HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN NILAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN NILAM"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) DENGAN PRODUKSI TANAMAN PER RUMPUN DAN KERAPATAN SEL MINYAK UNTUK MENDAPATKAN VARIETAS UNGGUL EVI SAPTRIYAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRAK EVI SAPTRIYAWATI. Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul. Dibimbing oleh HILDA AKMAL dan CHEPPY SYUKUR. Indonesia merupakan negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik di dunia, terutama minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam (Pogostemon spp.) yang kaya akan kandungan patchouli oil. Untuk mendapatkan varietas tanaman nilam yang unggul diperlukan analisis untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak, sehingga seleksi terhadap varietas unggul akan lebih efisien. Parameter yang diamati yaitu: produksi per rumpun, kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot daun per helai, kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan luas daun. Hasilnya menunjukkan bahwa parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan yang sebenarnya terhadap produksi tanaman per rumpun ialah kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai, dan luas daun. Panjang dan lebar daun memberikan pengaruh tidak langsung terhadap jumlah produksi. Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan sebenarnya terhadap kerapatan sel minyak ialah, produksi tanaman per rumpun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, dan kerapatan trikoma. Panjang daun dan kerapatan stomata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak. Kata kunci: nilam, anatomi, patchouli oil, analisis lintas ABSTRACT EVI SAPTRIYAWATI. Relations of character Morphology and Anatomy of Patchouli Plant (Pogostemon spp.) with Plant Production per Clumb and Oil Cells Density to Get Best Variety. Under supervised by HILDA AKMAL and CHEPPY SYUKUR. Indonesia is an essential oil exporting country with the best quality in the world, especially essential oils derived from plants of patchouli (Pogostemon spp.), which is rich in content of patchouli oil. To get the patchouli plant varieties superior is required analysis to see the effect of direct and indirect quantitative properties of patchouli plant to production plant per clumb and the oil cells density, so the selection of varieties will be more efficient. Parameters were observed are: the plant production per clump, the oil cells density, plant height, stem diameter, leaf length, leaf width, number of leaves per clump, number of branches per plant, number of branches per plant, weight of leaf per blade, trichome density, stomatal density and leaf area. The results showed that the parameters which have direct effect and showed the actual relationship of plant production per clump are the oil cells density, plant height, stem diameter, number of leaves per clump, number of branches per plant, weight of leaves per strand, and leaf area. The length and width of leaves gave the indirect effect on the amount of production. Parameters that directly influence and showed the actual relations of the cell density of oil are, the plant production per clumb, leaf width, number of leaves per clump, and the trichome density. Leaf length and stomatal density provided indirect effect on the oil cells density. Key words: patchouli, anatomy, patchouli oil, path analysis

3 HUBUNGAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANATOMI TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) DENGAN PRODUKSI TANAMAN PER RUMPUN DAN KERAPATAN SEL MINYAK UNTUK MENDAPATKAN VARIETAS UNGGUL EVI SAPTRIYAWATI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

4 Judul Skripsi : Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul Nama : Evi Saptriyawati NIM : G Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hilda Akmal Drs. Cheppy Syukur NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Biologi Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. NIP Tanggal Lulus :

5 PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa, atas rahmat dan inayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Karakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Nilam (Pogostemon spp.) dengan Produksi Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Sel Minyak untuk Mendapatkan Varietas Unggul. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan September 2010 di Kebun Percobaan Manoko Balittro, Lembang, Bandung dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Hilda Akmal selaku pembimbing I, Drs. Cheppy Syukur selaku Pembimbing II, Bapak Dedi, rekan-rekan kerja di perkebunan Manoko, dan staf Laboratorium Anatomi Tumbuhan, yang telah mendampingi dan membimbing penulis. Rasa terima kasih yang besar juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya. Terima kasih juga untuk teman-teman Biologi Nunuz, Aida, Tyas, Mita, Mala, Allia, dan kak Goto yang telah membantu dan memberikan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Agustus 2011 Evi Saptriyawati

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Matang Glumpang Dua, Aceh Utara pada tanggal 3 Desember 1987 dari Ayah Wahidin dan Ibu Yusmaini. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Tahun 1993 penulis lulus TK Aisyiah Banda Aceh, tahun 1999 lulus Sekolah Dasar Negeri 7 Banda Aceh, dan dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Banda Aceh sampai tahun Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2005 di SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Unsyiah (USMU). Tahun 2006 penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Nanggroe Aceh Darussalam. Selama perkuliahan penulis menjadi anggota Palang Merah Remaja UKM IPB, koordinator kepanitiaan IEE (International Education Expo), Ketua Kohati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bogor, aktif di kepanitiaan Organisasi Mahasiswa Daerah Aceh, dan menjadi bendahara Rohis kelas. Penulis juga mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-P). Kegiatan praktik lapangan penulis lakukan pada tahun 2009 dengan judul Konservasi Plasma Nutfah Tanaman Obat di Kebun Percobaan Cicurug Balittro.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN Latar Belakang..1 Tujuan..1 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat...2 Bahan Tanaman...2 Pengambilan Sampel...2 Pengamatan Struktur Morfogi Tanaman.2 Pengamatan Struktur Anatomi Daun...2 Analisis Lintas.2 HASIL Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman..3 Pengamatan Struktur Anatomi Daun...4 Pengamatan Sel Minyak..4 Pengamatan Trikoma...4 Pengamatan Stomata 5 Analisis Lintas.5 Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun.5 Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak. 5 PEMBAHASAN Pengamatan Struktur Morfogi Tanaman.8 Pengamatan Struktur Anatomi Daun...8 Pengamatan Sel Minyak..8 Pengamatan Trikoma...9 Pengamatan Stomata 9 Analisis Lintas.9 Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun.9 Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak...10 SIMPULAN..10 SARAN.11 DAFTAR PUSTAKA...11 LAMPIRAN.12

8 viii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. 3 2 Permukaan atas daun nilam Jawa Sel minyak daun nilam Aceh sayatan paradermal..4 4 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan transversal: (a) sel minyak, (b) sel palisade, (c) sel parenkima bunga karang Sel minyak daun nilam Jawa sayatan paradermal.4 6 Trikoma golongan glandular (a) dan golongan nonglandular (b) pada daun nilam Aceh.4 7 Trikoma golongan nonglandular pada daun nilam Jawa Stomata daun nilam: (a) porus, (b) sel tetangga, dan (c) sel penutup menggunakan pewarna safranin Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak 7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam.13 2 Matriks korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak...16

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dengan segala output yang dihasilkan merupakan sektor yang cukup tangguh dibandingkan sektor lainnya. Hal tersebut telah teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara, salah satunya adalah produk pertanian dalam bentuk minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan output tanaman tradisional dalam industri kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian, farmasi, kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industri lainnya. Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional, sekitar sembilan sampai dua belas macam jenis minyak atsiri disuplai dari Indonesia, sehingga Indonesia menjadi negara produsen terbesar yang cukup diandalkan dan menjadi pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik mencapai 90% dari kebutuhan total minyak nilam dunia. Jumlah produksi nilam Aceh memberikan kontribusi sebesar 70% terhadap pasokan minyak nilam Indonesia sebesar 400 ton pada tahun 1995 dan mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi 275 ton (Disbun 2003). Nilam (Pogostemon spp.) termasuk famili Labiatae, ordo Lamiales, kelas Angiospermae, dan divisi Spermatophyta. Ada 40 spesies yang termasuk dalam genus Pogestemon, dari jumlah tersebut hanya tiga spesies yang dikenal sebagai tanaman nilam yaitu, Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hortensis, dan Pogostemon heyneanus. Ketiga jenis nilam tersebut dibedakan berdasarkan karakter morfologi, kandungan/kualitas minyak, dan ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik. Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting peranannya. Sebagai komoditi ekspor, nilam dibutuhkan secara kontinyu misalnya dalam industri parfum dan kosmetik. Penggunaan minyak nilam dalam industri sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi lainnya dan mencegah penguapan zat pewangi, sehingga wanginya tidak cepat hilang sekaligus membentuk aroma yang khas dalam suatu campuran (Ketaren 1985). Aroma minyak nilam sangat unik, terkesan rasa manis, hangat, dan menyengat. Aroma tetap terasa manis sekalipun seluruh minyaknya menguap (Dhalimi et al. 1998). Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu merupakan pusat penghasil nilam dengan total luas areal ha (Ditjenbun 1997). Sejak tahun 2005 sudah dilepas tiga varietas unggul nilam Aceh, yaitu varietas Tapak tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Walaupun nilam telah banyak diusahakan oleh petani nilam di Aceh dan beberapa petani di daerah lainnya di Sumatera, pengetahuan tentang adanya korelasi antara sifat-sifat tanaman merupakan hal yang sangat berharga dan dapat digunakan sebagai dasar program seleksi agar lebih efisien. Dengan analisis lintas masing-masing sifat yang berkorelasi dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Analisis lintas dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan dan hasil tanaman yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan hasil tanaman (Sinaga 2007). Oleh karena itu penelitian analisis sifat-sifat kualitas dan kuantitatif tanaman nilam terhadap jumlah produksi dan sel minyak perlu dilakukan. Tanaman nilam yang akan dianalisis berasal dari koleksi plasma nutfah nilam yang ada di Balittro menggunakan analisis sidik lintas, sehingga didapatkan varietas tanaman nilam yang unggul. Teknik yang telah dilakukan ini diharapkan dapat diterapkan pada pertanian nilam di Aceh, sehingga memudahkan para peneliti dan petani dalam mendapatkan varietas nilam yang unggul. Analisis lintas (path analysis) merupakan metode yang sering digunakan untuk mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung dari peubah, beberapa peubah sebagai penyebab terhadap peubah lain sebagai peubah efek, pertama kali dikembangkan oleh Sewall Wright (Dilton & Goldstein 1984). Metode ini merupakan analisis regresi linear dengan peubah-peubah yang dibakukan (Li 1977). Hasil analisis akan dituangkan dalam bentuk diagram lintas. Diagram lintas adalah bentuk grafik dari keseluruhan hubungan yang ada dan penyusunannya berdasarkan pengetahuan umum dan teori yang ada. Diagram lintas dengan garis berarah tunggal menunjukkan bahwa adanya pengaruh langsung antara peubah sebab dengan peubah akibat, sedangkan garis berarah dua menunjukkan korelasi antar dua peubah (Kerlinger dan Pedhazur 1973). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan langsung dan tidak langsung dari parameter yang diamati terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel

10 6 2 minyak, sehingga memudahkan dalam identifikasi varietas nilam yang unggul. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam menggunakan analisis lintas. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yaitu antara bulan Januari- September Lokasi penelitian bertempat di Kebun Percobaan Manoko Balittro, Lembang, Bandung dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Bahan Tanaman Penelitian ini menggunakan 14 aksesi tanaman nilam dengan umur tanaman 6 bulan setelah tanam yang berasal dari koleksi plasma nutfah di Kebun Percobaan Manoko Lembang. Jarak tanam antar tanaman 0.5 m dan jarak antar baris tanam 1 m dengan luas lahan tanam 0.2 hektar (2.000 m) pada ketinggian m dpl. Pengambilan Sampel Sampel daun nilam diambil langsung dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang, selanjutnya diamati di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB. Daun yang digunakan untuk mengamati kerapatan sel minyak diambil dari daun yang telah dewasa yaitu daun ke tiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening. Sampel daun tersebut disimpan dalam termos yang telah berisi campuran es batu dengan garam. Untuk pengamatan kerapatan trikoma dan stomata diambil daun yang telah dewasa yaitu daun ketiga dari pucuk, lalu dimasukkan ke dalam botol film bekas yang ditambahkan alkohol 70%. Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun per tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, bobot per helai daun, jumlah produksi per tanaman, dan menghitung luas permukaan daun nilam. Tiap pengamatan dilakukan 5 kali ulangan. Alat yang digunakan pada pengamatan ini adalah penggaris, jangka sorong, dan neraca timbang. Untuk menghitung luas daun digunakan rumus, Luas daun = (luas kertas x bobot daun duplikat) : bobot kertas utuh (Sitompul & Guritno 1995). Pengamatan Struktur Anatomi Daun Struktur anatomi daun diamati melalui sayatan paradermal. Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan sel minyak dibuat dengan cara sebagai berikut: daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Selanjutnya lapisan epidermis diletakkan di atas gelas obyek dan ditetesi larutan Sudan III, kemudian ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951). Sediaan mikroskopis pengamatan kerapatan trikoma dan stomata dibuat dengan cara sebagai berikut: Daun yang telah direndam dalam alkohol 70%, dicuci dengan air dan direndam dalam nitrat 30% selama 5 sampai 10 menit. Selanjutnya daun dikerik dengan pisau silet untuk mendapatkan lapisan epidermis. Lapisan epidermis yang diperoleh direndam dalam larutan kloroks sampai lapisan terlihat benar-benar transparan. Kemudian dibilas dengan air sebanyak dua kali. Selanjutnya lapisan epidermis diwarnai dengan safranin 0,5% selama 5 sampai 10 menit, lalu dibilas dengan air keran. Kemudian diletakkan di atas gelas obyek yang telah diberi larutan gliserin 30% dan ditutup dengan gelas penutup (Sass 1951). Dilakukan tiga ulangan terhadap 14 aksesi daun nilam, dengan bagian pengamatan adaksial dan abaksial daun. Tiap preparat diamati 5 bidang pandang. Parameter yang diamati yaitu kerapatan trikoma, kerapatan stomata, dan kerapatan sel minyak. Kerapatan trikoma dapat dinyatakan dengan jumlah trikoma/mm 2, kerapatan stomata dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2, dan kerapatan sel minyak dapat dinyatakan dengan jumlah sel minyak/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400x. Analisis Lintas Data hasil pengamatan karakter morfologi dan anatomi (Lampiran 1) dilakukan analisis lintas (Path analysis) dengan metode matriks analisis koefisien lintas (Path coefficient analysis). Untuk mengetahui korelasi antara parameter yang diamati digunakan metode analisis regresi berganda, yang disajikan dalam bentuk matriks korelasi. Program yang digunakan ialah Microsoft Excel Hasil analisis lintas ditampilkan dalam bentuk diagram lintas. Menurut Sighn dan Chaudhary (1979) untuk menarik kesimpulan dari koefisien

11 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan yang sebenarnya dan seleksi langsung melalui peubah tersebut akan efektif. 2. Apabila koefisien korelasi positif tetapi koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) negatif maka pengaruh tidak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut dan untuk seleksi yang diperhatikan adalah pengaruh tidak langsungnya. 3. Apabila koefisien korelasi negatif dan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) positif atau tinggi maka diusahakan memperkecil pengaruh tidak langsung untuk memperoleh pengaruh langsung. cablin Benth), nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth), dan nilam hasil kultur jaringan. Nilam Aceh (Gambar 1) memiliki bentuk daun bulat (orbicularis) sampai bulat telur (ovatus), duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus), pertulangan daun menyirip dan bercabang-cabang, bagian ujung daun runcing (acutus), pangkal daun tumpul (obtusus), bagian tepi daun bergerigi (serratus) sampai bergerigi ganda, bagian sinus agak dalam,memiliki bagian angulus yang tumpul, dan tangkai daunnya panjang. Tinggi tanaman lebih pendek dari nilam Jawa, rata-rata cm. HASIL Berdasarkan pengamatan morfologi dan anatomi terhadap empat belas aksesi tanaman nilam (Lampiran 1), menunjukkan bahwa tanaman aksesi Girilaya lebih tinggi dari aksesi lainnya mencapai cm. Batang dengan diameter terbesar dijumpai pada aksesi Kuningan dengan diameter cm. Daun yang paling panjang dijumpai pada aksesi Girilaya mencapai 6.50 cm, daun terlebar dimiliki oleh aksesi Aceh 3 mencapai 2.56 cm, dan jumlah daun terbanyak dijumpai pada aksesi Aceh 3 sebesar daun per rumpun. Aksesi Aceh merah memiliki jumlah cabang per tanaman terbesar sebesar 18.67, sedangkan jumlah ranting per tanaman terbesar dimiliki oleh aksesi Aceh 8 sebesar Bobot daun per helai terbesar dimiliki oleh Aceh 3 sebesar 0.86 g, produksi tanaman per rumpun terbanyak dimiliki oleh aksesi Aceh 3 sebesar g, sedangkan daun terluas dimiliki oleh aksesi Girilaya sebesar cm. Nilai kerapatan sel minyak dan trikoma paling tinggi dimiliki oleh aksesi Aceh 3 yaitu sebesar sel minyak/mm 2 dan trikoma/mm 2. Kerapatan stomata tertinggi dimiliki oleh aksesi kultur jaringan sebesar stomata/mm 2. Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Empat belas aksesi tanaman nilam yang diamati merupakan nilam Aceh (Pogostemon Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. Nilam Jawa (Gambar 2) memiliki bentuk dan bulat telur atau lonjong, lebih ramping dari nilam Aceh. Bagian ujung daun meruncing (acuminatus), bagian tepi daun bergerigi sampai bergerigi ganda dengan sinus yang dalam dan angulus yang runcing. Duduk

12 46 daun bersilang, warna daun hijau sampai hijau keunguan, permukaan daun berbulu dan kasar, bagian tangkai daun pendek, pertulangan daun menyirip dan bercabang, dan memiliki ukuran tanaman yang lebih tinggi dari nilam Aceh dengan tinggi rata-rata 85 cm. Pengamatan Struktur Anatomi Daun Pengamatan Sel Minyak. Hasil pengamatan sel minyak pada daun nilam Aceh sayatan paradermal (Gambar 3) dan sebagai pembanding pada sayatan transversal (Gambar 4) didapatkan sel minyak berbentuk bulat, dengan warna kuning kemerahan, sampai kuning mengkilat. Sel minyak pada daun nilam Jawa (Gambar 5) berbentuk seperti kapsul dengan warna kuning kecoklatan. Gambar 5 Sel minyak daun nilam Jawa sayatan paradermal. Pengamatan Trikoma. Trikoma tanaman nilam termasuk dalam golongan glandular (berkelenjar) (Gambar 6.a) dan golongan nonglandular (tidak berkelenjar) (Gambar 6.b). Gambar 3 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan paradermal. (a) Gambar 4 Sel minyak daun nilam Aceh sayatan transversal: (a) sel minyak, (b) sel palisade, (c) sel parenkima bunga karang. (b) Gambar 6 Trikoma golongan glandular (a) dan golongan nonglandular (b) pada daun nilam Aceh.

13 56 Korelasi positif dan nyata terlihat antara produksi tanaman per rumpun (Y1) dengan tinggi tanaman (X1), panjang daun (X3), lebar daun (X4), jumlah daun per rumpun (X5), jumlah cabang per tanaman (X6), jumlah ranting per tanaman (X7), bobot daun per helai (X8), dan luas daun (X11) dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sebesar 0.87, 0.66, 0.80, 0.94, 0.78, 0.70, 0.72, dan Korelasi positif dan nyata juga terlihat antara kerapatan sel minyak (Y2) dengan bobot daun per helai (X8) dan kerapatan trikoma (X9) dengan nilai koefisien korelasi berturut-turut 0.62 dan Gambar 7 Trikoma golongan nonglandular pada daun nilam Jawa. Pengamatan Stomata. Tanaman nilam memiliki stomata yang bertipe anisositik (Gambar 8). Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak. Diameter batang (X2), panjang daun (X3), jumlah cabang per tanaman (X6), jumlah ranting per tanaman (X7) dan kerapatan stomata (X10) juga menunjukkan korelasi negatif terhadap sel minyak. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai dari parameter-parameter tersebut akan menurunkan jumlah sel minyak. Oleh karenanya parameter-parameter tersebut tidak dapat digunakan untuk menduga kerapatan sel minyak pada tanaman nilam. Gambar 8 Stomata daun nilam: (a) porus, (b) sel tetangga, dan (c) sel penutup menggunakan pewarna safranin. Analisis Lintas Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman Per Rumpun. Hubungan antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam (X) terhadap produksi tanaman per rumpun (Y1) (Gambar 9) dan kerapatan sel minyak (Y2) (Gambar 10), dapat dihitung korelasi matriksnya seperti terlihat pada Lampiran 2. Dari matriks korelasi beberapa parameter menunjukkan adanya hubungan yang erat satu sama lain. Terdapat korelasi positif dan korelasi negatif antara parameter yang diamati dengan produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak.

14 116 7 Tinggi Tanaman (X1) 0, Diameter Batang (X2) 0, Panjang Daun (X3) -0,07877 Lebar Daun (X4) Jumlah Daun per Rumpun (X5) Jumlah Cabang per Tanaman (X6) Jumlah Ranting per Tanaman (X7) -0, , , , Produksi Tanaman per Rumpun 0, Kerapatan Sel Minyak (Y2) Bobot Daun per Helai (X8) 0,1115 Kerapatan Trikoma (X9) -0,00855 Kerapatan Stomata (X10) 0, Luas Daun (X11) Gambar 9 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun.

15 Tinggi Tanaman (X1) Diameter Batang (X2) -0,21816 Panjang Daun (X3) -0,55755 Lebar Daun (X4) 0, , Produksi Tanaman per Rumpun (Y1) Jumlah Daun per Rumpun 0, , Jumlah Cabang per Tanaman (X6) -0,18075 Kerapatan Sel Minyak (Y2) Jumlah Ranting per Tanaman (X7) -1, ,76775 Bobot Daun per Helai (X8) 0, Kerapatan Trikoma (X9) 0, Kerapatan Stomata (X10) -0,90951 Luas Daun (X11) Gambar 10 Diagram lintas sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak.

16 PEMBAHASAN Pengamatan Struktur Morfologi Tanaman Tanaman nilam merupakan tumbuhan semak dengan tinggi antara meter, berakar serabut, berbatang lunak, dan berbuku-buku. Bagian buku menggembung di bagian ujung ruas dan berair. Di alam bebas tanaman nilam tumbuh merambat tidak beraturan dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun pada kebun pertumbuhannya tegak ke atas dan merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Haryudin 2001). Terdapat perbedaan antara nilam Aceh dan nilam Jawa yang diamati. Daun nilam Aceh berwarna hijau tua, memiliki susunan daun yang tidak lengkap, karena daun terdiri atas tangkai dan helaian daun saja yang disebut daun bertangkai (Tjitrosoepomo 2007). Duduk daun bersilang, warna daun hijau, permukaan daun halus dan berbulu lembut (villosus). Bulu-bulu pada daun tidak menempel pada permukaan tapi lebih tegak dan menyebabkan warna daun nilam Aceh lebih pucat (Syukur dan Nuryani 1998). Pada nilam Aceh aksesi Tapak Tuan memiliki beberapa karakter yang berbeda yaitu duduk daun berhadapan, permukaan daun bergelombang dan berbulu, pinggir daun bergerigi ganda atau rangkap (biserratus) dengan sinus pendek dan angulus bergerigi tumpul, bagian pangkal daun rompang atau rata (truncatus) dengan ujung daun tumpul (Haryudin 2001). Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi berkisar antara 2.5-5% (Mangun 2008). Nilam Jawa memiliki bentuk daun bulat telur atau lonjong, melebar di bagian tengah. Bagian ujung daun meruncing (acuminatus), sama seperti bagian ujung daun yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya lebih tinggi, sehingga bagian ujung daun terlihat sempit panjang dan runcing (Tjitrosoepomo 2007). Warna daun hijau sampai hijau keunguan. Menurut Syukur dan Nuryani (1998) nilam Jawa memiliki permukaan daun yang kasar dan tidak berbulu, sedangkan permukaan nilam Aceh halus dan berbulu. Daun nilam Jawa lebih tipis, ujungnya lebih meruncing. Aroma daun nilam Aceh lebih harum dibandingkan aroma daun nilam Jawa. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah kenyataan bahwa nilam Aceh tidak berbunga sedangkan nilam Jawa berbunga. Bunga tanaman nilam merupakan bunga majemuk (inflorescentia), ibu tangkai bunga (pedunculus), tangkai bunga (pedicellus) dan kelopak bunga berwarna hijau keunguan. Tangkai bunga nilam termasuk dichasial, karena dari tangkai keluar dua cabang yang berhadapan, dijumpai pada tumbuhan dengan bunga berbibir (family Labiatae) (Tjitrosoepomo 2007). Bunga tanaman nilam berwarna putih (Santoso 2007). Pengamatan Struktur Anatomi Daun Pengamatan Sel Minyak. Pengamatan anatomi sel minyak dilakukan melalui sayatan paradermal daun (Gambar 3) dan untuk pembanding dilakukan sayatan transversal (Gambar 4). Secara anatomi keempat belas aksesi tanaman nilam yang diamati, sel minyak daun nilam Aceh berwarna kuning kemerahan sampai kuning mengkilat dengan bentuk bulat, sel minyak daun nilam Jawa berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk seperti kapsul. Sumber minyak atsiri pada umumnya dihasilkan dari bagian tanaman berupa daun, bunga, biji, kulit buah, dan akar ataupun rhizoma. Pada tanaman nilam selain dihasilkan dari bagian daun minyak atsiri juga diproses di kelenjar minyak (sel minyak) melalui proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena adanya berbagai senyawa kimia dengan adanya air (Ketaren 1985). Sel minyak tanaman nilam sangat berperan penting dalam menghasilkan minyak atisiri. Sel minyak terletak di antara sel palisade dan parenkima bunga karang. Jumlah sel minyak lebih banyak ditemukan pada bagian sel palisade karena sel ini terletak dekat permukaan epidermis atas daun yang lebih banyak mendapatkan sinar matahari sehingga pembentukan sel minyak dari hasil metabolisme lebih sempurna (Haryudin et al. 2002). Namun, pada penelitian ini sel minyak juga dapat ditemukan pada bagian epidermis daun. Menurut Tjondronegoro et al. (1997) hasil pengamatan struktur anatomi terhadap sediaan irisan daun tanaman nilam dalam kultur menunjukkan di antara sel-sel epidermis terdapat kelenjar-kelenjar minyak. Sel minyak ini juga dapat ditemukan sebagai bagian trikoma. Pada permukaan atas jaringan epidermis daun banyak terdapat trikoma dengan bentuk khusus yang merupakan modifikasi sel-sel epidermis yang

17 diduga menjadi tempat akumulasi minyak atsiri (Tjondronegoro et al. 1997). Pengamatan Trikoma. Trikoma yang berasal dari sel-sel epidermis, terdiri atas sel tunggal atau banyak sel yang memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Di antara peran tersebut adalah untuk mengurangi penguapan (apabila terdapat pada bagian epidermis daun), meneruskan rangsang, mengurangi gangguan hewan, membantu penyebaran biji, membantu penyerbukan bunga, dan menyerap air serta garam-garam mineral dari dalam tanah (Nugroho et al. 2006). Tipe trikoma pada tanaman nilam termasuk ke dalam golongan glandular (berkelenjar) dan non glandular (tidak berkelenjar). Umumnya bentuk trikoma tanaman nilam seperti duri dan runcing pada bagian ujungnya, terdiri atas dua sel atau lebih. Trikoma nilam Aceh memiliki ukuran yang lebih pendek dari nilam Jawa. Bentuk trikoma nilam Jawa lebih ramping dan lebih panjang dari nilam Aceh, rata-rata memiliki trikoma yang lebih dari 2 sel. Trikoma banyak terdapat pada semua bagian tanaman nilam kecuali pada akar. Pada bagian daun dan batang nilam banyak terdapat trikoma, sedangkan pada daun dan batang yang tua sebagian besar trikomanya sudah gugur. Pengamatan Stomata. Stomata merupakan lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya yang disebut sel tetangga (Nugroho et al. 2006). Stomata pada tanaman nilam Aceh dan Jawa yang diamati bertipe anisositik. Bentuk sel penutup seperti ginjal. Stomata tipe anisositik (Cruciferous) dikelilingi oleh tiga sel tetangga yang tidak diperhatikan dalam seleksi. Pengaruh tidak langsung diusahakan agar lebih besar sehingga diperoleh pengaruh langsung yang lebih besar pula, karena parameter seperti jumlah cabang, jumlah daun per rumpun, dan bobot daun per helai sangat menentukan jumlah produksi. Kerapatan stomata memberikan nilai koefisien lintas dan koefisien korelasi yang kecil dan negatif, sehingga penggunaan parameter stomata sebagai kriteria seleksi dapat dianggap tidak penting. Di antara semua parameter pengaruh total jumlah daun per rumpun dan sama ukurannya. Fungsi utama stomata adalah sebagai alat transpirasi, respirasi, dan sebagai alat penghubung udara. Analisis Lintas Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Produksi Tanaman per Rumpun. Parameter kerapatan trikoma (X9) dan kerapatan stomata (X10) berkorelasi negatif terhadap produksi tanaman per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai dari parameter-parameter tersebut akan menurunkan produksi tanaman per rumpun. Dengan demikian pada tanaman nilam parameter tersebut tidak dapat digunakan untuk menduga nilai produksi tanaman per rumpun. Berdasarkan analisis lintas dapat dilihat bahwa seluruh parameter yang diamati pada tanaman nilam ada yang memiliki pengaruh langsung dan ada pula pengaruh tidak langsung terhadap produksi tanaman per rumpun (Y1). Ada yang bernilai positif dan ada juga yang bernilai negatif. Untuk nilai pengaruh langsung dan tidak langsung sifatsifat kuantitatif terhadap produksi tanaman per rumpun terdapat pada lampiran 5. Parameter utama yang berpengaruh besar secara langsung dan bernilai positif terhadap produksi tanaman per rumpun adalah kerapatan sel minyak, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai, dan luas daun dengan nilai koefisien lintas berturut-turut 0.12, 0.14, 0.13, 0.29, 0.21, 0.32, dan Ketujuh parameter ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat terhadap produksi dan dapat digunakan sebagai kriteria seleksi. Pengaruh langsung tinggi tanaman ditiadakan oleh pengaruh tidak langsung jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, bobot daun per helai dan luas daun. Olek karena itu parameter yang memberikan pengaruh tidak langsung tersebut perlu luas daun paling besar yaitu sebesar 0.94 dan Di antara semua parameter di atas, yang memberikan pengaruh nyata terhadap produksi tanaman per rumpun adalah parameter tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah cabang per tanaman, jumlah ranting per tanaman, dan luas daun. Dari hasil analisis lintas ini terlihat jelas bahwa jika tanaman semakin tinggi, maka jumlah cabang dan jumlah ranting pun semakin banyak, sehingga jumlah daun per rumpun yang dihasilkan juga akan semakin

18 bertambah. Pemanenan pada tanaman nilam biasanya dilakukan dengan memangkas tanaman (cabang dan daun) setinggi 20 cm dari permukaan tanah (Nuryani & Sutjihno 1994). Analisis Sifat-Sifat Kuantitatif terhadap Kerapatan Sel Minyak. Berdasarkan analisis lintas semua parameter memiliki hubungan yang langsung dan tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak (Y2). Ada yang bernilai positif dan ada yang bernilai negatif. Nilai pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif terhadap kerapatan sel minyak terdapat pada lampiran 6. Parameter utama yang memberi pengaruh langsung yang besar terhadap kerapatan sel minyak adalah produksi tanaman per rumpun, lebar daun, jumlah daun per rumpun, dan kerapatan trikoma. Keempat parameter ini memiliki nilai koefisien korelasi positif dan koefisien lintas positif, sehingga korelasi menunjukkan hubungan yang sebenarnya dan dapat digunakan sebagai kriteria seleksi. Diameter batang, jumlah cabang per tanaman, dan jumlah ranting per tanaman memiliki nilai koefisien lintas dan koefisien korelasi yang kecil dan negatif sehingga dapat dianggap tidak penting sebagai kriteria seleksi. Parameter pengaruh langsung tinggi tanaman (-0.22), bobot daun per helai (0.46), dan luas daun (-0.91) ditiadakan oleh pengaruh tidak langsung produksi tanaman per rumpun dengan nilai pengaruh tidak langsung masing-masing 1.95, 1.62, dan Oleh sebab itu pengaruh tidak langsung berupa produksi per rumpun sangat penting diperhatikan karena dalam seleksi langsung terhadap parameter tersebut akan sangat efektif. Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa apabila lebar daun, jumlah daun per rumpun, serta produksi tanaman per rumpun meningkat, maka kerapatan sel minyak akan meningkat sehingga produktivitas minyak yang dihasilkanpun akan lebih tinggi. Secara teori, sel-sel minyak banyak terdapat dalam daun dibandingkan dengan bagian lain tanaman (Guenther 1952), sehingga lebar daun, jumlah daun, dan produksi tanaman per rumpun, merupakan faktor penentu produksi minyak. Demikian pula dengan kerapatan trikoma, makin rapat trikoma maka akan menyebabkan meningkatnya produksi minyak. Di antara semua parameter yang memberikan pengaruh langsung tersebut hanya kerapatan trikoma saja (X9) yang berpengaruh nyata terhadap kerapatan sel minyak, dengan p-value sebesar Banyaknya kelenjar trikoma mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi total sesquiterpen (total senyawa-senyawa komponen minyak nilam). Artinya, semakin banyak kelenjar trikoma atau rambut pada permukaan tanaman nilam khususnya pada daun, maka kandungan minyaknya akan tinggi (Henderson et al ). Trikoma juga merupakan bentuk adaptasi struktural tumbuhan terhadap kekeringan, berfungsi juga sebagai pelindung fisik dan reflektor cahaya. Oleh sebab itu terdapat hubungan positif antara jumlah trikoma dan kadar minyak ( Wiroatmodjo et al. 1990). Panjang daun dan kerapatan stomata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap sel minyak. Tidak ada hubungan antara panjang daun dengan jumlah trikoma (Guslaeni 2002). Parameter bobot daun per helai dan kerapatan trikoma memberikan pengaruh total yang besar yaitu 0.62 dan SIMPULAN Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan yang sebenarnya terhadap produksi tanaman nilam (Pogostemon spp.) per rumpun ialah kerapatan sel minyak (0.12), diameter batang (0.13), tinggi tanaman (0.14), jumlah daun per rumpun (0.29), jumlah cabang per tanaman (0.21), bobot daun per helai (0.32), dan luas daun (0.32). Panjang daun (-0.08) dan lebar daun (-0.20) memberikan pengaruh tidak langsung terhadap jumlah produksi tanaman per rumpun, namun parameter tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar pula sehingga perlu dipertimbangkan sebagai kriteria seleksi dalam mendapatkan varietas unggul. Parameter yang berpengaruh langsung dan menunjukkan hubungan sebenarnya terhadap kerapatan sel minyak ialah produksi tanaman per rumpun (2.25), lebar daun (0.61), jumlah daun per rumpun (0.37), dan kerapatan trikoma (0.46). Panjang daun (0.31) dan kerapatan stomata (0.40) memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kerapatan sel minyak.

19 SARAN Analisis lintas untuk melihat hubungan langsung dan tidak langsung tanaman nilam berdasarkan parameter lainnya seperti keragaman genetik terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak perlu dilakukan agar didapatkan identifikasi varietas unggul yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Boediono DR, Koster DR. IR. Wayan M.M Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dhalimi A, Anggraeni, Hobir Sejarah dan Perkembangan Budidaya Nilam di Indonesia. Di dalam: Monograf Nilam, Volume ke-5. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Dillon WR, Goldstein M Multivariate Analysis Methods and Application. New York : John wiley and Sons Inc. Disbun Data Hasil Produksi Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam 10 Tahun. Banda Aceh: Dinas Perkebunan Provinsi NAD. Ditjenbun Nilam (Patchouli) Statistik Perkebunan Indonesia Jakarta: Dep. Pertanian Ditjen. Perkebunan Jakarta. Guenther E The Essential oils. Edisi ke-2. Vol. III. New York: D. van Nostrad Company, Inc. Guslaeni PH Hubungan antara kerapatan trikoma dengan kadar minyak nilam [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Haryudin W Karakterisasi anatomi dan morfologi daun nilam (Pogostemon sp.) hasil fusi protoplas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor. Haryudin W, Syukur C, Nuryani Y Tingkat Kesamaan tanaman nilam hasil fusi protoplas berdasarkan morfologi dan anatomi daun. J Biol Indones 3: Henderson W, Hart JW, How P, Judge J Chemical and morphological studies on sites of sesquiterpene accumulation in Pogostemon cablin (patchouli). Phytochemistry 9: Kerlinger FN, Pedhazur EJ Multiple Regression in Behavioral Research. New York: Holt Rinehart and Winston. Ketaren S Minyak Atsiri. Bogor: Teknologi Industri Pertanian, FATETA, Institut Pertanian Bogor. Ketaren S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka. Li CC The Concept of Path Analysis a Primer. California : The Boxwood Press. Mangun HMS Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya. Nugroho H, Purnomo MS, Sumardi I Struktur dan perkembangan tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya Nuryani Y, Sutjihno Hubungan berbagai karakter morfologi dengan produksi dan kadar minyak nilam. Buletin Littro 9: Santoso HB Seri Budi Daya Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Kanisius. Sass JE Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press. Sinaga B Analisis korelasi dan sidik lintas pada tanaman jarak pagar. [terhubung berkala] nediktus.htm [30 Desember 2009]. Sighn RK, Chaundhary BD Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. New Delhi: Kalyani Publishers. Sitompul SM, Guritno B Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Syukur C, Nuryani Y Plasma nutfah. Di dalam Anonim, editor. Monograf Nilam, Volume ke-5. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. hlm Tjitrosoepomo G Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tjondronegoro PD, Mariska I, Zamirawati Sintesis minyak atsiri pada kultur jaringan nilam. Hayati 4: Wiroatmodjo J, Utomo IH, Sulistyono E, Yani A, Martopo D Pengaruh tingkat pemberian air, pemupukan, dan kerapatan gulma Boreria alata terhadap pertumbuhan dan berat kering nilam. Bul Agron 19:25-31.

20 11 7 LAMPIRAN

21 Lampiran 1 Sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam Aksesi tinggi tanaman (cm) diameter batang (mm) panjang daun (cm) lebar daun (cm) jumlah daun per rumpun jumlah cabang per tanaman Parameter jumlah ranting per tanaman bobot daun per helai (g) produksi per a rumpun (g) kerapatan trikoma kerapatan stomata kerapatan sel minyak luas daun (cm) Aceh Aceh Aceh Aceh Merah Cirateum Cisaroni Girilaya b Kultur Jaringan Kuningan Lhokseumawe c Meulaboh c Sidikalang Situak c Tapak Tuan Rata-rata Nilai maksimum Nilai minimum STDEV Keragaman Keterangan : a = bobot terna, b = nilam Aceh, c = varietas 13

22

23 14 Lampiran 2 Matriks korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun dan kerapatan sel minyak Sifat-sifat kuantitatif Y1 Y2 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y2 0,398 0,159 X1 0,866 0,089 0,000* 0,761 X2 0,471-0,211 0,529 0,089 0,468 0,052 X3 0,661-0,195 0,803 0,746 0,010* 0,503 0,001* 0,002* Nilai Korelasi Antara X2 dan X3, Nilai Korelasi = 0.746, p-value = X4 0,798 0,146 0,837 0,437 0,805 0,001* 0,620 0,000* 0,118 0,001* X5 0,944 0,197 0,917 0,509 0,739 0,845 0,000* 0,500 0,000* 0,063 0,003* 0,000* X6 0,779-0,005 0,723 0,510 0,714 0,837 0,882 0,001* 0,986 0,004* 0,063 0,004* 0,000* 0,000* X7 0,697-0,142 0,767 0,244 0,641 0,796 0,807 0,835 0,006* 0,628 0,001* 0,400 0,013* 0,001* 0,000* 0,000* X8 0,718 0,615 0,435 0,245 0,265 0,382 0,475 0,276 0,211 0,004* 0,019* 0,120 0,399 0,360 0,177 0,086 0,339 0,468* X9-0,315 0,547-0,563-0,735-0,783-0,392-0,493-0,469-0,406 0,106 0,273 0,043* 0,036* 0,003* 0,001* 0,165 0,073 0,090 0,149 0,718 X10-0,278-0,108-0,177 0,105 0,013-0,341-0,347-0,532-0,372 0,013-0,236 0,336 0,713 0,545 0,720 0,964 0,232 0,225 0,050 0,190 0,966 0,417 X11 0,780 0,035 0,865 0,471 0,826 0,813 0,837 0,675 0,677 0,286-0,608-0,092 0,001* 0,907 0,000* 0,089 0,000* 0,000* 0,000* 0,008* 0,008* 0,322 0,021* 0,755 Keterangan : 1. Warna hitam merupakan nilai korelasi antara dua variabel. 2. Warna merah merupakan nilai p-value dari korelasi. 3. Lambang * menunjukkan korelasi nyata pada taraf 5% (0,005).

24 Lampiran 3 Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap produksi tanaman per rumpun Karakter Peubah bebas yang dibakukan Pengaruh langsung Pengaruh tidak langsung melalui peubah Y2 X1 x2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 Kerapatan sel minyak Y Tinggi tanaman X Diameter batang X Panjang daun X Lebar daun X Jumlah daun per rumpun X Jumlah cabang per tanaman X Jumlah ranting per tanaman X Bobot daun per helai X Kerapatan trikoma X Kerapatan stomata X Luas daun X Pengaruh total 15

25 Lampiran 4 Pengaruh langsung dan tidak langsung sifat-sifat kuantitatif tanaman nilam terhadap kerapatan sel minyak Karakter Peubah bebas yang dibakukan Pengaruh langsung Pengaruh tidak langsung melalui peubah Y1 X1 x2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 Jumlah produksi Y Tinggi tanaman X Diameter batang X Panjang daun X Lebar daun X Jumlah daun per rumpun X Jumlah cabang per tanaman X Jumlah ranting per tanaman X Bobot daun per helai X Kerapatan trikoma X Kerapatan stomata X Luas daun X Pengaruh total 16

26 14

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

Karakteristik Empat Aksesi Nilam

Karakteristik Empat Aksesi Nilam Empat Aksesi Nilam Yang Nuryani Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor ABSTRACT Characterization of four accessions of patchouli was conducted to obtain the information of characteristics to

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN Wina Dyah Puspita Sari dan Herkules Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I.

KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA. Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor I. KARAKTERISTIK TANAMAN NILAM DI INDONESIA Amalia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa),

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Nilam Indonesia memiliki tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan, yaitu: nilam aceh (Pogostemon cablin), nilam jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis).

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, PRODUKSI DAN MUTU 15 AKSESI NILAM Morphological characteristics, production and quality of 15 patchouli accessions

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, PRODUKSI DAN MUTU 15 AKSESI NILAM Morphological characteristics, production and quality of 15 patchouli accessions KARAKTERISTIK MORFOLOGI, PRODUKSI DAN MUTU 15 AKSESI NILAM Morphological characteristics, production and quality of 15 patchouli accessions Wawan Haryudin dan Sri Suhesti Balai Penelitian Tanaman Rempah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN

SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN SELEKSI DUA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA TANAH SALIN SKRIPSI Oleh: RICHA SILVIA 070307013 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Kata kunci : Pogostemon cablin, plasma nutfah, morfologi, anatomi produksi, mutu minyak

Kata kunci : Pogostemon cablin, plasma nutfah, morfologi, anatomi produksi, mutu minyak Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115-126 KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI DAN PRODUKSI TERNA AKSESI NILAM ASAL ACEH DAN SUMATERA UTARA Wawan Haryudin dan Nur Maslahah Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN SKRIPSI OLEH : A. A. MAS WILLYA SAHASRI NIM : 0111005050 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, menyatakan bahwa tanaman ini adalah Pogostemon

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu Hayati, Desember 1994, hlm. 32-36 ISSN 0854-8587 Vol. 1, No. 2 Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu YOHANA C. SULISTYANINGSM, DORLY, DAN HILDA AKMAL* Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA PRAKTIKUM VI Topik : Epidermis dan Derivatnya Tujuan : Untuk mengamati bentuk-bentuk epidermis, trikoma dan stoma Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2011 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth) Oleh Agung Mahardhika, SP ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda

Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Minyak Atsiri 16 Aksesi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dipanen pada Umur yang Berbeda Growth, Yield and Quality of Essential Oils 16 Accession Patchouli (Pogostemon cablin

Lebih terperinci

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp.

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp. TRANSPIRASI TUMBUHAN Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp. - Membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan. - Mengamati jumlah stomata

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) Ganis Lukmandaru, Denny Irawati dan Sri Nugroho Marsoem Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

Wawan Haryudin dan Sri Suhesti. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor

Wawan Haryudin dan Sri Suhesti. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor KARAKTER MORFOLOGI, HASIL DAN MUTU LIMA AKSESI NILAM DI TIGA AGROEKOLOGI Morphological Characteristics, Yield and Quality of Five Patchouli Accession Numbers at Three Agroecological Zones Wawan Haryudin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan dengan cara memisahkan

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Botani Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.

Lebih terperinci

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM I. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman nilam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

Alamat korespondensi :

Alamat korespondensi : Pengaruh Jumlah Ruas Stek Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam (Pogostemon Cablin Benth) The Effect of Node Number of Cutting to The Growth of Pachoulli (Pogostemon Cablin Benth) Seedling Umi Trisnaningsih

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 316/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA I SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 316/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA I SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 316/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA I SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN \ Oleh : YULINDA DWI NARULITA 0731010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 318/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA 3 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 318/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA 3 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 318/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KENCUR VARIETAS GALESIA 3 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI TEMPE DAN RHIZOBIUM UNTUK KETERSEDIAAN HARA N DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill.) DI TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar (Arbian, 2006 :1). Di dalam kegiatan praktikum sarana dan prasarana penunjang menjadi

berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar (Arbian, 2006 :1). Di dalam kegiatan praktikum sarana dan prasarana penunjang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari seluk beluk makhluk hidup (Rifai, 2004:60). Dalam pembelajaran biologi perlu diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies tanaman yang berbeda dari bentuk morfologi daunnya ataupun buahnya. Tanaman dari genus Cucumis ini

Lebih terperinci