METODE PEMBELAJARAN KREATIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BERDASAR MULTIPLE INTELEGENSI 1
|
|
- Inge Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODE PEMBELAJARAN KREATIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BERDASAR MULTIPLE INTELEGENSI 1 Nur Samsiyah 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Dalam pendidikan tentu tidak dapat terlepas dari guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Namun dalam perjalanan proses pendidikan selama ini, masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak mencerminkan proses pembelajaran yang sesungguhnya, dimana siswa diberi keleluasaan untuk dapat mengembangkan potensi diri, bakat, dan minat. Siswa memiliki kecerdasan yang beragam (Multiple Intelligences), dimana kecerdasan dalam bidang Linguisttik dan Spasial (Liguistic and spacial Intelligence) hanyalah merupakan sebagian kecil dari berbagai kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh seorang anak. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang biasanya dipelajari melalui kegiatan penugasan menulis, membaca dan tes. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskannya kedalam bukunya dan membacanya serta memahami permasalahan. Dalam mengajar khususnya di sekolah dasar diperlukan metode yang mampu menarik minat siswa dalam belajar. Metode mengajar yang kreatif dan aplikatif berdasarkan Multiple Intellegence yang dimiliki anak-anak diharapkan dapat menciptakan kreativitas dan aktivitas anak didik dan dipelajari dengan cara-cara yang menyenangkan sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Kata kunci: metode pembelajaran, bahasa Indonesia, Multiple intelegensi 1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui: agsya_cahaya@yahoo.co.id 279
2 PENDAHULUAN Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran sangat penting. Guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilakukan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajarinya. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran identik sekali dengan proses belajar-mengajar. Proses dalam pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat belajar-mengajar, yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan (interindependent), dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud komponen atau unsur belajar-mengajar antara lain tujuan istruksional, yang hendak dicapai dalam pembelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar mengajar. Belajar mengajar di kelas tergantung pada kemampuan guru dalam mengaplikasikan metode-metode pembelajaran. Sarana dan prasarana yang banyak tidak akan berarti di tangan guru yang tidak punya kemampuan atau tidak mengefektifkan kedala mmetode-metode yang sesuai. Sebaliknya fasilitas yang kurang memadai di tangan guru yang kreatif dapat diciptakan metodemetode yang diperlukan untuk pengembangan program kegiatan belajar mengajar dalam meningkatkan kreativitassiswa. Metode yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama di tangan guru yang berbeda. Metode yang kurang baik bagi sebagian guru, belum tentu burukbagi guru yang menguasai teknik pelaksanaannya. Pada umumnya semua guru harus memiliki kemampuan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar, terutama menguasai dan terampil menggunakan semua metode mengajar yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran yang diberikan pada anak didiknya. Masih sering kita jumpai guru 280
3 yang mengeluh karena anak yang kurang mampu dalam belajar atau anak yang hiperaktif. Sehingga masih sering terjadi memvonis anak bodoh atau tidak mampu. Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh seorang konsultan dan trainer pendidikan, Fanani (2008) yang mengatakan bahwa ketika berdialog dengan para guru yang pusing menghadapi beberapa siswa yang kurang mampu karena nilai-nilainya yang selalu berada di bawah standar, mengatakan tugas kita bukan memberikan predikat-predikat yang buruk merendahkan martabatnya. Tugas kita adalah member semangat, agar ia berjuang sekuat tenaga mengatasi kelemahannya, dan menemukan kepercayaan diri karena ia pun mempunyai kemampuan tertentu yang layak dikembangkan. Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran yang diberikan guru. Guru harus bisa memberikan materi dengan metode yang sesuai dengan kemampuan anak. Bagi anak yang pandai mudah menerima pelajaran hanya dengan penjelasan materi. Namun bagi anak yang kurang mampu sulit menerima materi pelajaran dengan metode ceramah saja. Sehingga banyak anak yang merasa minder dan tidak percaya diri jika kemampuan akademiknya di bawah rata-rata. Selain itu juga banyak guru mengeluh bahwa mereka telah mengajarkan materi pelajaran dengan sejelasjelasnya namun masih ada saja anak didik yang tidak memahami pelajaran dengan baik. Dari keluhan guru tersebut nampak bahwa guru hanya melihat siswa dari kemampuan akademiknya atau kecerdasan linguistik dan logis matematics. Sementara dari pihak orang tua lebih banyak memaksakan anaknya untuk pandai dalam akademiknya tanpa melihat potensi, bakat dan minat yang lain dalam diri anak. Padahal dalam diri anak kecerdasan tidak hanya linguistik atau logis matematics saja, namun ada kecerdasan lain yang ikut berperan dalam perkembangan anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki kedelapan kecerdasan atau intelegensi tersebut. Hanya saja sering tidak semuanya di asah dengan baik oleh guru sebagai pendidik disekolah atau sistem pendidikan (kurikulum) dan orang tua. Jika seluruh potensi kecerdasan itu dikembangakan semua, maka anak akan lebih cepat sukses kelak. Untuk menerapkan pembelajaran berdasarkan multiple intelegensi tersebut diperlukan metode pembelajaran kreatif yang dapat menggali potensi anak khususnya dalam bahasa Indonesia. Sehingga guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif yang dapat memberdayakan dan mengembangkan intelegensi-intelegensi tersebut yang dimiliki setiap anak didik untuk mencapai kompetetensi teretenu dalam bahasa Indonesia. 281
4 PEMBAHASAN A. Pengertian Metode Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011 : 80). Sedangkan Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno (2010 : 55) menjelaskan bahwa metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Sagala, S. (2013: 169) mengemukakan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam proses belajar mengajar merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. a) Peran Guru dalam Pembelajaran Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Gurutidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapijuga dituntut mengembangkan potensi siswa secara optimal. MenurutSugihartono, dkk (2007: 85-87), peran guru dalam pembelajarandiuraikan: 1) Korektor, guru berperan menilai semua hasil belajar, sikap, dan tingkah laku siswa di sekolah dan di luar sekolah. 2) Inspirator, memberikan inspirasi pada siswa mengenai cara belajar yang baik. 3) Informator, guru harus dapat memberikan informasi mengenai materi pembelajaran dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Organisator, mengelola berbagai kegiatan akademik untuk mencapai efektivitas dan efisiensi siswa. 5) Motivator, guru dituntut untuk mendorong siswa agar aktif belajar. 282
5 6) Inisiator, guru hendaknya mampu mencetuskan ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7) Fasilitator, menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa belajar secara optimal. 8) Pembimbing, memberikan bimbingan kepada siswa dalam menghadapi kesulitan belajar. 9) Demonstrator, guru dituntut dapat memperagakan apa yang diajarkan sehingga siswa dapat memahami penjelasan guru. 10) Mediator, merupakan penyedia media dalam proses pembelajaran. 11) Pengelola kelas, mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar. 12) Supervisor, menilai proses pembelajaran yang dilakukan. 13) Evaluator, mampu menilai produk dan proses pembelajaran. b) Multiple Intelegensi dan Karakteristiknya Multiple intelegensi adalah kecerdasan ganda yang dimiliki anak. Menurut Winataputra (2007:54) multiple intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang efektif atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu, artinya setiap orang jika dihadapkan pada suatu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai konteksnya. Howard Gardner dalam Naisaban (2004:160) membagi multiple intelegence dalam tujuh kecerdasan antara lain: (1) kecerdasan linguistic, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan musical, (5) kecerdasankinestik, (6) kecerdasan antar pribadi, dan (7) kecerdasan intrapribadi. Sependapat dengan Gardner, tentang pembagian multiple intelegence Padiya (2008) menambahkan satu kecerdasan eksistensial. Dalampenelitianselanjutnya, Gardner danteman-temannya menambah lagi dua kecerdasan lain yaitu, kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial. Winataputra (2007:5.5) menyebutkan satu persatu karakkteristik kecerdasan sebagai berikut. 1) Intelegensi berbahasa (linguistik), Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berfikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tulisan. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi berbahasatampak sebagai berikut. a) Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng b) Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing. 283
6 c) Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan d) Senang mendengarkan musik dan pandai 2) Intelegensilogis-matematis adalah kemampuan berfikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah dan matematis. Karakteristik individu yang memiliki kemampuan ini adalah a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki, b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka, c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario, d. Mampu berfikir logis, baik induktif maupun deduktif, e. Senang silogisme, f. Senang berfikir abstraksi dan simbolis serta mengoleksi benda-benda 3) Intelegensi visual spasial, kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu obyek. Ciri-ciri yang menunjukkan kemampuan ini antara lain; a. Senang merancang gambar, desain dan peka terhadap citra dan warna, b. Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya aktif, c. Mudah menemukan jalan dalam ruang, mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut dan senang membuat rumah-rumahan dari balok, d. Mengenal relasi benda-bendadalam ruang 4) Intelegensi musical, kemampuan berfikir dengan nada, ritme, irama dan melodi juga pada suara alam. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan intelegensi musical. a.pandai mengubah dan menciptakan music, b. Senang bernyanyi, bersenandung, dan pandai memainkan alat musik, c. Mudah menangkap music dan peka terhadap suara dan musik, d. Dapat membedakan bunyi berbagai alat music dan bergeraks esuai irama 5) Intelegensi kinestik tubuh, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Karakteristiknya antara lain; a. Senang menari dan acting, pandai dan aktif dalam olah raga tertentu, dan mudah berekpresi dengan tubuh, b. Mampu memainkan mimic dan cenderung menggunakan bahasa tubuh, c. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi, d. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan olah raga, e. Pandai merakit sesuatu menjadi produk, f. Senang bergerak dan suka kegiatan di luar rumah. 6) Intelegensi intrapersonal, yaitu kemampuan berfikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri. Kemampuan yang ada dalam intelegensi ini adalah, a. mampu menilai diri sendiri/intropeksi diri, b. sudah mengelola dan menguasai perasaannya dan sering mengamati dan mendengarkan, c. bias bekerja sendirian dengan baik, d. mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup, e. berjiwa independen/bebas, 284
7 mudah berkonsentrasi dan keseimbangan diri, f. senang mengekpresikan perasaan yang berbeda dan sadar akan realitas spiritual 7) Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang mudah memahami orang lain dan mementingkan relasi, memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi interpersonal. a. mampu berorgansasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi, b. mampu bersosialisasi dan menjadi moderator, c. senang permainan berkelompok daripada individu, d. biasanya menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal, e. senang berkomunikasi verbal dan non verbal, f. peka terhadap teman dan suka member feedback 8) Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala alam. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegnsi naturalis. a. senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, b. pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, meneliti tanaman, c. senang kegiatan di alam terbuka. c) Metode Pembelajaran Kreatif dalam Bahasa Indonesia Berbasis Multiple Intelegensi Metode pembelajaran dalam bahasa Indonesia yang kreatif dan aplikatif berdasarkan keragaman kecerdasan yang dimiliki anak agar anak-anak yang tidak memiliki kecerdasan dalam bidang angka/logika juga dapat ikut menikmati bahasa Indonesia sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Misalnya anak-anak yang memiliki kecerdasan dalam menggunakan kata-kata (Linguistic Intelligence) dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan pantun, puisi dan lain-lain. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dalam bidang musik (Musical Intelligence) dapat mengarang lagu-lagu sesuai dengan cerita atau dongeng atau puisi kesukaannya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dalam menggunakan gambar (Visual-Spatial Intelligence) dapat membuat komik/cerita bergambar, lukisan dan lain-lain. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence) dapat melalui drama, tari-tarian, pantonim, deklamasi puisi, dialog atau percakapan. Multiple Intelligence pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emotional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Celakanya, pola pemikiran tradisional dalam pendidikan acapkali lebih menekankan pada kemampuan logika-matematika dan bahasa. Padahal, setiap orang memiliki cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu 285
8 menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. (Handy Susanto,2005). Metode yang diterapkan salah satunya adalah metode pengajaran bahasa Indonesia melalui permainan sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa. Pada dasarnya bermain kreatif memiliki tujuan utama, yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif, dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak (Yuliani Nurani et al, 2010: 35). Dalam metode ini siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 6 8 orang dan kepada tiap-tiap kelompok diberikan kebebasan untuk menuangkan ide-idenya. Ke empat kelompok tersebut memilih kegiatan membuat: 1) Teka Teki Silang (TTS) dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia misalnya pantun, puisi, cerita,dll, 2) mengganti syair lagu kesukaan mereka dengan puisi dan 3) sebuah drama singkat tanpa kata untuk menjelaskan suatu konsep. Dalam permainan diberikan aturan-aturan dan penilaian-penilaian dalam setiap jenis permainan yang dilakukan. Setiap kelompok membuat pertanyaan sesuai dengan pilihannya dan teman yang lain menjawab. Untuk setiap pertanyaan yang dijawab benar akan memperoleh nilai 10 dan jika salah dikurangi 5. Kelompok yang menjawab salah akan kehilangan giliran menjawab sebanyak 1 kali. Contoh TTS : Mendatar : 2. Tokoh cerita terjadinya Tangkuban perahu adalah 4. Cerita yang berisi tentang binatang disebut 5. Setting sama artinya dengan Menurun : 1. Merupakan ciri dari puisi 3. Kata lain dari urutan cerita Contoh Pantun 1. hari malam gelap gulita Pasang lilin jalan ke taman Sopan santun budaya kita Jadi kebanggaan zaman berzaman 2. pinang muda dibelah dua Anak burung mati diranggah Dari muda sampai ke tua Ajaran baik jangan diubah Kelompok yang membuat puisi akan mendapatkan penilaian berbeda karena mereka harus menulis dan menggambar kreasi berdasarkan isi puisi yang disampaikan. Puisi yang ditulis adalah puisi yang berasal dari ide dan gagasan mereka sendiri dan dengan tema bebas. Dengan tidak memberi batasan tema akan memudahkan siswa mengungkapkan imajinasinya dan bahasanya. Hal ini akan lebih membuat anak kreatif dalam menuangkan gagasan dan idenya 286
9 sendiri tanpa harus dipaksa menulis sesuai permintaan guru. Memang dalam metode ini, siswa yang memegang peranan penuh dalam kelas. Mereka yang memilih dan merancang konsep materi dan soal yang akan dibahas dan mereka pula yang memberikan penilaian-penilaian. Meskipun dalam kelompok berbeda soal dan tanggungjawabnya, namun mereka dilatih untuk bekerjasama dalam tim dan menentukan keputusan sendiri, sehingga tidak ada yang merasa kurang pandai atau tidak bisa mengikuti pelajaran. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara siswa dengan siswa sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Tanya jawab antar siswa berjalan dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupun siswa lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. Untuk mengurangi kekurangan waktu dalam pembelajaran sebaiknya guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Selain menggunakan metode kelompok dan menentukan sendiri materi, dapat juga dilakukan dalam pembelajaran di kelas yang menerapkan kurikulum Pembelajaran dapat dilakukan dengan membagi kelompok sesuai sub tema yang akan dipelajari. Misalkan untuk tema indahnya kebersamaan, kelompok 1 mempelajari tentang adat istiadat dari bacaan, kelompok 2 menciptakan berbagai ukuran rumah dari adat istiadat yang dipelajari, kelompok 3 memainkan drama dan menentukan karakter yang terlibat dalam materi adat istiadat, kelompok 5 memainkan musik tradisional atau menarikan tari tradisional dari berbagai suku, kelompok 6 menulis jurnal suatu catatan yang menggambarkan tentang pengalaman yang sifatnya berubah secara perseorangan dan membandingkan dengan proses integrasi dan adaptasi adat istiadat dst. Kegiatan yang dilakukan haruslah sesuai dengan apa yang disukai oleh anak sehingga jumlah dan anggota kelompok yang menentukan adalah siswa sendiri. Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan di kelas tetapi juga di luar kelas. Kegiatan yang dilakukan tidak cenderung membaca, menulis karangan dan mengerjakan tugas di dalam kelas. Hal ini mengurangi kejenuhan siswa tentang pelajaran bahasa Indonesia yang identik dengan bacaan yang panjang dan menulis karangan. PENUTUP Melalui penerapan teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah menggugurkan anggapan bahwa bahasa Indonesia itu hanya membaca dan menulis khususnya dalam hal menulis karangan tidak hanya tugas mengarang berdasarkan tema. Karena melalui teori ini guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya. Melalui teori Multiple Intelligences ini pula siswa belajar untuk lebih menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu siswa juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan 287
10 masing-masing, misalnya siswa yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalam pelajaran bahasa Indonesia ternyata mampu membuat puisi dan menggubah syair lagu. Dengan memberikan kebebasan sesuai ragam kecerdasan anak akan muncul rasa percaya diri dan semangat belajarnya. Semua intelegensi tersebut dapat diberdayakan dalam suatu rencana atau program pembelajaran. Dengan pemberdayaan seluruh intelegnsi maka pencapaian tujuan pelajaran dapat lebih optimal. Penerapan teori multiple intelegensi dalam program pembelajaran dapat dikembangkan dengan menggunakan program pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Dahar, Ratna Wilis, Prof. Dr. M.Sc,. (1996).Teori-teori belajar, Jakarta: Erlangga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Eveline Siregar dan Hartini Nara Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Susanto, Handy, S.Psi : Penerapan multiple intelligences dalam system pembelajaran, 2005, Jakarta, Jurnal Pendidikan Penabur. Sugihartono dkk Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press. Soetomo Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional. Fanani, RuaZainal MembangunBudayaBelajarMandiriSejak Dini. (makalah, disampaikanpada seminar pendidikannasional, MajelisDikdasmenDepdik DPP Hidayatullah di Ngawi, 8 juni 2008) Naisaban, Ladislaus Para PsikologTerkemukaDunia. Jakarta: Grasindo Padiya macam kecerdasan. berhasil.html. Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, M Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Sadikin, M Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu Syaiful Sagala.(2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Undang-undang No. 20 tahun 2000 Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks. Winataputra, Udin S Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 288
PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.
Lebih terperinciMEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI
MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas
Lebih terperinciMULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)
MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI
i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara
Lebih terperinciMENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak
MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis
Lebih terperinciAdakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,
Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
Lebih terperinciOPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI
OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI Riskha Arfiyanti Mira Nuryanti Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon Abstrak Literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)
Lebih terperinciMenstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah
Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota
Lebih terperinciPENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)
PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah
Lebih terperinciTAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.
1 UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL ANAK KELOMPOK A MELALUI METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM TERPADU AISYIYAH LABAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN
ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan
Lebih terperinciUmi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)
PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya
Lebih terperinciANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani
Lebih terperinciPERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Abstrak
PERANAN METODE BERCAKAP-CAKAP DALAM PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA TERPADU PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Saraswati Tabanan Abstrak
Lebih terperinciPenerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini
Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini dapat dimaknai sebagai untuk menyelesaikan masalah. berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan
Lebih terperinciKECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA (VISUAL-SPASIAL INTELLIGENCE BUILD SPACE IN UNDERSTANDING DIFFERENCES SEEN FROM MATEMATICS ABILITY)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka
Lebih terperinciPERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK
1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual Pada deskripsi konseptual ini akan dibahas tentang kemampuan komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Lebih terperinciANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung
ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
Lebih terperinciLatar Belakang Pembelajaran Terpadu
Modul 1 Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Dra. Titi Chandrawati, M.Ed. S PENDAHULUAN ebagai guru Taman Kanak-kanak (TK), Anda pasti selalu atau sering menggunakan suatu tema sebagai fokus dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan berbahasa itu pada mulanya dikuasai manusia tanpa disadari. Selanjutnya terjadi perkembangan perbendaharaan
Lebih terperinciDIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE
APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI
Modul ke: 10Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengantar: Perlunya Penguasaan IPPTEK Penguasaan teknologi terkait erat dengan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciPROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK
PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah bagian dari kecerdasan majemuk. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.
Lebih terperinci: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W.
Judul Nama : Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : 10502213 Pembimbing : Dra. M.M Nilam W. Msi ABSTRAK Pada umumnya dalam hal pendidikan masih banyak
Lebih terperinciPenyusun DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-nya sehingga tugas Makalah yang berjudul Peranan Guru TK Dalam Pembelajaran Terpadu ini dapat saya selesaikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif, berpikir kritis-reflektif. Di samping itu, belajar IPS juga dimaksudkan agar siswa
Lebih terperinci53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)
53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. manusia. Pendidikan manusia dimulai sejak anak masih dalam kandungan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan manusia dimulai sejak anak masih dalam kandungan, maka pendidikan dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni bermedia bahasa yang diciptakan oleh pengarang melalui proses kreatif (Noor, 2010:4). Dalam proses kreatifnya, pengarang mewujudkan
Lebih terperinciberbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi
BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan
Lebih terperinciPENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015
PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015 Dorlince Simatupang, Lady Ema Simatupang_60@yahoo.com Universitas Negeri Medan ABSTRAK
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan
Lebih terperinciPROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA
Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
Lebih terperinciModul 3 PPG-Konten Kurikulum 1
C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).
Lebih terperinciPENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 70 KECAMATAN MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 70 KECAMATAN MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : SRI MULYANI NIM: A 53H111
Lebih terperinciURGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA
URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA Anwardiani Iftaqul Janah Mahasiswa PGPAUD UAD Yogyakarta email: iftaquljanah@yahoo.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR Ninda Riana, Monawati, Bakhtiar Hasan nindariana@gmail.com ABSTRAK Beragam kemampuan
Lebih terperinciKata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar
Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 2, no 1 April 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DAN PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR
Lebih terperinciMengembangkan Bakat Anak
A. Artikel Mengembangkan Bakat Anak Oleh: Andi Sri Suriati Amal Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan
Lebih terperinciETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi
ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KEMAMPUAN SPASIAL Menurut Fahmi (2006) kemampuan spasial adalah kemampuan anak dalam mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orang berpendapat bahwa IQ merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performansi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keterampilan mendengarkan yang digunakan guru dalam pembelajaran (1) 9.1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan, bentuk instrumen penilaian pembelajaran keterampilan
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK ANAK MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN 1
MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK ANAK MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN 1 Santhy Hawanti 2 PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto A. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Istilah kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nama lembaganya, yakni taman bukan sekolah. Sebutan Taman pada Taman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Taman Kanak-kanak (TK), meskipun sebagai lembaga pendidikan formal, sangat berbeda dengan lembaga pendikan SD, SMP, dan seterusnya. Dari nama lembaganya,
Lebih terperinciSURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELOMPOK B3 TK ISLAM BAKTI XI SURAKARTAA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinci