RCA / Root Cause Analysis / Analisa Akar Masalah 1. Klasifikasi Insiden
|
|
- Veronika Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RCA / Root Cause Analysis / Analisa Akar Masalah Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi. Sedangkan untuk menganalisa masalah yang belum terjadi, kita menggunakan alat yang disebut FMEA yang telah dibahas pada posting terdahulu. Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut dikemudian hari. Berikut ini adalah tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk memulai suatu aktifitas RCA. 1. Klasifikasi Insiden Tidak seluruh insiden atau masalah yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA. Masalah harus dilakukan klasifikasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam pekerjaan. Hal ini karena prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus, jumlahnya terbatas di organisasi, dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sehingga, organisasi perlu menetapkan suatu metode klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya masalah yang masuk kriteria saja yang dilanjutkan
2 ke prosedur RCA. Sementara masalah lain yang tidak masuk kriteria, tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi tidak seluruh urutan prosedur lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur lengkap RCA adalah seluruh tahapan prosedur dilakukan. Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 25), besar (8 12), sedang (4 6), kecil (1 3). Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini. Organisasi dapat membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15 25) saja yang dilakukan prosedur RCA.
3 Contoh: Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis B, C, dll). Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini terjadi setiap bulan. Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur RCA. Catatan: untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA. 2. Membentuk Tim RCA Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting. Tanpa tim yang representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid. Rekomendasi yang dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi anggota tim. Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orangorang yang kompeten dalam bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-
4 pautnya langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang. Contoh: Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer keperawatan, manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, koordinator K3. 3. Mengumpulkan Data Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran seobyektif mungkin atas peristiwa yang telah terjadi. Ingat, yang dikumpulkan hanya data, bukan asumsi, kesan, atau tafsiran. Sumber data dapat diperoleh dari: catatan medis wawancara orang yang terlibat wawancara dengan seluruh saksi kunjungan ke lokasi kejadian peralatan yang terlibat dll.
5 Data-data di atas diperlukan untuk melengkapi fakta yang terjadi. Disamping itu, diperlukan juga pengumpulan datadata berikut ini: kebijakan dan prosedur internal organisasi peraturan atau perundang-undangan standard mutu referensi ilmiah terkini dll. Data-data di atas diperlukan untuk melihat kesenjangan (gap) yang terjadi antara fakta yang terjadi dengan yang seharusnya dilakukan. 4. Memetakan Informasi Setelah seluruh data terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi dengan menggunakan datadata yang tersedia. Seluruh data disusun menurut urutan kejadiannya. Ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk memetakan urutan kejadian ini, misalnya: Narrative Chronology Time Person Grid Timelines
6 Tabular Timelines Informasi perihal kapan masing-masing alat tersebut dipakai, kelebihan, kekurangan, dan contohnya dapat dilihat disini (halaman 5). Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak kompleks. Contoh: 5. Identifikasi dan Memprioritaskan Masalah Setelah seluruh data dipetakan, mulailah kita masuk ke tahap awal analisa masalah, yaitu dengan mengidentifikasinya. Identifikasi masalah ini sangat penting, dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memahami proses yang standard (yang seharusnya terjadi). Caranya adalah dengan meneliti seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah kejadian-kejadian tersebut terjadi sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak. Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti: Kebijakan dan prosedur internal organisasi, peraturan atau perundang-undangan,
7 standard mutu, referensi ilmiah terkini, dan lainlain. Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard, referensi ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah. Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama. Pada kasus sederhana seperti tertusuk jarum di atas, masalah tertusuk jarum dapat dipakai sebagai masalah itu sendiri. Tetapi jika masalahnya kompleks dan melibatkan banyak pihak / departemen, masalahnya harus diidentifikasi satu demi satu. 6. Analisa Untuk Mencari Faktor yang Berperan Masalah-masalah yang telah diidentifikasi kemudian dianalisa untuk mencari faktor yang berkontribusi. Ada dua alat terkenal yang biasanya dipakai untuk analisa ini, yaitu 5 Why dan diagram tulang ikan. Contoh format diagram tulang ikan dapat dilihat disini. 5 Why dilakukan dengan cara bertanya Why sampai 5 kali terhadap suatu masalah sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan.
8 Namun, 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, yaitu bentuk pertanyaannya sangat terbuka dan tidak terarah. Sehingga, hasilnya sangat tergantung pada latar belakang penanya dan yang ditanya. Boleh jadi, untuk satu masalah yang sama tapi dilakukan oleh dua orang yang berbeda, akan didapatkan hasil yang berbeda. Karena 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, maka yang dianjurkan adalah menganalisa masalah menggunakan diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan dirancang untuk mencari faktor yang berperan dengan terarah. Untuk memudahkan mencari faktor yang berperan pada diagram tulang ikan, dapat digunakan pertanyaan triase faktor yang berperan. Pertanyaan triase tersebut dapat anda lihat disini (halaman 8). Anda juga dapat mencari faktor yang berperan dengan menggunakan alat bantu tabel contributing faktor yang dikeluarkan oleh NPSA, yang dapat anda lihat disini (halaman 14). Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, contoh diagram tulang ikannya dapat dilihat disini (halaman 22). Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap insiden tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur pertanyaan 5 Why sampai tidak ada jawaban lagi
9 yang dapat dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang biasanya merupakan akar masalah. Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar masalahnya adalah: Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan). Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur). Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor penghalang). Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat pernyataan sebab akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah tersebut di atasi, insiden dapat dihindari. Contoh pernyataan sebab akibat: Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka belum ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai alat tersebut, yang menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah terjadinya insiden tertusuk jarum.
10 Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD ditutup lagi setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang mengakibatkan meningkatnya peluang terjadinya insiden tertusuk jarum. Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum. 7. Menyusun Rekomendasi Penyelesaian Masalah Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari aktifitas RCA ini. Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat diselesaikan dan terus membebani organisasi. Ibarat berobat ke dokter, pasien tidak cukup diberi tahu tentang diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah diberi pengobatan yang tepat. Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai untuk melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
11 Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini. Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis). Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu memahami dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah sebagai berikut: Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang tidaklah sama. Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah kebijakan / prosedur. Contoh: Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan / prosedur).
12 Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah cari solusi lain. Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan berpedoman pada ilustrasi di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum tersebut adalah seperti yang dapat anda lihat disini (halaman 23). Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat rekomendasi penyelesaian masalah. Rekomendasi penyelesaian masalah yang baik harus juga mencantumkan ukuran keberhasilan, penanggung jawab, dan batas waktu penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang kita berikan dapat diukur keberhasilan pelaksanaannya, jelas siapa penanggung jawabnya, serta ada batas waktu yang jelas kapan rekomendasi itu harus terlaksana. Contoh rekomendasi kasus tertusuk jarum dapat anda lihat disini (halaman 24). 8. Membuat Laporan RCA Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal sampai
13 rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan kepada pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena tanpa persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.
PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA ) Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA ) A. Pengertian Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses
Lebih terperinciNo. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2
TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
Lebih terperinciInsiden Keselamatan Pasien
Insiden Keselamatan Pasien Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman.
Lebih terperinciPelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang Fakta Error is human : kesalahan manusiawi Akibat kesalahan pelayanan medis - insiden 1: 25-1 : 10
Lebih terperinciLANGKAH - LANGKAH ANALISIS AKAR MASALAH ( AAM / RCA )
LANGKAH - LANGKAH ANALISIS AKAR MASALAH ( AAM / RCA ) 1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi 2. Tentukan Tim Investigator 3. Kumpulkan data & informasi Observasi Dokumentasi Interview 4. Petakan
Lebih terperinciPANDUAN. ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso KOMITE MUTU & KESELAMATAN PASIEN
PANDUAN ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso KOMITE MUTU & KESELAMATAN PASIEN RSU Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO Panduan Root Cause Analysis (RCA) Komite Mutu & Keselamatan Pasien (KMKP)
Lebih terperinciPelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang Fakta Error is human : kesalahan manusiawi Setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko Kesalahan
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N
No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS
Lebih terperinciPROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO
PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.
Lebih terperinciPT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI
PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN
Lebih terperinciPOA (PLAN OF ACTION) PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG TAHUN 2013
POA (PLAN OF ACTION) PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN RESIKO PASIEN JATUH DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG TAHUN 2013 I. Pendahuluan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau yang lebih terkenal dengan
Lebih terperincidr. T. Caroline Kawinda, MARS
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT NOMOR : TENTANG PANDUAN PENCATATAN DAN PELAPORAN INDIKATOR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciARINA ALFI FAUZIA
ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
1 dari 5 DIKELUARKAN: 1. TUJUAN Untuk memastikan semua insiden yang terjadi diselidiki, tindakan perbaikan dan pencegahan telah dilaksanakan untuk setiap ketidaksesuaian, insiden (termasuk kecelakaan dan
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...
Lebih terperinciDAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA
DAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA YANG DIWAWANCARA Direktur RS TKRS 1.1 EP 1 TKRS 1.1 EP 3 TKRS 1.1 EP 1 HPK 1 EP 2 KKS 1 EP 3 KKS 2 EP 3 KKS 2.1 EP 3 KKS 2.2 EP 3 STANDAR MATERI CHECK KKS 4 EP
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Total Quality Tools Di Proses Industri Ada beberapa pakar yang memiliki pendapat tersensiri tentang TQM, salah satunya Tobin (1990) yang mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Baturaja, Penulis
KATA PENGANTAR Keselamatan pasien merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien agar lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
Lebih terperinciREKAP DOKUMEN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
REKAP PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN NO KETERANGAN Ada Tidak I ACUAN 1 Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit, Depkes, 1994 V 2 PMK 1691/2011 tentang RS V 4 Panduan Nasional Rumah Sakit (Patient
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri sekarang semakin pesat yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang mendukung penggunaan peralatan
Lebih terperinciKUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN
KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di rumah sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam kondisi darurat sehingga dituntut
Lebih terperincidapat berakibat pada keterlambatan penanganan medis terhadap pasien yang sedang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Rekam medis kertas yang
2 dapat berakibat pada keterlambatan penanganan medis terhadap pasien yang sedang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Rekam medis kertas yang digunakan dalam pelayanan medis tidak selalu mampu
Lebih terperinci(Root Cause Analysis)
PANDUAN ANALISA AKAR MASALAH (Root Cause Analysis) RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG 2015 PEMERINTAH KABUPATEN SERANG RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA SERANG JALAN RUMAH SAKIT NO. 1 SERANG 208833 TELP.(0254)LANGSUNG/SENTRAL
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO PROYEK
MANAJEMEN RISIKO PROYEK 1. D E F I N I S I R I S I K O 2. D E F I N I S I M A N A J E M E N R I S I K O 3. T O L E R A N S I T E R H A D A P R I S I K O 4. P R O S E S M A N A J E M E N R I S I K O 1 DEFINISI
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO) Dra. Siti Farida, SpFRS, Apt.
MANAJEMEN RISIKO DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO) Dra. Siti Farida, SpFRS, Apt. MANAJEMEN RISIKO Kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk di laksanakan di rumah sakit dan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK
PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak
Lebih terperinciISNANIAR BP PEMBIMBING I:
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.
Lebih terperinciA. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD
A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi
Lebih terperinciRoot Cause Analysis Pelatihan Teknis
Purpose Root Cause Analysis Pelatihan Teknis Untuk apa RCA? PROBLEM SOLVING..!! DR. Herkutanto, SpF, SH, LL.M or Eliminasi risiko ALUR MANAJEMEN RISIKO Identifikasi risiko Investigasi & Analisis risiko
Lebih terperinciTUJUAN. Sesi ini berfokus pada kegiatan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien melalui penggunaan data untuk mengelola risiko
Metode Tracer TUJUAN Sesi ini berfokus pada kegiatan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien melalui penggunaan data untuk mengelola risiko Klinis staf Dokter Perawat Apoteker Individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut
Lebih terperinciMANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha)
MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha) Tujuan Peserta mampu : 1. Menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar manajemen kasus HIV/AIDS 2. Memahami fungsi/kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA
PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA Jl. Puskesmas Kel. Cereme Taba Kec. Lubuklinggau Timur II 31625 Telp. 0733-323242 KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TABA NOMOR: / /SK/PKM-TABA/I/2016
Lebih terperinciUPT PUSKESMAS SAITNIHUTA
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS
Lebih terperinciAPK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.
APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya
Lebih terperinciPANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG
PANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG Seiring perkembangan tekologi dan tingkat pendidikan masyarakat dewasa ini yang semakin maju maka rumah sakitpun dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciLampiran 1: Struktur Organisasi Rumah Sakit Medika Permata Hijau
Lampiran 1: Struktur Organisasi Rumah Sakit Medika Permata Hijau Lampiran 2: Formulir Ringkasan Riwayat Klinik Lampiran 3: Formulir Catatan Poliklinik PEDOMAN WAWANCARA Lampiran 4: Pedoman Wawancara Daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,
Lebih terperinciSurvey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita PENDAHULUAN JCI Standard GLD 13. Hospital leadership creates and supports a culture of safety program throughout
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konstitusi World Health Organizatin (WHO) dan amandemen UUD 1945 pasal 28 menegaskan bahwa kesehatan adalah hak azasi manusia yang fundamental bagi setiap individu.
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA
ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA Boby Boy Wally 1)* dan Joko Lianto Buliali 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Teknologi
Lebih terperinciPROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017
PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciLEPASNYA GELANG IDENTIFIKASI BAYI X di RUANG M TIM : MMR UMY 2012
LEPASNYA GELANG IDENTIFIKASI BAYI X di RUANG M TIM : MMR UMY 2012 Observasi Langsung : Gelang identifikasi terlepas dalam keadaan terkunci Dokumentasi : 1. Catatan dan jadwal perawat 2. Status RM 3. SOP
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi
Lebih terperinciPanduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )
SK Direktur Nomor 036.1/DIR/RSIA-PPA/I/2015 Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP ) BAB I Pendahuluan 1. Latar belakang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
Lebih terperinciWinarni, S. Kep., Ns. MKM
Winarni, S. Kep., Ns. MKM Konsep dan prinsip Patient safety Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high profile), dalam Pelayanan RS, (2000) WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : Safety
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang akan dijabarkan satu persatu, mulai dari perumusan masalah sampai pada pengambilan kesimpulan dan pemberian
Lebih terperinciPANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN & DAMPAK (AMKD) Failure Mode,Effect and Analysis (FMEA)
PANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN & DAMPAK (AMKD) Failure Mode,Effect and Analysis (FMEA) RSU ATTUROTS AL ISLAMY SLEMAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...2 BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...3 B. TUJUAN...3
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan tentang pencapaian dan evaluasi indikator manajemen RS PKU Muhammadiyah Gamping dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN
PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN RUMAH SAKIT PGI CIKINI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA, INDONESIA 2013 RS PGI Cikini Panduan Manajemen Komplain 1 PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN A. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT HARAPAN JL. SENOPATI NO 11 MAGELANG 2016 KERANGKA ACUAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PENDAHULUAN Rumah Sakit sebagai salah
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINDAKAN PENATALAKSANAAN NEEDLE STICK INJURY DI RSUP SANGLAH DENPASAR
SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINDAKAN PENATALAKSANAAN NEEDLE STICK INJURY DI RSUP SANGLAH DENPASAR Oleh : NI LUH KOMPIANG ARIANI Nim. 1202115018 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciPENJAMINAN MUTU UNTUK UJI KUALITAS BATUBARA. : ERIAN SUTANTIO NPM : JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. SUDARYANTO, M.Sc.
PENJAMINAN MUTU UNTUK UJI KUALITAS BATUBARA NAMA : ERIAN SUTANTIO NPM : 39411210 JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI PEMBIMBING : Dr. Ir. SUDARYANTO, M.Sc. 1. Latar Belakang PENDAHULUAN Banyaknya indutri membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas layanan medik. Rumah sakit yang sudah terakreditasi pun belum
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR RSUD TUGUREJO NO NOMOR DOKUMEN NAMA DOKUMEN REV. 00
DAFTAR INDUK DOKUMEN RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH TU & HUMAS PERATURAN DIREKTUR RSUD TUGUREJO NO NOMOR DOKUMEN NAMA DOKUMEN REV. 00 1 No. 1 Tahun 2013 Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit RSUD Tugurejo
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di Rumah Sakit dapat dinilai dari berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pengendalian infeksi
Lebih terperinciKESELAMATAN PASIEN MANAJEMEN RISIKO
KESELAMATAN PASIEN MANAJEMEN RISIKO Oleh : Gilang Sumiarsih Pramanik 260120150529 PROGRAM MAGISTER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG TAHUN 2016 BAB I DEFINISI A. Pendahuluan Rumah sakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Keselamatan juga merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan, sehingga dapat dikatakan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR RSUD TUGUREJO NO NOMOR DOKUMEN NAMA DOKUMEN REV. 00
DAFTAR INDUK DOKUMEN RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH TU & HUMAS PERATURAN DIREKTUR RSUD TUGUREJO NO NOMOR DOKUMEN NAMA DOKUMEN REV. 00 1 No. 1 Tahun 2013 Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit RSUD Tugurejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan sumber ingatan yang harus didokumentasikan, dipertanggungjawabkan dan dilaporkan oleh setiap tenaga
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciMeyakinkan Diagnosis Infeksi HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK INFORMAN
KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, untuk mewujudkan peningkatan
Lebih terperinciV,rr. \ qsc -u. KESELAMATAN KEzuA DAN PENANGANAN KECELAKAAN KERJA. .b4t_. _b4t_ \ QS( -/ Prepared by Checked by Approved by
_b4t_ \ QS( -/.b4t_. \ qsc -u MANUAL POSEDTJ KESELAMATAN KEzuA DAN PENANGANAN KECELAKAAN KEJA Prepared by Checked by Approved by V,rr betty eudlawati Slamet Edhy S. DenniAndri Date: 23-05-2013 Date: 27-05-2013
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR NOMOR... TAHUN 2014 T E N T A N G
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR NOMOR... TAHUN 2014 T E N T A N G PEMBENTUKAN TIM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. indikator manajemen adalah penelitian denganmetode. campuran (mix method) dengan desain explanatory sequential.
53 BAB III ETODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian tentang analisis pencapaian dan evaluasi indikator manajemen adalah penelitian denganmetode campuran (mix method) dengan desain explanatory
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan area paling kritis sebagai pintu masuk pasien rumah sakit (RS), setiap keterlambatan pelayanan dapat mengakibatkan konsekuensi
Lebih terperinciKONSEP RCA. Hanevi Djasri, dr, MARS
KONSEP RCA Hanevi Djasri, dr, MARS Root Cause Analysis Root Cause Analysis (Analisis Akar Penyebab) Proses mengenal faktor-faktor yang mendasari atau menjadi penyebab terjadinya variasi kinerja Variasi
Lebih terperinciPenetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko
- 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat pengumpulan data Pada penelitian ini, tempat pengambilan data di lakukan di Engine Maintenance PT. GMF Aeroasia. Metode pengambilan data dalam penelitian ini ada
Lebih terperinciApakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda
Apakah Anda menderita nyeri MAKOplasty pilihan tepat untuk Anda Jangan biarkan radang sendi menghambat aktivitas yang Anda cintai. Tingkatan Radang Sendi Patellofemoral compartment (atas) Medial compartment
Lebih terperinciPelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang Fakta Kesalahan manusiawi karena human is error Setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko Kesalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Andalas merupakan rumah sakit pendidikan yang menjadi persyaratan mutlak untuk pendidikan
Lebih terperinciPEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara yang miskin sumber daya. Infeksi yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciPENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI Oleh: TIM PPI RS BHAYNGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO DAFTAR ISI: Daftar isi... 2 I. Pendahuluan...3 II. Perencanaan program pengendalian infeksi berbasis Akreditasi rumah
Lebih terperinciURAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP
URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP 1. Nama Jabatan Kepala Instalasi Rawat Inap 2. Ruang Lingkup Meliputi Pelayanan Rawat Inap 3. Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Bidang Keperawatan 4. Persyaratan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinyainsiden patient safety disuatu rumah sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien pada khususnya karena sebagai pemberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23
Lebih terperinciPOKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)
POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien
Lebih terperinci