Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A"

Transkripsi

1 KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Strata Dua Dan Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si.) Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 LEMBAR PENGESAHAN TESIS KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A Surakarta,... Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. H. Ashadi NIP Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si. NIP ii

3 LEMBAR PENGESAHAN TESIS KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA Disusun Oleh : Jaka Purwanta NIM. A Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal... Jabatan Nama Tanda tangan Ketua merangkap anggota Dr. Sunarto, M.S.... NIP Sekretaris merangkap anggota Dr. Ir. Mth. Sri Budiastuti, M.P.... NIP Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. H. Ashadi... NIP Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si.... NIP Surakarta,... Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si. NIP iii

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM : Jaka Purwanta : A Program Studi : Ilmu Lingkungan Universitas : Sebelas Maret Surakarta menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tesis ini tidak berisi materi yang ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan tesis yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Surakarta, Juli 2010 Penulis Jaka Purwanta iv

5 HALAMAN MOTTO Berupayalah tidak hanya menjadi manusia yang sukses, tetapi juga manusia yang bernilai. (Albert Einstein) Jika kamu punya keinginan yang kuat, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu mewujudkan keinginan. (Paulo Coelho) Tidak ada yang dapat membuat seseorang menjadi kaya dan kuat selain apa yang ada di dalam dirinya, kekayaan itu ada di dalam hati, bukan di dalam genggaman. (John Milton) v

6 KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA ini dengan lancar. Ujian kualifikasi sudah dilaksanakan pada hari Senin, 7 Juni Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Ashadi, selaku dosen pembimbing I 2. Bapak Dr. Prabang Setyono, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing II 3. Seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan September 2008 di Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana. Unversitas Sebelas Maret Surakarta 5. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas semua bimbingan dan bantuan kepada penulis. Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis tesebut, dapat menjadi amal baik bapak dan ibu semua, amin. Tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga dengan tesis ini, maka kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih baiknya tesis ini, kami terima dan kami ucapkan terima kasih. Harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya, khususnya pada bidang lingkungan. Surakarta, Juli 2010 Penulis Jaka Purwanta vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN..... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... Halaman i ii iii iv v vi vii viii ix x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan. Penulisan... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan... 6 B. Sumber Daya Air C. Ekosistem Perairan D. Pencemaran air Tawar E. Ikan Bawal F. Azas-azas Ilmu Lingkungan G. Penelitian Terdahulu H. Kerangka Berpikir. 33 I. Hipótesis 35 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan Penelitian C. Variabel Penelitian D. Cara Kerja.. 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Jadual Penelitian vii

8 Lampiran 2. Data Penelitian Lampiran 3. Denah Lokasi Pengambilan Air Contoh Uji Lampiran 4. Peta Lokasi Obyek Penelitian Lampiran 5. Foto-foto Pengambilan Data Penelitian Lampiran 6. Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun Lampiran 7. Peraturan Gubernur DIY No. 20 tahun viii

9 DAFTAR TABEL Halaman 1. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan PP N0.82 tahun 2001 pasal Baku Mutu Air Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No.20 tahun 2008 pasal Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Data Hasil Penelitian Data Suhu (T) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data Residu Terlarut (TDS) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data Residu Tersuspensi (TSS) Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data ph Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data BOD Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data COD Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data DO Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data Pospat Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Klasifikasi tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan unsur hara P (Pospor) Data Nitrat Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak Data Amonia Air Contoh Uji Pada Berbagai Letak ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kolam Ikan Bawal Ikan Bawal Air Tawar Kerangka Berpikir Hubungan antara Suhu terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara TDS terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara TSS terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara ph terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara BOD terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara COD terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara DO terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara Pospat terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara Nitrat terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Hubungan antara Amonia terhadap Waktu Pengambilan Air Contoh Uji pada Berbagai Letak Denah lokasi pengambilan air contoh uji Kolam ikan Bawal (obyek penelitian) Laboran sedang mengambil air contoh uji pada inlet Laboran sedang mengukur kualitas air contoh uji Laboran sedang mengambil air contoh uji pada kolam bawah Air keluar dari kolam bawah dan mengalir ke Sungai Kuning (outlet) 109 x

11 ABSTRAK KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA Oleh : Jaka Purwanta PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Mulya adalah suatu kelompok pembudidaya ikan yang berlokasi di Tempelsari, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY dan salah satu ikan yang dibudidayakan adalah Bawal. Latar belakang penelitian ini yaitu air kolam ikan yang berbau menyengat, pertumbuhan ikan Bawal yang kurang cepat, dan daerah pertanian yang teraliri air sungai Kuning yang sudah tercampur dengan air kolam ikan, produksinya tidak baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas air kolam ikan bawal tersebut jika ditinjau dari sifat fisika, kimia, dan derajat eutrofikasinya. Pada penelitian ini, sampel air kolam ikan bawal diambil dari empat lokasi dan masing-masing lokasi diambil 5 titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan setiap interval waktu 2 minggu sebanyak 5 kali. Pencarian data dilakukan menggunakan teknik dokumenter yaitu mencari sumber-sumber data primer (yaitu menggunakan metode time series, yaitu metode mengambil sampel atau cuplikan dengan interval waktu dan ukuran tertentu) atau pun sumber data sekunder, juga analisis kualitas air di laboratorium untuk mengetahui terjadi perubahan atau tidaknya kualitas air di lokasi penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini, secara umum kualitas air yang masuk dan keluar kolam ikan Bawal secara fisika yang ditinjau dari suhu, TDS, dan TSS maka kualitas air masih baik. Namun secara kimia yang di tinjau dari nilai ph, DO, COD, BOD, NH 3, NO 3 -, dan PO 4-3, kualitas air menurun tetapi masih bisa digunakan untuk mengairi pertanian. Derajat eutrofikasi dapat dilihat dari kadar nitrat dan pospat, yaitu bahwa dengan memberikan makanan alternatif yang berupa sisa makanan (50 kg/hari/kolam kurang lebih 500m 2 ) ke kolam ikan Bawal, menimbulkan nitrat sebanyak 0,35-4,43 mg/l, sedangkan Baku Mutu Lingkungan untuk nitrat adalah 10 mg/l artinya kualitas air kolam jika ditinjau dari kadar nitrat adalah masih baik dan dapat digunakan untuk pertanian. Sedangkan kadar pospat yang terkandung dalam air kolam ikan adalah 0,6701 0,9126 mg/l dan ini lebih tinggi dari Baku Mutu Lingkungan untuk pospat yaitu 0,2 mg/l, artinya kualitas air kolam ditinjau dari sisi pospat adalah tidak baik. Berdasarkan hal tersebut maka derajat/tingkat eutrofikasinya tinggi. Kata Kunci : ikan Bawal, kualitas air kolam, eutrofikasi xi

12 ABSTRACT THE STUDY OF BAWAL FISH WATER POND QUALITY AT MINA MULYA FISH CULTIVATION GROUP, TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA Author : Jaka Purwanta ENVIRONMENTAL SCIENCE STUDIES DEPARTMENT GRADUATE SCHOOL SEBELAS MARET UNIVERSITY OF SURAKARTA Mina Mulya Fish Cultivation Group is a group of fish breeder located at Tempelsari, Maguwoharjo, Depok, Sleman, D. I. Yogyakarta and the fish species which is cultivated is Bawal. The background of research are the Bawal fish pond water that very smell, the Bawal fish grow that less fast, and the farming area was restreamed by Kuning river water that be mixed with the Bawal fish pond water, production is not good. This research is intended to study the quality of the water used at the bawal fish ponds evaluated from physical and chemical properties and the degree of eutrofication. In this research, the water ponds samples is picked up from 4 locations dan each locations were taken five points of sampling. Sampling is done every 2 weeks interval each 5 times per occasion. Data collecting is done by documentary technique i.e. searching primary data sources (using time series method, sampling method with certain time interval and size). This research also using secondary data sources and water quality laboratory analysis to find out water quality change occurence at the research location. The research conclusion is generally the water quality of bawal fish pond s inlet and outlet flow, evaluated from temperature, TDS and TSS, is physically - good enough. However, evaluated from ph, DO, COD, BOD, NH 3, NO 3 and -3 PO 4 values, chemically the water quality is degrade although not very significant and still could be used for farming irrigation. The degree of eutrofication could be acknowledged from nitrate and phosphate concentration. By feeding the bawal fish with alternative menu in the form of food remains (50 kg/day/pond approximately 500 m 2 area), will generate nitrate as much as 0,35-4,43 mg/l while Environmental Quality Standard for nitrate is 10 mg/l. This means from nitrate concentration point of view the water quality is acceptable and still could be used for farming irrigation. Meanwhile, the bawal fish pond s phosphate concentration is 0,6701 0,9126 mg/l. This is higher than Environmental Quality Standard for phosphate which is 0,2 mg/l. Therefore, from the phosphate concentration point of view, the water quality is not acceptable and based on that fact it is concluded that the degree of eutrification is high. Keywords : Bawal fish, pond s water quality, eutrofication xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberlanjutan terpeliharanya fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan partisipasi seluruh anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui perseorangan, organisasi lingkungan hidup, perguruan tinggi, dan wadahwadah lainnya. Hal ini jika dapat diwujudkan maka akan tercipta kondisi bahwa pembangunan nasional yang di laksanakan telah melibatkan atau mengikutkan lingkungan hidup sebagai bagian yang penting, termasuk sumber daya air, sehingga menjadi sarana untuk terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan hidup masyarakat. Pada zaman teknologi maju ini, pengaruh manusia terhadap lingkungan sangat besar. Hal ini terlihat dari peran manusia yang mampu mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan hidup, walaupun ini juga membawa resiko yang tidak kecil. Dampak terhadap lingkungan fisik dan biotik biasanya akan lebih cepat dirasakan oleh manusia, hal ini disebabkan telah terjadi penurunan kualitas lingkungan. Dampak-dampak tersebut diakibatkan oleh masuknya unsur-unsur polutan ke dalam

14 lingkungan sehingga lingkungan kurang atau bahkan tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Peneliti menentukan sebagai obyek penelitian adalah air kolam ikan Bawal. Hal ini dilatarbelakangi bahwa dekat tempat tinggal peneliti, yaitu di Tempelsari, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY, terdapat banyak kolam ikan, yang salah satu jenis ikannya adalah ikan Bawal. Munculnya banyak kolam ikan ini dikarenakan para petani yang semula menggarap sawah, ternyata penghasilan dari bertaninya belum bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehingga kemudian dilakukan upaya terobosan untuk mendapatkan alternatif solusi meningkatkan kesejahteraan petani. Sesudah mendapat pengarahan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Dinas Perikanan Kabupaten Sleman dan mencermati sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut, yaitu adanya sumber daya air Sungai Kuning yang masih cukup banyak dan jernih, maka diputuskan untuk mengkonversi lahan sawah menjadi kolam ikan, dengan pertimbangan jika suatu saat dikehendaki, kolam ikan masih bisa dikonversi lagi menjadi sawah. Hal yang menunjukkan kualitas air sungai Kuning masih baik yang mudah dilihat yaitu air sungai yang masih jernih/tidak keruh dan tidak terdapat sampah-sampah di badan sungai. Dipilih ikan Bawal karena ikan Bawal mempuyai beberapa keistimewaan antara lain : 2

15 a. Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (Omnivora) yang condong lebih banyak makan dedaunan b. Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik, artinya meskipun air sudah agak keruh tetapi ikan masih dapat hidup. c. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami (Anonim, 2001 a ). Namun pada perkembangan pemeliharaan ikan selanjutnya, timbul berbagai masalah yaitu air kolam ikan yang berbau menyengat, pertumbuhan ikan Bawal yang kurang cepat, dan daerah pertanian yang teraliri air sungai Kuning yang sudah tercampur dengan air kolam ikan, produksinya tidak baik/menurun. Berdasarkan berbagai masalah yang muncul tersebut, kemudian dikaji tentang kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, yang salah satunya adalah kualitas air kolam ikan. Air sungai yang sudah digunakan untuk mengaliri kolam ikan Bawal ini, selanjutnya akan dipakai untuk mengaliri daerah pertanian. Namun pemanfaatan air untuk usaha perikanan akan membawa perubahan-perubahan baik terhadap kualitas maupun kuantitasnya. Dampak tersebut disebabkan oleh masuknya polutan ke air sungai Kuning sehingga air sungai akan turun kualitasnya dan seberapa besar penurunan kualitas air sungai Kuning tersebut, akan dapat diketahui dengan melakukan suatu penelitian. Jika melihat sepintas dari air sungai/kali Kuning yang akan digunakan untuk mengisi kolam ikan Bawal di KPI Minamulya, air sungainya cukup jernih/tidak keruh, dan 3

16 volume airnya relatif sedikit. Sesudah dibendung, maka volume air sungai Kuning menjadi banyak dan ketersediaannya menjadi terjaga. Salah satu pemanfaatannya yaitu untuk mengaliri kolam ikan Bawal tersebut. Namun sesudah digunakan pada kolam ikan, tentu air kolam tersebut akan berubah kualitasnya, namun seberapa jauh perubahan kualitas air kolam ikan Bawal tersebut, ini belum jelas. Semua hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian air kolam ikan Bawal tersebut untuk tesis dengan judul KAJIAN KUALITAS AIR KOLAM IKAN BAWAL PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (KPI) MINA MULYA TEMPELSARI, MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, D.I.YOGYAKARTA. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina Mulya jika ditinjau dari sifat fisika dan sifat kimianya? 2. Bagaimana derajat/tingkat eutrofikasinya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina Mulya jika ditinjau dari sifat fisika dan sifat kimianya. 2. Untuk mengetahui derajat/tingkat eutrofikasinya. 4

17 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para peneliti lain pada khususnya maupun para pembaca pada umumnya, yaitu dapat memberikan informasi tentang kualitas air kolam ikan Bawal KPI Mina Mulya dan derajat/tingkat eutrofikasinya. 5

18

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat (1) bahwa lingkungan hidup adalah segala kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Anonim, 1997). Dari bunyi undang-undang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan terdiri dari 2 komponen yaitu komponen hidup (makhluk hidup) dan komponen tak hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem. Organisme-organisme hidup dengan lingkungannya berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi satu dengan lainnya. (Odum, 1996). Hal ini berarti bahwa hubungan antara komponen hidup dengan komponen tak hidup bersifat dinamis dan membentuk suatu sistem ekologis. Satuan yang mencakup semua organisme di dalam komunitas pada suatu daerah yang saling berinteraksi dengan lingkungan fisiknya dan hal ini mengakibatkan terjadinya arus energi dan siklus materi yang mengarah ke struktur makanan. Sedangkan pengertian ekosistem yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling

20 mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup (Anonim, 1997 a ). Sumber daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam hayati (SDH), sumber daya alam non-hayati/fisik (SDF), dan sumber daya buatan (SDB) (Tandjung, 1992). Sumber energi utama adalah energi matahari, lalu oleh tumbuhan hijau, energi matahari tersebut digunakan pada proses fotosintesis dan menghasilkan bahan makanan. Dalam ekosistem, tumbuhan hijau berfungsi sebagai organisme autotrof atau produsen. Pada proses selanjutnya, energi yang tersimpan pada produsen akan berpindah ke konsumen pertama, kedua, dan ketiga melalui rantai makanan atau peristiwa makan dimakan. Sedangkan contoh siklus materi di dalam ekosistem yaitu siklus karbon, air, hara, pospat, dan nitrogen. Siklus materi ini dapat berlangsung dengan bantuan organisme pengurai, yang berfungsi untuk menguraikan unsur organik menjadi unsur anorganik atau mineral. Menurut Fandeli (1988), ciri-ciri lingkungan hidup sebagai suatu sistem yaitu : 1) Dinamis Lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem berkembang dari waktu ke waktu. Perubahan dan perkembangan ini dapat dilihat dari gejala dan fenomena sebagai berikut : a) Fenomena fisik 7

21 Hubungan antara energi, air, dan iklim dalam suatu ekosistem terlihat nyata. Suhu udara dan kelembaban merupakan contoh parameter iklim. Nilai suhu udara dan kelembaban akan selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi pada aliran energi dan siklus air yang terjadi di bumi dan atmosfer (Handoko, 1995). Hal ini sesuai dengan Hukum Termodinamika kedua yaitu energi yang masuk ke suatu sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem tersebut (Soeriaatmadja, 1989). Teori ini berlaku untuk jangka waktu yang lama tetapi untuk jangka waktu yang singkat berlaku sebagai berikut : Energi masuk = Energi Keluar + Energi yang tersimpan/terlepaskan Pada suatu sistem, yang menjadi input adalah faktor atau variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku atau mempercepat terjadinya perubahan perilaku. Contoh pada industri adalah faktor produksi, pada bidang pertanian yaitu pupuk, pestisida, air, tanah,bibit unggul, dan cara bercocok tanam. Contoh-contoh tersebut merupakan controllable input, yaitu faktor yang dapat dikuasai dan dikendalikan, sedangkan untuk faktor yang tidak dapat dikuasai, merupakan faktor eksternal disebut uncontrollable input (Manetsech, 1979). Sedangkan faktor atau variabel yang dihasilkan dalam suatu sistem disebut input. Pada proses metabolisme tubuh tumbuhan, sebagai input yaitu karbohidrat yang merupakan hasil dari proses fotosintesis, dan akibatnya ukuran tumbuhan menjadi semakin besar (Sigit, 2001). b) Fenomena biologis 8

22 Komunitas hidup mulai dari bentuk yang terkecil sampai bentuk yang terbesar yaitu sel, jaringan, organ, sistem organ, populasi, dan komunitas. Masing-masing membentuk sistem yang dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal (biotis potential) dan faktor eksternal (environmental resistance). Sedangkan fenomena yang juga berkembang dari waktu ke waktu yaitu fenomena fisik, kimia, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya. 2) Saling berinteraksi Untuk mencapai keseimbangan maka tiap-tiap komponen di dalam suatu ekosistem saling berinteraksi secara terus menerus. Hal ini dapat diwujudkan ke dalam bentuk siklus materi yang meliputi siklus hara, air, karbon, nitrogen, pospor, dan lain-lain. 3) Interdepedensi Komponen-komponen dari suatu sistem tidak hanya saling mengkait dan berhubungan tetapi juga adanya saling memerlukan. 4) Integrasi Pengertian integrasi yaitu salah satu konsep pendekatan secara sistem dapat menunjukkan keberhasilan untuk memecahkan masalah yang terjadi di dalam suatu ekosistem. Semua komponen di dalam ekosistem dirancang secara terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. 5) Tujuan Sistem Bentuk tujuan dari suatu sistem adalah output. Untuk itu hasil pengukuran tujuan sistem diusahakan berbentuk ukuran kuantitatif dan jelas sehingga 9

23 di dalam pengambilan keputusan dalam sistem secara keseluruhan akan terpusat untuk selalu konsisten dengan tujuannya. 6) Organisasi sistem Organisasi sistem menyangkut fungsi, struktur, dan hierarkis. Pada pengorganisasian sistem diusahakan agar komponen-komponen mencapai tujuan yang selaras dengan tujuan keseluruhan. B. Sumber Daya Air Habitat-habitat perairan dibagi menjadi 3 yaitu sistem air tawar, estuaria (air payau), dan air laut. Meskipun jumlah habitat air tawar adalah relatif kecil dibandingkan dengan habitat air lainnya, namun mempunyai fungsi yang cukup penting untuk manusia. Penggunaan air tahun 2000 oleh manusia kira-kira 4350 km 3 air dalam satu tahun. Dari jumlah tersebut 60% digunakan untuk keperluan air irigasi pertanian, 30% untuk keperluan proses industri dan pendingin, dan 10% digunakan untuk keperluan domestik (memasak, mencuci, dan minum) (Raven, 1993) Sumber daya air merupakan sumber daya alam non hayati dan dapat diperbaharui, artinya air termasuk sumber daya alam yang jika habis dapat diperbaharui lagi. Namun jika badan air terus menerus tercemar limbah maka suatu saat air yang bersih akan langka. Untuk itu penggunaan air harus efisien dan selalu dijaga agar tidak tercemar zat-zat berbahaya. Dalam ilmu hidrologi modern, ketiga siklus di alam yaitu siklus hidrologi, siklus erosi, dan siklus biokimia, akan berinteraksi dengan faktor-faktor ekonomi seperti 10

24 pembangunan dan urbanisasi serta dengan faktor sosial yaitu pertumbuhan penduduk dan perubahan kebiasaan/budaya kehidupan (Pusposutardjo dan Susanto, 1993) Siklus hidrologi yaitu suatu pola pendauran umum yang terdiri dari susunan gerakan-gerakan air dan transformasinya, meliputi proses kondensasi, presipitasi, infiltrasi, dan perkolasi. Siklus air atau daur air dimulai dari peristiwa pemanasan terhadap air laut oleh sinar matahari, kemudian air laut menguap dan terjadilah kondensasi yang berpengaruh terhadap iklim di suatu tempat, sesudah itu terjadi presipitasi atau hujan yang merupakan sumber air bagi semua makhluk hidup. Air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan mengalami 2 peristiwa yaitu mengalir di permukaan tanah sebagai air permukaan dan infiltrasi yaitu air masuk kembali ke dalam tanah lalu terjadi perlokasi yaitu aliran air di lapisan-lapisan tanah serta batuan. Air permukaan digunakan manusia untuk keperluan sehari-hari seperti untuk irigasi, transportasi, dan keperluan domestik lainnya. Sedangkan air tanah merupakan cadangan air bersih bagi manusia dan tumbuhan. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan air tanah dan air permukaan sangat mempengaruhi kelestarian sumber daya air tersebut. Pengertian Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Klasifikasi Mutu Air adalah pengelompokan air ke dalam kelas air berdasarkan mutu air. Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau 11

25 komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air (Anonim, 2008 d ). Sedangkan pengertian baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Anonim, 1997 a ). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pasal 8, sumber daya air dapat diklasifikasikan menurut peruntukannya dan ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal 8 No. Kelas Keterangan 1 I Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2 II Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3 III Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4 IV Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (Anonim, 2001 b ) 12

26 Sedangkan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah R.I. No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah sebagai berikut : Tabel 2. Baku Mutu Air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 pasal 8 PARAMETER SATUAN KELAS Keterangan I II III IV A. FISIKA 1. Temperatur o C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya 2. Residu Terlarut mg/l (TDS) 3. Residu Tersusensi (TSS) mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, TSS 5000mg/l B. KIMIA ANORGANIK 1. Ph Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah. 2. BOD mg/l COD mg/l DO mg/l Angka batas minimum 5. Total pospat sbg.p mg/l 0,2 0, Nitrat sebagai N mg/l NH 3-N mg/l 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan ammonia bebas untuk ikan yang peka<0,02 mg/l sebagai NH 3 Keterangan : (-) : tidak dipersyaratkan mg : milligram l : liter (Anonim, 2001 b ) Sehubungan dengan lokasi penelitian ini berada di Daerah Istimewa Yogyakarta maka peraturan yang akan digunakan adalah merujuk pada Peraturan yang lebih khusus yang mengatur tentang baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tanggal 14 Agustus 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebagai berikut : 13

27 Tabel 3. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No.20 tahun 2008 pasal 5 No. Kelas Keterangan 1 I Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2 II Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3 III Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4 IV Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (Anonim, 2008 d ) Sedangkan baku mutu air dari Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.20 tahun 2008 tanggal 14 Agustus 2008 tentang baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut : Tabel 4. Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Parameter Baku Mutu Air DIY A. Fisika 1. Suhu Satuan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Keterangan Kandungan o C ± 3 o C Terhadap suhu udara ± 3 o C Terhadap suhu udara ± 3 o C Terhadap suhu udara ± 3 o C Terhadap suhu udara Deviasi suhu dari keadaan alamiah 2. Residu Terlarut (TDS) mg/l Residu Tersuspensi mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, (TSS) TSS 5000mg/l B. Kimia 1. Ph 6-8,5 6-8, BOD mg/l COD mg/l DO mg/l Angka batas minimum 5. Pospat mg/l 0,2 0, Nitrat mg/l Amoniak (NH 3) mg/l 0,5 (X) (X) (X) Bagi perikanan, kan-dungan ammonia bebas untuk ikan yang peka<0,02 mg/l sebagai NH 3 Keterangan : 14

28 (X) : tidak dipersyaratkan mg : milligram l : liter (Anonim, 2008 d ) Berdasarkan Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Gubernur tersebut dapat dilihat batas-batas kandungan bahan-bahan kimia atau sifat fisik air yang disesuaikan dengan fungsi dan golongan air. Air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar termasuk air kelas II. Sedangkan air yang digunakan untuk irigasi pertanian adalah air kelas IV. Kualitas air klas IV lebih rendah dibandingkan dengan air klas I, klas II, maupun klas III, hal ini disebabkan oleh adanya toleransi yang lebih tinggi bagi tanaman terhadap perubahan-perubahan sifat fisik maupun kimia air. Usaha membesarkan Ikan Bawal merupakan usaha yang cukup prospektif. Hal ini disebabkan kebutuhan pangan di Indonesia dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan tentunya banyak memberikan peluang bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya. Apalagi kekayaan alam Indonesia sangat melimpah sehingga sangat mendukung dalam pengembangan usaha pangan. Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia sangat diuntungkan dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga mendukung pengairan baik untuk pertanian maupun perikanan air tawar. Potensi akan kebutuhan ikan air tawar di wilayah Yogya cukup besar dimana selama ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari luar kota. Kondisi aliran irigasi yang cukup baik untuk pembesaran ikan, wilayah di Kabupaten Sleman tersebut sangat prospek untuk budidaya ikan air tawar. Selain itu, kelebihan budidaya ikan air tawar dibanding binatang ternak yaitu tidak membutuhkan modal yang cukup besar tetapi hasilnya cukup maksimal 15

29 serta pemeliharaan yang relatif mudah. Melihat perkembangan usaha pembesaran ikan air tawar cukup bagus. Hasilnya,ternyata hasil dari 1 kolam setara dengan hasil panen padi 1 lahan penuh. Keberhasilan petani ikan ini membuat para peternak ikan Bawal tersebut berkeinginan untuk mulai mengajak saudara-saudara dan tetangganya untuk mengembangkan usaha ini sehingga terbentuklah kelompok pembudidaya ikan Mina Mulya (Anonim, 2010 e ). Gambar 1 di bawah merupakan kolam ikan Bawal yang menjadi obyek penelitian. Gambar 1. Kolam ikan Bawal Jenis ikan yang dibudidayakan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Mulya adalah bawal dan nila yang relatif mudah pemeliharaannya dan cepat siklus panennya ±2 bulan. Kelompok tersebut memiliki 36 kolam dan 4 kolam terpisah dimana 1 kolam bisa menghasilkan kg sekali panen dimana setiap kolam ditebar bibit ±1000 ekor ikan yang berukuran ekor/ kg. Bibit tersebut diperoleh dari kelompok pembibit dan dinas perikanan. Harga bibit bawal Rp ,- dan nila Rp ,- per kg. Sedangkan untuk pakannya dilakukan substitusi, terutama pakan alami dari daun-daunan dan sisa makanan rumah 16

30 tangga serta industri makanan. Sebagai nutrisi, digunakan ikan teri rancah. Pakan alami tersebut mereka peroleh dari daerah sekitarnya. Sedangkan pakan pabrikan hanya sedikit yang digunakan. Berdasarkan pengamatan mereka, penggunaan pakan alami lebih efektif dan kualitas ikan lebih baik terutama untuk bobot ikan dan rasanya lebih gurih. Biaya pakan yang dibutuhkan selama 1 siklus total 20% dari harga jual. Pada proses pemeliharaannya, masing-masing anggota mengelola sendiri kolamnya. Saat panen, mereka saling bergotong royong membantu memanen anggota lainnya sehingga untuk tenaga kerja tidak membutuhkan biaya besar. Proses budidaya pembesaran ikan bawal dan nila cukup sederhana. Setelah panen, kolam dikeringkan yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada dan meningkatkan kandungan oksigen dalam tanah. Agar hasil lebih maksimal, ditambahkan pupuk kandang untuk menciptakan plankton yang berfungsi sebagai pakan bagi bibit ikan. Kemudian kolam diairi air dan bibit siap ditebarkan. Pemanfaatan air di saluran irigasi sekunder untuk pengairan kolam ikan tidak sampai mengganggu irigasi pertanian karena air dialirkan kembali menuju irigasi pertanian. Untuk 1 meter persegi, idealnya populasi ikan 50 ekor. Disesuaikan dengan ransum dan sirkulasi air dimana sirkulasi air mempengaruhi kandungan oksigen sehingga berpengaruh terhadap nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Bibit diberi pakan pabrikan dan kombinasi daun singkong. Pada proses pembesarannya, kolam yang dipakai oleh setiap petani berbeda. Bila hanya 17

31 menggunakan 1 kolam, maka dilakukan penjarangan. Panen ikan dilakukan secara bertahap supaya populasi ikan dalam 1 area bisa optimal. Sedangkan bila menggunakan beberapa kolam, maka setelah mencapai ukuran tertentu, ikan dipindahkan ke kolam yang telah disiapkan. Untuk bibit ikan yang berukuran besar, terkadang diberi pakan menggunakan gulma yang ada di tanaman padi. Ikan dikatakan siap panen bila berukuran 2-3 ekor/kg supaya harga jual maksimal. Keunggulan budidaya Mina Mulya ada di ransum yang variatif, biaya produksi lebih murah dan rasa ikan yang lebih gurih serta bobot ikan lebih baik. Ransum tersebut tidak sengaja diciptakan secara khusus tetapi karena penyesuaian kondisi ekonomi masyarakat sehingga mereka mencoba untuk menemukan pakan alternatif. Pembeli hasil panen mereka mayoritas pedagang ikan yang kemudian mereka distribusikan ke rumah makan atau pemancingan. Harga jual ke pedagang besar tersebut berkisar Rp 9500/kg untuk bawal dan untuk nila Rp Rp /kg. Padahal di tingkat pembeli rumah makan atau pemancingan, harga bawal mencapai Rp ,-/kg dan nila Rp ,-/kg. Setiap usaha tentu tidak lepas dari kendala. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam usaha budidaya pembesaran ikan Bawal ini yaitu pengembangan usaha terbatas lahan, masyarakat belum terbuka untuk beralih ke perikanan daripada pertanian padi. Selain itu dalam proses pemasaran, sulit untuk memutus rantai penjualan langsung ke pembeli akhir dan di satu sisi biasanya pembeli, seperti pihak rumah makan atau pemancingan, meminta suplai rutin setiap bulannya yang tidak bisa dipenuhi oleh petani sampai saat ini. Saat ini dirasa juga 18

32 perlu penyeragaman harga jual dalam kelompok tani supaya harga tidak dipermainkan tengkulak. Hanya saja kebutuhan uang yang mendesak terkadang membuat petani menjual cepat dengan harga murah. Rencana ke depan, kelompok pembudidaya ikan sedang mengajukan proposal ke dinas perikanan untuk pengembangan kolam penampungan yang akan digunakan untuk pembelian hasil panen anggota untuk menampung sementara supaya harga jual bisa maksimal. Selain itu juga mencoba memberi peluang usaha untuk penjualan eceran ke perumahan-perumahan di sekitarnya. Karena kolam belum siap, kolam yang ada dimanfaatkan dengan bekerjasama pengelolaan dimana bibit disediakan oleh kelompok, dipelihara salah 1 anggota, kemudian setelah dipotong biaya bibit, sisanya bagi hasil 40% untuk kelompok tani dan 60 untuk pengelola. Sedangkan analisis ekonominya yaitu dengan asumsi : Penebaran bibit tiap jenis setiap ekor. Tingkat kematian dari penebaran sampai panen 25%. Jika pengeluaran pakan sebesar 20% dari harga jual. Ukuran konsumsi 3 ekor/kg. Pengeluaran : Pembelian bibit bawal = 40 kg x Rp ,00 = Rp ,00 Pembelian bibit Nila = 40 kg x Rp ,00 = Rp ,00 Total biaya Bibit = Rp ,00 Pakan : 19

33 Pembelian pakan = 20% x Rp ,00 = Rp ,00 Biaya Penjualan = 5% x Rp ,00 = Rp ,00 Total = Rp ,00 Total Pengeluaran = biaya bibit + biaya pakan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 Pendapatan : Penjualan Ikan Bawal = 250 kg x Rp 9.500,00 = Rp ,00 Penjualan Ikan Nila = 250 kg x Rp11.000,00 = Rp ,00 Total Penjualan = Rp ,00 Keuntungan = Rp ,00 - Rp ,00 = Rp ,00. (Anonim, 2010 h ) Secara ekonomi, usaha pembudidayaan ikan Bawal ini menguntungkan karena produktivitas ikan Bawal yang tinggi. Namun perlu dicermati tentang kemungkinan adanya eutrofikasi yang merupakan sisi negatif dari usaha ini. C. Ekosistem Perairan Air bersifat sebagai pelarut yang sangat baik sehingga semua makhluk hidup memerlukan air untuk proses metabolisme tubuh. Manusia mempunyai peranan yang penting dalam memelihara kelestarian sumber daya air. Namun begitu ekosistem perairan di pengaruhi oleh kondisi geologis, fisiografis, iklim,flora-fauna, tata guna lahan, dan kegiatan manusia lainnya. 20

34 Unsur-unsur biotik dalam ekosistem, berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : a. Autotrof yaitu organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri berupa bahan-bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari. b. Heterotrof yaitu organisme yang hanya mampu memanfaatkan bahanbahan oganik dari organisme lain sebagai bahan makanan. Makhluk hidup autotrof yaitu makhluk hidup yang berperan utama sebagai pengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimiawi. Contoh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun dan akan menjadi produsen primer pada komunitas tersebut. Sedangkan makhluk hidup heterotrof yaitu makhluk hidup yang hidupnya tergantung dari produsen atau makhluk hidup autotrof., dan ini disebut konsumen tingkat pertama. Menurut Odum (1996), klasifikasi organisme pada lingkungan perairan yaitu : a. Plankton, yaitu makhluk hidup yang melayang-layang di permukaan perairan. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. b. Nekton yaitu makhluk hidup yang hidup diperairan dengan gerakan bebas yang terdiri jenis ikan, katak, dan serangga air. c. Benthos yaitu makhluk hidup yang hidup di dasar perairan, biasanya terdiri dari organisme dekomposer, cacing, udang, dan larva serangga. Fitoplankton merupakan produsen di dalam ekosistem perairan, yang terdiri jenis alga atau ganggang bersel satu. Sedangkan zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama atau herbivora. 21

35 Menurut Sigit (2001), faktor-faktor kimia suatu perairan yaitu : a. ph (derajat keasaman) ph adalah derajat keasaman atau menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan yang menentukan distribusi dan kemelimpahan organisme perairan. Kondisi yang baik adalah jika ph netral, sedangkan ph air tawar berkisar 6,0-8,8. ph air dipengaruhi oleh CO 2 terlarut, jika CO 2 terlarut banyak maka ph semakin rendah (semakin asam). b. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen=DO) DO adalah oksigen terlarut yang langsung terlarut dari udara dan oksigen dari tumbuhan. Harga DO berkisar antara 6-9 ppm. Harga DO dalam suatu perairan berfluktuasi dipengaruhi oleh salinitas, suhu, turbulensi, tekanan atmosfer, dan jumlah serta jenis tumbuhan air. (Jeffries&Mills, 1996). Harga DO air tawar dingin lebih tinggi dari pada harga DO air asin. Hampir semua organisme memerlukan oksigen untuk respirasi. Oksigen terlarut (DO) pada perairan bersumber dari atmosfer dan proses fotosintesis tumbuhan hijau di perairan. Jika pada batas tertentu oksigen yang terlarut di perairan habis maka air menjadi keruh. Hal ini disebabkan oleh penguraian bahan organik secara anaerob dan meninggalkan residu karbon dioksida, metana, hidrogen sulfida,dan senyawa organik sulfur sehingga menimbulkan bau perairan yang tidak sedap. c. BOD (Biochemical Oxygen Demand) BOD yaitu menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dbutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi 22

36 karbondioksida dan air atau jumlah oksigen terlarut yang digunakan tumbuhan dan hewan untuk proses oksidasi kimia karbon (metabolisme) (Alaerts dan Santika, 1984) Harga BOD berkisar 1-2 ppm. Tingkat pencemaran suatu perairan dapat dilihat berdasarkan nilai BOD-nya, yaitu semakin tinggi nilai BOD maka mengindikasikan bahwa perairan tersebut sudah tercemar oleh bahan organik (Lee et al, 1978). d. COD (Chemical Oxygen Demand) COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram per liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi (Lee et al, 1978). e. Materi Organik Ekosistem air tawar ada yang telah terpolusi oleh sampah domestik, limbah industri, dan pertanian. Penguraian bahan organik di perairan dilakukan bakteri dan jamur, yang menggunakan oksigen untuk merespirasinya. Jika timbunan materi atau bahan organik cukup banyak maka akan terjadi kematian hewan-hewan air dan menimbulkan bau yang tidak sedap. f. Kadar Nitrogen Nitrogen berasal dari atmosfer, tetapi ada beberapa organisme yang dapat memanfaatkan nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi materi organik, hal ini disebut fiksasi nitrogen. Tumbuhan air menggunakan nitrogen dalam bentuk senyawa nitrit, nitrat, dan amonia. Pengambilan 23

37 nitrogen juga dapat dari penguraian bahan organik. Bahan organik diuraikan oleh bakteri atau dideaminasi, melepaskan amonia. Sedangkan proses nitrifikasi yaitu proses yang dilakukan bakteri untuk mengubah amonia menjadi nitrit, lalu menjadi nitrat. Jika kadar nitrat dalam air cukup tinggi maka akan menurunkan kualitas perairan sehingga tumbuhantumbuhan air akan subur. (Boyd, 1988) g. Pospor Di perairan tidak ditemukan unsur pospor dalam bentuk bebas sebagai elemen tetapi pada umumnya dalam bentuk anorganik yang terlarut (ortopospat dan polipospat) dan pospat organik partikulat. Sumber pencemaran phospat berasal dari penggunaan deterjen berpospat. Jika kadar pospat melebihi batas maka derajat eutrofikasi akan besar. Perikanan atau budidaya ikan merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dan efisien, apabila dibandingkan dengan mengandalkan sumber daya ikan liar di air. Kolam-kolam ikan direkayasa untuk menyederhanakan ekosistem, yaitu membatasi komponen yang terlibat langsung pada mata rantai makanan linier yang mengarah pada hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengatur ukuran dan kedalaman badan air, dosis pemupukan, dan komposisi jenis serta perbandingan ukuran populasi ikan. Hal lain yang tidak boleh dilupakan yaitu perbandingan ikan peramban (forage fish) dengan ikan karnivora utama (carnivora fish) (Sigit, 2001). h. Amonia 24

38 Amonia (NH 3 ) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Amonia yang terdapat pada mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Sumber amonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein &urea) nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah. Amonia juga dapat berasal dari dekomposisi biota akuatik yang telah mati yang dilakukan oleh mikroba dan jamur, proses ini disebut amonifikasi. NH 3 dalam air akan membentuk NH 4 OH dan NH 4 OH ini jika tidak terionisasi sempurna maka akan bersifat toxid terhadap organisme aquatik. D. Pencemaran Air Tawar Adanya pemanfaatan air sungai oleh manusia untuk kolam pemeliharaan ikan maka akan menyebabkan penurunan kualitas air. Hal ini dapat terjadi karena masuknya limbah atau bahan-bahan buangan ke badan air. Sedangkan pengertian pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Anonim, 1997 a ). Sumber-sumber pencemar air dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : a. Pencemaran fisik : pencemaran warna, kekeruhan, zat tersuspensi, busa, radioaktivitas, dan suhu. b. Pencemaran kimiawi, ada 2 macam yaitu : 1) Polutan organik berupa protein, lipid, sabun, deterjen sintetik, karbohidrat, resin, batubara, minyak, dan ter. 25

39 2) Polutan anorganik berupa asam, alkali, logam berat, dan garam. c. Pencemaran fisiologi berupa rasa dan bau. Untuk daerah tropis, pencemaran perairan banyak disebabkan oleh limbah organik, yang dapat mengakibatkan : a. Jumlah oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen) di perairan berkurang dan nilainya lebih kecil dari nilai standarnya. b. Timbulnya zat makanan anorganik seperti amonia, nitrat, dan phospor. Zat-zat ini dapat menyebabkan bertambah tingginya kadar hara di dalam ekosistem perairan sehingga meningkatkan pertumbuhan tumbuhan air seperti alga. Jika jumlah alga banyak maka dapat mengakibatkan fluktuasi kadar oksigen perairan (Cummin, 1977). Proses perombakan bahan organik oleh bakteri berlangsung secara aerob, artinya respirasi bakteri memerlukan oksigen. Jumlah unsur hara nitrogen dan phospor yang melimpah akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yaitu proses pengkayaan unsur hara yang terjadi pada suatu perairan sehingga kualitas air tidak layak bagi kebutuhan sehari-hari atau rekreasi. Ciri-ciri biotik perairan yang mengalami eutrofikasi yaitu adanya pertumbuhan pesat tumbuhan air terutama golongan alga dan cyanobacteria (Allaby, 1996). Tumbuhan air tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kimiawi perairan yaitu ph, DO, COD, BOD, NH 3, NO - 3, PO Sedangkan pengaruh terhadap kualitas fisik perairan yaitu dapat dilihat dari suhu, TSS, TDS, dan tingkat kekeruhan air. Hal ini disebabkan karena banyaknya materi organik yang 26

40 terlarut dan meningkatnya endapan di perairan. Sebagai akibatnya, toksisitas perairan naik sehingga air menjadi beracun bagi kehidupan. Satuan individu akan membentuk populasi, dan satuan-satuan populasi akan membentuk komunitas. (Odum, 1996). Komunitas memiliki 5 karakteristik yaitu diversitas jenis, struktur dan bentuk pertumbuhan, dominasi, kemelimpahan relative dan struktur trofik. (Krebs, 1978) E. Ikan Bawal Di dalam lingkungannya, kumpulan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme hidup saling bergantung dan membentuk komunitas yang dapat diidentifikasikan fungsi dari masing-masing organisme. Pada tesis ini dipilih air kolam ikan bawal sebagai objek penelitian. Usaha pembesaran ikan Bawal air tawar (Colossoma Macropomum) dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan Bawal ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Ikan Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Sleman. Hal ini terbukti dengan terdapat banyak kolam ikan sebagai tempat pembudidaya ikan Bawal yang terletak di kabupaten Sleman dan para pemilik kolam ikan tersebut membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) seperti KPI Mina Mulya yang sedang kami jadikan obyek penelitian. Gambar 2 merupakan wujud ikan Bawal air tawar. 27

41 Gambar 2. Ikan Bawal air tawar Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : d. Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (Omnivora) yang condong lebih banyak makan dedaunan e. Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik f. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami (Anonim, 2001 c ). Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan Kolam. Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makanan alami dalam jumlah yang cukup. Langkah-langkahnya yaitu : a. Mula-mula kolam dikeringkan sehingga tanah dasarnya benar-benar kering. Tujuan pengeringan tanah dasar antara lain : 1) Membasmi ikan-ikan liar yang bersifat predator atau kompetitor (penyaing makanan). 28

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Air dan Sungai 1.1 Air Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis TINJAUAN PUSTAKA Perairan Sungai Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.

Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. SIKLUS BIOGEOKIMIA Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang.

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( ) EKOSISTEM KOLAM Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( 13196 ) PENGERTIAN EKOSISTEM Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos Odum (1993) menyatakan bahwa benthos adalah organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA 4.DAUR BIOGEOKIMIA 4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA Dalam lingkungan, unsur-unsur kimia termasuk juga unsur protoplasma yang penting akan beredar di biosfer mengikuti jalur tertentu yaitu dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perairan yang menutupi seperempat bagian dari permukaan bumi dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut (Barus, 1996).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)

Lebih terperinci

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan Rantai Makanan Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dalam proses makan dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR Daur Air/H 2 O (daur/siklus hidrologi) 1. Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air 2. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Bisnis Budidaya Ikan Bawal Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kimia Perairan 1 BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di perairan A. Definisi dan Komponen Penyusun Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang sangat digemari masyarakat karena mengandung protein yang cukup tinggi dan dibutuhkan oleh manusia untuk pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Di Susun Oleh: NAMA : ELIZON FEBRIANTO NIM : 11.01.2829 KELAS : 11-D3TI-01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Abstraksi dengan meningkatnya kebutuhan akan protein hewani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah satu unsur yang dapat mempengaruhi kualitas air yakni unsur karbon (Benefield et al., 1982).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci