Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja. Edisi I : Tahun 2006 Edisi II : Tahun 2007 Edisi III : Tahun 2008 Edisi IV : Tahun 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja. Edisi I : Tahun 2006 Edisi II : Tahun 2007 Edisi III : Tahun 2008 Edisi IV : Tahun 2009"

Transkripsi

1 Panduan Pengelolaan

2

3 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Edisi I : Tahun 2006 Edisi II : Tahun 2007 Edisi III : Tahun 2008 Edisi IV : Tahun 2009 BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Jakarta, 2009

4 PANDUAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA (PIK REMAJA) TIM PENYEMPURNAAN : Drs. M. Masri Muadz, M.Sc. Drs. Syaefuddin, MBA Drs. Indrawarman M, M.Sc, MM Drs. Edi Muin, M.Si Dra. Budiarti Utomo Witri Windrawati, SE Farida Ekasari, SI.P, MKM Alifah Nuranti, S.Psi, M.Sc. dr. Ratnasari Widyastuti dr. Umi Salamah Masnuryati, SE Syahril Tanjung, SH Editor : Drs. M. Masri Muadz, M.Sc. Drs. Syaefuddin, MBA

5 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Buku Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Edisi IV dapat diterbitkan dengan berbagai penyempurnaan. Buku Panduan ini merupakan acuan bagi para Pengelola Program KB, khususnya Pengelola Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) dalam membentuk, mengembangkan dan membina PIK Remaja di berbagai tingkatan. Dalam Buku Panduan ini secara spesifik diuraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, strategi pengembangan dan pengelolaan, yaitu terbagi dalam pengelolaan PIK Remaja Tahap Tumbuh, Tahap Tegak dan Tahap Tegar, pokok-pokok kegiatan PIK Remaja, cara-cara mengembangkan PIK Remaja yang ramah remaja (youth friendly), teknik-teknik melakukan advokasi dalam pembentukan dan pengembangan PIK Remaja, kegiatan penunjang, serta aspek-aspek pencatatan dan pelaporan. Buku Panduan ini merupakan penyesuaian dan penyempurnaan dari Buku Pedoman PIK Remaja yang telah diterbitkan pada edisi sebelumnya. Mengingat Panduan ini bersifat umum, maka i

6 pelaksanaannya di lapangan masih memerlukan penjabaran lebih teknis, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah masingmasing. Disadari bahwa Buku Panduan Pengelolaan PIK Remaja ini masih belum sempurna seperti yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan Buku Panduan ini selanjutnya, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan pengelolaan PIK Remaja dari waktu ke waktu, sesuai dengan perkembangan kebijakan dan program PKBR yang dilaksanakan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyiapan materi Panduan ini. Semoga apa yang telah dilakukan bermanfaat bagi remaja saat ini dan generasi yang akan datang. Jakarta, April 2009 Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi, Direktur, Drs. M. Masri Muadz, M.Sc. ii

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan C. Sasaran dan Ruang Lingkup D. Pengertian dan Batasan BAB II PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PIK REMAJA A. Arah Pengembangan dan Pengelolaan PIK Remaja BAB III B. Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK Remaja C. Ciri-ciri Tahapan MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA A. Membentuk PIK Remaja B. Mengembangkan dan Meningkatkan Kualitas PIK Remaja C. Membangun PIK Remaja yang Ramah Remaja iii

8 D. Melakukan Advokasi tentang PIK Remaja E. Melakukan Promosi dan Sosialisasi PIK Remaja F. Menyiapkan Relawan PIK Remaja G. Memberdayakan SDM PIK Remaja H. Mencari Sumber Dana PIK Remaja I. Melaksanakan Administrasi PIK Remaja J. Melaksanakan Konsultasi dan Fasilitasi PIK Remaja BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN A. Pencatatan B. Pelaporan C. Penjelasan Cara Pengisian Formulir Pencatatan dan Pelaporan LAMPIRAN FORMULIR Formulir 1. Catatan Kegiatan Pendidikan PKBR Oleh Pendidik Sebaya Secara Individual Formulir 2. Catatan Kegiatan Pendidikan PKBR Oleh Pendidik Sebaya Secara Kelompok Formulir 3. Catatan Kegiatan Konseling Individu Oleh Konselor Sebaya Formulir 4. Catatan Kegiatan Konseling Kelompok Oleh Konselor Sebaya iv

9 5. Formulir 5. Pelaporan PIK Remaja Tingkat Kecamatan Formulir 6. Pelaporan PIK Remaja Tingkat Kabupaten/Kota Formulir 7. Pelaporan PIK Remaja Tingkat Provinsi Formulir 8. Pelaporan PIK Remaja Formulir 9. Pengisian Profil PIK-KRR Online Formulir 10. Profil PIK Remaja (Kualitas PIK Remaja) Lampiran 11. Contoh Surat Rujukan Lampiran 12.Contoh MoU antara PIK Remaja dengan Dokter Rujukan Medis Lampiran 13.Contoh Proposal PIK Remaja v

10 Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2007 jumlah remaja umur tahun sangat besar terdapat sekitar 64 juta atau 28,6% dari jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 222 juta (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun , BPS, Bappenas, UNFPA, 2005). Disamping jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja misalnya masalah seksualitas (kehamilan tak diinginkan dan aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV dan AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah remaja diantaranya melalui PIK Remaja. PIK Remaja adalah suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 1

11 Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Masa remaja seperti ini oleh Bank Dunia disebut sebagai masa transisi kehidupan remaja. Transisi kehidupan remaja oleh Bank Dunia dibagi menjadi 5 hal (Youth Five Life Transitions). Transisi kehidupan yang dimaksud menurut Progress Report World Bank adalah: 1. Melanjutkan sekolah (continue learning) 2. Mencari pekerjaan (start working) 3. Memulai kehidupan berkeluarga (form families) 4. Menjadi anggota masyarakat (exercise citizenship) 5. Mempraktekkan hidup sehat (practice healthy life). Program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dilaksanakan berkaitan dengan bidang kehidupan yang kelima dari transisi kehidupan remaja dimaksud, yakni mempraktekkan hidup secara sehat (practice healthy life). Empat bidang kehidupan lainnya yang akan dimasuki oleh remaja sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya remaja mempraktekkan kehidupan yang sehat. Dengan kata lain apabila remaja gagal berperilaku sehat, kemungkinan besar remaja yang bersangkutan akan gagal pada empat bidang kehidupan yang lain. Dari data-data yang berkaitan dengan gambaran perilaku sehat remaja, khususnya yang berhubungan dengan risiko TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS), tampaknya 2 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

12 sebagian remaja Indonesia berperilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat tersebut seperti terlihat pada data berikut ini. Seksualitas Seks Pra Nikah Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, ) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia tahun (perempuan 34,7%, lakilaki 30,9%), sedangkan usia tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%). Dari penelitian yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633 pelajar SLTA di Bali, didapatkan bahwa 27% remaja laki-laki dan 18% remaja perempuan mempunyai pengalaman berhubungan seks pra nikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang tahun 2001 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks. Hasil penelitian DKT Indonesia 2005, menunjukkan perilaku seksual remaja di 4 kota yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan berdasarkan norma yang dianut, 89% remaja tidak setuju adanya seks pra nikah, namun kenyataannya 82% remaja punya teman melakukan seks pra nikah, 66% remaja punya teman hamil sebelum menikah. Remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 3

13 47% dan Medan 52%. Dari data PKBI tahun 2006 didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur tahun, 60% tidak menggunakan alokon, 85% dilakukan di rumah sendiri. Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan 1). 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 2). 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral sex (sex melalui mulut), 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual (3 x lebih besar) adalah: 1). Teman sebaya yaitu mempunyai pacar; 2). Mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah; 3). Mempunyai teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan seks pranikah (Analisa Lanjut SKRRI, 2003). Perilaku seks pranikah remaja cenderung terus meningkat seperti diuraikan diatas, sehingga kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada kelompok remaja. Disamping itu jumlah kelompok remaja di Indonesia yang saat ini sudah menginginkan suatu pelayanan KB tersedia bagi kelompok mereka, ternyata datanya sangat mencengangkan. Data SKRRI 2007 menunjukkan 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki 4 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

14 menginginkan pelayanan KB diberikan kepada mereka. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan hasil SKRRI 2002 yang hanya 52% remaja perempuan dan 41% remaja laki-laki masing-masing meminta untuk dapat diberikan pelayanan kontrasepsi. Jika 90% remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki yang saat ini sudah menginginkan pelayanan alat kontrasepsi dikaitkan dengan jumlah remaja umur tahun yang jumlahnya sekitar 42 juta jiwa, berarti sekitar 37 juta jiwa remaja yang membutuhkan pelayanan alat kontrasepsi tidak terpenuhi atau unmet need ber KB untuk kelompok remaja. Unmet need ber KB untuk kelompok remaja akan tetap menjadi unmet need, karena definisi Keluarga Berencana menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah untuk Pasangan Suami Istri sesuai dengan pilihannya. Dengan demikian pemberian pelayanan kontrasepsi kepada remaja bertentangan dengan Undang-undang. Aborsi Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, Rakyat Merdeka, tahun 2006) yang merujuk pada data Terry Hull dkk. (1993) dan Utomo dkk. (2001) didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% (± 700 ribu) dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 5

15 dilakukan dengan cara tidak aman. Sekitar 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu (307/100 ribu kelahiran) dan tercatat bahwa Angka Kematian Ibu (Mother Mortality Rate) di Indonesia adalah 10 kali lebih besar dari Singapura. Narkoba Berdasarkan data BNN 2004, menunjukan bahwa 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia (3.2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut, 78% diantaranya adalah remaja usia tahun. HIV dan AIDS (Depkes, 2009) Secara kumulatif jumlah kasus AIDS sampai dengan September 2009 sebesar kasus. Berdasarkan cara penularannya secara kumulatif dilaporkan antara lain melalui heteroseksual 49,7%, IDU 40,7%, homoseksual 3,4%, perinatal 2,5%, transfusi darah 0,1%, dan tidak diketahui 3,7%. Menurut 4 golongan usia tertinggi adalah usia tahun sebanyak 49,6%, usia tahun 29,8%, usia tahun 8,7%, usia tahun 3,0%. Perbandingan persentase kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 74,5% : 25,5% atau 3 : 1. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia adalah:1). 60% remaja mengaku telah mempraktekkan seks pra nikah; 2). ± 70% dari pengguna Narkoba adalah remaja; 3). ± 50% dari pengidap AIDS adalah kelompok umur remaja. Jadi sejumlah itulah remaja Indonesia 6 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

16 yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan sekolah, memasuki dunia kerja, memulai keluarga dan menjadi anggota masyarakat secara baik. Sejumlah itu pula remaja yang tidak siap untuk melanjutkan tugas dan peran sebagai generasi penerus bangsa. Untuk merespon permasalahan remaja tersebut, Pemerintah (cq. BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan program PKBR yang diarahkan untuk mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Ciri-ciri Tegar Remaja adalah remaja yang menunda usia pernikahan, remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko TRIAD KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Upaya untuk mewujudkan remaja Indonesia melalui program PKBR sesuai dengan konsep Tegar Remaja tersebut akan diupayakan melalui strategi Tegar Remaja. Strategi Tegar Remaja merujuk pada lessons learned dari evaluasi program ARH tahun , School of Public Health, University of Michigan, USA, 2005 dan evaluasi program ARH di Asia, Afrika dan Amerika Latin (World Bank Report, 2007). Strategi Tegar Remaja adalah program PKBR yang dilaksanakan melalui pengembangan faktor-faktor pendukung (promotive factors) program PKBR dan remaja, dalam konteks dan situasi faktor risiko TRIAD KRR. Program PKBR apabila Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 7

17 tidak dilaksanakan dengan pengembangan faktor pendukung tersebut akan mengakibatkan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah. Dengan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah akan mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara individual, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental, emosional dan spiritual. 2. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara sosial, yaitu melanjutkan sekolah, mencari pekerjaaan, memulai kehidupan berkeluarga, menjadi anggota masyarakat yang normal dan mempraktekkan hidup sehat, seperti yang telah diuraikan pada halaman satu dimuka. Akan tetapi apabila program PKBR didukung oleh ketiga faktor pendukung, yaitu (1) peningkatan assets/capabilities remaja atau pengembangan segala sesuatu yang positif seperti terdapat pada diri remaja (pengetahuan, sikap, perilaku, hobi, minat dan sebagainya), (2) pengembangan resources/ opportunities, yaitu jaringan dan dukungan yang diberikan kepada remaja dan program PKBR oleh semua stakeholders terkait (orang tua, teman, sekolah, organisasi remaja, pemerintah, media massa, dan sebagainya), (3) Pemberian pelayanan kedua (second chance) kepada remaja yang telah menjadi korban TRIAD KRR, agar bisa sembuh dan kembali 8 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

18 hidup normal, maka pelaksanaan Program PKBR akan menghasilkan Tegar Remaja (TR) seperti yang dijelaskan sebelumnya. Salah satu kegiatan program PKBR yang mengembangkan ketiga strategi tersebut diatas, adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan wadah PIK Remaja. Keberadaan dan peranan PIK Remaja dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang PKBR. Akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja masih relatif rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengembangan dan pengelolaan PIK Remaja dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan tersebut. Untuk peningkatan dan pengembangan pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja diperlukan buku panduan standar yang dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait dengan pengelolaan, pelayanan serta pengembangan PIK Remaja. Panduan Pengelolaan PIK Remaja yang disempurnakan ini sudah diterjemahkan kedalam Panduan berbentuk Video. Diharapkan Panduan Pengelolaan PIK Remaja baik dalam bentuk cetak maupun video ini dapat memberikan kemudahan bagi para pembina dan pengelola PIK Remaja dalam memahami dan menggunakannya di lapangan. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 9

19 B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Buku Panduan ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan PIK Remaja. Sedangkan tujuan dari PIK Remaja itu sendiri adalah untuk memberikan informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas, sesuai dengan minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Pembina dan Pengelola PIK Remaja tentang pengertian dan batasan PIK Remaja. b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Pembina dan Pengelola PIK Remaja, tentang tujuan, sasaran dan ruang lingkup PIK Remaja. c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Pembina dan Pengelola PIK Remaja tentang strategi pembentukan, pembinaan dan pengembangan PIK Remaja. d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Pembina dan Pengelola PIK Remaja, tentang pokok- 10 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

20 pokok kegiatan dan mekanisme pengelolaan PIK Remaja. e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para Pembina dan Pengelola PIK Remaja tentang monitoring, evaluasi dan pelaporan PIK Remaja. C. SASARAN DAN RUANG LINGKUP 1. Sasaran (audience) Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK Remaja, sebagai berikut: a. Pembina Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalahmasalah remaja, memberi dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya, seperti : 1) Pemerintah: Kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB. 2) Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi masyarakat (seperti: pengurus masjid, pastor, pendeta, pedande, biksu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda. 3) Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio dan TV). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 11

21 4) Rektor/Dekan, kepala SLTP, SLTA, pimpinan pondok pesantren, komite sekolah. 5) Orang tua, melalui program Bina Keluarga Remaja (BKR), majelis ta lim, program PKK. 6) Pimpinan kelompok sebaya melalui program Karang Taruna, pramuka, remaja masjid/gereja/ vihara. b. Pengelola PIK Remaja Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya. 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, dan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja. PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/ 12 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

22 kota atau provinsi. Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang berada di luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya seperti PIK Remaja sekolah, PIK Remaja masjid, PIK Remaja pesantren, dan lain-lain. D. PENGERTIAN DAN BATASAN 1. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja datang ke PIK Remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat. 2. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual. 3. Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko TRIAD KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 13

23 AIDS), menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. 4. TRIAD KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS. 5. Risiko seksualitas adalah sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan risiko perilaku seks sebelum nikah. 6. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency virus, yaitu virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. 7. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu kumpulan dari berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat akibat HIV. 8. Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya, yaitu zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental dan ketergantungan. 9. Remaja (Adolescent) adalah penduduk usia tahun (WHO); Pemuda (Youth) adalah penduduk usia Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

24 tahun (UNFPA); Orang Muda (Young people) adalah penduduk usia tahun (UNFPA dan WHO); Generasi Muda (Young Generation) adalah penduduk usia tahun (World Bank). Remaja sebagai sasaran program PKBR adalah penduduk usia tahun yang belum menikah. 10. Pendidik Sebaya PKBR adalah remaja yang mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi sebagai nara sumber bagi kelompok remaja sebayanya dan telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya PKBR dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. 11. Konselor Sebaya PKBR adalah Pendidik Sebaya yang punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling PKBR bagi kelompok remaja sebayanya yang telah mengikuti pelatihan konseling PKBR dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum Standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. 12. Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 15

25 13. Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya. 14. Pendidikan PKBR adalah suatu proses penyampaian informasi atau pendidikan PKBR yang dilakukan oleh Pendidik Sebaya untuk membantu remaja sebayanya dalam memahami tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. 15. Konseling PKBR adalah suatu proses konsultasi dimana seorang Konselor Sebaya membantu remaja sebayanya untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. 16. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan, berperilaku sehat, terhindar dari risiko Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. 17. Keterampilan Hidup (Life Skills) menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non formal, sosial, intelektual/akademis, dan vokasional untuk bekerja secara mandiri. Life Skills yang 16 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

26 dikembangkan dalam program PKBR lebih ditekankan pada Life Skills yang berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional, keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan (vocational), dan keterampilan menghadapi kesulitan. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 17

27 18 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

28 Bab II Pengembangan dan Pengelolaan PIK Remaja A. Arah Pengembangan dan Pengelolaan PIK Remaja Agar peningkatan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja bisa tercapai, maka pengembangan dan pengelolaan PIK Remaja diarahkan sebagai berikut : 1. Menjadikan PIK Remaja yang dikembangkan dan dikelola dari, oleh dan untuk remaja. 2. Menjadikan PIK Remaja sebagai sumber informasi yang memperjelas pengetahuan, dan keterampilan remaja tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja. 3. Menjadikan seluruh kegiatan PIK Remaja yang Ramah Remaja (adolescents friendly). 4. Menjadikan PIK Remaja sebagai wadah untuk mengintegrasikan upaya peningkatan assets dan pengembangan resources. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 19

29 B. Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK Remaja Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaan PIK Remaja di atas, maka PIK Remaja dikembangkan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu tahap Tumbuh, Tegak, dan Tegar. Proses pengembangan dan pengelolaan masing-masing tahapan tersebut didasarkan pada 1) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan; 2) Ciri kegiatan yang dilakukan; dan 3) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki. C. Ciri-ciri Tahapan 1. PIK Remaja Tahap Tumbuh a. Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : 1) Triad KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan. 2) Pendalaman materi Triad KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan. 3) Pemahaman tentang Hak-Hak Reproduksi. b. Kegiatan yang dilakukan : 1) Kegiatan dilakukan di tempat PIK Remaja 2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok 3) Menggunakan media cetak 4) Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir (terlampir) 20 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

30 c. Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : 1) Ruang khusus 2) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm, dan dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh khalayak. 3) Struktur pengurus paling tidak memiliki : Pembina, Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan kegiatan, PS dan KS 4) Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses 5) Lokasi PIK Remaja mudah diakses dan disukai oleh remaja 2. PIK Remaja Tahap Tegak a. Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : 1) Triad KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan 2) Pendalaman materi Triad KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan 3) Pemahaman tentang hak-hak reproduksi 4) Keterampilan Hidup (Life Skills) 5) Keterampilan advokasi b. Kegiatan yang dilakukan : 1) Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja 2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 21

31 3) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja. antara lain: a). Sosialisasi dan dialog interaktif melalui radio/ TV b). Press gathering c). Pemberian Informasi PKBR dan KRR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja seperti di pasar, jalanan, sekolah, masjid, gereja, vihara dan banjar, dan lain-lain. d). Seminar PKBR e). Road show PKBR ke sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar, dan lain-lain. f). Promosi PIK Remaja melalui TV, radio, majalah, surat kabar. g). Pemberian informasi PKBR dalam momentum strategis (Pentas seni, Hari-hari besar nasional dan daerah, Hari Keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari Anti Narkoba, Hari AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan). h). Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga, i). Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin j). Penyampaian informasi PKBR melalui Mobil Unit Penerangan (Mupen) Untuk melakukan kegiatan di luar PIK Remaja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 22 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

32 a) Mempelajari materi yang akan disampaikan b) Mempersiapkan alat bantu atau sarana yang diperlukan c) Mengetahui karakteristik sasaran d) Melakukan koordinasi dengan penyelenggara kegiatan 4) Melakukan konseling PKBR melalui sms, telepon, tatap muka, dan surat menyurat 5) Menggunakan media cetak dan elektronik 6) Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir (terlampir). 7) Melakukan advokasi dan promosi PIK Remaja untuk mengembangkan jaringan pelayanan 8) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK Remaja, antara lain : a) Pendampingan kepada remaja penyalahguna napza, hamil di luar nikah, dan HIV positif b) Bedah film c) Pelatihan penyiapan karir, contoh: membuat lamaran pekerjaan, kursus bahasa Inggris, browsing internet, dan lain-lain. d) Lintas alam/out bound e) Bimbingan belajar siswa SLTP/SLTA Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 23

33 f) Pendataan remaja yang mengalami risiko TRIAD ( Kehamilan tidak diinginkan, penyalahguna Napza dan HIV Positif). g) Studi banding h) Kegiatan ekonomi produktif (peternakan, pertanian, menjahit, warung gaul dan sembako, rental komputer, pemberian les/privat kepada remaja setempat, pembuatan pin, salon dll.) i) Kegiatan olah raga (jalan santai, gerak jalan, voli, basket, senam) dan kesenian (musik, drama, paduan suara, teater) j) Presentasi pengalaman kegiatan PKBR pada PIK Remaja yang baru dibentuk k) Aneka Lomba (pidato, drum band, band, lukis, karaoke, karikatur, seni islami, cerdas cermat, dan bedah kasus) l) Kajian Islam versi pemuda m) Pemberian penghargaan kepada Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya n) Jambore PIK Remaja o) Pelayanan pemeriksaan gigi atau konsultasi kecantikan p) Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan pertemuan rutin pramuka. 24 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

34 q) Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan pelayanan dasar kesehatan. c. Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : 1) Ruang sekretariat dan ruang pertemuan 2) Struktur pengurus paling tidak memiliki : Pembina, Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS 3) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm dan dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh khalayak 4) Empat orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses 5) Lokasi mudah diakses dan disukai oleh remaja 6) Dua orang Konselor Sebaya yang dapat diakses 7) Jaringan mitra kerja dengan pelayanan medis dan non medis 3. PIK Remaja Tahap Tegar a. Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : 1) TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan 2) Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan 3) Pemahaman tentang hak-hak reproduksi 4) Keterampilan Hidup (Life Skills) 5) Keterampilan advokasi b. Kegiatan yang dilakukan: 1) Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 25

35 2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok 3) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja antara lain: a) Sosialisasi dan dialog interaktif program PKBR melalui radio/ TV b) Press gathering c) Pemberian Informasi PKBR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja seperti di pasar, jalanan, sekolah, masjid, gereja, wihara, banjar, dan lain-lain. d) Seminar PKBR e) Road show PKBR ke sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar, dan lain-lain. f) Promosi PIK Remaja melalui TV, radio, majalah, surat kabar g) Pemberian informasi PKBR dalam momentum strategis (Pentas seni, Hari-hari besar nasional dan daerah, Hari Keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari Anti Narkoba, Hari AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan). h) Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga. i) Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin j) Penyampaian informasi PKBR dan KRR 26 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

36 melalui Mobil Unit Penerangan (Mupen) Untuk melakukan kegiatan di luar PIK Remaja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mempelajari materi yang akan disampaikan b) Mempersiapkan alat bantu atau sarana yang diperlukan c) Mengetahui karakteristik sasaran d) Melakukan koordinasi dengan penyelenggara kegiatan 4) Melakukan konseling PKBR melalui SMS, telepon, tatap muka, dan surat menyurat. 5) Menggunakan media cetak dan elektronik 6) Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir Panduan Pengelolaan PIK Remaja. 7) Melakukan advokasi dan promosi PIK Remaja untuk mengembangkan jaringan pelayanan 8) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK Remaja, antara lain : a) Pendampingan kepada remaja penyalahguna napza, hamil di luar nikah, dan HIV positif b) Bedah film c) Pelatihan penyiapan karir, contoh: membuat lamaran pekerjaan, kursus bahasa Inggris, Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 27

37 browsing internet, dan lain-lain. d) Lintas alam/out bound e) Bimbingan belajar siswa SLTP/SLTA f) Pendataan remaja yang mengalami risiko TRIAD KRR (kehamilan tidak diinginkan, penyalahguna Napza dan HIV Positif). g) Studi banding h) Kegiatan ekonomi produktif (peternakan, pertanian, menjahit, warung gaul dan sembako, rental komputer, pemberian les/ privat kepada remaja setempat, pembuatan pin, salon dan lain-lain.) i) Kegiatan olah raga (jalan santai, gerak jalan, volli, basket, senam) dan kesenian (musik, drama, paduan suara, teater) j) Presentasi pengalaman kegiatan PKBR pada PIK Remaja yang baru dibentuk k) Aneka lomba (pidato, drum band, band, lukis, karaoke, karikatur, seni islami, cerdas cermat, bedah kasus) l) Kajian Islam versi pemuda m) Pemberian penghargaan kepada Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya n) Jambore PIK REMAJA 28 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

38 o) Pelayanan pemeriksaan gigi atau konsultasi kecantikan. p) Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan pertemuan rutin pramuka. q) Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan pelayanan dasar kesehatan. 9) Pengelola PIK Remaja mempunyai akses pada jaringan internet (jaringan tidak harus di dalam PIK Remaja) atau PIK Remaja telah memiliki jaringan internet sendiri. c. Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : 1) Ruang sekretariat dan ruang pertemuan 2) Struktur pengurus paling tidak memiliki: Pembina, Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS 3) Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm dan dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh khalayak 4) Empat orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses 5) Lokasi mudah diakses dan disukai oleh remaja 6) Jaringan mitra kerja dengan pelayanan medis dan non medis 7) Empat orang Konselor Sebaya yang dapat diakses 8) Memiliki hotline/sms konseling 9) Memiliki perpustakaan sendiri 10)Jaringan dengan : a) Kelompok remaja sebaya b) Orang tua Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 29

39 c) Guru-guru sekolah d) PIK Remaja lain, dan lain-lain. 11) Organisasi induk pembina PIK Remaja 30 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

40 Bab III Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja A. Membentuk PIK Remaja 1. Tujuan : Pembentukan PIK Remaja dilingkungan remaja (desa, sekolah, pesantren, tempat kerja, dan lain-lain) bertujuan untuk memberikan informasi PKBR, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR untuk mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka tercapainya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. 2. Sasaran (Audience) Dalam rangka pembentukan PIK Remaja, pihak-pihak terkait (stakeholders) yang menjadi sasaran antara lain : a. Sasaran Utama : Kelompok-kelompok remaja b.sasaran Pengaruh : Aktivis remaja, institusi pemuda, Pendidik Sebaya/Konselor Sebaya Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 31

41 c. Sasaran Penentu : Kepala desa, camat, bupati/ walikota, rektor, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan sekolah, pimpinan pondok pesantren, pimpinan instansi/perusahaan 3. Indikator Keberhasilan : Terwujudnya PIK Remaja Tahap Tumbuh di desa, kecamatan, sekolah/pesantren, masjid, gereja, mall, tempat kerja dan lain lain. 4. Langkah-langkah kegiatan : Langkah-langkah pembentukan PIK Remaja meliputi : a. Sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka pembentukan PIK Remaja dan Pengelola PIK Remaja. b. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/persetujuan dengan pimpinan setempat (kepala desa, camat, bupati/walikota, rektor, tokoh masyarakat, tokoh agama, sekolah, pesantren, dan tempat kerja). c. Menyusun program kegiatan. d. Meresmikan pembentukkan PIK Remaja (launching). 5. Evaluasi Keberhasilan Tahapan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembentukan PIK Remaja sudah/belum tercapai, masalahmasalah yang dihadapi baik yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait (sasaran) maupun berhubungan 32 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

42 dengan proses yang telah dilalui. Kegiatan evaluasi ini akan lebih efektif untuk ditindak lanjuti apabila dilakukan secara bersama-sama dengan sasaran-sasaran yang terkait. B. Mengembangkan dan Meningkatkan Kualitas PIK Remaja 1. PIK Remaja Tahap Tumbuh a. Tujuan : Untuk meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja sehingga jumlah remaja yang mendapatkan informasi dan konseling PKBR melalui PIK Remaja meningkat. Tujuan ini diupayakan dengan strategi memenuhi seluruh ciri PIK Remaja Tahap Tumbuh. b. Sasaran (Audience) 1) Pembina PIK Remaja 2) Pengelola PIK REMAJA (Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS). c. Indikator Keberhasilan : Terpenuhinya seluruh ciri-ciri PIK Remaja Tahap Tumbuh sebagai berikut : 1) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : Triad KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan Pendalaman materi Triad KRR dan Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 33

43 Pendewasaan Usia Perkawinan Pemahaman tentang Hak-hak Reproduksi 2) Kegiatan yang dilakukan : Kegiatan dilakukan di tempat PIK Remaja Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok. Menggunakan media cetak. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir-formulir (terlampir). 3) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : Ruang khusus Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm, dan dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh khalayak. Struktur pengurus paling tidak memiliki: Pembina, Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program/Kegiatan, PS dan KS Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses Lokasi mudah diakses dan disukai oleh remaja d. Langkah-langkah Kegiatan : 1) Materi dan Isi Pesan : a) Melengkapi materi Triad KRR dan PUP pada PIK Remaja yang bersangkutan. 34 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

44 b) Mendalami pengetahuan, sikap dan perilaku tentang materi TRIAD KRR dan Hak-Hak Reproduksi bagi remaja. 2) Ciri Kegiatan a) Membuat jadwal rutin PIK Remaja. b) Memberikan informasi PKBR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja setempat secara rutin dilaksanakan di PIK Remaja. c) Menyampaikan informasi menggunakan media cetak. 3) Dukungan dan Jaringan : a) Menyediakan ruang khusus. b) Melaksanakan orientasi bagi Pengelola PIK Remaja. c) Mengirimkan 2 (dua) orang calon Pendidik Sebaya untuk mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya. Syarat-syarat calon Pendidik Sebaya adalah : (1) Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya. (2) Berminat menyebarluaskan informasi program PKBR. (3) Lancar membaca dan menulis. (4) Memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam mengemukakan Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 35

45 pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar, dan senang menolong. (5) Tidak menyetujui/melakukan/menganjurkan praktek seks pranikah. e. Evaluasi Keberhasilan Evaluasi diarahkan untuk mengetahui sejauh mana PIK Remaja yang sudah terbentuk memiliki ciri-ciri sebagai PIK Remaja tahap Tumbuh, baik dari segi materi dan isi pesan, ciri kegiatan serta dukungan dan jaringan, serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses pengembangan yang dilakukan. Evaluasi ini akan lebih efektif apabila dilakukan bersama oleh Pengelola PIK Remaja yang bersangkutan. 2. PIK Remaja Tahap Tegak a. Tujuan Untuk meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja sehingga jumlah dan kepuasan remaja yang mendapatkan informasi dan konseling melalui PIK Remaja meningkat. Tujuan ini diupayakan dengan strategi memenuhi seluruh ciri PIK Remaja tahap Tegak. b. Sasaran (Audience) 1) Pembina PIK Remaja. 36 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

46 2) Pengelola PIK Remaja (Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS). 3) Tenaga medis dan tenaga non medis yang sudah terkait dengan jaringan. 4) Pelayanan rujukan PIK Remaja. c. Indikator keberhasilan Terpenuhinya seluruh ciri-ciri PIK Remaja Tahap Tegak sebagai berikut : 1) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : TRIAD KRR dan Pendewasaaan Usia Perkawinan Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaaan Usia Perkawinan Pemahaman tentang hak-hak reproduksi Keterampilan Hidup (Life Skills) Keterampilan Advokasi 2) Kegiatan yang dilakukan : Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja antara lain: Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 37

47 » Sosialisasi dan Dialog Interaktif program PKBR melalui radio/tv» Press Gathering» Pemberian informasi PKBR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja seperti di pasar, jalanan, sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar, dan lain-lain» Seminar PKBR» Road show PKBR ke sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar dan lain-lain.» Promosi PIK Remaja melalui TV, radio, majalah, surat kabar.» Pemberian Informasi dalam momentum strategis (pentas seni, Hari-hari besar nasional dan daerah, Hari Keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari Anti Narkoba, Hari AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan).» Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga» Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin» Penyampaian informasi PKBR dan KRR melalui Mobil Unit Penerangan (Mupen) Untuk melakukan kegiatan di luar PIK Remaja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :» Mempelajari materi yang akan disampaikan 38 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

48 » Mempersiapkan alat bantu atau sarana yang diperlukan» Mengetahui karakteristik sasaran» Melakukan koordinasi dengan penyelenggara kegiatan Melakukan konseling PKBR melalui SMS, telephone, tatap muka, dan surat menyurat» Menggunakan media cetak dan elektronik» Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir (terlampir).» Melakukan advokasi dan promosi PIK Remaja untuk mengembangkan jaringan pelayanan. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK Remaja, antara lain :» Pendampingan kepada remaja penyalahguna napza, hamil di luar nikah, dan HIV positif.» Bedah film.» Pelatihan penyiapan karir, contoh: membuat lamaran pekerjaan, kursus bahasa Inggris, browsing internet, dan lain-lain.» Lintas alam/out bound» Bimbingan belajar siswa SLTP/SLTA» Pendataan remaja yang mengalami risiko Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 39

49 TRIAD KRR (kehamilan tidak diinginkan, penyalahguna Napza dan HIV Positif).» Studi banding» Kegiatan ekonomi produktif (peternakan, pertanian, menjahit, warung gaul dan sembako, rental komputer, pemberian les/ privat kepada remaja setempat, pembuatan pin, salon, dan lain-lain)» Kegiatan olah raga (jalan santai, gerak jalan, bola volly, basket, senam) dan kesenian (musik, drama, paduan suara, teater)» Presentasi pengalaman kegiatan PKBR pada PIK Remaja yang baru dibentuk» Aneka lomba (pidato, drum band, band, lukis, karaoke, karikatur, seni islami, cerdas cermat, bedah kasus).» Kajian Islam versi pemuda» Pemberian penghargaan kepada Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya» Jambore PIK Remaja» Pelayanan pemeriksaan gigi atau konsultasi kecantikan.» Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan pertemuan rutin pramuka.» Integrasi kegiatan PIK Remaja dengan 40 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

50 pelayanan kesehatan dasar. 3) Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : Ruang sekretariat dan ruang pertemuan Struktur pengurus paling tidak memiliki: Pembina, Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS Memiliki papan nama, ukuran minimal 60 cm x 90 cm dan dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh khalayak Empat orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses Lokasi yang mudah diakses dan disukai oleh remaja Dua orang Konselor Sebaya yang dapat diakses Jaringan mitra kerja dengan pelayanan medis dan non medis d. Langkah-Langkah Kegiatan 1). Materi dan Isi Pesan Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan isi pesan pada tahap Tumbuh, namun ditambah dengan beberapa hal di bawah ini: a) Mempelajari dan memberikan pelayanan PIK Remaja berkaitan dengan materi Keterampilan Hidup (Life Skills). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 41

51 b) Mempelajari teori-teori advokasi. c) Menerapkan keterampilan advokasi. 2). Ciri-ciri Kegiatan a) Mempertahankan ciri-ciri kegiatan yang dilakukan pada PIK Remaja Tahap Tumbuh sebelumnya. b) Menggunakan media elektronik dalam pelayanan PIK Remaja. c) Menyampaikan informasi dan konseling di luar PIK Remaja. d) Melakukan advokasi kepada tokoh individu dan institusi pendukung PIK Remaja. e) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK Remaja (promosi). 3). Dukungan dan Jaringan a) Mempertahankan dukungan dan jaringan yang dimiliki pada PIK Remaja Tahap Tumbuh sebelumnya. b) Mengirimkan 2 orang calon Pendidik Sebaya untuk pelatihan Pendidik Sebaya. Syarat-syarat calon Pendidik Sebaya adalah: (1) Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya. (2) Berminat menyebarluaskan informasi 42 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

52 PKBR. (3) Lancar membaca dan menulis. (4) Memiliki ciri-ciri kepribadian antara lain; ramah, lancar dalam mengemukan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, dan mau belajar dan senang menolong (5) Tidak menyetujui/melakukan/menganjurkan praktek seks pra nikah. c) Mengirimkan 2 orang calon Konselor Sebaya untuk pelatihan Konselor Sebaya dengan syarat : (1) Telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya. (2) Telah melakukan kegiatan dan aktivitas pendidikan sebaya (3) Dipandang mampu menjadi Konselor Sebaya. d Melakukan koordinasi dengan pelayanan medis (Puskesmas/Rumah sakit terdekat). e) Melakukan koordinasi dengan pelayanan lain yang terkait dengan remaja (psikolog, tokoh agama, dan lain-lain). e. Evaluasi Keberhasilan Evaluasi diarahkan untuk mengetahui sejauhmana PIK Remaja yang sudah terbentuk memiliki ciri-ciri sebagai Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 43

53 PIK Remaja Tahap Tegak, baik dari segi materi dan isi pesan, ciri kegiatan, dukungan dan jaringan, serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses pengembangan yang dilakukan. Evaluasi ini akan lebih efektif apabila dilakukan bersama oleh Pengelola PIK Remaja serta tenaga medis dan non medis mitra jaringan. 3. PIK Remaja Tahap Tegar a. Tujuan Untuk meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK Remaja, sehingga jumlah dan kepuasan remaja yang mendapatkan informasi dan konseling melalui PIK Remaja meningkat. Tujuan ini diupayakan dengan strategi memenuhi seluruh ciri PIK Remaja Tahap Tegar. b. Sasaran (Audience) 1) Pembina PIK Remaja. 2) Pengelola PIK Remaja (Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, PS dan KS). 3) Mitra jaringan pelayanan medis dan non medis. 4) Ketua kelompok-kelompok remaja. 5) Orang tua dari remaja sasaran PIK Remaja. 6) Guru-guru sekolah sekitar PIK Remaja. 44 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

54 7) Pengelola PIK Remaja lain di sekitarnya. 8) Pimpinan organisasi induk PIK Remaja. c. Indikator keberhasilan Terpenuhinya seluruh ciri-ciri PIK Remaja Tahap Tegar sebagai berikut : 1) Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan Pendalaman materi TRIAD KRR dan Pendewasaan Usia Perkawinan Pemahaman tentang Hak-hak reproduksi Keterampilan Hidup (Life Skills) Keterampilan Advokasi 2) Kegiatan yang dilakukan : Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK Remaja Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam lokasi PIK Remaja berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di luar PIK Remaja, antara lain: Sosialisasi dan Dialog Interaktif PKBR melalui radio/tv Press Gathering Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja 45

55 Pemberian informasi PKBR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja seperti di pasar, jalanan, sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar, dan lainlain Seminar PKBR Road show PKBR ke sekolah, masjid, gereja, vihara, banjar dan lain-lain Promosi PIK Remaja melalui TV, radio, majalah, surat kabar Pemberian Informasi PKBR dalam momentum strategis (Pentas seni, Hari-hari besar nasional dan daerah, Hari Keluarga Nasional, Hari Remaja, Hari Anti Narkoba, Hari AIDS, Kemah Bhakti Pramuka, dan Gerakan Penghijauan). Diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga, Sosialisasi PKBR bagi calon pengantin Pemberian informasi PKBR melalui Mobil Unit Penerangan (Mupen). Untuk melakukan kegiatan di luar PIK Remaja diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:» Mengetahui karakteristik sasaran.» Mempelajari materi yang akan disampaikan.» Mempersiapkan alat bantu atau sarana yang diperlukan. 46 Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENDAHULUAN Apa itu PIK? Pik adalah Pusat Informasi dan Konseling Remaja Apa itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja http://ceria.bkkbn.go.id Direktur Bina Ketahanan Remaja I ndra Wirdhana, SH,M M A. PENDAHULUAN Jumlah Remaja kurang lebih 64 juta jiwa.

Lebih terperinci

Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Panduan Pengelolaan Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) KRR) Percontohan Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN ISI BUKU 1. PENDAHULUAN 2. PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa 1. Defenisi perilaku Menurut Notoatmojo (2003.hal.114) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

GENERASI BERENCANA G-E-N-R-E

GENERASI BERENCANA G-E-N-R-E GENERASI BERENCANA G-E-N-R-E H. NOFRIJAL BKKBN PROVINSI GORONTALO 04 FEBRUARI 2011 Masalah Remaja: kualitas (anak) kita Pengertian Remaja Remaja, Pemuda,Orang Muda, dan Generasi Muda 1. Remaja (Adolescent)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteriakriteria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteriakriteria BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010 LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010 I. Latar Belakang Keberhasilan kegiatan pendidikan pelatihan dinilai dari efektivitas dan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA DRS. ABD. HARIS ISMAIL. KABID. KS / PK BKKBN Provinsi Gorontalo

MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA DRS. ABD. HARIS ISMAIL. KABID. KS / PK BKKBN Provinsi Gorontalo MEKANISME PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA DRS. ABD. HARIS ISMAIL KABID. KS / PK BKKBN Provinsi Gorontalo A. Membentuk PIK Remaja B. Mengembangkan dan Meningkatkan Kualitas PIK Remaja C. Membangun PIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000) hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja. Dimana 85% antaranya hidup di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah generasi masa depan bangsa yang akan menentukan hitam putihnya bangsa di kemudian hari. Hal ini dapat dipahami karena para remaja selain jumlah sangat

Lebih terperinci

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN HAK-HAK REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN HAK-HAK REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN HAK-HAK REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA JAKARTA, 2008 http://ceria.bkkbn.go.id (website) ceria@bkkbn.goi.id (email) KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anakanak untuk menuju masa dewasa. Remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN!.1. Latar Belakang Masalah BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, yang merupakan Lembaga Pemerintahan Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan

Lebih terperinci

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA A. Pendahuluan Oleh: Drs. Mardiya Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENGINTEGRASIAN PROGRAM GENERASI BERENCANA DALAM KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre Judul TA : Strategi Komunikasi Bidang Bina Ketahanan Remaja BKKBN Provinsi Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Jumlah Peserta Generasi Berencana Nama NIM : Raden Kevin Mohan : D0C008070 Abstraksi Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA Dalam Bab II ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Program Generasi Berencana (GenRe) di Indonesia dan di Kabupaten Banjarnegara. Mengingat GenRe merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental dan sosial. TRIAD KRR adalah tiga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI SKRIPSI PERBEDAAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI, PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu usaha untuk mecapai kehidupan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang terlampau besar pada nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itu salah satunya adalah materialisme.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk yang sangat tinggi. Menurut data Sensus Penduduk, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan Lembaga Pemerintahan Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dukungan Guru Lingkungan sekolah merupakan salah satu pengaruh yang cukup kuat pada remaja. Pada umumnya orang tua menaruh harapan yang besar pada pendidikan di sekolah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan apabila tidak ditangani

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DAN MAHASISWA (PIK REMAJA/MAHASISWA)

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DAN MAHASISWA (PIK REMAJA/MAHASISWA) PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DAN MAHASISWA (PIK REMAJA/MAHASISWA) BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA JAKARTA, 0 i ii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kelahian dibanding tahuin sebelumnya,namun ledakan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kelahian dibanding tahuin sebelumnya,namun ledakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 5 negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Meskipun pemerintah mengklaim telah terjadi penurunan angka kelahian dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan  hasil Riset Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development/ICPD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikembangkan oleh BKKBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I SALI NAt>! I PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

Sgmendung2gmail.com

Sgmendung2gmail.com Sgmendung2gmail.com sgmendung@yahoo.co.id PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KB BKKBN 2011 Menjelaskan Konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Menjelaskan masalah-masalah dalam memenuhi hak-hak reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Deskripsi Wilayah Kota Bandar Lampung Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN

Lebih terperinci

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015 61 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015 I. Identitas Responden No. Responden : Jenis Kelamin Responden : Umur Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 237,6 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah remaja usia tahun sekitar 26,67

BAB I PENDAHULUAN. 237,6 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah remaja usia tahun sekitar 26,67 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut data BPS jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, sedangkan untuk jumlah remaja usia 10-24 tahun sekitar 26,67 persen dari jumlah

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat : a. bahwa menurut hasil STHP 2006, epidemi HIV dan AIDS di Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.

Lebih terperinci