STRATEGI UNTUK BERTAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI UNTUK BERTAHAN"

Transkripsi

1 STRATEGI- STRATEGI UNTUK BERTAHAN MATTHEW EASTON UNTUK FRONT LINE

2 STRATEGI- STRATEGI UNTUK BERTAHAN MATTHEW EASTON UNTUK FRONT LINE

3 Yayasan Internasional Untuk Perlindungan Pembela-pembela Hak Asasi Manusia 81 Main St, Blackrock, County Dublin, Irlandia Copyright 2010 Front Line ISBN: Untuk meminta/memesan sebuah salinan silahkan hubungi: Front Line The International Foundation for the Protection of Human Rights Defenders 81 Main St, Blackrock, County Dublin, Ireland Tel: Fax info@frontlinedefenders.org

4 TABEL ISI Daftar singkatan iii Sambutan v Kata Pengantar vii INDONESIA: PERALIHAN KEKUASAAN DAN KELANGGENGAN MASA LALU.. 1 I. Kata Pengantar II. Pembela Hak Asasi Manusia yang paling beresiko Aktivis anti-korupsi Pembela Hak Asasi Manusia Perempuan (WHRDs) Aktivis hak minoritas Hak-hak atas tanah dan lingkungan hidup Aktivis LGBTI Advokat bagi pertanggung jawaban kejahatan masa lalu Pembela Hak Asasi Manusia di wilayah konflik Mahasiswa Para wartawan III. Jenis ancaman terdahap Pembela Hak Asasi Manusia Pembunuhan dan jenis kekerasan lain Ancaman kekerasan Kriminalisasi dan gugatan perdata Stigmatisasi Ancaman terhadap anggota keluarga Penyadapan dan pemantauan lain Ancaman terhadap perempuan pembela Hak Asasi Manusia IV. Strategi Perlindungan Perencanaan keamanan Pembelaan legislatif Advokasi internasional Bekerja dalam koalisi Membangun dukungan dalam masyarakat Back up dan dukungan dari pihak berwenang Evakuasi Pengorganisiran dan dukungan terhadap korban yang membuat kesaksian Menyesuaikan pesan Perjuangan untuk pertanggungjawaban KOLOMBIA: SEBUAH WARISAN KONFLIK I. Kata Pengantar II. Pembela Hak Asasi Manusia yang paling beresiko Pengacara Hak Asasi Manusia dan LSM Pengungsi Serikat buruh Pimpinan petani dan aktivis desa lain Aktivis lingkungan hidup Pemimpin perempuan Wartawan Orang pribumi dan pemimpin Afro-Kolumbia Pembela para korban pelanggaran bersejarah Aktivis LGBTI III. Jenis ancaman terhadap pembela hak asasi manusia Pembunuhan dan tindakan kekerasan lain Ancaman STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN i

5 Penahanan sewenang-wenang dan tuduhan tanpa landasan hukum Stigmatisasi Memata-matai dan pengintaian tanpa alasan hukum Ancaman khusus bersifat gender pada pemimpin dan pembela HAM perempuan IV. Strategi Perlindungan Mekanisme perlindungan masyarakat sipil Koordinasi Penambahan dan pengurangan Visibilitas Perlindungan negara Opini umum sebagai mekanisme perlindungan Penguatan korban yang mencari keadilan Strategi perlindungan budaya dari manusia pribumi dan masyarakat keturunan Afro-Kolombia ZIMBABWE: OTORITARIANISME AND DAYA TAHANNYA I.Kata Pengantar II. Pembela Hak Asasi Manusia yang paling terancam Pembela HAM yang Melakukan Protes Aktivis di pedesaan dan kota kecil Pengacara Hak Asasi Manusia Serikat buruh Wartawan Mahasiswa III. Jenis ancaman terhadap pembela Hak Asasi Manusia Kekerasan fisik Penculikan, penghilangan paksa, dan penahanan tanpa landasan hukum Membuat tuduhan tanpa landasan hukum Stigmatisasi Memata-matai Ancaman terhadap mata pencaharian dan para anggota keluarga Pembatasan pada kebebasan berasosiasi, berkumpul dan berekspresi IV. Strategi Perlindungan Perencanaan keamanan Advokasi kebijakan Pengumuman serangan atau cara pembelaan internasional lain Membangun solidaritas sosial Koordinasi Penggunaan bahasa Perwakilan hukum dan pembelaan KESIMPULAN DAN TINJAUAN PRAKTEK-PRAKTEK TERBAIK REKOMENDASI ii FRONT LINE

6 DAFTAR SINGKATAN KOLOMBIA Akronim ASFADDES AUC CAJAR CCJ CIDH/ IACHR CRER CSPP DAS ELN FARC MOVICE Plataformas (platforms) Techo Común Bahasa Spanyol Asociación de Familiares de Detenidos- Desaparecidos Auto Defensas Unidas de Colombia Colectivo de Abogados José Alvear Restrepo Comisión Colombiana de Juristas Comisión Interamerican de los Derechos Humanos Comité de Reglamentación y Evaluación de Riesgos Comité de Solidaridad con los Presos Políticos Departamento Administrativo de Seguridad Ejército de Liberación Nacional de Colombia Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia Movimiento de Víctimas de Crímenes de Estado Cuatro grandes coaliciones Organizaciones Sociales y Afines Asamblea Permanente de la Sociedad Civil por la Paz Plataforma Colombiana de Derechos Humanos, Democracia y Desarrollo; Coordinación Colombia Europa Estados Unidos Bahasa Indonesia Assosiasi Keluarga-Keluarga mereka yang disekap atau ditahan Pasukan Bersatu Bela Diri Kolumbia (milisi yang kerjasama dengan pemerintah) Persatuan Pengacara- Pengacara Jose Alvear Restrepo Komisi Yuris Indonesia Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika Komisi evaluasi risiko Komisi solidaritas untuk narapidana politik Departemen Administrasi Pelayanan Keamanan Tentara Pembebasan Nasional: kelompok- kelompok milisi kecil yang bersenjata Tentara Revolusi Nasional Kolumbia: Kelompok pemberontak terbesar dan tertua di negara Kolumbia. Gerakan para Korban Tindakan Kejahatan Negara Empat Koalisi Terbesar Aliansi Sosial dan Organisasi Sepemikiran Persatuan Permanent Organisasi Masyarakat Sipil untuk Perdamaian Panggung Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Pembangunan Koordinasi Kelompok Kolombia- Eropa-Amerika Serikat Kelompok Payung terdiri dari 900 organisasi, yang disusun lebih lanjut oleh empat bagian STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN iii

7 INDONESIA Akronim FPI HRSF JSKK KASUM Komnas HAM Kontras LBH PBHI Bahasa Indonesia Front Pembela Islam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan Komite Aksi Solidaritas untuk Munir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Lembaga Bantuan Hukum Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Bahasa Inggris Islamic Defenders Front Human Rights Support Facility Victims Solidarity Network for Justice Solidarity Action Committee for Munir National Commission on Human Rights The Commission for the Disappeared and Victims of Violence Legal Aid Institute The Indonesian Legal Aid and Human Rights Association ZIMBABWE Akronim Nama Lengkap AIPPA AU CIO GALZ GPA MDC NANGO NCA POSA SADC SPT WOZA ZANU PF ZESN ZCTU ZimRights Undang-undang tentang Akses pada Informasi dan Perlindungan Ruang Pribadi Uni Afrika Organisasi Intelijen Pusat Gay dan Lesbian di Zimbabwe Perjanjian Politik Global Gerakan untuk Perubahan Demokratis Asosiasi Organisasi Non-Pemerintah Nasional Majelis Umum Konstitusi Nasional Akte Ketertiban Umum dan Keamanan Komunitas Pembangunan Afrika Selatan Solidaritas Perjanjian Perdamaian Kebangkitan Perempuan Zimbabwe Zimbabwe African National Union - Patriotic Front Jaringan Pemilu Zimbabwe Kongres Serikat Buruh Zimbabwe Asosiasi Hak Asasi Manusia di Zimbabwe iv FRONT LINE

8 SAMBUTAN Laporan ini ditulis oleh konsultan kami, Matthew Easton, dengan partisipasi dari Andrea Rocca, Caitriona Rice dan Andrew Anderson dari Front Line. Bab mengenai Kolombia ditulis bersama dengan Carolina Aldana dari Somos Defensores PNGPDDH, suatu program dari La Asociacion MINGA. Laporan ini didasari oleh puluhan wawancara dan enam lokakarya di tiga negeri yang berbeda. Para pengarang ingin mengucapkan terima kasih pada banyaknya pembela hak asasi manusia yang berbagi waktu dan keahliannya dengan kami. Kami khusus mengucapkan terima kasih kepada organisasi yang membantu merancang buku ini dan menyelenggarakan beberapa lokakarya mengenai topik buku ini: Pengacara Zimbabwe untuk Hak Asasi Manusia (Zimbabwe), Kontras, Imparsial dan Foker (Indonesia) dan Somos Defensores, Corporacion Compromiso para el Desarrollo del Oriente dan NoMADESC (Kolombia). Somos Defensores juga membantu mengorganisir fokus kelompok-kelompok di sekitar strategi kunci dan menjadi kawan sepenulis dari pada bab yang ditulis soal Kolombia. Ucapan terima kasih juga diarahkan kepada Pembela Hak Asasi Manusia di masing- masing negeri yang membaca konsep awal dari buku ini dan memberikan komentar yang sangat bernilai bagi kami, termasuk Otto Saki, Kamal Chandrakirana, Usman Hamid, Dan Papang Hidayat. Laporan ini tidak akan dibuat tanpa bantuan teman - teman ini. Terima kasih lebih lanjut diucapkan pada Chris Collier, Andrew Hudson dan Mary Jane Real buat komentar mereka dan kepada Eleanor Taylor-Nicholson dan Elizabeth Jordan. Front line ingin mengucapkan terima kasih pada European Union yang dukungannya sehingga membuat proyek lebih besar dapat dikerjakan. Somos Defensores-PNGPDDH mengucapkan terima kasih kepada kedutaan Swedia dan Komisi Eropa di Kolumbia atas dukungan mereka terhadap penelitian dan penulisan pada bab mengenai Kolombia. STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN v

9 PREFACE Best Practice: Protection strategies of human rights defenders in Colombia, Indonesia and Zimbabwe No measure is perfect, especially in the middle of conflict. We are in dialogue with the authorities, because human rights are the responsibility of the State. But we are not naive. While we do our work we have a preservation strategy or what some people would call contingency plans. Woman Human Rights Defender, Cali, December 2009 Human rights defenders are some of the bravest people in the world. Every day they face the challenge of survival in situations where simply to be a human rights defender is to put your life on the line. Since it was founded in 2001 Front Line has dedicated itself to working to protect human rights defenders by providing fast and effective action to improve their security and to enable them to continue their work defending the rights of others. Human rights defenders are the key to a better future for all. This report is the result of a project to gather examples of best practice in security and protection from the human rights defenders communities in Colombia, Indonesia and Zimbabwe. In each country human rights defenders have been forced by the nature of the repression they have faced to develop creative and resilient strategies for protection. The choice of countries also reflects a diversity of political and human rights contexts. Identifying the right mix of approaches requires an ongoing and reflective process and in talking to human rights defenders in each country, it was clear that there is no one-size-fitsall approach to protection. Nevertheless it also became clear that there is a huge reservoir of knowledge and experience among the community of human rights defenders. By gathering and sharing that experience Front Line hopes that this report will help human rights defenders to learn from each other and continue their vital work with a greater degree of security. Front Line would like to give special thanks to Matt Easton who coordinated this project and to all the human rights defenders who have given so generously of their time and experience. It is human rights defenders who best embody the spirit of passionate commitment to creating the world outlined in the Universal Declaration of Human Rights where everyone can live "free and equal in dignity and rights". This report is dedicated to them. Mary Lawlor Executive Director Front Line vi FRONT LINE

10 KATA PENGANTAR Makin jelas rasanya bahwa pemerintah - pemerintah sedang bertukar informasi mengenai bagaimana menekan pembela-pembela Hak Asasi Manusia (Human Rights Defender/HRD). Sekarang sangat penting bagi pembela HAM agar dapat belajar bersama untuk saling menjaga dari represi langkah - langkah pelanggar hak asasi manusia. 1 Front Line didirikan untuk melindungi pembela hak asasi manusia dan untuk meningkatkan perlindungan hak asasi manusia yang sedang beresiko diserang pelanggar HAM. Guna membangun untuk memperbaiki perlindungan terhadap pembela hak asasi manusia yang kerjanya beresiko, dengan menghadapi kebutuhan yang disinyalir oleh pembela pembela itu sendiri dan dengan pemberian kesempatan agar pembela HAM saling membela dengan jaringan yang mereka bangun bersama. Untuk membangun atas tujuan kembar berikut, yakni, mendengar kebutuhan para pembela HAM dan memberdayakan pertukaran gagasan antar pembela HAM, kami memutuskan untuk menghimpun praktek praktek terbaik dalam melindungi mereka yang membela hak asasi manusia. Usaha-usaha tersebut disusun dengan tujuan melengkapi protection manual dengan contoh dan gagasan kongkrit yang telah dipelajari bersama para pembela HAM untuk menggunakan segala contoh dengan tujuan praktis dan bermanfaat. 2 Pada akhir 2009, seorang konsultan, Matt Easton, berjalan bersama staf Front Line ke Zimbabwe, Kolombia, dan Indonesia, negeri-negeri yang terpilih karena sejarah panjang pembelaan manusia di masing- masing negeri, yang memiliki pembela HAM yang kuat dan keanekaragaman politik dan budaya yang sama-sama kuat. Mereka mewakili tiga bidang luas dalam hak asasi manusia yang sama- sama telah atau sedang menghadapi sifat otoriter, konflik, dan dampak- dampak peralihan kekuasaan. Di masing- masing negeri, kami mewawancarai pembela hak asasi manusia dan, melalui organisasi -organisasi lokal, menyelenggarakan total enam lokakarya kecil untuk membahas ancaman ancaman yang mereka hadapi dan strategi yang mereka mengunakan untuk melindungi diri. Laporan ini mewujudkan temuan - temuan dari penelitian tersebut. Strategi - strategi yang dibahas di bawah bisa dibagi sebagai berikut; mereka yang terarah pada peningkatan biaya-biaya politik bila mencederai pembela HAM dan mereka yang bekerjasama dengan pemerintah, bekerja guna meningkatkan perlindungan fisik dan memperbaiki kerangka hukum dan kebijakan yang melayani warga negaranya. Pengalaman- pengalaman pada ketiga negeri tersebut menunjukkan bahwa pendekatanpendekatan paling efektif adalah multi aspek, dengan menggunakan campuran konfrontasi dan berkolaborasi, dan suatu kesinambungan antara berbagai strategi dengan masingmasing pendekatan, seperti litigasi, protes, dan kewaspadaan bagi pembela HAM. Kami menemukan bahwa strategi strategi yang paling efektif selalu menggunakan campuran pendekatan yang melibatkan kerangka jaringan dan koordinasi domestik maupun internasional. Menemukan campuran pendekatan terbaik membutuhkan suatu proses yang konsisten dan penuh renungan. Sambil membicarakan pembela hak asasi manusia di masing- masing negeri, menjadi sangat jelas bahwa tidak ada suatu pendekatan satu rumus cocok semua (one size fits all) bagi pembela hak asasi manusia di setiap negeri. Kondisi berubah dari waktu ke waktu walaupun di kabupaten atau kelurahan yang sama. Oleh karena itu, komponen terpenting dalam strategi pembelaan pembela HAM adalah proses bagi pembela HAM untuk mengukur dan menilai risiko yang tengah mereka hadapi dan bagaimana mereka menemukan langkah- langkah preventatif seperti mendapatkan informasi, penjagaan fisik, atau sumber daya lain yang mendukung upaya mereka. Kesimpulankesimpulan yang lebih rinci dengan rekomendasi kepada pembela HAM, pemerintah setempat, dan komunitas international bisa dibaca di bagian terakhir dalam buku ini. Kami berharap bahwa contoh-contoh dalam laporan ini memberikan gagasan yang akan mengarah kepada pencapaian lebih luas antar pelindung hak asasi manusia dari berbagai negeri, wilayah, dan bidang yang terkait. STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN vii

11 viii FRONT LINE

12 INDONESIA: PERALIHAN KEKUASAAN DAN KELANGGENGAN MASA LALU I. KATA PENGANTAR Pada saat Presiden Suharto turun dari kekuasaannya di tengah-tengah protes massal pada tahun 1998, lebih dari empat dasawarsa pemerintahan otoriter di bawah dua presiden telah berakhir. Indonesia mengawali proses reformasi, atau perbaikan: militer meninggalkan politik praktis dan pencabutan larangan atas kebebasan berbicara dan kebebasan berkumpul tanpa ijin oleh negara dan Pemilihan Umum yang bebas dan langsung diselenggarakan pertama untuk pemilihan parlemen dan, pada 2004, untuk pemilihan presiden. Pada tahun-tahun awal reformasi, Indonesia mengalami arus kekerasan horisontal maupun vertikal, termasuk darurat militer di Aceh, pembumihangusan di Timor-Timur dalam referendum yang berhasil dalam memenangkan kemerdekaan penuh. Lantas, muncul pula kekerasan horisontal antara orang berbeda agama di Sulawesi Tengah dan Maluku. Walaupun demikian, tanpa memasukkan Papua, kebanyakan konflik di atas telah berakhir dengan perdamaian. Setelah tsunami menghantam Aceh, perang berakhir dalam perjanjian perdamaian. Kemerdekaan di Timor-Timur berakhir dengan negara independen Timor-Leste dan berhentinya kekerasan komunal terburuk. Pada waktu yang sama, Indonesia juga menjadi latihan penting bagi yang mengamati batasbatas perbaikan. Transisi di Indonesia adalah proses yang sering terlalu pelan atau tersendat- sendat. Dalam kekosongan politik yang mengikuti jatuhnya Suharto, pemimpinpemimpin yang paling menonjol dan kelompok politik yang telah menyempurnakan seni pembuatan deal dan kompromi di bawah Suharto. Salah satu aspek yang pantas disayangkan mengenai periode penuh kompromi itu adalah bahwa banyak figur politik dan militer mempertahankan posisi dan pengaruhnya dan dikuatirkan bisa menghalangi upaya perbaikan. 3 Salah satu dampak dari masa itu adalah, sampai sekarang ini, tidak ada satu pun pelanggaran hak asasi manusia dari era Suharto yang telah diajukan dan dituntaskan secara hukum. Pejabat negara yang bertanggungjawab atas pelanggaran hak asasi manusia dari era tersebut tidak pernah diajukan dan diselesaikan secara hukum. Pada tahun 2004, enam tahun setelah reformasi dimulai, pemimpin hak asasi manusia di Indonesia, Munir, diracuni dan dibunuh oleh racun bernama arsenik. Pihak berwenang Indonesia belum berhasil dalam menarik mereka yang bertanggungjawab atas kematiannya untuk divonis dan diadili secara hukum. Aparat keamanan tetap memata-matai dan melakukan penindasan hak asasi manusia para pembela hak tersebut, terutama di wilayah paling timur di Papua dan Papua Barat. Situasi buat pembela HAM di Indonesia tetap berbagi citra yang sering tampak pada negeri- negeri dalam transisi atau peralihan kekuasaan: Ada jenis intimidasi yang berubah dari kekerasan langsung dan menjadi tuduhan tanpa alasan dan pencemaran nama baik dan pelanggaran lain; Ancaman lainnya adalah warisan dari rejim sebelumnya seperti pemberian cap atau label buruk pada aktivis sebagai komunis atau separatis.; Polisi telah mengambil tanggungjawab dari militer untuk keamanan internal, yang telah mengarah kepada peningkatan pelanggaran hak asasi manusia masyarakat sipil oleh polisi secara umum dan pembela hak asasi manusia secara spesifik; Tokoh-tokoh dari rejim sebelumnya menghalangi reformasi dan pertanggungjawaban; STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN 1

13 Aktivis merasa relatif aman setelah bertahun- tahun di bawah kekuasaan otoriter; suatu perasaan baru yang membuat mereka lebih gampang mengabaikan ancaman dan intimidasi yang barangkali akan berakhir dengan kekerasan; Lembaga negara seperti parlemen dan polisi menjadi lebih peka kepada keluhan publik perihal keadilan dan perbaikan hukum. Ancaman baru telah muncul atau meningkat; ancaman seperti kelompok Muslim garis keras. Transisi telah berbarengan dengan peningkatan fundamentalis agama dan politisasi agama pada setiap lapisan masyarakat, yang telah menyumbang kepada penyusunan peraturan maupun hukum baru yang diskriminatif terhadap agama maupun moralitas sesama warga negara maupun orang asing. Pembela hukum syariat telah berhasil meloloskan peraturan yang mengancam regulasi hak-hak pembela HAM, terutama perempuan. Isu-isu yang dulu menjadi tabu, seperti korupsi oleh PNS, sekarang menjadi subyek-subyek perdebatan dan subyek-subyek perdebatan itu telah dipergunakan dalam peradilan, dan dalam beberapa kasus menjadi or menggunakan? senapan, untuk membisukan kritik- kritik mereka. Walau isunya baru atau lama, keabsahan mekanisme perlindungan pembela HAM mengekspos mereka pada intimidasi dan penekanan. Satu organisasi hak asasi manusia yang memimpin di bidangnya, Imparsial, melakukan suatu kajian lima tahun tentang hak asasi manusia dan mengambil kesimpulan bahwa negara tidak melaksanakan tugasnya sebagai otoritas yang berwenang dan harus memberi perlindungan kepada pembela hak asasi manusia. Organisasi ini melandasi kesimpulannya pada tiga faktor: 1) Intimidasi berkelanjutan dan penyerangan terhadap pembela HAM (139 pelanggaran dalam 5 tahun) 2) fakta bahwa pelaku- pelaku adalah pelaku negara, termasuk polisi, militer dan pemerintah lokal dan jaksa; dan 3) kegagalannya dalam hal memberikan keadilan bagi yang membutuhkannya. 4 Setelah kunjungannya ke Indonesia pada bulan Juni 2007, UN Special Representative bagi situasi khusus pelindung hak asasi manusia bernama Hina Jilani mendokumentasikan kemajuan negeri ini dalam mengkodifikasi hak asasi manusia dalam hukum- hukum sah di Indonesia. Walau demikian, dia juga memberi saran, Tanpa inisiatif kongkrit dalam hak asasi manusia, belum ada inisiatif untuk mewujudkan hukumnya dalam regulasi atau menciptakan lembaga atau membakukan prosedur yang menghadapi langsung pada perlunya perlindungan khusus bagi pembela hak asasi manusia dan pertanggungjawaban bagi tindakan semena- mena terhadap mereka. 5 Bab berikut disusun berdasarkan wawancara dengan pembela hak asasi manusia dari Jakarta, Papua, Sulawesi, Maluku, Aceh, dan Nusa Tenggara Barat yang dilakukan selama Oktober Front Line bekerja dengan organisasi hak asasi Indonesia seperti KontraS, Imparsial dan Foker untuk menyelenggarakan dua lokakarya, satu dengan pembela HAM dari Jakarta dan bagian lain di nusantara, dan salah satu dengan pembela hak asasi manusia dari Papua. Lokakarya- lokakarya membantu mengorganisir pengelompokan pembela HAM, ancaman yang mereka hadapi, dan strategi perlindungan yang telah mereka bangun, yang akan dijelaskan di bawah. II. PEMBELA HAK ASASI MANUSIA YANG PALING BERESIKO Aktivis anti-korupsi Indonesia Corruption Watch (ICW) telah mengidentifikasi 18 kasus tindakan pelanggaran hukum dan 12 kejadian lainnya termasuk ancaman dan intimidasi terhadap aktifis anti- 2 FRONT LINE

14 korupsi pada tahun- tahun terakhir ini. Salah satu pembela HAM mengatakan bahwa korupsi adalah masalah yang paling sulit dikerjakannya. Andai kalian menuduh orang melanggar hak asasi manusia, tidak ada masalah. Mungkin mereka pun bangga. Tapi bila anda menyalahkan mereka melakukan korupsi, mereka menjadi marah luar biasa. Kepekaan ini mungkin beralasan karena marahnya orang mengenai PNS berkorupsi, begitu pula berhasilnya KPK selama ini dalam menghadapi korupsi dibandingkan para pengacara yang menghadapi pelanggaran hak asasi manusia. Menurut salah satu anggota di sebuah organisasi anti-korupsi, rekan- rekannya di sekitar mereka yang paling terancam. Di Jakarta, masyarakat menjaga kami, dan anggota media akan mendukung kami. Yang terburuk adalah persoalan yang muncul di wilayah lokal. Korupsinya selalu lebih buruk. Korupsinya melibatkan Walikota dan Gubernur. Mereka menguasai segalanya dan organisasi mereka dengan preman keras mengancam dengan kekerasan. Pembela Hak Asasi Manusia Perempuan (WHRD) Seperti di kebanyakan negeri, pembela hak asasi manusia perempuan adalah paling rentan terancam terhadap ancaman, banyak ancaman di antaranya yang beda dengan ancaman yang membahayakan rekan laki-laki. Dalam diskusi focus group dan wawancara dengan anggota WHRD, National Commission on Violence against Women (Komnas Perempuan) menghitung dan mengkaji lebih dari 400 peristiwa kekerasan, ancaman dan intimidasi terhadap 58 anggota yang terlibat. Di banding dengan data yang dimiliki mengenai pembela hak asasi manusia secara umum, mayoritas pelaku- pelaku pelanggaran yang ditemukan adalah pelaku-pelaku sipil, termasuk anggota- anggota keluarga aktivis dan komunitasnya. 6 Di luar dari menghadapi kekerasan terhadap perempuan dan masalah sosial pada umumnya, aktivis-aktivis juga menentang peraturan-peraturan lokal yang membatasi kebebasan perempuan bermobilitas dan berekspresi. Cukup banyak pemda tingkat kabupaten telah mengaktifkan peraturan-peraturan lokal bermasalah, seperti di Kabupaten Bulukumba di wilayah selatan Sulawesi, di mana perempuan yang tidak berkerudung dilarang mendapatkan pelayanan dari pemerintah. Propinsi Aceh sudah mengadopsikan hukum Qanun, termasuk peraturan seperti pemukulan dengan menggunakan tongkat dan dihukum dengan cara dihujani batu (razam) untuk perzinahan pada suami atau isteri yang melakukannya. Di tingkat nasional, suatu kebijakan nasional, kebijakan anti-pornografi termasuk pasal-pasal bermasalah yang membatasi perempuan dan kelompok minoritas. Aktivis yang menentang topik topik di atas diberikan embel anti-islam. Aktivis hak-hak minoritas Kelompok- kelompok yang membela hak- hak kelompok minoritas juga dijadikan sasaran. Para pelanggar di dalam kasus- kasus ini biasanya adalah pelaku-pelaku sipil dengan simbol agama. Seorang aktivis yang menentang penindasan komunitas, Ahmadiyah sebagai orang yang dipandang melanggar hukum Tuhan, melaporkan Kami selalu ditelpon dan diintimidasi dari Front Pembela Islam (FPI). Mereka bertanya, Apakah kamu takut mati? Dan saya memberitahunya. Suatu hari, kita semua akan mati. Pada tahun 2007, suatu kelompok Muslim menggerakkan aktivis Islam dalam pembelaan kebebasan beragama di Jakarta, dengan menyebabkan beberapa orang disakiti tanpa alasan jelas. Hak-hak atas tanah dan aktivis lingkungan hidup Penebangan pohon, kebun raya, pembagian untung pertambangan, dan kegiatan pengolahan tanah secara intensif sering menciptakan konflik antara komunitas lokal dan kekuatan akan minat atas bisnis and pemerintahan. Pada lokakarya di Jakarta, salah satu aktivis menulis bahwa di daerahnya di Maluku, Sumber daya alam yang menciptakan pelanggaran hak asasi manusia. Ketika komunitas lokal menentang penebangan hutan atau eksploitasi sumber daya alam, mereka akan ditangkap. Menurut pimpinan organisasi lingkungan hidup, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup In- STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN 3

15 donesia), pada tahun 2008, polisi menangkap paling sedikit 86 pembela hak asasi manusia dari organisasi lingkungan hidup dan petani. Pada 11 Mei 2009, polisi di Manado, Sulawesi Utara, menangkap Berry Forquan, direktur WALHI dan rekanya, Erwin Usman, di sebuah protes melawan World Ocean Conference. Tidak lama kemudian, enam aktivis lingkungan hidup di Sumatra Selatan dan tujuh di Sulawesi Tenggara ditangkap karena menyelenggarakan protes dalam solidaritas untuk dua aktivis yang tertangkap itu. Aktivis Lesbian, Gay, Bi-seksual, Transgender dan Interseks Aktivis Lesbian, gay, biseksual, transgender dan intersex (LGBTI) harus menghadapi ancaman dan intimidasi dari kelompok- kelompok agama. Salah satu aktivis bercerita ulang, Pada tahun 2007, saya ada di televisi - saya mencoba menunjukkan bahwa kami ada, kami tidak tertindas, dan bahwa kamu bisa jadi orang yang bahagia sebagai perempuan lesbian di Indonesia. Setelah saya hadir di televisi, salah satu kelompok aktivis Islam radikal mengancam lewat telpon di stasiun TV tersebut. Stasiun tersebut memberikan mereka nomor telpon pribadi saya, dan mereka menelepon saya dan mengatakan akan membunuh saya, mereka tahu dimana saya tinggal. Pada saat saya melaporkan ke Polisi, mereka hanya mengatakan bahwa nomor saya harus diganti. Tidak ada penyelidikan. Di Aceh, orang lelaki gay yang menjadi pengacara bagi hak perempuan disiksa dan dihina termasuk pelecehan dan penindasan seksual, oleh polisi pada waktu di tahanan. Seperti di banyak negeri, aktivis LGBTI harus sering berjuang untuk penerimaan dan dukungan antara kelompok hak perempuan dan hak asasi manusia. 8 Advokat bagi pertanggung jawaban kejahatan dari masa lalu Penyerangan dan intimidasi sering meningkat ketika ada kemungkinan kemajuan pada kasus hak asasi manusia. Serangan di kantor- kantor Hak Asasi Manusia seperti (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, atau Komnas HAM) terjadi ketika ada upaya- upaya untuk memvonis pejabat militer atas pelanggaran Hak Asasi di Timur Timor. Selama proses peradilan tahun bagi keluarga- keluarga yang meninggal akibat pembunuhan di Tanjung Priok, Jakarta pada tahun 1984, ancaman terhadap para korban kekerasan dan keluarganya meningkat. Para pengancam juga menggunakan taktik- taktik yang terarah pada memecah belah hubungan sosial para korban. Ada korban yang ditawarkan uang untuk merusak hubungan. Di gedung kehakiman kelompok- kelompok terorganisir sering menghadiri pengadilanya untuk mendukung para pelaku, guna mengacaukan ungkapan saksi dan membagikan surat yang menakuti saksi dan korban. Mugiyanto, direktur organisasi keluarga korban penghilangan paksa, mengatakan kepada Front Line: Selama peralihan kuasa, kecuali kasus Munir, kami menghadapi ancaman yang berbeda-beda, terutama bila kasus sedang dikembangkan oleh pengadilan. Pada tahun 2003 atau 2004 IKOHI menerima surat di pintunya, ancaman pembunuhan kepada saya sendiri, [direktur Kontras] Usman, dan rektor di Universitas Tri Sakti. Ancaman itu mengatakan bahwa kami adalah penghianat negara, orang gelandangan dan komunis yang harus di hapus dalam kurun waktu tidak lebih dari 14 hari. Suratnya ditandatangani oleh Zulfikar, seorang pembela Order Baru. Kami mengajukan laporan kepada polisi dan surat mendesak kepada Kelompok Kerja atas kehilangan-kehilangan, yang kemudian mengirim surat kepada Menteri Departemen Luar Negeri. Memang itu hanya ancaman saya masih ada! Pada saat itu Human Rights Commission sedang melibatkan diri dalam langkah langkah awal kasus penghilangan manusia. Mugiyanto, yang diculik oleh militer karena aktivitasnya pada tahun 1998, adalah salah satu contoh korban yang telah mengorganisir diri untuk menjadi sebuah kelompok dan menjadi wali buat diri mereka dan anggota kelompoknya. Laporan pertama yang keluar dari Human Rights Support Facility, yang dibahas di bawah, fokus pada korban yang menjadi wakil buat 4 FRONT LINE

16 diri mereka dan kawan senasib mereka. Laporan menemukan bahwa orang orang seperti ini sering menemukan diri mereka dilecehkan sebagai anti-nasionalis atau agen luar negeri. Mereka juga mengalami ancaman dan tindakan kekerasan dalam bentuk penangkapan tanpa alasan, penghilangan paksa, pemukulan, penyiksaan di dalam tahanan, penghinaan, dan penghancuran kantor atau pembubaran rapat dan juga pembunuhan. Salah satu contoh adalah Sumarsih, Ibu seorang mahasiswa yang terbunuh pada tahun 1998 sambil dia sendiri mengurus mahasiswa yang tertembak dan dia juga ditembak di tengah protes. Sumarsih sendiri nantinya dipukul dan ditembak pada saat banyaknya protes dalam mencari keadilan bagi pembunuhan mahasiswa. Pembela Hak Asasi Manusia di wilayah konflik Pembela Hak Asasi Manusia di daerah konflik seperti Aceh (sebelum 2005), propinsi di Maluku, dan Sulawesi Tengah pada tahun-tahun awal peralihan kekuasaan, dan Timor Barat dan Timor-Timur, sebelum tahun 1999 referendum untuk kemerdekaan, menjadi sangat rentan terhadap serangan oleh pelaku Negara dan pelaku non-negara. Contohnya termasuk paling sedikit 15 orang yang terbunuh sebagai pembela Hak Asasi Manusia. Sambil konfliknya berangsur-angsur menghilang, pembela HAM menghadapi lebih sedikit resiko dari kekerasan langsung. Pengecualian yang paling penting terhadap sejarah ini bisa dilihat pada propinsi Papua dan Papua Barat di wilayah timur negeri ini. Pasukan keamanan di sana telah menjawab pejuang pro kemerdekaan Papua Barat yang memiliki gerakan tanpa kekerasan dan relatif ramah terhadap aparat negara, dengan ancaman, operasi militer, penyidikan dan penekanan. Aktivis Papua menulis bahwa pengawasan dan pesan berisikan ancaman melalui telepon dan pesan tertulis ataupun orang ke orang menurun pada saat mereka melakukan penelitian lapangan, terutama waktu staff diplomatik luar negeri sedang berkunjung dan pada saat mereka mengadakan rapat atau lokakarya. Dalam laporan misinya, Hina Jilani menulis bahwa iklim kekuasaan masih bertahan di Papua Barat, terutama bagi pembela HAM yang memihak pada hak komunitas Papua dalam partisipasi dalam pemerintahan, control atas sumber daya alam dan demiliterisasi di propinsi tersebut. 10 Mahasiswa Seperti di banyak negeri, mahasiswa di Indonesia sering menjadi yang pertama turun ke jalan atau pun menderita akibat serangan. Sejumlah kasus luar biasa dari hari- hari terakhir masa Suharto melibatkan peran aparat negara dalam pembunuhan, penyiksaan dan protes. Banyak kasus tahun kajian Imparsial adalah mahasiswa yang mengorganisir protes terhadap isu- isu ekonomi dan ditangkap dan dituduh atas pelanggarannya. Para wartawan Pers di Indonesia kini relatif bebas untuk melaporkan isu sensitif dibandingkan dengan tahun- tahun di jaman Suharto. Walau begitu, para wartawan tetap menghadapi bermacammacam ancaman dan intimidasi dari mereka yang berkuasa, terutama dengan menulis laporan mengenai korupsi. Pada tahun 2009, keluarga dari seorang pejabat lokal membunuh wartawan investigasi setelah dia menyelidiki kasus korupsi publik di Bali 11 Organisasi LBH Pers, yang melakukan proses pengadilan dan pembelaan guna mewakili para wartawan, telah menemukan 134 cobaan untuk menyerang atau mengintimidasi para wartawan dari tahun 2006 ke Augustus Lebih dari setengah ancamannya sangat fisik, dan sisanya sangat kriminal sifatnya dan menyangkut pencemaran nama baik. 12 Salah satu lembaga kebebasan press telah mengidentifikasi 42 kasus yang diajukan kepada para wartawan selama lima tahun terakhir. STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN 5

17 III. JENIS ANCAMAN TERHADAP PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Kekerasan langsung telah menurun beberapa tahun terakhir, tapi intimidasi dan pelecehan tetap dihadapi oleh pembela HAM di seluruh Indonesia. Organisasi pembela HAM yang bernama Imparsial, yang melacak situasi pembela HAM di Indonesia, menemukan 139 kasus ancaman dan serangan terhadap pembela HAM dari tahun 2005 sampai Temuan- temuan mengkonfirmasikan perhatian PBB ketika Special Representativenya yang mengatakan kepada Human Rights Council tentang berlangsungnya kegiatan- kegiatan polisi, militer dan inteligen atau lembaga keamanan lain dan juga satgas agama garis keras yang terarah pada pelecehan dan intimidasi terhadap pembela HAM atau membatasi akses pembela HAM terhadap korban- korban satuan formal maupun tidak formal sebagai situs pelanggaran HAM. 13 Macamnya ancaman termasuk pembunuhan dan jenis kekerasan lain, kriminalisasi dan pelanggaran hukum sipil, pelecehan keluarga korban, penyidikan, dan ancaman gender spesifik terhadap perempuan pembela HAM. Pembunuhan dan jenis kekerasan lain Selain pembunuhan aktivis, penghilangan, atau penyerangan di bawah rezim Suharto, paling sedikit 15 pembela HAM telah dibunuh semenjak era reformasi dimulai. Mereka yang terbunuh termasuk Jafar Siddiq Hamzah, orang Aceh yang tinggal di New York dan diculik pada saat berkunjung ke Indonesia di mana dia disiksa sampai meninggal dan Sufrin Sulaiman, seorang pengacara yang terbunuh pada saat membantu seorang klien di kantor polisi. Pada Desember 2000, tiga pekerja organisasi yang didanai oleh lembaga Dana asal Denmark bernama Rehabilitation Action for Torture Victims (RATA),dibunuh secara berturut turut oleh kelompok prajurit dan cuak (informan) sipil. Kekerasan di Papua tetap menjadi masalah. Opinus Tabuni, pemimpin masyarakat Papua dan anggota Majelis Adat Papua (badan yang mewakili semua kelompok masyarakat adat di Papua) terbunuh oleh senjata api pada 9 April 2008, upacara peringatan pada International Day of the World s Indigenous People. Walau saksi mata telah mengatakan bahwa satgas keamanan yang menembaki kerumunan, polisi menaruh fokus investigasinya pada pengangkatan bendera kemerdekaan yang dilarang hukum Indonesia. Kasus terakhir menggambarkan bahayanya bagi para wartawan, atau siapa pun yang melaporkan tentang korupsi. Pada 11 Februari 2009 di Bangli, Bali, wartawan Anak Agung Narendra Prabangsa terbunuh karena melaporkan korupsi di kantor Depdiknas setempat. Dia dibunuh pembunuh bayaran yang dikira menjadi pembunuh yang dikontrak oleh kakak dari PNS yang melakukan korupsi. Kasus Munir Kami yakin dalam transisi, semuanya berjalan cukup mulus, dan tiba- tiba Munir dibunuh. Sekarang kita bisa bicarakan apa saja dengan bebas, tapi kami merasa sesuatu bisa terjadi kapan saja kepada kami Pembela HAM Mugiyanto, October 2009 Pada bulan September 2004, salah satu pemimpin pembela Hak Asasi Manusia, Munir Said Thalib, meninggal pada saat terbang dengan pesawat Garuda menuju Belanda untuk belajar hukum international. Laporan Autopsi yang dibocorkan kemudian membuka bahwa dosis arsenik massif berada pada sistem tubuhnya. Tidak lama kemudian, isteri Munir menerima suatu paket yang mengandung mayat ayam dengan catatan Be careful!!!! Janganlah mengkaitkan tentara pada kematian Munir. Maukah anda bernasib seperti ini. Memang sulit mengukur peran Munir pada Hak Asasi Manusia di Indonesia. Dia membantu mendirikan beberapa organisasi penting dalam gerakan menunjang Hak Asasi Manusia, suatu think tank reformasi militer dan stasiun radio buat Hak Asasi 6 FRONT LINE

18 Manusia. Terkenal buat kajian dengan berhati- hati dan pembelaan yang berani, Munir berbicara lantang dan cuat melawan kekerasan dan ketakutan terhadap militer. Dia mewakili mahasiswa yang diculik pada tahun , dan menjabat sebagai pejabat pemeriksaan kekerasan 1999 Timor-Timor dan merekomendasikan penuntutan pejabat senior Indonesia diprosekusi atas pelanggaran yang terjadi. Kematian Munir memang menyiasati keamanan komunitas hak asasi manusia. Wakil Khusus PBB mengatakan bahwa Bila ada kelambanan atau kemalasan perihal mengurus kematian Munir, tidak ada satu pun pembela hak asasi manusia yang akan merasa aman di Indonesia. President Yudhoyono mengatakan bahwa kasus Munir adalah ujian sejarah Indonesia. Reaksi: Untuk menyelesaikan kasus Munir, kelompok sipil telah memperdaya beberapa strategi yang menggunakan mekanisme resmi seperti bekerja dalam koalisi, dan melakukan pembelaan international. Aktivis berusaha dalam kampanye membela kasus Munir bernama, Justice for Munir, Justice for All, or Keadilan untuk Munir, Keadilan untuk semua, dan hampir disetiap organisasi Hak Asasi Manusia di Indonesia telah memasang foto Munir pada dindingnya. Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir, atau KASUM, dibentuk untuk menyediakan analisa hukum dan pembelaan. Istrinya Munir, Suciwati, telah memperjuangkan keadilan bagi suaminya tanpa lelah, dan mengadakan perjalanan dari Geneva dan Washington untuk memperjuangkan tekanan international pada Indonesia agar kasusnya diurus dengan jelas. Advokasi telah mendukung berbagai campur tangan, termasuk surat- surat dari kongres Amerika Serikat dan suatu deklarasi oleh Parlemen Eropa. Dia telah menciptakan persamaan visi tujuan bersama dengan korban- korban lain, terutama isteri dan ibu mereka yang terbunuh atau hilang. Usaha-usaha ini telah menghasilkan kemajuan demi kemajuan secara berangsur-angsur. Presiden menciptakan suatu Tim Pencari Fakta bagi Kasus Munir yang membantu mendongkrak investigasi kepolisian, yang akhirnya menggiring tiga staff perusahaan Garuda untuk peran mereka dalam pembunuhan Munir. Salah satu terdakwa adalah copilot penerbangan pesawat yang ditumpangi Munir melakukan percakapan berpuluh kali melalui telpon kepada seorang pejabat tinggi badan intelijen, yakni pensiunan pejabat intelijen Muchdi Purwopranjono, sekitar waktu pembunuhannya. Ada pula bukti bahwa Muchdi telah campur tangan untuk memastikan bahwa co-pilot sedang menumpang dalam penerbangan Munir. Tekanan terus menerus pada polisi dan para jaksa berhasil menuntut Muchdi, seorang mantan komandan Pasukan Khusus, pada tahun Sesudah persidangan di pengadilan di mana banyak saksi- saksi gagal hadir atau berbalik arah pada kesakian yang sudah disumpah pada polisi. Akhirnya vonis pada Muchdi tidak berhasil dibukukan oleh Hakim pada bulan Desember PengadilanTinggi mempertahankan pencabutan keputusan Hakim, namun tim advokasi tetap mendorong untuk meninjau kembali keputusan Hakim dan membuka kembali segel tim investigasi kepolisian. 14 Selain pembunuhan, pihak yang melawan reformasi telah menggunakan kekerasan terorganisir untuk mencegah usaha mendukung keadilan. Serangan- serangan macam ini biasanya dilakukan oleh kelompok wakil yang dibayar atau dijadikan wakil para kelompokkelompok penguasa samar- samar. Mereka, para preman kontrakan atau kelompok sipil yang dikait-kaitkan pada militer, di Indonesia sering disebut preman. Pada bulan Mei 2003, suatu kelompok bernama Pemuda Panca Marga, terdiri dari anak -anak perwira dan bermuara pada pos- pos komando militer menyerang kantor KontraS dan PBHI pada waktu para kelompok sedang protes terhadap darurat militer di Aceh. Komandan TNI pada waktu itu, Gen. Endriartono Sutarto sepertinya mau menyalahkan para serangan dari KontraS dengan seringnya mengkritik pemerintah. Tidak semua kebijakan pemerintah salah, bukan? Pasti ada juga yang baik. Jadi masyarakat akhirnya putus asa... bagaimanapun, STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN 7

19 Saya berharap kejadian KontraS ini akan membuat orang merenung, kalau KontraS memang bagian dari bangsa ini. 15 Selain kehadiran preman, kelompok Islam garis keras yang dibentuk oleh inisiatif sendiri atau, dalam beberapa kasus, dengan partisipasi pihak keamanan, juga telah menyerang kantor- kantor dan demonstrasi. Pada Juni 2008, suatu persekutuan organisasi menyelenggarakan demonstrasi untuk membela kebebasan beragama di Monumen Nasional atau Monas. Ratusan anggota Front Pembela Islam menyerang demonstrasi protes tersebut, yang berakhir dengan banyaknya orang cedera. Mirip dengan kejadian pada 19 April 2006 perempuan dari Koalisi Perempuan Indonesia berdemonstrasi melawan hukum moralitas yang diskriminatif terhadap gerakan kebebasan perempuan. Ada massa di sekitar protes mereka yang memukul dan menghina mereka. Polisi di sekitar protes tersebut hanya diam saja. 16 Penyiksaan polisi dan penganiayaan selama penahanan tetap hal yang biasa terjadi di Indonesia, dan aktivis tetap menjadi yang paling sering disiksa. Sebagai contoh, paralegal LBH Jakarta Tommy Albert Tobing dan M. Haris Barkah ditahan dan diperlakukan dengan kasar di rumah tahanan Jakarta Utara pada tanggal 27 Juli Pada esok harinya, LBH Jakarta bertanya mengenai kasusnya dan polisi mengusir mereka dari kantor polisi dengan kekerasan. Kasus ini juga membuktikan keluhan yang sering terdengar dari pengacara pembela bahwa polisi tidak mengerti atau menghormati peran mereka sebagai pengacara. Ancaman Kekerasan Ancaman lewat , telepon atau SMS sangat biasa, terutama di Papua. Salah satu pembela HAM berbicara kepada Front Line bahwa, Ancaman sangat biasa bagi kami. Tidak hanya korban dan keluarga mereka, tapi aktivis tenaga kerja, mahasiswa. Selalu terjadi pada semua orang, jadi kami mengabaikannya. Kami tidak tahu, sesuatu bisa saja terjadi kapan pun. Dalam satu contoh dari Oktober 2007, seorang prajurit pasukan khusus yang di Papua memberitahu para wartawan bahwa Pastor John Djonga, seorang pendeta dan pembela hak asasi manusia, adalah seorang pengkhianat dan harus dikubur 700 meter di bawah tanah. Djonga, yang nantinya memenangkan penghargaan hak asasi manusia pada tahun 2009, baru- baru ini mencela pelanggaran hak asasi manusia dan penebangan pohon liar oleh militer. Setelah kunjungan Hina Jilani ke Indonesia pada tahun 2007, ada semacam gelombang ancaman terhadap pejuang hak asasi manusia di Papua. Pada 8 Juni, sebuah kendaraan yang digunakan anggota- anggota Komisi Perdamaian dan komisi Keadilan bagi keuskupan Jayapura ditabrak oleh mobil yang dikendarai oleh petugas intelijen negara. Pada 11 Juni, Wakil Komnas HAM, Albert Rumbekwan menerima suatu SMS yang mengancam: Anda yang melaporkan situasi hak asasi manusia di Papua sedang membinasakan masyarakatnya. Anda mau bukti bahwa orang sedang dibunuh, Saya akan membunuh suku anda, keluarga anda dan anak- anak anda akan menjadi tulang- tulang untuk membuktikan bahwa hanya ada satu daerah perdamaian di Papua. Usman Hamid, Koordinator KontraS dan anggota tim pencari fakta kasus pembunuhan Munir, telah menerima banyak ancaman menggunakan SMS bahwa dia akan ditikam di jalan, dibutakan, diculik dan dibunuh. 17 Walaupun mengancam adalah suatu kejahatan, dalam suatu pemeriksaan lima tahun terakhir, pada kasus-kasus Imparsial tidak ditemukan usaha- usaha menangkap yang melanggar hukum tersebut. 18 Kriminalisasi dan Gugatan Perdata Walau di bawah pemerintahan Suharto, aktivis juga ditahan karena kritikan mereka, dari pada mereka dipenjarakan tanpa divonis oleh pengadilan. Jaksa sering bersandar pada 8 FRONT LINE

20 pasal karet atau pasal karet, kebijakan di kitab hukum pidana yang bisa diterapkan untuk kritikan terhadap presiden atau menyebarkan kebencian terhadap pemerintah. Praktek macam ini masih berkelanjutan dalam bentuk yang dimodifikasi ke dalam bentuk baru dalam Indonesia demokratis. Staf di Imparsial mengatakan kepada Front Line: Kami sering melihat kasus terhadap pelindung Hak Asasi Manusia yang terkait dengan pasal karet di dalam kitab pidana naskah hukum yang dipakai kasusnya. Pasal karet seperti ini memang dipakai dan diperalat supaya pihak aparat menguasai ruang gerak aktivis hak asasi manusia. Pihak pengadilan sudah mulai mengalahkan beberapa pasal karet seperti berikut: Pada Desember 2006, Mahkamah Konstitusi menginstruksikan bahwa butir hukum yang mengkriminalisasikan kata- kata kasar terhadap presiden dan wakil presiden (pasal 134, 136, 137) adalah peninggalan kolonial yang bertentangan dengan konstitusi; 19 Pada Juli 2007, pihak pengadilan menghapus butir butir hukum yang menyebarkan rasa benci (pasal 154 dan 155, dikenal dalam bahasa Belanda dengan istilah Haatzai Artikelen) yang kriminalisasi pernyataan rasa kemarahan, benci atau dendam terhadap Pemerintah Indonesia di hadapan publik dengan hukuman yang wajib dengan tahanan sampai 7 tahun di penjara. 20 Sementara kebijakan baru ini pantas dirayakan, UU pidana masih menyimpan kebijakan yang bisa digunakan untuk menindas para Pembela Hak Asasi Manusia, termasuk tulisan tentang fitnah atau pencemaran nama baik ( ,) penghasutan ( ), pelecehan agama (156), dan pelecehan pihak berwenang ( ). Pada Agustus 2008, Mahkamah Konstitusi menolak permohonan untuk menyatakan inkonstitusionalitas pada beberapa ketetapan termasuk yang menyangkut pelecehan nama baik. 21 Ketetapan-ketetapan tersebut telah dipakai untuk mengintimidasi pembela HAM dalam beberapa tahun belakangan ini. Seperti contoh pada Oktober 2007, seorang pengacara Hak Asasi Manusia Sabar Olif Iwanggin ditangkap di Jayapura oleh tim gabungan yang melibatkan polisi anti terror unit 88. Iwanggin telah menyampaikan kepada beberapa kawan suatu pesan singkat dalam sirkulasi luas, yang berisi suatu rumor bahwa Presiden sedang merencanakan suatu kampanye meracuni orang-orang Papua. Rumor macam ini tidak aneh lagi di Papua dan Iwanggin menjelaskan bahwa dia sedang menyampaikannya kepada kawan-kawan sebagai suatu peringatan untuk berhati-hati dengan penghasutan. Pihak kepolisian menangkap Iwanggin tanpa surat perintah dan memeriksanya tanpa seorang pengacara. Pihak kejaksaan menuntut dia dengan penghasutan dibawah UU 160, tetapi tidak bisa dibuktikan bahwa mereka telah menulis pesannya atau bahwa dia telah menyampaikan kepada siapapun yang pernah melakukan tindakan kekerasan. Maka pengadilan tinggi Negara di Jayapura membebaskannya dari segala tuduhan pada Januari 2009, setelah setahun ditahan. Suatu kasus dari Aceh pada tahun 2007 menunjukkan bahwa selama ada pasal-pasal berkonotasi luas di dalam buku hukum pidana, para pembela HAM dan pengritik lain akan tetap mudah dijerat oleh praktek-praktek penindasan. Seorang polisi lokal yang menangkap 8 anggota staff dari organisasi HAM karena memasang poster dan flyer tentang perseteruan kasus tanah, menjelaskan situasi: Masalahnya adalah mereka pikir pasal karet ini bisa dipasang sesuai dengan keleluasaan kami, tetapi yang penting adalah, selama tidak dicabut oleh negara, tulisan tersebut masih sah. Maka kalau mereka tidak ingin dituntut sesuai dengan tulisan tadi mereka harus minta agar tulisan tersebut dicabut negara dan tidak lagi ditetapkan. 22 Pada 14 Agustus 2008, pengadilan di kabupaten Langsa di Aceh Timur menghukum 8 orang pembela HAM dengan pelanggaran dan penghasutan dan pencemaran nama baik dan memvonis mereka dengan 3 bulan penjara dan 6 bulan masa percobaan. STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN 9

International Center for Transitional Justice. Masa Lalu yang Tak Berlalu: Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanah Papua Sebelum dan Sesudah Reformasi

International Center for Transitional Justice. Masa Lalu yang Tak Berlalu: Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanah Papua Sebelum dan Sesudah Reformasi Masa Lalu yang Tak Berlalu: Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tanah Papua Sebelum dan Sesudah Reformasi Juni 2012 Foto Sampul: Seorang korban menunjukkan catatan hariannya yang ditulis tahun 1969, saat

Lebih terperinci

Indonesia. Kritik Menuai Pidana. Konsekuensi Hak Asasi Manusia Dari Pasal Pencemaran Nama Baik di Indonesia

Indonesia. Kritik Menuai Pidana. Konsekuensi Hak Asasi Manusia Dari Pasal Pencemaran Nama Baik di Indonesia Indonesia Kritik Menuai Pidana Konsekuensi Hak Asasi Manusia Dari Pasal Pencemaran Nama Baik di Indonesia H U M A N R I G H T S W A T C H KRITIK MENUAI PIDANA Ringkasan Laporan Human Rights Watch Mei 2010

Lebih terperinci

Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Edisi 07 21 Agustus 2000

Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Edisi 07 21 Agustus 2000 Yayasan HAK Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: + 670 390 313323 Fax.: + 670 390 313324 e-mail: yhak@minihub.org Editorial Hampir setahun peristiwa naas itu berlalu. Black September,

Lebih terperinci

Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua

Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan Perkembangannya di Papua Laporan Komisi Independen Disponsori oleh Council on Foreign Relations Center for Preventive Action Dennis C. Blair, Ketua David L. Phillips,

Lebih terperinci

(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA

(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA ANALISA SITUASI SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA Disusun oleh: Purnianti Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Mamik Sri

Lebih terperinci

MANUAL PERLINDUNGAN TERBARU PEMBELA HAK ASASI MANUSIA BAGI DIKEMBANGKAN DAN DITULIS OLEH ENRIQUE EGUREN DAN MARIE CARAJ

MANUAL PERLINDUNGAN TERBARU PEMBELA HAK ASASI MANUSIA BAGI DIKEMBANGKAN DAN DITULIS OLEH ENRIQUE EGUREN DAN MARIE CARAJ MANUAL PERLINDUNGAN TERBARU BAGI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DIKEMBANGKAN DAN DITULIS OLEH ENRIQUE EGUREN DAN MARIE CARAJ MANUAL PERLINDUNGAN TERBARU BAGI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DIKEMBANGKAN DAN DITULIS

Lebih terperinci

Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia

Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA MELALUI PEMANFAATAN PERSPEKTIF AGAMA DAN TOKOH MASYARAKAT: Pemajuan Pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM) secara Nasional di Indonesia Oleh: Mashadi Said Disunting oleh: Nancy

Lebih terperinci

Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae di Amerika Serikat

Direito. Dwi Mingguan Hak Azasi Manusia. Menggugat Pelaku Kekerasan Timor Lorosae di Amerika Serikat Yayasan HAK Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol Dili - Timor Lorosae Tel.: + 670 390 313323 Fax.: + 670 390 313324 e-mail:direito@yayasanhak.minihub.org Letnan Jenderal Johny J. Lumintang, sekarang Sekretaris

Lebih terperinci

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses Buruh Migran Terhadap

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso

Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso Juni 2011 Pengelolaan Konflik di Indonesia Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia dan the Centre for Humanitarian Dialogue The Centre for Humanitarian

Lebih terperinci

Satu Dekade: Keberhasilan Reformasi TNI Terbebani Paradigma Orde Baru (1998-2008)

Satu Dekade: Keberhasilan Reformasi TNI Terbebani Paradigma Orde Baru (1998-2008) Satu Dekade: Keberhasilan Reformasi TNI Terbebani Paradigma Orde Baru (1998-2008) KONTRAS JAKARTA-SUMATERA UTARA-ACEH-PAPUA-SULAWESI-AD HOC SURABAYA 13 Oktober 2008 1 SEKAPUR SIRIH Naskah ini merupakan

Lebih terperinci

Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta

Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta September 2006 Volume 18 No. 10(C) Ringkasan Laporan Human Rights Watch, Masyarakat yang Tergusur: Pengusiran Paksa di Jakarta Versi lengkap laporan ini terdapat dalam Bahasa Inggris. Ringkasan... 1 Standar

Lebih terperinci

MENEROBOS JALAN BUNTU KAJIAN TERHADAP SISTEM PERADILAN MILITER DI INDONESIA

MENEROBOS JALAN BUNTU KAJIAN TERHADAP SISTEM PERADILAN MILITER DI INDONESIA MENEROBOS JALAN BUNTU KAJIAN TERHADAP SISTEM PERADILAN MILITER DI INDONESIA Mungkinkah kita semua, warga sipil dan militer Diperlakukan sama dan sederajat? Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan

Lebih terperinci

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi, Frank La Rue

Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi, Frank La Rue GE.11-13201 Dewan Hak Asasi Manusia Sesi ke-17 Agenda ke- 3 Pemajuan dan perlindungan keseluruhan hak asasi manusia, hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya termasuk hak atas pembangunan Laporan

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri. Hak Asasi Manusia dalam kebijakan luar negeri

Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri. Hak Asasi Manusia dalam kebijakan luar negeri Nabeel Rajab Photo: BCHR, 2012, Bahrain Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri Tim Penulis: Farah Fathurrahmi Nisrina Nadhifah Rahman Rei Firdha Amalia Ahmad Masihuddin Editor dan Supervisi: Haris

Lebih terperinci

PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH

PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Crisis Management Initiative PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Laporan Akhir Crisis Management Initiative 1 PROYEK TINDAK LANJUT PROSES PERDAMAIAN ACEH Laporan Akhir Laporan ini diterbitkan dengan

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL SEBUAH KAJIAN HUKUM TENTANG PENERAPANNYA DI INDONESIA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL SEBUAH KAJIAN HUKUM TENTANG PENERAPANNYA DI INDONESIA Seri Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005 KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL SEBUAH KAJIAN HUKUM TENTANG PENERAPANNYA DI INDONESIA Ester Indahyani Jusuf, S.H.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Seolah Saya Bukan Manusia. Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga Asia di Arab Saudi

Seolah Saya Bukan Manusia. Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga Asia di Arab Saudi Seolah Saya Bukan Manusia Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga Asia di Arab Saudi Copyright 2008 Human Rights Watch All rights reserved. Printed in the United States of America ISBN: 1-56432-354-4

Lebih terperinci

TAKTIK-TAKTIK BARU DALAM PERJUANGAN HAM

TAKTIK-TAKTIK BARU DALAM PERJUANGAN HAM ii PEC People s Empowerment Consortium 2008 iii Buku Acuan Kerja ini disusun oleh The New Tactics in Human Rights Project sebuah project dari Center for Victims of Torture 717 East River Road Minneapolis,

Lebih terperinci

Hak Dasar Perburuhan. di Indonesia 2010. Survei Pelanggaran di Sektor Formal

Hak Dasar Perburuhan. di Indonesia 2010. Survei Pelanggaran di Sektor Formal Hak Dasar Perburuhan di Indonesia 2010 Survei Pelanggaran di Sektor Formal Hak Dasar Perburuhan di Indonesia 2010: Survei Pelanggaran di Sektor Formal Hak Cipta 2010 oleh Solidarity Center Pertama dipublikasikan

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik

Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik Komisi Pemilihan Umum dan Penyediaan Informasi: Studi Banding Mengenai Praktek Global yang Lebih Baik September 2012 Ucapan Terima Kasih Laporan ini disusun oleh Pusat Hukum dan Demokrasi (Centre for Law

Lebih terperinci

Bagian II: Memahami Mekanisme Peradilan Non-Negara: Tipologi & Proses Sengketa

Bagian II: Memahami Mekanisme Peradilan Non-Negara: Tipologi & Proses Sengketa Foto : Taufik Rinaldi Bagian II: Memahami Mekanisme Peradilan Non-Negara: Tipologi & Proses Sengketa Untuk memperdalam pemahaman mengenai non-state justice di Indonesia, bagian ini menguraikan secara terperinci

Lebih terperinci

HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK

HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK 1 2 Bab 1 HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK Apakah perlindungan anak itu? Istilah perlindungan anak (child protection) digunakan dengan secara berbeda oleh organisasi yang berbeda di dalam situasi yang berbeda

Lebih terperinci

Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik

Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik Tim Penyusun: Dhoho A. Sastro M. Yasin Ricky Gunawan Rosmi Julitasari Tandiono Bawor JAKARTA 2010 Mengenal Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

H U M A N R I G H T S W A T C H. ATAS NAMA AGAMA Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia

H U M A N R I G H T S W A T C H. ATAS NAMA AGAMA Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia H U M A N R I G H T S W A T C H ATAS NAMA AGAMA Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia Atas Nama Agama Pelanggaran terhadap Minoritas Agama di Indonesia Copyright 2013 Human Rights Watch All

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA E/CN.4/2005/WG.22/WP.1/REV.4 23 September 2005 (Diterjemahkan dari Bahasa Inggris. Naskah Asli dalam Bahasa Prancis) KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN

Lebih terperinci

Y.M. Sam Kahamba Kutesa

Y.M. Sam Kahamba Kutesa Presiden sesi ke-69 dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Y.M. Sam Kahamba Kutesa Sam Kahamba Kutesa terpilih menjadi Presiden sesi ke-69 Majelis Umum PBB pada tanggal 11 Juni 2014. Pada saat yang

Lebih terperinci