PEMBUATAN FILM PENDEK BERGENRE ROMANTIS MENGGUNAKAN TEKNIK ULTRA WIDE BERJUDUL RAHASIA HATI. Anastasia Megawati Wawolangi 1) Karsam 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN FILM PENDEK BERGENRE ROMANTIS MENGGUNAKAN TEKNIK ULTRA WIDE BERJUDUL RAHASIA HATI. Anastasia Megawati Wawolangi 1) Karsam 2)"

Transkripsi

1 PEMBUATAN FILM PENDEK BERGENRE ROMANTIS MENGGUNAKAN TEKNIK ULTRA WIDE BERJUDUL RAHASIA HATI Anastasia Megawati Wawolangi 1) Karsam 2) 1) Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya 2) Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya, karsam@stikom.edu Abstract: The English word "love" can refer to a variety of different feelings, states, and attitudes, ranging from interpersonal affection to pleasure ("I loved that meal"). It can refer to an emotion of a strong attraction and personal attachment. It can also be a virtue representing human kindness, compassion, and affection "the unselfish loyal and benevolent concern for the good of another". And it may describe compassionate and affectionate actions towards other humans, one's self or animals. The short film itself is a film with a duration of less than 60 minutes. In many countries such as Germany, Australia, Canada and the United States, a short film made laboratory experiments a person group of people to then produce feature-length films. Romantic Drama film is a genre that explores the complex side of love. The plot usually centers around an obstacle that is preventing love between two people. The obstacles in Romantic Drama film can range from a family's disapproval, to forbidden love, to one's own psychological restraints. Many Romantic Dramas end with the lovers separating because of the enormity of the obstacle, the realization of incompatibility, or simply because of fate. Keywords: Love, Short Film, Genre Romantic Produksi perfilman di Indonesia menunjukkan peningkatan dengan adanya reaksi pasar yang positif. Sepertiga film yang ditayangkan di bioskop-bioskop merupakan film lokal. Beberapa program untuk memajukan perfilman Indonesia terus dilakukan. Pemerintah pun juga ikut mendukung dalam memberikan subsidi untuk produksi film nasional, terutama film yang diproduksi oleh sineas pemula yang belum memiliki investor tetapi mereka memiliki kualitas yang baik ( indonesiatravel.biz). Perkembangan film di Indonesia yang cepat ini terlihat dari film yang sudah diproduksi. Bakri, mengatakan pendaftaran film menguntungkan bagi produser karena surat pendaftaran tersebut dapat sebagai pengantar untuk segala keperluan sehubungan dengan produksi (Sutisno, 1993). Namun demikian film yang dihasilkan masih menggunakan satu kamera saat produksi. Tercatat dalam perfilman di Indonesia pada tahun 2011 telah mencapai 102 judul film yang tampil di bioskop. Pada tahun 2012 ini, hingga bulan Maret tercatat sudah 24 judul film yang tampil di layar lebar. Peningkatan ini membuktikan besarnya minat penonton untuk menonton film dalam negeri (Anneahira, 2011) Minat penonton di Indonesia memang besar, namun terjadi penurunan jumlah penonton dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah penonton film lokal mencapai 16 juta orang (Paradiso, 2012) dan pada tahun 2011 jumlah penonton film lokal hanya mencapai 14 juta orang dan film yang paling banyak diminati selama kurun waktu tersebut adalah film yang bergenre romantis (Indrarto, 2012). Hingga tahun akhir tahun 2011 lalu, tercatat film yang paling diminati adalah film bergenre romantis. Film romantis dinimati sebanyak 28% dari jumlah total penonton film, sedangkan film komedi memiliki 26% peminat. Data yang ada juga menuslikan bahwa remaja adalah pangsa pasar dari film bergenre romantis (Andre, 2012). Remaja memiliki fase yang romantis dibanding dengan masa-masa lainya (Nugroho, 2006). Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari film bergenre romantis. Remaja masih rentan dalam hal mencari jati diri (Kristiono, 2008) oleh karena itu beberapa orang menggunakan film sebagai kiblat jati diri mereka. SNASTI 2013, MGP - 23

2 Permasalahan yang muncul pada remaja adalah kebosanan yang mudah dialami, sebab remaja memiliki sifat dinamis dan tidak ingin berlama-lama di satu titik (Budiarto, 2001). Dari permasalahan tersebut muncul film dengan format film pendek di berbagai media tayang. Menurut KBBI, kata romantis tidak hanya ditampilkan dengan cara kedua pasangan bergandengan tangan, tetapi juga ditampilkan dengan cara yang lainnya contohnya seperti kedua pasangan yang sedang dinner berdua atau pasangan yang akan menikah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini atau dalam pembuatan film ini akan digambarkan atau ditunjukkan keromantisan tersebut dalam sebuah tampilan yang luas yang diberi nama Ultra Wide. Film romantis ini mengadopsi sebuah cerita dari sebuah komik asal Jepang yang penulis kembangkan menjadi cerita dua sisi yang menceritakan tentang dua pemeran pria dan wanita. Bila sebuah film lain menceritakan kepada pemeran pria ataupun pemeran wanita saja, dalam film ini akan diceritakan perpaduan antara pemeran wanita maupun pemeran pria. Cerita dalam film ini mengisahkan tentang kedua pasangan yang sama-sama suka, tetapi tidak berani untuk mengungkapkan rasa suka mereka. Keduanya memiliki perasaan yang sama. Karena ketidakberanian, kedua pasangan ini saling menulis surat untuk mengungkapkan rasa ketetarikan mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu bagaimana membuat film pendek bergenre romantis menggunakan teknik Ultra Wide dengan cerita dua sisi berjudul Rahasia Kita? Untuk menyelesaikan penelitian ini direncanakan akan dilakukan untuk pengambilan data dengan cara wawancara terhadap pakar film, casting dan studi eksisting. Dengan dibuatnya karya film ini diharapkan mampu memberikan warna baru dalam perfilman di Indonesia saat ini, yaitu munculnya teknik baru dalam pembuatan film. METODE Film Film dikenal sebagai pita film yang digunakan untuk memproduksi sebuah film. Semakin berkembangnya teknologi, era digital pun melibas seluloid atau pita film ( Sekarang pembuatan film dapat dilakukan dengan format digital, disebarluaskan dalam bentuk digital. Maka pengertian film sekarang bergeser. Film diartikan sebagai pembuatan alur cerita atau novel menjadi sebuah gambar bergerak yang di dalamnya terdapat cerita, konflik, artis, pemain, view, dan lain-lain. Film memiliki fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Karateristik dalam film antara lain layar yang luas, pemngambilan gambar pemandangan menyeluruh, konsentrasi penuh, dan identifikasi psikologis ( Film juga terdiri dari beberapa jenis, macam-macam dari jenis film antara lain film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun. Jenis-jenis Film Jenis-jenis film adalah sebagai berikut: 1. Film Dokumenter Film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter digunakan untuk penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. 2. Film Cerita Pendek Film cerita pendek adalah film yang berdurasi di bawah 60menit. Film pendek merupakan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memperoduksi sebuah film cerita panjang. Jenis film bercerita pendek sering dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau kelompok yang menyukai dunia film dan berlatih untuk membuat sebuah film dengan baik. SNASTI 2013, MGP - 24

3 3. Profil Perusahaan Pembuatan film ini dikhususkan tentang perusahaan. Lebih tepatnya mengiklakan perusahaan tersebut. 4. Iklan Televisi Iklan televisi bertujuan untuk merasang pembeli yang menonton iklan tersebut. 5. Video Klip Video klip adalah potongan-potongan cerita pendek yang digabungkan dengan alunan musik. Macam-macam Film Menurut Anneahira dala artikelnya tentang Mengenal Macam-macam Film, dijelaskan bahwa macam-macam film memiliki berbagai tema dan ide cerita. Jenis dan genre film dibagi menjadi berbagai jenis, tergantung jenis dan tema yang diangkat. Berikut berbagai macam film adalah: 1. Film Kartun Film kartun merupakan film yang pemeranpemerannya adalah kartun/animasi gambar bergerak. Film ini dibuat dari gambar-gambar yang dikumpulkan, kemudian disatukan dengan media komputer dan program animasi sehingga menjadi sebuah film. 2. Film Romantis Film cinta atau romantis adalah film yang banyak digemari oleh remaja/kaum muda di Indonesia, terutama wanita. Film cinta menceritakan kisah cinta dua insan yang menjalani sebuah perjalanan percintaan. 3. Film Kolosal / Musikal Film ini dibekali dengan unsur-unsur musik didalamnya berupa nyanyian-nyayian, lagu, dan sebagainya. 4. Film Thriller Film thriller dapat diartikan sebagai petualangan 5. Film Komedi Film komedi merupakan cerita lucu, lawakan, adegan konyol dan hal-hal yang dapat membuat penontonnya tertawa yang disusun dalam sebuah film. 6. Film Horor Film yang menyeramkan, mendebarkan, dan memunculkan rasa takut dan penasaran data menontonnya. Film horror biasanya bercerita tentang hantu, vampire, dan sejenisnya. 7. Film Action/Laga Film ini biasanya bercerita tentang hal-hal yang berhubungan dengan tembak-tembakan, balapan, perkelahian, penjahat, detektif, dan lain-lain yang sejenis. Film action juga ada yang berbentuk serial atau satu cerita selesai. Film Romantis Di atas telah dijelaskan bahwa film romantis atau film cinta adalah film yang banyak digemari oleh remaja/kaum muda di Indonesia, terutama wanita. Film cinta menceritakan kisah cinta dua insan yang menjalani sebuah perjalanan percintaan. Hingga tahun akhir tahun 2011 lalu, tercatat film yang paling diminati adalah film bergenre romantis (Andre, 2012). Film romantis dinimati sebanyak 28% dari jumlah total penonton film, sedangkan film komedi memiliki 26% peminat. Data yang ada juga menuliskan bahwa remaja adalah pangsa pasar dari film bergenre romantis. Sehingga film romantis memiliki potensi besar untuk dipertontokan kepada penontonnya. Film Pendek Film pendek adalah film dengan durasi di bawah 30 menit dengan hakekat bahwa film pendek merupakan reduksi dari film cerita panjang (Machrudi, yang mendebarkan. Film thriller juga sejenis dengan film 2012). Mengenai cara bertuturnya, film pendek horror. SNASTI 2013, MGP - 25

4 memberikan kebebasan kepada penulis dan pemirsanya. Sehingga film pendek memiliki ragam yang bervariasi dalam pembuatannya. Pembuatan film pendek dapat berdurasi 60 detik saja dengan mengutamakan ide yang kreatif dan pemanfaatan media komunikasi yang efektif. Film pendek bergenre romantis yang ditujukan bagi remaja ini, bertujuan untuk menunjukkan pada remaja bahwa romantis itu luas. Teknik Ultra Wide Teknik Ultra Wide adalah teknik pembuatan film dengan menggunakan dua kamera saat syuting dan menghasilkan dua gambar yang berbeda namun akan menjadi satu gambar saat dipadukan. Film teknik Ultra Wide ini ditampilkan dalam layar dual screen. Film yang ditampilkan atau disugukan secara lebar melebihi batas pandang normal manusia. Dengan penggunaan teknik ini penulis berharap film ini dapat meningkatkan kualitas produksi film di Indonesia. Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun (Kristiono, 2008). Perkembangan manusia memiliki tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula dengan remaja. Remaja sewajarnya menyadari akan pentingnya sebuah pergaulan. Masa yang dilalui remaja ini adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. Pada umunya remaja dibagi dalam dua periode yaitu: 1. Periode Masa Puber usia tahun Masa ini adalah masa dimana masa peralihan dari akhir kanak-kanak ke masa awal puberstas. Pada masa akhir pubertas remaja akan mengalami masa peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. 2. Periode Remaja Adolesen usia tahun Masa ini adalah masa akhir remaja. Dimana remaja akan mengalami masa peralihan ke masa dewasa. Remaja dewasa atau remaja akhir ini adalah remaja yang menuju ke ambang kedewasaan. Remaja akhir dapat berumur mulai dari tahun. Dalam usia remaja ini, seseorang mulai merasa nyaman dengan hubungan dan keputusan mengenai seksualitas dan preferensi (Harrison, 1994: 31). Hubungan individual menjadi lebih penting daripada kelompok teman sebayanya. Pada remaja akhir ini memiliki sifat yang lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik tentang perilaku. Idealisme dapat mengarah pada konflik dengan keluarga dan figur autoritas lainnya. Dalam umur dewasa ini remaja lebih sadar tentang konsekuensi tindakan seseorang. Kebanyakan mampu mengerti pilihan secara menyeluruh untuk masalah kesehatan. Kaum remaja cenderung untuk lebih memperhatikan perubahan fisis pada tubuhnya dan menunjukkan perhatian kepada proses maturasi. Remaja dalam usia adolesen (lanjut) merupakan periode terbentuknya identitas personal, dengan hubungan yang akrab dan suatu fungsi dalam masyarakat. Remaja pada usia adolesen dapat bersifat alturistik atau mementingkan kepentingan orang lain. Jatuh cinta di usia remaja selalu bikin degdegan. Pasalnya, perasaan cinta itu masih begitu menggebu-gebu. Tak terkontrol ( Remaja cenderung ingin menggembor-gemborkan perasaan mereka, memberitahukan hubungan cinta kepada orang lain. Setiap remaja memiliki dorongan yang hebat untuk merasakan kedekatan dengan pasangan. Remaja memiliki perasaan yang berubah-ubah, terkadang mereka sulit memahami apa yang sebenarnya yang mereka inginkan. PERANCANGAN KARYA Untuk menyelesaikan kajian ini metode perancangan karya yang dilakukan adalah metode ekperimen, yaitu uji coba terhadap penggunaan 2 kamera SNASTI 2013, MGP - 26

5 untuk menghasilkan 2 layar skreen yang nantinya dapat digabung dalam 1 skreen. Casting terhadap pemeran selanjutnya diminta untuk menghafal naskah. Untuk memperdalam hasil film dilakukan wawancara kepada pakar film, observasi di lapangan untuk syuting dan kajian leteratur serta metode STP (Segmentasi, Targeting, Positioning). Metode STP ini dilakukan untuk mengukur target dari film ini sesuai atau tidak untuk ditonton para remaja. Selain itu peneliti juga melakukan studi eksisting terhadap beberapa film bergenre drama romantis. Metode STP seperti pada tabel 1. Berdasarkan data yang telah dianalisa maka dibuat sebuah karya yang akan dirancang. Adapun alur perancangan karya yang dibuat untuk membuat film pendek berjudul Rahasia kita, seperti gambar 1. Tabel 1 Analisis STP & Geografis Positioning STP Segmentasi Targeting Project Uk. Keluarga: Kota Besar Kepadatan: Tengah kota Demografis Usia: Gender: Umum L/P Psikografis Kelas Sosial: Menengah Film yang bercerita tentang dua pasangan yang saling mencintai ini diposisikan sebagai karya untuk menambah genre film pendek di indonesia. Alur Perancangan Pra Produksi: Konsep, Sinopsis dan Sknario Produksi: Syuting dan Merekam suara Pasca Produksi: Edititning dan Rendering Ide Gambar 1. Alur Perancangan Karya Pembuatan film pendek diawali dengan ide, setelah muncul ide maka yang dilakukan selanjutnya adalah mencari literatur untuk memperkuat pembuatan film dan studi eksisting (Mudjia Rahardjo, 2011). Setelah semua data mendukung, maka langkah berikutnya adalah menentukan konsep film yang akan di produksi, lalu membuat sinopsis. Sinopsis dikembangkan menjadi skenario untuk proses pengambilan gambar. Pada skenario yang telah final, maka dilakukan shot list dan setting lokasi. Dalam hal ini peralatan dan dana juga berperan penting. Setelah final, maka hal selanjutnya adalah proses pengambilan gambar dan suara. Setelah syuting atau pengambilan gambar telah finish dilaksanakan hal selanjutnya adalah proses pemilihan gambar. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan film dalam penelitian ini. 1. Pra Produksi Pada tahan ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu: a. Pematangan Konsep dan ide cerita Berdasarkan bagan perancangan karya di atas, tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah ada (Wright, 2005: 39-43). Berawal dari suka menonton film drama romantis yang alurnya selalu bahagia tercetuslah, maka tercetuslah sebuah ide untuk membuat film bergenre romantis ini. Konsep film dibuat dengan menggunakan dua skreen, dengan teknik cerita yang berulang dengan sisi pemeran yang berbeda. Untuk membantu memperjelas konsep maka dibentuk metode STP dengan analisa SWOT/kelebihan kekurangan dan analisa konsep cerita. b. Menyususn sinopsis cerita Sinopsis dari fil ini adalah mengungkapkan sebuah perasaan itu tidak mudah. Tapi bila tidak diung- SNASTI 2013, MGP - 27

6 kapkan perasaan bimbang ini terus menghantui. Perasaan itulah yang dirasakan oleh Makrus dan Sandra. Dua pasangan ini memiliki perasaan yang sama tetapi mereka tidak mampu mengungkapkan. Hingga suatu hari Makrus menulis surat untuk Sandra, tetapi surat itu tak kunjung disampaikan pada orang yang diincarnya.setiap hari Makrus merenung memikirkan surat tersebut. Setiap hari dia meyakinkan dan memberanikan dirinya untuk memberikan surat tersebut, tetapi selalu gagal. Disisi lain Sandra juga menyukai Makrus, tetapi dia terlalu malu untuk mengungkapkan perasaannya. Merasa wanita tidak pantas mengungkapkan perasaannya. Setiap melihat Makrus, Sandra selalu degdegan dan malu untuk bertemu. Sandra memiliki sahabat bernama Lyra yang selalu ada dalam susah maupun senang. Setiap Sandra bertemu dengan Makrus dia selalu meminta Lyra untuk bertemu dengannya. Lyra selalu setia mendengarkan Sandra dan sering menggodanya. Hingga suatu saat Sandra berpapasan dengan Makrus di salah satu area kampus. Saat itu Makrus memanggilnya, tetapi Sandra mengacukan panggilan tersebut. Pada sore itu dibalkon rumah Makrus sedang melamun dan melihat surat yang dipegangnya. Sandra juga bertekad untuk memberikan surat tersebut kepada Makrus. Setelah sinopsis ini dibuat beberapa hal yang dilakukan adalah casting, reading, pembuatan naskah dan penggambaran storyboard. Karena aturan sistematika dalam penyusunan artikel ilmiah adanya pembatasan jumlah halaman, maka prosedur casting, reading, naskah dan storyboard yang jumlahnya melebihi 25 halaman, maka tidak disertakan dalam artikel ini. 2. Produksi Alat-alat yang digunakan untuk produksi adalah Camera DSLR 7D 2 buah. Lensa 18-55mm. Pipa sebagai tripod. Komputer editing. Memory kamera. Dalam pembuatan film ini tidak ada variasi shot yang khusus, karena difokuskan pada pembuatan SNASTI 2013, MGP - 28 film menggunakan dua kamera dalam satu tripod. Sehingga fokus pada pengambilan gambar tertuju pada shot yang diambil secara tepat pada dua kamera dan tidak terputus saat editing. Proses syuting seperti pada gambar 2. Kamera Tripod Gambar 2. Posisi Kamera Saat Syuting 3. Pasca Produksi Pada tahapan pasca produksi ini dilakukan proses editing dengan beberapa langkah, yaitu: a. Proses Pemilihan Video Proses awal dimana setelah melakukan pengambilan gambar, video dipilih untuk proses editing. Karena tidak semua video dapat dimasukkan dalam proses editing. Hanya bagian-bagian tertentu saja. b. Proses Penataan Stock Shoot Proses penataan shoot ini berguna agar video yang diedit sesuai dengan alurnya. Penataan video mengacu pada skenario yang telah dibuat, sehingga cerita yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Gambar 3 Proses Penataan Stock Shoot Penataan shoot disesuaikan dengan penataan scene, yaitu menghubungkan shot yang satu dengan shot yang lainnya. Penataan shoot ini dilakukan sesuai dengan skenario yang ada.

7 c. Proses Penataan Film Dalam proses penataan film Rahasia Kita cukup rumit karena gambar yang diambil melalui dua kamera. Pada proses penataan ini diperlukan ketelitian yang tinggi agar gambar dari kamera satu bisa digabungkan dengan kamera kedua. Gambar 4. Penataan Gambar d. Sound Editing Backsound lagu sangat penting dalam sebuah film, karena sound mampu mengubah sebuah film bisu lebih berwarna. Sound juga mendukung tatanan visual yang ada. e. Rendering Gambar 5. Sound Editing Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Format edetitng pada film ini menggunakan format media AVI. Gambar 6 adalah proses editing Gambar 6 Proses editing HASIL DAN PEMBAHASAN Cerita dalam film ini mengisahkan tentang kedua pasangan yang sama-sama suka, tetapi tidak berani untuk mengungkapkan rasa suka mereka. Keduanya memiliki perasaan yang sama. Karena ketidakberanian, kedua pasangan ini saling menulis surat untuk mengungkapkan rasa ketetarikan mereka. Dari hasil produksi dan editing, berikut merupakan contoh/cuplikan beberapa scene Gambar 7 Scene Terakhir Pada scene terakhir ini terdapat gambar dimana surat yang dipegang Sandra tertukar dengan surat Makrus. Seperti dari hasil wawancara yang sudah dilakukan bahwa romantis ini diwujudkan dengan adanya kejutan. Gambar 8 Scene 3 SNASTI 2013, MGP - 29

8 mereka berpapasan. Pada gambar 10 dimana Sandra melihat Makrus dan berjalan menghampiri Makrus. SIMPULAN Pembuatan film ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur kerja ter- Pada scene ketiga ini terdapat dua gambar yang lebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses pembuatan. disambungkan agar terlihat lebar. Pada proses produksi yang dilakukan menyusun konsep dan ide kemudian dibentuk sinopsis yang lalu dikembangkan menjadi skenario dan storyboard dan dibuat script breakdown. Script breakdown ini harus dipatuhi oleh kru dan pemain film. Pengambilan gambar sesuai pada storyboard dan skenario. Pengambilan gambar pada film ini digunakan 2 kamera yang menghasilkan 2 skreen. Dimana Gambar 9 Dari Sisi Makrus 2 skreen tersebut akan disatukan menjadi 1 skreen melebar. Pada film ini adegan yang dipilih merupakan Gambar 10 Dari sisi Sandra Gambar 11 Dari Sisi Sandra Penjelasan untuk gambar 9 adalah disaat Makrus sedang berpikir apakah dia akan bertemu Sandra, dan penggambaran suasana ceria, gembira dan saat tokoh merasa tenang, sehingga kesan romantis didapat. Pada pasca produksi dilakukan memindahkan data ke komputer lalu data disortir, gambar mana yang terbaik. Lalu ditata di software pengeditan gambar. Setelah semua gambar ditata dan ditambahkan audio, maka proses selanjutnya adalah render. Setelah karya selesai dibuat dan masuk dalam proses promosi, dibuatlah gimmick yang mendukung promosi film pada saat pameran dilakukan. SARAN Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari penelitian/pembuatan film pendek ini yaitu: Pembuatan film ini dilakukan tidak kurang dari 1 bulan, sehingga banyak menyita waktu dan pendanaan yang besar. Hal ini merupakan kendala utama yang dialami peneliti. Selain itu dalam penelitian ini banyak melibatkan orang/kru, oleh karena pengaturan jadwal untuk masing-masing individu juga merupakan kendala. Oleh karena itu bagi para peneliti yang akan membuat karya yang sejenis, diharapkan mendapat sponsor. Penggunaan 2 kamera untuk syuting merupakan satu keunggulan dalam film ini, oleh karena itu film ini boleh dikaji ulang dengan cerita yang berbeda. SNASTI 2013, MGP - 30

9 RUJUKAN Andre Infografik: 10 Film Indonesia Dengan Penonton Terbanyak. Retrieved 10 23, 2012, from Visikini: 07/infografik-10-film-indonesia-denganpenonton-terbanyak/ Anneahira Mengenal Macam-Macam Film. Retrieved 11 05, 2012, from com: Budiarto, Eko, S Pengantar Epidemiologi edisi2. Jakarta: Kedokteran EGC. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Singpore: Buku Kedokteran EGC. Indrarto, T Diurus Dua Menteri, Perfilman di Indonesia Semakin Tidak Terurus. Retrieved 10 23, 2012, from Film Indonesia: Kristiono Perkembangan Psikologi Remaja. Retrieved 11 05, 2012, from wordpress.com: embangan-psikologi-remaja/ Machrudi, E Komunitas Multimedia Amikom. Retrieved 10 23, 2012, from koma.or.id: Nugroho, D. A Cewek Most Wanted. Bandung: Penerbit Cinta. Paradiso Produksi Film Meningkat. Retrieved 10 23, 2012, from L'Ultimo Paradiso: ultimoparadiso.com/?p=403 Sutisno, P In Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (p. 1). Jakarta: PT Grasindo. indonesiatravel.biz SNASTI 2013, MGP - 31

10 SNASTI 2013, MGP - 32

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab 4 ini akan dijelaskan mengenai implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelas maka akan diuraikan tentang proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berikut adalah beberapa landasan yang akan digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir yang berjudul Rahasia Hati. Landasan yang akan digunakan mencakup segala hal tentang multimedia dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dimasa sekarang sudah berkembang pesat. Keadaan seperti ini. bergenre romantis dengan menggunakan kamera iphone.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dimasa sekarang sudah berkembang pesat. Keadaan seperti ini. bergenre romantis dengan menggunakan kamera iphone. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dimasa sekarang sudah berkembang pesat. Keadaan seperti ini memudahkan kelangsungan hidup manusia untuk melakukan segala aktifitasnya. Dalam Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada laporan Tugas Akhir pada bab IV ini, menjelaskan tentang hasil karya yang berasal dari rancangan pada bab bab sebelumnya. Padabab IV ini dijelaskan mengenai pelaksanaan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. berjudul Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Romantis Berjudul

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. berjudul Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Romantis Berjudul SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Yang bertandatangan di bawah ini, saya: Nama : Indri Yulianti NIM : 08.51016.0058 Dengan ini saya menyatakan dengan benar, bahwa Tugas Akhir saya yang berjudul Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah film Dokumenter. Film reality dokumenter adalah film rekaman kejadian atau peristiwa dalam bentuk audio visual yang tercipta

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan perancangan karya pada proses pembuatan karya. 4.1 Pra Produksi Pra produksi yang dilakukan setelah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan Pengerjaan Iklan Layanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

Produksi Iklan Audio _ Visual

Produksi Iklan Audio _ Visual Modul ke: Produksi Iklan Audio _ Visual Membuat Storyline Perancangan Produksi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id STORYLINE

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Penggabungan live shot dan animasi pada film pendek yang berjudul ABIMANYU ini berfungsi sebagai alat media komunikasi visual tentang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA Oleh : Sutandi, ST, M.Pd Animasi merupakan gambar hidup yang digerakkan dari sekumpulan gambar, yang memuat tentang objek dalam posisi gerak yang beraturan. Objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Penelitian Dalam satu penelitian, agar masalah dapat berjalan sesuai dengan yang digunakan, maka perlu didukung oleh suatu metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi multimedia sekarang ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia sekarang ini menjadi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. lokasi akan ditata seperti yang digambarkan pada storyboard.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. lokasi akan ditata seperti yang digambarkan pada storyboard. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Secara keseluruhan bab ini akan membahas tentang produksi hingga pasca produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Gambar proses produksi dan pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar khalayak. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah metodologi penelitian kualitatif. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi dalam penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif, di mana penelitian kualitatif merujuk pada penalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro

BAB V EVALUASI. Gambar 5.1 Final Cut Pro 64 BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melewati proses pra produksi dan produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Dalam tahap ini shooting dan stock shoot diseleksi dan di pisahkan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film pendek ini. 3.1 Metodologi Bidang

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie BAB 5 EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah selesai tahapan pra produksi dan tahapan produksi maka tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dimana dalam tahapan pasca produksi ini adalah sebuah tahapan

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Pra Produksi 4.1.2 Ide Ide dasar pembuatan video klip ini diperoleh dari lirik lagu. Penulis kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. 4.1.3 Konsep

Lebih terperinci

PEMBUATAN FILM ANIMASI 2D YANG BERJUDUL EMPAT MONSTER PADA KOMUNITAS MULTIMEDIA AMIKOM SURAKARTA

PEMBUATAN FILM ANIMASI 2D YANG BERJUDUL EMPAT MONSTER PADA KOMUNITAS MULTIMEDIA AMIKOM SURAKARTA PEMBUATAN FILM ANIMASI 2D YANG BERJUDUL EMPAT MONSTER PADA KOMUNITAS MULTIMEDIA AMIKOM SURAKARTA Herdika Melia Putra, Agus Purwanto AMIK Cipta Darma Jl. Ahmad Yani No. 181 Kartasura 57164 Abstract This

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut :

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut : 49 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Untuk strategi komunikasi, penulis memberikan pembagian sebagai berikut : 4.1.1.1 Fakta Kunci 1. Cerita romantis merupakan cerita

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini fokus pembahasan dilakukan pada tahap produksi dan pasca produksi. Didalam dua tahap itu terdapa apa saja yang dilakukan semua diurai dengan lengkap pada bab ini.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film exteme

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film exteme BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang proses produksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi hingga proses pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam pembuatan konsep animasi dan pembuatan konsep visual (environment) POPO KUNTI kerja praktik pada PT. Digital Global Maxinema didasari oleh beberapa kajian pustaka agar dalam

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Apa yang akan dibuat oleh penulis disini adalah sesuatu yang berhubungan dengan sebuah promosi bersifat komersial. Sebuah video promosi sebuah universitas di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan animasi saat ini sudah merambat ke area produksi yang lebih baik dan dinikmati oleh segala kalangan. Acara televisi, bioskop, majalah dan radio juga sudah

Lebih terperinci

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya. KODE UNIT : TIK.MM02.022.01 JUDUL UNIT : Menulis Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi

Lebih terperinci

BAB II ANALISA MASALAH

BAB II ANALISA MASALAH BAB II ANALISA MASALAH 2.1 Tinjauan Teori Joseph V, A.S.C menyimpulkan dalam bukunya The Five C S Of Cinematography, sebagai berikut: Banyak orang film yang mahir dalam menemukan cara yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia bisa dikatakan cukup signifikan. Terlihat dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini. Tidak

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

Lokasi Produksi FTV Benjang

Lokasi Produksi FTV Benjang Lokasi Produksi FTV Benjang 108 BENJANG 109 TRANSKIP WAWANCARA KEY INFORMAN Key Informan Job Deskription : Wibowo Mukti : Produser Tanggal : 27 April 2016 Waktu Durasi : 10.00 WIB : 20 Menit 1. Penulis

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan indera pendengaran manusia. Musik mampu menggambarkan suasana yang disampaikan lewat lirik dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION Naskah Publikasi diajukan oleh Kholis Fathoni Avrianto 05.12.1114 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini akan menjelaskan mengenai hasil karya yang berasal dari rancangan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan menjelaskan mengenai tahap produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Adanya sebuah film, baik itu film pendek maupun film panjang, tidak hanya peranan sutradara saja dalam film tersebut tetapi ada orang lain yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Alur tersebut tergambarkan seperti pada gambar 4.1.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Alur tersebut tergambarkan seperti pada gambar 4.1. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Secara garis besar bab ini akan membahas tentang produksi hingga pasca produksi. Alur tersebut tergambarkan seperti pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Alur Produksi Dan Pasca Produksi

Lebih terperinci

LAPORAN EDITING TEASER KAMPUNG SENI 2015

LAPORAN EDITING TEASER KAMPUNG SENI 2015 LAPORAN EDITING TEASER KAMPUNG SENI 2015 Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu: Ranang Agung S., S.Pd. M.Sn. Disusun oleh : DEVITA NELA SARI NIM. 14148146 SEKAR MANIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Karya Tugas Akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2D Berjudul The

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Karya Tugas Akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2D Berjudul The BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metodologi Penelitian Karya Tugas Akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2D Berjudul The History of Javanese Letters dengan Teknik Motion Graphic Novel ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di provinsi Jawa Tengah, terdapat beberapa stasiun televisi lokal yang dirancang dengan nuansa budaya Jawa ataupun budaya lokal. Salah satunya adalah perusahaan PT.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 2.1 Animasi edukasi KOK BISA Sumber : Youtube Animasi yang digunakan sebagai media edukasi ini pernah dibuat oleh kanal Youtube asal Indonesia yang bernama

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN DAN IMPLEMENTASI KARYA. beberapa tahapan-tahapan penting yang harus dilalui antara lain:

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN DAN IMPLEMENTASI KARYA. beberapa tahapan-tahapan penting yang harus dilalui antara lain: BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN DAN IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek Prosedur dalam pelaksanaan kerja praktek adalah sesuai dengan prosedur pelaksanaan kerja praktek yang ditetapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI BAB IV TAHAPAN PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI 4.1 PRODUKSI Proses produksi video tutorial ini diawali dengan persiapan produksi yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu persiapan yang meliputi alat, konten video

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini akan menjelaskan mengenai hasil karya yang berasal dari rancangan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan menjelaskan mengenai tahap produksi

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA Bab III ini akan menjelaskan tentang Metodologi dan Perancangan Karya yang akan digunakan dalam proses pembuatan Tugas Akhir yang berjudul Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Legenda Legenda yang dalam bahasa Latin disebut legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI. cerita dan konsep yang dipadukan dengan elemen audio visual dan

BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI. cerita dan konsep yang dipadukan dengan elemen audio visual dan BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Konsep Desain Desain iklan layanan masyarakat yang berupa media utama yang berbasis media elektronik sebagai sarana untuk mensosialisasikan iklan layanan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia perfilman horor Indonesia semakin marak dan maju. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap bioskop ada, satu bahkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Perancangan Video Virtual Reality Gunung Tangkuban Perahu ini termasuk dalam lingkungan non-fisik, yaitu sebagai media penyampaian cerita dongeng

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI.

BAB II METODOLOGI. BAB II METODOLOGI 2.1 Identifikasi Masalah Permasalahan yang diangkat didalam perancangan Video Magazive Independent Skateboarding ini diantaranya adalah : Penerapan motion graphic teks sebagai element

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metodologi Laporan ini menggunakan metodologi wawancara dan observasi untuk mendapatkan permasalahan yang terdapat di lapangan. Wawancara berfokus pada konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN. proses pembuatan film menggunakan penggabungan teknik tracing vektor dengan

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN. proses pembuatan film menggunakan penggabungan teknik tracing vektor dengan 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN Laporan tugas pada BAB III ini, menjelaskan tentang perancangan karya dalam proses pembuatan film menggunakan penggabungan teknik tracing vektor dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY

PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY Adindha Miftania D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya, email: dindambem@yahoo.com Film animasi adalah

Lebih terperinci