Bab 10. Penutup. Simpulan
|
|
- Liana Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 10 Penutup Simpulan Pertama, profil praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif yang rendah mengindikasikan kegagalan bangsa Indonesia dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Target nasional pemberian ASI eksklusif sebesar 90% yang telah dicanangkan sejak 9 tahun yang lalu belum tercapai. Temuan penelitian menunjukkan cakupan IMD dan ASI Eksklusif wilayah Kecamatan Limbangan (daerah pegunungan) lebih tinggi dibanding dengan cakupan di wilayah Kecamatan Kaliwungu (daerah pantai). Temuan penelitian menunjukkan cakupan IMD di wilayah Kecamatan Limbangan sebesar 70,0%; sementara itu di wilayah Kecamatan Kaliwungu hanya sebesar 32,0%. Adapun cakupan ASI eksklusif di wilayah Kecamatan Limbangan sebesar 56,0%; sementara itu di wilayah Kecamatan Kaliwungu sebesar 33,7%. Faktor predisposisi (faktor yang ada pada diri ibu) yang berpengaruh terhadap praktik IMD maupun pemberian ASI eksklusif pada ibu di daerah pantai adalah pendidikan, pengetahuan ibu, sikap ibu terhadap IMD dan ASI eksklusif. Adapun faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap praktik IMD di daerah pegunungan adalah pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif adalah sikap ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Kedua, dalam kerangka pembangunan sumber daya manusia, bangsa Indonesia belum mempunyai komitmen yang kuat untuk menjamin setiap bayi yang lahir di bumi pertiwi dalam mendapat hak memperoleh IMD dan ASI eksklusif. Komitmen pemerintah yang 127
2 Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) lemah dalam mengatur peran para aktor yang terlibat dalam praktik IMD dan ASI eksklusif telah membuang momentum emas pembentukan sumber daya manusia berkualitas. Dalam menyongsong momentum emas pembentukan sumber daya manusia, para aktor seperti ibu, keluarga, bidan, dan produsen susu formula sering bergerak tanpa campur tangan pemerintah. Pembangunan manusia sering menjadi upaya tak terencana dan terukur. Dalam penelitian ini Ibu (nenek bayi atau ibu mertua) atau keluarga, bidan, serta produsen susu formula berperan sebagai faktor penguat (reinforcing factor) yang mempengaruhi praktik IMD dan ASI Eksklusif pada ibu. Keluarga terutama nenek atau ibu mertua dari ibu yang melahirkan merupakan tokoh penting dibalik keberhasilan ataupun kegagalan program IMD dan ASI eksklusif. Sama halnya dengan bidan, keluarga khususnya nenek/mertua merupakan reinforcing faktor bagi perilaku memberikan IMD dan ASI eksklusif. Temuan penelitian menunjukkan meskipun bidan sudah menjalankan perannya dengan baik, ibu bersalin juga telah memahami dan menyetujui untuk dilaksanakan IMD dan ASI eksklusif, namun praktik tersebut bisa gagal karena tidak adanya dukungan positif dari nenek/ibu mertua. Situasi di lokasi penelitian, baik daerah pegunungan maupun wilayah pantai, bidan merupakan referensi utama bagi ibu bersalin dan keluarganya dalam mengambil keputusan terkait kesehatan ibu dan anak. Dalam posisi ini, bidan dapat memainkan peran, baik sebagai aktor pendukung maupun penghambat program IMD dan ASI Eksklusif. Bidan akan memainkan peran sebagai aktor pendukung manakala dengan kesungguhan hati mereka memberikan komunikasi, edukasi, dan informasi yang adekuat tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif kepada ibu bersalin dan keluarganya. Namun bidan juga dapat menjadi aktor penghambat manakala dalam dirinya tidak terdapat kesungguhan untuk mendukung program IMD dan ASI Eksklusif. Latar belakang bidan dalam kategori aktor penghambat ini dapat berupa motif ekonomi, kurangnya pengetahuan tentang praktik 128
3 Penutup kebidanan terkini/ mutakhir, serta kurangnya pelatihan teknis IMD dan ASI Eksklusif. Demikian juga halnya, Produsen susu formula bayi secara umum berperan sebagai aktor penghambat program IMD dan ASI eksklusif. Ibarat keping mata uang, di satu sisi produsen susu formula bayi dibutuhkan pada keadaan abnormal. Namun di sisi yang lain naluri bisnis produsen susu formula bayi akan senantiasa menerobos kebenaran ilmiah tentang pentingnya IMD dan ASI eksklusif. Naluri bisnis tersebut merupakan manifestasi logis dari kapital yang mereka keluarkan untuk mendapatkan keuntungan. Kehadiran produsen susu formula secara alamiah telah menciptakan infiltrasi kapitalisme ke dalam sistem sosial dan budaya. Temuan penelitian yang menunjukkan adanya proses transaksi penggunaan susu formula bayi antara bidan dengan pasien/keluarganya menjadi bukti infiltrasi tersebut. Produsen susu formula bayi juga kadang mengeluarkan propaganda tentang kualitas gizi dari produknya yang hampir menyerupai ASI. Propaganda ini secara tidak kentara akan mengarahkan pandangan awam tentang nilai prestise produk susu formula bayi. Semakin mahal harga susu formula, semakin tinggi pula nilai prestisenya. Propaganda ini bagi ibu yang bekerja atau bagi kalangan menengah ke atas sudah cukup efektif sebagai penghambat program IMD dan ASI eksklusif. Ketiga, arah pembangunan nasional yang mendorong industrialisasi telah secara ceroboh mengabaikan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. Industri telah memaksa para ibu yang bekerja meninggalkan bayinya tanpa ASI. Hak cuti melahirkan para buruh wanita hanya menyisakan masa 2 bulan bagi bayi untuk mendapat ASI. Kendati ASI eksklusif dapat diberikan melalui beberapa teknik seperti pompa dan penyimpanan ASI, penyediaan ruang laktasi, namun tidak ada upaya serius para pihak terkait dalam menjamin keberhasian program ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peran karakteristik sosio-demografi terhadap praktik praktik IMD dan praktik ASI eksklusif. Makin dekat dengan kawasan industri atau perkotaan, praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif cenderung rendah. Sebaliknya, makin dekat dengan karakteristik masyarakat 129
4 Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) pegunungan atau pedesaan, praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif cenderung lebih baik. Keempat, para pelaku dan perencana pembangunan, khususnya pembangunan sumber daya manusia sering lupa bahwa membangun manusia pada hakekatnya tidak bisa lepas dari budaya dimana seorang manusia mulai meretas kehidupannya. Adanya tradisi dan mitos penghambat praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif menunjukkan upaya pembangunan masih abai terhadap variabel budaya. Dalam penelitian ini terbukti norma yang mendukung terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif adalah proses menyusui diyakini dapat memperat ikatan batin antara bayi dan ibunya serta mengurangi risiko terjadinya kanker rahim dan payudara. Adapun norma atau nilai yang tidak mendukung program IMD dan ASI eksklusif adalah terkait tradisi dan mitos. Kegagalan ibu memberikan ASI eksklusif dikarenakan adanya kebiasaan dari ibu-ibu yang memberikan makanan lainnya seperti bubur, pisang, madu, roti dan sebagainya. Pisang diberikan kepada bayi karena diyakini membuat bayi merasa kenyang, tidak rewel dan tubuhnya tidak lembek. Madu diyakini anaknya menjadi manis dan cantik. Stres menyebabkan ASI kering, puting susu masuk, tidak bisa menyusui. Gizi ibu kurang, tidak bisa menyusui. Bayi sedang diare, perlu cairan tambahan seperti air dan teh. Mitos-mitos tersebut telah dipercayai sepenuhnya oleh masyarakat, padahal sama sekali tidak benar. Implikasi Teori Bertolak dari hasil temuan dan simpulan dari hasil penelitian di atas maka terdapat implikasi teori sebagai berikut: Pertama, perbedaan geografis telah berimplikasi pada terjadinya perbedaan karakteristik sosio-demografi masyarakatnya. Dalam penelitian ini, daerah Kaliwungu sebagai wakil dari wilayah perkotaan dan daerah Limbangan sebagai wakil wilayah pedesaan di kabupaten Kendal, telah membawa perbedaan karakteristik sosio demografi masyarakatnya. Ibu di wilayah perkotaan cukup banyak yang berstatus bekerja dan ibu di 130
5 Penutup wilayah pedesaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja). Perbedaan karakteristik sosio demografi ini berpotensi terhadap terjadinya perbedaan waktu ibu dalam berinteraksi dengan bayinya termasuk di dalamnya praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berstatus tidak bekerja memiliki waktu yang lebih banyak untuk memperhatikan bayinya khususnya dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang bekerja memiliki waktu yang terbatas untuk dapat berinteraksi termasuk pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Di wilayah Kaliwungu yang dekat dengan kawasan industri (perkotaan), banyak ibu bayi yang memanfaatkan susu formula sejak dini. Hal ini berbeda dengan di wilayah Limbangan, yang wilayahnya termasuk kawasan pedesaan, terdapat kebiasaan sebagian ibu memberi bubur atau nasi halus sebelum bayi berusia enam bulan. Secara teoritis, implikasi penelitian ini adalah memperkuat hasil penelitian Valdes et al. (2000), yang menyatakan bahwa wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. Hasil penelitian ini juga memperkuat teori Green & Kreuter (1991) yang menyatakan bahwa status pekerjaan sebagai salah satu faktor demografi dapat turut mempengaruhi perilaku individu. Peningkatan praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif khususnya pada ibu-ibu bekerja dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran ibu serta peningkatan pengetahuan terkait cara pumping (pemompaan ASI) dan penyimpanan ASI yang benar. Upaya ini dapat dilakukan dengan melibatkan peran aktif Bidan Desa dan Kader Posyandu. Kedua, faktor predisposing (faktor yang ada pada diri ibu) yang berpengaruh terhadap praktik IMD maupun pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan, pengetahuan ibu, sikap ibu terhadap IMD dan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini memperkuat teori Green & Kreuter (1991), yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisinya antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan 131
6 Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) sebagainya. Dari temuan penelitian ini, untuk dapat merubah perilaku masyarakat dalam praktik IMD dan pemberian ASI eksklusif, maka perlu peningkatan pengetahuan masyarakat dan perubahan sikap sehingga dapat menimbulkan kesadaran dari masyarakat khususnya ibu-ibu untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan kewajibannya dalam pemberian ASI kepada bayinya. Proses peningkatan pengetahuan masyarakat ini dapat dilakukan melalui peningkatan peran Bidan di desa untuk memberikan konseling dan pendidikan yang komprehensif pada tiap pemeriksaan kehamilan atau Ante Natal Care (ANC) maupun pembentukan kelas-kelas ibu hamil yang secara rutin tiap bulan diberikan edukasi terkait kesehatan ibu hamil, persiapan persalinan serta edukasi untuk melakukan IMD dan ASI eksklusif pasca persalinan. Ketiga, keberhasilan praktik IMD dan ASI Eksklusif tidak terlepas dari peran Bidan Penolong Persalinan serta keluarga. Peran Bidan ini dapat memperkuat motivasi dan perilaku ibu untuk IMD dan ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini memperkuat teori Green & Kreuter (1991), yang menyatakan bahwa Petugas Kesehatan adalah termasuk faktor yang dapat memperkuat (reinforcing) perilaku seseorang. Baik di daerah pegunungan (pedesaan) maupun wilayah pantai (perkotaan). Bidan menjadi referensi utama bagi ibu dan keluarganya. Bidan yang dengan kesungguhan hati mereka memberikan komunikasi, edukasi, dan informasi yang baik tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif dapat memotivasi ibu dalam melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif. Sebaliknya, Bidan yang selalu berorientasi pada keuntungan ekonomi khususnya atas tawaran dari promosi susu formula menjadi penghambat keberhasilan IMD dan ASI Eksklusif. Demikian juga, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam melakukan IMD maupun pemberian ASI Esklusif. Seorang ibu perlu mendapatkan dukungan dan bantuan dari keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) agar berhasil melakukan IMD dan dapat menyusui secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah 132
7 Penutup suami (Roesli, 2008). Hasil penelitian ini secara konsisten memperkuat teori yang dikemukakan oleh Green & Kreuter (1991) yang menyatakan bahwa keluarga juga merupakan reinforcing (faktor penguat) bagi perilaku ibu termasuk dalam penelitian ini adalah perilaku IMD dan pemberian ASI eksklusif. Bidan dan keluarga samasama memegang peranan penting dalam memperkuat motivasi ibu untuk melakukan IMD maupun ASI eksklusif. Meskipun bidan sudah menjalankan perannya dengan baik dan ibu bersalin juga telah memahami dan menyetujui untuk melaksanakan IMD dan ASI eksklusif, namun jika keluarga khususnya suami, ibu dan mertua tidak memberi dukungan, maka praktik IMD dan ASI Eksklusif tersebut bisa gagal. Keempat, produsen susu formula adalah penghambat program IMD dan ASI eksklusif. Motivasi bisnis dan keuntungan finansial yang strategis menjadi penyebab utama promosi susu formula masuk mengintervensi para Bidan penolong persalinan. Tidak sedikit promosi susu formula ini melakukan propaganda tentang kualitas gizi dari produknya yang hampir menyerupai bahkan melebihi ASI. Propaganda ini dapat mengarahkan pandangan awam tentang nilai prestise produk susu formula bayi. Semakin mahal harga susu formula, semakin tinggi pula nilai prestisenya. Propaganda ini menjadi penghambat dalam melaksanakan IMD dan ASI eksklusif khususnya pada ibu-ibu yang bekerja dan ibu-ibu yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Praktik IMD dan ASI eksklusif dapat berhasil apabila pemberian sanksi kepada penghambat pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif benar-benar ditegakkan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, maupun produsen dan distributor susu formula yang dengan sengaja mempromosikan bahkan menganjurkan penggunaan susu formula kepada ibu melahirkan atau ibu menyusui sebelum bayi berusia 6 bulan tanpa adanya alasan medis tertentu, akan diberikan sanksi administratif mulai teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin. 133
8 Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) Kelima, tradisi, kebiasaan dan mitos-mitos tertentu merupakan nilai atau norma yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Kebiasaan ibu memberikan makanan-makanan tertentu seperti bubur, pisang, madu, roti dan sebagainya sebelum bayi berusia enam bulan merupakan bukti kegagalan praktik ASI Eksklusif. Makanan-makanan tersebut secara turun temurun dalam tradisi masyarakat diyakini memiliki nilai bagi bayi yang secara empiris belum terbukti seperti pisang dapat membuat bayi tubuhnya tidak lembek, madu membuat bayi menjadi manis dan cantik. Keyakinan akan manfaat dari makanan-makanan tersebut bagi bayi serta mudahnya makanan tersebut diperoleh juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perilaku pemberian makanan selain ASI sebelum bayi berumur enam bulan. Selain makanan, juga terdapat keyakinan-keyakinan terkait dengan mitos menyusui antara lain stres pada ibu menyebabkan ASI kering, puting susu masuk dan gizi kurang menyebabkan ibu tidak bisa menyusui. Nilai-nilai atau kepercayaan di masyarakat sebagaimana dalam hasil penelitian ini telah memperkuat teori yang dikemukakan oleh Green& Kreuter (1991) yang menyatakan bahwa nilai-nilai atau keyakinan menjadi predisposing factor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Demikian juga, teori Rosenstock dan Becker (1988) yang menyatakan bahwa keyakinan terhadap manfaat dan keyakinan kecilnya hambatan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Saran Pertama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selaku penanggungjawab pembangunan sektor kesehatan harus memastikan ibu dan keluarga dapat berperan sebagai aktor pendukung program IMD dan ASI eksklusif. Pemerintah harus menunjukkan komitmen yang kuat melalui program- program yang nyata terhadap penguatan peran ibu dan keluarga dalam pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Bagi ibu dan keluarga kelahiran bayi merupakan situasi yang tidak hanya ditunggu namun juga kadang mencemaskan. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan harus memastikan bahwa setiap ibu dan 134
9 Penutup keluarga untuk mempunyai perisapan gizi dan kesehatan yang memadai. Pemerintah harus menjamin bahwa para ibu memiliki pengetahuan yang memadai tentang manfaat gizi dan kesehatan dari program IMD dan ASI eksklusif. Kedua, Pemerintah tidak boleh menutup mata atas adanya praktik ilegal berupa penyimpangan standar etik dari para bagi bidan/ tenaga kesehatan penolong persalinan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan harus menunjukkan komitmen untuk menjaga agar para bidan selain memiliki kompetensi kebidanan, juga memiliki kompetensi etik yang memadai. Kementerian Kesehatan harus membuat suatu instrumen untuk memastikan bahwa tidak akan ada lagi penyimpangan standar etika profesi dari para bidan. Kementerian kesehatan melalui organisasi profesi harus mengambil peran lebih kuat untuk menjaga niat tulus bidan dalam bekerja, meneguhkan pendirian, serta menjaga martabat profesi agar tugas pokok dan fungsinya dalam mendukung program IMD dan ASI eksklusif tidak dinodai oleh kepentingan yang kontra program IMD dan ASI eksklusif. Ketiga, aparatur negara bersama-sama dengan seluruh komponen bangsa harus kembali menengok akan dampak buruk kapitalisme terhadap pembangunan sumber daya manusia. Perilaku produsen susu formula bayi yang sering melanggar code of conduct dengan melakukan praktik ilegal, melakukan persekongkolan jahat dengan para bidan harus menjadi perhatian aparat penegak hukum. Instrumen hukum yang telah dirancang dengan baik oleh pemerintah harus ditegakkan. Pelaksanaan secara konsisten dari peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 sebagai produk hukum sangat diperlukan demi memastikan tidak tercerabutnya momentum emas pembentukan sumber daya manusia berkualitas melalui IMD dan ASI eksklusif. Keempat, bagi penelitian lanjutan, yaitu penelitian ini menghasilkan suatu konsep terbentuknya perilaku IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Konsep tersebut masih menyisakan beberapa pertanyaan tentang apakah konsep tersebut terjadi juga di daerah lain? Apakah konsep tersebut dapat direkontruksi menjadi sebuah model yang 135
10 Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) aplikatif untuk cetak biru pemecahan masalah rendahnya cakupan IMD dan ASI eksklusif? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memerlukan kajian yang seksama dan mendalam dalam penelitian selanjutnya. Oleh karena itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi jalan pembuka bagi pemecahan masalah rendahnya cakupan IMD dan ASI eksklusif. 136
Bab 7. Peran Bidan, Keluarga, dan Produsen Susu Formula dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Peran Bidan
Bab 7 Peran Bidan, Keluarga, dan Produsen Susu Formula dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Peran Bidan Peran Bidan dalam Praktik IMD Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan
Lebih terperinciBab 8. Peran Karakteristik Sosio-Demografi di Daerah Terhadap Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan Praktik ASI Eksklusif. Gambaran Lokasi Penelitian
Bab 8 Peran Karakteristik Sosio-Demografi di Daerah Terhadap Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan Praktik ASI Eksklusif Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur
Lebih terperinciBab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu
24 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2012, No Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. 2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanju
No.58, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. ASI Eksklusif. Pemberian. Penggunaan. Susu Formula Bayi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa untuk mencapai
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) adalah cairan tanpa tanding yang diciptaan Allah SWT. Fungsinya yaitu untuk memenuhi kebutuhan bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan di Indonesia (Hidayat, 2008). Masalah kesehatan anak ditandai dengan tingginya angka kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu dipersiapkan sebelum bayi lahir. ASI hendaknya sudah dipersiapkan sejak janin masih dalam kandungan dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 14 APRIL 2016 NOMOR : 2 TAHUN 2016 TENTANG : PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF Sekretariat Daerah Kota Sukabumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 95 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pemberian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut
BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi dan ditentukan oleh tingkat kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut ditentukan oleh status
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang
Lebih terperinciMOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari
MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG Natalia Desty Kartika Sari ABSTRAK Keunggulan ASI adalah adanya kolostrum yang akan memberikan antibodi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung
Lebih terperinciLEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan
LEMBAR PERTANYAAN PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden :
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang paling esensial bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling diperlukan bayi serta telah terbukti memberikan
Lebih terperinciMASALAH DAN STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI INDONESIA. Ratih Putri Damayati 1 1 Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia
MASALAH DAN STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI INDONESIA Ratih Putri Damayati 1 1 Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seseorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya manusia dimulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan nasional hendaknya selalu memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap aspek kesehatan. Salah satu aspek kesehatan yang patut diperhatikan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015
KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015 Identitas Responden No. Responden : Nama Responden : Alamat Responden
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya sehingga dapat berperan maksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan investasi manusia yang tak ternilai. Investasi ini mendukung manusia untuk beraktivitas dengan optimal. Nutrisi yang baik berperan penting
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF BAGI TENAGA KESEHATAN, PENYELENGGARA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN, PENYELENGGARA SATUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
Lebih terperinciBab 2. Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas. Pendahuluan
Bab 2 Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas Pendahuluan Sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan aset paling utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang memiliki banyak SDM berkualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI Eksklusif dan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2005). Manfaat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI Eksklusif adalah bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) adalah cairan ciptaan Allah SWT, Yang fungsinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dan melindunginya dari serangan penyakit. Keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting bagi pertumbuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu
Lebih terperinciBUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF
BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti dicapai hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan menempati kisaran ke dua sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi buruk adalah salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia, banyaknya gizi buruk biasa dialami oleh anak-anak. Kurangnya gizi berpotensi menjadi penyebab
Lebih terperinciASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI
ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI Padahal kita tahu Manfaat ASI bagi bayi Sebagai nutrisi Meningkatkan kecerdasan Meningkatkan
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PENCAPAIAN ASI EKSKLUSIF OLEH BIDAN DESA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIGA PANAH DAN PUSKESMAS KUTABULUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses menyusui merupakan hal yang terpenting bagi. perempuan. Dalam bidang kesehatan, dikenal adanya pendekatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menyusui merupakan hal yang terpenting bagi perempuan. Dalam bidang kesehatan, dikenal adanya pendekatan continuum of care. Pendekatan continuum of care
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG SEPUTAR MASALAH DONOR ASI (ISTIRDLA ) A. Persamaan PP Nomor 33 Tahun 2012
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan pilihan asupan nutrisi yang sangat baik bagi bayi. Namun masih banyak ibu yang salah mengartikan pengertian dari ASI Eksklusif,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).
39 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Selain sebagai pewaris keluarga, nilai khusus anak bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI (Air Susu Ibu ) adalah suatu cara pemberian makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan emosional yang unik bagi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan
Lebih terperinciAnalisa Kebijakan PP Nomor 33 Tahun 2012 Tentang PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Analisa Kebijakan PP Nomor 33 Tahun 2012 Tentang PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Rachmat Ardiyanzah PG Latar Belakang Masalah penerapan pola pemberian makan terbaik untuk Bayi sejak lahir sampai anak berumur 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia memang mengalami kemajuan yang cukup bermakna, namun demikian tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN
PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 6-12 BULAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Alfan F.W*, Titi Astuti**, Merah Bangsawan** ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperincipengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu hewan atau susu tiruan sebagai pengganti susu ibu disebut Pengganti Air Susu Ibu (PASI) pada umumnya adalah air susu dari berbagai binatang ternak, misalnya sapi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: intervensi selama 18 minggu dibandingkan dengan 0,1 minggu di daerah
174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Mengingat keterbatasan yang telah disampaikan, penelitian ini dapat memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Promosi multilevel ASI eksklusif telah
Lebih terperinciBab 4. ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu. Pemberian ASI menurut Tinjauan Nilai Keagamaan di Masyarakat
Bab 4 ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu Pemberian ASI menurut Tinjauan Nilai Keagamaan di Masyarakat Dalam kehidupan masyarakat, nilai-nilai keagamaan menjadi dasar yang sangat dijunjung tinggi, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI Eksklusif dan
Lebih terperinciMemahami Perilaku Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional
Memahami Perilaku Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional Jakarta, 23 Januari 2015 Tujuan Mengetahui pengetahuan, sikap dan praktik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu 2.1.1 Definisi ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan.
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
~ 1 ~ BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun di dunia ada sekitar 4 juta bayi meninggal karena penyakit infeksi terkait dengan perilaku ibu yang tidak memberikan kolostrum dan air susu ibu (ASI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting. Kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menyusui adalah suatu proses yang alamiah dan merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan kepada
Lebih terperinciAMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta
AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta Berbagai metode atau cara ber KB secara modern sudah kita kenal melalui penggunaan alat kontrasepsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdapat di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa harus memiliki generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat jasmani dan rohani. Hal ini sebagaimana terdapat di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat dunia yang direkomendasikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam
Lebih terperincidemam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi
29 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan literatur kepustakaan, disusun diagram pohon tentang berbagai kemungkinan faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif (Gambar 6). Menurut Delp et al. ( Hardinsyah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan
Lebih terperinci