BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. model indeks tunggal. Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. model indeks tunggal. Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Teori Portofolio Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio seperti expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam suatu investasi, di mana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio. Selanjutnya, Model portofolio Markowitz dikembangkan oleh William Sharpe dengan menciptakan model indeks tunggal. Model ini mengaitkan perhitungan return asset dengan return indeks pasar. Secara mathematis, Model Indeks Tunggal dirumuskan sebagai berikut (Gumanti, 2011) : R i = α i + β i I + e i Dimana R i adalah tingkat pengembalian pada aset i, I adalah persentase perubahan dalam indeks yang umum pada semua saham dan e i adalah perubahan-perubahan dalam tingkat pengambilan aset i terkait dengan kejadian khusus perusahaan. Dalam CAPM, beta berkait dengan portofolio pasar, dan oleh karenanya I adalah portofolio pasar. Seperti halnya beta dalam CAPM, β i di atas mengukur

2 sensitivitas return aset ke-i terhadap perubahan dalam indeks I. Formalnya beta SIM di hitung rumus berikut : β i = Cov(R i, I) σ 1 2 Misalnya, jikab i = 2 dan I adalah produk domestik bruto (PDB), rumus di atas menjelaskan kepaa kita bahwa jika PDB naik sebesar 1%,R i secara rata-rata juga akan naik sebesar 2%. Dalam hal ini α i adalah intersep yang mengukur return terantisipasi jika I = 0. Intersep dihitung dengan rumus berikut : α i = R ı β i I Dimana R adalah rata-rata tingkat pengembalian pada aset i dan I adalah rata-rata persentase perubahan dalam indeks. Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadian- kejadian mikro yang hanya berkaitan dengan perusahaan bersangkutan. Contohnya adalah ekspansi operasional perusahaan atau rencana pengurangan kerja. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar menyangkut kejadian kejadian makro yang memengaruhi seluruh perusahaan. Kenaikan suku bunga, peningkatan inflasi, merupakan contoh kejadian makro yang dapat memengaruhi seluruh perusahaan yang ada di pasar. Salah satu konsep penting dalam model indeks tunggal adalah terminologi Beta (risiko sistematik). Arbitrage pricing theory (APT) merupakan teori yang dikembangkan atau menindak lanjuti dari pemikiran teori CAMP. Adapun pengertian dari APT adalah (Fahmi, 2013) :

3 a. APT adalah teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross pada tahun 1976, dimana Ross menyatakan bahwa harga suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dimana pada CAMP harga hanya dipengaruhi oleh satu faktor yaitu portofolio pasar (R m ). b. APT sebagai model alternatif untuk menjawab permasalahan suatu hubungan antara pendapatan dengan risiko saham (β). c. CAMP dan APT dipakai sebagai model untuk memprediksi tingkat pendapatan suatu saham. d. A theory or risk return relationship derived from no-arbritage consideration in large capital markets e. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda Sebelum kita masuk secara lebih dalam tentang APT ini, maka perlu kita pahami pengertian dari Arbitrage itu sendiri. Arbitrase (Arbitrage) adalah proses memperoleh laba tanpa resiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga aset atau sekuritas fisik yang sama. dengan kata lain investasi pada konsep arbitrage adalah membeli suatu sekuritas atau surat berharga (commercial paper) pada harga rendah dan menjual kembali ketika harga telah mengalami kenaikan. Model APT dirumuskan sebagai berikut (Fahmi, 2013) : R i = α i + β i R m + ei Keterangan:

4 R i = return saham i α i = alpa saham i β i = beta saham i R m = return pasar e i = random eror Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dalam APT, resiko didefinisikan sebagai sensitivitas saham terhadap variabel makro- makro ekonomi (b i ) dan besar return yang dipengaruhi oleh sensitivitas tersebut. Ukuran sensitivitas dalam APT (b i ) akan mempunyai intrepretasi yang sama dengaan nilai sensitivitas dalam CAPM (Beta), karena beta dan b i merupakan ukuran sensitivitas return sekuritas dalam suatu premi resiko. Salah satu kritik terhadap model APT adalah sulitnya menemukan faktor faktor risiko yang relevan, karena faktor faktor tersebut merupakan data exdante. Untuk mengimplementasi APT kita perlu menemukan faktor faktor resiko yang relevan bagi tingkat return sekuritas, yang dalam kenyataannya belum ada kesepakatan mengenai faktor faktor risiko apa yang relevan dan berapa jumlahnya. Beberapa penelitian yang mengidentifikasi variabel variabel ekonomi makro yang mempengaruhi return sekuritas yaitu : 1. Default risk 2. Tingkat bunga 3. Inflasi atau deflasi 4. Pertumbuhan ekonomi jangka panjang

5 5. Risiko pasar residual Dengan demikian, APT mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhaap faktor faktor risiko sistematis yang berbeda pula. Masing masing investor mempunyai prilaku terhadap resiko yang berbeda, sehingga investor mampu menyusun portofolio tergantung dari preferensinya terhadap resiko. Dengan mengetahui harga pasar dari faktor faktor resiko yang dianggap relevan dan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan faktor tersebut Pasar Modal Indonesia Pasar modal dapat didefinisikan sebagai sarana dan wadah untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli (Hadi, 2013). Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana. Stuktur pasar modal Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa kebijakan pasar modal ditetapkan oleh menteri keuangan. Sedangkan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari hari dilaksanakan oleh BAPEPAM. Bursa Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar di Indonesia yang juga dikenal dengan nama asingnya sebagai Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ berupa saham preferen, saham biasa, hak (rights), dan obligasi konvertibel (convertibel bonds). Bursa efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ juga diperdagangkan di BES.

6 BEJ dan BES bergabung menjadi BEI pada bulan November BEI memperdagangkan seluruh produk investasi yang dimiliki BEJ dan BES seperti saham, Kontrak Opsi Saham (KOS), Exchange Traded Funds (ETF), Obligasi maupun Kontrak Futures baik Nikkei-225 Futures atau LQ45 Futures. Setelah diadakan pengabungan diharapkan nilai kapitalisasi pasar BEI terus berkembang Faktor Fundamental Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Salah satu keunggulan analisis fundamental adalah analisis ini menghindari banyak hal yang terkait dengan masalah yang melekat pada model atau penilaian berbasis tingkat diskonto aliran kas (the discounted cash flow valuation method). Penman (1991) meringkas diskusi sekitar topik ini, sementara diskusi terkait dengan bukti empiris diungkap dalam Penman dan Sougiannis. (Gumanti, 2011;308) Dengan analisis tersebut, para analis mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang dengan mengestimasi nilai dari faktor faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai pasar, Current ratio (CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Debt Asset Ratio (DAR), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham. Pada penelitian ini, faktor fundamental yang digunakan dalam menganalisis yakni CR, Leverage, ROE dan PER.

7 Risiko Saham Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan. Investor selalu menghadapi dua masalah di dalam berinvestasi yaitu return dan risiko. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan. Risiko di artikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya, asetnya menjadi tidak bernilai sama sekali). (Gumanti, 2011;50) Investor akan selalu mencari portofolio optimum yang menawarkan expected return maximal pada tingkat risiko yang minimum. Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Resiko suku bunga, resiko pasar, resiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara merupakan beberapa sumber resiko yang dapat memengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Menurut Fahmi (2013) risiko dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Risiko sistematik (Systematic Risk) adalah risiko yang tidak bisa diverifikasikan atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan menngkatnya angka

8 pengangguran serta moral hazard.sistematic risk di sebut juga dengan market risk atau risiko umum. 2. Risiko tidak sistematik (Unsystematic Risk) adalah hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusaan mengalami unsystematic risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti diversifikasi portofolio. Strategi lain yang bisa diterapkan adalah pada saat harga sekuritas perusahaan jatuh adalah dengan menerapkan berbagai strategi investasi. Unsystematic risk di sebut juga dengan resiko spesifik atau risiko yang dapat didiversifikasikan Risiko Sistematik Beta (β) suatu sekuritas mampu menunjukan risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Investor harus mampu menghitung resiko sistematik dari suatu investasi untuk menentukan investasi yang terbaik. Untuk menghitung besarnya resiko, metode yang digunakan adalah menghitung varians dan standar deviasi yang mengukur penyimpangan nilai yang terjadi dengan nilai return yang diharapkan. Menurut Brealey dan Myers (1999) Beta digunakan untuk mengukur sensitifitas dari individual saham terhadap resiko pasar. Kontribusi dari suatu saham terhadap resiko dari suatu portofolio tergantung dari bagaimana saham tersebut dipengaruhi oleh pergerakan pasar Beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan saham dengan pasar. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return - return sekuritas dan return pasar). Beta akutansi dapat dihitung mengunakan data akuntansi (laba laba perusahaan dan laba indeks pasar) dan Beta fundamental dapat dihutung mengunakan data fundamental (menggunakan variabel variabel fundamental).

9 Faktor-faktor yang diidentifikasikan memengaruhi nilai Beta adalah (Suad Husnan, 2003) : 1. Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh conjunctur perekonomian. Ketika kondisi perekonomian membaik, semua perusahaan akan merasakan dampak positif. Pada saat resesi, semua perusahaan akan terkena dampak negatif dan yang membedakan adalah intensitasnya. Ada perusahaan yang membaik pada saat perekonomian membaik, tetapi ada pula yang hanya sedikit terpengaruh. 2. Operating Leverage. Faktor ini menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, yaitu biaya yang tidak ikut berubah ketika perusahaan merubah tingkat aktivitasnya. Semakin besar proporsi biaya tetap, akan semakin besar operating leverage-nya. Perusahaan yang memiliki operating leverage tinggi akan cenderung memiliki nilai Beta yang tinggi, dan sebaliknya. 3. Financial leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan, akan semakin besar financial leverage-nya. Semakin besar proporsi hutang, maka pemilik modal akan menanggung resiko yang semakin besar. Di mana : Beta dihitung menggunakan rumus (Hartono,2010:383): covarians = Keterangan : β = n i=1 Covarians Market varians Ri Ri n i=1 [RmLQ45 R mlq45] varians Market = (RmLQ45 R mlq45)2 n 1 R i = Return Individual Saham R m = Market Return LQ45 atau return pasar LQ45 Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X%, yang akan berpengaruh terhadap return sekuritas sebesar X%. Jika β > 1 berarti saham n

10 cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan pasar. Jika β < 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran resiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta di masa akan datang Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor. CR dapat dihitung mengunakan rumus (Syamsuddin, 2009) : CR = Aktiva lancar utang lancar Leverage Leverage merupakan rasio yang mengambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Untuk keamanan bagi pihak luar, rasio Leverage yang baik adalah apabila total aktiva lebih besar dari pada total utang. Rasio Leverage dihitung mengunakan rumus Syafri, 2009; 307): Leverage = Return on Equity (ROE) Total utang Total aktiva ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan

11 bersih yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikannya. Semakin besar rasio ROE mengambarkan semakin baik keadaan perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. Rasio ROE dirumuskan sebagai berikut (Syamsuddin, 2009;): ROE = laba bersih sesudah pajak modal bersih Price Earning Ratio (PER) Rasio PER menunjukkan perbandingan harga saham di pasar yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan cukup tinggi. Rasio PER dapat dihitung mengunakan rumus (Syafri, 2009; 311): PER = Harga Pasar Saham Laba Bersih 2.2. Penelitian Terdahulu 1. Anto (2012), melakukan penelitian dengan judul Analisis faktor fundamental keuangan terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode , Variabel yang digunakan yaitu : Curent Ratio, Leverenge, Return on Equity, Price Erning Ratio dan Beta Saham. Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang

12 mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode Rackmawati (2010) dengan judul penelitian Analisis faktor fundamental terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode , variabel yang digunakan Sales growth, debt to equity rasio, ROA dan Beta saham. Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio, dan ROA, merupakan faktor yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Soeroso (2013) dengan judul penelitan Analisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Variabel yang digunakan CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment dan saham beta. Hasil penelitian adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Grahani (2013) dengan judul penelitian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM(Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 dibursa Efek Indonesia Januari 2008 Januari 2013), variael yang digunakn CR, DTA, LDER, TATO,ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, ROE dan Beta saham. Hasil penelitian adalah CR, DTA,

13 LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008-januari Hatta dan Dwiyanto (2012) dengan judul penelitian The company fundamental factors and systematic risk in increasing stock price, variabel yang digunakan EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA, Beta dan Stock price. Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect. Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects, improvement in these variables will decrease stock prise

14 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Peneliti Variabel X Ines Ham Analisis faktor Curent Anto (2012) fundamental Ratio, keuangan Levereng terhadap resiko e, Return sistematis pada on perusahaan LQ Equity, 45 yang tercatat dan Price di Bursa Efek Erning Indonesia Ratio. Periode Siska Rackmawati (2010) Anditya Soeroso (2013) Analisis faktor fundamental terhadap resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode , Analisis faktor fundamental keuangan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Sales growth, debt to equity rasio,dan ROA CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investme nt Variabel Y Hasil Peneliti Beta Saham Hasil penelitian Ines Ham Antoni yaitu Varians CR, Leverange, ROH dan PER, merupakan foktor yang mempengaruhi risiko sistematis pada perusahan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode Beta Saham Hasil penelitian adalah Sales growth, debt to equity rasio, dan ROA, merupakan faktor yang mempengaruhi resiko sistematis pada perusahaan LQ 45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Beta Hasil penelitian adalah CR, Total Debt Equity, Total Asset Turn Over dan Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

15 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Peneliti Judul Peneliti V- X V - Y Hasil Peneliti Hedwig Ajeng Grahani (2013) ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGA RUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM(Stud i Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 dibursa Efek Indonesia Januari 2008 Januari 2013) CR, DTA, LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE Beta Saham Hasil penelitian adalah CR, DTA, LDER, TATO, ITO, ADI, WCTO, GPM, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham (studi empiris pada perusahaan yang tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari januari2013. Atika Jauharia Hatta dan Bamban g Sugeng Dwiyant o (2012) The company fundamental factors and systematic risk in increasing stock price EPS, PER, DER, CR, MPR, DPR, ROA dan Beta Stock price Under Mackinnon white, and Davidson test, it is discovered that functional relationship model used in this research is loglinier. Estimation results of stock-price model show that model show that EPS, PER and HSM variables have positive and signicant effect. Improvement in these variables will increase stock price. On the other hand DE and NPM variables have negative and significant effects, improvement in these variables will decrease stock prise.

16 2.3 Hipotesis 1. Hubungan CR terhadap risiko sistematis Current Ratio merupakan rasio yang menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan mengunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio CR mengambarkan semakin baik kinerja perusahaan tersebut dan dapat menarik minat investor. 2. Hubungan Leverange terhadap risiko sistematis Dalam penggunaan leverage mempunyai pengaruh yang baik dan buruk. Apabila leverage tinggi, maka akan meningkatkan laba atau keuntungan bersih yang diharapkan perusahaan, namun akan memperbesar tingkat risiko perusahaan tersebut. Perusahaan yang menggunakan dana dengan biaya tetap dikatakan menghasilkan leverage yang mengguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif, apabila pendapatan yang diterima dari penggunaan dana lebih besar daripada biaya tetap dari penggunaan dana tersebut. Dan apabila perusahaan dalam menggunakan biaya tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri), yaitu bentuknya memperbesar EPSnya, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut menjalankan trading on the equity. Menurut Riyanto (1995) trading on the equity adalah penggunaan dana yang disertai dengan biaya tetap di mana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada biaya tetap tersebut. Sebaliknya apabila perusahaan yang menggunakan dana dengan biaya tetapdikatakan

17 menghasilkan leverage yang merugikan (unfavorable financial leverage) atau efek yang negatif, apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak biaya tetap yang harus dibayar (Riyanto, 1995: 375). 3. Hubungan ROE terhadap risiko sitematis ROE adalah suatu ukuran tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham bank. Yang berjumlah kira-kira keuntungan bersih yang diterima pemegang saham dari menginvestasikan modalnya di bank (mendapatkan dananya pada risiko dengan harapan memperoleh keuntungan yang sesuai). Seorang investor selalu mengharapkan profit dalam investasinya, maka dariitu rasio pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga menjadi hal yang diperhatikan investor. Salah satu rasio profitabilitas yang terdapat dalam laporan keuangan adalah ReturnOn Equity. Nilai Return On Equity yang positif menunjukkan baiknya kinerja manajemen dalam mengelola modal yang ada untuk menghasilkan laba. Menurut Chrisna dalam Hutami (2012:2) kenaikan ROE biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi ROE berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. 4. Hubungan PER terhadap resiko sistematis Price Earning ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan antara harga saham dengan laba per lembar saham (earning per share). Rasio ini sering

18 dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Perusahaan yang berkembang dengan cepat bahkan maju biasanya mempunyai PER yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan perkembangan yang lambat mempunyai PER yang rendah. Investor bersedia membeli saham dengan PER yang tinggi karena mereka mengharapkan akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih besar dimasa yang akan datang. Per yang tinggi membuat harga saham dinilai tinggi, sebab rasio ini mengambarkan besarnya keuntungan saham. Dengan tingginya PER berarti tinggi pula earning perusahaan tersebut hal ini akan membuat harga saham meninggkat dan hal ini akan menyebabkan banyak investor yang berminat untuk memilikinya. Jadi dapat di ambil kesimpulan apabila PER suatu perusahaan tinggi maka harga saham di pasar modal akan semakin tinggi, demikian pula dengan beta sahamnya. Hal tersebut dikarenakan beta merupakan parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan atas pengembalian suatu saham bila terjadi perubahan pada pengambilan pasar (yang diukur dengan indeks pasar). Dari uraian mengenai Penelitian Terdahulu dan Tinjauan Pustaka, berikut dijelaskan hubungan antara variabel CR, Leverage, ROE, PER terhadap risiko sistematik : H 1 : CR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode H 2 : leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematik perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode

19 H 3 : ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode H 4 : PER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia H 5 : CR, Leverage, ROE dan PER berpengaruh secara simultan terhadap risiko sistematik pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Price Earning Ratio (PER) Return On Equity (ROE) Leverage Risiko Sistematis LQ 45 Current Ratio (CR)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori ini 24 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Portofolio Portofolio optimal dapat ditentukan mengunakan model Markowitz atau model indeks tunggal. Harry M. Markowitz

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan menerbitkan surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang dapat memberikan kontribusi pada harga saham yang dapat berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan perekonomian nasional semakin terpuruk, bahkan dampak dari krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang pada akhir-akhir ini menarik minat para investor. Tujuan semua investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang pada akhir-akhir ini menarik minat para investor. Tujuan semua investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang diminati oleh para investor, terutama penanaman investasi saham diperusahaan manufaktur yang

Lebih terperinci

INES HAM ANTO A

INES HAM ANTO A ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL KEUANGAN TERHADAP RISIKO SISTEMATIS PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 007-00 Diajukan Oleh : INES HAM ANTO A 0899 JURUSAN MAANJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran yang penting dalam perekonomian dan juga pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat menghubungkan pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah memberikan dampak yang buruk pada hampir semua sektor, terutama sektor ekonomi. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental terhadap beta saham perusahaan. Penelitian ini penting karena dalam melakukan investasi, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Semua investasi mengandung ketidakpastian atau memiliki resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Semua investasi mengandung ketidakpastian atau memiliki resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semua investasi mengandung ketidakpastian atau memiliki resiko tersendiri. Pemodal atau investor tidak mengetahui secara pasti hasil yang akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup yang semakin meningkat tiap tahunnya, menuntut masyarakat untuk bekerja lebih keras untuk menghasilkan uang. Selain bekerja untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi yang modern saat ini, eksistensi pasar modal yang terdapat di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Aktivitas, Likuiditas, dan Leverage Keuangan terhadap Earnings Per Share (EPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return (tingkat pengembalian) tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih beberapa alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui pasar modal. Pasar modal adalah sarana yang. masyarakat dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui pasar modal. Pasar modal adalah sarana yang. masyarakat dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, menyebabkan begitu banyak perusahaan serta lembaga perbankkan yang bertumbangan. Salah satu alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang, atau dengan kata lain tempat bertemunya calon pemodal (investor)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor.

Lebih terperinci

Hedwig Ajeng Grahani Rowland Bismark Fernando Pasaribu. Abstrak

Hedwig Ajeng Grahani Rowland Bismark Fernando Pasaribu. Abstrak ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Januari 2008 Januari 2013) Hedwig Ajeng

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa disebut dengan 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Leverage Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas Menurut Sutrisno (2009:16), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal mempunyai peran penting dalam perekonomian dan menjadi faktor pembiayaan dan alternatif sumber dana operasional bagi perusahaan-perusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal merupakan sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi sebagai berikut: 1. I.G.K.A. ULUPUI (2007), Analisis Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia investasi yang dapat diukur dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Price Earning Ratio (PER) a. Pengertian Price Earning Ratio (PER) Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal secara perlahan telah tumbuh menjadi bagian penting dari tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari masyarakat melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Likuiditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Likuiditas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian di antaranya adalah : 1. Anis Sutriani (2014) Penelitian ini berjudul Pengaruh Profitabilitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Price Earnig Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu ukuran paling besar dalam analisis saham secara fundamental dan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : B FAKULTAS

SKRIPSI. Disusun oleh : B FAKULTAS 0 PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ Periode 2007-2008) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peran yang penting dalam kegiatan perekonomian khususnya di Indonesia. Secara keseluruhan perkembangan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa efek Indonesia (pasar modal) Indonesia pada awalnya terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Bursa efek Indonesia (pasar modal) Indonesia pada awalnya terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bursa efek Indonesia (pasar modal) Indonesia pada awalnya terdiri dari Bursa Efek Jakarta (yang dikenal dengan nama asingnya Jakarta Stock Exchange (JSX)).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Return Saham Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor (shahib

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat melanda pada akhir tahun 2000, dimana banyak perusahaan dari berbagai industri mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia PENGARUH RETURN SAHAM DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RISIKO SISTEMATIK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang

BAB II. Tinjauan Pustaka. memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Saham Seorang investor perlu melakukan analisis terlebih dahulu terhadap sahamsaham yang akan dipilihnya guna memprediksi apakah saham tersebut

Lebih terperinci

Vol. 5 Oktober 2013 ISSN:

Vol. 5 Oktober 2013 ISSN: Vol. 5 Oktober 2013 ISSN: 1858-2559 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISIKO SISTEMATIS SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Indeks Kompas-100 Di Bursa Efek Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia dapat disimpan dalam bentuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak awal berdirinya perusahaan tersebut. Meningkatkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. sejak awal berdirinya perusahaan tersebut. Meningkatkan kemakmuran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pastilah mempunyai tujuan yang hendak dicapai sejak awal berdirinya perusahaan tersebut. Meningkatkan kemakmuran pemegang saham menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan oleh investor

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dari investasinya tersebut. Investasi yang akan dilakukan oleh investor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang tidak stabil dewasa ini tidak menghilangkan minat investor untuk menanamkan kelebihan dananya keberbagai sektor industri. Dengan menginvestasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini tidak mengabaikan adanya penelitian terdahulu yang sangat bermanfaat sebagai acuan penulis, dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Wai dan Patrick, dalam Panji dan Puji (2001) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: 1. Definisi yang luas:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci