BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebuah kasus menjadi paraplegia akibat kecelakaan jauh berbeda
|
|
- Suharto Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah kasus menjadi paraplegia akibat kecelakaan jauh berbeda dengan paraplegia dari sejak lahir, tidak mudah bagi seseorang untuk menerima secara langsung kondisinya yang mengalami perubahan. Perlu terapi psikologis khusus agar seseorang dapat menerima kenyataan yang dialaminya. Kondisi ini tentu menimbulkan penolakan dan trauma, rasa sedih timbul akibat perubahan penampilan fisik, serta hilangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas tertentu. Paraplegia adalah suatu kondisi kelumpuhan atau tidak berfungsinya kedua anggota tubuh bagian bawah sebagaimana semestinya yang disebabkan oleh kerusakan saraf pada tulang belakang, yang dapat terjadi pada individu dari sejak lahir maupun setelah lahir yang dikemukakan oleh Soeharso (1995). Sedangkan menurut Bromley (1985), paraplegia adalah kelumpuhan sebagian anggota tubuh bagian bawah dan tulang belakang yang disebabkan karena kerusakan pada tulang belakang trokal, lumbal atau sacral, kelumpuhan ini bisa pada sebagian tubuh bagian bawah, atas ataupun keseluruhan. Paraplegia sendiri bukanlah suatu penyakit, paraplegia merupakan kondisi cedera pada sumsum tulang belakang yang mengenai sistem saraf pusat dan kebanyakan disebabkan karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan parah dan ada juga karena penyakit bawaan. Kebanyakan pasien paraplegia mengalami kelumpuhan pada kedua kaki dan mati rasa pada bagian perut hingga ujung kaki akibat cedera sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan pasien 1
2 2 paraplegia menggunakan kursi roda dan alat bantu lainnya untuk mendukung hidup mereka (Arif, 2013). Chapin, M. H., Miller, S. M., Ferrin, J. M., Chan, F., & Rubin, E. S. (2004) menyebutkan bahwa penyandang cacat cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah dibandingkan orang yang tanpa cacat, sebab mereka cenderung mengalami keterbatasan ruang gerak sehingga kurang bebas dalam melakukan kegiatan kemasyarakatan. Masalah aksesbilitas penyandang cacat juga masih rendah, banyak fasilitas umum yang belum mendukung terhadap penyandang cacat paraplegia sehingga menghambat akses partisipasi mereka pada berbagai bidang.mereka juga sering mengalami diskriminasi ganda terutama penyandang cacat paraplegia yang hidupnya tergantung pada kursi roda. Dengan berbagai masalah yang dihadapi paraplegia, wajar saja jika mereka merasa tidak dihargai, kecewa, sedih, marah, sehingga menyebabkan mereka semakin stres dan depresi. Lebih lanjut Hurlock (2004) menyatakan penyandang cacat tubuh yang tidak dapat menerima dirinya secara realistis, cenderung menganggap dirinya tidak berharga dan merasa orang lain mengaggapnya negatif dan rendah. Data dari Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta tahun 2012, tercatat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kota Surakarta berjumlah jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Surakarta jiwa hanya 0,23 %. Penyandang cacat terbesar berada di Kecamatan Banjarsari, yaitu 419 orang, kemudian Kecamatan Jebres 348 orang, dan terkecil berada di Kecamatan Serengan 118 orang. Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik, yaitu 354 orang kemudian penyandang cacat mental/jiwa sebesar 311 orang, dan terkecil adalah penyandang cacat fisik dan mental, yaitu 70 orang. Jika dikaitkan dengan jenis
3 3 kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik, yaitu sebesar 205 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 196 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan, yaitu sebesar 149 orang adalah penyandang cacat fisik dan 115 orang penyandang cacat mental/jiwa. Dari data di atas terbukti bahwa jumlah terbesar dari penyandang cacat di Kota Surakarta adalah cacat fisik. Cacat fisik disini meliputi paraplegia atau kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah (Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, 2012). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Report On Disability (WHO, 1999) disebutkan bahwa dalam aspek kesehatan penyadang disabilitas cenderung mengalami berbagai penyakit kronis dan penyakit lainnya dibandingkan dengan nonpenyandang disabilitas. Ada tiga kategori yang terjadi pada kondisi kesehatan penyandang disabilitas. Pertama, permasalahan kesehatan pada kerusakan atau kelainan fungsi biologisnya, seperti kelainan atau kerusakan syaraf pada tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan anggota gerak. Kedua, permasalahan kesehatan sebagai akibat dari kondisi pertama.ketiga, kondisi kesehatan yang berkaitan dengan kategori sebelumnya yang berpengaruh secara langsung pada kualitas atau harapan hidupnya, misalnya kanker rahim atau gagal ginjal. Selain efek fisik pasien paraplegia juga mengalami efek psikis yang akan timbul pada diri pasien. Berbagai masalah timbul sejak pasien mengalami paraplegia, selama dirawat di rumah sakit maupun setelah pasien diizinkan pulang atau berobat jalan yang mengakibatkan pasien paraplegia mengalami tekanan psikologis ditandai dengan penurunan konsentrasi dan kognitif yang buruk (Valentine & Meyers, 2001), perasaan tidak berdaya (Perry, 2000),
4 4 ketakutan (Xuereb & Dunlop, 2003), depresi dan kecemasan (Courneya, Keats, & Turner, 2000), dan penurunan yang nyata dalam bentuk tubuh dan disfungsi seksual disebabkan oleh efek samping dari pengobatan (Isikhan, V., Guner, P., Komurcu, S., Ozet, A., Arpaci, F., & Ozturk, B. et al, ; Xuereb & Dunlop, 2003). Faktor- faktor sosial yang terkait diantaranya termasuk kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, penarikan sosial, masalah keluarga, dan beberapa pasien serta keluarga pasien harus menghadapi beban tambahan geografis relokasi dari daerah-daerah untuk menerima perawatan spesialis di kota besar (McGrath, 2001). Seorang pasien paraplegia dari Solo, Awan Sigit usia 53 tahun sempat putusasa dan berniat bakar diri karena usahanya mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dari Pemkot Solo tak bisa dipenuhi, yaitu berupa jaminan kesehatan bagi warga yang tidak mampu dan membutuhkan (Solo Pos, 6 Mei 2013). Padahal bagi seorang paraplegia yang sudah mengalami luka yang parah, diharuskan menjalani operasi bedah serta perawatan yang intensif. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perawatan tidaklah sedikit, jika keadaan tersebut dialami pada pasien yang tidak mampu secara ekonomi maka sudah barang tentu akan mendapatkan kesulitan untuk pembayaran biaya rumah sakit serta menjadi permasalahan lagi bagi pasien paraplegia. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada diri pasien paraplegia.padahal salah satu indikator kesejahteraan psikologis adalah kemandirian yang dikemukakan oleh Ryff (1989). Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti di tempat penelitian selain efek psikis pasien paraplegia juga mengalami efek psikologis yang menjadikan mereka menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya. Hal ini
5 5 menyebabkan perubahan kesejahteraan psikologis dari paraplegia. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat diakibatkan oleh ketidakmampuan atau kelelahan untuk menghadapinya. Ketidakmampuan dan kelelahan ini mengakibatkan perubahan dalam kesejahteraan psikologis paraplegia dan merupakan awal dari gangguan psikologis. Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah konsep yang dikembangkan oleh Ryff (1989), yaitu sebuah gambaran kesehatan psikologis seseorang diri, berhubungan positif dengan orang lain, mampu menguasai lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu melakukan pengembangan diri dengan menyadari potensi dan melakukan perbaikan sehingga berpengaruh secara positif terhadap kehidupannya. Menurut Eid & Larsen (2008) kesejahteraan psikologis dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah sosiodemografis, penilaian terhadap pengalaman hidup, kepribadian, religiusitas, dan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah sumber emosional dan informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan Pierce (dalam Kail & Cavanaugh, 2000). Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zainurrofikoh (2006) bahwa dukungan sosial dan optimisme berkorelasi pada peningkatan kesejahteraan psikologis. Pasien paraplegia yang memiliki dukungan sosial yang tinggi baik berupa materi ataupun non materi akan mampu mempengaruhi kondisi emosi seseorang
6 6 ketika menghadapi permasalahan yang menekan, seperti perasaan sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Perasaan akan menjadi tenang dan permasalahan akan berkurang setelah memperoleh kehangatan dukungan dan bantuan dari orang-orang terdekat (Taylor, 1995). Lebih lanjut Compton (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan, yaitu dukungan sosial dapat membantu penurunan dampak negatif akibat kondisi kesehatan yang buruk, misalnya penurunan stres. Dukungan sosial dapat membantu peningkatan emosi positif seperti harapan, kepercayaan diri, dan juga rasa aman. Terkadang menerima dukungan sosial membuat pasien paraplegia merasakan dalam dirinya berhutang budi dan tak mampu berbuat apapun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008) disebutkan bahwa dukungan sosial selain dapat meningkatkan resiliensi, juga dapat menjadi penghambatan penderita paraplegia dalam hal kemandirian. Ketika seseorang menderita penyakit yang sudah lama dan serius, keluarganya mungkin terlalu melindungi, sehingga menghambat keinginan pasien untuk menjadi lebih aktif atau bekerja kembali. Ini dapat mengacaukan program rehabilitasi dan membuat pasien semakin tergantung dan tak mampu berbuat apa-apa. Banyak situasi dimana ikatan sosial dengan orang-orang malahan membahayakan kesehatan (Sarafino,1990). Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa penyandang paraplegia umumnya rentan mengalami depresi. Hal ini dikarenakan faktor fisiologis dan psikologis. Secara fisiologis, adanya komplikasi baik berupa gangguan motorik, infeksi ginjal, infeksi saluran pernafasan, gangguan saluran kemih, gangguan organ seksual, gangguan saraf simpatis, dan luka decubitus. Secara psikologis, penyandang paraplegia karena kecelakaan mengalami kondisi psikologis yang
7 7 jauh berbeda dengan penyandang paraplegia dari sejak lahir, sehingga permasalahan yang diderita sepanjang hidup oleh individu dapat menggangu kondisi psikologisnya dan dapat menimbulkan depresi. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh penyandang paraplegia karena kecelakaan untuk menjalani kesehariannya, mempercepat proses penerimaan diri, dan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Faktor lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis adalah religiusitas (Eid & Larsen, 2008). O Connor M, Guilfoyle A, Breen L, Mukhardt F, & Fisher C. (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kesejahteraan spiritual berkorelasi positif dengan kualitas hidup bagi orang yang hidup dengan leukemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cotton, dkk (dalam O Coonor, dkk, 2007) bahwa ada korelasi positif antara kesejahteraan rohani dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara. Para peneliti juga menemukan korelasi yang signifikan antara spiritual dan semangat juang serta korelasi negatif antara kualitas hidup dan keputusasaan. Lebih lanjut Mabruri (2004), mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tangguh dan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis korban bencana alam di Yogyakarta. Perubahan yang luar biasa pada diri pasien paraplegia dapat merugikan sertamempengaruhi kesejahteraan psikologis pasien paraplegia. Upaya memaksimalkan kesejahteraan psikologis bagi orang yang hidup dengan paraplegia yaitu dengan cara meningkatkan kepercayaan diri melalui dukungan sosial serta pendekatan religiusitasnya. Penguatan dan pemberdayaan keluarga melalui edukasi, memberikan perhatian yang lebih serta dukungan sosial dan
8 8 perawatan pasien membuat seorang pasien yang mengalami berbagai penyakit kronis lebih bisa bertahan dalam kehidupannya (O Connor, dkk, 2007). Berdasarkan informasi yang diperoleh saat pra penelitian dilakukan dengan pasien paraplegia di RS Orthopedi Surakarta, kebanyakan pasien paraplegia termasuk golongan ekonomi yang tidak mampu.mereka adalah pejuang bagi keluarganya untuk memenuhi nafkah keluarga. Banyak kasus pasien paraplegia kebanyakan pulang dengan proses rehabilitasi yang belum optimal, mereka pulang kebanyakan dengan status atas permintaan sendiri, meskipun biaya perawatan dan pengobatan gratis, mereka keberatan disegi ongkos keluarga yang menunggu lamanya perawatan dan pasien sebagian besar adalah tulang punggung keluarga. Dampak lain dari hal tersebut bagi pasien, diantaranya pasien akhirnya dirawat kembali di rumah sakit dengan kondisi yang jauh lebih parah bila dibandingkan dengan saat baru pulang dari rumah sakit. Pasien yang tidak mampu untuk kembali ke rumah sakit akan menjalani hidup yang tragis dan mengenaskan bila tanpa proses rehabilitasi dan edukasi yang baik. Upaya untuk dapat memandirikan pasien dan keluarga adalah dengan memberikan dukungan sosial serta religiusitas bagi mereka untuk meminimalkan dampak tersebut sehingga tercapainya kesejahteraan psikologis pasien paraplegia. Data lain di lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan salah satu pasien paraplegia diperoleh kesimpulan bahwa kecelakaan yang dialami merupakan suatu kondisi yang sangat buruk dan mempengaruhi kondisi fisik dan mental pasien paraplegia. Namun, beratnya kondisi yang mereka alami tersebut,
9 9 tidak menimbulkan keputusasaan yang berlebihan dan mereka berusaha kembali pada kehidupan semula, meskipun dengan kondisi yang serba kekurangan. Disisi lain seorang paraplegia juga bisa sukses berwirausaha meskipun dengan keterbatasan fisik. Suheri, pria usia 60 tahun mengalami kecelakaan dan harus duduk di kursi roda seumur hidupnya. Cacat fisik baginya bukan suatu hambatan untuk terus maju dan bangkit dari keterpurukan dengan dukungan dari keluarga. Paraplegia ini bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain (Pranoto, 2009). B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah persepsi dukungan sosial dan religiusitas berperan terhadap kesejahteraan psikologis pasien paraplegia di Rumah Sakit Orthopedi Soeharso Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diketahui, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui peran persepsi dukungan sosial dan religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis pada pasien paraplegia.
10 10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memperkaya dan menambah referensi ilmiah bagi psikologi, khususnya psikologi klinis yang berkaitan dengan peran persepsi dukungan sosial dan religisusitas terhadapkesejahteraan psikologis pasien paraplegia. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alat ukur kesejahteraan psikologis, sehingga dapat memberikan informasi tentang paraplegia pada pihak rumah sakit, keluarga, pasien paraplegia, serta dapat dijadikan dasar penelitian pada lingkup yang luas bagi peneliti selanjutnya. E. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Zainurrofikoh (2006) melakukan penelitian tentang dukungan sosial pasangan dan optimisme terhadap kesejahteraan psikologis pada penderita infeksitorch (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus).Subyek dalam penelitian ini adalah penderita Torch yang telah didiagnosa oleh dokter, dan berusia subur (20-36 tahun).hasilnya adalah dukungan sosial dan optimisme berberkorelasi dalam peningkatan kesejahteraan psikologis. Mabruri (2004) menghubungkan kepribadian tangguh (hardiness) dan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada korban bencana alam di Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah korban bencana alam yang tinggal di desa Segoroyoso kabupaten Bantul. Usia subyek berkisar tahun. Hasilnya adalah adanya kepribadian tangguh dan optimisme berkorelasi dengan
11 11 kesejahteraan psikologis. Terdapat korelasi positif kepribadian tangguh dan kesejahteraan psikologis, namun religiusitas tidak berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Shuldo, M. S., Friedrich, A. A., White, T., Fatmer, J., Minch, D., & Michalowski, J. (2009) meneliti mengenai persepsi terhadap dukungan guru terhadap kesejahteraan remaja. Subyek dalam penelitian ini sebanyak 401 remaja; 50 remaja diantaranya bergabung dalam Focused GroupDiscussion (FGD) untuk membahas mengenai dukungan sosial dari guru yang telah mereka terima. Hasilnya adalah dukungan guru meningkatkan 16% kesejahteraan remaja, dukungan ini berupa dukungan emosional dan dukungan instrumental. Hasil dari FGD ditemukan bahwa guru mereka mempunyai hubungan yang baik dengan muridnya, mereka menggunakan strategi tepat untuk pembelajaran, mereka memahami dan dapat mendorong pada kesuksesan akademik, serta lingkungan kelas yang diciptakan guru sangat nyaman dan membuat siswa semangat. Kef dan Decovic (2004) meneliti mengenai pentingnya peran dukungan orangtua dan teman sebaya untuk kesejahteraan psikologis remaja. Remaja dalam penelitian ini rata-rata berusia 16 tahun di Belanda. Penelitian ini membandingkan subyek remaja dengan dan tanpa gangguan penglihatan. Pada remaja yang mengalami gangguan, dukungan teman sebaya dapat meningkatkan kesejahteraan, namun pada remaja yang mempunyai penglihatan normal tidak begitu berpengaruh. Hasil yang kedua adalah dukungan orang tua sangat berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan psikologis remaja tanpa gangguan penglihatan.
12 12 Penelitian tentang Resilience pada Paraplegia, Purnomo (2008).Hasil penelitian menunjukan bahwa Dukungan sosial selain dapat meningkatkan resiliensi, juga dapat menjadi penghambatan penderita paraplegia dalam hal kemandirian. Resiliensi pada paraplegia berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Penelitian oleh Fitri (2010) yang meneliti tentang peran nyeri, regulasi emosi, dan dukungansosial keluarga terhadap kualitas hidup penyintas SCI (Spinal Cord Injury) korbangempa bantul, hasil penelitiannya menunjukan adanya hubungan yang signifikanantara nyeri, regulasi emosi, dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama dengan kualitas hidup penyintas SCI. Penelitian tentang peran persepsi dukungan sosial dan religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis pada pasien paraplegia sepanjang pengetahuan peneliti belum ada keterkaitan variabel, subyek dan metode penelitian yang sama dengan penelitian ini, maka peneliti beranggapan bahwa Insya Allah penelitian ini adalah asli, berbeda dengan penelitian sebelumnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paraplegia adalah kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah tubuh atau kedua belah kaki, yang disebabkan karena cedera parah pada spinal cord level bawah (Taylor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid). Penyakit ini juga dinamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penyandang disabilitas yang cukup banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) Kementrian Sosial tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka yang tidak sedikit. Data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Sosial
Lebih terperinciSiswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi
STUDI PENDAHULUAN MENGUJI PERBEDAAN KETEGANGAN OTOT ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, DAN SUBJEK YANG NOR- MAL DENGAN YANG MENGALAMI KELUHAN NYERI KEPALA DAN PUNDAK Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang mematikan di dunia. Kanker menjadi salah satu penyakit yang menakutkan bagi setiap orang. Setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar (www.femina.co.id, 12 Desember 2013). Perubahan hidup dapat menjadi. penyesuaian diri bagi individu (Nevid & Rathus, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa peristiwa kehidupan sering dipandang sebagai kondisi yang mengganggu bagi individu, yang memaksa mereka untuk mengubah tujuannya (Santrock,
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan
Lebih terperinciDisusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciAdhyatman Prabowo, M.Psi
Adhyatman Prabowo, M.Psi SOLO,2011 KOMPAS.com Beberapa korban bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mengaku masih mengalami trauma. Korban masih merasa takut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks menempati terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi penyebab kanker terbanyak
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Allport, G. (1955). Becoming: Basic considerations for a psychology of a personality. New Haven: Yale University Perss.
102 DAFTAR PUSTAKA Allport, G. (1955). Becoming: Basic considerations for a psychology of a personality. New Haven: Yale University Perss. Almeida, A. M., Neto, F. L., & Koening, H. G. (2006). Religiousness
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun mental.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di Indonesia. Pergeseran tersebut terjadi dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Menurut WHOQOL Group (1997) kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem nilai dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri merupakan hak dasar setiap orang (Breivik, 2005). Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2004),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan penyakit yang mengganggu saraf otak. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang terjadi tanpa adanya stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemofilia merupakan penyakit keturunan, dengan manifestasi berupa gangguan pembekuan darah, yang sudah sejak lama dikenal di belahan dunia ini termaksud juga di indonesia,
Lebih terperinciLAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR
LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR Departemen Rehabilitasi Medik FKUI/RSCM, Jakarta *Anggota Komite Independen KK-PAK BPJS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat menyerang siapa saja. Kanker muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari selsel jaringan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker tulang merupakan salah satu jenis kanker yang cukup sering dijumpai di Indonesia. Berbeda dengan kanker mulut rahim atau kanker payudara, informasi tentang gejala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan
Lebih terperinciSurvey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel tuna daksa merupakan sebutan bagi mereka para penyandang cacat fisik. Ada beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada manusia hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
Lebih terperinci