Dilema Pelayanan Negara: Anggaran vs Rakyat
|
|
- Lanny Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Dilema Pelayanan Negara: Anggaran vs Rakyat Pada saat ini penduduk berbagai daerah di Indonesia menyaksikan berbagai aktivitas pelayanan negara yang kurang berpihak kepada rakyat. Padahal kekuasaan negara di tangan rakyat. Harga barang publik yang terus meningkat, penggusuran PKL, masih banyak terjadi kemiskinan-pengangguran adalah sedikit contoh pelayanan yang kurang berpihak kepada rakyat. Di tengah penduduk timbul berbagai pertanyaan, Apa yang membelenggu negara dari melayani rakyat? Mengapa belenggu tersebut harus lebih diperhatikan daripada melayani rakyat? Bisakah dilakukan suatu penyelarasan antara melayani belenggu tersebut dengan melayani rakyat? Tulisan ini menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan menggunakan perspektif akidah dan hukum syara Islam. Kepentingan Anggaran Sumber utama pendapatan negara adalah pungutan, khususnya pajak. Pada pemerintah pusat terdapat pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, BPHTB, bea masuk dan pajak perdagangan internasional. Adapun salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pajak yang diterima pemerintah Indonesia, selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, menurut statistik BPS, jumlah pendapatan pajak dalam negeri mencapai Rp milyar, pada tahun 2006 mencapai Rp milyar dan pada tahun 2007 mencapai Rp milyar. Banyak kelemahan pungutan, khususnya pajak, sebagai sumber utama pendapatan negara. Salah satunya adalah pemaknaan bahwa penggunaan pajak yang sudah terkumpul di negara masih terkait dengan pembayar pajak. Para pemikir kapitalis bahkan meyakini pemikiran love it or leave it, yaitu Cintailah negara/daerah (karena pungutan digunakan sesuai dengan kepentingan Anda) atau tinggalkan negara/daerah (karena pungutan digunakan tidak sesuai kepentingan Anda). Kelemahan lain adalah penggunaan utama berbagai pajak adalah untuk memberikan gaji dan tunjangan kepada eksekutif dan legislatif. Berdasarkan ideologi kontrak sosial, rakyat mengontrak kerja eksekutif dan legislatif. Sebagai imbalan, rakyat membayar kepada eksekutif dan legislatif dalam bentuk pajak. Memang pajak yang telah terkumpul dapat digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur, namun pajak terkumpul tersebut juga harus digunakan untuk memberikan gaji dan tunjangan kepada eksekutif dan legislatif. Kedua hal tersebut merupakan kelemahan, sebab berpotensi menyebabkan diskriminasi dalam pelayanan negara kepada rakyat. Legislatif dan eksekutif akan mendahulukan membuat peraturan, kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan (dan yang mempermudah) pembayar pajak terbanyak. Di Indonesia pembayar pajak terbanyak adalah pengusaha. Pada tahun 2003 pengusaha menyumbang pajak dalam negeri sekitar 60,3%, pada tahun 2004, 60,5% dan pada tahun 2005, 60,9%. Legislatif dan eksekutif menyadari bahwa mereka digaji dan mendapatkan berbagai tunjangan yang berasal dari pajak kepada pengusaha. Jika legislatif dan eksekutif tidak memperhatikan kepentingan pengusaha, maka pengusaha akan lari ke negara/daerah lain. Jika pengusaha lari ke negara/daerah lain pajak diterima negara/daerah hanya sedikit. Jika pendapatan negara sedikit, gaji dan tunjangan eksekutif dan legislatif juga sedikit. Tentu saja eksekutif dan legislatif tidak menginginkan mendapatkan gaji dan tunjangan berjumlah kecil. Untuk itu eksekutif dan legislatif membuat peraturan yang pro pengusaha, sehingga pengusaha merasa nyaman di daerah tersebut dan bersedia membayar pajak kepada negara. Selanjutnya, eksekutif dan legislatif mendapatkan gaji dan tunjangan yang memadai.
2 Inilah yang sering membelenggu negara dari pelayanan kepada rakyat. Desain anggaran menyebabkan negara tahu siapa sebenarnya yang menggaji dan memberikan tunjangan. Walaupun negara dipilih oleh rakyat, namun yang paling banyak menggaji negara adalah pengusaha. Padahal jika pengusaha tidak terlayani, maka pengusaha akan lari berpindah ke tempat lain yang berakibat pendapatan yang diterima eksekutif dan legislatif berkurang drastis. Dampaknya, jika terdapat dikotomi pelayanan negara kepada pengusaha atau kepada rakyat, negara akan memilih pelayanan kepada pengusaha. Negara terbelenggu logika dan teknik berpikir mengenai pelayanan yang berasaskan pemikiran love it or leave it dan kontrak sosial. Seberapa pun penderitaan rakyat, namun prioritas pelayanan tetap kepada pembayar pajak terbanyak, dalam hal ini pengusaha. Dana Internasional Sebagai Sumber Pembiayaan Anggaran? Dilema pelayanan menjadi lebih kompleks dan susah diselesaikan jika sumber pembiayaan anggaran berasal dari hutang luar negeri. Pelayanan negara terpolarisasi antara pelayanan kepada pemilik hutang luar negeri dan pengusaha di satu sisi dan di sisi lain pelayanan kepada rakyat. Polarisasi tersebut mengutamakan pelayanan kepada pemilik hutang luar negeri sebab hutang luar negeri yang masuk dalam anggaran negara berjumlah banyak. Para kapitalis internasional telah menyiapkan pengawalan sehingga uang yang mereka tanam pada anggaran negara memberikan hasil yang optimal. Pengawalan tersebut ada 2 bentuk. Pertama, membuat mekanisme bottom-up. Seolah-olah negara tersebut yang membutuhkan hutang luar negeri dan menemui para kapitalis dengan membawa blue print perencanaan pembangunan di negara tersebut. Padahal penyusunan blue print dilakukan oleh orang-orang dalam negeri maupun luar negeri yang sudah memahami keinginan ideologis maupun ekonomis dari para kapitalis internasional. Kedua, membentuk forum internasional. Jika dahulu forum internasional tersebut bersifat multilateral seperti IGGI yang diperbaiki menjadi CGI, sekarang mereka menggunakan forum bilateral. CGI hanya dipergunakan seperlunya saja. Diperkirakan perubahan dari forum multilateral menjadi bilateral disebabkan di antara mereka sendiri terjadi persaingan tajam untuk mengeruk keuntungan dari hutang yang mereka tanamkan. Memang beberapa tahun terakhir ini hutang luar negeri yang terdapat pada anggaran mengalami penurunan. Hutang luar negeri yang terdapat pada anggaran pada tahun 2004 sebanyak Rp 23778,9 milyar dan tahun 2005 sebanyak Rp 20193,6 milyar. Bandingkan dengan hutang pemerintah pada tahun 2002 mencapai sekitar Rp milyar. Namun hal ini tidak bisa dibaca sebagai penurunan pelayanan terhadap internasional dan peningkatan pelayanan negara kepada rakyat. Ada dua argumentasi. Pertama, jumlah hutang luar negeri masih cukup banyak dibandingkan jumlah pajak. Jadi, walaupun jumlah hutang dalam anggaran mengalami penurunan, namun saham hutang luar negeri dalam anggaran masih cukup banyak dibandingkan saham rakyat. Mungkin saham hutang luar negeri setara dengan saham pengusaha. Namun negara tidak mengalami dikotomi dalam pelayanan kepada kapitalis internasional yang memberikan hutang luar negeri dan pengusaha yang memberikan pajak. Hal itu disebabkan para pengusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung, banyak mendapatkan dana dari kapitalis internasional. Para pengusaha mendapatkan modal internasional melalui pasar saham atau mendapatkan kredit dari konsorsium bank internasional. Konsekuensinya, terdapat ketundukan para pengusaha dalam negeri terhadap para kapitalis internasional. Tentu saja hal ini memudahkan negara dalam pelayanan kepada pengusaha. Negara cukup melayani para kapitalis internasional dan tidak perlu khawatir tidak melayani pengusaha dalam negeri, sebab
3 dengan melayani para kapitalis internasional pada hakikatnya sedang melayani para pengusaha. Kedua, pada saat ini sedang dibuka mekanisme lain dalam saham kepada anggaran negara. Pada saat ini telah dibuka lebar-lebar mekanisme surat hutang negara. Para kapitalis internasional yang dahulu memberikan hutang melalui mekanisme forum multilateral dan bilateral sekarang dapat memberikan hutang dengan cara membeli surat hutang negara. Mekanisme surat hutang negara memberikan pilihan kepada para kapitalis internasional dalam berpartisipasi pada anggaran negara. Jika melalui forum multilateral dan bilateral menguntungkan, maka mereka berpartisipasi melalui forum tersebut. Adapun jika melalui surat hutang negara lebih menguntungkan, maka mereka berpartisipasi melalui surat hutang negara. Oleh karena itu, berkurangnya hutang yang berasal dari forum multilateral dan bilateral tidak berarti berkurangnya pelayanan negara terhadap kapitalis internasional dan meningkatnya pelayanan kepada rakyat. Pelayanan negara terhadap kapitalis internasional tetap diprioritaskan sebab mereka berpartisipasi melalui surat hutang negara. Pada tahun 2004, 2005, dan 2006, pembelian surat hutang negara sebesar Rp 8225,3 milyar, Rp 22085,8 milyar dan Rp 24886,3 milyar. Jika dalam pembelian surat hutang negara, terdapat porsi pembelian oleh para kapitalis internasional, dapat dibayangkan kuasa mereka atas anggaran negara. Masuknya dana internasional pada anggaran menyebabkan negara terbelenggu di dalam melayani rakyat. Pada faktanya legislatif banyak menghasilkan peraturan dan undang-undang yang sebenarnya mencontek berbagai konvensi internasional. Adapun peraturan dan undang-undang yang tidak mencontek ditempatkan pada prioritas bawah. Salah satu contohnya adalah rancangan UU APP yang tidak pernah mulus menjadi peraturan sedangkan berbagai ratifikasi peraturan undang-undang yang berasal dari konvensi PBB mudah sekali ditetapkan oleh legislatif. Hal ini tidak bermakna RUU APP benar, sedangkan ratifikasi berbagai konvensi PBB salah atau ratifikasi Konvensi PBB benar, sedangkan RUU APP salah. Maknanya tidak seperti itu. Makna yang dituju adalah legislatif memprioritaskan pelayanan kepada kapitalis internasional daripada memprioritaskan pelayanan kepada rakyat disebabkan adanya partisipasi kapitalisme dalam anggaran negara. Jadi yang membelenggu negara dari pelayanan kepada rakyat adalah dana kapitalisme internasional yang masuk pada anggaran. Demikian juga negara lebih memprioritaskan kebijakan penegakan HAM, pemberantasan terorisme, pemberantasan korupsi, menghindari AIDS dan flu burung, atau pengentasan kemiskinan karena dorongan dana internasional yang sudah masuk ke anggaran negara. Negara tidak melihat realitas yang hakiki dalam pelayanan kepada rakyat. Hal ini tidak bermakna bahwa di dalam pelayanan kepada rakyat boleh menghalalkan segala cara. Makna yang dituju adalah eksekutif memprioritaskan pelayanan kepada kapitalis internasional daripada memprioritaskan pelayanan kepada rakyat disebabkan adanya partisipasi kapitalisme dalam anggaran negara. Jadi yang membelenggu negara dari pelayanan kepada rakyat adalah dana kapitalisme internasional yang masuk pada anggaran. Bagaimana Menyelaraskan? Ada yang menyarankan supaya rakyat membayar pajak lebih banyak. Yang menyarankan tersebut berasumsi bahwa rakyat bersaing dengan pengusaha untuk mendapatkan pelayanan dari negara. Selama ini rakyat membayar pajak lebih sedikit dibandingkan pengusaha. Bahkan banyak rakyat yang tidak mau membayar pajak. Jika rakyat membayar pajak lebih banyak daripada pengusaha, maka negara akan memprioritaskan melayani rakyat. Sayangnya, saran peningkatan pembayaran pajak ini tidak dapat diterapkan sebab memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :
4 1. Berpotensi merubah kekuasaan di tangan rakyat menjadi kekuasaan di tangan uang. 2. Berpotensi melegalkan diskriminasi pelayanan negara. 3. Hanya menguntungkan kapitalis internasional. Ada juga yang menyarankan membiarkan semuanya berjalan secara alamiah. Keselarasan akan berjalan dengan sendirinya. Berbagai ketidakselarasan hanyalah keadaan sesaat yang pada akhirnya menuju keselarasan. Apalagi terdapat efek menetes ke bawah (trickle down effect). Keberpihakan negara kepada pengusaha tidak perlu dipermasalahakan sebab akan berlanjut pada keberpihakan pengusaha kepada pekerja, masyarakat dan lingkungan dalam bentuk corporate social responsibility. Saran ini juga tidak dapat diterapkan sebab memiliki beberapa kelemahan : 1. Menyebabkan tanggung jawab negara dalam pelayanan kepada rakyat berpindah kepada pengusaha. 2. Kemauan dan kemampuan pengusaha dan corporate social responsibility dalam melayani rakyat sangat lemah. Solusi yang lain adalah merubah anggaran negara menjadi berbentuk baitul mal sebab baitul mal tidak berlandaskan pada pemikiran love it or leave it dan kontrak sosial. Landasan pemikiran baitul mal adalah hukum pemilikan berdasarkan akidah dan hukum syara Islam. Negara memang memungut zakat dari wajib zakat. Namun tidak berarti zakat yang terkumpul pada anggaran negara menjadi milik negara atau digunakan terkait dengan kebutuhan wajib zakat. Harta zakat, walaupun berasal dari wajib zakat dan terkumpul pada anggaran negara, namun milik 8 asnaf sebagaimana disebutkan dalam Al Qur an surat At Taubah ayat 60. Jadi kaum fakir, miskin, amil (pejabat) zakat, orang yang punya hutang, mualaf, budak, orang yang kehabisan bekal, dan orang yang melakukan fii sabilillah adalah pemilik harta zakat. Mereka berhak menggunakan harta zakat untuk menyelesaikan persoalan yang mereka alami. Sedangkan negara dan wajib zakat tidak berhak menggunakan harta zakat. Demikian juga di dalam baitul mal terdapat harta milik umum yang berasal dari pertambangan, sumber daya alam dan fasilitas listrik, air, atau telepon. Namun bukan berarti negara boleh mengklaim bahwa harta milik umum tersebut milik negara dan menggunakannya untuk kepentingan negara. Tidak seperti itu. Harta milik umum dalam baitul mal dipergunakan untuk membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat seperti sekolah, rumah sakit, jalan raya, pelabuhan, bendungan, lapangan, transportasi masal, hingga masjid tempat ibadah. Pendek kata, harta milik umum dipergunakan untuk membiayai kebutuhan bersama yang muncul di tengah masyarakat. Adapun harta yang menjadi milik negara, seperti harta rampasan perang, jizyah dan kharaj, usyur, khumus, dan rikaz dapat digunakan negara untuk berbagai kepentingan negara. Negara dapat mensubsidi sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (perdagangan, industri manufaktur) atau sektor lainnya menggunakan harta negara dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Namun diharapkan negara peka terhadap ketimpangan ekonomi yang terjadi. Jika terjadi ketimpangan ekonomi, negara diharapkan menggunakan harta milik negara tersebut untuk menyelesaikan masalah ketimpangan ekonomi. Hal itu sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat Al Hasyr ayat 7, Supaya harta jangan hanya beredar di antara orang kaya saja. Melalui baitul mal tidak terjadi permasalahan dikotomi antara pelayanan negara kepada pengusaha dengan kepada rakyat. Hal itu disebabkan baitul mal tidak berlandaskan pemikiran love it or leave it dan kontrak sosial. Baitul mal juga tidak perlu melayani para kapitalis internasional sebab pembiayaan anggaran sama sekali tidak melibatkan mereka. Semua penggunaan harta dalam anggaran disesuaikan dengan pemilikannya. Harta zakat digunakan oleh pemilik zakat, harta milik umum untuk kepentingan bersama dan harta milik negara untuk kepentingan negara dalam melayani rakyatnya. Pembagian dan porsi anggaran
5 tidak didasarkan pada musyawarah dan lobi wakil rakyat / DPR bersama pemerintah, tetapi berdasarkan hukum pemilikan. Biaya sosial Perubahan Semua pilihan yang akan diambil mengandung biaya sosial. Jika pilihannya masyarakat adalah membayar pajak sebanyak-banyaknya, maka mengandung biaya masyarakat menjadi miskin sedangkan harapan rakyat mendapatkan pelayanan lebih dari pengusaha belum tentu diraih. Adapun jika memilih membiarkan semuanya berjalan sebagaimana adanya, maka rakyat tidak akan mendapatkan pelayanan memadai dari negara. Adapun pilihan mengubah anggaran menjadi baitul mal, walaupun merupakan pilihan ideal juga mengandung biaya. Perubahan tersebut akan menyangkut reformasi berbagai aspek kehidupan, tidak hanya aspek anggaran. Jika reformasi berbagai aspek kehidupan tidak terjadi, sedangkan anggaran berbentuk baitul mal, maka akan mengakibatkan pemikiran leave it or leave it dan kontrak sosial diterapkan melalui sistem baitul mal. Hal itu akan berakibat dikotomi pelayanan negara kepada pengusaha dan rakyat dengan prioritas kepada pengusaha diterapkan melalui sistem baitul mal. Suatu biaya sosial yang sangat mahal. Oleh karena itu, agar biaya sosial menjadi minimal, maka perubahan anggaran menjadi baitul mal harus bersama-sama dengan reformasi seluruh aspek kehidupan. Reformasi anggaran harus mengakar dan satu paket dengan reformasi seluruh aspek kehidupan. Inilah yang harus dilakukan oleh umat Islam. Apalagi jika memperhatikan manfaat yang bakal diperoleh berupa Islam sebagai rahmat bagi seluruh dunia dan keridaan Allah swt. di akhirat.
Definisi Keuangan Negara
KEUANGAN NEGARA Keuangan negara mengurus masalah keuangan seperti penerimaan, pengeluaran, dan utang jawatan negara. Definisi Keuangan Negara Bastable: "Keuangan negara mengurus pengeluaran dan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Menurut syara zakat merupakan nama bagi
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
134 Alasan mendasar mengapa Al-Qur'an menetapkan ancaman yang begitu keras terhadap riba adalah bahwa Islam hendak menegakkan suatu sistem ekonomi di mana semua bentuk eksploitasi dihapuskan. Dan sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia pada tahun 1999 menjadi titik tolak tumbuh kembangnya desentralisasi fiskal yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi. Pelaksanaan
Lebih terperinciHAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI
HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam jurusan Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta NAMA
Lebih terperinciDISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
DISTRIBUSI KEKAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Islam pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sekalipun. Ternyata tercatat 15 juta tenaga kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat adalah salah satu kewajiban umat Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur an. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak bagi negara maka penerimaan pajak sebesar-besarnya sesuai ketentuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Pajak adalah sumber penerimaan yang terbesar bagi suatu negara. Tidak ada satupun negara di dunia ini dimana penerimaan perpajakan lebih kecil dari pada penerimaan
Lebih terperinciBAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG
BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PEMIKIRAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG SISTEM MANAJEMEN HARTA DALAM BAITUL
61 BAB VI ANALISIS PEMIKIRAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG SISTEM MANAJEMEN HARTA DALAM BAITUL A. Analisis Pemikiran Taqiyuddin an-nabhani Secara Keseluruhan Pemikiran Ekonomi Syaikh Taqiyuddin an-nabhani
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persoalan kemiskinan merupakan salah satu persoalan krusial yang tengah dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu daerah
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK No. 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN
Lebih terperinciInstitusi terulung dalam sejarah Islam dan bertindak sebagai Perbendaharaan Negara Dikenali juga dengan nama Kementerian Kewangan pada masa kini.
SISTEM EKONOMI Institusi terulung dalam sejarah Islam dan bertindak sebagai Perbendaharaan Negara Dikenali juga dengan nama Kementerian Kewangan pada masa kini. Berfungsi sebagai pembangunan yang ada kaitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Otonomi Daerah Suparmoko (2002: 18) Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai sumber daya yang luar biasa melimpah. Tidak hanya sumber daya alam saja tetapi juga sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara dunia ketiga atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan bagian dari Rukun Islam, sehingga zakat merupakan salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap muslim, ada pula
Lebih terperinciTugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita
Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,
Lebih terperinciMenjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat
Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat Perempuan bekerja bukan lagi pemandangan langka. Ada yang bergaji tinggi sebagaimana karyawan kantoran yang berbekal titel, ada pula pegawai rendahan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.
85 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Penghimpunan Zakat Profesi Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan Pelaksanaan penghimpunan zakat di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dimulai pada tanggal
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17
Lebih terperinciKeinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat
Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan
Lebih terperinciBAB IV KEMASLAHATAN UMAT
BAB IV KEMASLAHATAN UMAT Masalah ekonomi terjadi apabila kebutuhan pokok untuk semua pribadi manusia tidak tercukupi. Dan masalah pemenuhan kebutuhan pokok merupakan persoalan distribusi kekayaan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk meningkatkan standar hidup pada masa yang akan datang. Investasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pangeluaran yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan untuk meningkatkan standar hidup pada masa yang akan datang. Investasi atau penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia
Lebih terperinciPERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA
PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA Nomor: 374/PS/KP-PRP/e/VIII/11 Tolak UU SJSN, RUU BPJS, dan Jamkesmas sebagai Solusi Jaminan Sosial bagi Rakyat! Tingkatkan Pajak Progresif bagi Korporasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia dikaruniai keberhasilan dalam bekerja dengan melimpahnya harta benda. Bagi orang muslim, pelunasan
Lebih terperinciTanggapan Anda dengan pernyataan Rektor UGM yang menyebut persen aset
Salamuddin Daeng, Peneliti Indonesia for Global Justice Pemerintah berkeyakinan masuknya investasi asing akan membangkitkan ekonomi negara dan rakyat tambah sejahtera. Tapi anehnya, ketika hampir 70 persen
Lebih terperinciKe-BMT-an. Written by Administrator Monday, 10 December :31 - Last Updated Thursday, 18 July :39
Baitul Mal atau Baitul Mal wat Tamwil begitu marak belakangan ini seiring dengan upaya umat untuk kembali berekonomi sesuai syariah dan berkontribusi menanggulangi krisis ekonomi yang melanda Indonesia
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan
Lebih terperinci2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1846, 2016 BAZNAS. Penyusunan RKA Tahunan. Baznas Provinsi. Baznas Kabupaten/Kota. Pedoman. PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian
Lebih terperinciABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA
ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dan merupakan salah satu unsur pokok bagi tegaknya syari at agama Islam. Menurut Mutia dan Anzu (2009) zakat diyakini mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI, DAN BADAN AMIL ZAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi yang terjadi pada sektor publik di Indonesia juga diikuti dengan adanya tuntutan demokratisasi, tentunya dapat menjadi suatu fenomena global bagi bangsa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200
LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 008 Nomor 7 Seri E.1 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG,
Lebih terperinciRatu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI
Ratu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI Tidak ada seorang wanita pun yang ingin jauh dari keluarga untuk hidup sengsara di luar negeri. Namun mengapa lebih dari tiga juta wanita menjadi tenaga kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di segala bidang, dan juga guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini
Lebih terperinciSOLUSI EKONOMI ISLAM SECARA SISTEMIK. OLEH: H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D t
SOLUSI EKONOMI ISLAM SECARA SISTEMIK OLEH: H. DWI CONDRO TRIONO, Ph.D t = @dwi_condro SISTEM EKONOMI ISLAM SELURUH HARTA KEKAYAAN KEPEMILIKAN INDIVIDU MEKANISME SYARI AH KEPEMILIKAN UMUM 1. BARANG YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. A. Simpulan
BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah dapat dilihat dari aspek history yang dibagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk besar yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, dimana dalam ajaran Islam terdapat perintah yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa zakat merupakan salah satu
Lebih terperinciRINGKASAN SKRIPSI A. ABSTRAK SKRIPSI
RINGKASAN SKRIPSI A. ABSTRAK SKRIPSI Kata Kunci : Dana Zakat, Beasiswa, Yusuf Qardhawi Dana zakat merupakan hak bagi para mustahiq, terdapat delapan golongan, dan salah satunya adalah fisabilillah (orang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
7 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terkait dengan pemberian pengurangan beban PBB telah dilakukan sebelumnya, di antaranya: Mulyono (2008) dan Santoso (2007). Mereka
Lebih terperinciApa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :
Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo Umat Islam adalah umat yang mulia. Umat yang dipilih Allah unuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT I. UMUM Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup suatu negara merupakan kelangsungan bagi masyarakatnya. Untuk memenuhi kelangsungan hidup suatu negara diperlukan dana untuk membiayainya. Dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
Lebih terperinci100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010
100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat Jakarta, 31 Januari 2010 Catatan INFID atas program 100 Hari SBY-Boediono Program 100 Hari, Kejar Setoran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur penegak syariat Islam. Umat Islam di Indonesia, disamping memiliki potensi sumber daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT
PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data statistik pada tahun 2014 baik di kota maupun di desa sebesar 544.870 jiwa, dengan total persentase
Lebih terperinciBAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG
BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG A. Pendistribusian Zakat di BAZ Kota Semarang Pengelolaan zakat yang dilaksanakan oleh BAZ Kota Semarang dengan menyalurkan dana zakatnya sesuai
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja
Lebih terperinciSama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi
Apakah pajak itu? Kenapa pajak timbul dalam masyarakat? Apakah peranan pajak bagi negara? Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Kemajuan ekonomi menjadi salah satu tolak ukur suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain, bahwa negara itu termasuk negara maju atau
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk
BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan komponen pokok bagi tegaknya pondasi perekonomian umat. Selain itu zakat termasuk rukun islam yang ketiga dari kelima rukunnya dan wajib dikeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat dan Infaq mempunyai peranan sangat besar dalam meningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat kurang mampu. Hal ini disebabkan karena zakat dan Infaq
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun membantu orang lain. Dalam Islam harta memiliki beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H
ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan
Lebih terperinciTOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
1 TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Tema: Peran Pemuda Dalam kebijakan Pembangunan Ekonomi
Lebih terperinciMENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*
MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan
Lebih terperinciKorupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.
Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Sejak reformasi, Indonesia makin demokratis. Sayangnya proses demokratisasi itu tak signifikan dengan proses pemberantasan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 15 TAHUN 20085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2001) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI, INFAK DAN SEDEKAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMAKALAH MENGELOLA DALAM LINGKUNGAN BISNIS DINAMIS : MENGAMBIL RESIKO DAN MENGHASILKAN LABA. DOSEN PEMBIMBING : Dr. Silvya Sari Rosalina,Ssos,MSi
MAKALAH MENGELOLA DALAM LINGKUNGAN BISNIS DINAMIS : MENGAMBIL RESIKO DAN MENGHASILKAN LABA DOSEN PEMBIMBING : Dr. Silvya Sari Rosalina,Ssos,MSi Salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis Disusun Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Sistem otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang diterapkan Indonesia sejak tahun 2004 mengharuskan pemerintah untuk menyerahkan beberapa urusan untuk diselesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menunjang dan menjalankan pembangunan nasional tentunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menunjang dan menjalankan pembangunan nasional tentunya pemerintah Indonesia membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan bersifat kontinu. Pemerintah Indonesia
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUNGO
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi pembangunannya. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus terus berusaha, salah satunya dengan
Lebih terperinciBAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN
BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, sehubungan dengan itu pemerintah daerah berupaya mewujudkan
Lebih terperinci