Analisis Persediaan Multy Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Persediaan Multy Item dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa"

Transkripsi

1 Analss Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa 1 onny Cputra 1, Theresa Sunarn Jurusan Teknk Industr Sekolah Tngg Teknk Mus, Palembang E-mal : donnycputra@gmal.com Jurusan Teknk Industr Sekolah Tngg Teknk Mus, Palembang E-mal : nan_ys@sttmus.ac.d ABSTRAK Home ndustry Rot Tga Saudara merupakan suatu ndustr yang memproduks rot dengan beberapa jens rot, yakn : rot tawar, rot zebra, rot 9 merah, rot s 1, dan rot 577. Permasalahan yang serng terjad adalah banyaknya jumlah rot yang kadaluarsa, sehngga menyebabkan kerugan bag perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan. Home ndustry n ngn mengoptmalkan perencanaan persedaan rot dengan memperhatkan kapastas tap jens rot berdasarkan faktor kadarluasa. Untuk mengatas hal tersebut, dalam peneltan n akan dbahas mengena perencanaan dengan model multy tem terhadap pertmbangan faktor kadaluarsa untuk mengurang produk yang akan kadaluarsa. alam model n ddapatkan tngkat produks optmum () setap har sebanyak 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) sebanyak 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot 577. Berdasarkan data dan k, ddapatkan Total Baya Persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp ,67, pada rot zebra sebesar Rp ,67, pada rot 9 merah sebesar Rp ,19, rot s 1 sebesar Rp ,37, dan pada rot 577 sebesar Rp ,79. Jumlah nput () yang dperoleh dharapkan merupakan jumlah pesanan yang optmum dar jens rot yang sesua dengan pertmbangan kadaluars, sehngga mampu mengendalkan baya persedaan yang ada. Kata kunc : Persedaan, Model Multy Item, Pertmbangan Kadaluarsa 1. PENAHULUAN alam ndustr manufaktur maupun non-manufaktur, adanya persedaan merupakan faktor yang memcu penngkatan baya. Meskpun demkan, persedaan tetap dperlukan karena pada konds nyata, kebutuhan atau permntaan dar konsumen bersfat tdak past. Penetapan jumlah persedaan yang terlalu banyak akan berakbat pemborosan dalam baya smpan. Sebalknya, jka terlalu sedkt akan mengakbatkan hlangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jka permntaan nyata lebh besar darpada permntaan yang dperkrakan. Home ndustry Rot Tga Saudara merupakan suatu ndustr yang memproduks rot. Jens rot yang dbuat adalah rot tawar, rot zebra, rot 9 merah, rot s 1, dan rot 577. Hal yang serng terjad pada Home ndustry Rot Tga Saudara adalah banyaknya jumlah rot yang kadaluarsa, sehngga menyebabkan kerugan bag perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan Home ndustry n. Setap harnya rot yang kadaluarsa berksar antara 5% sampa 35%, n menyebabkan kerugan yang harusnya bsa dmnmas. Oleh karena tu, peneltan n melakukan perbakan terhadap penentuan jumlah produks optmal yang dhaslkan dengan menggunakan model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa. harapkan dengan model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa dapat mengurang rot kadaluarsa dan baya persedaan serta baya-baya pendukung dar baya persedaan tersebut sehngga dapat mengoptmalkan pendapatan Home Industry Rot Tga saudara Palembang. Peneltan terkat dengan persedaan adalah peneltan dengan judul Pengendalan Persedaan Barang Jad Mult Item dengan Metode Lagrange Multpler pada epo Es Krm Perusahaan X d Magelang dlakukan oleh [7]. Pada peneltan n membahas dalam pengelolaan produk jad yang bersfat mult tem. Permasalahan yang terjad adalah serng terjadnya overstock atau kelebhan bahan persedaan pada jens tertentu dan konds stockout atau kekurangan persedaan pada produk jens tertentu. Perbedaan dengan peneltan n adalah pada model persedaan yang dgunakan. Pada [7] menggunakan model 67

2 persedaan dengan metode Langrange, sedangkan peneltan n menggunakan model persedaan dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa. emkan juga dengan peneltan yang berjudul Sstem Persedaan Mult Item dengan Kendala Investas an Luas Gudang []. Model persedaan yang dgunakan adalah model persedaan dengan kendala nvestas dan luas gudang. Peneltan yang menggunakan model persedaan yang sama adalah peneltan dengan judul Model Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unt scount [3].. PERSEIAAN Persedaan adalah sumber daya menganggur (dle resources) yang menunggu proses lebh lanjut, yang dmaksud dengan proses lebh lanjut tersebut adalah berupa kegatan produks pada sstem manufaktur, kegatan pemasaran pada sstem dstrbus [4]. ar sudut pandang sebuah perusahaan maka persedaan adalah sebuah nvestas modal yang dbutuhkan untuk menympan materal pada konds tertentu. Pengendalan terhadap persedaan kontrol adalah aktvtas mempertahankan jumlah persedaan pada tngkat yang dkehendak. Pada produk barang, pengendalan persedaan dtekankan pada pengendalan materal. Persedaan adalah sejumlah bahan atau barang yang terseda untuk dgunakan d masa yang akan datang. engan kata lan, persedaan adalah stok barang fsk bak materal dasar, barang setengah jad, maupun barang jad yang dadakan pada suatu lokas dan perode tertentu [5]..1 Komponen Persedaan Referens [8] menyatakan bahwa secara umum ada beberapa komponen yang selalu berkatan erat dalam sstem persedaan, antara lan: a. Permntaan (emand) Merupakan sejumlah unt barang yang dambl dar persedaan. Jens permntaan dapat dkategorkan menurut ukuran, laju dan polanya, yatu: 1) emand sze (ukuran), merupakan ukuran besar keclnya permntaan dan memlk dmens kuantt atau jumlah. ) emand rate (laju) adalah ukuran permntaan per satuan waktu. 3) emand pattern (pola) mengacu pada bagamana cara barang yang dkeluarkan dar persedaan. b. Pemesanan Kembal (Replenshment) Pemensanan kembal n juga dbedakan berdasarkan ukuran, pola dan lead tme, yatu: 1) Replenshment sze, mengacu pada kuanttas barang yang akan dmasukan dalam persedaan. ) Replenshment pattern, mengacu pada bagamana sejumlah unt tertentu dtambahakan dalam persedaan. 3) Replenshment lead tme adalah rentang atau tenggang waktu antara saat pemesanan suatu tem dan penambahan sejumlah unt tersebut pada persedaan yang dapat juga bersfat konstan ataupun varabel. c. Pembatas atau Kendala (Constrants) Constrants merupakan komponen pembatas sstem persedaan yang ada sepert: 1) Kendala ruang penympanan gudang dapat membatas jumlah persedaan yang harus dadakan. ) Kendala kaptal membatas baya nvestas persedaan. 3) Kendala fasltas, peralatan tua dapat membatas kemampuan supla dan tngkat operas perusahaan. 4) Kendala faktor kadaluarsa.. Baya Persedaan Baya total persedaan melput baya pembelan (purchase cost), baya pemesanan (setup cost), baya penympanan (holdng cost), dan baya kekurangan (stockout cost). Secara gars besar, baya total persedaan melput keempat komponen jens baya tersebut, namun tdak menutup kemungknan terdapat komponen baya-baya lan yang mempengaruh baya total persedaan. Pada model persedaan multy tem dengan melbatkan faktor kadaluarsa selan keempat kompenen baya tersebut, juga terdapat komponen baya lan yatu baya kadaluarsa yang dapat mempengaruh baya total persedaan [1]. 1) Baya Pembelan (Purchase Cost) Baya pembelan adalah baya yang dkeluarkan untuk membel bahan baku/barang. Maka besarnya baya pembelan dalam satu perode adalah: C p = P... (1) Keterangan: C p = Total baya pembelan selama satu perode P = Harga bel per unt barang untuk kuanttas tertentu = Jumlah permntaan barang ) Baya Produks 68

3 Baya produks adalah total baya yang dkeluarkan ketka akan memproduks suatu barang. Jka besarnya baya yang dkeluarkan untuk setap kal produks dajukan sebesar S, maka besarnya baya produks dalam satu perode adalah : S = Baya Bahan Baku + Baya Pengantaran + Gaj... () S = Baya produks 3) Baya Penympanan (Holdng Cost) Baya penympanan adalah baya yang dkeluarkan untuk keperluan pemelharaan, sewa tempat, atau baya asurans atas barang/bahan baku yang ada. Besarnya total baya smpan (C st ) dan baya penympanan dalam satu perode (C s ) adalah : C = depresas gudang + baya lstrk ( 3) C st s C st = x persentase produks (4) Rumus fraks baya smpan (Rusdansyah, 005) : F = S harga ketka akan kadaluarsa... (5) C s = Baya penympanan dalam satu perode Cst= Total baya smpan F = fraks baya smpan barang per unt per perode perencanaan h = baya penympanan per produk per perode 4) Baya Kekurangan Persedaan (Stockout Cost) Baya kekurangan adalah baya yang dkeluarkan karena kehabsan barang akbat adanya barang yang kadaluarsa. Maka besarnya baya kekurangan barang dalam satu perode adalah : S C k = (6) C k = Baya kekurangan persedaan per unt 5) Jumlah pesanan yang optmum adalah : = S ( P j) +... (7) P F P F( P F C ) k j = Harga jual barang ketka akan kadaluarsa = jumlah pesanan yang optmum C k = Baya kekurangan persedaan per unt 6) Penentuan rumus jumlah barang yang akan kadaluarsa () dpaka untuk produk yang mudah terjual dan jangka kadaluarsa produk yang relatf sngkat (< 10 har). Rumus Jumlah barang yang akan kadaluarsa ( P ) j k =..... (8) P FxC k k = Jumlah barang yang akan kadaluarsa 7) Baya kadaluarsa Baya kadaluarsa adalah baya yang dkeluarkan karena barang telah melewat masa paka. alam hal n, baya kadaluarsa merupakan selsh antar harga bel barang (P ) dengan harga jual barang yang akan kadaluarsa (j). Maka besarnya baya kadaluarsa adalah: Ckd = k ( P j) (9) Keterangan = C kd = baya kadaluarsa 69

4 8) Fraks barang bak adalah : θ = k (10) Keterangan = θ = Fraks barang bak.3 Ttk Pemesanan Ulang (Reorder Pont) Model persedaan mengasumskan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampa tngkat persedaannya mencapa nol sebelum perusahaan memesan lag, dan dengan seketka krman akan dterma. Keputusan akan memesan basanya dungkapkan dalam konteks ttk pemesanan ulang, tngkat persedaan dmana harus dlakukan pemesanan [6]. ROP batas jumlah pemesanan kembal termasuk permntaan yang dngnkan atau dbutuhkan selama masa tenggang, msalnya suatu tambahan/ekstra stock. Reorder pont mempunya beberapa model, dantaranya yatu [5]: a. Jumlah permntaan maupun masa tenggang adalah konstan b. Jumlah permntaan adalah varable, sedangkan masa tenggang adalah konstan c. Jumlah permntaan adalah konstan, sedangkan masa tenggang adalah varabel d. Jumlah permntaan maupun masa tenggang adalah varabel. Reorder Pont sangat membantu perusahaan dbandngkan MRP (Materal requrement plannng)dalam mengatas masalah kapan harus dlakukan pemesanan. MRP adalah suatu jens sstem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan materal untuk produks yang memerlukan beberapa tahapan proses/fase [5]. MRP dgunakan untuk persedaan dengan system dependent nventor, sedangkan reorder pont dgunakan untuk ndependent nventory..4 Model Persedaan Multy Item engan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa Bag perusahaan makanan atau ndustr bahan kma, masa kadaluarsa barang menjad salah satu faktor yang juga mempengaruh besarnya baya total persedaan. Ketka barang tersebut telah melewat batas waktu paka (barang telah kadaluarsa), maka barang tersebut sudah tdak dapat dgunakan lag. Barang akan memlk nla jual yang lebh rendah serng dengan mendekatnya masa paka (waktu kadaluarsa), bahkan tdak memlk nla jual sama sekal ketka barang tersebut telah kedaluarsa. Pengadaan persedaan barang dengan waktu kadaluarsa dalam jumlah yang banyak akan menngkatkan baya kadaluarsa bag perusahaan. Perusahaan akan mengalam kerugan mengngat banyaknya barang yang memlk nla jual yang lebh rendah atau bahkan tdak memlk nla jual sama sekal ketka barang tersebut telah kadaluarsa. Sebalknya, jka pengadaan persedaan barang dengan waktu kadaluarsa dalam jumlah yang sedkt akan mengakbatkan frekuens pemesanan yang lebh serng sehngga baya pemesanan menjad mahal. Varabel-varabel yang dgunakan dalam model persedaan multy tem n adalah: l : jumlah pesanan yang optmum untuk jens barang ke l (unt) : jumlah barang yang akan kadaluarsa untuk jens barang ke-l (unt) kl Baya total persedaan untuk satu jens barang dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa merupakan penjumlahan dar baya pembelan, baya pemesanan, baya penympanan, baya kekurangan, dan baya kadaluarsa [3]. Kelma komponen baya n tetap dgunakan untuk masalah persedaan dengan banyak jens barang, namun yang berbeda tampak pada baya pemesanan jka perusahaan melakukan kebjakan jont order. S PF ( ) Ck ( P j) TAC (, ) = P (11) TAC(Total Annual Cost) = Baya total persedaan C kd = Baya kadaluarsa = Jumlah barang yang akan kadaluarsa P = Harga bel per unt barang untuk kuanttas tertentu j = Harga jual barang ketka akan kadaluarsa = Jumlah yang d produks = Jumlah pesanan yang optmum 70

5 F S = Fraks baya smpan barang per unt per perode perencanaan = Baya produks 3. HASIL AN PEMBAHASAN 3.1. Permntaan ata produks yang dkumpulkan adalah hasl produks rot selama 6 bulan atau 151 har. ata produks dar ke-5 jens rot selama 151 har dagregas (dtunjukkan pada Gambar 1), kemudan hasl agregas dgunakan untuk meramalkan permntaan 48 har ke depan. Gambar 1 Grafk ata Agregat Rot Berdasarkan grafk yang dperoleh, maka dapat dketahu bahwa data membentuk pola trend karena secara keseluruhan produks untuk setap harnya cenderung semakn menngkat walaupun terkadang sedkt menurun. Oleh karena tu, metode peramalan yang dgunakan adalah Movng Average, Sngle Exponental Smoothng wth Trend, ouble Exponental Smoothng wth Trend, dan Lnear Regresson. ar ketga metode tersebut dplh metode Lnear Regresson dengan nla MA terkecl untuk meramalkan permntaan selama 48 har ke depan. Hasl ramalan dengan metode terplh selanjutnya ddsaggregas untuk mengetahu permntaan pada setap jens rot. Tabel 1 berkut menunjukkan hasl ramalan permntaan rata-rata per har dar tap rot. Tabel 1. Rata-rata permntaan rot per har Jens rot Rot Tawar Rot Zebra Rot 9 Merah Rot Is 1 Rot 577 Rata-rata permntaan Baya Persedaan Pada permasalahan d Home ndustry Rot Tga Saudara, baya-baya yang terkat dengan baya persedaan melput baya smpa, baya produks, baya kekurangan persedaan dan baya produks bersama. Besarnya baya smpan dpengaruh oleh depresas gudang, baya lstrk dan baya keamanan. Baya produks terdr dar komponen baya bahan baku, baya tenaga kerja dan baya pengantaran. Baya kekurangan persedaan dhtung berdasarkan baya yang dkeluarkan karena kehabsan barang akbat adanya barang yang kadaluarsa. Baya produks bersama dhtung dar penjumlahan baya produks untuk semua jens rot. ar perhtungan baya per unt produk dapat dlhat pada Tabel. Tabel. Baya smpan, produks, kekurangan persedaan dan produks bersama Baya No Produk Kekurangan Smpan/har/unt Produks/unt Persedaan 1 Rot Tawar Rp 51, ,85 Rp 6,75 Rot Zebra Rp 51, ,73 Rp 80,53 3 Rot 9 Merah Rp 51, ,69 Rp 49,04 4 Rot Is 1 Rp 51, ,19 Rp 39,1 5 Rot 577 Rp 51, ,6 Rp 7,58 Produks Bersama.730,08 71

6 3.3. Fraks Baya Smpan Fraks baya smpan dapat dhtung menggunakan persamaan (5). Untuk penentuan fraks baya smpan selan data produks dperlukan juga harga jual ketka akan kadaluarsa. Harga jual rot, harga jual ketka akan kadaluarsa dan fraks baya smpan dtunjukkan pada Tabel 4 berkut: No Produk Harga Jual (Rp) Tabel 4 Harga jual rot dan fraks Harga Ketka Akan Kadaluarsa(Rp) Fraks baya smpan 1 rot tawar ,31 rot zebra ,67 3 rot 9 merah ,69 4 rot s ,71 5 rot , Model Persedaan Multy Item dengan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa Berdasarkan data dan persamaan (11), model persedaan multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa pada Home ndustry Rot Tga Saudara adalah : Fungs tujuan : , x ( ) 6,75 x x TAC (Rp) = Fungs kendala : k (rot tawar) < 5% (rot zebra) < 5% (rot 9 merah) < 5% (rot s 1) < 5% (rot 577) < 5% Selanjutnya berdasarkan persamaan (7) dan (8) dperoleh nla dan k yang masng-masng menunjukkan banyaknya jumlah pesanan yang optmum dan jumlah barang yang akan kadaluarsa. Banyaknya jumlah pesanan optmum, jumlah rot yang akan kadaluarsa, baya persedaan dar masng-masng jens rot dtunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Total baya persedaan untuk masng-masng rot Jens Rot Rot tawar Rot zebra rot 9 merah rot s 1 rot Fraks barang bak,3% 9,09% 11,8% 13, 1,35 TAC (Rp) , , , , ,79 Berdasarkan pengolahan data d atas, dalam model n ddapatkan tngkat produks optmum () melput 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) melput 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot 577. engan demkan ddapatkan total baya persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp ,67, pada rot zebra sebesar Rp ,67, pada rot 9 merah sebesar Rp ,19, rot s 1 sebesar Rp ,37, dan pada rot 577 sebesar Rp ,79. Jumlah nput () yang ddapat dharapkan merupakan jumlah pesanan yang optmum dar jens rot yang sesua dengan pertmbangan kadaluarsa dan mampu mengendalkan tngkat proftabltas akan mengarah kepada persedaan yang bak pula. 7

7 4. SIMPULAN ar peneltan yang telah dlakukan, maka dapat dsmpulkan bahwa: 1. engan model multy tem dengan mempertmbangkan faktor kadaluarsa ddapatkan total produks optmal () tap jens rot melput 4 unt rot tawar, 88 unt pada rot zebra, 110 unt pada rot 9 merah, 11 unt pada rot s 1 dan 16 unt pada rot 577. engan kemungknan adanya rot yang akan kadaluarsa berdasarkan tngkat produks optmum ( k ) melput 5 unt pada rot tawar, 8 unt pada rot zebra, 13 unt pada rot 9 merah, 16 unt pada rot s 1, dan 0 unt pada rot Berdasarkan pengolahan yang ada dengan pemasalahan multy tem dengan faktor kadaluarsa ddapatkan Total Baya Persedaan (TAC) pada masng-masng rot yatu pada rot tawar sebesar Rp ,67, pada rot zebra sebesar Rp ,67, pada rot 9 merah sebesar Rp ,19, rot s 1 sebesar Rp ,37, dan pada rot 577 sebesar Rp ,79. Hal n dharapkan, pengendalan akan persedaan terkat dengan permasalahan multy tem dengan faktor kadaluarsa dapat dkendalkan sehngga bsa memnmas total baya persedaan. AFTAR PUSTAKA [1] Kasthur, R.011. Mult Item Fuzzy Inventory Model Involvng Three Constran: A Karush-khun-Tucker Condtons Approach. Amercan: Journal of Operatons Research. [] Kusrn,E Sstem Persedaan Mult Item engankendala Investas an Luas Gudang. Yogyakarta: Unverstas Islam Indonesa [3] Lmansyah, T.011. Model Persedaan Mult Item engan Mempertmbangkan Faktor Kadaluarsa dan Faktor All Unt scount. Jurnal Teknk Industr. Vol.13, No., esember 011. [4] Nasuton, A.003.PerencanaandanPengendalanproduks.CetakanKedua. Surabaya: GunaWdya. [5] Rangkut,F.000.Manajemen Persedaan.Jakarta: Raja Grafndo Persada. [6] Render, B & Jay Hazer.005.Prnsp-PrnspManajemenOperas.Jakarta Salemba Empat. [7] Setawan, A. dan Hayat, E. N Teknk Industr. Unsbank. Pengendalan Persedaan Barang Jad Mult Item dengan Metode Lagrange Multpler. Semarang. [8] Tersne, R. J Prncples of Inventory and Materal Management. New Jersey: Prentce-Hall. Lampran A : Gambar Jens Rot (a) Rot Zebra (b) Rot s 1 (c) Rot 577 (d) Rot 9 merah (e) Rot tawar 73

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uj Normaltas Llefors D dalam pengendalan persedaan, perumusan lmu statstk dgunakan untuk menentukan pola dstrbus, dmana pola dstrbus tersebut dapat dhtung dengan menguj kenormalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU oleh H. Bernk Maskun Departemen Statstka, FMIPA Unverstas Padjadjaran bernkmaskun69@gmal.com Abstrak

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN UKURAN PEMESANAN OLI MENGGUNAKAN METODE EOQ DI BENGKEL XYZ

ANALISIS PENENTUAN UKURAN PEMESANAN OLI MENGGUNAKAN METODE EOQ DI BENGKEL XYZ INDEPT, Vol. 2, No. 2, Jun 2012 ISSN 2087 9245 ANALISIS PENENTUAN UKURAN PEMESANAN OLI MENGGUNAKAN METODE EOQ DI BENGKEL XYZ Andy Purwanto, ST. Sekretars Jurusan Teknk Industr, Fakultas Teknk Unverstas

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Tinta Fotokopi di CV. NEC, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Tinta Fotokopi di CV. NEC, Surabaya Perbakan Sstem Persedaan Tnta Fotokop d CV. NEC, Surabaya Indr Hapsar, Jerry Agus Arlanto, dan Albert Sutanto Teknk Industr Unverstas Surabaya Jl. Raya Kalrungkut Surabaya Emal: ndr@ubaya.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PERBAIKAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DI CV XYZ SURABAYA. Denny Herdianto, Amelia Santoso, Dina Natalia Prayogo.

PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PERBAIKAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DI CV XYZ SURABAYA. Denny Herdianto, Amelia Santoso, Dina Natalia Prayogo. PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PERBAIKAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DI CV XYZ SURABAYA Denny Herdanto, Amela Santoso, Dna Natala Prayogo Jurusan Teknk Industr, Unverstas Surabaya Raya Kalrungkut, Surabaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN Mkyana Ramadan, Nughthoh Arfaw Kurdh, dan Sutrma Program Stud Matematka FMIPA UNS Abstrak.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. smoothing, dan siklis untuk barang jadi Mie Atom Metode Regresi Linier. Nama barang jadi: Mie Atom.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. smoothing, dan siklis untuk barang jadi Mie Atom Metode Regresi Linier. Nama barang jadi: Mie Atom. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penghtungan 4.1.1 Penghtungan Peramalan 4.1.1.1 Peramalan Me Atom Contoh perhtungan peramalan permntaan dengan metode regres lner, regres kuadrats, double movng average,

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Oleh : Fifi Fisiana

Oleh : Fifi Fisiana Optmas Baya Produks menggunakan Metode Revsed Mult Choce Goal programmng dengan Tahap Persedaan Terkontrol Supply Chan Model stud kasus : PT.Gunungarta Manunggal, Gempol Oleh : Ff Fsana 1207100018 Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK YANG MEMUAT VARIABEL LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI NORMAL

MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK YANG MEMUAT VARIABEL LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI NORMAL MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK YANG MEMUAT VARIABEL LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI NORMAL Noprad, T.P.Nababan, Endang Lly Mahasswa Program Stud S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING AGRITECH, Vol. 35, No. 2, Me 2015 REDUKSI PEMBOROSAN UNTUK PERBAIKAN VALUE STREAM PRODUKSI MI LETHEK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Waste Reducton to Improve Value Stream of M Lethek Producton

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

OPTIMASI PERSEDIAAN DAN PRODUKSI KOMPONEN LAMPU DI LAMP COMPONENT FACTORY (LCF) PT. PHILIPS INDONESIA

OPTIMASI PERSEDIAAN DAN PRODUKSI KOMPONEN LAMPU DI LAMP COMPONENT FACTORY (LCF) PT. PHILIPS INDONESIA Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog IV Program Stud MMT-ITS, Surabaya 5 Agustus 2006 OPTIMASI PERSEDIAAN DAN PRODUKSI KOMPONEN LAMPU DI LAMP COMPONENT FACTORY (LCF) PT. PHILIPS INDONESIA Dars Putr

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci