ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG DI BP3K WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR. Oleh IKA LISTIAWATI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG DI BP3K WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR. Oleh IKA LISTIAWATI H"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG DI BP3K WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR Oleh IKA LISTIAWATI H PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRAK Ika Listiawati. H Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Lapang di BP3K wilayah Ciawi Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati. Penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Indonesia. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan. Balai Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP3K) merupakan lembaga penyuluhan yang berada ditingkat kecamatan. Keberhasilan penyuluhan di BP3K Ciawi dapat diukur melalui tingkat kepuasan masyarakat petani dalam memperoleh pelayanan dari penyuluh lapangnya. Tujuan penelitian yaitu: (1) Mengidentifikasi atribut kualitas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani, (2) Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh pertanian lapang BP3K Wilayah Ciawi, dan (3) Memberikan rekomendasi upaya yang dapat diterapkan BP3K Wilayah Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel di BP3K Wilayah Ciawi adalah dengan menggunakan metode pengambilan sampel non-probabilitas atau non-acak menggunakan teknik purposive sampling dan judgment sampling (cara keputusan). Penentuan jumlah responden minimal, didasarkan pada pendapat Slovin sebanyak 100 orang petani di wilayah kerja BP3K Ciawi. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat hasil dari wawancara, pengisian kuisioner dan diskusi. Data sekunder diperolah dari studi pustaka, internet dan literatur instansi atau dinas terkait. Metode analisis yang digunakan adalah IPA (Importance Performance Analysis) dan CSI (Customer Satisfaction Index). Hasil IPA menunjukkan atribut yang dianggap petani memiliki tingkat kepentingan tertinggi yaitu pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi serta cara berkomunikasi yang baik dan atribut yang memiliki tingkat kepentingan terendah adalah memberikan perhatian khusus (individual) atas masalah tertentu (khusus) kepada petani, sedangkan atribut yang dianggap petani memiliki tingkat kinerja tertinggi yaitu sikap penyuluh yang ramah serta penyuluh yang mudah ditemui dan atribut yang memiliki tingkat kinerja terendah adalah pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani. Hasil analisis CSI terhadap atribut kinerja penyuluh lapang BP3K Ciawi adalah sebesar 74,53 persen. Nilai tersebut berada pada selang 0,66-0,80. Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa secara umum petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada dalam kategori puas. Rekomendasi upaya yang dapat diterapkan BP3K Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi yaitu dengan pembinaan kelompok tani, meningkatkan jaringan kerjasama penyuluh lapang dan pelatihan bagi penyuluh lapang.

3 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG DI BP3K WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh IKA LISTIAWATI H PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Skripsi Nama NRP : ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG DI BP3K WILAYAH CIAWI KABUPATEN BOGOR : IKA LISTIAWATI : H Menyetujui, Pembimbing Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 22 Maret 1986 dari pasangan Bapak Sutrisna dan Ibu Yuyu Maswiyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri Banjarsari 2 Ciawi pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PGRI 1 Ciawi pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Ciawi pada tahun Setelah lulus Sekolah Menengah Umum, penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama yaitu tahun 2007, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta limpahan kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Lapang BP3K Wilayah Ciawi Kabupaten Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada: 1. Kedua orang tua beserta keluarga tercinta atas doa restu, kasih sayang, perhatian serta dorongan moril maupun materiil. 2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan selama penyusunan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. W H Limbong, MS dan Ir. Anggraini Sukmawati, MM yang telah berkenan menjadi dosen penguji dan memberikan masukan bagi perbaikan skripsi ini. 4. Ir. Tjatja Syarief Hidayat selaku Ketua BP3K Ciawi, PUP BP3K Ciawi serta penyuluh lapang di BP3K Ciawi yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian dan bersedia memberikan informasi demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan dan karyawati di Departemen Manajemen, Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, FEM IPB. 6. Andri Feriansyah selaku orang yang dikasihi, tempat berbagi kesenangan dan kesedihan yang selama ini memberikan semangat, dukungan, motivasi kesabaran dan kasih sayangnya. 7. Teman-teman di Ekstensi Manajemen khususnya Angkatan 3, terima kasih atas semua dukungannya. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

7 Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena itu, demi penyempurnaan skripsi, kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat sangat penulis harapkan. Bogor, Februari 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Batasan Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan Pengertian Jasa Kualitas Jasa Pengelolaan Kualitas Jasa Kepuasan Tinjauan Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Metodologi Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum Kelembagaan Penyuluh Gambaran umum Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciawi Karakteristik Responden Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Atribut-atribut Kualitas Pelayanan Penilaian Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pelayanan Penyuluh Lapang BP3K Ciawi Penilaian Tingkat Kepuasan Atribut Kualitas Pelayanan Penyuluh Lapang BP3K Ciawi Analisis Tingkat Kesesuaian Atribut Pelayanan Penyuluh Lapang di BP3K Ciawi... 51

9 4.6 IPA CSI Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 68

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Skor atau nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Nilai korelasi uji validitas pertanyaan kuisioner di wilayah kerja BP3K Ciawi Sebaran jumlah nilai tingkat kepentingan Sebaran jumlah nilai tingkat kinerja Atribut-atribut yang digunakan untuk menilai tingkat kepentingan dan kinerja terhadap penyuluh lapang BP3K Ciawi Tingkat kepentingan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi Tingkat kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi Analisis tingkat kesesuaian atribut pelayanan penyuluh lapang BP3K Ciawi Skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja penyuluh lapang BP3K Ciawi Perhitungan customer satisfaction index terhadap kinerja pelayanan penyuluh lapang BP3K Ciawi

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Diagram segitiga pemasaran jasa Model kesenjangan kualitas jasa Tingkat kepuasan pelanggan Kerangka pemikiran konseptual Diagram katesius Struktur organisasi BP3K Wilayah Ciawi Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Karakteristik responden berdasarkan komoditas yang diusahakan Hasil diagram Kartesius... 55

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kuisioner Hasil uji reliabilitas atribut tingkat kepentingan Hasil uji reliabilitas atribut tingkat kepuasan... 72

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian sangat berperan dalam Penyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan, sumber pangan, sumber bahan baku industri atau biofuel, sumber devisa, pemacu pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, budaya dan pariwisata. Untuk mendukung pertanian yang tangguh diperlukan Sumberdaya Manusia Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif, berwawasan global dan amanah. Ketersediaan SDM pertanian yang berbasis kompetensi akan menentukan keberhasilan program pembangunan pertanian di Indonesia (Departemen Pertanian, 2009). Tanggal 11 Juni 2005 Presiden RI telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) sebagai salah satu dari triple track strategy dari Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumberdaya petanian, perikanan dan kehutanan. RPPK tersebut dimaksudkan untuk mendudukkan dan memberdayakan penyuluh pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dengan mengembangkan sistem penyuluhan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani dalam meningkatkan kompetensi ilmu dan teknologi, kewirausahaan, manajerial bekerja dalam tim, berorganisasi, bermitra usaha dan memiliki integritas moral tinggi (Departemen Pertanian, 2009). Penyuluhan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Indonesia. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan. Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasinya (Departemen Pertanian, 2009). Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya.

14 Kelembagaan penyuluhan pemerintah yang disebutkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yaitu, pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat kabupaten atau kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tersebut, pemerintah Kabupaten Bogor mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 15 tentang pembentukan Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Kepala Badan mempunyai tugas membantu Bupati dalam memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kebijakan teknis Badan dalam melaksanakan urusan di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan untuk tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor, dibentuk Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Wilayah Kerja BP3K mencakup satu sampai tiga wilayah kecamatan yang terdiri dari beberapa wilayah binaan (desa). Dalam istilah penyuluhan, wilayah binaan dikenal sebagai Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (WKPPPK). Tiap WKPPPK dilayani oleh seorang Penyuluh Lapang yang mencakup satu atau beberapa desa. BP3K di Kabupaten Bogor berjumlah 12 BP3K. Salah satunya adalah BP3K wilayah Ciawi. BP3K Wilayah Ciawi merupakan BP3K yang secara administrasi terbaik dibandingkan dengan BP3K lainnya di Kabupaten Bogor. BP3K Wilayah Ciawi meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi, Megamedung dan Cisarua. Efektivitas pelaksanaan penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja BP3K Ciawi dapat diukur melalui tingkat kepuasan masyarakat petani dalam memperoleh pelayanan dari penyuluh lapangnya. Apabila penyelenggaraan penyuluhan tersebut dilaksanakan secara benar, kontinyu, dan konsisten, maka tingkat kepuasan petani juga akan tinggi yang berdampak pada tingkat kualitas hidup petani. Mengingat belum pernah dilakukannya pengukuran tingkat kepuasan di BP3K Ciawi, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat mengukur tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi.

15 1.2 Perumusan Masalah Penelitian Efektivitas penyuluhan di BP3K Ciawi, ditentukan juga oleh pelayanan yang diberikan oleh penyuluh dalam memahami kebutuhan dan kepentingan akan masyarakat tani. Kurangnya pemahaman penyuluh lapang BP3K Ciawi akan kebutuhan akan masyarakat tani di wilayah kerjanya menjadi salah satu hal penyebab enggannya masyarakat tani untuk aktif dalam pelaksanaan penyuluhan. Agar penyuluhan di wilayah kerja BP3K Ciawi berjalan efektif, maka pihak BP3K Ciawi dan penyuluh lapangnya perlu mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan akan kebutuhan masyarakat tani di wilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana atribut kualitas pelayanan berdasarkan kepentingan dan kinerja menurut petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi? 2. Bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh lapang BP3K Wilayah Ciawi? 3. Upaya apakah yang dapat diterapkan BP3K Wilayah Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi atribut kualitas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani. 2. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh pertanian lapang BP3K Wilayah Ciawi. 3. Memberikan rekomendasi upaya yang dapat diterapkan BP3K Wilayah Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi.

16 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi organisasi penyuluhan khususnya penyuluh pertanian dalam meningkatkan kualitas pelayanan. 2. Bagi peneliti lanjutan dapat digunakan sebagai rekomendasi dan bahan perbandingan. 3. Bagi pembaca diharapakan dapat menambah informasi dan wawasan pembaca. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian tentang tingkat kepuasan petani memiliki cakupan yang luas, maka pada kajian ini dibatasi pada : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi. 2. Petani yang menjadi objek penelitian merupakan petani yang berada di Wilayah Kerja BP3K Ciawi dan pernah mendapatkan pelayanan dari penyuluh lapang BP3K Ciawi.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sabagai upaya untuk meningkatkan prouktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasinya (Departemen Pertanian, 2009). Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Secara praktis pendidikan dapat diartikan sebagai usaha dan kegiatan menimbulkan perubahanperubahan yang diinginkan dalam perilaku manusia, misal mengganti metode produksi tradisional ke metode baru, yaitu menerapkan teknologi baru yang berupa varietas baru, teknik budidaya baru, penerapan pupuk dan pestisida, serta penerapan sistem usaha tani modern (Departemen Pertanian, 2009). Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) No. 16 Tahun 2006 Pasal 1 menyebutkan Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup ( Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan disebutkan, yang dimaksud pelaku utama kegiatan pertanian,

18 perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya. Pelaku Usaha adalah perorangan Warga Negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan. Materi Penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. Metode Penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh kepada sasaran baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka mengerti, mau, dan mampu menerapkan inovasi teknologi ( 15 TAHUN 2008.pdf). Menurut Departemen Pertanian (2009), fungsi penyuluh pertanian adalah: 1. Menyebarluaskan informasi pembangunan pertanian di wilayah kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan pertanian. 2. Bersama petani atau kelompok tani membangun kelembagaan petani yang kuat. 3. Mendorong peran serta dan keterlibatan petani atau kelompok tani dalam pembangunan pertanian di wilayahnya. 4. Membangkitkan dan menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan petani. 5. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam penyusunan rencana kegiatan usahatani di wilayah kerjanya. 6. Memfasilitasi petani atau kelompok tani dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang usaha dan permodalan. 7. Memfasilitasi petani atau kelompok tani untuk memformulasikan rencana usahatani dalam bentuk proposal. 8. Memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani atau kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha di bidang pertanian.

19 Departemen Pertanian (2009), uraian tugas dari penyuluh pertanian sebagai berikut: 1. Menginventarisir data monografi wilayah, potensi, agroekosistem, kelompok tani dan gapoktan, produksi usaha tani dan kelembagaan ekosistem pedesaan. 2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dan mencari pemecahannya. 3. Membantu menyusun RDKK. 4. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian. 5. Meningkatkan PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani. 6. Membimbing penerapan usaha tani terpadu. 7. Menyusun secara periodik di wilayah kerjanya. Peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 15 tahun 2008 Tentang pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan pasal 18 menyebutkan bahwa Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (PPPK) mempunyai tugas menyelenggarakan penyuluhan di wilayah kerjanya. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud PPPK mempunyai fungsi ( /PERDA 15 TAHUN 2008.pdf): 1. Inventarisasi, identifikasi dan pengolahan data potensi di wilayah kerjanya. 2. Pelaksanaan rencana kerja dan membantu penyusunan programa penyuluhan. 3. Pelaksanaan materi penyuluhan dan penerapan metode penyuluhan serta pengembangan swadaya dan swakarsa pelaku utama dan pelaku usaha. 4. Peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluh. 5. Pelaksanaan kunjungan ke pelaku utama dan pelaku usaha untuk memfasilitasi pemecahan masalah usaha tani di wilayah kerjanya. 6. Penyebarluasan informasi yang dibutuhkan oleh pelaku utama dan pelaku usaha. 7. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

20 Menurut Kartasapoetra (1991), hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai efektivitasnya penyuluhan harus dilakukan sebagai berikut: 1. Penarikan minat Teori mendidik bagi mereka yang tingkat intelegensinya masih rendah yang disertai dengan mental yang tertekan (rasa rendah diri), agar membawa hasil dan dapat mengubah perilaku yang dididiknya, hanya dapat dijalankan dengan cara agar mereka yang dididik (para petani) dapat melihat, mendengar dan ikut melakukan sendiri dengan baik apa yang menjadi objek atau materi dalam penyuluhan tersebut. Atau dengan lain perkataan, isi penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha tani dan menarik minat agar dapat dimanfaatkan oleh para petani. 2. Mudah dan dapat dipercaya Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (objek atau materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik kepercayaan para petani bahwa benar segala yang telah diperhatikan, diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahtraan. 3. Peragaan disertai sarananya Penyuluh harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan saran atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang untuk mempraktekkannya. 4. Saat dan tempatnya harus tepat Kegiatan penyuluhan kepada para petani tidak dapat dilakukan sembarang waktu terutama pada tingkat permulaan, dan tingkat-tingkat sebelum mereka terangsang, timbul kesadarannya. Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan mereka itu bersantai atau ada dirumah, kapan biasanya mereka itu berkumpul dan di mana kebiasaan itu dilakukannya. Tiga dasar penyuluhan yang harus dilakukan penyuluh pertanian adalah sebagai berikut: 1. Apa yang harus diketahui para petani (what to know by the farmers) 2. Mengapa hal itu harus diketahui para petani (why it must be know by the farmers) 3. Bagaimana hal itu dapat dilakukan (how it must be practiced)

21 2.7 Pengertian Jasa Menurut Kotler (2002), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Penyuluh Pertanian merupakan industri jasa yang menawarkan pelayanan pendidikan (non formal dan informasi pertanian kepada petani dan pihak-pihak lain yang memerlukan (Slamet, 1996). Kotler (2002) mengemukakan tiga aspek sukses industri jasa yaitu: 1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan 2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut 3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji kepada pelanggan. Model kesatuan ketiga aspek tersebut dikenal sebagai segitiga jasa, di mana setiap sisi segitiga mewakili setiap aspek. Kegagalan disatu sisi menyebabkan segitiga roboh yang berarti distribusi jasa tersebut gagal. Pembahasan industri jasa harus meliputi pihak perusahaan, karyawan dan pelanggan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pelanggan External Marketing Menetapkan janji mengenai produk atau jasa yang akan disampaikan Interactive Marketing Menyampaikan produk atau jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan Manajemen Karyawan Internal Marketing Membuat agar produk atau jasa yang disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan Gambar 1. Diagram segitiga pemasaran jasa (Rangkuti, 2006)

22 Jasa memiliki karakteristik yang membedakannya dari produk berupa barang. Karakterisrik utama yang membedakan jasa dengan produk adalah sifat jasa yang tidak dapat dilihat (tidak nyata) disamping keterlibatan konsumen scara aktif dalam proses menyampaian jasa Kotler (2002) menyatakan bahwa jasa memiliki empat karakteristik utama, yaitu : 1. Tidak berwujud (intangibility) Jasa lebih sulit didefinisikan karena jasa tidak dapat dilihat dan diraba. Jasa merupakan suatu perbuatan kinerja atau usaha. Jasa berbeda dari barang. Jika barang merupakan suatu benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja dan usaha. Jika barang dapat dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Kualitas jasa dapat diwujudkan melalui tempat, orang, peralatan, bahan-bahan komunikasi, simbol, dan harga. Oleh karena itu, penting bagi penyedia jasa untuk mengelola bukti tersebut dan mewujudkan yang tidak berwujud. 2. Tidak Terpisahkan (inseparable) Jasa adalah inseparable, karena tidak dapat dipisahkan tempat atau waktu dari sarana produksi atau produsen yang menghasilkannya. Seringkali terjadi waktu dan tempat memproduksi dan menjual jasa dilakukan bersamaan. Hal ini dikarenakan output jasa dikonsumsi di tempat jasa tersebut dihasilkan. 3. Beraneka Ragam (Variability) Jasa sangat bervariasi dalam bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan keragaman jasa. Agar tercapai standardisasi jasa, perusahaan harus mengefektifkan manajemen saluran distribusi. 4. Tidak Tahan Lama (Perishability) Dalam jasa, tidak ada istilah persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Dengan kata lain, jasa yang tidak terjual pada saat

23 ini tidak dapat dijual dikemudian hari. Untuk itu, setiap perusahaan jasa harus berusaha mempergunakan hari kerja karyawan operasional dan sarana produksinya secara efisien, serta mengevalusi kapasitasnya guna menyeimbangkan permintaan dan penawaran. 2.8 Kualitas Jasa Kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan suatu produk atau layanan yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Kualitas jasa adalah penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan (Rangkuti, 2006). Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected sevice dan perceived service (Zeithaml et al., 2006). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan apa yang diharapkan (expected service), maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. Menurut Kotler (2002) terdapat lima dimensi kualitas jasa, yaitu : 1. Berwujud (Tangible) Meliputi penampilan fasilitas fisik penyedia jasa seperti gedung, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan fisik dari personel penyedia jasa.

24 2. Keandalan (Reliability) Keandalan berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjiakan dengan tepat (accurately), kemampuan untuk dapat dipercaya (dependably), serta tepat waktu (on time). 3. Kesigapan (Responsiveness) Kesigapan merupakan dimensi yang menekankan kepada kesediaan penyedia jasa dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan pelanggan secara cepat dan tepat. 4. Kepastian (Assurance) Dimensi ini menekankan kemampuan penyedia jasa untuk membangkitkan keyakinan dan rasa percaya diri pelanggan bahwa penyedia jasa mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan produk secara tepat, keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, serta kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan. 5. Empati (Empathy) Empati adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti, kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi kepada pelanggan dan urusan perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. 2.9 Pengelolaan Kualitas Jasa Suatu cara perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahan jasa, kemudian dibandingkannya (Zeithaml et al., 2006). Zeithaml, et al. (2006) membentuk model kualitas jasa yang menyoroti syarat-syarat utama untuk memberikan kualitas jasa yang diharapkan. Model tersebut mengidentifikasikan lima kesenjangan atau gap yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu :

25 1. Kesenjangan Tingkat Kepentingan Konsumen dan Persepsi Manajemen Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan atau memahami secara nyata apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Akibatnya, manajemen tidak mengetahui bagaimana produk jasa seharusnya didesain dan jasa-jasa pendukung apa saja yang diinginkan konsumen. 2. Kesenjangan Antara Persepsi Manajemen Terhadap Tingkat Kepentingan Konsumen dan Spesifikasi Jasa Kadangkala manajemen mampu memahami serta tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kurangnya sumberdaya atau karena kelebihan permintaan. 3. Kesenjangan Antara Spesifikasi Kualitas Jasa dan Penyampaian Jasa Ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya karyawan yang kurang terlatih, beban kerja yang melampaui batas, ataupun ketidakmampuan memenuhi standar kinerja yang telah ditetapkan. Dari penyebab-penyebab di atas dapat disimpulkan bahwa semuanya penyebab tersebut berasal dari karyawan penyampai jasa. 4. Kesenjangan Antara Penyampaian Jasa dan Komunikasi Eksternal Seringkali tingkat kepentingan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyaan atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipengaruhi akan menyebabkan terjadinya persepsi negatif terhadap kualitas jasa perusahaan. 5. Kesenjangan Antara Jasa yang Dirasakan dan Jasa yang Diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja prestasi perusahaan dengan cara yang berbeda. Atau apabila pelangan keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Adapun model kesenjangan atau gap dapat dilihat pada Gambar 2.

26 Customer GAP 5 Expected Service Perceived Service Company GAP 1 Service Delivery GAP 3 GAP 4 Customer-Driven Service Design and Standard GAP 2 External Communication to Customer Company Perception of Customer Expectations Gambar 2. Model Kesenjangan Kualitas Jasa (Zeithaml et al., 2006) 2.10Kepuasan Menurut Rangkuti (2006), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap kesesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa mutu pelayanan yang buruk untuk tahapan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai mutu jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa, yaitu responsiveness, reliability, emphaty, assurance dan tangible. Menurut Kotler (2004), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.

27 Pelanggan membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman-teman dan sumber-sumber informasi lainnya. Jika penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk, pelanggan akan mengalami harapan yang tidak tercapai (disconfirmed expectations), yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antar harapan dan kinerja maka semakin besar ketidakpuasan pelanggan (Kotler, 2004). Tingkat kepuasan pelanggan dapat dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen Produk Harapan Konsumen Terhadap Produk Nilai Produk bagi Konsumen Tingkat Kepuasan Konsumen Gambar 3. Tingkat Kepuasan Pelanggan (Engel, et.al.1994) Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing. Kotler (2004) mengidentifikasikan empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Sistem Keluhan dan Saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan kesempatan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka. Media yang

28 digunakan dapat berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website dan sebagainya. 2. Ghost Shopping Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang ghost shoopers untuk berpura-pura atau berperan sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk atau jasa perusahaan. 3. Lost Customer Analysis Sedapat mungkin perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan sedapat mungkin mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. 4. Survey Kepuasan Pelanggan Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survey, baik melalui telepon, pos, , website, maupun wawancara langsung. Melalui survey, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan serta memberikan kesan positif bahwa perusahaan memberikan perhatian pada pelanggannya. Menurut Gerson (2001), terdapat tujuh alasan utama mengapa perlu dilakukan pengukuran kepuasan pelanggan adalah: 1. Mempelajari persepsi pelanggan. 2. Menentukan kebutuhan, keinginan, persyaratan dan harapan pelanggan 3. Menutup kesenjangan. 4. Memeriksa apakah peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pelangggan sesuai harapan pelanggan atau tidak. 5. Peningkatan kinerja membawa peningkatan laba. 6. Mempelajari bagaimana sebenarnya kinerja perusahaan dan apa yang harus dilakukan perusahaan dimasa depan. 7. Menerapkan proses perbaikan berkesinambungan.

29 Gerson (2001), mengemukakan beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas lebih tinggi. 2. Pengukuran memberitahukan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan serta bagaimana harus melakukannya. 3. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau perusahaan yang memberikan pelayanan. 4. Pengukuran bisa dijadikan dasar penentuan standar kinerja dan prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan menuju peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan. 5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Rangkuti (2006) mengemukakan beberapa pendekatan umum yang biasa digunakan dalam pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Pendekatan tradisional (traditional approach), yakni pelanggan diminta memberikan penilaian atas masing-masing indikator produk yang mereka nikmati, misalnya dengan memberikan rating dari sangat tidak puas sampai sangat puas sekali. 2. Analisis secara deskriptif, misalnya melalui perhitungan statistik secara deskriptif, misalnya melalui perhitungna rata-rata nilai distribusi serta standar deviasi. Analisis ini yang dapat dikembangkan membandingkan hasil kepuasan antara waktu, sehingga kecenderungan perkembangnnya dapat ditentukan. 3. Pendekatan secara terstruktur (structural approach) yakni pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling populer adalah semantic differncial dengan prosedur scalling. Caranya adalah responden diminta memberikan penilaian terhadap suatu produk. Penilaian ini juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan

30 suatu produk atau fasilitas suatu produk atau fasilitas lainnya dengan syarat peubah yang diukur sama. 4. Analisis Important dan Performance, yakni pendekatan di mana tingkat kepentingan pelanggan (customer expectation atau importance) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk yang berkualitas baik. Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan maka dapat dirumuskan tingkat kepentingan yang paling diharapkan. Selanjutnya peubah tersebut dapat dikaitkan dengan kepuasan (performance) yang dirasakan oleh pelanggan. 2.11Tinjauan Penelitian Terdahulu Andika (2009) melakukan kajian tentang Pelayanan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) terhadap tingkat kepuasan petani dalam Agroproduksi Padi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) menggunakan nilai koefisien korelasi. Terdapat hubungan yang sangat nyata (significant) antara unsur Reliability terhadap kepuasan petani dalam pengelolaan tanah dengan nilai 0,517, tingkat hubungannya sedang, dan besar pengaruhnya 26 persen. Terdapat hubungan nyata antara unsur reliability terhadap kepuasan petani dalam penanaman dengan nilai 0,343, tingkat hubungannya rendah, dan besar pengaruhnya adalah 11 persen. Terdapat hubungan nyata antara unsur responsiveness terhadap kepuasan petani dalam pengelolaan tanah dengan nilai 0,339, tingkat pengaruhnya rendah, dan besar pengaruhnya adalah 11,5 persen. Terdapat hubungan nyata antara unsur empathy terhadap kepuasan petani dalam pemeliharaan dengan nilai 0,352, tingkat hubungannya rendah, dan besar pengaruhnya 12,3 persen. Terdapat hubungan nyata antara unsur tangible terhadap kepuasan petani dalam pengelolaan tanah dengan nilai 0,380, tingkat rendah, besar pengaruhnya adalah 14,4 persen. Terdapat hubungan nyata antara unsur tangible terhadap kepuasan petani dalam pemeliharaan sebesar 0,339, tingkat hubungannya dalah rendah, besar pengaruhnya 11,5 persen. Jaharuddin (2005) melakukan kajian tentang Persepsi Sumber Motivasi Kerja dan Kualitas Pelayanan Penyuluh Pertanian di Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1)

31 menganalisis persepsi sumber motivasi kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Rokan Hulu, (2) menganalisis hubungan faktor intrinsik dengan faktor ekstrinsik sebagai sumber motivasi kerja penyuluh pertanian Kabupaten Rokan Hulu, (3) menganalisis kualitas pelayanan penyuluh dan tingkat kepuasan petani terhadap penyuluhan pertanian di Kabupaten Rokan Hulu, dan (4) merumuskan implikasi manajerial untuk meningkatkan motivasi kerja dan kualitas pelayanan penyuluh pertanian Kabupaten Rokan Hulu. Pengambilan dengan cluster sampling ditujukan pada petani untuk melihat kualitas pelayanan penyuluh pertanian. Responden adalah kelompok petani dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (PEK) dan petani non pemberdayaan ekonomi kerakyatan (non PEK). Kualitas pelayanan penyuluh pertanian terhadap petani PEK, non PEK, dan keseluruhan petani menunjukkan bahwa dari dimensi mutu yang terdiri dari: (1) kehandalan, (2) tanggapan, (3) keyakinan, (4) empati, dan (5) keberwujudan menunjukkan kualitas pelayanan yang tidak baik serta tingkat kepuasan pada kriteria tidak puas.

32 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan produksi yang cukup untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Efektivitas penyuluhan dapat diukur melalui tingkat kepuasan petani dalam memperoleh pelayanan dari penyuluh pertanian. Penelitian ini menggunakan atribut-atribut kualitas jasa yang dikelompokkan ke dalam lima dimensi kualitas jasa, yaitu : berwujud (tangible), keandalan (reliability), kesigapan (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty). Melalui analisis Importance Performance Analysis (IPA) dapat diketahui tingkat kepentingan dan kinerja atribut kualitas penyuluh lapang di BP3K Ciawi. Apabila tingkat kinerja di bawah tingkat kepentingan maka pelanggan atau petani akan kecewa, apabila tingkat kinerja sesuai dengan tingkat kepentingan maka pelanggan atau petani akan puas dan apabila tingkat kinerja melebihi tingkat kepentingan maka pelanggan akan sangat puas. Selain itu, dilakukan pengukuran Customer Satisfaction Index (CSI), untuk mengetahui kepuasan pelanggan atau petani secara menyeluruh. Dari proses ini dapat diperoleh suatu analisis mengenai tingkat kepuasan pelanggan atau petani terhadap kualitas penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi. Selanjutnya, hasil analisis ini dapat digunakan untuk peningkatan mutu penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi. Rumusan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.

33 Visi dan Misi BP4K (Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikananan dan Kehutanan) Kabupaten Bogor Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Ciawi Pelaksanaan Penyuluhan Kualitas Penyuluhan : tangible, reliability, responsiveness, assurance, emphaty. Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) Analisis Kepuasan Petani Terhadap Kualitas Penyuluh Pertanian Lapang Peningkatan kualitas Penyuluhan Keterangan : = Alur pemikiran = Alat analisis Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

34 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di BP3K Wilayah Ciawi yang beralamat di Desa Sukamahi Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, dengan pertimbangan bahwa penelitian mengenai kepuasan petani di BP3K Wilayah Ciawi sejauh ini belum pernah dilaksanakan dan secara administrasi BP3K Ciawi ini merupakan BP3K yang dapat diunggulkan dibandingkan dengan BP3K lainnnya di Kabupaten Bogor. BP3K Wilayah Ciawi terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai Desember Metodologi Penelitian Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2003). Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner (Lampiran 1) oleh responden (petani sampel di wilayah kerja BP3K Ciawi), diskusi dengan kepala BP3K Ciawi dan penyuluh lapang BP3K Ciawi, wawancara langsung dengan aparatur desa dan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) yang ada di BP3K Ciawi. Teknik kuisioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden (Lampiran 1). Bentuk kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kuisioner berstruktur yakni kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban, sehingga responden hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih dan jawabannya bersifat tertutup, artinya pada setiap pertanyaan sudah tersedia alternatif jawaban. Dalam hal ini, setiap jawaban dari pertanyaan diberi bobot dengan menggunakan skala likert, dimana skala likert digunakan untuk mengetahui atau menganalisis mutu pelayanan yang diberikan penyuluh lapang BP3K Ciawi dengan mutu pelayanan yang diinginkan oleh petani. Responden

35 diminta memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban atas semua pernyataan yang diamati. Untuk mengukur tingkat mutu pelayanan penyuluh lapang BP3K Ciawi yang menyangkut harapan petani dan dalam mengukur tingkat pelaksanaan kinerja dari mutu pelayanan penyuluh lapang BP3K Ciawi digunakan skala likert pada Tabel 1. Tabel 1. Skor Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Skor atau Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja 1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 2 Tidak Penting Tidak Puas 3 Netral Netral 4 Penting Puas 5 Sangat Penting Sangat Puas Penentuan atribut-atribut kualitas jasa dalam kuisioner diperoleh berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari penyuluh lapang. Selanjutnya, atribut yang didapat disesuaikan oleh pihak BP3K Ciawi melalui diskusi dengan kepala BP3K Ciawi dan penyuluh lapang BP3K Ciawi untuk mengeleminasi atribut-atribut yang dianggap tidak sesuai dengan BP3K Ciawi. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk-bentuk seperti tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 2003). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperolah dari studi pustaka, internet dan literatur instansi atau dinas terkait yang terdiri dari data demografi, monografi, luas lahan, wilayah binaan BP3K dan data lain yang berkaitan dengan penelitian Teknik Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel di BP3K Wilayah Ciawi adalah dengan menggunakan metode pengambilan sampel non-probabilitas atau non-acak, dengan menggunakan teknik purposive sampling dan judgment sampling (cara keputusan). BP3K Ciawi memiliki 106 kelompok tani dengan jumlah petani sebanyak

36 2.426 orang petani yang akan dijadikan sebagai populasi untuk penelitian. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga dan populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Penentuan jumlah responden minimal, didasarkan pada pendapat Slovin dalam Umar (2003) dengan rumus: N n. (1) 2 (1 Ne ) Dengan n = jumlah responden N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. Menurut Slovin dalam Umar (2003) dalam penggunaan rumus di atas persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 10 persen. Populasi petani di BP3K Wilayah Ciawi per Mei 2009 dalam rekapitulasi penilaian kemampuan kelas kelompok sebesar petani, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah minimal sebesar 97 responden. Jumlah sampel yang diperoleh harus dapat mewakili kelompok tani di BP3K Ciawi. Dengan purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan bahwa sampel tersebut dapat mewakili kelompoknya, maka dipilih lima orang responden yang akan mewakili kelompok tani yang terdiri dari ketua, satu orang pengurus kelompok dan tiga orang anggota kelompok tani. Kelompok tani sampel didapat dengan cara jumlah sampel yang diperlukan dibagi dengan lima orang perwakilan dari tiap kelompok tani (97 orang : 5 orang), dengan pembulatan maka kelompok tani sampel yang diperlukan adalah 20 kelompok tani. Penentuan kelompok tani sampel dengan menggunakan teknik judgement sampling yaitu dengan menentukan secara sengaja kelompok tani di wilayah kerja BP3K Ciawi yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria kelompok tani yang

37 dijadikan sampel yaitu kelompok tani aktif yang rutin mengadakan pertemuan kelompok, kelompok tani aktif yang mengikuti program yang diadakan pihak BP3K seperti kursus tani, Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) dan berbagai program serta pelatihan lainnya yang diadakan BP3K Ciawi. Kriteria kelompok Tani aktif tersebut ditentukan dengan melibatkan kepala BP3K Ciawi sebagai narasumber Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang telah diperoleh dari petani di wilayah BP3K Ciawi ditabulasi dan diolah dengan rumus statistika menggunakan program Microsoft Excel 2003, SPSS for Windows ver dan Minitab for Windows Ver. 14,0. Dalam pengolahannya, tahap pertama yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas kuisioner. Pengujian ini dilakukan agar kuisioner yang digunakan akurat dan layak untuk disebarkan kepada responden. Selanjutnya, dilakukan pengukuran data dengan alat pengukuran kepuasan pelanggan yaitu Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. a. Uji Validitas Instumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang telah terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan Microsoft Excel Korelasi Product Moment digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel atau lebih adalah sama. Rumus Product Moment adalah : n xi yi ( xi )( yi ) xi ( xi ) }{ n yi ( r xy..(2) 2 { n y ) } i

38 Dengan : rxy = korelasi antara variabel x dan y Ho = instrumen dinyatakan tidak valid Ha = instrumen dinyatakan valid Setelah rxy didapat, kemudian dibandingkan dengan r tabel (dengan taraf kesalahan tertentu). Jika rxy lebih besar dari nilai r tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Menurut Arikunto dalam Umar (2003) disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang, dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen ( =0,05). Dengan demikian, atribut dapat dinyatakan valid jika nilai rxy atau nilai r hitung lebih besar dari 0,361. Hasil perhitungan uji validitas pada Tabel 2, menunjukkan seluruh atribut yang diuji memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen, yaitu 0,361. Hal ini menunjukkan seluruh atribut yang diuji adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid, serta responden dapat mengerti maksud dari setiap pertanyaan kuisioner.

39 Tabel 2. Nilai Korelasi Uji Validitas Pertanyaan Kuisioner di Wilayah Kerja BP3K Ciawi Nilai Korelasi No Atribut Mutu Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan 1 Kerapihan dan penampilan 0,481 0,666 2 Praktek langsung di lapangan 0,388 0,423 3 Pelatihan dan kunjungan 0,399 0,671 4 Pengupayaan sarana dan prasarana 0,539 0,660 5 Penyusunan rencana kegiatan usahatani 0,598 0,561 6 Membantu administrasi kelompok 0,398 0,450 7 Memberikan informasi teknologi baru 0,847 0,738 8 Memberikan informasi pasar 0,609 0,618 9 Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan 0,477 0, Peningkatan hasil usaha 0,617 0, Cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul 0,718 0, Kecepatan menangani pengaduan petani 0,564 0, Membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin 0,563 0,514 kemitraan usaha 14 Keramahan 0,373 0, Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi 0,517 0, Pelayanan/ menyelesaikan masalah secara tuntas 0,794 0, Pengetahuan permasalahan di Lapangan 0,722 0, Mudah ditemui/ dihubungi 0,380 0, Pelayanan yang sama kepada petani 0,619 0, Perhatian khusus atas masalah tertentu 0,539 0,576 b. Uji Reliabilitas Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Setelah uji validitas, maka kuisioner yang digunakan perlu diuji reliabilitasnya untuk menunjukkan

40 konsistensi suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Kuisioner yang reliable adalah kuisioner yang apabila dicobakan berulang-ulang terhadap kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Adapun rumus yang digunakan adalah : 2 k si ri {1 }. (3) 2 k 1 s t Nilai varian total dan varian item dapat diketahui dengan menggunakan rumus: s 2 2 x ( x ) 2 t i t 2... (4) n n 2 Jki Jks st..(5) 2 n n Dengan: ri k = reliabilitas instrumen = jumlah butir pertanyaan s 2 = jumlah varian item i 2 s t Jki = varian total = jumlah kuadrat seluruh skor item Jks = jumlah kuadrat subjek n = jumlah responden x = nilai skor yang dipilih Uji reliabilitas diolah dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows ver Berdasarkan perhitungan (Lampiran 2), hasil yang didapat untuk tingkat kepentingan diperoleh 0,876 dimana nilai tersebut termasuk kategori excellent atau sempurna. Begitu juga untuk tingkat kepuasan diperoleh alpha 0,916 dimana nilai tersebut termasuk kategori excellent atau sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran dalam kuisioner rendah, sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan mampu

41 memberikan hasil pengukuran yang konsisten, apabila peneliti menyebarkan kuisioner secara berulang dan dalam waktu berlainan. c. Importance Performance Analysis (IPA) Metode deskriptif kualitatif-kuantitatif digunakan dalam mengolah dan menganalisis data penelitian. Rangkuti (2006) menyebutkan bahwa IPA atau analisis tingkat kepentingan dan kinerja karyawan atau penyuluh digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai sejauh mana tingkat kepuasan petani terhadap penyuluh BP3K Ciawi. Metode Importance Performance Analysis merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kepentingan diukur dari harapan petani, sedangkan tingkat kinerja diukur dari pelaksanaannya. Total penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masingmasing atribut diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala likert. Kisaran untuk tiap skala adalah :. (Xib-Xik).(6) Banyaknya skala pengukuran Dimana : Xib = skor terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberi jawaban sangat penting atau sangat baik (skor 5) terhadap setiap unsur i mutu pelayanan. Xik = skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberi jawaban tidak penting (skor 1) terhadap setiap unsur i mutu pelayanan. Maka besarnya kisaran untuk setiap kelas yang diteliti adalah : [(5x n)-(1x n)] 5 karena n berjumlah 100, maka kisarannya adalah: [(5x100)-(1x100)] = 80 5

42 Tabel 3. Sebaran Jumlah Nilai Tingkat Kepentingan (Harapan) Tingkat Kepentingan Selang Tidak Penting Kurang Penting Cukup Penting Penting Sangat Penting Tabel 4. Sebaran Jumlah Nilai Tingkat Kinerja (Pelaksanaan) Tingkat Kinerja Tidak Puas Kurang Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas Selang Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kualitas Penyuluh Pertanian Lapang. Adapun rumus yang digunakan adalah : Xi TK i x100% (7) Yi Dengan Tki = tingkat kesesuaian penyuluh lapang Xi = skor penilaian petani terhadap tingkat kinerja atribut penyuluh lapang Yi = skor penilaian petani terhadap tingkat kepentingan atribut kualitas jasa penyuluh lapang Tingkat kesesuaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi. Jika Tki > 100 persen maka dapat dikatakan petani merasa sangat puas terhadap penyuluh lapang BP3K Ciawi. Sebaliknya, jika Tki < 100 persen maka kinerja penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi dianggap belum dapat

43 memenuhi kepuasan petani. Setelah diperoleh nilai tingkat kesesuaian, selanjutnya memetakan nilai rataan dari masing-masing atribut mutu pelayanan ke dalam diagram kartesius yang dapat dilihat pada Gambar 5. Diagram kartesius merupakan diagram yang terbentuk dari dua sumbu. Kedua sumbu tersebut selanjutnya disebut sumbu mendatar (X) diisi oleh skor rataan tingkat kinerja atribut, sedangkan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor rataan tingkat kepentingan atribut. Skor ratarata sumbu mendatar (X) dan sumbu tegak (Y) diperoleh melalui rumus berikut: _ Xi X... (8) n _ Yi Y....(9) n Dengan: _ X = skor rata-rata tingkat kinerja atribut _ Y = skor rata-rata tingkat kepentingan atribut n = jumlah responden Diagram kartesius merupakan bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y) dimana merupakan rataan dari skor rata-rata tingkat kinerja seluruh atribut, dan Y merupakan rataan dari skor ratarata tingkat kepentingan seluruh atribut yang mempengaruhi kepuasan petani. Skor ini dihitung dengan rumus : X n i 1 K _ Xi.... (10) Y n i 1 K _ Yi.. (11) Dengan K = banyaknya atribut kualitas jasa yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

44 Tingkat Kepentingan Prioritas Utama A Pertahankan Prestasi B Y Perioritas Rendah C Berlebihan D X Tingkat Kinerja Gambar 5 Diagram Kartesius (Rangkuti, 2006) Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda, yaitu: 1. Kuadran A (Prioritas Utama) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat atribut dengan tingkat kepentingan tinggi, tetapi memiliki tingkat kinerja rendah, sehingga mengecewakan konsumen. Atribut-atribut yang masuk pada kuadran ini harus ditingkatkan kinerjanya dan menjadi prioritas perusahaan. Perusahaan harus secara terus menerus melaksanakan perbaikan. 2. Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap sangat penting oleh pelanggan dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan harapan pelanggan. Atribut-atribut yang masuk pada kuadran ini harus tetap dipertahankan dan harus terus dikelola dengan baik, karena semua atribut ini menjadikan produk atau jasa tersebut unggul di mata pelanggan atau petani. 3. Kuadran C (Prioritas Rendah) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat atribut dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja rendah. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dirasakan kurang penting oleh pelanggan atau petani dan pelaksanaannya dinilai masih kurang baik. Pihak perusahaan belum merasa terlalu perlu mengalokasikan

45 biaya dan investasi untuk memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah). Namun perusahaan juga tetap perlu mewaspadai, mencermati dan mengontrol setiap atribut pada kuadran ini, karena tingkat kepentingan pelanggan dapat berubah seiring meningkatnya kebutuhan. 4. Kuadran D (Berlebihan) Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pelanggan, namun perusahaan telah melaksanakannya dengan baik, sehingga dianggap berlebihan. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi, agar perusahaan dapat menghemat sumberdaya. d. Customer Satisfaction Index (CSI) Pengukuran terhadap indeks kepuasan pelanggan (CSI) diperlukan karena hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran di tahun-tahun mendatang. Metode pengukuran indeks kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Index) menurut Stramford dalam Joni (2009) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menghitung weighting factors, yaitu mengubah nilai rata-rata tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai ratarata tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors sebesar 100 persen. 2. Menghitung weighted score, yaitu nilai perkalian antara nilai ratarata tingkat kinerja atau kepuasan masing-masing atribut dengan weighting factors masing-masing atribut. 3. Menghitung weigted total, yaitu menjumlahkan weighted score dari semua atribut kualitas jasa. 4. Menghitung satisfaction index (indeks kepuasan), yaitu perhitungan dari weighted total dibagi skala maksimal atau highest scale yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah lima), kemudian dikali 100 persen.

46 Menurut Stramford dalam Joni (2009), Tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan atau konsumen, dengan kriteria sebagai berikut: a. 0,00-0,34 = tidak puas b. 0,35-0,50 = kurang puas c. 0,51-0,65 = cukup puas d. 0,66-0,80 = puas e. 0,81-1,00 = sangat puas

47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelembagaan Penyuluh Tanggal 3 Desember 2005 di Sumatera Selatan Menteri Pertanian telah mencanangkan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP), sebagai tindak lanjut dari Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan oleh Presiden pada bulan Juli Pada hakekatnya, Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya mendudukkan, memerankan dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan. Keberhasilan pelaksanaan revitalisasi ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pelaku usaha pertanian. Tanggal 18 Oktober 2006 telah dikeluarkan Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) No. 16 Tahun Dalam UU ini disebutkan perlunya penataan kelembagaan penyuluhan pertanian pemerintah dari tingkat pusat sampai dengan tingkat kecamatan, serta menyediakan sumber dana yang merupakan kontribusi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. UU ini merupakan satu titik awal dalam pemberdayaan para petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan para penyuluh pertanian PNS, swasta, dan penyuluh pertanian Swadaya. Kelembagaan penyuluh dimulai dari tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan. Pada tingkat propinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat kabupaten berbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan, bahkan sampai ke tingkat desa atau kelurahan berbentuk Pos Penyuluhan yang merupakan wadah penyuluh pegawai negeri sipil, penyuluh swasta dan swadaya serta pelaku utama dan pelaku usaha di pedesaan sebagai tempat berdiskusi, merencanakan, melaksanakan dan memantau kegiatan penyuluhan.

48 Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) berada pada tingkat kecamatan yang dipimpin oleh seorang kepala BP3K yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) di tingkat kabupaten dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat. BP3K berfungsi sebagai tempat berkumpulnya (pertemuan) antara penyuluh, pelaku utama (petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan) dan pelaku usaha (pengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan). BP3K mempunyai fungsi: 1. Penyusunan programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa penyuluhan daerah. 2. Pelaksanaan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan. 3. Penyediaan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar. 4. Fasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha. 5. Fasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. 6. Pelaksanaan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Penyelenggaraan penyuluhan di wilayah kerjanya, BP3K dibantu oleh Penyuluh Urusan Program (PUP). Untuk menyelenggarakan tugasnya PUP mempunyai fungsi: 1. Pengumpulan, identifikasi dan pengolahan data potensi wilayah kerja. 2. Penyusunan programa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. 3. Penyuluhan sesuai programa di bidangnya. 4. Koordinasi penyusunan rencana kerja penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan (RKPPPK). 5. Penyebaran informasi teknologi. 6. Fasilitasi pembinaan kelembagaan dan kemitraan usaha.

49 7. Fasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh pegawai negeri sipil, penyuluh swadaya dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. 8. Pelaksanaan proses pembelajaran melalui percontohan dan penerapan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 9. Supervisi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan di wilayah kerjanya. 10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala BP3K. 4.2 Gambaran Umum Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciawi Sebagai pertimbangan dari Undang-undang no. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Pemerintah Kabupaten Bogor mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2008 tentang pembentukan Badan Pelaksana Penyuluan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan (BP4K). Adapun visi dari BP4K Kabupaten Bogor yaitu terwujudnya pelaku utama dan pelaku usaha yang tangguh, mandiri dan berdaya saing dan misi dari BP4K Kabupaten Bogor yaitu: 1. Meningkatkan kesholehan sosial anggota masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi pertanian dan pembangunan yang berbasis pedesaan. 3. Meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas daerah yang berkualitas dan terintegrasi secara berkelanjutan. 4. Meningkatkan pemerataan dan kualitas penyelenggaraan pendidikan. 5. Meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas. 6. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. 7. Meningkatkan kerjasama pembangunan daerah. Pada tingkat kecamatan dibentuk BP3K. Pembentukan BP3K ini berdasarkan pada Peraturan Bupati Bogor Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Di Kabupaten Bogor dibentuk 12 BP3K, masing-masing BP3K memiliki wilayah kerja antara dua sampai empat kecamatan.

50 Salah satu BP3K di Kabupaten Bogor adalah Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Ciawi. BP3K Ciawi berlokasi di Jl. Letnan Suryanta no. 9 Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. BP3K ini berdiri pada bulan Maret Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Wilayah Ciawi meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi yang terdiri dari 13 desa, Kecamatan Megamedung yang terdiri dari 11 desa dan Kecamatan Cisarua yang terdiri dari 10 desa. BP3K Wilayah Ciawi memiliki luas lahan sawah Ha dan luas lahan darat Ha. Jumlah kelompok tani di BP3K ciawi berjumlah 106 kelompok tani dengan berbagai komoditas yang diusahakan seperti tanaman pangan, hortikultura, ternak, ikan, serta tanaman keras yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ciawi sebanyak 57 kelompok, Kecamatan Megamendung 23 kelompok dan Kecamatan Cisarua 26 Kelompok. Jumlah petugas di BP3K Ciawi berjumlah lima orang yang terdiri dari Kepala BP3K, PUP Bidang Perikanan, PUP Bidang Pertanian, PUP Bidang Kehutanan dan PUP Bidang Perikanan. Untuk petugas lapangan di BP3K berjumlah 15 orang yang terdiri dari penyuluh PNS berjumlah lima orang dan 10 orang Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL- TBPP). Masing-masing penyuluh di BP3K Ciawi baik PNS maupun THL- TBPP memiliki tugas yang sama. Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (WKP3K) Ciawi terdiri dari dua sampai tiga desa. Struktur organisasi BP3K dapat dilihat pada Gambar 6.

51 Kepala BP4K Kabupaten Bogor KPPK Kepala BP3K Ciawi PUP Bidang Pertanian PUP Bidang Perikanan PUP Bidang Peternakan PUP Bidang Kehutanan PPPK POSLUHDES Keterangan : = Garis Koordinasi = Garis Komando KPPK = Komisi Penyuluh Pertanian Kehutanan PUP = Penyuluh Urusan Program PPPK = Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan POSLUHDES = Pos penyuluhan Desa Gambar 6. Struktur Organisasi BP3K Wilayah Ciawi 4.3 Karakteristik Responden Penyebaran kuisioner pada penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi dengan berbagai karakteristik yang telah ditetapkan. Adapun karakteristik yang telah ditetapkan adalah (1) jenis kelamin, (2) usia, (3) pendidikan dan (4) komoditas yang diusahakan.

52 1. Jenis Kelamin Pada Gambar 7 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan jenis kelamin. Jumlah responden yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 83 persen (83 orang) dan sisanya wanita yaitu 17 persen (17 orang). Hal ini disebabkan sebagian besar petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berjenis kelamin laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga. 17% Jenis Kelamin Laki-laki Wanita 83% Gambar 7. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Usia Pada Gambar 8 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan usia. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner, usia responden yang paling banyak yaitu usia antara tahun sebanyak 39 persen (39 orang) dan yang terkecil yaitu usia di bawah 20 tahun sebanyak 3 persen (3 orang). Dalam rentang usia antara tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Agar kegiatan penyuluhan berjalan efektif, cara dan metode pembelajaran yang diterapkan harus disesuaikan dengan keadaan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi yang sebagian besar berusia antara tahun. Kondisi fisik orang dewasa merupakan hambatan dalam mengikuti kegiatan belajar, namun masih bisa ditanggulangi dengan mendesain metode atau pendekatan yang menumbuhkan motivasi dan minat mereka. Kondisi fisik secara umum di usia tahun yaitu sulitnya menghafal hal-hal yang bersifat teoritis, adanya gangguan pendengaran dan penglihatan. Masalah tersebut dapat ditanggulangi antara lain dengan cara jam belajar yang tidak terlalu lama dan pembelajaran lebih banyak bersifat praktek, suara (spelling) lebih jelas dan kecepatan bicara dikurangi.

53 Usia 33% 39% < 20 Tahun Tahun Tahun Tahun 15% 3% 10% >51 Tahun Gambar 8. Karakteristik responden Berdasarkan Usia 3. Pendidikan Gambar 9 merupakan karakteristik reponden berdasarkan pendidikan. Jumlah responden terbesar adalah responden dengan pendidikan SMP yaitu sebesar 37 persen (37 orang) dan terkecil yaitu responden dengan pendidikan akademi atau diploma dan sarjana masing-masing sebanyak 2 persen (2 orang). Hal ini dikarenakan pendidikan dan pekerjaan adalah dua hal yang saling berhubungan. Sebagian besar orang memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Selain itu pendidikanpun berhubungan dengan bagaimana seseorang berperilaku dan berkomunikasi. Seorang penyuluh harus dapat menyesuaikan hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan dengan bekomunikasi yang benar mengunakan bahasa yang mudah dipahami atau bahasa petani agar pesan yang disampaikan penyuluh dapat dimengerti oleh petani yang pada umumnya berpendidikan rendah. Pendidikan 20% 37% 2% 2% 9% < SD SD 30% SMP SMA Akademi/DIII Sarjana Gambar 9. Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan

54 4. Komoditas yang diusahakan Gambar 10 merupakan penjabaran dari kuisioner berdasarkan jenis usaha yang dilakukan oleh responden. Tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian merupakan jenis komoditi yang paling banyak diusahakan oleh responden yaitu sebesar 42 persen atau 42 orang, hal ini dikarenakan tanaman pangan merupakan makanan pokok untuk setiap orang dan pada tahun 2009 ini pemerintah memprogramkan swasembada pangan dengan cara memberikan bantuan benih padi kepada petani. Jenis komoditas yang paling rendah yaitu tanaman keras sebanyak 3 persen (3 orang). Selain itupun sebanyak 14 persen atau 14 orang responden memiliki usaha yang lebih dari satu komoditi misalnya pangan dengan hortikultura, pangan dengan ternak dan sebagainya. Banyaknya komoditas yang diusahakan petani diwilayah kerja BP3K menuntut penyuluh untuk dapat menguasai masalah-masalah yang ada di lapangan, tidak hanya pengetahuannya di bidang pertanian saja, untuk bidang peternakan, perikanan dan kehutananpun harus dimiliki seorang penyuluh. Komoditas 15% 16% 3% 10% 14% Pangan Holtikultura Ternak Tan. Keras Lainnya 42% > 1 Komoditas Gambar 10. Karakteristik responden Berdasarkan Komoditas yang Diusahakan 4.4 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Atribut-atribut Kualitas Pelayanan Mutu pelayanan yang diberikan penyuluh lapang BP3K Ciawi akan sangat mempengaruhi penilaian yang diberikan oleh petani yang mendapatkan pelayanan dari penyuluh lapang di BP3K Ciawi. Harapan petani mengenai pelayanan yang diberikan akan menentukan seberapa loyalnya petani di

55 wilayah kerja BP3K Ciawi terhadap penyuluh lapang BP3K Ciawi. Harapan petani ini diharapkan diimbangi dengan kinerja yang dilakukan oleh penyuluh lapang BP3K Ciawi. Adapun atribut-atribut yang digunakan untuk menilai tingkat kepentingan dan kinerja terhadap penyuluh lapang di BP3K Wilayah Ciawi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Atribut-atribut yang Digunakan untuk Menilai Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Penyuluh Lapang BP3k Ciawi. Dimensi Atribut-atribut Pelayanan TANGIBLE 1 Kerapihan dan penampilan penyuluh P1 RELIABILITY 1. Praktek langsung di lapangan P2 RESPONSIVENESS 2. Pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh 3. Pengupayaan sarana dan prasarana P4 4. Penyusunan rencana kegiatan usaha tani P5 5. Membantu administrasi kelompok P6 6. Memberikan informasi teknologi baru P7 7. Memberikan informasi pasar P8 8. Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan 9. Peningkatan hasil usaha. P10 1. Cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul P3 P9 P11 2. Kecepatan menangani pengaduan petani P12 ASSURANCE 8. Membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha P13 2. Keramahan P14 3. Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi P15 4. Pelayanan/ menyelesaikan masalah secara tuntas P16 5. Pengetahuan permasalahan di lapangan P17 EMPHATHY 1. Mudah ditemui/ dihubungi P18 2. Pelayanan yang sama kepada petani P19 3. Perhatian khusus atas masalah tertentu P20

56 Adapun penjabaran untuk masing-masing atribut adalah sebagai berikut: 1. Dimensi Tangible (berwujud) a. Kerapihan dan penampilan penyuluh Kerapihan dan penampilan penyuluh merupakan atribut yang dapat dilihat langsung oleh petani dan termasuk salah satu atribut yang sering dinilai langsung oleh petani. 2. Dimensi Reliability (keandalan) a. Praktek langsung di lapangan Praktek langsung di lapangan merupakan hal yang penting untuk mempraktekkan langsung materi yang disuluhkan seperti teknis cara penanaman, pemupukan, pemberian pakan untuk ternak serta bagaimana penanganan hasil usaha pertanian. Melakukan aktivitas latihan atau Praktek langsung di lapangan akan lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani. b. Pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh Pertemuan-pertemuan yang kontinyu dan rutin antara penyuluh dengan petani dilakukan untuk mendiskusikan permasalahan yang timbul dan melihat perkembangan petani. Kunjungan secara teratur ini dapat mencipatakan rasa kekeluargaan yang akan mempermudah dan memperlancara pemberian dan penerimaan informasi atau materi yang diberikan. c. Pengupayaan sarana dan prasarana Salah satu atribut yang diinginkan oleh petani yaitu mengenai pengupayaan sarana dan prasarana untuk kegiatan usaha baik dalam bentuk kredit maupun bantuan langsung, seperti pengadaan traktor, obat-obatan untuk ternak, bibit dan sebagainya. d. Penyusunan rencana kegiatan usaha tani Rencana kegiatan usaha tani sangat diperlukan oleh petani untuk mengetahui perkiraan biaya dan hasil usaha yang akan didapat.

57 e. Membantu administrasi kelompok Kelompok tani diwajibkan membuat kelengkapan administrasi kelompoknya seperti Rencana Defentif Kebutuhan Kelompok (RDKK), Rencana Usaha Kelompok (RUK), berita acara pembentukan dan sebagainya. Dalam pembuatan administrasi tersebut penyuluh diharapkan dapat membantu kelompok tani untuk melengkapi administrasi tersebut. f. Memberikan informasi teknologi baru Memberikan informasi yang luas kepada para petani mengenai teknologi baru yang penting dilakukan guna meningkatkan hasil taninya. Teknologi tersebut dapat berupa informasi benih unggul, cara penanaman, pemupukan, pemberian pakan serta pengolahan hasil pertanian. g. Memberikan informasi pasar Memberikan informasi yang luas kepada para petani dalam hal informasi pasar dapat membantu petani untuk mempermudah penjualan hasil usahanya. Sebagai penyuluh tentunya harus dapat membantu petani mencari pasar yang dapat menguntungkan petani. h. Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan Memberikan informasi yang luas kepada para petani dalam hal pengadaan permodalan dan peluang usaha yang dapat memperlancar peningkatan usaha tani, misalnya informasi kredit usaha tani, kredit sarana kebutuhan petani, dan menampung hasil usaha para petani yang akan memuaskan para petani. i. Peningkatan hasil usaha Dengan adanya penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan hasil usaha para petani yang akan berdampak pada peningkatan keuntungan serta meningkatnya taraf hidup petani. 3. Dimensi Responsiveness (Kesigapan) a. Cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul

58 Kemampuan penyuluh untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul baik mengenai teknis di lapangan seperti hama atau penyakit maupun masalah yang timbul di kelompok. Penyuluh harus segera dapat mengatasi masalah tersebut agar tidak mempengaruhi hasil usaha maupun aktivitas petani. b. Kecepatan menangani pengaduan petani Dalam atribut ini diperlukan suatu kemampuan untuk cepat tanggap dari penyuluh terhadap keluhan atau pengaduan yang disampaikan oleh petani. Suatu masalah yang diantisipasi dengan baik dan cepat oleh penyuluh dapat memberikan suatu kesan yang baik kepada petani dan masalah tersebut dapat segera diselesaikan. 4. Dimensi Assurance (Kepastian) a. Membantu pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha Kadangkala petani sulit untuk bernegosiasi guna menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti pihak yang akan berinvestasi maupun pembelian hasil taninya. Penyuluh harus dapat membantu petani dalam masalah pengambilan keputusan tersebut, karena hal ini akan menentukan keberhasilan usaha si petani. b. Keramahan penyuluh Dalam memberikan penyuluhan yang efektif, diharapkan penyuluh bersikap ramah serta siap menolong kepada petani. c. Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi Atribut ini menuntut penyuluh untuk memiliki pengetahuan mengenai meteri yang akan disuluhkannya serta cara berkomunikasi yang baik agar materi yang diberikan mudah dimengerti oleh petani. d. Pelayanan dan menyelesaikan masalah secara tuntas Pelayanan secara tuntas akan membuat petani lebih mengandalkan dan yakin akan keberadaan penyuluh lapang. e. Pengetahuan permasalahan di lapangan Pengetahuan dan kemampuan penyuluh dalam mengetahui permasalahan di lapangan akan sangat membantu petani untuk menyelesaikan masalah mereka, mulai dari masalah teknis di lapangan ataupun masalah administrasi kelompok tani.

59 5. Dimensi Emphaty (Empati) a. Mudah ditemui atau dihubungi Kemudahan untuk ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi, akan membuat petani merasa nyaman, merasa bahwa penyuluh benar-benar memperhatikan petani dan benar-benar ada untuk petani. b. Pelayanan yang sama kepada petani Pemberian pelayanan yang sama kepada semua petani dapat menimbulkan kenyamanan bagi petani, sehingga tidak terjadi perbedaan kelas sosial dalam suatu kelompok tani. c. Perhatian khusus atas masalah tertentu. Adanya permasalahan tertentu yang dihadapi seorang petani, memerlukan penanganan khusus secara perorangan atau secara langsung kepada individu yang bersangkutan, dengan begitu masalah yang timbul akan mudah diatasi Penilaian Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pelayanan Penyuluh Lapang BP3K Ciawi Tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan petani terhadap pelayanan yang diberikan oleh penyuluh lapang BP3K Ciawi. Semakin besar tingkat harapan petani terhadap penyuluh lapang, semakin penting pula pelayanan tersebut untuk ditingkatkan kinerjanya. Adapun hasil analisis tingkat kepentingan atribut kualitas pelayanan penyuluh bagi petani dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan perhitungan tingkat kepentingan setiap atribut pelayanan penyuluh lapang di BP3K Ciawi. Sebanyak 17 atribut tingkat kepentingan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada pada selang yang artinya ke 17 atribut tersebut termasuk dalam skala sangat penting. 17 atribut tersebut yaitu praktek langsung di lapangan (1) pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh (3), pengupayaan sarana dan prasarana (4), penyusunan rencana kegiatan usaha tani (5), memberikan informasi teknologi baru (7), memberikan informasi pasar (8), memberikan informasi peluang usaha dan permodalan (9), peningkatan hasil usaha (10), cepat tanggap dalam

60 menghadapi masalah yang timbul (11), kecepatan menangani pengaduan petani (12), membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha (13), keramahan penyuluh (14), pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi (15), pelayanan dalam menyelesaikan masalah secara tuntas (16), pengetahuan permasalahan di lapangan (17), mudah ditemui dan dihubungi (18), dan pelayanan yang sama kepada petani (19). Sedangkan tiga atribut lainnya yaitu kerapihan dan penampilan penyuluh (2), membantu administrasi kelompok (6), dan memberikan perhatian khusus atas masalah tertentu (20) berada dalam selang yang artinya ketiga atribut ini berada dalam skala penting. Tabel 6. Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pelayanan bagi Petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi. Jumlah Tingkat kepentingan Skor Tigkat Kepentingan Total Ratarata No Atribut Bobot 1 p ,58 2 p * 4,51 3 p ,58 4 p ,45 5 p ,37 6 p ,05 7 p ,47 8 p ,47 9 p ,64 10 p ,28 11 p ,49 12 p ,35 13 p ,41 14 p ,44 15 p ,67 16 p ,39 17 p ,58 18 p ,53 19 p ,21 20 p ,48 Total 86,95 Total Rata-rata 4,35 * = 451, dan seterusnya perhitungan untuk atribut lainnya yang serupa.

61 Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi serta cara berkomunikasi yang baik memiliki nilai tingkat kepentingan rata-rata tertinggi (4,67). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan untuk atribut ini sangat tinggi. Petani menganggap bahwa pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi serta cara berkomunikasi sangat penting untuk dimiliki penyuluh, karena hal ini akan berdampak pada pengetahuan dan kecakapan petani setelah mendapatkan penyuluhan dan akan mempengaruhi hasil usaha taninya. Sedangkan atribut pelayanan yang tingkat kepentingannya paling rendah berdasarkan nilai rata-rata yaitu memberikan perhatian khusus (individual) atas masalah tertentu (khusus) kepada petani dengan nilai sebesar 3,48. Atribut ini berada dalam rentang skala tetap penting, tetapi tidak sepenting atribut yang lainnya. Artinya atribut inipun tetap harus diperhatikan Penilaian Tingkat Kepuasan Atribut Kualitas Pelayanan Penyuluh Lapang BP3K Ciawi Tingkat kepuasan petani merupakan kenyataan yang diterima petani berdasarkan kinerja berupa pelayanan dari penyuluh di BP3K Ciawi. Hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja atribut kualitas pelayanan penyuluh di BP3K Ciawi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan perhitungan tingkat kepuasan setiap atribut pelayanan penyuluh pertanian di BP3K Ciawi. Sebanyak 16 atribut tingkat kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada pada selang yang artinya ke 16 atribut tersebut termasuk dalam skala puas. 16 atribut tersebut yaitu praktek langsung di lapangan (1), kerapihan dan penampilan penyuluh (2), pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh (3), Penyusunan rencana kegiatan usaha tani (5), membantu administrasi kelompok (6), memberikan informasi peluang usaha dan permodalan (9), peningkatan hasil usaha (10), cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul (11), kecepatan menangani pengaduan petani (12), membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha (13), keramahan penyuluh (14), pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi (15), pelayanan dalam menyelesaikan masalah secara tuntas (16), pengetahuan permasalahan di

62 lapangan (17), mudah ditemui dan dihubungi (18), dan pelayanan yang sama kepada petani (19). Sedangkan empat atribut lainnya yaitu pengupayaan sarana dan prasarana (4), memberikan informasi teknologi baru (7), memberikan informasi pasar (8), dan memberikan perhatian khusus atas masalah tertentu (20) berada dalam selang yang artinya atribut tingkat kepuasan berada pada skala cukup puas. Tabel 7. Tingkat Kepuasan Atribut Kualitas Pelayanan bagi Petani di Wilayah Kerja BP3K Ciawi. No Atribut Jumlah Tingkat Kepuasan Skor Tingkat Kepuasan Total Bobot Ratarata 1 p * 3,89 2 p ,51 3 p ,01 4 p ,86 5 p ,53 6 p ,6 7 p ,36 8 p ,38 9 p ,6 10 p ,59 11 p ,82 12 p ,93 13 p ,84 14 p ,18 15 p ,03 16 p ,87 17 p ,91 18 p ,18 19 p ,95 20 p ,33 Total 74,37 Total Rata-rata 3,72 * = 389, dan seterusnya perhitungan untuk atribut lainnya yang serupa. Sikap penyuluh yang ramah dan penyuluh yang mudah ditemui merupakan dua atribut dengan nilai kepuasan tertinggi (4,18). Hal ini menunjukkan kinerja penyuluh lapang untuk kedua atribut ini sudah cukup baik, maka kinerja pada atribut ini perlu dipertahankan. Sedangkan atribut pelayanan yang paling rendah tingkat kepuasannya

63 adalah pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani dengan nilai 2,86. Hal ini menunjukkan kinerja atribut pelayanan ini belum sesuai dengan yang diinginkan oleh petani di wilayah kerja BP3K Ciawi dan pihak BP3K perlu meningkatkan kinerjanya untuk atribut ini. 4.5 Analisis Tingkat Kesesuaian Atribut Pelayanan Penyuluh Lapang di BP3K Ciawi Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan antara skor kinerja dengan skor kepentingan (Supranto, 2000). Tingkat kesesuaian diperoleh dari perbandingan antara tingkat kepuasan (kenyataan yang diterima petani) dengan tingkat kepentingan (harapan petani) atas kinerja penyuluh lapang di BP3K Ciawi. Analisis tingkat kesesuaian dari 20 atribut pelayanan penyuluh lapang di BP3K Ciawi dijabarkan pada Tabel 8. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tingkat kesesuaian dari ke-20 atribut tersebut belum mencapai 100 persen, hal ini dapat dijelaskan bahwa pelayanan yang diberikan oleh penyuluh lapang BP3K Ciawi belum memenuhi semua harapan petani. Oleh karena itu, penyuluh lapang di BP3K Ciawi harus melakukan perbaikan terus-menerus, mencari tahu keinginan petani serta meningkatkan kinerjanya agar harapan petani terpenuhi dan merasa puas. Analisis dari tingkat kesesuaian ini juga dapat diperingkatkan berdasarkan skor yang diperoleh dari perhitungan dan pemeringkatannya dimulai dari yang terendah hingga yang tertinggi. Peringkat dari tingkat kesesuaian ini dapat dipergunakan BP3K Ciawi untuk mengetahui urutan prioritas upaya peningkatan dan perbaikan mutu pelayanan penyuluh lapang BP3K Ciawi agar penyuluh lapang BP3K Ciawi ini dapat mempertahankan kinerjanya dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan, sehingga harapan petani dapat terpenuhi secara keseluruhan. Berdasarkan Tabel 8, atribut yang memiliki tingkat kesesuaian yang paling tinggi yaitu atribut kerapihan dan penampilan sebesar 98,25 persen artinya kinerja yang dilakukan penyuluh lapang BP3K Ciawi hampir memenuhi harapan petani yaitu mendekati 100 persen. Sedangkan atribut pengupayaan sarana dan prasarana untuk petani mempunyai nilai tingkat kesesuaian yang paling rendah yaitu sebesar 64,27 persen. Hal ini menunjukkan layanan yang diberikan penyuluh lapang BP3K Ciawi belum sesuai dengan harapan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi dikarenakan untuk pengupayaan sarana dan prasarana ini sangat tergantung pada kebijakan BP3K

64 Ciawi, seorang penyuluh hanya dapat membantu dalam hal pengajuan kepada pihak BP3K. Hal ini menjadi prioritas utama perbaikan mutu pelayanan di BP3K Ciawi. Tabel 8. Analisis Tingkat Kesesuaian Atribut Pelayanan Penyuluh Lapang di BP3K Ciawi No Atribut Bobot Tingkat Kepentingan Bobot Tingkat Kepuasan Tingkat Kesesuaian (%) Prioritas Ke- 1 Kerapihan dan penampilan , Praktek langsung di lapangan ,25 * 10 3 Pelatihan dan kunjungan , Pengupayaan sarana dan prasarana , Penyusunan rencana kegiatan usaha tani , Membantu administrasi kelompok , Memberikan informasi teknologi baru , Memberikan informasi pasar , Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan , Peningkatan hasil usaha ,88 6 Cepat tanggap dalam 11 menghadapi masalah yang ,08 7 timbul 12 Kecepatan menangani pengaduan petani , Membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha , Keramahan , Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi , Pelayanan/ menyelesaikan masalah secara tuntas , Pengetahuan permasalahan di Lapangan , Mudah ditemui/ dihubungi , Pelayanan yang sama kepada petani , Perhatian khusus atas masalah tertentu ,69 19 * (389 : 451) x 100 = 86,25 persen, dan seterusnya untuk atribut lainnya yang serupa.

65 4.6 Importance Performance Analysis (IPA) Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi adalah Importance Performance Analysis (IPA). IPA digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja dari atribut pelayanan yang diberikan penyuluh lapang BP3K Ciawi yang mempengaruhi harapan petani, sehingga petani tersebut merasa puas. Hasil pengukuran, diperoleh dari perhitungan rataan dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan siswa melalui penyebaran kuisioner, kemudian hasil yang diperoleh dipetakan ke dalam diagram kartesius. Setelah dipetakan, maka akan terlihat bagaimana kinerja penyuluh lapang di BP3K Ciawi terhadap atribut pelayanannya dan memberikan informasi apakah masih perlu melakukan perbaikan ataukah tetap dipertahankan kinerjanya. Perhitungan skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja penyuluh lapang BP3K Ciawi dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan perhitungan nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja pada Tabel 9, didapatkan hasil nilai rata-rata untuk tingkat kepentingan sebesar 4,35. Atribut-atribut yang nilai kepentingannya berada diatas ratarata berjumlah 16 atribut. Sedangkan untuk tingkat kepuasan didapat nilai rata-rata sebesar 3,72. Atribut-atribut yang nilai kepuasannya berada di atas rata-rata berjumlah 10 atribut.

66 Tabel 9. Skor Rataan Tingkat Kepentingan dan Kinerja Penyuluh Lapang BP3K Ciawi Skor Rataan No ATRIBUT Tingkat kepentingan Tingkat Kinerja 1 Kerapihan dan penampilan 3,58 3,51 2 Praktek langsung di lapangan 4,51 * 3,89 ** 3 Pelatihan dan kunjungan 4,58 4,01 4 Pengupayaan sarana dan prasarana 4,45 2,86 5 Penyusunan rencana kegiatan usaha tani 4,37 3,53 6 Membantu administrasi kelompok 4,05 3,60 7 Memberikan informasi teknologi baru 4,47 3,36 8 Memberikan informasi pasar 4,47 3,38 9 Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan 4,64 3,60 10 Peningkatan hasil usaha. 4,28 3,59 11 Cepat tanggap dalam menghadapi masalah 4,49 3,82 12 Menangani pengaduan petani 4,35 3,93 13 Membantu dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha 4,41 3,84 14 Keramahan 4,44 4,18 15 Kejelasan informasi 4,67 4,03 16 Pelayanan/ menyelesaikan masalah secara 4,39 3,87 tuntas 17 Pengetahuan permasalahan di lapangan 4,58 3,91 18 Mudah ditemui/ dihubungi 4,53 4,18 19 Pelayanan yang sama kepada petani 4,21 3,95 20 Perhatian khusus atas masalah tertentu 3,48 3,33 Rata-rata 4,35 3,72 * (451 : 100) = 4,51 dan seterusnya perhitungan untuk atribut lainnya adalah serupa. * (389 : 100) = 3.89 dan seterusnya perhitungan untuk atribut lainnya adalah serupa. Hasil pengukuran unsur-unsur jasa ini berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang memungkinkan pihak BP3K melakukan perbaikan untuk atribut yang benar-benar dianggap penting oleh petani, agar dapat memuaskan. Untuk dapat melihat posisi penempatan data yang telah dianalisis tersebut, maka dapat dibagi menjadi empat kuadran yang dapat dilihat pada Gambar 11. Untuk memperoleh titik-titik pada matrik (Gambar 11), menggunakan nilai rata-rata dari tingkat kepentingan dan kinerja yang tersaji pada Tabel 9.

67 D i a g r a m K a r t e s i u s T i n g k a t K e p e n t i n g a n T i n g k a t K i n e r j a Gambar 11. Hasil Diagram Kartesius Keterangan : 1. Kerapihan dan penampilan penyuluh 2. Praktek langsung di lapangan 3. Pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh 4. Pengupayaan sarana dan prasarana 5. Penyusunan rencana kegiatan usaha tani 6. Membantu administrasi kelompok 7. Memberikan informasi teknologi baru 8. Memberikan informasi pasar 9. Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan 10. Peningkatan hasil usaha 11. Cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul 12. Kecepatan menangani pengaduan petani 13. Membantu pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha 14. Keramahan penyuluh 15. Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi 16. Pelayanan dalam menyelesaikan masalah secara tuntas 17. Pengetahuan permasalahan di lapangan 18. Mudah ditemui dan dihubungi

68 19. Pelayanan yang sama kepada petani 20. Memberikan perhatian khusus atas masalah tertentu Terlihat pada Gambar 11, bahwa atribut yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi terbagi menjadi empat bagian yaitu kuadran A (prioritas utama), kuadran B (pertahankan prestasi), kuadran C (prioritas rendah), dan kuadran D (berlebih). Adapun penjelasan dari matriks IPA adalah sebagai berikut: 1. Kuadran A Kuadran A menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa yang sangat penting bagi petani, akan tetapi penyuluh belum melaksanakan sesuai dengan keinginan petani, sehingga menimbulkan kekecewaan rasa tidak puas. Atribut yang berada dalam kuadran A memiliki nilai skor tingkat kepentingan di atas rata-rata (> 4,35), yang berarti petani menganggap atribut ini mempunyai tingkat kepentingan tinggi, sedangkan untuk skor tingkat kinerja atribut ini berada di bawah rata-rata (< 3,72) yang berarti kepuasan petani terhadap atribut ini masih rendah. Atribut yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi yang berada dalam kuadran ini, penanganannya perlu diprioritaskan oleh pihak BP3K. Keberadaan atribut inilah yang dinilai sangat penting oleh petani, sedangkan tingkat pelaksanaannya masih belum memuaskan. Berikut lima atribut yang berada dalam kuadran A berserta upaya yang dapat diterapkan BP3K Ciawi untuk meningkatkan kepuasan petani: a. Pengupayaan sarana dan prasarana yang diperlukan petani Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya para petani memerlukan berbagai macam sarana dan prasarana. Kemudahan mendapatkan sarana tersebut tersedia pada berbagai lembaga pemerintah terkait. Pengupayaan sarana dan prasarana yang diperlukan dirasakan petani masih kurang. Penyuluh lapang harus dapat mengetahui sarana dan prasarana yang tersedia yang bisa didapatkan secara gratis atau hibah maupun dengan sistem pembayaran tunai dan kredit. Kemudian penyuluh lapang menginformasikannya kembali kepada petani. Cara pengajuan sarana tersebut biasanya berbentuk proposal yang pembuatannya dapat dibantu oleh penyuluh.

69 b. Penyusunan rencana kegiatan usaha tani Penyusunan rencana kegiatan usaha tani seperti membantu membuat analisis usaha, kebutuhan biaya produksi dan penanganan hasil sangat diperlukan petani dalam atribut ini dirasakan sangat penting oleh petani penyusunan rencana kegiatan usaha tani tersebut dibantu oleh penyuluh, akan tetapi dalam kenyataannya kinerja penyuluh terhadap atribut ini belum memuaskan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan petani yaitu dengan lebih sering mengadakan pertemuan kelompok untuk mengajarkan kepada petani agar mampu menyusun rencana kegiatan itu sendiri yang tetap diawasi dan dibimbing oleh penyuluh. c. Memberikan informasi teknologi baru Teknologi merupakan sesuatu yang baru yang selalu berkembang. Teknologi sangat bermanfaat bagi perkembangan pertanian agar hasil yang dicapai lebih menguntungkan bagi petani. Teknologi tidak harus selalu dari atas ke bawah, tetapi bisa juga dikembangkan oleh petani sendiri yang dibantu oleh penyuluh. Penyampaian informasi teknologi baru dirasakan petani kurang memuaskan. Upaya yang dapat dilakukan penyuluh lapang terkait dengan pengembangan teknologi yaitu dengan memberikan pelatihan secara teratur kepada penyuluh lapang mengenai teknologi seperti pembuatan pakan ternak, pembuatan pupuk, cara tanam, pemupukan dan sebagainya. Cara yang dapat ditempuh yaitu mengunjungi balai penelitian untuk mendapatkan teknologi terbaru yang tepat guna atau dengan universitas atau institut yang mempunyai kedudukan sebagai lembaga penelitian. d. Memberikan informasi pasar Penyampaian informasi pasar sangat penting guna mendapatkan keuntungan yang maksimal. Menyampaikan informasi pasar oleh penyuluh dirasakan petani masih kurang. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya yaitu penyuluh lebih giat mencari informasi pasar melalui media koran ataupun radio yang terkait dengan pertanian, dalam hal ini Radio Pertanian Ciawi menyediakan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang didapat

70 kemudian diinformasikan kembali kepada petani. Selain itu pihak BP3K dapat bekerjasama dengan pengusaha maupun pedagang yang dapat menampung hasil pertanian. e. Memberikan informasi peluang usaha dan permodalan Untuk kelancaran usahanya, modal dan peluang usaha sangat diperlukan petani. Informasi mengenai hal tersebut dapat dibantu oleh penyuluh. Informasi peluang usaha dan permodalan di wilayah kerja BP3K Ciawi dirasakan petani masih kurang. Adapun usaha yang dapat dilakukan penyuluh untuk meningkatkan kepuasan petani pada atribut ini yaitu dengan mencari informasi kepada Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor mengenai prosedur cara mendapatkan modal baik dalam bentuk bantuan maupun kredit tanpa bunga atau dengan bunga rendah. Kemudian penyuluh dapat menginformasikannya kembali kepada petani untuk didiskusikan. Selain itu, penyuluh dapat mengajarkan kepada kelompok tani agar dapat memupuk modal sendiri dengan cara pembayaran kas atau simpanan anggota dan selanjutnya dikembangkan sebagai usaha simpan pinjam. 2. Kuadran B Kuadran B menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa pokok yang dianggap penting oleh petani telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan petani, maka kewajiban dari pihak penyuluh atau BP3K adalah mempertahankan kinerjanya. Atribut ang berada dalam kuadran b memiliki nilai skor tingkat kepentingan dia atas rata-rata (>4,35), yang berarti petani menganggap atribut ini mempunyai tingkat kepentingan tinggi dan skor tingkat kinerja atribut inipun berada di atas rata-rata (> 3,72) yang berarti tingkat kinerja penyuluh lapang yang tinggi. Atributatribut yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi yang berada dalam kuadran ini perlu dipertahankan, karena pada umumnya tingkat pelaksanaannya telah sesuai dengan kepentingan dan harapan petani, sehingga dapat memuaskan petani. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran B yaitu:

71 a. Praktek langsung di lapangan b. Praktek langsung di lapangan pada saat pelatihan dan kunjungan c. Cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul di lapangan d. Kecepatan dalam menangani pengaduan petani e. Membantu pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha f. Keramahan penyuluh g. Pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh petani h. Pengetahuan dan kemampuan penyuluh dalam menangani permasalahan di lapangan i. Mudah ditemui atau dihubungi untuk berkonsultasi Adapun upaya yang dapat dilakukan BP3K Ciawi untuk mempertahankan kinerja untuk 10 atribut tersebut, yaitu melakukan monitoring secara berkala kepada penyuluh lapangnya. Selain itu agar penyuluh selalu dapat mengatasi masalah baru yang timbul, dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara berkala kepada penyuluh lapang. 3. Kuadran C Kuadran C menunjukkan bahwa unsur-unsur yang memang dianggap kurang penting oleh petani dimana sebaiknya penyuluh atau BP3K menjalankannya secara sedang saja. Atribut yang berada dalam kuadran C memiliki nilai skor tingkat kepentingan di bawah rata-rata (< 4,35), yang berarti petani menganggap atribut ini mempunyai tingkat kepentingan rendah dan tingkat kinerja atribut ini berada di bawah ratarata (< 3,72) yang berarti kepuasan petani terhadap atribut inipun masih rendah. Atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada dalam kuadran ini dinilai masih dianggap penting bagi petani, sedangkan kualitas pelaksanaannya biasa saja atau cukup. Adapun atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu: a. Kerapihan dan penampilan penyuluh b. Membantu administrasi kelompok c. Peningkatan hasil usaha

72 d. Memberikan perhatian khusus atas masalah tertentu yang dihadapi petani Adapun upaya yang dapat dilakukan penyuluh lapang BP3K Ciawi untuk meningkatkan keempat atribut ini yaitu dengan melakukan kunjungan secara teratur, monitoring kegiatan usaha petani dan lebih memperhatikan kebutuhan petani di wilayah BP3K Ciawi. 4. Kuadran D Kuadran D menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa yang dianggap kurang penting, tetapi telah dijalankan dengan sangat baik oleh pihak BP3K. Hal ini dianggap berlebihan. Atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada dalam kuadran ini dinilai berlebihan dalam pelaksanaannya. Hal ini terutama disebabkan karena petani menganggap tidak terlalu penting terhadap adanya atribut tersebut, akan tetapi pelaksanaannya dilakukan dengan baik sekali oleh pihak BP3K, sehingga sangat memuaskan.. Adapun atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu Pelayanan yang sama kepada petani tanpa pilih-pilih. 4.7 Customer Satisfaction Index (CSI) Tingkat kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi secara keseluruhan dapat diukur dengan menggunakan alat analisis CSI (Customer Satisfaction Index). Tingkat kepuasan ini dihitung berdasarkan nilai rataan total dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan. Hasil analisis tingkat kepuasan ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tingkat kepuasan petani secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan sebagai berikut: f. 0,00-0,34 = tidak puas g. 0,35-0,50 = kurang puas h. 0,51-0,65 = cukup puas i. 0,66-0,80 = puas j. 0,81-1,00 = sangat puas

73 Tabel 10. Perhitungan CSI Kinerja Penyuluh Lapang BP3K Ciawi. Rata-rata Rata-rata No Weighting Tingkat Tingkat Atribut Faktor (%) Kepentingan Kepuasan Weighted Skor 1 3,58 4,12 3,51 0,14 2 4,51 5,19 a 3,89 0,20 b 3 4,58 5,27 4,01 0,21 4 4,45 5,12 2,86 0,15 5 4,37 5,03 3,53 0,18 6 4,05 4,66 3,6 0,17 7 4,47 5,14 3,36 0,17 8 4,47 5,14 3,38 0,17 9 4,64 5,34 3,6 0, ,28 4,92 3,59 0, ,49 5,16 3,82 0, ,35 5,00 3,93 0, ,41 5,07 3,84 0, ,44 5,11 4,18 0, ,67 5,37 4,03 0, ,39 5,05 3,87 0, ,58 5,27 3,91 0, ,53 5,21 4,18 0, ,21 4,84 3,95 0, ,48 4,00 3,33 0,13 Total 86, ,37 Weighted Total 3,73 Satisfaction Index 74,53 c a (4,51 : 86,95) x 100 = 5,91 b (5,19 x 3,89) : 100 = 0,20 c (3,73 : 5 ) x 100 = 74,53 Berdasarkan hasil perhitungan CSI yang dapat dilihat pada Tabel 10, diperoleh hasil CSI untuk atribut kinerja penyuluh lapang BP3K Ciawi adalah sebesar 74,53 persen. Nilai tersebut berada pada selang 0,66-0,80. Angka tersebut mengidentifikasikan bahwa secara umum petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada dalam kategori puas. Oleh karena itu, kinerja perusahaan secara keseluruhan baik karena telah memenuhi harapan petani. 4.8 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil analisis CSI yang dilakukan, diketahui bahwa secara umum petani di wilayah kerja BP3K Ciawi berada pada kategori puas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CSI sebesar 74,53 persen. Oleh karena itu pihak BP3K Ciawi harus mampu mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani tersebut. Dari pembahasan yang dikemukakan pada bagian ,

74 dapat disusun suatu implikasi manajerial sekaligus rekomendasi upaya yang dapat diterapkan BP3K Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi. a. Upaya Pembinaan Kelompok Tani Upaya pembinaan kelompok tani merupakan salah satu tugas dari penyuluh lapang. Dengan pembinaan yang dilakukan secara berkala akan dapat mempertahankan serta meningkatkan kepuasan petani. Dalam pembinaan tersebut penyuluh lapang dapat berdiskusi bersama petani unuk menentukan jadwal pertemuan dengan anggota tani. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam pertemuan tersebut, antara lain berdiskusi dalam menentukan pola usaha tani yang menguntungkan agar dapat mengurangi biaya, belajar manganalisis dan menilai hasil usaha tani, mengelola administrasi kelompok, membicarakan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan dan mengefektifkan pengadaan bantuan sehingga belajar mengajar lebih efektif dan sebagai pendorong agar petani mau berkelompok serta dibina. Dengan adanya pertemuan berkala tersebut, diharapkan petani akan terlayani dengan baik yang berdampak pada peningkatan kepuasan petani. Hal-hal yang perlu dibina oleh seorang penyuluh antara lain yaitu penerapan teknologi kepada petani. Untuk penerapan teknologi yang baru, penyuluh dapat melakukannya dengan cara mengadakan percontohan. Misalnya dengan mengadakan demplot padi (demonstrasi plot) yaitu penerapan teknologi padi baik berupa cara tanam, pepupukan dan panen. Dengan cara seperti ini diharapkan teknologi yang dicontohkan dapat ditiru oleh masyarakat tani lainnya. b. Meningkatkan Jaringan Kerjasama Penyuluh Lapang Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga lain seperti KUD, lembaga penelitian, universitas atau institut, pemasok, pengumpul hasil tani dan lembaga perbankan akan sangat menguntungkan bagi petani. Dengan kerja sama yang baik, lembaga-lembaga tersebut akan dapat membantu petani dalam hal permodalan, informasi teknologi baru dan cara

75 penerapannya, dan berbagai informasi yang dibutuhkan petani seperti perluasan pemasaran, pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. c. Pelatihan bagi Penyuluh Lapang Agar petani dapat merasakan kinerja penyuluh, seorang penyuluh dituntut untuk banyak mengetahui permasalahan di lapangan dan mengatahui cara mengatasi masalah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak BP3K untuk meningkatkan pengetahuan penyuluh lapang yaitu dengan mengadakan berbagai macam pelatihan. Pelatihan dapat dilakukan secara berkala, misalnya setiap dua minggu, pada saat pertemuan yang dilakukan BP3K. Pelatihan dapat dilakukan dengan bertukar pengetahuan atau kemampuan antar penyuluh lainnya. Pengetahuan yang cukup yang dimiliki seorang penyuluh diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang ada di lapangan yang berdampak pada kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi.

76 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Atribut mutu pelayanan yang digunakan untuk menilai tingkat kepuasan petani di BP3K Wilayah Ciawi terbagi menjadi lima dimensi kualitas jasa. Pada dimensi berwujud yaitu kerapihan dan penampilan penyuluh. Dimensi kehandalan terdiri dari sembilan atribut pelayanan yang terdiri dari praktek langsung di lapangan, pelatihan dan kunjungan secara teratur oleh penyuluh, pengupayaan sarana dan prasarana, penyusunan rencana kegiatan usahatani, membantu administrasi kelompok, memberikan informasi teknologi, memberikan informasi pasar, memberikan informasi peluang usaha dan permodalan serta peningkatan hasil usaha. Dimensi kesigapan terdiri dari dua atribut pelayanan yaitu cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul dan kecepatan menangani pengaduan petani. Dimensi kepastian terdiri dari lima atribut pelayanan yang terdiri dari membantu pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha, keramahan penyuluh, pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan materi, pelayanan dan menyelesaikan masalah secara tuntas dan pengetahuan permasalahan di lapangan. Terakhir dimensi empati yang terdiri dari tiga atribut pelayanan yaitu mudah ditemui atau dihubungi, pelayanan yang sama kepada petani,dan perhatian khusus atas masalah tertentu. b. Hasil IPA menunjukkan bahwa atribut-atribut jasa yang sangat penting yang berada pada kuadran A pada Matrik IPA yaitu pengupayaan sarana dan prasarana yang diperlukan petani, penyusunan rencana kegiatan usahatani, memberikan informasi teknologi dan memberikan informasi pasar. Atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani telah dilaksanakan dengan baik yang berada pada kuadran B yaitu praktek langsung dilapangan pada saat pelatihan dan kunjungan, cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul di lapangan, kecepatan dalam menangani pengaduan petani, membantu pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha, keramahan penyuluh, pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti

77 oleh petani, pengetahuan dan kemampuan penyuluh dalam menangani permasalahan di lapangan, mudah ditemui atau dihubungi untuk berkonsultasi. Atribut-atribut yang dianggap kurang penting yang berada pada kuadran C yaitu kerapihan dan penampilan penyuluh, membantu administrasi kelompok, memberikan informasi peluang usaha dan permodalan, peningkatan hasil usaha, memberikan pelayanan dalam menyelesaikan masalah secara tuntas, memberikan perhatian khusus atas masalah tertentu yang dihadapi petani. Atribut-atribut yang dianggap kurang penting pada kuadran D, yaitu pelayanan yang sama kepada petani. c. Berdasarkan hasil perhitungan CSI diperoleh nilai sebesar 74,53 persen. Artinya secara keseluruhan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan penyuluh lapang BP3K Ciawi. d. Rekomendasi upaya yang dapat diterapkan BP3K Ciawi untuk mempertahankan dan meningkatkan kepuasan petani di wilayah kerja BP3K Ciawi yaitu dengan pembinaan kelompok tani, meningkatkan jaringan kerjasama penyuluh lapang dan pelatihan bagi penyuluh lapang. 2. Saran Saran yang didapat adalah hasil analisis kuisioner dan harapan petani pada pertanyaan saran bagi penyuluh lapang. Adapun saran untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan petani adalah : a. penelitian lanjutan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Penyuluh diharapkan memiliki jadwal kunjungan kelompok agar secara teratur dapat memperhatikan permasalahan tentang pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan di wilayah kerja BP3K Ciawi. b. Pihak BP3K sebaiknya mengadakan evaluasi secara berkala mengenai kinerja penyuluh lapang BP3K Ciawi, agar kegiatan penyuluhan di BP3K Ciawi tetap efektif. c. Perlu dilakukan penyuluhan terhadap kinerja kelompok tani di BP3K Ciawi.

78 DAFTAR PUSTAKA Andika, S Pengaruh Pelayanan BPP Terhadap Kepuasan dalam Agroproduksi Padi (Oriza sativa L.) Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo,Jawa Tengah. Laporan Tugas Akhir pada Jurusan Penyuluh Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor, Bogor Anonim Menjadi Penyuluh Pertanian Swakarsa yang Efektif. Balai Metodologi Informasi Pertanian., Bogor Departemen Pertanian Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta Manajemen Agribisnis Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta Pemberdayaan Kelompok Tani dan Gapoktan. Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta Kebijakan Pembangunan Pertanian. Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Modul Pembekalan Bagi THL-TB Penyuluh Pertanian Departemen Pertanian Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Jakarta. Undang undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan. http//deptan.go.id. [07 Juni 2009] Engel, J.F, R.D. Blackwell dan P.W. Miniard Perilaku Konsumen Jilid I Edisi Keenam, Binarupa. Jakarta Gerson, R.F Mengukur Kepuasan Pelanggan (terjemahan). Pusat Pengembangan Manajemen, Jakarta Jaharudin Persepsi Sumber Motivasi Kerja dan Kualitas Pelayanan Penyuluh Pertanian di Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Tesis pada Magister Bisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor

79 Joni, W Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Muamalat Indonesia Cabang Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Kartasapoetra, A.G Penyuluhan Teknologi Pertanian. Bina Aksara, Jakarta Kotler, P Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid Satu. Teguh, Hendra et al, Penerjemah. Indeks, Jakarta. Terjemahan dari: Marketing Management, 10 Th Edition Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid Dua. Teguh, Hendra et al, Penerjemah. Indeks, Jakarta. Terjemahan dari: Marketing Management, 10 Th Edition PERDA No. 15 Tahun [05 Agustus 2009] Rangkuti, F Measuring Costumer Satisfaction. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Slamet, M., D.P. Tampubolon, M.J. Hanafiah, dan A. Hamim Manajemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi. HEDS Project, Jakarta Supranto Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka Cipta, Jakarta Suwandi, A Administrasi Penyuluh Pertanian. Jakarta, Universitas Terbuka Umar, H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta, Raja Grafindo Persada., Metode Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Zeithaml, VA., Bitner, Mary Jo Service Marketing. Mc. Graw Hill, New York.

80 No KUISIONER ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH LAPANG BP3K WILAYAH CIAWI Kuisioner ini merupakan bagian dari penelitian dalam rangka penulisan skripsi Program Sarjana yang dilakukan oleh: Nama/ NRP : Ika Listiawati/ H Departemen : Manajemen Fakultas : Ekonomi Manajemen Universitas : Institut Pertanian Bogor Saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Nama Responden : Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda pilih. 1. Apakah Bapak/Ibu adalah Anggota Kelompok Tani? a. Ya b. Tidak (STOP) 2. Kapan terakhir Anda dilayani penyuluh lapang BP3K Ciawi? a. Dalam dua bulan terakhir b. Lebih dari dua bulan yang lalu (STOP) I. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita 2. Usia saat ini a. kurang dari 20 tahun d Tahun b Tahun e. Lebih dari 50 Tahun c Tahun 3. Pendidikan a. Tidak Lulus SD d. SMA b. SD e. Akademi/ Diploma c. SMP f. Sarjana 4. Komoditas yang di usahakan a. Tan. Pangan (Padi, Jagung, umbi-umbian dll) b. Holtikultura (sayuran, buah, jahe, dll) c. Ternak (sapi, Kelinci, Kambing dll) d. Tanaman Keras e. Lainnya..

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini dilakukan oleh: Nurmaya Sari (2009). Nurmaya Sari (2009) mengkaji Kepuasan Mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepuasan Konsumen Kotler (2004) mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan). BAB II LANDASAN TEORI A. Jasa Jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi Dinyatakan oleh Sarwono (1983:89), persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Banyaknya perusahaan jasa pengiriman, menyebabkan persaingan diantara perusahaan tersebut semakin meningkat. Hal ini didasari semakin dibutuhkan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT. BMI, Tbk memiliki visi, menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional. Visi tersebut harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Jasa Dunia usaha yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari dapat berkaitan dengan industri jasa dimana pada setiap tahunnya mengalami kemajuan yang cukup pesat seiring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan semua pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono, 2002:51) Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pemasaran dan Konsep Pemasaran Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON Oleh ROSMIA MEGAWATI H24077033 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data populasi responden dilakukan pada bulan Desember 2008 Mei 2009. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara, (1) Penyusunan kuesioner (2) Uji validasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Kurniasari (2013:17) Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Restoran River Side yang berlokasi di Kawasan Wisata Sungai Musi, Komplek Benteng Kuto Besak, Jalan Rumah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini membahas tentang kepuasan konsumen terhadap atribut jasa outbound pada PT Mandiri Kreasi Bersaudara (UPGRADE.inc). Jasa outbound belakangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN M u l a i P e n e l i t i a n P e n d a h u l u a n S t u d i L i t e r a t u r I d e n t i f i k a s i M a s a l a h P e r u m u s a n M a s a l a h P e n e t a p a n T u

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Menurut Mursid (2010:26), menyatakan bahwa pengertian dari Pemasaran yaitu pemasaran tidak lain daripada suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (2002) kepuasan adalah: Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR Oleh FITRI RAHMAWATI H24104090 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JASA 1. Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, maupun lembaga yang berhubungan dengan perguruan tinggi, yang mempunyai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Secara sederhana, dapat diartikan sebagai pemenuhan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kepuasan pengguna yang menjadi tujuan dari perusahaan dituangkan dalam strategi dan rencana kerja yang diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran dan pelayanan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK Septia Elsa Email: Septiaelsa@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor 3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor sebagai perusahaan yang bergerak di bidang katering, juga

Lebih terperinci

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu Bab 1. Pendahuluan Tingginya tingkat persaingan telah membawa pengaruh yang signifikan dalam dunia usaha. Persaingan tidak hanya mengandalkan segi kualitas tetapi juga mengutamakan segi pelayanan. Parasuraman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Semakin ketatnya persaingan dalam industri perhotelan, maka untuk meningkatkan daya saingnya maka Sahira Butik Hotel Bogor melakukan peningkatkan terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Menurut Gronroos dalam Wijaya (2014:4), pemasaran merupakan proses untuk mengidentifikasi dan menetapkan, memelihara, serta meningkatkan hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Menurut Dewantara dan Magetan (2013) Mutu atau kualitas merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Dengan demikian jika suatu objek dengan keadaan baik, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Di era globalisasi ini, pendidikan merupakan kewajiban bagi masyarakat. Untuk memajukan bangsa, salah satu cara yang harus dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Jasa Kotler mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Perasaan puas pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Sementara itu kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Unit Analisis Time Horizon T-1 Deskriptif - Kualitatif Individu Pelanggan Bengkel T-2 Deskriptif

Lebih terperinci

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2 Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 1~6 PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2 1) AMIK BSI Pontianak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 41 BAB V HASIL DAN ANALISA Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data langkah selanjutnya adalah menganalisa hasil yang diperoleh dari pengumpulan dan pegujian data, yang berupa nilai kepuasan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya merupakan suatu kondisi yang menguntungkan bagi dunia bisnis di Indonesia. Indikator membaiknya kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode deskriptif adalah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK Oleh : EVA PUSPITASARI H24053915 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : 3.1.1 Data Primer Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR Oleh DEVI FITRIYANA H24066045 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Jasa Pemasaran jasa merupakan disiplin ilmu yang masih relatif baru. Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer. Jenis data ini didapat langsung dari sumber utamanya. Dalam penelitian ini, penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh pertumbuhan jenis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Kepuasan Penumpang Dalam Skripsi ini yang dibahas adalah tentang kepuasan penumpang terhadap pelayanan jasa angkutan umum antar kota dalam provinsi. Kepuasan adalah tingkat

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH)

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH) ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH) Oleh YULI ASTRIA H24103097 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik semakin meningkat, bentuk respon tuntutan tersebut adalah munculnya aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Layanan 2.1.1. Pengertian Kualitas Layanan Pengertian kualitas layanan atau kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KUALITAS PELAYANAN YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DI RESTORAN Mr. CELUP S BOGOR. Oleh EVIVANA SITUMORANG H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KUALITAS PELAYANAN YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DI RESTORAN Mr. CELUP S BOGOR. Oleh EVIVANA SITUMORANG H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KUALITAS PELAYANAN YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DI RESTORAN Mr. CELUP S BOGOR Oleh EVIVANA SITUMORANG H24102128 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kegiatan pelayanan kepada pengguna perpustakaan merupakan pelayanan yang diberikan oleh suatu perpustakaan untuk menyebarkan informasi dan pemanfaatan koleksi. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Kualitas Pelayanan Menurut Kotler (2000:57), pengertian kualitas pelayanan adalah Quality is the totality of features and characteristic

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Pelayanan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP FASILITAS DAN PELAYANAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA (PPSNZJ) ABSTRAK

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP FASILITAS DAN PELAYANAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA (PPSNZJ) ABSTRAK BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 1-14 PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP FASILITAS DAN PELAYANAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasien Pengertian Pasien Pasien merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini hanya merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express. Oleh : Niken Pusporini NIM F BAB I PENDAHULUAN

Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express. Oleh : Niken Pusporini NIM F BAB I PENDAHULUAN Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express Oleh : Niken Pusporini NIM F3206133 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sektor jasa telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN ABSTRAKSI Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi diharapkan akan diikuti dengan tingkat kesetiaan yang tinggi pula oleh pelanggannya. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan yang rendah dapat menyebabkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi. PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA P.H. Saragi Abstrak Sekolah Tinggi Manajemen Industri telah membuka jurusan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran. Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah :

LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran. Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah : 12 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah : Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan nama individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk. Jl. Laks. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia Cabang

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR) Oleh AHMAD ZULKARNAEN H24076004 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian dalam mengumpulkan data adalah Bank Bukopin cabang Esa Unggul yang bertempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Data Penelitian dilakukan terhadap kualitas pelayanan pada Warung Makan Gudeg Yu Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan lebih dari separuh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perkreditan motor PT. Summit Oto Finance Cabang Bogor harus bersaing dengan perusahaan perkreditan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR Oleh ARI AGUNG NUGROHO H24066002 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemasaran Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses social dan manajerial yang membuat individu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kota Bogor. Munculnya objek wisata baru yang menawarkan keunggulannya baik dalam bentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT JALAN RS ADENIN ADENAN MEDAN

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT JALAN RS ADENIN ADENAN MEDAN GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT JALAN RS ADENIN ADENAN MEDAN SKRIPSI Oleh: Azura Ikhlashiah 111121080 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KENAIKAN HARGA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KENAIKAN HARGA 1 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KENAIKAN HARGA (Studi Kasus : Fasilitas Jasa Internet Cyber Mahasiswa IPB) Oleh INDRA SOFIAN H24101078 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor paling penting dalam pelayanan kesehatan di RS adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien terpenuhi jika harapan-harapan pasien akan pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh MAHARDHIKA YUDA H24077025 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Dimensi Kualitas Pelayanan Jasa a. Konsep Jasa Jasa merupakan sarana aktivitas yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju di era globalisasi merupakan salah satu dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak perusahaan yang saling berlomba-lomba

Lebih terperinci