BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Lokasi Penelitian dilaksanakan di BNNP Gorontalo yang terletak di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Lokasi Penelitian dilaksanakan di BNNP Gorontalo yang terletak di"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian Letak Lokasi Penelitian dilaksanakan di BNNP Gorontalo yang terletak di Jln.23 Januari No.186 Kec, Kota Selatan Kota Gorontalo. Pada tahun 2009 dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPRI) dan Presiden Republik Indonesia memutuskan dan menetapkan undang-undang tentang Narkotika dan pada tahun 2010 setelah terbitnya undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut. Badan Narkotika Provinsi Gorontalo (BNP) berubah menjadi Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo (BNNP Gorontalo). Sejak itulah Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo (BNNP Gorontalo) berdiri sendiri dengan istilah lain vertikal langsung ke pusat dalam hal ini Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), yang mempunyai tugas pokok yaitu mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Letak BNNP Gorontalo sangat kondusif dan strategis terletak di pinggir jalan raya menuju pusat kota dengan mudah dijangkau melalui kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. 16

2 3.1.1 Sejarah BNNP Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat lintas Negara (transnational crimer), kejahatan terorganisir (organized crimer), dan kejahatan serius (serious crimer) yang menimpa segenap lapisan masyarakat, menimbulkan kerugian yang sangat besar terutama dari segi kesehatan, sosial ekonomi, dan keamanan mengakibatkan hilangnya suatu generasi bangsa (lost generation) di masa depan. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) pada tahun 2008 angka prevalensi (penyalaguna narkoba) nasional adalah 1,99% dari penduduk (3,6 juta orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta orang). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak lagi menjadi Negara transit tetapi sudah menjadi pasar narkoba yang besar, apalagi dengan harga yang tinggi ( great market, great price ) sehingga Indonesiasemakin rawan menjadi surge bagi para sindikat narkoba. Pada tingkat dunia, perputaran atau perkiraan global nilai uang dalam peredaran gelap narkoba menduduki rangking pertama, sebesar US% 399 Milyar, 80% dari jumlah keseluruhan uang yang beredar. Di Indonesia, pada tahun 2010 perkiraan kerugian akonomi yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba lebih dari Rp 41, 2 triliun yang terdiri dari komponen biaya private dan biaya social. Secara global 17

3 penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba akan mempengaruhi segenap sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. Oleh karena itu, perlu wujud nyata komitmen bersama seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia untuk bersatu menciptakan Negara Bebas Narkoba. Berdasarkan fakta dan kenyataan tersebut di atas maka pemerintah provinsi gorontalo membentuk salah satu badan yang menangani tentang narkotika yaitu Badan Narkotika Provinsi Gorontalo yang di singkat BNP dengan peraturan daerah Provinsi Gorontalo Nomor: 01 tahun 2009 tanggal 18 mei 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja sekretariat pelaksanaan harian Badan Narkotika Provinsi Gorontalo dan sebelum terbentuknya peraturan daerah Provinsi Gorontalo tentang Badan Narkotika Provinsi tersebut pada tanggal 28 juli 2003 Gubernur Gorontalo sudah mengeluarkan keputusan tentang pembentukan Badan Narkotika Provinsi Gorontalo tahun 2003 tapi kedudukanya masih melekat pada badan perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2009 dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPRI) dan Presiden Republik Indonesia memutuskan dan menetapkan undang-undang tentang Narkotika dan pada tahun 2010 setelah terbitnya undangundang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika tersebut. Badan Narkotika Provinsi Gorontalo (BNP) berubah menjadi Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo (BNNP Gorontalo). Sejak itulah Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo (BNNP Gorontalo) berdiri sendiri dengan istilah lain vertikal langsung ke pusat dalam hal ini Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI). 18

4 3.1.2 Organisasi Instansi Pemerintah BNNP Gorontalo Pada kesempatan ini penulis di beri penjelasan oleh pak karim bahwa Badan Narkotika Provinsi Gorontalo sebagai Instansi/ Lembaga Pemerintahan yang bergerak di Pemberantasan Narkoba. BNNP Gorontalo memiliki Visi dan Misi, sehingga arah dan tujuan penyelanggaraan program dan kegiatannya jelas. Visi merupakan cara pandang ke depan, kemana BNNP Gorontalo akan di arahkan untuk mencapai tujuan yang telah diinginkan. Untuk itu mencapai tujuan dari pada organisasi ini maka, salah satu visi dan misi BNNP Gorontalo adalah sbb : Visi: Terwujudnya masyarakat indonesia bebas narkoba dan peredaran gelap narkoba tahun 2015 Misi: Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara komprensif dan sinergis. Adapun Susunan Kepegawaian dan kelengkapan Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo dipimpin oleh badan yang membawahi sebagai berikut: 1) Bagian tatausaha membawahi : a. Kasubag Perencanaan b. Kasubag logistik c. Kasubag administrasi 2) Bidang Pencegahan membawahi : a. Kepala seksi diseminasi informasi b. Kepala seksi advokasi 19

5 3) Bidang Pemberdayaan masyarakat membawahi : a. Kepala seksi peran serta b. Kepala seksi pemberdayaan 4) Bidang pemberantasan membawahi : a. Kepala seksi intelijen b. Kepala seksi penyidikan c. Kepala seksi pengawasan tahanan 20

6 3.1.3 Struktur Organisasi KEPALA BNNP Drs. H. HAMDAN DUMBI KABAG TU ALFRED A.M. SALEH, SKM,M.PH KSBG PERENCANAAN ABDUL MADJID TANTA, A.Md KSBG LOGISTIK IRFAN MOBIE KSBG ADMINISTRASI MINARNI DAUD,S.Sos KABID PENCEGAHAN Drs. HASAN SIBUEA KEPALA BID.PEMB. MASYARAKAT Plt. ABDUL KARIM ENGAHU, SH KEPALA BID. PEMBERANTASAN AKBP MAHSAR TORADA, SE,SH,MH KEPALA SEKSI DESIMINASI INFORMASI Plt. BUDI KURNIAWAN KIYAI, SH KEPALA SEKSI PERAN SERTA MASY. Dra. MARIA JEANE TANSIL, A.PT KEPALA SEKSI INTELIJEN AKP DAMRI DAHLAN KEPALA SEKSI ADVOKASI YUNINGSIH DANGKUA,SH KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLIS ERAKU, SE KEPALA SEKSI PENYIDIKAN, PENINDAKAN DAN PENGEJARAN SUYONO PULUHULAWA, SE KEPALA SEKSI PENGAWASAN TAHANAN BARANG BUKTI DAN ASET MOHAMMAD OINTU Sumber: Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo 21

7 3.1.4 Informasi Struktur Jabatan Pegawai 1. Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jabatan ini memimpin pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang BNN dalam wilayah Provinsi, mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan kerjasama P4GN dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam wilayah Provinsi a. Uraian Tugas 1) Menyusun konsep Rencana Kerja Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi. 2) Menyusun konsep kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi. 3) Melaksanakan penyusunan rencana program dan anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan, serta pelayanan administrasi. 4) Melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi 5) Melaksanakan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi 6) Melaksanakan P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi. b. Tanggung Jawab 1) Menjamin kesesuaian rencana, program, dan kegiatan Badan Narkotika Nasional provinsi sesuai dengan Rencana Stratejik Badan Narkotika Nasional. 22

8 2) Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik BNN 3) Menjamin pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. 2. Kepala Bagian Tata Usaha Jabatan ini memimpin pelaksanaan penyusunan rencana program dan anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan, serta pelayanan administrasi. a. Uraian Tugas 1) Menyiapkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi di Bagian Tata Usaha 2) Menyiapan bahan kebijakan teknis penyusunan rencana program dan anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan, serta pelayanan administrasi 3) Menyiapan penyusunan rencana program dan anggaran, bahan bantuan hukum dan kerja sama, serta evaluasi dan penyusunan laporan. 4) Menyiapan bahan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah tangga BNNP 5) Menyiapan bahan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi, dan hubungan masyarakat. b. Tanggung Jawab 1) Menjamin kesesuaian rencana, program, dan kegiatan Bagian Tata Usaha sesuai dengan Rencana Stratejik Badan Narkotika Nasional Provinsi. 2) Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan Bagian tata usaha sesuai dengan Rencana Stratejik BNNP 23

9 3) Menjamin pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. 3. Kepala Sub Bagian Administrasi Jabatan ini melaksanakan pengumpulan bahan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumen dan hubungan masyarakat a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bagian TU di subbagian administrasi. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumen dan hubungan masyarakat 3) Mengumpulkan bahan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumen dan hubungan masyarakat b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggung jawab untuk menjamin terselenggara dan terkelolanya pengumpulan bahan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumen dan hubungan masyarakat guna menunjang kelancaran pelaksanaan tupoksi BNNK/Kota. 4. Kepala Sub Bagian Logistik Jabatan ini melaksanakan pengumpulan bahan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah tangga BNNP a. Uraian Tugas 24

10 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bagian TU di subbagian Logistik. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah tangga BNNP 3) mengumpulkan bahan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah tangga BNNP b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggung jawab untuk menjamin terselenggara dan terkelolanya pengumpulan bahan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah tangga BNNP. 5. Kepala Sub Bagian Perencanaan Jabatan ini melaksanakan pengumpulan bahan rencana program dan anggaran, bahan bantuan hukum dan kerja sama, serta evaluasi dan penyusunan laporan a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bagian TU di subbagian perencanaan. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan penyusunan rencana program dan anggaran, bahan bantuan hukum dan kerja sama, serta evaluasi dan penyusunan laporan 3) Mengumpulkan bahan rencana program dan anggaran, bahan bantuan hukum dan kerja sama, serta evaluasi dan penyusunan laporan 25

11 b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggung jawab untuk menjamin terselenggara dan terkelolanya pengumpulan bahan rencana program dan anggaran, bahan bantuan hukum dan kerja sama, serta evaluasi dan penyusunan laporan guna menunjang kelancaran pelaksanaan tupoksi BNNK/Kota. 6. Kepala Bidang Pemberantasan Jabatan ini memimpin pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi. a. Uraian Tugas 1) Menyiapkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi di Bidang Pemberantasan 2) Menyiapan bahan kebijakan P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi. 3) Menyiapkan bahan pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 4) Menyiapan bahan pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 26

12 5) Menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan tahanan, barang bukti, dan aset dalam wilayah Provinsi. b. Tanggung Jawab 1) Menjamin kesesuaian rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang Pemberantasan di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional. 2) Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang Pemberantasan di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang Pemberantasan BNN 3) Menjamin pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. 7. Kepala Seksi Pengawasan Tahanan, Barang Bukti, Dan Aset Jabatan ini merupakan jabatan pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan pengawasan tahanan, barang bukti, dan aset dalam wilayah Provinsi a. Uraian Tugas 1) Melakukan pengumpulan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pemberantasan di Seksi Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan pelaksanaan Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset 3) Melakukan pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset 27

13 b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset. 8. Kepala Seksi Intelijen Jabatan ini merupakan jabatan pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota a. Uraian Tugas 1) Melakukan pengumpulan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pemberantasan di Seksi intelijen 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 3) Melakukan pengumpulan bahan penyiapan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 28

14 9. Kepala Seksi Penyidikan, Penindakan, Dan Pengejaran Jabatan ini merupakan jabatan pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. a. Uraian Tugas 1) Melakukan pengumpulan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pemberantasan di Seksi Penyidikan, Penindakan, dan Pengejaran 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol daalkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 3) Melakukan pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol daalkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan 29

15 teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 10. Kepala Bidang Pencegahan Jabatan ini memimpin pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi a. Uraian Tugas 1) Menyiapkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi di Bidang Pencegahan 2) Menyiapan bahan kebijakan P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi. 3) Menyiapan bahan desiminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis desiminasi informasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 30

16 4) Menyiapan bahan bahan advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Tanggung Jawab 1) Menjamin kesesuaian rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang Pencegahan di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang pencegahan Badan Narkotika Nasional. 2) Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang pencegahan di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang Pencegahan BNN 3) Menjamin pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. 11. Kepala Seksi Advokasi Melakukan pengumpulan bahan penyiapan advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pencegahan di Seksi Advokasi. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan Advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 31

17 3) Mengumpulkan bahan Advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan advokasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 12. Kepala Seksi Diseminasi Informasi Melakukan pengumpulan bahan penyiapan desiminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis desiminasi informasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pencegahan di Seksi Diseminasi informasi. 2) Mengumpulkan bahan konsep penyiapan diseminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis diseminasi informasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 3) Mengumpulkan bahan penyiapan diseminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis diseminasi informasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 32

18 b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan diseminasi informasi P4GN di bidang pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota 13. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Jabatan ini memimpin pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di bidang pemberdayaaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi. a. Uraian Tugas 1) Menyiapkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Badan Narkotika Nasional Provinsi di Bidang Pemberdayaan Masyarakat 2) Menyiapan bahan kebijakan P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi. 3) Menyiapan bahan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 4) Menyiapan bahan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 33

19 b. Tanggung Jawab 1) Menjamin kesesuaian rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional. 2) Menjamin kesesuaian pelaksanaan rencana, program, dan kegiatan P4GN Bidang Pemberdayaan Masyarakat di BNNP sesuai dengan Rencana Stratejik Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN 3) Menjamin pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. 14. Kepala Seksi Pemberdayaan Alternatif Melakukan pengumpulan bahan penyiapan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pemberdayaan masyarakat di Seksi pemberdayaan Alternatif. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 3) Mengumpulkan bahan bahan penyiapan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan 34

20 bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Tanggung Jawab Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 15. Kepala Seksi Peran Serta Masyarakat Melakukan pengumpulan bahan penyiapan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota a. Uraian Tugas 1) Mengumpulkan bahan konsep Rencana Kerja Tahunan Bidang Pemberdayaan masyarakat di SeksiPeran Serta Masyarakat. 2) Mengumpulkan bahan konsep kebijakan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. 3) Mengumpulkan bahan penyiapan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan 35

21 penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota b. Uraian Tugas Jabatan ini bertanggungjawab terhadap pengumpulan bahan penyiapan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota Tugas Dan Fungsi Pokok Adapun Tugas pokok dari masing-masing bidang dalam BNNP Gorontalo adalah sebagai berikut : 1. Bidang pencegahan a. Upaya menjadikan siswa/pelajar pendidikan menengah dam mahasiswa memiki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. b. Upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2. Perberdayaan Masyarakat a. Upaya menciptakan lingkungan pendidikan menengah dan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi, dan heroin. b. Upaya menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama ganja, shabu, ekstasi dan heroin. 36

22 c. Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah yang secara sosiologis dan ekonomis melakukan penanaman ganja. d. Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyakat yang belum terkena narkoba, penyalahgunaan narkoba, dan pelaku peredaran gelap narkoba. 3. Bidang pemberantasan a. Upaya pengawasan yang ketat terhadap inpor, produksi, distribusi penggunaan (end user), ekspor, dan re-ekspor dan penegakan hukum terhadap jaringan tersangkah yang melakukan penyimpangan. b. Upaya pengungkapan pabrikan gelap narkoba dan/atau laboratorium rumahan dan jaringan sindikat yang terlinbat. c. Upaya pangungkapan tindak pidana pencucian uangyang berkaitan dengan tindak pidana narkotika secara tegas dan keras sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan jaringan sindikat narkoba baik di dalam maupun di luar negeri secara sinergi. e. Upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat narkoba. 3.2 Deskripsi Hasil Penelitian Pada hasil penelitian, data berbentuk deskripsi data yang diperoleh dari hasil observasi tentang pengaruh disiplin kerja pegawai di kantor BNNP Gorontalo. Data penelitian ini diolah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Pengelolaan ini bertujuan 37

23 untuk mendapatkan data dan informasi tentang bagaimana disiplin dan kinerja pegawai di kantor yang diteliti. Temuan hasil penelitian di lapangan secara umum menunjukkan bahwa disiplin pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional sudah dilaksanakan cukup baik, meskipun belum semua pegawai menunjukkan sikap disiplin yang tinggi dalam bekerja. Sesuai hasil pengamatan di lapangan bahwa terdapat indikasi bahwa sebagian pegawai masih sering datang terlambat serta pulang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya yang seharusnya masuk pukul justru masuk pukul dan keluar sebelum pukul Dalam mengimplementasikan pekerjaanya pun sebagian pegawai terlihat kurang dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Bahkan sebagian diantaranya bersikap acuh tak acuh terhadap pekerjaannya. Misalnya, ada pekerjaan yang harus dikerjakan, justru belum diselesaikan saat itu juga dan masih ditunda penyelesaiannya, akibat pekerjaan jadi menumpuk dan bisa juga berakibat para pegawai menjadi lalai dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini disebabkan karena sebagian pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional kurang efisien dalam memanfaatkan waktu dalam bekerja. Pimpinan dalam hal ini, selalu berupaya dalam menyelesaikan masalah tersebut yaitu diantaranya dengan selalu melakukan pembinaan tentang kedisiplinan setiap apel pagi, melakukan pengecekan daftar kehadiran setiap hari dan mengadakan rapat-rapat staf untuk mengevaluasi kinerja staf di masingmasing seksi. 38

24 3.3 Pembahasan Disiplin pada dasarnya merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh pegawai dalam bekerja di institusi, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap institusi secara keseluruhan. Pada institusi pemerintahan, disiplin mutlak untuk ditegakkan, mengingat bahwa disiplin merupakan sikap mental yang taat pada aturan yang berlaku. Secara konsepsional disiplin bertujuan untuk mewujudkan adanya kondisi yang tertib dan harmonis dalam kehidupan kelompok atau institusi tertentu. Oleh sebab itu, timbullah keharusan-keharusan ataupun kewajiban dan hak yang wajib ditaati serta dihormati oleh para anggota kelompok atau organisasi tersebut. Dalam kontenks ini perlu adanya kepatuhan terhadap aturan yang berlaku atau mengikuti secara tegas disiplin yang ditetapkan pada institusi. Adanya kesadaran pegawai untuk mengikuti aturan yang berlaku akan menjadi faktor yang sangat menentukan peningkatan kinerja institusi pemerintahan seperti Kantor BNN. Faktor kedisiplinan memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan kerja pegawai. Seorang pegawai yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa atasan. Seorang pegawai yang disiplin tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitanya dengan pekerjaan. Demikian juga pegawai yang mempunyai kedisiplinan akan menaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja tanpa ada paksaan. Pada akhirnya pegawai yang mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik karena waktu kerja 39

25 dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksankan pekerjaan sesuai target yang telah ditetapkan. Disiplin kerja tanpa didasari dengan disiplin waktu tidak ada manfaatnya sebaliknya disiplin waktu tanpa disertai disiplin kerja tidak ada hasilnya. Untuk itu kedua jenis disiplin ini harus ditanamkan dalam diri seorang pegawai agar produktivitas kerja pegawai dapat ditingkatkan dan tujuan dari organisai pun dapat dicapai. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa tingkat kedisiplinan pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional masih belum optimal. Baik itu dalam hal disiplin kerja maupun disiplin waktu. Terlihat bahwa masih banyak pegawai yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik selain itu juga pegawai sering datang terlambat yang seharusnya berada di kantor pukul 08.00justru datang pukul dan pulang sebelum waktu yang ditetapkan. Dalam pelaksanaan tugasnya pun masih ada pegawai yang sering lalai dan kurang efisien dalam memanfaatkan waktu untuk bekerja. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo yaitu diantaranya : 1. Faktor Keluarga Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional. Dalam konteks ini bagi sebagian pegawai, keluarga menjadi faktor penghambat dalam usaha untuk menegakkan disiplin dalam bekerja. Dalam hal 40

26 ini karena ada urusan keluarga yang sangat mendesak maka sebagian diantara pegawai tersebut lebih terkonstrasi dengan masalah keluarga dan melupkan tugas pokoknya sebagai pegawai. Namun hal ini sangat berbeda deengan pegawai yang lain. Bagi pegawai yang lain kekuarga justru menjadi sumber utama yang mengilhami penanaman disiplin bagi dirinya dalam bekerja. Dalam hal ini pegawai tersebut umumnya hidup dalam keluarga yang harmonis serta mendukung sepenunya tugas pegawai tersebut di lapangan. Hal ini kemudian menjadi sumber inspirasi bagi pegawai tersebut untuk bekerja dengan baik serta menegakkan aturan atau disiplin yang ada di kantor. Sesuai hasil wawancara dengan pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional bahwa sebagian pegawai sebenarnya ingin menegakkan disiplin di kantor, tetapi karena kondisi keluarga yang kurang mendukung hal tersebut, maka sebagian pegawai dengan terpaksa sering terlambat masuk kantor karena masih mengurus anak dan suami. Uraian di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya pegawai sangat menghendaki penegakkan disiplin di kantor. Tetapi karena faktor keluarga yang kurang member dukungan yang efektif, sehingga sebagian diantaranya tidak dapat mewujudkan hal tersebut dengan baik. 2. Keadaan Institusi Keadaan institusi menjadi faktor lain yang mempengaruhi disiplin kerja di Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo. Dalam hal ini sebagian pegawai memandang bahwa Kantor Badan Narkotika Nasional kurang 41

27 kondusif suasananya sehingga sebagian pegawai memilih untuk pasif untuk bekerja serta cenderung melanggar aturan disiplin yang ditetapkan. Keadaan institusi yang kurang kondusif ini dapat dilihat dari adanya tumpang tindih dalam pekerjaan. Dalam hal ini sebagian pegawai memilih untuk tidak bekerja atau datang terlambat karena melihat distribusi tugas yang tidak seimbang. Mereka melihat bahwa bagian tetentu tidak bekerja dengan baik. Hanya bagian tertentu di kantor yang menunjukkan kerajinan dalam melaksanakan pekerjaan di kantor. Hal ini menyebabkan sebagian merasa enggan untuk menunjukkan sikap disiplin dalam bekerja. Sementara itu bagi pegawai yang lain keadaan institusi ini dipandang cukup kondusif, sehingga mereka termotivasi untuk menegakkan aturan atau disiplin yang ada di kantor. 3. Faktor Penempatan Pegawai yang tidak sesuai. Disiplin dapat pula berarti kualitas kerja pegawai, bentuk disiplin tidak hanya tergantung pada individu pegawai, namun juga pada rekrutmen pegawai harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, agar terhindar dari ketidaksesuaikan jabatan dengan pendidikan yakni keterampilan dan keahlian pegawai tersebut. Biasanya pegawai yang tidak disiplin berawal dari Ketidakmampuan terhadap tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya di Kantor Badan Narkotika Nasional, sehingga menyebabkan pegawai tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya dengan efektif. 42

28 3.3.1 Sanksi-Sanksi Dan Penghargaan Kepada Pegawai a. Sanksi Kepada Pegawai Yang Tidak Disiplin Pemberian sanksi kepada pegawai-pegawai yang melanggar peraturan organisasi pada Kantor Badan Narkotika Nasional sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980, harus disesuaikan juga dengan pelanggaran yang dilakukan. Sebelum pimpinan memberikan sanksi kepada pegawai yang telah melanggar peraturan organisasi terlebih dahulu harus diselidiki apakah pegawai tersebut benar-benar telah melakukan pelanggaran. Apabila telah benarbenar terbukti pegawai tersebut melakukan pelanggaran, maka pimpinan dapat memberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggarannya. Jenis-jenis sanksi yang diberikan yaitu berupa: 1. Sanksi disiplin ringan yang berupa teguran lisan, teguran tulisan, pernyataan tidak luas terhadap kinerja kerja pegawai tersebut. 2. Sanksi disiplin sedang misalnya penundaan program kenaikan jabatan bagi pegawai yang bersangkutan. 3. Sanksi disiplin berat misalnya penurunan jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan yang diberikan sebelumnya. Dan pembebasan dari jabatan untuk dijadikan sebagai pegawai biasa bagi yang memegang jabatan. Tindakan terhadap pelanggaran disiplin dapat pula membantu pegawai supaya menjadi lebih produktif. Misalnya, jika seorang pegawai didisiplinkan karena kegagalan dalam pekerjaannya, maka kualitas ditingkatkan setelah tindakan disiplin. Hal ini akan berfaedah dalam pengembangan pegawai yang bersangkutan, dan tindakan yang efektif dapat mendorong individu untuk 43

29 meningkatkan kinerja yang pada akhirnya menghasilkan pencapaian pada individu pegawai tersebut. b. Penghargaan pada Pegawai yang disiplin Pimpinan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya. Misalnya dengan menyeimbangkan antara pemberian sanksi atau hukuman bagi pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin dan pemberian penghargaan bagi pegawai yang memiliki prestasi kerja yang baik di Kantor. Pemberian penghargaan disini maksudnya adalah memberikan sesuatu kepada para pegawai atas hasil yang telah dilakukan dengan baik. Pimpinan dalam hal ini kurang memberikan penghargaan kepada pegawai yang memiliki prestasi kerja yang baik di Kantor. Sejauh ini penghargaan yang diberikan hanya dalam bentuk pujian yang ditujukan kepada pegawai yang memiliki prestasi kerja yang baik. Jenis pemberian penghargaan kepada pegawai yang berprestasi hendaknya lebih diperhatikan dan ditingkatkan oleh pimpinan. Karena hal ini dapat memotivasi pegawai lainnya untuk lebih meningkatkan kinerja kerjanya. c. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai pada Kantor Badan Narkotika Nasional Berdasarkan hasil wawancara, upaya-upaya dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai di Kantor Badan Narkotika Nasional yaitu diantaranya : Melakukan pembinaan, Pimpinan dalam hal ini Badan Narkotika Nasional selalu berupaya untuk meningkatkan disiplin kerja pegawainya dengan selalu melakukan pembinaan tentang betapa pentingnya disiplin kerja pegawai bagi 44

30 perkembangan institusi karena semakin tinggi disiplin kerja pegawai, semakin tinggi pula prestasi kerja yang dicapainya. Selain itu pimpinan juga selalu mengadakan rapat-rapat untuk mengevaluasi kinerja pegawai di masing-masing seksi. 45

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPRI) dan Presiden

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPRI) dan Presiden BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian Lokasi Penelitian dilaksanakan di BNNP Gorontalo yang terletak hampir berdekatan dengan kompleks pertokoan dan juga di depan gereja

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Badan Narkotika Nasional Provinsi Gorontalo Kejahatan narkoba adalah kejahatan yang bersifat lintas negara

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN 2011-2015 Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Implementasi Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 Jakarta, 8 Mei

Lebih terperinci

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG PROPINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG TUGAS DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional BEBAN KINERJA POK AHLI memberikan saran dan masukan kepada Ka BNN. ITTAMA melaksanakan pengawasan BNN. intern KEPALA a. memimpin BNN dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi atau Perusahaan, disiplin kerja termasuk hal yang paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan alat untuk

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015 Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Provinsi, sedangkan di tingkat

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA TAHUN 2011-2015 PRESIDEN, Untuk lebih

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

Lebih terperinci

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT) Nama Lembaga : (1) Unit Kerja : (2) Program : (3) Sasaran Program (Outcome) : (4) Kegiatan : (5) Indikator Kinerja Kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Indonesia dan memiliki luas sebesar 2.556,75 km 2 dan memiliki penduduk sebanyak BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Profil Wilayah Kabupaten Ciamis 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan memiliki luas sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA PROVINSI, SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara suatu

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahngunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (selanjutnya disebut narkoba) merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI SUMATERA SELATAN Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2011

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2011 BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA SALINAN NOMOR 1/D, 2009 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 40 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LABORATORIUM NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LABORATORIUM NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1 PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LABORATORIUM NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I P E M E R I N T A H K O T A D U M A I PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan 48 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 0 14 dengan 105 0 45 Bujur Timur dan 5 0 15 6 0. Mengingat letak yang demikian ini,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 5 2008 SERI. E 6 Nopember 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN EMPAT LAWANG DENGAN

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke No.912, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Instansi Vertikal. Pembentukan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA LAIN KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Logo dan Atribut Unit Deteksi K9 Badan Nakotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Unda

2016, No Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Logo dan Atribut Unit Deteksi K9 Badan Nakotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Unda No.980, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Unit Deteksi K9. Logo dan Atribut. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG LOGO DAN ATRIBUT UNIT DETEKSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik No.1904, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Kerjasama. Pencabutan. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, MENTERI DALAM NEGERI, DAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. 127 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang KKL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang KKL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang KKL Narkoba merupakan salah satu masalah yang sangat serius di Indonesia. Masalah ini sudah sangat meresahkan dikarenakan peradarannya sudah masuk ke area- area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan sebutan narkoba, pada sisi penyalahgunaan narkoba, dewasa ini justru menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah narkoba ini muncul sekitar tahun 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN DONGGALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DENGAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 207, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Jabatan Struktural Dan Fungsional. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.05.02 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peredaran narkoba semakin merajalela, dan dalam menjalankan aksinya pun para pengedar menggunakan berbagai macam cara. Untuk mengatasi tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KABUPATEN DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci