ANALISIS DUA DIMENSI PENGARUH DIAMETER BEJANA REAKTOR PEMBIAK CEP A T TERHADAP STRA TIFIKASI TERMAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DUA DIMENSI PENGARUH DIAMETER BEJANA REAKTOR PEMBIAK CEP A T TERHADAP STRA TIFIKASI TERMAL"

Transkripsi

1 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober N: ANALISIS DUA DIMENSI PENGARUH DIAMETER BEJANA REAKTOR PEMBIAK CEP A T TERHADAP STRA TIFIKASI TERMAL Hendro Tjahjono Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir (P2TKN) -BATAN ABSTRAK ANALISIS DUA DIMENSI PENGARUH DIAMETER BEJANA REAKTOR PEMBIAK CEPAT TERHADAP STRATIFIKASI TERMAL. Telah dilakukan analisis dengan pendekatan dua dimensi untuk mempelajari pengaruh dari diameter bejana reaktor pembiak cepat terhadap proses pembentukan stratifikasi termal yang berlangsung setelah reaktor tersebut mengalami trip pada kondisi nominalnya. Proses ini penting karena gradien slmu yang timbul bisa meningkatkan tegangan termal bagi material clan komponen dalam bejana reaktor. Analisis dilakukan dengan menggunakan paket program termohidrolik AQUA yang dikembangkan oleh Japan Nuclear Cycle (JNC). Model yang digunakan adalah suatu reaktor pembiak cepat yang menghasilkan daya listrik 1500 MWe. Tiga macam diameter bejana dengan tinggi tetap telah dipelajari, yaitu diameter kecil (6. 72m), sedang (8.16m) clan besar (9.6m). Analisis dibatasi hingga 1000 detik setelah reaktor padam. Hasilnya menunjukkan bahwa proses terjadinya stratifikasi berlangsung dengan kecepatan 3,96 m/jam pada diameter kecil, 8,28 m/jam pada diameter sedang clan 6,84 m/jam untuk diameter besar. Gradien suhu maksimum yang terjadi selama transien juga dipengaruhi diameter, yaitu sebesar 800 C/m pada diameter kecil, 700 C/m pada diameter sedang clan 1000 C/m untuk diameter besar. Pembandingan dengan analisis tiga dimensi menunjukkan bahwa pendekatan dua dimensi relatif cukup baik. Kata kunci: analisis, stratifikasi tennal, bejana reaktor cepat. ABSTRACT TWO DIMENSIONAL ANALYSIS OF INFLUENCE OF FAST BREEDER REACTOR VESSEL DIAMETER TO THE THERMAL STRATIFICATION Twodimensional analysis for studying the influence vessel diameter to thermal stratification phenomenon in Fast Breeder Reactor (FBR) Vessel occuring after reactor scram has been done. Thermal stratification is an important problem because the temperature gradient can induce thermal stress of component and structures in reactor vessel. Analysis has been done using a thermal-hydraulic code AQUA, developed by Japan Nuclear Cycle (JNC). A referenced large FBR with 1500 MWe of electric power output is used as analysis model. Simulation time is limited to 1000s after reactor scram. Three sizes of vessel diameter with the same heigth have been studied; small diameter (6. 72m), medium (8.16m) and large (9.6m). The result shows that the rising speed of stratification is 3.96 m/hour in small diameter, 8,28m/hr in medium and 6,84 m/hr in large diameter. The maximum vertical temperature gradient is about 800 'C/m in small diameter, 700 'C/m in medium and 1000 'C/m in large diameter. Comparision with three dimensional analysis shows that the two dimensional analysis has a good approximation. Keywords: analysis, thermal stratification, fast reactor vessel.

2 ISSN: PENDAHULUAN bakar bisa menghasilkan Plutonium baru sehingga semakin lama menjadi semakin banyak (berbiak). Penggunaan neutron cepat dalam reaktor ini mengharuskan dihindarinya bahan-bahan yang bersifat memperlambat neutron (bahan moderator). Digunakannya Sodium cair sebagai pendingin dalam reaktor ini terutama juga didasari pertimbangan tersebut. Keuntungan lain adalah diqapainya suhu yang relatif tinggi (lebih dati 500 C) pada tekanan rendah. Dalam tahap pengembangan disain suatu FBR, keinginan untuk memperkecil diameter menjadi perhatian penting karena bisa menghemat biaya secara signifikan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap aspek lain terutama aspek keselamatannya. Salah satu masalah yang khas dati reaktor ini clan terkait dengan aspek keselamatan adalah adanya fenomena stratifikasi termal dalam bejana reaktor yang mulai terjadi setelah reaktor mengalami trip (padam) pada kondisi nominalnya [1]. Gradien suhu yang timbul dari fenomena ini bisa meningkatkan tegangan termal material sehingga bisa mengganggu integritas material. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari fenomena ini sebagai bahan pertimbangan dalam disain bejana beserta komponen clan struktur di dalamnya. Perubahan diameter bejana dihipotesakan akan berpengaruh terhadap karakteristik fenomena tersebut. Untuk itu akan dilakukan analisis terhadap 3 ukuran diameter dengan tinggi tetap, yaitu diameter kecil (6, 12m), sedang (8,16m) clan besar (9,6m). Analisis dilakukan dengan menggunakan paket program termohidrolik AQUA yang dikembangkan oleh Japan Nuclear Cycle (JNC) 12]. Untuk mengurangi waktu komputasi yang sangat lama pada model 3 dimensi, dalam analisis ini digunakan pendekatan dengan model 2 dimensi dalam arah radial clan aksial. 402

3 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serra Fasilitas Nuklir Jakarta.150ktober2002 ISSN: DESKRIPSI REAKTOR DAN PROSES STRATIFIKASI Sebagai model analisis digunakan suatu reaktor pembiak cepat berpendingin sodium (Liquid Metal Fast Breeder Reactor, LMFBR) yang berkapasitas 1500 MWe atau yang mempunyai daya termal hasil fisi sekitar 3570 MWt. Analisis dilakukan pada fluida pendingin yang berada di dalam bejana reaktor, Control Rods A Rods baflle-plate a) penampang B-B b) penampang A-A Gambar 1. Geometri bejana reaktor Gambar 1 memperlihatkan geometri dati bejana (untuk diameter besar) termasuk komponen clan struktur yang berada di dalamnya. Daerah analisis dibatasi pada daerah antara permukaan teras hingga permukaan pendingin, yaitu suatu daerah berbentuk silinder dengan diameter sesuai dengan diameter bejana yang dipelajari clan tinggi tetap 7300 rom. Dalam daerah ini terdapat struktur clan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam analisis, termasuk diantaranya adalah: pipa-pipa pendingin masuk (cold-leg, CL), pipa-pipa pendingin keluar (hot-leg, Ill.), batang-batang kendali reaktor (control rods, CR), ditambah dengan beberapa struktur seperti pelat-pelat pengikat batang kendali yang berlobang-lobang sehingga masih bisa dilalui pendingin. Di bawah permukaan terdapat pelat yang dibenamkan atau disebut ~elat benam (dipped plate) yang berguna untuk mengurangi pengaruh aliran yang bisa menimbulkan pusaran (vortex) di permukaan. Pelat ini tidak sepenuhnya tertutup karena masih mempunyai celah dan gap untuk dilalui fluida. Selain itu juga terdapat beberapa struktur berbentuk tabung silinder

4 lisis ~ Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN yang berfungsi untuk keperluan khusus seperti untuk loading-unloading bahan bakar (DHX dan CT). V=1,45m/det l~ ~-=:=::;:=:f:t!u:::f:!:~:~~:!~i, t daerah ana V=O,O3m/det Sumbu.I I!.I I, I bejana\ 1 Inner core outer! ret1ecto~ shielding I I I -core: I 0 1,8 2,52 3 R-bejana R(m) Gambar 2. Distribusi daerah aliran Pada kondisi operasi normal, aliran pendingin yang masuk ke daerah analisis dari bidang bawah (sebidang dengan permukaan atas teras) terdistribusi dalam 4 bagian seperti ditunjukkan pada Gambar 2, yaitu: teras dalam (inner-core I/C), teras Iuar (outercore, a/c), reflektor (reflector, RIB) clan perisai (shielding, S/A). Untuk ketiga diameter yang dipelajari, perbedaannya hanya terietak pada ukuran daerah shielding, yaitu antara 3 sid 4,8m pada diameter besar, antara 3 sid 4,O8m pada diameter sedang clan antara 3 sid 3,36m pada diameter kecil. Kecepatan aliran pada masing-masing bagian tersebut dianggap merata, yaitu sebesar masing-masing: di teras dalam 1,45 m/det, teras luar 1,26 m/det, retlektor 0,3 m/det dan pada perisai 0,03 m/det. Suhu pendingin di 3 bagian yaitu teras dalam, teras luar dan retlektor dianggap merata sebesar 551,7 C, sedangkan di bagian perisai, suhu relatif dingin sebesar 395 C TabeI 1. PoIa transien suhu dad kecepatan reiatif seteiah reaktor padam ,55 0,39 0,3 0, ,175 0,16 0,15 0,15 0,718 0,718 0,15 0,718 Fenomena stratifikasi terjadi setelah reaktor padam, dimana begitu terjadi pemadaman, diikuti dengan turunnya kecepatan aliran clan suhu yang didekati dengan poia transien tertentu seperti diberikan pada Tabel 1. Dengan turunnya suhu clan kecepatan aliran, daerah di bawah ujung pipa keluaran (hot-leg) dengan cepat akan menjadi dingin, sedangkan di bagian atasnya masih tetap panas karena pembuangan

5 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN: panas ke permukaan relatif kecil. Karena perbedaan suhu ini, terjadilah perpindahaan energi dalam bentuk kalor dati bagian atas ke bagian bawah [3]. Gradien suhu yang pada awalnya tinggi, secara bertahap akan berkurang. Posisi suhu tengah, yaitu suhu rata-rata antara yang terpanas clan terdingin, akan bergeser ke atas dengan suatu kecepatan tertentu. Fenomena inilah yang disebut sebagai fenomena (atau proses) stratifikasi [4]. stratifikasi ini berjalan semakin lambat. Karakteristik yang cukup penting untuk diamati termal pada komponen struktur akibat gradien suhu tersebut. PEMODELAN DAN ANALISIS Sebagai bahan pemodelan dalam analisis ini adalah data-data geometri, fisis clan termohidrolik dari reaktor acuan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Data sifat fisis (khususnya yang terkait dengan analisis termohidrolik) dari sodium sebagai fluida pendingin yang dianalisis diberikan pada Tabel 2.

6 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serra Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN Simulasi dilakukan dengan menggunakan suatu perangkat lunak termohidrolik yang bemama AQUA, yang dikembangkan oleh Japan Nuclear Cycle (JNC), suatu institusi di Jepang yang berkecimpung khususnya dalam pengembangan reaktor pembiak cepat (FBR). AQUA merupakan paket program (Code) tiga dimensi rasa tunggal yang bisa digunakan untuk bermacam kondisi aliran, dari yang laminer hingga turbulen. Persamaan-persamaan kekekalan massa, momentum clan energi dipecahkan secara simultan dengan metode diskritisasi elemen hingga. Dalam algoritmanya, kecepatan diestimasi terlebih dahulu untuk memecahkan persamaan momentum, kemudian dikoreksi dengan persamaan kekekalan massa, clan dilanjutkan dengan pemecahan persamaan kekekalan energi [5]. Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu membuat model geometri dari daerah analisis dengan pendekatan dua dimensi menggunakan sistem koordinat silinder. Dengan pendekatan dua dimensi ini, pembagian diskritisasi hanya dilakukan pada bidang RZ saja, sedangkan arah melingkar <I> dianggap hanya terdiri dari satu elemen saja (arah melingkar dianggap seragam). Untuk memperhitungkan adanya struktur / komponen dalam daerah analisis, daerah yang mengandung struktur / komponen yang tidak dilalui fluida dimodelkan sebagai volume berpori dengan porositas volumik didefinisikan sebagai perbandingan bagian volume yang tidak diisi komponen/struktur dibanding dengan volume seluruhnya. Untuk pelat penyangga batang kendali (rods baffle plate), dimodelkan sebagai suatu permukaan berpori dengan porositas sebesar 0,3. Gambar 3 menunjukkan model geometri yang digunakan dalam analisis. Gambar 3. Model geometri uotuk tiga macam diameter

7 ISSN , &~~~ "'JU pembuangan kalor). Dinding bejana dianggap sebagai permukaan adiabatik dengan kecepatan aliran nolo Setelah pemodelan selesai geometri dilakukan, tahap berikutnva adalah diameter besar. Arah melingkar «1» terdiri dari 1 elemen"saja untuk seluruh diameter dan arab vertikal (z) dibagi dalam 146 elemen. bagian kecuali pada perisai sebesar 395 C BASIL DAN PEMBABASAN bisa diabaikan. Kondisi stedi ini sudah bisa diperoleh setelah 500 detik simulasi Pada analisis transien, sebagai kondisi awal adalah basil analisis kondisi stedi Pada t=o, reaktor padam clan kecepatan maupun suhu pendingin mengikuti pola transien yang telah ditentukan pada Tabel 1. Analisis dilakukan secara bertahap agar tahapan perubahan kecepatan aliran clan distribusi suhu bisa diamati. Tahapan waktu yang diamati adalah pada t=o, 5, 10, 15, 20, 30, 50, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 clan 1000 detik setelah reaktor padam.

8 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas Nuklir Jakarlo, 15 Oktober 2002 ISSN: a) Kecil (D=6.72m) Evolution of Mazimum Temperature Gradient in Medium Ve..el 2D During Tran.ient b) Sedang (D=8,16m) Evolution the Maxi.u. Temperature Gradient in Large Ve..e12D During Tran.ient c) Besar (D=9,6m) Gambar 4. Evolusi dari gradien suhu maksimum selama proses stratifikasi pada ketiga ukuran bejana Pada Gambar 4 ditunjukkan evolusi dari gradien suhu maksimum selama transien. Gradien suhu tersebut didefinisikan sebagai : dt dz ) k = (Zk (~-~-t) -Zk-t) dimana Zk adalah posisi dalam arah Z untuk elemen ke-k. Parameter ill penting karena terkait dengan tegangan termal material dalam bejana. Dari gambar tersebut terlihat bahwa gradien maksimum sangat tluktuatif selama transien. Gradien suhu akan naik di saat-saat awal transien hingga mencapai puncak tertentu, untuk kemudian turun hingga bertahan pada suatu harga yang relatif rendah. 408

9 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Sena Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN Gradien maksimum tertinggi yang dicapai pacta bejana kecil adalah sebesar 800 C/m, bejana sedang sebesar 700 C/m dan bejana besar mencapai 1000 C/m. Untuk mengevaluasi kecepatan dari proses stratifikasi, diamati perambatan ke atas dari "suhu tengah" yang didefinisikan sebagai Tm = (Tmin+Tmaks)/2 [61. Dengan data suhu yang diberikan, suhu tengah akan sebesar Tm = ( ,7)/2=473,35 C. Pacta Gambar 5 ditunjukkan evolusi dari T m selama transien hingga 1000 detik untuk ketiga macam diameter, dan juga untuk analisis 3 dimensi pacta diameter besar sebagai pembanding.»,aj.u&tion ot ai.1ng Speed 1n Small v ]. 2D Dur1ng Tran.1ent, CaJ.cuJ.ation Average Gr&(\1ent att.r ].00. EvaJ.u&tion of Rj..J.ng Speed J.n K8dJ.- V...a! 20 During Tran.J.ent, C&1cuJ.atJ.on Average Gro4J.ent after J.DD "0 400 SOO Tille (5) ,....., BOO Tille (5) a) Kecil (2D) b) Sedang (2D) Evuuation of RJ.oing.~ in Lar~ V l 20 During Tran.i.nt, CUcul&tion Average Gradient aft.rl00. Evuuation of ai.ing.~ in Large V ). 3D During Tran.i.nt, C&J.cuJ.ation AV8rage Gra4i8nt aft.r SOO Tille (5) 100 '00!OO.00 SOO Tille (S) c) Besar (2D) d) Besar (3D) Gambar 5. Evolusi dari suhu tengah selama proses stratifikasi untuk ketiga diameter (2 dimensi) dad untuk diameter besar model 3 dimensi Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa perambatan suhu tengah setelah 100 detik transien dapat didekati dengan suatu garis lurus dengan faktor pendekatan yang sangat baik. Pada Tabel 3 diberikan kecepatan perambatan suhu tengah (rising speed of thermal stratification) clan derajat pendekatan yang dihitung dengan metode regresi linier.

10 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN: Tabel 3. Basil evaluasi kecepatan perambatan suhu tengah Kecil 2 D Z(t)=O.OOII t Sedang 2D Z(t)=O.OO23 t Besar 2D Z(t)= t Besar 3D Z(t)=O.OO21 t KeteranJ!an: 2D dan 3D menunjukkan pemodelan analisis 2 dimensi dan 3 dimensi Dari Tabel 3 terlihat bahw~ecepatan rambat suhu tengah untuk ketiga diameter sangat bervariasi. Sedangkan untuk diameter besar dengan analisis 3 dimensi diperoleh harga kecepatan yang cukup mendekati harga pada analisis dua dimensi. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan dua dimensi yang dilakukan cukup baik. Pengaruh diameter terhadap kecepatan proses stratifikasi yang direpresentasikan dalam bentuk kecepatan rambat suhu tengah, dapat dijelaskan sebagai berikut: Kecepatan rambat tersebut merepresentasikan juga kecepatan perambatan kalor dari bagian atas ke bagian bawah' Semakin kecil porositas ekivalen dari daerah analisis, semakin lamb at perambatan kalor tersebut. Karena pada diameter kecil, porositas ekivalennya paling kecil (didominasi oleh daerah dengan banyak batang kendali), maka bisa dipahami kalau kecepatan perambatannya paling kecil. Tetapi pada diameter besar juga tidak tercepat perambatannya karena posisi pembuangan kalor (mulut pipa hot leg) relatif paling jauh dari pusat bejana yang kemungkinan berpengaruh menurunkan kemampuan rambatnya. Kondisi optimal atau kondisi terbaik ditinjau dari stratifikasi termal temyata dicapai oleh diameter sedang dengan kecepatan rambat suhu tengah sebesar 8,28 m/jam. KESIMPULAN Dengan analisis ini dapat diketahui pengaruh dari diameter bejana terhadap karakteristik proses stratifikasi temlal reaktor pembiak cepat. Baik kecepatan proses stratifikasi maupun besarnya gradien suhu maksimum selama proses berlangsung dipengaruhi oleh diameter bejana. Pada bejana dengan diameter sedang, proses stratifikasi berlangsung paling cepat dan gradien suhu maksimum yang dicapai relatif paling rendah dibandingkan dengan diameter yang lain. Jadi dalam hal yang terkait dengan stratifikasi temlal bisa dikatakan bahwa diameter sedang lebih baik dibandingkan dengan dua diameter yang lain. Pembandingan dengan analisis tiga 410

11 ISSN: dilakukan untuk --- mengevaluasi kecepatan proses stratifikasi relatif cukup baik dengan perbedaan sekitar 10% saja. DAFTAR PUSTAKA Design 150 (1994), pp TOSHIHARU MURAMATSU AND msasm NINOKATA, Adaptive control , pp TOMOR! KOGA, K. YAMAMOTO, M. TAKAKUWA, O. WATANABE AND K. japanese demonstration LMFBR, Eight International Topical Meeting on Nuclear Reactor Thermal-hydraulics, Kyoto, Japan, September 30 -October 4, 1997, pp

12 Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktaber 2002 ISSN:

13 j36. ~ Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN: ,fono Sukarnoto. Ir., MT-. TM-FTI-USAKTI 141_. I Us man _Sudi~ai. Dr iutaia I Veronika -1::',1 Tuka. Ora. -~-~ 144..~~'c.- ~~'"--' "'J~ 1,, ,-",_ '"_J--"~--'" Zainuls.ah 158. Zaki Su 160.! Zulhema

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

PREP ARASI NODALISASI UNTUK SIMULASI TRANSIEN SISTEM PENDING IN MODA SATU JALUR RSG-GAS

PREP ARASI NODALISASI UNTUK SIMULASI TRANSIEN SISTEM PENDING IN MODA SATU JALUR RSG-GAS Prosiding Seminar Hasi! Penelitian P2TRR Tahun 2003!SSN 0854-5278 PREP ARAS NODALSAS UNTUK SMULAS TRANSEN SSTEM PENDNG N MODA SATU JALUR RSG-GAS Sukmanto Dibyo, Susyadi, Tagor MS, Darwis snaeni Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

PENENTUAN BATAS INSERSI BATANG KENDALl M-SHIM-AP600 PADA MODE OPERASI DAYA RENDAH

PENENTUAN BATAS INSERSI BATANG KENDALl M-SHIM-AP600 PADA MODE OPERASI DAYA RENDAH Prosiding Seminar Nasional ke-8 Teknologi don Keselamatan PLTN Serlo Fasilitas Nuklir Jakarta, 15 Oktober 2002 ISSN: 0854-2910 PENENTUAN BATAS INSERSI BATANG KENDALl M-SHIM-AP600 PADA MODE OPERASI DAYA

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II

STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II Mulya Juarsa, dkk. ISSN 0216-3128 /95 STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II Mulya Juarsa, Puradwi tw. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

Lebih terperinci

METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERHITUNGAN DEFORMASI TIGA DIMENSI MENARA REAKTOR KARTINI

METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERHITUNGAN DEFORMASI TIGA DIMENSI MENARA REAKTOR KARTINI METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERHITUNGAN DEFORMASI TIGA DIMENSI MENARA REAKTOR KARTINI Pendidikan Ah/i Teknik Nuk/irBATAN, J/.Babarsari Po. Box /008 Yogyakarta Syarip Pusal Penelitian Teknologi MajuBA7'AN.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) BERBASIS WEB PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER DI REAKTOR SERBA GUNA GA.

PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) BERBASIS WEB PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) BERBASIS WEB PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY MOHAMMAD TAHRIL AZIS

Lebih terperinci

Pengembangan model rantai pasok produk mudah rusak dengan mempertimbangkan kualitas

Pengembangan model rantai pasok produk mudah rusak dengan mempertimbangkan kualitas Pengembangan model rantai pasok produk mudah rusak dengan mempertimbangkan kualitas Ika Sartika Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus IPDN Jl. Ampera Raya Cilandak Timur Jakarta 12560 Telepon:

Lebih terperinci

Topik 10. Drainase Bawah Permukaan

Topik 10. Drainase Bawah Permukaan 1 Topik 10. Drainase Bawah Permukaan Foto Pemasangan pipa drainase dengan mesin di Belanda Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu memahami perhitungan spasing, diameter pipa dan slope

Lebih terperinci

PENGARUH FAS PADA BETON TERHADAP TEGANGAN LEKAT BAJA TULANGAN POLOS (BJTP) DENGAN PENGANGKERAN LURUS DAN KAIT STANDAR

PENGARUH FAS PADA BETON TERHADAP TEGANGAN LEKAT BAJA TULANGAN POLOS (BJTP) DENGAN PENGANGKERAN LURUS DAN KAIT STANDAR PENGARUH FAS PADA BETON TERHADAP TEGANGAN LEKAT BAJA TULANGAN POLOS (BJTP) DENGAN PENGANGKERAN LURUS DAN KAIT STANDAR Jhonson A. Harianja 1) 1) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta Abstract

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES PEMESINAN MENGGUNAKAN UDARA-DINGIN DENGAN TABUNG VORTEK

SIMULASI PROSES PEMESINAN MENGGUNAKAN UDARA-DINGIN DENGAN TABUNG VORTEK SIMULASI PROSES PEMESINAN MENGGUNAKAN UDARA-DINGIN DENGAN TABUNG VORTEK Paryanto, Rusnaldy, Yusuf Umardani dan Norman Iskandar Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP

Lebih terperinci

TINJAUAN JARAK AWAL LONCAT AIR AKIBAT PERLETAKAN END SILL PADA PINTU AIR GESER TEGAK (SLUICE GATE) Jhonson Andar H 1), Paulus N 2)

TINJAUAN JARAK AWAL LONCAT AIR AKIBAT PERLETAKAN END SILL PADA PINTU AIR GESER TEGAK (SLUICE GATE) Jhonson Andar H 1), Paulus N 2) TINJAUAN JARAK AWAL LONCAT AIR AKIBAT PERLETAKAN END SILL PADA PINTU AIR GESER TEGAK (SLUICE GATE) Jhonson Andar H 1), Paulus N ) 1) Jurusan Teknik Spil Fakultas Teknik UKRIM Yogyakarta ) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT The Bond Strength and Development Length Observation of Bar Reinforcement of Lightweight Concrete with Various

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Diesel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Diesel 5 BB II DSR TEORI. Mesin Diesel Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau yang mengubah energi termal

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN 0852-2979 EVALUASI KESELAMATAN RADIASI DI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS (KH-IPSB3) PASCA PENGISIAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY ABSTRAK L.Kwin

Lebih terperinci

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ

Lebih terperinci

APLIKASI RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN UNTUK MENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT

APLIKASI RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN UNTUK MENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT APLIKASI RADIASI SINAR-X DI BIDANG KEDOKTERAN UNTUK MENUNJANG KESEHATAN MASYARAKAT FERRY SUYATNO Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp. 021.7560896,

Lebih terperinci

EVALUASI PERAWATAN SISTEM PEMANTAU LAJU DOSIS GAMMA RSG-GAS MENGGUNAKAN SUMBER STANDAR TKA14/TKA17

EVALUASI PERAWATAN SISTEM PEMANTAU LAJU DOSIS GAMMA RSG-GAS MENGGUNAKAN SUMBER STANDAR TKA14/TKA17 EVALUASI PERAWATAN SISTEM PEMANTAU LAJU DOSIS GAMMA RSG-GAS MENGGUNAKAN SUMBER STANDAR TKA14/TKA17 NUGRAHA L, Y. SUMARNO, TRI ANGGONO, ANTO S. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG)-BATAN Kawasan Puspitek Serpong

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Kembali SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini mencakup

Lebih terperinci

PENENTUAN KOROSI BAT AS BUTIR DAN MEKANIK PADA PIP A KELUARAN PANAS (HOT LEG) REAKTOR DAY A

PENENTUAN KOROSI BAT AS BUTIR DAN MEKANIK PADA PIP A KELUARAN PANAS (HOT LEG) REAKTOR DAY A Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Dcscmbcr 2003 ISSN 1693-7902 PENENTUAN KOROSI BAT AS BUTIR DAN MEKANIK PADA PIP A KELUARAN PANAS (HOT LEG) REAKTOR DAY A Johny Wahyu Adi

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012 PENGARUH PROSES ANIL TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DENDRITIK KE EQUIAXIAL DAN KEKERASAN PADA BAJA TAHAN KARAT AUSTENIT YANG MENGANDUNG UNSUR TITANIUM DAN YTTRIUM SEBAGAI BAHAN KOMPONEN REAKTOR DAYA

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG SISTEM INFORMASI EFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR UNIT RAWAT INAP DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai

Lebih terperinci

STUDI PENGAMANAN PANTAI TIPE PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DI PANTAI TANJUNG KAIT

STUDI PENGAMANAN PANTAI TIPE PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DI PANTAI TANJUNG KAIT STUDI PENGAMANAN PANTAI TIPE PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DI PANTAI TANJUNG KAIT Rian M Azhar 1), Andojo Wurjanto 2), Nita Yuanita 3) 1 Program Studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Air - Institut Teknologi

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Komponen Utama dalam Pemodelan Penduga Lengas Tanah dengan Data Satelit Multispektral

Aplikasi Analisis Komponen Utama dalam Pemodelan Penduga Lengas Tanah dengan Data Satelit Multispektral Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 1, Maret 2004, hal 215 222 Aplikasi Analisis Komponen Utama dalam Pemodelan Penduga Lengas Tanah dengan Data Satelit Multispektral Erna Sri Adiningsih 1),Mahmud 2),dan

Lebih terperinci

Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran

Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran Kembali SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran 1 Pendahuluan. 1.1 Ruang Lingkup dan Acuan. 1.1.1 Ruang Lingkup. Standar ini berhubungan dengan pemilihan dan instalasi

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG PENYALURAN BAJA TULANGAN ULIR (DEFORMED) DENGAN BENGKOKAN TERHADAP KUAT LEKAT ANTARA BETON DAN BAJA TULANGAN.

PENGARUH PANJANG PENYALURAN BAJA TULANGAN ULIR (DEFORMED) DENGAN BENGKOKAN TERHADAP KUAT LEKAT ANTARA BETON DAN BAJA TULANGAN. PENGARUH PANJANG PENYALURAN BAJA TULANGAN ULIR (DEFORMED) DENGAN BENGKOKAN TERHADAP KUAT LEKAT ANTARA BETON DAN BAJA TULANGAN. Arif Wahyudin Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA Mekanika fluida dan hidrolika adalah bagian dari mekanika terpakai (Applied Mechanics) yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dasar bagi teknik sipil. Mekanika

Lebih terperinci

[ ( ) I t = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam) R= curah hujan rancangan (mm/hari) T= waktu hujan efektif (menit)

[ ( ) I t = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam) R= curah hujan rancangan (mm/hari) T= waktu hujan efektif (menit) PENDAHULUAN Banjir yang hampir setiap tahun terjadi akibat dari meluapnya Sungai Dapit menyebabkan kerugian kepada penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Dapit. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya

Lebih terperinci

W A D I Y A N A S940907117

W A D I Y A N A S940907117 KAJIAN KARAKTERISTIK BATU ALAM LOKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BATA MERAH PEJAL UNTUK PEMBANGUNAN DAN REHABILITASI RUMAH SEDERHANA CHARACTERISTIC S STUDY OF NATURAL LOCAL STONE

Lebih terperinci

JALAN KERETA API SECARA UMUM

JALAN KERETA API SECARA UMUM Kuliah ke 1 JALAN KERETA API SECARA UMUM Dosen : DR. Ir. Indah Sulistyawati, MT. Widi Kumara ST, MT. SAP PERENCANAAN JALAN KERETA API Kuliah ke Materi Kuliah ke Materi 1. Pendahuluan: Jalan KA Secara Umum

Lebih terperinci