BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh. tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya."

Transkripsi

1 5 BAB TIJAUA PUSTAKA.1 Daya Dkng Tanah Pasir Kapasitas dkng menyatakan tahanan geser tanah ntk melawan penrnan akibat pembebanan, yait tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. Peranangan pondasi hars mempertimbangkan adanya kernthan geser dan penrnan yang berlebihan. Untk it perl dipenhi da kriteria, yait kriteria stabilitias dan kriteria penrnan. Analisis-analisis kapasitas dkng, dilakkan dengan ara pendekatan ntk memdahkan hitngan. Persamaan-persamaan yang dibat, dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentk bidang geser yang terjadi saat kernthan. Analisisnya dilakkan dengan menggangap bahwa tanah berkelakan sebagai bahan yang bersifat plastis. Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Prandtl (191), yang kemdian dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1955), De Beer dan Vesi (1958), dan lain-lainnya..1.1 Analisis Terzaghi Terzaghi (1934) melakkan analisis kapasitas dkng tanah dengan beberapa asmsi, sebagai berikt: - Pondasi berbentk memanjang tak terhingga. - Tanah di bawah dasar pondasi homogen.

2 6 - Berat tanah di atas dasar pondasi digantikan dengan beban terbagi rata sebesar po = D f, dengan D f adalah kedalaman dasar pondasi dan adalah berat volme tanah di atas dasar pondasi. - Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan. - Dasar pondasi kasar. - Bidang kernthan terdiri dari lengkng spiral logaritmis dan linier. - Baji tanah yang terbentk di dasar pondasi dalam keddkan elastis dan bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi. - Perteman antara sisi baji dan dasar pondasi membentk sdt sebesar sdt geser dalam tanah ϕ. Kapasitas dkng ltimit ( ) didefinisikan sebagai beban maksimm per satan las di mana tanah masih dapat mendkng beban tanpa mengalami kernthan. Bila dinyatakan dalam persamaan, maka: dengan: P = (.1) A = kapasitas dkng ltimit A = las pondasi P = beban ltimit Untk analisis kapasitas dkng tanah, ditinja sat pondasi berbentk memanjang tak terhingga, dengan lebar B yang terletak diatas tanah yang homogen dan dibebani dengan beban terbagi rata (Gambar.1 (a)). Beban total pondasi per satan panjang adalah P = B. Karena pengarh beban P tersebt, pada tanah tepat di bawah pondasi akan terbentk sebah baji yang

3 7 menekan tanah ke bawah. Gerakan baji memaksa tanah di sekitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di kanan dan kirinya dengan tiap-tiap zona terdiri dari bagian, yait bagian geser radial yang berdekatan dengan baji dan bagian geser linier yang merpakan kelanjtan dari bagian geser radial. (diktip dari : Hardiyatmo, H.C.) B Baji Geser linier Geser linier Geser radial Geser radial Gambar.1 (a) Pembebanan Pondasi dan Bentk Bidang Geser Smber : Hardiyatmo, H.C. (00). B P β = ϕ (analisis Terzaghi) H III G II A B β C I D Pp Pp Df 45 - φ ϕ ϕ III E 45 + φ Df F Gambar.1 (b) Bentk Kernthan Dalam Analisis Kapasitas Dkng Smber : Hardiyatmo, H.C. (00).

4 8 B/ H= B/ tgφ D 1/ +FKp δ=φ Gambar.1 () Distribsi Tekanan Tanah Pasif Pada Permkaan BD Smber : Hardiyatmo, H.C. (00). Dalam mengevalasi kapasitas dkng tanah, Terzaghi (1943) mengembangkan teori kernthan platis Prandtl (191). Mekanisme kernthan pondasi memanjang yang terletak pada kedalaman D f dan mempnyai dasar yang kasar, dianalisis dengan anggapan bahwa kernthan terjadi pada kondisi kernthan geser mm (gambar.1(b)). Baji tanah ABD pada zona I adalah di dalam zona elastis. Bidang-bidang AD dan BD membat sdt β terhadap horisontal. Area pada zona II merpakan zona radial, sedang zona III merpakan zona pasif Rankine. Lengkng DE dan DG dianggap sebagai lengkng spiral logaritmis, bagian EF dan GH merpakan garis lrs. Garis-garis BE, FE, AG dan HG membentk sdt ( 45 ϕ/) terhadap horisontal.

5 9 Pada kondisi kernthan geser mm, jika beban per satan las ( ) diterapkan, maka gaya tekanan pasif P p akan bekerja pada permkaan baji zona I, yait permkaan-permkaan AD dan BD. Bidang AD dan BD ini, dapat dibayangkan sebagai dinding penahan tanah yang mendorong tanah di belakangnya (dalam hal ini mendorong tanah bagian-bagian BDEF dan ADGH) sampai tanahnya mengalami kernthan. Tekanan ke bawah akibat beban pondasi P ditambah berat baji tanah pada zona I, ditahan oleh tekanan tanah pasif P p yang berkembang pada bagian AD dan BD. Tekanan tanah pasif P p ini, membat sdt δ dengan garis normal yang ditarik pada bagian AD dan BD, dengan δ adalah sdt gesek dinding. Karena gesekan pada bagian AD dan BD yang terjadi adalah antara tanah dengan tanah, maka δ = ϕ (dengan ϕ = sdt gesek dalam tanah). Untk per meter panjang pondasi, pada saat terapainya keseimbangan batas, maka : P = P os(β ϕ ) + (BD) sin β W p ( osβ) BD = B/ (.) dengan: P = tekanan pasif total yang bekerja pada bagian AD dan BD p 1 W = berat baji tanah ABD per satan panjang = B tgβ 4 = kohesi tanah β = sdt antara bidang-bidang BD dan BA.

6 10 Terzaghi mengganggap β = ϕ, sehingga os ( β ϕ) = 1. Karena bidangbidang AD dan BD membentk sdt ϕ dengan horisontal, maka arah P p vertikal. Dari nilai-nilai yang telah diperoleh. Persamaan. dapat dinyatakan dengan: P = B = Pp + Btgϕ 1 B tgϕ (.3) 4 Tekanan tanah pasif total ( P p ) adalah jmlah tekanan pasif akibat kohesi tanah, berat tanah, dan beban terbagi rata, yait: P = P + P + P (.4) p p p p dengan: P = tahanan tanah pasif dari komponen kohesi () p P = tahanan tanah pasif akibat beban terbagi rata di atas tanah dasar p pondasi P = tahanan tanah pasif akibat berat tanah. p Gambar.1 () menjelaskan masing-masing distribsi tekanan tanah pasif pada salah sat bagian AD dan BD, yang dalam hal ini diambil bagian BD. Tekanan tanah pasif yang bekerja tegak lrs arah normal ( P pn ) terhadap bidang BD adalah: H 1 K p P pn = [ K p + pok p ] + H (.5) sin α sin α Dengan H = 1 Btgϕ, α = 180 ϕ = sdt antara bidang DB dan BF serta K, K, K bertrt-trt adalah koefisien-koefisien tekanan tanah pasif p p p

7 11 akibat, beban terbagi rata dan berat tanah, yang nilainya tidak bergantng pada H dan. Gesekan yang terjadi antara tanah dengan tanah pada bidang BD megakibatkan arah tekanan tanah pasif P p miring sebesar δ. Karena δ = ϕ, maka: Ppn Ppn P p = = (.6) osδ osϕ Kombinasi dari persamaan.5 sampai persamaan.7, dapat diperoleh: P p B os ϕ 1 tgϕ [ K + p K ] + B K = p o p 8 os ϕ p (.7) Sbstitsi persamaan.8 ke persamaan.4, dapat ditentkan besarnya beban ltimit: K p K p 1 K p P = B + tgϕ + Bp + 1 o β tgϕ (.8) os ϕ os ϕ 4 os ϕ Tekanan-tekanan tanah pasif akibat kohesi ( P p ) dan beban terbagi rata ( P p ) diperoleh dengan menganggap tanah tidak mempnyai berat ata = 0. Oleh karena it, pada persamaan.4, jika berat volme tanah = 0, maka P = P + P. Dari persamaan.8, ntk = 0, dapat diperoleh: p p K p K p P p + Pp = BC + tgϕ + Bp o (.9a) os ϕ os ϕ = B + Bp (.9b) o ata ( Pp + Pp ) = po 1 + = + B (.9)

8 1 dengan dan adalah tekanan tanah pasif per satan las dari komponen kohesi dan beban terbagi rata p o. ilai-nilai dan diperoleh Terzaghi dari analisis Prandtl (190) dan Reissner (194) yang besarnya: dengan: a = tgϕ 1 (.10) os 45 + ϕ a = = tgϕ + 1 (.11) os 45 + ϕ a = e 3π ϕ tgϕ 4 Sebaliknya, jika = 0 dan = 0 persamaan.8 dapat diperoleh: Bila P p p B tgϕ 1 B 4 =, dari penyelesaian persamaan.4 dan K 1 = 1 B (.1a) os ϕ Pp dinyatakan dalam tahanan tanah pasif per satan las dari akibat berat tanah ( ), maka: dengan: Pp = = 1 B (.1b) B K p tgϕ = 1 os (.13) ϕ

9 13 Terzaghi tidak memberikan nilai-nilai { ( + )} K = 3 p tg ϕ 33 (Cernia, 1995). K p, namn seara pendekatan Sperposisi dari persamaan.9 dan persamaan.1b, yait jika pengarh-pengarh kohesi, beban terbagi rata dan berat volme tanah, sema diperhitngkan, maka akan diperoleh: + + = (.13a) Dari sini diperoleh persamaan mm kapasitas dkng Terzaghi ntk pondasi memanjang: = + po + 0, B (.14a) 5 Karena p o = D f, persamaan.14a dapat dinyatakan pla dengan: = + D + 0, B (.14b) f 5 dengan: = kapasitas dkng ltimit ntk pondasi memanjang (k/m ) = kohesi (k/m ) D f = kedalaman pondasi (m) = berat volme tanah (m) p = D = tekanan overbrden pada dasar pondasi (k/m ) o f,, = faktor kapasitas dkng Terzaghi. ilai-nilai,, adalah faktor-faktor kapasitas dkng tanah yang merpakan fngsi dari sdt gesek dalam ( ϕ ) tanah dari Terzaghi (1943). ilai-

10 14 nilai,, dalam bentk grafik, dapat dilihat pada Gambar., sedang nilai-nilai nmeriknya diberikan dalam Tabel.1. Dalam persamaan kapasitas dkng ltimit di atas, adalah beban total maksimm per satan las, ketika pondasi akan mengalami kernthan geser. Beban total terdiri dari beban-beban strktr, pelat pondasi, dan tanah rg di atasnya. Gambar. Hbngan ϕ dan,, (Terzaghi, 1943) Smber : Hardiyatmo, H.C. (00). Analisis kapasitas dkng tanah di atas berdasarkan pada kondisi kernthan geser mm dari sat bahan yang bersifat plastis, yang volme dan kat gesernya tidak berbah oleh adanya kernthan. Pada tanah-tanah yang mengalami regangan yang besar sebelm terapai kernthan geser, gerakan ke bawah dari baji tanah mngkin hanya memampatkan tanah, tanpa adanya regangan yang kp ntk menghasilkan kernthan geser mm. Kondisi kernthan semaam ini akan menimblkan kernthan geser lokal. Tidak ada analisis rasional ntk pemeahannya. Terzaghi memberikan koreksi empiris

11 15 pada faktor-faktor kapasitas dkng pada kondisi kernthan geser mm, yang dignakan ntk hitngan kapasitas dkng pada kondisi kernthan geser lokal. Caranya, selrh faktor kapasitas dkng dihitng kembali dengan menggnakan ϕ ' dan ' dengan: tgϕ'= tgϕ (.15) 3 '= (.16) 3 Persamaan mm ntk kapasitas dkng ltimit pada pondasi memanjang pada kondisi kernthan geser lokal, dinyatakan oleh: = ' + po ' + 0,5B ' (.17) 3 dengan, ', dan ' adalah faktor-faktor kapasitas dkng pada ' kernthan geser lokal (lihat gambar.1 dan Tabel.1) yang nilai-nilainya ditentkan dari,, dan pada kernthan geser mm, yait dengan mengambil: ϕ' = artg tgϕ (.18) 3

12 16 Tabel.1 ilai-nilai Faktor Kapasitas Dkng Terzaghi(Hardiyatmo, H.C. (00)) ϕ Kernthan geser mm Kernthan geser lokal ' ' ' 0 5, , ,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0, 10 9,6,7 1, 8 1,9 0,5 15 1,9 4,4,5 9,7,7 0,9 0 17,7 7,4 5 11,8 3,9 1,7 5 5,1 1,7 9,7 14,8 5,6 3, 30 37,,5 19,7 19 8,3 5,7 34 5,6 36,5 35 3,7 11, ,8 41,4 4,4 5, 1,6 10, ,7 81,3 100,4 34,9 0,5 18, ,3 97,5 51, 35,1 37, ,9 780,1 66,8 50,5 60, ,1 1153, 81,3 65,6 87,1 Ummnya jika perhitngan kapasitas dkng didasarkan pada analisisanalisis kernthan geser lokal dan kernthan penetrasi, nilai kapasitas dkng izin ( ) akan lebih ditentkan dari pertimbangan besarnya penrnan..1. Analisis Meyerhof Analisis kapasitas dkng Meyerhof (1955) menganggap sdt baji β (sdt antara bidang AD ata BD terhadap arah horisontal) tidak sama dengan ϕ, tapi β > ϕ. Akibatnya, bentk baji lebih memanjang ke bawah bila dibandingkan dengan analisis Terzaghi. Zona kernthan berkembang dari dasar pondasi, ke atas sampai menapai permkaan tanah. Jadi, tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diperhitngkan. Karena β > ϕ, nilai faktor-faktor kapasitas dkng Meyerhof lebih rendah daripada yang disarankan oleh Terzaghi. amn,

13 17 karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengarh kedalaman pondasi, kapasitas dkngnya menjadi lebih besar. Meyerhof (1963) menyarankan persamaan kapasitas dkng dengan mempertimbangkan bentk pondasi, kemiringan beban dan kat geser tanah di atas pondasinya, sebagai berikt: = s d i + s d i p + s d i 0,5β ' (.19) o dengan: = kapasitas dkng ltimit,, = faktor kapasitas dkng ntk pondasi memanjang s s, s (Gambar.3 ata Tabel.), = faktor bentk pondasi (Tabel.a) d d, d, = faktor kedalaman pondasi (Tabel.3b) i i, i, = faktor kemiringan beban (Tabel.3) β ' = lebar pondasi efektif p = D / = tekanan overbden pada dasar pondasi o f D f = kedalaman pondasi = berat volme tanah

14 18 Gambar.3 Faktor-faktor Kapasitas Dkng Meyerhof (1963) Smber : Hardiyatmo, H.C. (00). Faktor-faktor kapasitas dkng yang dislkan oleh Meyerhof (1963), adalah: ( ) tgϕ = (.0a) 1 ( ) ( π tg 45 + ϕ / e ϕ ) = tg (.0b) ( 1) tg ( 1, ) = 4ϕ (.0) ilai-nilai faktor kapasitas dkng Meyerhof ntk dasar pondasi kasar yang berbentk memanjang dan bjrsangkar ditnjkkan dalam Gambar.3 sedang Tabel. mennjkkan nilai-nilai faktor kapsitas dkng tanah ntk pondasi memanjang dari slan-slan Meyerhof (1963), dan sekaligs peneliti-peneliti yang lain seperti: Brinh Hahnsen (1961), dan Vesi (1973). Terlihat dalam gambar.3 nilai-nilai faktor kapasitas dkng pondasi bjrsangkar lebih besar daripada pondasi memanjang.

15 19 ϕ () Tabel. Faktor-faktor Kapasitas Dkng (Hardiyatmo, H.C. (00)) Meyerhof (1963) Hansen (1961) Vesi (1973)

16 0 ϕ () Meyerhof (1963) Hansen (1961) Vesi (1973) Smber : Hardiyatmo, H.C. (00).. Faktor-faktor bentk pondasi ( s s ), s,, dilihatkan dalam Tabel.a, faktorfaktor kedalaman ( d, d ) dan kemiringan beban ( i i ), d dalam Tabel.3a dan tabel.3b, i, bertrt-trt ditnjkkan Tabel.3a Faktor Bentk Pondasi Meyerhof (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor Bentk ilai s 1 0.( B/L) tg ( 45 + ϕ/) 1 0,1(B/L)tg ( 45 + ϕ/) s = s Keterangan + ntk sembarang ϕ + ntk ϕ 10 1 ntk ϕ = 0 Tabel.3b Faktor Kedalaman Pondasi Meyerhof (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor Kedalaman ilai Keterangan d 1+ 0, (D/B) tan (45 + φ/) ntk sembarang φ 1+ 0,1 (D/B) tan (45 + d =d φ/) ntk φ 10 1 ntk φ = 0

17 1 Tabel.3 Faktor-faktor Kemiringan Beban Meyerhof (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan beban ilai Keterangan i=i δ 1 ϕ ntk sembarangϕ d δ 1 ntk ϕ >10 ϕ 1 ntk ϕ =0 Catatan : δ = sdt kemiringan beban terhadap garis vertikal.1.3 Analisis Brinh Hansen Brinh Hansen (1970) menyarankan persamaan kapasitas dkng yang pada dasarnya sama dengan Terzaghi, hanya di dalam persamaannya memperhatikan pengarh-pengarh bentk pondasi, kedalaman, inklinasi beban, inklinasi dasar dan inklinasi permkaan tanah (Gambar.4). V +ß H B +ß D = 0 +a Gambar.4 Pondasi Dengan Dasar dan Permkaan Miring Untk tanah dengan ϕ > 0, Brinh hansen menyarankan persamaan kapasitas dkng ltimit: = Q = s dib g + sd ib g po + s d i b g 0,5B' B'L'

18 (.1) dengan: Q = beban vertikal ltimit (k) L ', B' = panjang dan lebar efektif pondasi (m) = berat volme tanah (k/m 3 ) = kohesi tanah (k/m ) p = D = tekanan overbrden di dasar pondasi (k/m ) o f s s, s, = faktor-faktor bentk pondasi (Tabel.4a) d d, d, = fakor-faktor kedalaman pondasi (Tabel.4b) i i, i, = faktor-faktor kemiringan beban (Tabel.4) b, = faktor-faktor kemiringan dasar (Tabel.4d) b, b g g, g, = faktor-faktor kemiringan permkaan (Tabel.4e),, = faktor-faktor kapasitas dkng Hansen (Tabel.) Pada persamaan Brinh Hansen tersebt, faktor-faktor kapasitas dkng dinyatakan oleh: ( πtgϕ) tg ( 45 + ϕ/ ) = e (.a) ( ) ϕ = 1 tg (.b) ( ) tgϕ = 1,5 1 (.) ilai-nilai faktor kapasitas dkng Brinh Hansen (1970) dapat dilihat dalam Tabel.

19 3 Tabel.4a Faktor-faktor Bentk Pondasi Hansen (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor Bentk Tegak lrs dasar pondasi Arah Beban Miring searah lebarnya (B) Miring searah panjangnya (L) s 1 + ( B' /L')( / ) 1 + ( B' /L')( / ) i B 1 + ( B' /L')( / ) i L s ' 0, ( B' /L') 0, ( B' /L') i B 0, ( B' /L') i L s ( B' /L') sinϕ ( B'i /L') sinϕ 1 + ( L'i /B') sinϕ s 1 0,4( B' /L') 0,6 B 1 0,4( B'i /L'i ) 0,6 1 0,4( L'i /B' i ) 0,6 B L L L B Tabel.4b Faktor Kedalaman Pondasi Hansen (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kedalaman ilai Keterangan Bila d 1 + 0,4( D/B) d 0,4 ( D/B) ' d ( ) ( ) 1 + D/B tgϕ 1 sinϕ d 1 ( D/B ) > 1, maka ( D/B ) diganti dengan artg ( D/B ) Tabel.4 Faktor Kemiringan Beban Hansen (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan beban ilai Keterangan i i ( 1 i ) ( 1) i ' 0,5-0,5 1- H/A' a i 5 0,5 H 1 0 V + A' a tg ϕ i 5 0,7 H 1 0 V + A' a tg ϕ Untk dasar horisontal Untk dasar miring Batasan : H a A' + V tg δ

20 4 Tabel.4d Faktor Kemiringan Dasar Pondasi Hansen (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan dasar ilai Keterangan α b b ' b b α 147 α tg ϕ e,7α tg ϕ e α = kemiringan dasar pondasi (gambar.4) Tabel.4e Faktor Kemiringan Permkaan Hansen (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan ilai Keterangan permkaan g β β = kemiringan permkaan tanah g ' (Gambar.4) g β 147 g = ( ) 5 1 0, 5 tg β α + β 90 Dalam Tabel.4, bila dasar pondasi tidak sangat kasar, maka (kohesi) diganti a (adhesi) = faktor adhesi x kohesi (). Pada Tabel-tabel.4a sampai.4e. A ' = las efektif pondasi = B 'L' L ' = L el = panjang efektif B ' = B' eb = lebar efektif e L = eksentrisitas beban terhadap psat lasan pondasi arah L e B = eksentrisitas beban terhadap psat lasan pondasi arah B D f = kedalaman pondasi a = faktor adhesi x = adhesi antara tanah dan dasar pondasi

21 5 ϕ δ H V α β = kohesi tanah di dasar pondasi = sdt gesek dalam tanah = sdt gesek antara tanah dan dasar pondasi = komponen beban sejajar dasar pondasi = komponen beban tegak lrs dasar pondasi = sdt kemiringan dasar pondasi (positif searah jarm jam) = sdt lereng pendkng pondasi (positif searah jarm jam) Hansen menganalisis kapasitas dkng sebagai masalah plane strain (regangan bidang ata da dimensi), yang mana hal ini hanya benar bila pondasi berbentk memanjang tak terhingga. Pada tinjaan regangan bidang, nilai sdt gesek dalam ( ϕ ) yang diperoleh dari ji triaksial enderng lebih keil. Karena it, Hansen seperti halnya Meyerhof, menyarankan sdt gesek dalam yang dignakan dalam hitngan kapasitas dkng adalah: ϕ = 1 ϕ (.3) ps, 1 tr dengan ϕ ps = ϕ plane strain adalah sdt gesek dalam yang dignakan dalam hitngan kapasitas dkng tanah, dan (diktip dari Hardiyatmo, H.C.) ϕ tr = sdt gesek dalam dari ji triaksial.

22 6.1.4 Analisis Vesi (1975) Persamaan kapasitas dkng Terzaghi, menganggap bahwa permkaan baji tanah BD dan AD membat sdt ϕ terhadap arah horisontal. Beberapa peneliti telah mengamati bahwa sdt baji tidak membentk sdt ϕ, namn membentk ( 45 + ϕ/ ) terhadap horisontal. Berdasarkan prinsip sperposisi, Vesi menyarankan penggnaan faktor-faktor kapasitas dkng yang diperoleh dari beberapa peneliti, sebagai berikt: Uslan Reissner (194): = p (.4) p o dengan, ( πtg ϕ) tg ( 45 + ϕ/ ) = e (.5) dari analisis Prandtl (194): dengan: = (.6) ( 1) ϕ = tg (.7) sedangkan dari Caot dan Kerisel (1953): = 0, 5B (.8) ilai nmerik yang dislkan oleh Caot dan Kerisel ini seara pendekatan sama dengan (Vesi, 1973): ( + 1) tgϕ = (.9) Sperposisi ketiga persamaan tersebt di atas:

23 7 = + + (.30) Sbstitsi persamaan (.4), (.6) dan (.8) ke persamaan (.30), diperoleh persamaan kapasitas dkng ltimit pondasi memanjang: = + p + 0, B (.31) o 5 ilai-nilai nmerik dari persamaan persamaan faktor kapasitas dkngnya ditnjkkan dalam Tabel.. Persamaan kapasitas dkng yang disarankan Vesi tersebt sama dengan persamaan Terzaghi, hanya persamaan faktor-faktor kapasitas dkngnya berbeda, yait seperti yang ditnjkkan dalam persamaan (.5), (.7) dan (.9). Persamaan kapasitas dkng Vesi (1975) selengkapnya, seperti jga persamaan Brinh Hansen, memberikan pengarh-pengarh seperti kedalaman, bentk pondasi, kemiringan dan eksentrisitas beban, kemiringan dasar dan kemiringan permkaan, yait: Q = = s d i b g + s d i b g p + s d i b g B B' L' o 0, 5 (.) dengan: Q = komponen vertikal ltimit (k) B = lebar pondasi (m) L ', B' = panjang dan lebar efektif pondasi (m) 3 = berat volme tanah ( k/m ) = kohesi tanah ( k/m )

24 8 p = o D = tekanan overbrden di dasar pondasi ( k/m ) f s s, s, = faktor-faktor bentk pondasi (Tabel.6a) d d, d, = faktor-faktor kedalaman pondasi (Tabel.6b) i i, i, = faktor-faktor kemiringan beban (Tabel.6) b, = faktor-faktor kemiringan dasar (Tabel.6d) b, b g g, g, = faktor-faktor kemiringan permkaan (Tabel.6e),, = faktor-faktor kapasitas dkng Vesi (Tabel.) Untk faktor-faktor bentk pondasi Vesi menyarankan pemakaian faktor bentk pondasi ( s, s, s ) dari De Beer (1970). Sedang ntk faktor-faktor kedalaman, Vesi (1973) menyarankan pemakaian faktor-faktor kedalaman d, d, d ) dari Hansen (1970) (Tabel.6b). Dalam persamaan (.) beban ( yang bekerja pada pondasi merpakan beban sembarang, dapat miring dan eksentris. Tabel.5a Faktor-faktor Pondasi Vesi (Hardiyatmo, H.C. (00)) Pondasi Faktor Pondasi Pondasi empat bjrsangkar bentk memanjang persegi panjang ata lingkaran s ( B / L)( / ) 1 + ( / ) s 1 ( ) ϕ 1 + B / L tg 1 + tgϕ s 1 0 4( B L) 0 6 1, /, 0,6

25 9 Tabel.5b Faktor Kedalaman Pondasi Vesi (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor ilai Keterangan Bentk d 1 0, 4( D / B) Batasan:Bila ( ) d 1 + ( D / B) tgϕ( 1 sinϕ) D / B > 1, maka ( D / B) diganti dengan d 1 ( D B) ar tg / Tabel.5 Faktor Kemiringan Beban Vesi (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan beban ilai Keterangan i i ' i i 1 i i Untk ϕ > 0 tgϕ mh 1 Untk ϕ = 0 A' a m H Untk 1 0 V + A' a tgϕ V / A' 1 a m+ 1 H Untk dasasr 1 0 horisontal V + A' a tgϕ + B / L Kemiringan beban m = m B = 1 + B / L searah lebar B + L / B Kemiringan beban m = m L = 1 + L / B searah panjang L Jika inklinasi beban pada arah n dan membat sdt ϕ n H V tgδ terhadap arah L pondasi, a A' + maka m n Tabel.5d Faktor Kemiringan Dasar Pondasi Vesi (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan dasar ilai Keterangan b b ' b 1 b b tgϕ α 1 π + b = ( ) 1 αtgϕ α dalam radian ϕ dalam derajat

26 30 Tabel.5e Faktor Kemiringan Permkaan Vesi (Hardiyatmo, H.C. (00)) Faktor kemiringan permkaan ilai Keterangan g g ' g 1 i i 514tgϕ, 1 β π + ϕ g = ( ) 1 tgβ β dalam radian. Batasan: β < 45 dan β < ϕ Pertimbangan pemakaian persamaan kapasitas dkng adalah sebagai berikt (Bowles, 1996): Tabel.6 Pertimbangan Kapasitas Dkng (Hardiyatmo, H.C. (00)) Cara Sangat baik dignakan ntk Tanah berkohesi, di mana D/B 1ata ntk estimasi seara epat ntk Terzaghi dibandingkan dengan ara lain. Jangan dignakan bila pondasi mengalami momen (beban tidak sentris) dan ata gaya horisontal, ata bila dasar pondasi miring. Hansen, Sembarang sitasi dapat Meyerhof, diterapkan, bergantng pada Vesi keskaan pemakai. Hansen, Vesi Jika dasar pondasi miring ata pondasi pada lereng ata bila D/B > 1. Pondasi Pondasi adalah bagian terendah dari bangnan yang menerskan beban bangnan ke tanah ata batan yang ada di bawahnya. Persyaratan-persyaratan yang hars dipenhi dalam peranangan pondasi adalah: - Faktor aman terhadap kernthan akibat terlampainya kapasitas dkng tanah hars dipenhi. Dalam hitngan kapasitas dkng mmnya dignakan faktor aman 3.

27 31 - Penrnan pondasi hars masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan. Khssnya penrnan yang tak seragam hars diperhitngkan dengan teliti spaya tidak mengakibatkan kersakan pada strktr. Terdapat da klasifikasi pondasi yait pondasi dangkal dan pondasi dalam...1 Pondasi Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendkng bebannya seara langsng seperti pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit. Kedalaman pada pondasi dangkal ini mmnya D / B 1. (D adalah nilai kedalaman pondasi dan B adalah lebar pondasi). Pondasi telapak merpakan pondasi yang berdiri sendiri dalam mendkng kolom. Pondasi memanjang adalah pondasi yang dignakan ntk mendkng dinding memanjang ata dignakan ntk mendkng sederetan kolom-kolom yang berjarak sangat dekat. Pondasi rakit adalah pondasi yang dignakan ntk mendkng bangnan yang terletak pada tanah lnak. Pondasi ini dignakan mmnya dipakai ntk mengrangi penrnan yang tidak seragam (differensial settlement). DIDIG KOLOM Gambar.5a Pondasi Memanjang dan Pondasi Telapak

28 3 kolom RAKIT Gambar.5b Pondasi Rakit.. Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang menerskan beban bangnan ke tanah keras ata batan yang terletak relatif jah dari permkaan, ontoh dari pondasi dalam ini adalah pondasi smran dan pondasi tiang. Kedalaman pada pondasi dalam ini mmnya D / B 4. (D adalah nilai kedalaman pondasi dan B adalah lebar pondasi). Pondasi smran merpakan bentk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang, dignakan bila tanah dasar yang kat terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Pondasi tiang dignakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mamp mendkng beban kerja, sedangkan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam.

29 33 kolom PILAR JEMBATA RAKIT SUMURA Gambar.6 Pondasi Smran dan Tiang Beberapa definisi yang perl diketahi dalam peranangan pondasi antara lain: - Tekanan overbrden total (total overbrden pressre) (p) adalah intensitas tekanan total yang terdiri dari berat material di atas dasar pondasi total, yait berat tanah dan air sebelm pondasi dibangn. - Kapasitas dkng ltimit neto (net ltimate bearing apasity) ( n ) adalah nilai intensitas beban pondasi saat tanah akan mengalami kernthan geser, yang seara mm dapat dinyatakan dalam persamaan: n = D (.3) f Pada persamaan.14, kapasitas dkng ltimit neto menjadi: ata ( 1) + 0 5B = + Df, = + p ( 1 ) + 0, B o 5

30 34 - Tekanan pondasi total (total fondation pressre) ata intensitas pembebanan kotor (), adalah intensitas tekanan total pada tanah di dasar pondasi, sesdah strktr selesai dibangn dengan pembebanan penh. Beban-beban termask berat pondasi, berat strktr atas, dan berat tanah rg termask air di atas dasar pondasi. - Tekanan pondasi neto (net fondation pressre) ( n ) ntk sat pondasi tertent adalah tambahan tekanan pada dasar pondasi, akibat beban hidp dan beban mati dari strktrnya. Seara mm n dapat dinyatakan oleh persamaan: = (.4) n D f - Kapasitas dkng izin (allowable bearing apaity) ( a ) adalah tekanan pondasi maksimm yang dapat dibebankan pada tanah, sedemikian rpa sehingga keda persyaratan keamanan terhadap kapasitas dkng dan penrnannya terpenhi. Jika hitngan kapasitas dkng tanah yang didasarkan pada keamanan terhadap kernthan tanah telah memenhi, sedangkan hitngan penrnan yang akan terjadi yang dihitng berdasarkan tekanan kapasitas dkng tanah yang aman tersebt melampai batas nilai toleransinya, maka tekanan pondasi hars dikrangi sampai penrnan yang terjadi masih dalam batas-batas yang memenhi persyaratan. - Faktor aman (F) dalam tinjaan kapasitas dkng ltimit neto, didefinisikan sebagai D f n F = = (.5) D n f

31 35 - Dari persamaan diatas (F), ntk faktor aman tertent yang sesai, kapasitas dkng aman (safe bearing apaity) ( s ) didefinisikan sebagai tekanan pondasi total ke dalam tanah maksimm yang tidak mengakibatkan risiko kernthan kapasitas dkng, yait: n = + D f (.6) F Jadi ntk persamaan.15, kapasitas dkng aman pondasi memanjang dinyatakan oleh: [ + p ( 1) + 0, B ] D 1 s = o 5 + F f (.7)..3 Pondasi pada Tanah Pasir Tanah granlar, seperti pasir dan kerikil merpakan tanah yang tidak berkohesi (=0), ata mempnyai kohesi namn sangat keil sehingga dalam hitngan kapasitas dkng sering diabaikan. Kapasitas dkng pondasi pada tanah granler, dipengarhi tertama oleh kerapatan relatif (relative density) ( D r ), keddkan mka air tanah, tekanan kekang (onfining presre), dan kran pondasi. Untk tanah tidak berkohesi, persamaan mm kapasitas dkng ltimit Terzaghi akan menjadi sebagai berikt: - Pondasi berbentk memanjang: = po + 0, B (.8) 5 - Pondasi berbentk bjr sangkar = po + 0, B (.9) 4

32 36 dengan: - Pondasi berbentk lingkaran = po + 0, B (.30) 3 - Pondasi berbentk empat persegi panjang ( 1 0,B L) po + 0,5 B / (.31) = B L = lebar ata diameter pondasi = panjang pondasi p = D = tekanan overbrden pada dasar pondasi o f D f = kedalaman pondasi = berat volme tanah, = faktor-faktor kapasitas dkng Tanah-tanah granlar mempnyai permeabilitas yang besar, karena it pada tiap-tiap tahap pembebanan air selal terdrainasi dari rongga pori tanah. Maka, hitngan kapasitas dkng pasir selal didasarkan pada kondisi terdrainasi (drained) dengan penggnaan parameter tegangan efektif ( ϕ' > 0 dan '= 0). Sdt gesek dalam ( ϕ ') pasir sangat dipengarhi oleh kerapatan relatif yang nilainya berkisar antara 8 sampai 45 (pada mmnya diambil sekitar ). U.S. Engineer Corp (1946) menyarankan ϕ '= 30 ntk pasir lepas ata tidak padat, dan ϕ '= 35 ntk pasir padat. ilai-nilai tersebt dipertimbangkan sebagai nilai yang aman. Faktor lain yang mempengarhi sdt gesek dalam ϕ ' adalah bentk dan gradasi btiran. Jika btiran bergerigi, bergradasi baik, dan dalam kondisi padat, maka sdt gesek dalam pasir

33 37 diperkirakan akan besar. Tanah granlar yang padat mempnyai kerapatan relatif ( ),, D dan ϕ ' yang besar, sehingga kapasitas daya dkng besar dan r penrnan keil. Sebaliknya, jika pasir tidak padat, nilai dan ϕ ' keil, sehingga kapasitas daya dkngnya rendah dan penrnan besar..3 Sistem Perkatan Tanah Prinsip dasar yang terdapat pada tanah yang diperkat (reinfored soil) adalah mdah ntk dipahami dan telah dipergnakan oleh mansia selama berabad-abad lamanya. Sistem perkatan tanah banyak mempermdah dalam bidang teknik sipil dari segi manfaat teknis dan ekonomis. Menrt Jones (1996), aplikasi perkatan tanah melipti permasalahan: pekerjaan jembatan, bendngan, timbnan pondasi, jalan dan jalan kereta api. Gambar.7 Aplikasi Perkatan Pada Tanah Pondasi (Smber :

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Daya dukung tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekuatan tanah

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Daya dukung tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekuatan tanah Bab TIJAUA PUSTAKA.1. Daya Dkng Tanah Lempng Daya dkng tanah adalah parameter tanah yang berkenaan dengan kekatan tanah ntk menopang sat beban di atasnya. Daya dkng tanah dipengarhi oleh jmlah air yang

Lebih terperinci

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE TEKAA TAAH PADA DIDIG PEAHA METODA RAKIE Moda kernthan F Gaya F dapat disebabkan oleh: gesekan pada dasar (gravity retaining walls) masknya dinding ke dalam tanah (sheet retaining walls) angker dan penahan

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik Perteman IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Strktr Kay IV.1 Batang Tarik Gamar 4.1 Batang tarik Elemen strktr kay erpa atang tarik ditemi pada konstrksi kdakda. Batang tarik merpakan sat elemen strktr yang menerima

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7 LAPORAN UGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan restle ipe Deck On Pile di Pelabhan Garongkong, Propinsi Slawesi Selatan Bab 7 Daya Dkng anah Bab 7 Daya Dkng anah Laporan gas Akhir (KL-40Z0) Perancangan

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN

PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN 1 PENGENALAN JENIS & BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN BAB 5.1. 5.2. 1 SUB POKOK BAHASAN : Jenis-jeins Jembatan Bagian-bagian Strktr Jembatan 1. Tjan Pembelajaran Umm : Mamap mengenal jenis-jenis Jembatan Balok

Lebih terperinci

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN Wiryanto Dewobroto ---------------------------------- Jrsan Teknik Sipil - Universitas elita Harapan, Karawaci FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK ERENCANAAN UJIAN TENGAH SEMESTER ( U T S ) GENA TAHUN AKADEMIK

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

JURNAL TEKNIK SIPIL USU JURNAL TEKNIK SIPIL USU ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN IDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN PENERBANGAN MEDAN Inda Yfina 1, Rdi Iskandar 2 1

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M. ALJABAR LINEAR (Vektor dirang 2 dan 3) Dissn Untk Memenhi Tgas Mata Kliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdl Aziz Saefdin, M.Pd Dissn Oleh : Kelompok 3/3A4 1. Nrl Istiqomah 14144100130 2. Ambar Retno

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax.

Politeknik Negeri Bandung - Jurusan Teknik Sipil LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Jl. Gegerkalong Hilir, Desa Ciwaruga, Bandung, Telp./Fax. Jl Gegerkalong Hilir, esa Ciwarga, Bandng, Telp/Fax : 0 01 45 8 PEMBORAN / SAMPLING AN VANE SHEAR TEST Standar Acan : ASTM - 145 89 I TUJUAN 1 Untk menyelidiki / mengetahi jenis-jenis lapisan tanah (stratigrafi)

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG

KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG (Kolom engan beban eksentris an batang tekan.. Saat ini sema kolom paa strktr portal beton bertlang, an batang-batang strktr lainnya, seperti bentk lengkng, mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA Konferensi asional Teknik Sipil 3 (KoTekS 3) Jakarta, 6 7 ei 29 AAISIS KAPASITAS BAOK KOO BAJA BERPEAPAG SIETRIS GADA BERDASARKA SI 3 729 2 DA ETODA EEE HIGGA Aswandy Jrsan Teknik Sipil, Institt Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gnawan Semester II, 2016/2017 3 Maret 2017 Kliah yang Lal 10.1-2 Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada BAB TIJAUA PUSTAKA.. Pendahlan Disain prodk merpakan proses pengembangan konsep aal ntk mencapai permintaan dan kebthan dari konsmen. Sat desain prodk ang baik dapat mendorong pengembangan ang skses, dan

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN 30 3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN Lat merpakan sat lingkngan yang sangat kompleks baik ditinja dari segi biotik mapn abiotik. Tak terkecali dengan dasar perairan, dasar perairan merpakan sat medim yang

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL Niken Silmi Surjandari 1), Bambang Setiawan 2), Ernha Nindyantika 3) 1,2 Staf Pengajar dan Anggota Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi 1 ARUS LAUT Ada gaa ang berperan dalam ars ait: gaa-gaa primer dan gaa-gaa seknder. Gaa primer berperan dalam menggerakkan ars dan menentkan kecepatanna, gaa primer ini antara lain adalah: stress angin,

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah pendukung merupakan salah satu aspek utama dalam bidang geoteknik terutama pada lapisan tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1) 5 BAB III MTOD LMN HINGGA 3. Tegangan Tegangan adalah gaa per nit area pada sat material sebagai reaksi akibat gaa lar ang dibebankan pada strktr. Pada Gambar 3.. diperlihatkan elemen kbs dalam koordiant

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIA PUSTAKA Dalam merencanakan strktr sebah bangnan diperlkan langkah-langkah ang mendasar dan sistematis ntk menjelaskan apakah bangnan tersebt memenhi sarat keamanan sehingga dapat dignakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE Vale Added, Vol. 11, No. 1, 015 PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE 1 Moh Yamin Darsyah, Ujang Malana 1, Program Stdi Statistika FMIPA Universitas Mhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umm Fondasi adalah sat konstrksi bagian dasar bangnan yang berfngsi menerskan beban dari strktr atas ke lapisan tanah di bawahnya. Tiang (Pile) adalah bagian dari sat bagian

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA Adriani 1), Lely Herliyana 2) ABSTRAK Jalan lingkar utara adalah daerah yang berjenis tanah rawa atau tanah lunak maka untuk melakukan

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya

1. Momentum mempunyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impuls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 1 1. Momentm mempnyai dimensi yang sama dengan dimensi besaran A. impls D. tekanan B. energi E. percepatan C. gaya 2. Gerak sebah mobil menghasilkan grafik kecepatan (V) terhadap wakt (t) yang diperlihatkan

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gnawan Semester II, 013/014 5 Maret 014 Kliah yang Lal 10.1 Parabola, aboa, Elips, danhiperbola a 10.4 Persamaan Parametrik Kra di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

BAB III DAYA DUKUNG TANAH

BAB III DAYA DUKUNG TANAH BAB III DAYA DUKUNG TANAH Dari uraian pada Bab I disebutkan bahwa suatu fondasi akan aman apabila : Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban fondasi masih dalam batas yang diijinkan. Tidak

Lebih terperinci

lensa objektif lensa okuler Sob = fob

lensa objektif lensa okuler Sob = fob 23 jekti ler S = ~ S = A B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: jekti d ler S = ~ S S A B S Teropong Pantl (Teleskop Releksi) Teropong jenis ini menggnakan sat positi, sat cermin

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor Jrnal Kbik, Volme No. (7) ISSN : 338-896 Simlasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tmor Habib Abdllah, a), Dian Nraiman dan Esih Skaesih Jrsan Matematika UIN Snan Gnng Djati Bandng a) email:

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M000259 Di PT.PAL INDONESIA Oleh : Selfy Atika Sary NRP : 1307 030 053 Pembimbing :

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH AKIBAT VARIASI BENTUK KAMPUH LAS DAN MENDAPAT PERLAKUAN PANAS ANNEALING DAN NORMALIZING

SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH AKIBAT VARIASI BENTUK KAMPUH LAS DAN MENDAPAT PERLAKUAN PANAS ANNEALING DAN NORMALIZING SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH AKIBAT VARIASI BENTUK KAMUH LAS DAN MENDAAT ERLAKUAN ANAS ANNEALING DAN NORMALIZING Nkman (1) (1) Jrsan Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya rabmlih

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74% PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74% Wida Rizky Hutama, As ad Munawir, Harimurti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Bangunan dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong dan menahan tekanan tanah. Baik akibat beban hujan,berat tanah itu sendiri maupun akibat beban

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv

DAFTAR ISI. i ii iii iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI Abstract Intisari i ii iii iv vi ix x xii xiii xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER SOB = FOB 23 lensa objektif lensa okler Sob = ~ Sob = fob A fob fob B d 24 Diagram pembentkan bayangannya adalah sebagari berikt: lensa objektif d Sob = ~ lensa okler Sob Sok

Lebih terperinci

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b)

Abstrak. a) b) Gambar 1. Permukaan parametrik (a), dan model solid primitif (b) Simlasi ergerakan segitiga Bcket ntk indentifikasi kemngkinan interferensi antara pahat dan benda-kerja (oging) pada sistem-am berbasis model-faset 3D. Kiswanto, riadhana Laboratorim Teknologi Manfaktr

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1) tahaean Vol. 4 No. Janari 007 rnal TKNIK SIPIL Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan nergi Syaalddin ) Abstrak Paper ini menyajikan pengerjaan hkm kekekalan energi pada pemodelan

Lebih terperinci

MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS

MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 7 MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS Fondasi menara (tower) sering menerima gaya angkat ke atas

Lebih terperinci

PENGARUH ANYAMAN BAMBU TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI DANGKAL PADA TANAH KOHESIF

PENGARUH ANYAMAN BAMBU TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI DANGKAL PADA TANAH KOHESIF ENGARUH ANYAMAN BAMBU TERHAA AYA UKUNG AN ENURUNAN ONASI ANGKAL AA TANAH KOHESIF Niken Silmi Srjandari Jrsan Teknik Sipil Fakltas Teknik UNS Srakarta. E mail : hasil@indo.net.id Abstract The problems of

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK PEDOMAN KALIBRASI PERALAN VOLUMETRIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini ditjkan ntk memberikan petnjk bagi laboratorim kalibrasi dalam melakkan kalibrasi peralatan volmetrik dan mengharmonisasikan praktek

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta)

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) Anita Widianti, Dedi Wahyudi & Willis Diana Teknik Sipil FT Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23%

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23% PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23% Jemmy NRP : 0021122 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir,

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PONDASI PILE RAFT PADA PEMBANGUNAN PROYEK SILOAM HOSPITAL MEDAN

ANALISIS SISTEM PONDASI PILE RAFT PADA PEMBANGUNAN PROYEK SILOAM HOSPITAL MEDAN ANALISIS SISTEM PONDASI PILE RAFT PADA PEMBANGUNAN PROYEK SILOAM HOSPITAL MEDAN Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh : MUHAMMAD

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74% PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74% Eko Andi Suryo* 1, Suroso 1, As ad Munawir 1 1 Dosen

Lebih terperinci

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik Intera asi Metode Interal Kadr ratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi i Gass merpaka an metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA 2.1 Sifat Alamiah Tanah Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang mempunyai ikatan antar partikel yang lemah atau sama sekali tidak mempunyai ikatan antar partikel tanahnya, dimana

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini 1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Perencanaan Strktr Atap Atap merpakan strktr ang paling atas dari sat bangnan gedng. Direncanakan strktr atap ang dignakan adalah strktr baja. Alasan penggnaan baja sebagai bahan

Lebih terperinci