis dalam studi ini berupa sampel ekstrak dari batuan sedimen dan sampel minyak (Tabel 4.1). Sampel-sampel ini diambil dari beberapa sumur

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Cekungan Sunda dan Asri adalah salah satu cekungan sedimen yang terletak dibagian barat laut Jawa, timur laut Selat Sunda, dan barat laut Cekungan Jawa Barat Utara (Todd dan Pulunggono,

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Letak Geografis Daerah Penelitian Daerah penelitian, yaitu daerah Cekungan Sunda, secara umum terletak di Laut Jawa dan berada di sebelah Timur Pulau Sumatera bagian Selatan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOLOGI REGIONAL Cekungan Jawa Barat Utara yang terletak di sebelah baratlaut Pulau Jawa secara geografis merupakan salah satu Cekungan Busur Belakang (Back-Arc Basin) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Stuktur DNF terletak kurang lebih 160 kilometer di sebelah barat kota Palembang. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI UMUM

BAB III GEOLOGI UMUM BAB III GEOLOGI UMUM 3.1 Geologi Regional Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan yang berbentuk asimetris, dibatasi oleh sesar dan singkapan batuan Pra-Tersier yang mengalami pengangkatan di bagian

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975) STRATIGRAFI CEKUNGAN JAWA BARAT BAGIAN UTARA Sedimentasi Cekungan Jawa Barat Utara mempunyai kisaran umur dari kala Eosen Tengah sampai Kuarter. Deposit tertua adalah pada Eosen Tengah, yaitu pada Formasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH II.1 Kerangka Tektonik dan Geologi Regional Terdapat 2 pola struktur utama di Cekungan Sumatera Tengah, yaitu pola-pola tua berumur Paleogen yang cenderung berarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin meningkat sementara produksi minyak akan semakin berkurang, perusahaanperusahaan minyak

Lebih terperinci

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan Cekungan Busur Belakang Sumatera terbentuk pada fase pertama tektonik regangan pada masa awal Tersier. Sedimentasi awal

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Gambaran Umum Daerah penelitian secara regional terletak di Cekungan Sumatra Selatan. Cekungan ini dibatasi Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Cekungan Jawa Barat Utara merupakan cekungan sedimen Tersier yang terletak tepat di bagian barat laut Pulau Jawa (Gambar 2.1). Cekungan ini memiliki penyebaran dari wilayah daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang berada di belakang busur dan terbukti menghasilkan minyak dan gas bumi. Cekungan Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional Cekungan Natuna Barat berada pada kerak kontinen yang tersusun oleh batuan beku dan metamorf yang berumur Kapur Awal Kapur Akhir. Cekungan ini dibatasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam melakukan eksplorasi hingga pengembangan lanjut di daerah suatu lapangan, diperlukan pemahaman akan sistem petroleum yang ada. Sistem petroleum mencakup batuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA

BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA BAB II KERANGKA GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA UTARA 2.1. Kerangka Geologi Regional Cekungan Sumatera Utara sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini, terletak di ujung utara Pulau Sumatera, bentuknya

Lebih terperinci

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1 Kerangka Tektonik Sub-cekungan Jatibarang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara. Konfigurasi batuan dasar saat ini di daerah penelitian, yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia produksi hidrokarbon dari lapangan-lapangannya. Untuk itulah, sebagai tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. usia produksi hidrokarbon dari lapangan-lapangannya. Untuk itulah, sebagai tinjauan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Asri yang berada di lepas pantai Sumatera Tenggara, telah berproduksi dari 30 tahun hingga saat ini menjadi area penelitian yang menarik untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Struktur Regional Terdapat 4 pola struktur yang dominan terdapat di Pulau Jawa (Martodjojo, 1984) (gambar 2.1), yaitu : Pola Meratus, yang berarah Timurlaut-Baratdaya. Pola Meratus

Lebih terperinci

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Topik Kajian Topik yang dikaji yaitu evolusi struktur daerah Betara untuk melakukan evaluasi struktur yang telah terjadi dengan mengunakan restorasi palinspatik untuk mengetahui mekanismenya

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah Cekungan Sumatera Tengah secara fisiografis terletak di antara Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Selatan yang dibatasi

Lebih terperinci

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri. Dari hasil perhitungan strain terdapat sedikit perbedaan antara penampang yang dipengaruhi oleh sesar ramp-flat-ramp dan penampang yang hanya dipengaruhi oleh sesar normal listrik. Tabel IV.2 memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah

Lebih terperinci

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Oleh : Edlin Shia Tjandra (07211033) Fanny Kartika (07211038) Theodora Epyphania (07211115) TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional

Bab II Geologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Geologi Regional Kalimantan Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi Regional Menurut Heidrick dan Aulia (1993) Cekungan Sumatra Tengah terletak di antara Cekungan Sumatra Utara dan Cekungan Sumatra

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah

Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang (back arc basin) yang berkembang di sepanjang pantai barat dan selatan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 4 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Struktur Regional Struktur PRB terletak kurang lebih 57 km arah baratlaut dari Pangkalan Berandan dan termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah OCO terdapat pada Sub-Cekungan Jatibarang yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara yang sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon di Indonesia. Formasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Pada dasarnya Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 2.1) berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya, yaitu: a.

Lebih terperinci

BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI Tektonostratigrafi Formasi Talang Akar (Oligosen-Miosen Awal)

BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI Tektonostratigrafi Formasi Talang Akar (Oligosen-Miosen Awal) BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI 4.1 Tektonostratigrafi 4.1.1 Tektonostratigrafi Formasi Talang Akar (Oligosen-Miosen Awal) Berdasarkan penampang seismik yang sudah didatarkan pada horizon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geomorfologi Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga dengan Cekungan Tarakan yang merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon

Lebih terperinci

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram BAB 4 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 4.1. Interpretasi Stratigrafi 4.1.1. Interpretasi Stratigrafi daerah Seram Daerah Seram termasuk pada bagian selatan Kepala Burung yang dibatasi oleh MOKA di bagian utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Regional Cekungan Sumatera Selatan Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakan busur yang dibatasi oleh Paparan Sunda di sebelah timur laut, ketinggian Lampung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Kerangka Tektonik Indonesia dianggap sebagai hasil pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat, dan Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Cekungan Kutai Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan di Indonesia yang menutupi daerah seluas ±60.000 km 2 dan mengandung endapan berumur Tersier dengan ketebalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan. Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan. Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera Selatan diantaranya: 1. Komplek Batuan Pra -Tersier Komplek

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH BAB 2 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH Cekungan Sumatra Tengah merupakan salah satu cekungan besar di Pulau Sumatra. Cekungan ini merupakan cekungan busur belakang yang berkembang di sepanjang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN 2.1 Tinjauan Umum Daerah penelitian secara regional terletak pada Cekungan Tarakan. Cekungan Tarakan merupakan cekungan sedimentasi berumur Tersier yang terletak di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mencari cadangan minyak dan gas bumi, diperlukan adanya kegiatan eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas yang sudah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan Secara regional ada beberapa Formasi yang menyusun Cekungan Sumatera Selatan diantara : 1. Komplek Batuan Pra-Tersier Kompleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Cekungan Kutai pada bagian utara dibatasi oleh tinggian Mangkalihat dengan arah barat laut tenggara, di bagian barat dibatasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Morfologi Pulau Sumatra memiliki orientasi baratlaut yang terbentang pada ekstensi dari Lempeng Benua Eurasia. Pulau Sumatra memiliki luas area sekitar 435.000

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI DAN STRATIGRAFI REGIONAL

BAB II GEOLOGI DAN STRATIGRAFI REGIONAL BAB II GEOLOGI DAN STRATIGRAFI REGIONAL 2.1 Geologi Regional Cekungan Jawa Barat Utara telah dikenal sebagai hydrocarbon province. Cekungan ini terletak diantara Paparan Sunda di Utara, Jalur Perlipatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lapangan YTS adalah lapangn minyak yang terletak di Cekungan Sumatra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lapangan YTS adalah lapangn minyak yang terletak di Cekungan Sumatra BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Lapangan YTS Lapangan YTS adalah lapangn minyak yang terletak di Cekungan Sumatra Selatan dan dikelola oleh PT. Medco E & P sebagai lapangan terbesar penghasil

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Kerangka Tektonik (a) 5 (b) Gambar 1. Posisi tektonik Cekungan Sumatera Selatan dan pembagian subcekungan di Cekungan Sumatera Selatan (Laporan Internal PT. PERTAMINA EP Asset

Lebih terperinci

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB IV UNIT RESERVOIR BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log

Lebih terperinci

Bab II Kerangka Geologi

Bab II Kerangka Geologi Bab II Kerangka Geologi II.1 Tatanan Tektonik Tiga konfigurasi struktural dapat ditentukan dari utara ke selatan (Gambar II.1) yaitu Paparan Utara, Dalaman Tengah dan Pengangkatan Selatan (Satyana, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penting dan bernilai sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai 60.000 km 2 dan

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR Mogam Nola Chaniago Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Lapangan RR terletak di bagian timur laut

Lebih terperinci

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan BAB IV KAJIAN SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Pertamina BPPKA (1996), Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan

Lebih terperinci

memiliki hal ini bagian

memiliki hal ini bagian BAB III TATANANN GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Cekungan Kutai Cekungan Kutai merupakan cekungan dengan luas 165.000 km 2 dan memiliki ketebalan sedimen antara 12.000 14..000 meter hal ini menyebabakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH BAB II GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH II.1. Pendahuluan Indonesia merupakan hasil dari evolusi dan interaksi dari gerak Lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Pasifk, dan Lempeng Indo-Australia (Gambar

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.2 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona (Gambar 2.1), pembagian zona tersebut berdasarkan sifat-sifat morfologi dan tektoniknya (van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori 1 BAB I PENDAHALUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari lapangan-lapangan baru yang dapat berpotensi menghasilkan minyak dan atau

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional

Bab II Geologi Regional Bab II Geologi Regional II.1 Struktur dan Tektonik Cekungan Sumatera Selatan merupakan tipe cekungan belakang busur (back-arc basin) yang berumur Tersier dan diperkirakan mempunyai ukuran panjang sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di utara lepas pantai Sumatra Tenggara, Indonesia bagian barat. Kegiatan eksplorasi pada Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang dioperasikan oleh Atlantic Richfield Bali North Inc (ARCO),

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

II. GEOLOGI REGIONAL

II. GEOLOGI REGIONAL 5 II. GEOLOGI REGIONAL A. Struktur Regional dan Tektonik Cekungan Jawa Timur Lapangan KHARIZMA berada di lepas pantai bagian selatan pulau Madura. Lapangan ini termasuk ke dalam Cekungan Jawa Timur. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahap eksplorasi di Cekungan Sumatra Tengah sudah mencapai tahap mature field, dengan segala sumber daya alam hidrokarbon yang ada akan diekstraksi. Salah satu formasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka perusahaan penyedia energi melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN 2.1. Geologi Regional. Pulau Tarakan, secara geografis terletak sekitar 240 km arah Utara Timur Laut dari Balikpapan. Secara geologis pulau ini terletak di bagian

Lebih terperinci

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL BAB II STRATIGRAFI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI JAWA TIMUR BAGIAN UTARA Cekungan Jawa Timur bagian utara secara fisiografi terletak di antara pantai Laut Jawa dan sederetan gunung api yang berarah barat-timur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Pendahuluan Pulau Kalimantan berada di tenggara dari lempeng Eurasia besar. Di sebelah utara berbatasan dengan lempeng semudra Laut Cina Selatan, di timur dibatasi oleh sabuk

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 1 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Subang, Jawa Barat, untuk peta lokasi daerah penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Peta Lokasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB IV SEJARAH GEOLOGI BAB IV SEJARAH GEOLOGI Sejarah geologi daerah penelitian dapat disintesakan berdasarkan ciri litologi, umur, lingkungan pengendapan, hubungan stratigrafi, mekanisme pembentukan batuan dan pola strukturnya.

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL. II.1. Kerangka Tektonik Regional Cekungan Sumatra Selatan

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL. II.1. Kerangka Tektonik Regional Cekungan Sumatra Selatan BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1. Kerangka Tektonik Regional Cekungan Sumatra Selatan Cekungan Sumatra Selatan terletak di pulau Sumatra dan merupakan salah satu cekungan sedimen Tersier back-arc yang

Lebih terperinci

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku

Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di. Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu reservoir utama di beberapa lapangan minyak dan gas di Cekungan Sumatra Selatan berasal dari batuan metamorf, metasedimen, atau beku berumur Paleozoic-Mesozoic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Data seismik dan log sumur merupakan bagian dari data yang diambil di bawah permukaan dan tentunya membawa informasi cukup banyak mengenai kondisi geologi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi Rembang yang ditunjukan oleh Gambar 2. Gambar 2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Jawa barat dibagi atas beberapa zona fisiografi yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan aspek geologi dan struktur geologinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier terbesar dan terdalam di Indonesia bagian barat, dengan luas area 60.000 km 2 dan ketebalan penampang mencapai 14 km. Cekungan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO BAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO II.1 GEOLOGI CEKUNGAN KUTAI Cekungan Kutai adalah salah satu cekungan di Kalimantan Timur, Indonesia. Cekungan ini memiliki area sekitar 60.000km 2 dan berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cekungan Arafura yang terletak di wilayah perairan Arafura-Irian Jaya merupakan cekungan intra-kratonik benua Australia dan salah satu cekungan dengan paket pengendapan

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lapangan Nagabonar merupakan bagian dari grup Nagabonar (NB Group) yang terdiri dari Lapangan Nagabonar (NB), Lapangan Mama dan Lapangan Nagabonar Extension (NBE).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LAPANGAN. Semua materi dalam Bab II ini diambil dari hasil analisa peneliti lain 8.

BAB II TINJAUAN LAPANGAN. Semua materi dalam Bab II ini diambil dari hasil analisa peneliti lain 8. BAB II TINJAUAN LAPANGAN Semua materi dalam Bab II ini diambil dari hasil analisa peneliti lain 8. 2.1 Geologi Regional Secara regional, lapangan X berada di bagian tengah Cekungan Sumatra Utara, dan secara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum Jawa Barat dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah utara, tengah, dan selatan. Wilayah selatan merupakan dataran tinggi dan pantai, wilayah tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Tatanan Geologi Cekungan Kutai Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan sedimentasi berumur Tersier di Indonesia dan terletak di Kalimantan bagian timur. Fisiografi Cekungan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS 4.1 Pendahuluan Untuk studi sedimentasi pada Formasi Tapak Bagian Atas dilakukan melalui observasi urutan vertikal terhadap singkapan batuan yang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi empat bagian besar (van Bemmelen, 1949): Dataran Pantai Jakarta (Coastal Plain of Batavia), Zona Bogor (Bogor Zone),

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia. Pulau ini terdiri dari daerah dataran dan daerah pegunungan. Sebagian besar daerah pegunungan berada

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi yang telah dijelaskan sebelumnya pada stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah.

Lebih terperinci

BAB 5 REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB 5 REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR BAB 5 REKONSTRUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR Terdapat tiga domain struktur utama yang diinterpretasi berdasarkan data seismik di daerah penelitian, yaitu zona sesar anjakan dan lipatan di daerah utara Seram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan Gambar 3.8 Korelasi Stratigrafi Satuan Batupasir terhadap Lingkungan Delta 3.2.3 Satuan Batulempung-Batupasir Persebaran (dominasi sungai) Satuan ini menempati 20% dari luas daerah penelitian dan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan Tarakan terbagi menjadi empat Sub-Cekungan berdasarkan Pertamina BPPKA (1996), yaitu Sub-Cekungan Muara, Sub-Cekungan Berau, Sub-Cekungan Tarakan, dan Sub-Cekungan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timur-barat ( van Bemmelen, 1949 ). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum wilayah utara Jawa Barat merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan merupakan bukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis urutan vertikal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci