HASIL DAN PEMBAHASAN Agregat Tanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Agregat Tanah"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Agregat Tanah Hampir semua karakteristik sifat fisik tanah ditentukan oleh kehadiran agregat. Porositas, infiltrasi dan permeabilitas adalah salah satu sifat fisik tanah yang nilainya sangat ditentukan oleh jumlah, ukuran dan stabilitas agregat tanah. Agregat tanah terdiri dari pengelompokan erat sejumlah butir-butir primer tanah. Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang dapat beragregasi, penggumpalan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta sedimentasi dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil. Pengukuran nilai agregat tanah di diawali dengan pengambilan contoh tanah dengan agregat utuh di lokasi percobaan. Setelah itu di bawa ke laboratorium untuk dilakukan pengayakan. Sebelum dilakukan pengayakan, terlebih dahulu contoh tanah di kering udarakan. Setelah dikering udarakan, lalu dilakukan pengayakan kering. Pertama, taruh kurang lebih 500 gram tanah kering udara di atas ayakan 8 mm, di bawahnya berturut-turut ayakan 4,76, 2,83, 2 dan 0 mm. Tumbuk tanah dengan menggunakan alu kecil hingga semua tanah turun melalui ayakan 8 mm. Gerak-gerakan ayakan ini kurang lebih 5 kali, kemudian timbang masing-masing fraksi agregat, dan nyatakan dalam %. Persentasi agregat adalah 100 % dikurangi dengan % agregat yang lebih kecil dari 2 mm. Setelah itu lakukan pengayakan basah. Hitung selisih antara rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah, jika selisihnya makin besar berarti makin tidak stabil tanah tersebut. Gambar 1 menunjukkan sebaran nilai indeks stabilitas agregat tanah di sekitar lubang resapan. Nilai agregat tanah di sekitar lubang resapan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 80,4 sedangkan nilai agregat rata-rata pada kontrol adalah 77,3. Penambahan bahan organik berupasampah organik yang banyak mengandung berbagai macam senyawa seperti lemak, karbohidrat, protein dan lignin berdampak pada meningkatnya aktivitas organisme sehingga za-zat perekat butiran-butiran tanah seperti getah dan lilin yang berguna untuk mengikat butir-butir primer ke dalam lubang resapan yang telah dibuat beberapa bulan sebelumnya telah mempengaruhi kualitas sifat

2 fisik tanah di sekeliling lubang resapan, sehingga kemantapan agregat tanahnya semakin meningkat jika dibandingkan dengan kontrol. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, menunjukan nilai agregat tanah yang semakin tinggi pada sample yang berdekatan dengan lubang resapan biopori. Pada jarak 30, 50 dan 100 cm, nilai agregat tanahnya berturut-turut adalah 81,7, 80,4 dan 79,1. Pengamatan di Belanda menunjukan bahwa stabilitas agregat memiliki nilai yang lebih tinggi pada tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi dan jumlah cacing tanah yang banyak. Jumlah cacing tanah sangatlah penting dalam menjaga stabilitas makro-agregat (Brussaard, 1997). Index Stabilitas Agregat Jarak Pengukuran(cm) Gambar 1. Hubungan Nilai Agregat Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori Agregat tanah sangat jelas dipengaruhi oleh penambahan polisakarida dari bahan organik, tetapi stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh jalinan hifa di dalam agregat. Jamur, jumlahnya di permukaan pada tanah mineral tanpa pengolahan sangatlah membantu dalam pembentukan agregat yang stabil oleh cacing tanah dan mikro arthopode seperti mites (Beare, 1997). Walaupun aktifitas cacing tanah sangat sangat penting dalam menjaga stabilitas agregat tanah, jamur dan bakteri juga berperan langsung dalam pembentukan dan menstabilkan agregat tanah. Peranan jamur dan bakteri seringkali menjadi dominan pada pengolahan tanah yang dilakukan secara konvensional di mana cacing tanah dan arthopoda lain berkurang karena cara-cara pengolahan tanah, kekurangan bahan organik, dan penggunaan pupuk atau cairan pembasmi hama. Pan Mas Limo Cinere Kontrol

3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bahan organik mungkin memiliki pengaruh yang berbeda dalam stabilitas agregat (Piccolo et al. 1997). Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi bahan organik, khususnya tingkat kelembaban, mungkin memiliki pengaruh yang sangat penting pada bahan organik dalam menstabilkan agregat Bobot Isi Tanah Bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik. Unit volume terdiri dari volume yang terisi bahan padat dan volume ruangan diantaranya (Sitorus, et al. 1980) Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan, yaitu kerapatan partikel (bobot partikel = BP) dan kerapatan massa (bobot isi = BI). Kerapatan partikel adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, pada tanah-tanah mineral biasanya kerapatan partikel berkisar antara 2,6 sampai 2,7 g/cm 3 dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm 3, sedangkan kerapatan massa adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi antara 1,0 sampai dengan 1,3 g/cm 3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 sampai dengan 1,8 g/cm 3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 g/cm 3 = 1 ton g/cm 3. Pengukuran nilai bobot isi tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah utuh di lapang dengan menggunakan ring sample yang memiliki garis tengah ring (stailess steel) 4,7 cm dan tinggi 5 cm pada kedalaman tanah 0-20 cm. Timbang contoh tanah utuh bersama dengan ring sample ( X gram ), lalu timbang berat ring sample kosong ( Y gram ). Tetapkan kadar air tanah ( Z ) dengan cara gravimetrik, yaitu mengeringkan tanah dengan oven pada suhu 105 C, setelah itu hitung volume tanah yang nilainya sama dengan volume ring sample. Kemudian hitung bobot isi tanah menggunakan rumus yang terdapat pada bab metodologi.

4 Gambar 2 menunjukkan sebaran nilai bobot isi tanah di sekitar lubang resapan. Nilai bobot isi tanah di sekitar lubang resapan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 0,95 g/cm 3 sedangkan nilai bobot isi rata-rata pada kontrol adalah 0,97 g/cm 3. Perbedaan nilai bobot isi ratarata pada sampel dan kontrol disebabkan karena adanya perbedaan tekstur tanah, jenis bahan organik dan penggunaan lahan di atasnya, selain itu pengaruh aplikasi lubang resapan yang telah dibuat sebelumnya juga cukup memberikan efek terhadap rendahnya nilai bobot isi tanah sampel terhadap kontrol. Rendahnya nilai bobot isi tanah juga berhubungan dengan aerasi tanah, namun berat tanah yang lebih kecil juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilai bobot isi tanah di lapang. Hasil pengamatan seperti ditunjukkan pada Gambar 2 juga menunjukkan bahwa semakin mendekati lubang resapan nilai bobot isi tanah cenderung menurun. Pada jarak 30 cm, 50 cm dan 100 cm, nilai bobot isi tanahnya berturutturut adalah 0,94, 0,948, 0,96 g/cm 3. Penambahan bahan organik yang banyak mengandung berbagai macam senyawa seperti lemak, karbohidrat, protein dan lignin berdampak pada meningkatnya aktivitas organisme tanah, terutama organisme yang bersifat heterotrof. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam lubang resapan dijadikan sumber energi bagi organisme ini karena organisme heterotrof tidak mampu berfotosintesis atau tidak mampu menyediakan makanannya sendiri Bobot Isi (g/cm3) Pan Mas Limo Cinere Kontrol Jarak Pengukuran (cm) Gambar 2. Hubungan Nilai Bobot Isi Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori

5 Arthropoda adalah salah satu jenis organisme heterotrof yang memiliki sendi pada kakinya, yang termasuk ke dalam keluarga arthropoda adalah seperti serangga, laba-laba, mites dan millipedes. Keluarga arthropoda banyak ditemukan di tanah, terutama tanah yang terdapat banyak kandungan bahan organik. Walaupun beberapa dari organisme ini banyak menyebabkan kerusakan dan penyakit pada akar tanaman, tetapi tidak sebanyak hama tanaman. Kegiatan yang dilakukan oleh organisme ini sangat mempengaruhi nilai porositas terhadap kemampuannya mengikat air, drainase dan aerasi. Bersama dengan cacing tanah, organisme ini sangat berperan dalam pengolahan bahan organik di tanah, kotoran yang dihasilkannya bersama cacing tanah merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembentukan humus. Peran utama Arthropoda adalah pada saat memarut, meremahkan sisa tanaman hingga menjadi bentuk yang lebih kecil dan mencapurkannya ke dalam tanah. Proses demikian merangsang mikroorganisme lain untuk melakukan dekomposisi dari sisa tanaman tersebut. Proses inilah yang menyebabkan nilai bobot isi tanah menjadi lebih rendah serta mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah lainnya Porositas Tanah Persentase ruang pori total atau porositas total secara harfiah diartikan sebagai perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah. Berbeda dengan bobot jenis partikel yang tetap untuk suatu tanah tertentu, porositas dan bobot isi tanah dapat berubah dan beragam tergantung pada keadaan struktur tanah, khususnya dalam hubungan dengan proses pemadatan tanah. Porositas tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, stabilitas agregat tanah dan kadar agregat tanah, semakin stabil agregat suatu tanah, maka porositasnya akan semakin besar, sehingga kemampuan memegang airnya pun semakin besar. Pengukuran porositas tanah dilakukan di laboratorium dengan melakukan penetapan nilai bobot isi tanah terlebih dahulu, setelah itu baru menetapkan nilai porositas tanahnya yang dinyatakan dalam % dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab metodologi.

6 Gambar 3 menunjukkan sebaran nilai porositas tanah di sekitar lubang resapan. Nilai porositas tanah di sekitar lubang resapan cenderung memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 64,20 % sedangkan nilai porositas rata-rata pada kontrol adalah 63,55 %. Porositas merupakan sifat fisik tanah yang nilainya sangat dipengaruhi oleh nilai agregat, struktur dan tekstur tanah. Pengaplikasian lubang resapan biopori disertai penambahan bahan organik ke dalam lubang resapan beberapa waktu sebelum dilakukannya pengambilan sampel tanah berdampak pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah terutama struktur, tekstur dan agregat tanah yang tentunya memberikan pengaruh langsung terhadap nilai porositas tanah, sehingga memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai pada kontrol. Hasil pengamatan seperti ditunjukkan pada Gambar 3 juga menunjukkan bahwa semakin mendekati lubang resapan nilai porositas tanah cenderung meningkat. Pada jarak 30cm, 50 cm dan 100 cm berturut-turut adalah 64,51, 64,18 dan 63,90. Bahan organik di dalam lubang resapan membuat organisme tanah lebih aktif. Menghasilkan perekat yang mampu mengeratkan partikel tanah menjadi satu kesatuan yang lebih besar merupakan sebuah hasil luar biasa dari aktifitas bakteri dan fungi. Eksudat dari akar tanaman juga merupakan sesuatu yang bermanfaat. Perekat atau mucilage yang dihasilkan oleh bakteri, jamur dan actinomycetes membantu merekatkan partikel tanah yang terpisah menjadi sebuah granul hingga terbentuk makro-agregat. Pembentukan agregat yang stabil inilah yang juga memberikan pengaruh terhadap nilai porositas pada tanah, sehingga nilai porositas tanah menjadi lebih besar serta mampu memegang air hasil infiltrasi dalam jumlah yang lebih banyak. Tanpa makro-agregat yang cukup, sangat sulit bagi tanah untuk mampu menahan air infiltrasi atau drainase dan udara yang cukup untuk mengurangi CO 2 dan memperkirakan kebutuhan O 2 yang cukup untuk kebutuhan tanaman dan pertumbuhan mikroba.

7 Porositas (%) Pan Mas Limo Cinere Kontrol Jarak Pengukuran (cm) Gambar 3. Hubungan Porositas Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori Salah satu hal penting yang perlu dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga porositas tanah adalah dengan menggunakan bahan organik secara bijaksana atau sesuai aturan, meskipun porositas bisa diperbaiki, walaupun hanya sementara, dengan pengolahan secara tepat, penambahan kalsium atau menggunakan molekul polyelectrolytes. Umumnya, pengolahan bisa memperbaiki pori yang diisi udara secara sementara, tetapi ini biasanya awal terbentuknya pori mikro secara lebih luas ke pori makro dengan memberikan efek negatif pada infiltrasi, drainese dan pergerakan udara dalam tanah Permeabilitas Tanah Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah. Penetapan permeabilitas dalam keadaan jenuh dilakukan mengikuti cara yang dikemukakan oleh De Boodt berdasarkan hukum Darcy. Pengukuran diawali dengan pengambilan contoh tanah utuh dari lokasi pengamatan dengan menggunakan ring sample yang memiliki garis tengah ring (stailess steel) 4,7 cm dan tinggi 5 cm pada kedalaman tanah 0-20 cm, setelah itu contoh tanah di bawa ke laboratorium dan di masukan ke dalam alat penetapan permeabilitas bersama dengan tabungnya, kemutian air dari keran di alirkan ke alat tersebut, biarkan proses ini berjalan selama 24 jam agar udara yang terdapat dalam pori-pori tanah keluar, karena permeabilitas ditetapkan dalam keadaan

8 jenuh, dan untuk membuat jenuh tanah berat diperlukan waktu lebih dari 24 jam. Misalkan setelah 24 jam adalah pukul 09.00, maka lakukan pengukuran pertama pada pukul sampai pukul 16.00, lalu ukur lagi pada pukul sampai pukul Pengukuran ke tiga dilakukan esok hari pukul sampai pukul 10.00, pengukuran ke empat dilakukan pukul sampai pukul di hari ke tiga dan pengukuran ke lima dilakukan pukul sampai pukul di hari ke empat. Pengukuran yang dilakukan adalah banyaknya volume air yang keluar setelah melalui massa tanah selama 1 jam, lalu ambil rata-rata dari kelima pengukuran tadi. Hitung dengan rumus yang terdapat pada bab metodologi. Gambar 4 menunjukkan sebaran nilai permeabilitas tanah di sekitar lubang resapan. Nilai permeabilitas tanah di sekitar lubang resapan cenderung memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 34,93 cm/jam sedangkan nilai porositas rata-rata pada kontrol adalah 16,82 cm/jam. Perbaikan sifat fisik tanah yang disebabkan oleh penambahan bahan organik tanah sangat menentukan kecepatan air bergerak di dalam tanah, selain itu, adanya perakaran pada sampel tanah yang diambil juga turut mempengaruhi nilai permeabilitas, karena banyaknya rongga-rongga akibat perakaran, sehingga nilain permeabilitasya cenderung lebih besar. Hasil pengamatan seperti ditunjukkan pada gambar 4 juga menunjukkan bahwa semakin mendekati lubang resapan nilai porositas tanah cenderung meningkat. Pada jarak 30 cm, 50 cm dan 100 cm berturut-turut adalah 18,83, 18,03 dan 17,37 cm/jam. Struktur tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap udara dan air tanah ( infiltrasi, drainase dan jumlah air yang kemampuan tanah di pegang melawan gaya gravitasi) karena ruang diantara agregat, yaitu ruang pori tanah. Ruang pori tanah sangat tergantung kepada kealamian agregat dan mereka terbentuk hingga menjadi sebuah struktur, dan juga dibantu oleh rongga-rongga yang terbentuk akibat adanya pergerakan akar tanaman, insektisida, rodentisida, cacing tanah dan mengembang mengkerutnya liat.

9 Permeabilitas (cm/jam) Pan Mas Limo Cinere Kontrol Jarak Pengukuran (cm) Gambar 4. Hubungan Nilai PermeabilitasTanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori Struktur tanah, baik di permukaan ataupun di dalam tanah, sangat mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Lapisan luarnya dapat menghalangi air untuk masuk. Pemadatan tanah juga mempengaruhi kecepatan infiltrasi dan drainase. Jika drainase berjalan lambat, maka tidak akan cukup untuk menukar udara dalam tanah dengan air berlebih. Dari grafik 4 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penambahan bahan organik kedalam lubang resapan terhadap perbaikan sifat fisik tanah sehingga ada perbedaan nilai permeabilitas dari masing-masing jarak pengukuran akibat pengaruh dari penambahan bahan organik tersebut Hantaran Hidrolik Tanah Hantaran hidrolik tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menggambarkan kemampuan tanah untuk meluluskan air, kemampuan ini berhubungan erat dengan fenomena pergerakan air di dalam tanah baik secara vertikal ataupun horizontal. Kemampuan tanah untuk meluluskan air sangat ditentukan oleh kondisi fisik tanah yang bersangkutan, terutama oleh porositas tanah, kontinuitas pori dan stabilitas agregat tanah. Pengukuran hantaran hidrolik jenuh dilakukan di lapang dengan menggunakan metode permeameter. Pertama, bersihkan lokasi dari serasah dan rumput yang akan mengganggu kegiatan pengukuran. Bor tanah sampai kedalaman 20 cm. Atur kerangka statif hingga dapat menopang permeameter dengan baik, kemudian tutup inlet udara pada tabung permeameter bagian atas. Isi tabung dengan air sampai penuh (tabung dalam dan luar) sehingga tidak ada

10 gelembung udara dalam tabung permeameter. Hindari penyumbatan lubang inlet udara dengan memberikan alas yang relatif tebal di atas permukaan tanah. Tutup permukaan permeameter menggunakan tissue secara perlahan, dan pastikan benarbenar sudah melekat. Masukan tabung ke dalam lubang yang telah di buat, kemudian pasang kaki statifnya, tinggi genangan air di dalam lubang adalah 15 cm. Buka inlet udara di atas tabung hinga air dalam tabung masuk ke dalam lubang dan meresap ke dalam tanah secara vertikal dan horizontal. Catat laju penurunannya setiap interval waktu yang telah ditentukan hingga penurunan menjadi konstan. Gambar 5 menunjukkan sebaran nilai hantaran hidrolik tanah di sekitar lubang resapan. Nilai hantaran hidrolik tanah di sekitar lubang resapan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, nilai rata-ratanya yaitu 6,8 cm/jam sedangkan nilai hantaran hidrolik pada kontrol adalah 5,2 cm/jam. Perbedaan nilai hantaran hidrolik rata-rata pada sampel dan kontrol disebabkan karena tanah di sekitar lubang resapan biopori yang telah berumur lebih dari 6 bulan telah mengalami perbaikan struktur, agregat dan sifat fisik tanah lainnya. Perbaikan agregat tanah sangat mempengaruhi nilai porositas tanah dan nilai porositas tanah sangatlah mempengaruhi nilai hantaran hidrolik tanah. Meningkatnya nilai porositas tahan menyebabkan kemampuan tanah untuk memegang air hasil infiltrasi semakin meningkat, oleh sebab itu nilai hantaran hidrolik tanah di sekitar lubang resapan biopori memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hasil pengamatan seperti ditunjukkan pada gambar 5 juga menunjukkan bahwa semakin mendekati lubang resapan nilai hantaran hidroliknya cenderung meningkat. Pada jarak 100 cm, 50 cm dan 30 cm, nilai hantaran hidolik tanahnya berturut-turut adalah 6,6, 6,7 dan 7,2 cm/jam. Pengaruh penambahan bahan organik ke dalam lubang resapan biopori menunjukan adanya kecenderungan terhadap peningkatan jumlah resapan air, hal ini dikarenakan hantaran hidrolik sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah lainnya, ditambahkannya bahan organik ke dalam tanah mengakibatkan mikroorganisme semakin aktif dan menjadikan sumber hara yang akan diserap oleh tanaman melalui akar. Adanya pergerakan tersebut mengakibatkan kualitas sifat fisik tanah semakin meningkat.

11 Aktifitas akar tanaman dan fauna tanah dapat membuat biopori (biopore), sedangkan mikroba dapat membantu proses mineralisasi dan sintesis senyawa organik dapat memantapkan agregat tanah. Akibatnya struktur tanah terpelihara, sehingga kemampuan tanah untuk meresapkan dan memegang air pun meningkat. 7.5 Hantaran Hidrolik (cm/jam) Pan Mas Limo Cinere Kontrol Jarak Pengukuran (cm) Gambar 5. Hubungan Nilai Hantaran Hidrolik Tanah dengan Jarak dari Lubang Resapan Biopori 4.6. Analisis Statistik Pada prinsipnya analisis regresi adalah pencarian suatu kurva yang mewakili hubungan satu set data. Konsep regresi garis lurus dan regresi polinomial dapat dikembangkan untuk mendapatkan regresi multi-variable. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya melibatkan satu variabel independen. Indikasi terdapat masalah multikolinearitas dapat kita lihat dari kasus-kasus seperti nilai R 2 yang tinggi (signifikan), namun nilai standar error dan tingkat signifikansi masing-masing variabel sangat rendah; Perubahan kecil sekalipun pada data akan menyebabkan perubahan signifikan pada variabel yang diamati dan nilai koefisien variabel tidak sesuai dengan hipotesis, misalnya variabel yang seharusnya memiliki pengaruh positif (nilai koefisien positif), ditunjukkan dengan nilai negatif. Memang belum ada kriteria yang jelas dalam mendeteksi masalah multikolinearitas dalam model regresi linier. Selain itu hubungan korelasi yang

12 tinggi belum tentu berimplikasi terhadap masalah multikolinearitas. Tetapi kita dapat melihat indikasi multikolinearitas dengan tolerance value (TOL), eigenvalue, dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Uji autokorelasi juga dilakukan guna melihat apakah ada hubungan linear antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) yang menggunakan nilai Dubrin Watson dan dibandingkan dengan nilai d- tabel. Pada data penelitian ini digunakani variabel dependen (Y) Nilai Hantaran Hidrolik Tanah, dengan variabel independen yang diamati adalah Bobot isi Tanah (X1), Indeks Stabilitas Agregat Tanah (X2), Porositas Tanah (X3) dan Permeabilitas Tanah (X4), maka kita akan memilki model sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + ε Persamaan Regresi untuk jarak 30 cm dari lubang resapan biopori yang dihasilkan adalah: Y = 37 24,2 X1-0,0169 X2 0,17 X3 + 0,265 X4 Dari persamaan tersebut dapat dikemukakan bahwa variable X2 dan X3 berpengaruh negatif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah tidak diikuti oleh kenaikan kedua variabel penjelas/independen X2 dan X3. Variable X4 berpengaruh positif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah akan diikuti oleh kenaikan variabel penjelas/independen X4. Variabel bobot isi tanah memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan variabel hantaran hidrolik, artinya kenaikan nilai hantaran hidrolik akan diikuti dengan menurunnya nilai bobot isi, data pada jarak pengukuran 30 cm menunjukan bahwa kenaikan nilai hantaran hidrolik diikuti juga oleh penurunan nilai bobot isi tanah, penambahan bahan organik pada lubang resapan biopori memberikan pengaruh terhadap penurunan nilai bobot isi tanah yang nilainya berbanding terbalik terhadap nilai hantaran hidrolik tanah, sehingga artinya walaupun variabel X1 memiliki nilai negatif akan tetap dikatakan berpengaruh positif karena nilainya yang berbanding terbalik. Nilai koefisien korelasi X2, X3 dan X4 yang berturut-turut adalah 0,0169, 0,17 dan 0,265 dianggap sangat kecil, maka pengaruhnya tidak signifikan.

13 Sedangkan koofisien korelasi X1 dengan nilai 24,2 memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap variabel dependen (Y) karena nilainya yang cukup besar. Nilai VIF pada output dengan jarak pengukuran 30 cm dari lubang resapan biopori menunjukkan keberadaan multikolinearitas, artinya nilai VIF > 1 mengidikasikan bahwa ada korelasi antar variabel prediktor dalam model. Ini ditunjukkan dengan nilai VIF berturut-turut untuk X1, X2, X3 dan X4 adalah 4,632, 1,810, 4,076 dan 1,538. Nilai Durbin Watson pada data pengukuran dengan jarak 30 cm dari lubang resapan biopori adalah 2,577, ini mengindikasikan tidak adanya autokorelasi yang terjadi. Nilai tersebut terletak pada daerah tengah rentang pengujian autokorelasi Durbin Watson. Nilai signifikansi pada output Analysis Of Variance menunjukkan model regresi yang digunakan kurang baik, diindikasikan dengan nilai F-statistik yang kecil (0,90%) dan nilai p-value 0,537 > 0,05. Persamaan Regresi untuk jarak pengukuran 50 cm dari lubang resapan biopori yang dihasilkan adalah: Y = X1-0,005 X2 + 2,78 X3-0,086 X4 Dari persamaan tersebut dapat dikemukakan bahwa variable X2 dan X4 berpengaruh negatif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah tidak diikuti oleh kenaikan kedua variabel penjelas/independen X2 dan X4. Variable X3 berpengaruh positif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah akan diikuti oleh kenaikan variabel penjelas/independen X3. Variabel bobot isi tanah memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan variabel hantaran hidrolik, normalnya kenaikan nilai hantaran hidrolik akan diikuti dengan menurunnya nilai bobot isi, namun data pada jarak pengukuran 50 cm menunjukan bahwa kenaikan nilai hantaran hidrolik diikuti juga oleh naiknya nilai bobot isi tanah, ini bukanlah sebuah kesalahan, namun naiknya nilai bobot isi tanah dapat diartikan adanya peningkatan nilai bobot isi jika dibandingkan dengan jarak pengukuran 30 cm tetapi nilainya masih lebih kecil daripada kontrol, sehingga variabel X1 pada persamaan ini memiliki nilai positif. Nilai koefisien korelasi X2 dan X4 pada jarak pengukuran 50 cm dari lubang resapan biopori adalah 0,005 dan 0,086, nilai ini dianggap sangat kecil,

14 maka pengaruhnya tidak signifikan terhadap variabel Y. Variabel X3 yang memiliki nilai 2,78 memiliki pengaru terhadap variabel Y, sedangkan koofisien korelasi X1 dengan nilai 134 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) karena nilainya yang cukup besar. Nilai VIF pada output dengan jarak pengukuran 50 cm dari lubang resapan biopori menunjukkan keberadaan multikolinearitas, variabel X3 menunjukan nilai VIF 4,681, artinya nilai VIF > 1 mengidikasikan bahwa ada korelasi antar variabel prediktor dalam model. Variabel lain mengindikasikan bahwa ada salah satu variabel prediktor merupakan fungsi dari variabel prediktor yang lain, jika VIF > Ini ditunjukkan dengan nilai VIF berturut-turut untuk X1, X2 dan X4 adalah 5,389, 6,187 dan 5,938. Nilai Durbin Watson pada data pengukuran dengan jarak 50 cm dari lubang resapan biopori adalah 1,70, ini mengindikasikan tidak adanya autokorelasi yang terjadi. Nilai tersebut terletak pada daerah tengah rentang pengujian autokorelasi Durbin Watson. Nilai signifikansi pada output Analysis Of Variance menunjukkan model regresi yang digunakan kurang baik, diindikasikan dengan nilai F-statistik yang kecil (0,54%) dan nilai p-value 0,718 > 0,05. Persamaan Regresi untuk jarak pengukuran 100 cm dari lubang resapan biopori yang dihasilkan adalah: Y = X1-0,087 X2-2,11 X3 + 0,515 X4 Dari persamaan tersebut dapat dikemukakan bahwa variable X2 dan X3 berpengaruh negatif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah tidak diikuti oleh kenaikan kedua variabel penjelas/independen X2 dan X3. Variable X4 berpengaruh positif, artinya jika terjadi kenaikan nilai hantaran hidrolik tanah akan diikuti oleh kenaikan variabel penjelas/independen X4. Variabel bobot isi tanah memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan variabel hantaran hidrolik, normalnya kenaikan nilai hantaran hidrolik akan diikuti dengan menurunnya nilai bobot isi, namun data pada jarak pengukuran 100 cm menunjukan bahwa kenaikan nilai hantaran hidrolik diikuti juga oleh naiknya nilai bobot isi tanah, ini bukanlah sebuah kesalahan, namun naiknya nilai bobot isi tanah dapat diartikan adanya peningkatan nilai bobot isi jika dibandingkan dengan jarak pengukuran 30 cm tetapi nilainya masih lebih kecil daripada kontrol,

15 sehingga variabel X1 pada persamaan ini memiliki nilai positif. Nilai koofisien variabel X1 pada jarak pengukuran 100 cm memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pada jarak pengukuran 50 cm, hal ini menunjukan adanya pengaruh jarak pengukuran terhadap peningkatan ataupun penurunan kualitas bobot isi tanah. Nilai koefisien korelasi X2 dan X4 pada jarak pengukuran 100 cm dari lubang resapan biopori adalah 0,087 dan 0,515, nilai ini dianggap sangat kecil, sedangkan koofisien korelasi X1 dan X3 dengan nilai 5 dan 2,11 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Y) karena nilainya yang cukup besar. Nilai VIF pada output dengan jarak pengukuran 100 cm dari lubang resapan biopori menunjukkan keberadaan multikolinearitas, artinya nilai VIF > 5-10 mengindikasikan bahwa ada salah satu variabel prediktor merupakan fungsi dari variabel prediktor yang lain. Ini ditunjukkan dengan nilai VIF berturut-turut untuk X1, X2, X3 dan X4 adalah 34,591, 19,144, 11,986 dan 6,298. Nilai Durbin Watson pada data pengukuran dengan jarak 100 cm dari lubang resapan biopori adalah 2,01, ini mengindikasikan tidak adanya autokorelasi yang terjadi. Nilai tersebut terletak pada daerah tengah rentang pengujian autokorelasi Durbin Watson. Nilai signifikansi pada output Analysis Of Variance menunjukkan model regresi yang digunakan kurang baik, diindikasikan dengan nilai F-statistik yang kecil (0,92%) dan nilai p-value 0,530 > 0,05.

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik II. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Hantaran Hidrolik Hantaran hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaan tanah. Hantaran hidrolik berperan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur No. Parameter Sifat Fisik Metode 1. 2. 3. 4. 5. Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur Gravimetri Gravimetri pf Pengayakan Kering dan Basah Bouyoucus (Hidrometer) 6.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lubang Resapan Biopori

TINJAUAN PUSTAKA Lubang Resapan Biopori II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lubang Resapan Biopori Lubang Resapan Biopori atau yang biasa disingkat LRB adalah sebuah rekayasa teknologi peresapan air tepat guna berupa lubang silindris berbentuk vertikal

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun LAMPIRAN 111 Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun Minggu Setelah Tanam Cara Aplikasi Dosis (g) Jenis pupuk 5 Siram 0.5 NPK 15.15.6.4.TE *) (150

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Agregat, Permeabilitas, dan Bobot Isi. Polimer hidroksi alumunium (PHA) yang bermuatan positif berperan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Agregat, Permeabilitas, dan Bobot Isi. Polimer hidroksi alumunium (PHA) yang bermuatan positif berperan BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Stabilitas Agregat, Permeabilitas, dan Bobot Isi Polimer hidroksi alumunium (PHA) yang bermuatan positif berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antar partikel liat

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik Awal Tanah Latosol yang di ambil dari lahan percobaan IPB Cikabayan Darmaga memiliki bobot isi 0,86 gram cm -3, pori air tersedia < 20%, pori drainase

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS Nama : Samsul huda as NIM : 105040207111020 Kelompok : Selasa, 13.00 Asisten : Tino UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam 6 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam tanah.infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah pengaruh hisapan matriks

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 11 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai Agustus 2009. Penelitian dilakukan di lapang dan di laboratorium konservasi tanah dan air. Pada penelitian

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH 0 5: : S

DASAR ILMU TA AH 0 5: : S DASAR ILMU TA AH Materi 05: Sifat Fisik Tanah Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah proporsi relatif dari partikel pasir, debu dan liat (jumlah ketiganya 100%). Bahan organik tanah bukan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Mulsa Vertikal terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1 Infiltrasi Kumulatif Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian mulsa vertikal tidak berbeda nyata

Lebih terperinci

Table 5. Infiltrasi Air ke Dalam Tanah Setelah 1 Jam

Table 5. Infiltrasi Air ke Dalam Tanah Setelah 1 Jam Pengolahan Tanah dan Bahan Organik Suatu tanah berdrainase baik, tidak mengerak, meneruskan air cepat, dan tidak menggumpal, disebut punya sifat olah yang baik Sifat olah adalah kondisi fisik tanah berhubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Stabilitas Agregat Stabilitas agregat adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan agregat seperti penggemburan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi 2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 2011. Percobaan dilakukan di lahan pertanaman tebu PT. Gunung Madu Plantations

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian

Lebih terperinci

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012

IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR. Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1) Semester Genap 2011/2012 Nama : Yudhistira Wharta Wahyudi NIM : 105040204111013 Kelas : J, Jumat 09:15 Dosen : Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU IRIGASI dan DRAINASI URAIAN TUGAS TERSTRUKSTUR Minggu ke-2 : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume tanah ini termasuk butiran padat dan pori-pori tanah diantara partikel tanah.

Lebih terperinci

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK PENENTUAN BULK DENSITY Fauziah Mas ud Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik padat maupun cair yang bercampur dengan sisa-sisa makanan. Pupuk kandang tersebut selain dapat menambah unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga 2.2. Peranan Pupuk Kandang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga 2.2. Peranan Pupuk Kandang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Latosol Darmaga Latosol Darmaga terbentuk dari bahan volkanik yang bersusunan andesit yang berkembang di bawah iklim tropika basah. Dalam sistem Taksonomi Tanah (USDA,

Lebih terperinci

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian 14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Tanah Deskripsi profil dan hasil analisis tekstur tiap kedalaman horison disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan

Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan 1 Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan Sulistiya Nengse, Didik Bambang Supriyadi, dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal pertanaman nanas (Ananas comosus) yang berumur 6 bulan yang di rotasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM

15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Penetapan Retensi Air Tanah di Laboratorium 167 15. PENETAPAN RETENSI AIR TANAH DI LABORATORIUM Sudirman, S. Sutono, dan Ishak Juarsah 1. PENDAHULUAN Penilaian kondisi fisik tanah di lapangan sebaiknya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan

Lebih terperinci

19. PENETAPAN PERKOLASI DI LABORATORIUM

19. PENETAPAN PERKOLASI DI LABORATORIUM Penetapan Perkolasi di Laboratorium 213 1. PENDAHULUAN 19. PENETAPAN PERKOLASI DI LABORATORIUM Yusrial, Harry Kusnadi, dan Undang Kurnia Perkolasi adalah peristiwa bergeraknya air di dalam penampang tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik (Effluent Sapi) Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penggunaan Lahan Hutan Pinus Penggunaan lahan hutan pinus menempati bagian lahan dengan lereng yang cukup curam. Tumbuhan penutup tanah (basal cover) pada hutan ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi 12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability Study of Several Soil Types in Kwala Bekala Field Trials USU Through Laboratory

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN : PRISM FISIK, Vol. IV, No. (26), Hal. 28-35 ISSN : 2337-824 Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap Konduktivitas Hidrolik Jenuh pada ahan Pertanian Produktif di Desa rang imbung Kalimantan Barat Tri Handayani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemadatan tanah merupakan salah satu bentuk dari degradasi sifat fisik tanah. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan limbak

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

26/03/2010. Klasifikasi menurut bentuk. Klasifikasi Struktur Tanah. Definisi. Tipe/bentuk

26/03/2010. Klasifikasi menurut bentuk. Klasifikasi Struktur Tanah. Definisi. Tipe/bentuk Dwi Priyo Ariyanto http://www.ariyanto.staff.pertanian.uns.ac.id http://www.ilmutanahuns.wordpress.com Definisi Struktur tanah adalah penyusunan zarah-zarah tanah individual satu terhadap yang lain menjadi

Lebih terperinci

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah

KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh. Ferdy Ardiansyah KADAR AIR TANAH ( Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan ) Oleh Ferdy Ardiansyah 1314151022 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Dokuchnev

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PRAKTIKUM IV PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB Oleh Kelompok 4 Anarita Diana 1147060007 Asep Yusuf Faturohman 1147060009 Elfa Muhammad 1147060024 Gustaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah

Bab 4. AIR TANAH. Foto : Kurniatun Hairiah Bab 4. AIR TANAH Foto : Kurniatun Hairiah Apa yang dipelajari? Kapilaritas dan Air Tanah Konsep Enerji Air Tanah Kadar Air dan Potensial Air Mengukur Kadar dan Potensial Air Macam-macam aliran air di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA TANAH Oleh Ir. I Nyoman Puja, M.S. JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008 KATA PENGANTAR Usaha untuk memantapkan dan memahami teori yang diperoleh

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata Sturt ) PADA ENTISOL

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata Sturt ) PADA ENTISOL PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata Sturt ) PADA ENTISOL OLEH : LAILA SURYANI NO BP. 07113017 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives

Lebih terperinci