BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. PERUMUSAN MASALAH 1.3. BATASAN MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.2. PERUMUSAN MASALAH 1.3. BATASAN MASALAH"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada 6 o LU - 11 o LS dan 95 o BT o BT, merupakan sebuah negara kepulauan yang berada pada pertemuan 3 lempeng bumi, lempeng Asia, lempeng Australia, dan lempeng Pacific. Letak geografis tersebut membuat Indonesia mempunyai kandungan hasil alam yang sangat melimpah, menjadikan Indonesia berada pada 5 besar negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar di dunia. Sebagian besar kandungan minyak dan gas bumi terletak di kawasan perairan Indonesia, salah satunya berada di daerah perairan kepulauan Natuna. Kondisi tersebut membuka peluang untuk dibangunnya fasilitas lepas pantai untuk eksplorasi kandungan alam yang berada di perut bumi. struktur tersebut berdiri. Dalam perencanaannya, struktur telah diberikan beban gempa rencana namun, kadangkala pada kenyataannya gempa yang terjadi dapat lebih besar dibandingkan gempa rencana. Hal itu menyebabkan kekuatan umur yang direncanakan dapat berkurang akibat beban gempa yang berlebih. Pada tugas akhir ini akan dilakukan modifikasi perancangan struktur platform dengan menggunakan beberapa bracing yang berbeda dengan pembahasan ditujukan pada fixed platform yang dititik beratkan pada analisa perhitungan jacket terhadap gempa beserta dengan perhitungan pondasi. Jacket merupakan bagian dari fixed platform, yaitu bangunan lepas pantai (offshore) yang terpancang didasar laut sehingga mempunyai kekuatan agar tidak bergoyang. Kekuatan struktur tersebut juga mempunyai batasan dalam menerima beban, akan tetapi untuk lebih memaksimalkan kinerja dapat dilakukan analisa pushover / ultimate. Menurut ISSC (2006), kekuatan ultimate dari member dan sistem struktur adalah ukuran sebenarnya dalam penilaian kekuatan yang berarti, bahwa kekuatan ultimate adalah kapasitas maksimal yang dapat dimiliki struktur. Tidak ada penambahan beban yang dapat dibawa melebihi kekuatan ultimate PERUMUSAN MASALAH Gambar 1.1. Lokasi Anjungan Migas Di Indonesia ( blog.wawangsetiawan, 2010 ) Pembangunan struktur offshore merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk dapat mengeksplorasi kekayaan alam yang berada di kawasan perairan, struktur tersebut dapat berupa fixed platform dan floating platform. Struktur yang terletak pada perairan kepulauan Natuna merupakan struktur fixed platform yang menggunakan jacket sebagai struktur penopang beban, akan tetapi letak Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng tersebut membuat daerah daerah di Indonesia menyimpan kekuatan gempa yang besar pula dan hal tersebut berpengaruh langsung pada struktur fixed platform. Struktur fixed platform sangat dipengaruh oleh terjadinya gempa pada daerah dimana Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis perlu untuk memberikan perumusan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini. Adapun perumusan masalah tersebut sebagai berikut : 1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan penopang jacket menggunakan beberapa bracing yang berbeda? 2. Bagaimana kondisi fixed platform apabila terjadi beban gempa berlebih? 3. Bagaimana cara menganalisis kekuatan struktur terhadap beban gempa berlebih, dengan Ultimate / Pushover Analisis sampai batas runtuh? 4. Berapa kali kekuatan gempa yang dapat diterima oleh struktur tersebut? 1.3. BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam Tugas Akhir yang berjudul Analisa Ultimate Fixed Platform Terhadap Beban Gempa di Perairan Kepulauan Natuna adalah sebagai berikut :

2 2 1. Pemodelan stuktur utama tetap mengunakan 4 kaki dengan menggunakan kombinasi beberapa bracing yang berbeda, 2. Beban yang dianalisis hanya meliputi beban gempa, beban beban lain khususnya beban gravitasi dan lingkungan digunakan untuk pembebanan pada tahap pemodelan dengan menggunakan analisis In - Place, 3. Digunakan analisa ultimate menggunakan metode non linear / pushover, 4. Perhitungan dengan mempertimbangkan kekuatan pondasi struktur. dari dasar laut yang diolah hingga menghasilkan sumber energy alam, Offshore platform pertama berdiri pada tahun 1947 di pantai Lousiana dengan kedalaman hanya 6 meter. Sekarang ini lebih dari 7000 offshore platform berdiri di dunia dengan kedalaman mencapai meter dan hampir sebagian besar merupakan fixed platform TUJUAN Penulisan Tugas Akhir kali ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mampu menganalisa kekuatan subuah struktur fixed platform terhadap beban gempa berlebih termasuk dengan perhitungan pondasi. 2. Mampu merencanakan pondasi suatu struktur akibat beban beban yang ada dengan menyesuaikan terhadap karakteristik daerah yang akan dibangun sruktur tersebut. 3. Mampu mengoperasikan program SACS. 4. Membuka wawasan bahwa struktur Rig juga merupakan bagian dari bidang ke-teknik Sipil-an yang kurang tereksplorasi MANFAAT Manfaat yang akan diperoleh dalam pekerjaan Tugas Akhir ini adalah dapat mengetahui cara perencanaan, dan perancangan fixed platform serta mampu menganalisis kejadian kejadian yang dapat terjadi akibat fenomena alam. Serta dapat menjadi nilai jual kita dalam memasuki dunia kerja, serta dapat pula digunakan sebagai bahan referensi oleh : 1. Perusahaan pengeboran minyak ataupun BP- MIGAS dalam perencanaan Rig 2. Pembelajaran bagi mahasiswa Teknik Sipil ITS dalam merencanakan Rig 2.1. UMUM BAB II TINJAUAN PUSTAKA Offshore Platform merupakan anjungan yang digunakan untuk pengeksplorasian minyak dan gas Gambar 2.1. Offshore Drilling Platform ( NaturalGas.org.htm, 2010 ) Dalam 2 dekade terakhir, katagori dari fixed platform berkembang dengan pesat dimulai dari tambang di teluk Mexico kemudian berkembang menjadi tipe concrete gravity yang berada di laut utara Mexico dan tipe platform yang ketiga adalah the tension leg platform yang sedang berkembang pada saat ini dimana bangunan tersebut mengapung dengan kabel yang berada dibawah bangunan tersebut yang mempunyai fungsi menarik bangunan apung agar tidak goyang. Perencanaan bangunan lepas pantai ( offshore ) mempunyai beberapa bagian dalam operasionalnya yaitu eksplorasi, eksplorasi pengeboran, pengembangan pengeboran, operasi produksi, serta transportasi. 2.2 FIXED PLATFORM Merupakan struktur terpancang yang memiliki beberapa jenis berdasarkan struktur penopangnya, antara lain : 1. Jacket Platform Anjungan tipe ini digunakan untuk beroperasi di perairan laut dangkal dan perairan laut sedang ( maksimal pada kedalaman 320 m ) yang mempunyai dasar tebal, lunak, dan berlumpur. Terdapat 3 bgian utama yaitu deck, jacket, dan pile. Dek merupakan bagian struktur yang tidak terendam air, digunakan sebagai pusat aktifitas operasional. Struktur penopang disebut dengan Jacket, struktur seperti ini dikembangkan untuk operasi di laut dangkal dan laut sedang yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur yang dikunci oleh pile sebagai pemancang struktur

3 3 pada dasar laut. Umumnya, bagian bagian dari fixed platform telah dibuat dipabrik sesuai dengan perhitungan kapasitas yang telah dilakukan sebelumnya yang kemudian dilakukan perakitan di lokasi pengeboran. Gambar 2.4. Proses Peluncuran Jacket ( Wikipedia, 2011 ) STRUKTUR JACKET Gambar 2.2. Fixed Platform ( wikipedia, 2011 ) Pengangkutan bagian bagian dari fixed platform dilakukan menggunakan kapal, kemudian setelah pada koordinat yang derencanakan jacket ditempatkan pada posisi yang telah ditentukan kemudian dluncurkan dari kapal, setelah struktur jacket berdiri pile dimasukkan melalui kaki bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah keras kemudian dek dipasang dan dilas. Bahan baku atau material utama struktur jacket yang digunakan adalah baja. Baja memiliki sifat-sifat yang menguntungkan untuk dipakai sebagai bahan struktur yang mampu memikul beban statik maupun beban dinamik. Struktur Jacket merupakan bagian utama jacket platform yang berfungsi menopang banggunan atas ( deck ) sehingga mampu melakukan kegiatan pengeskplorasian sesuai dengan yang direncanakan. Menurut Hastanto (2000), struktur jacket merupakan bentuk struktur terpancang (fixed Structure) yang terdiri atas beberapa komponen utama yaitu: 1. Deck / Geladak yang berfungsi sebagai penunjang seluruh kegiatan, tempat fasilitas dan tempat bekerja para personel. 2. Template / jacket yang berfungsi sebagai penerus beban baik beban vertikal dari geladak maupun beban lateral dari angin, gelombang, arus dan boat impact ke pondasi. 3. Pondasi yang berfungsi untuk meneruskan beban dari jacket ke tanah. DECK JACKET Gambar 2.3. Pengangkutan Jacket Ke Lokasi PILE Gambar 2.5. Komponen Utama Jacket Selain itu juga ada subkomponen dari masingmasing komponen utama dari jacket yaitu: a. Subkomponen dari struktur geladak antara lain: skid beam, plat geladak deck beam,

4 4 kaki geladak, longitudinal trusses dan wind girders. b. Subkomponen dari jacket antara lain : legs, horizontal dan vertical bracing, launch runner dan detail element (boat landing, barge bumpers dan walkways). a ) b ) Deckbeam Skidbeam Windgirders Longitudinaltrusses Boatlanding Kaki Geladak Legs Gambar 2.7. Jenis Sambungan Tubular Pile Merupakan elemen utama dalam fixed platform yang berfungsi sebagai penerima beban aksial serta penahan struktur atas. Pemasangan pile dilakukan dengan cara memasukkan pile melalui kaki jacket kemudian dipancangkan menggunakan hammer samapai menembus lapisan tanah keras. Bargebumper Horizontalbracing Verticalbracing Gambar 2.6. Detail Komponen Geladak ( a ) dan Jacket ( b ) Beberapa sistem jacket yang ada di dunia, mempunyai perbedaan utama mengenai jumlah kaki, konfigurasi sistem bracing serta fungsinya. Jumlah kaki pada setiap jacket bervariasi dari satu hingga delapan kaki dengan membentuk konfigurasi tertentu. Demikian juga dengan sistem konfigurasi bracingnya dari yang sederhana sampai yang kompleks (McClelland, 1986) Bracing Merupakan bagian dari Jacket yang menghubungkan kaki utama satu dengan lainnya, memiliki fungsi sebagai pengaku serta penyalur beban menuju beberapa kaki dengan tujuan beban tersebar dan ditopang oleh struktur utama, pada kali ini bracing yang digunakan adalah jenis tubular. Jenis seperti ini dipilih karena memiliki bentuk simetris yang dapat menghasilkan kekakuan merata, beban yang diterima oleh bracing merupakan kombinasi dari beban tekan, tarik, tekuk atau geser. Beberapa jenis dari sambungan bracing adalah sebagai berikut : Gambar 2.8. Pemasangan Pile dan Pemancangan menngunakan hammer ( wikipedia, 2011 ) 2.3. PEMBEBANAN STRUKTUR Dalam tahap perencanaan, untuk menghasilkan dimensi dari sebuah struktur diperlukan beban yang bekerja mengenai struktur tersebut. dalam struktur fixed platform beban yang digunakan meliputi beban vertikal dan horizontal, antara lain : 1. Beban Vertikal Beban yang dihasilkan oleh berat sendiri struktur, beserta kegiatan operasional yang berada pada struktur tersebut 2. Beban Horizontal Beban yang dihasilkan oleh beban lingkungan, yaitu beban angin, beban arus, dan beban gempa GEMPA Merupakan suatu proses pergerakan lempeng bumi yang mengakibatkan getaran baik secara langsung pada asal pergerakan maupun daerah disekitar terjadinya gempa. Hal itu dapat terjadi T - JOINT Y - JOINT N - JOINT OLN - JOINT K - JOINT TK - JOINT GUSSET K - JOINT GUSSET K - JOINT

5 5 tanpa dapat diketahui pasti kapan akan terjadinya, dan berapa kekuatan yang dihasilkannya. Kejadian gempa yang memiliki kekuatan sedang dapat mempengaruhi struktur yang berada di atas permukaan bumi, salah satu yang menyebabkan gempa bumi dipelajari dikarenakan dampak yang diakibatkan oleh gempa tersebut dimana yang paling utama dikarenakan oleh terjadinya korban jiwa dan kerusakan materil saat gempa bumi terjadi, beberapa pengaruh gempa bumi dapat merusakkan struktur dengan berbagai cara seperti ini : Saat terjadi gempa bumi, gelombang gempa akan menjalar dari suatu pusat dibawah permukaan bumi dan menyebar melalui medium batuan untuk mengurangi energi tekanan pada batuan. Titik ini disebut sebagai fokus gempa, sedangkan titik pada permukaan tanah yang tegak lurus diatas fokus gempa disebut epicentrum gempa. dalam tugas akhir ini, struktur akan dianalisa dengan menggunakan parameter ground acceleration yang biasa dinyatakan dalam g ( g=percepatan gravitasi ). 1. Gaya gaya dalam yang terjadi akibat goncangan pada tanah yang cukup kuat. 2. Gempa yang menginduksikan terjadinya api (Volkanoes,electric short etc). 3. Terjadinya perubahan sifat sifat fisik dari tanah sebagai fondasi (consolidation, settling dan liquefaction). 4. Akibat perpindahan patahan secara langsung pada daerah ditempat berdirinya bangunan. 5. Akibat longsor, atau pergerakan permukaan yang lainnya. 6. Gempa yang menginduksikan gelombang air seperti tsunami atau pergerakan air pada bendungkan atau danau. 7. Terjadi perubahan besar besaran pada lempeng tektonik yang menyebabkan elevasi permukaan berubah drastis. Gambar Ilustrasi penyebaran Gelombang Gempa JENIS GEMPA Gempa mempunyai beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya, antara lain : 1. Gempa Tektonik Terjadi dikarenakan oleh pergeseran lempeng pada muka bumi dimana lempeng tersebut sebagai pelat yang saling bertabrakan hingga salah satunya masuk kebawah (subduction) pelat yang lainnya (dipping zone). Distribusi gempa yang terjadi di dunia dapat dilihat pada gambar dibawah ini, distribusi tersebut diambil dari beberapa pembacaan seismograf yang ditempatkan diseluruh dunia sehingga letak gempa bumi dapat di kalkulasi. Gambar Subduction dan Dipping Zone Pergeseran lempeng yang satu dengan yang lainnya mencapai 13 cm per tahunnya, pada gambar dibawah dapat dilihat pelat lempeng india bergeser mulai dari 71 juta tahun yang lalu hingga saat ini. Gambar Distribusi Gempa di dunia

6 6 Gambar Pergeseran Pelat Lempeng India Gempa bumi yang terjadi pada daerah tektonik aktif (pertemuan lempeng) biasanya disebut gempa tektonik atau plate-edge Earthquake. Permasalahan yang terjadi dalam hal ini disebabkan oleh adanya air yang menyebabkan terjadinya kegagalan secara tiba tiba yang diakibatkan terjadinya pengurangan panjang bidang geser pada daerah retak. Pada saat batuan tertekan maka retak lokal akan terjadi dan volume dari batu tersebut akan meningkat dan membesar. Retak yang terjadi mengakibatkan air akan masuk kedalam pori pori batuan. Pada saat terjadi retak tekanan pori batuan akan menurun sehingga kecepatan P-Wave akan berkurang sedangkan pada saat pori terisi air tekanan pori akan meningkat sehingga kecepatan P-Wave akan mengalami kenaikan. Aktifitas seperti inilah yang disebut dengan Dilatansi In The Crustal Rocks 2. Gempa Vulkanik Merupakan gempa yang biasanya terjadi secara bersamaan dengan gunung meletus terutama pada margin pertemuan lempeng di bumi. Apabila keaktifan semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi Gambar Gempa Vulkanik Gambar Dilatansi In The Crustal Rock 4. Explosion Getaran pada tanah bisa disebabkan oleh terjadinya detonasi kimia atau peralatan nuklir. Pada saat peralatan nuklir diaktifkan pada sebuah lubang bor dibawah tanah, energi yang sangat besar dari nuklir dilepaskan. Beberapa percobaan nuklir yang dilakukan pada beberapa dekade ini menyebabkan terjadinya gempa hingga skala 6.0 Richter. 3. Dilatansi In The Crustal Rocks Ketebalan kerak bumi pada benua kurang lebih mencapai 30 km tapi pada daerah pegunungan bisa mencapai hingga 50 km, pada daerah lautan ketebalannya hanya 5 km. Pada kedalaman 5 km tekanan pada litosphere (Akibat berat dari batuan diatasnya) sudah sama dengan kapasitas kekuatan batuan yang tidak retak pada temperatur 500 derajat celcius. Selama tidak ada faktor luar yang menganggu, gaya geser yang diperlukan hingga terjadinya kegagalan yang tiba tiba maupun kegagalan friksi (slip) sepanjang retak tidak akan pernah tercapai. Gambar Ledakan Nuklir yang mengakibatkan gempa

7 7 5. Gempa Akibat Keruntuhan ( Collapse Earthquake ) Gempa jenis ini terjadi pada saat keruntuhan pada gua gua ataupun pada penggalian tambang, hal ini biasa terjadi pada saat tegangan pada batuan yang menunjang gua ataupun tambang sudah tidak kuat lagi menahan beban yang ada akan menyebabkan batuan tersebut meledak dan jatuh sambil mengeluarkan gelombang getaran. Gempa ini mencapai 4.5 skala Richter diikuti longsor pada tahun 1974 di sungai Montaru pada 25 April Gempa Akibat Induksi Air yang dibendung oleh bendungan akan memberikan tekanan tambahan kepada batuan dibawahnya, hal ini dapat menyebabkan gempa yang dikarenakan hancurnya batuan yang berada dibawahnya. Walaupun secara teoritis tekanan yang diberikan oleh air tersebut relatif kecil untuk menghancurkan batuan dibawahnya, sehingga salah satu teori yang menyebabkan terjadinya gempa ini adalah sebelumnya batuan dibawah air yang dibendung tersebut sudah tertekan terlebih dahulu oleh lempeng yang ada sehingga penambahan sedikit tekanan tersebut akan menyebabkan kehancuran pada batuan tersebut. Hal tersebut ditambah lagi dengan terisinya pori pori batuan yang menyebabkan naiknya tekanan air pori dan menurunkan kekuatan dari patahan. Perilaku ini dapat dilihat pada bendungan Koyna dimana di catat gempa yang terjadi dan dihubungkan dengan ketinggian muka air pada bendungan Gaya Gempa Pada Struktur Jacket Kekuatan gempa menjadi pertimbangan dalam desain anjungan terpancang ( fixed platform ) yang akan dibangun pada kawasan gempa, baik dalam kawasan aktif gempa maupun kawasan sekitar yang masih menerima efek dari pusat gempa. Hal tersebut dikerenakan struktur terpancang pasti menerima goncangan akibat gempa bumi langsung maupun magnitude. Penyebab utama kerusakan struktur pada saat gempa berlangsung disebabkan oleh respon bangunan terhadap gerakan tanah yang menggerakkan dasar struktur Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan mengenai gempa yang dapat mempengaruhi fixed platform antara lain sebagai berikut : 1. Aktifitas Gempa Untuk kawasan yang berada di kawasan aktif gempa, dalam tahapan desain diharuskan melakukan evaluasi mengenai intensitas dan karateristik dari gerakan gempa pada tanah dasar. 2. Zona Gempa Dalam tahapan desain perlu diketahui di kawasan gempa berapa struktur berdiri 3. Keadaan Tanah Keadaan tanah dimana striktur berdiri sangat menentukan berapa kekuatan yang sanggup diberikan oleh tanah untuk menopang beban diatasnya ketika terjadi gempa. V Gambar Gaya Gempa Pada Jacket ANALISIS RESPON GEMPA Analisa Respon Dinamik Riwayat Waktu Linear F Suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung 3 dimensi yang berperilaku elastik penuh terhadap gerakan tanah akibat Gempa Rencana pada taraf pembebanan gempa nominal sebagai data masukan, di mana respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metoda integrasi langsung atau dapat juga melalui metoda analisis ragam. F F F F = Gaya Gempa Tiap Lantai V = Gaya Gempa Dasar

8 Analisis Respon Dinamik Riwayat Waktu Non-Linear Suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu respons dinamik struktur gedung dimensi yang berperilaku elastik penuh (linier) maupun elasto-plastis (nonlinier) terhadap gerakan tanah akibat Gempa Rencana sebagai data masukan, di mana respons dinamik dalam setiap interval waktu dihitung dengan metoda integrasi langsung FLOWCHART BAB III METODOLOGI Tahap tahap yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : FLOW CHART PEKERJAAN TUGAS AKHIR MULAI STUDY LITERATUR PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA ANALISA IN-PLACE ANALISA SEISMIC ANALISA ULTIMATE KESIMPULAN SELESAI Uraian Flow Chart : Studi Literatur : Mencari hal yang baru / yang yang dapat digunakan sebagai perumusan masalah dalam pengerjaan tugas akhir, pada kali ini ruang lingkup studi literatur adalah bangunan lepas pantai yang digunakan sebagai tempat penambangan ( offshore platform ) Permasalahan Dari studi literature, didapatkan topik mengenai bangunan lepas pantai dengan struktur jacket platform dengan beban gempa berlebih Bahasan yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah mengenai perancangan ulang dengan memodifikasi bagian bracing dengan menggunakan beberapa kemungkinan Pengumpulan Data Platformyang digunakan adalah Anoa Platform, yang terletak di perairan kepulauan Natuna. Data yang digunakan antara lain, letak koordinat Anoa Platform, beban lingkungan, dan beban sendiri, Analisa In- Place Analisa yang digunakan untuk melakukan pemodelan struktur jacket dengan beban lingkungan dan beban sendiri. Analisa Seismic Analisa mengenai keadaan platform yang dibebani dengan beban gempa. Analisa Ultimate Analisa yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan ultimate jacket platform dengan membebani platform dengan beban gempa berulang samapi keadaan runtuh. Kesimpulan Ringkasan dari hasil analisa ultimate 3.2. STUDI LITERATUR Studi literature dilakukan untuk memahami lebih detail mengenai konsep perancangan, pembebanan, desain kekuatan, dan segala hal yang berkaitan dengan penyelesaian tugas akhir ini DATA DAN STRUKTUR LINGKUNGAN 1. Nama : ANOA PLATFORM 2. Lokasi : NATUNA ( 5 o N, 103 o E ) 3. Fungsi : PRODUCTION 4. Jumlah dek : 4 Lantai

9 PEMODELAN STRUKTUR Pemodelan menggunakan data yang telah diperoleh seperti diatas, dengan menggunakan program bantu SACS. R = Faktor Reduksi Beban Gempa W = Berat Struktur Bangunan Menurut pasal SNI , gaya geser dasar harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban beban gempa F i yang menangkap pada pusat massa lantai ke i menurut persamaan : ( 3.3 ) Gambar 3.1. Pemodelan Anoa Platform Dimana, W i = Berat lantai ke-i z i = Ketinggian lantai di-i V = Gaya Geser Dasar N = Jumlah lantai bangunan Tabel 3.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Tanah Gambar 3.2. Kombinasi Bracing 3.5. KONSEP PERHITUNGAN GEMPA Pada dasarnya apabila suatu struktur dapat mengikuti gerakan yang disebabkan oleh gempa sampai batas kekakuan struktur tersebut hingga menyebabkan keruntuhan, hal tersebut dapat diketahui dari persamaan dasar keseimbangan static yang digunakan dalam analisa metoda perpindahan yang memiliki bentuk sebagai berikut : P = k v ( 3.1 ) Tabel 3.2. Percepatan Tanah Dasar Pada Zona Gempa Indonesia Wilayah Gempa Percepatan puncak batuan dasar ( g ) Tanah Keras Percepatan puncakmukatanahao ( g ) Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi. dimana : P = beban yang bekerja k = kekakuaan dari tahanan v = perpindahan yang dihasilkan dalam SNI , besaran gaya geser dasar didapatkan menggunakan rumus : CI V R W Dimana : V = Gaya Geser Dasar C = Koefisien Faktor Respon Gempa I = Faktor Keutamaan Gempa Gambar 3.3. Peta Wilayah Gempa Di Indonesia Koefisien ( 3.2 ) Faktor Gempa ( C ) Koefisien faktor respon gempa, C, merupakan pengukuran terhadap percepatan tanah yang diharapkan pada lokasi bangunan dan nilainya bervariasi sesuai dengan waktu getar alami (Tc). Waktu getar alami (Tc) diambil sebesar 0.5 dtk, 0.6 dtk, 1.0 dtk

10 10 untuk jenis tanah berturut-turut tanah keras, tanah sedang, tanah lunak. (Ps SNI ) Untuk T < Tc : C = Am (Am = Respon Maksimum = 2.5 Ao) Untuk T > Tc : C = Ar / T Ar = Am Tc Tabel.3.3. Spektrum Respons Gempa Rencana Tabel.3.5. Koefisien Berdasarkan Wilayah Gempa Faktor Keutamaan Bangunan ( I ) Tabel 3.6. Faktor Keutamaan Bangunan ( I ) Kategori Gedung Faktor Keutamaan I1 I2 I3 Taksiran Waktu Getar Alami ( T ), Secara Empiris Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran Monumen dan bangunan monumental Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi. Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun Cerobong, tangki diatas menara T = C c h n x ( 3.4 ) Dimana C c = Koefisien Empiris h n = Tinggi Bangunan ( m ) x = Koefisien Empiris Tabel.3.4. Koefisien Empiris Pembatasan Waktu Getar alami Fundamental ( T 1 ) Waktu getar alami fundamental dibatasi agar struktur gedung tidak terlalu fleksibel T 1 < n ( 3.5 ) Dimana = koefisien letak wilayah gempa n = jumlah tingkat Gambar 3.4. Grafik Koefisien Gempa Analisis Respon Dalam melakukan analisis terhadap respon dari struktur bisa digunakan metoda Complete Quadratik Combination ( CQC ) atau bisa juga digunakan metode Square Root of the Sun of the Square ( SRSS ). Apabila menggunakan CQC, waktu getar alami mempunyai nilai selisih kurang dari 15% antara modal yang satu dan yang lainnya, untuk penggunaan SRRS dilakukan apabila waktu getar alami yang berjauhan.

11 Spektrum Respons Gempa Secara sederhana dijelaskan bahwa spectrum respons gempa adalah plot respon maksimum ( perpindahan, kecepatan, percepatan maksimum ) dari suatu fungsi beban tertentu untuk semua kemungkinan system berderajat kebebasan tunggal. Dengan menggunakan satu grafik skala logaritmis, kita dapat memplot respon maksimum dalam besaran percepatan, perpindahan relatif, dan kecepatan palsu relative ( pseudovelocity ). Tiga besaran ini adalah spectrum percepatan, spectrum perpindahan, dan spectrum kecepatan. Dimana S D adalah perpindahan relative maksimum yang selaras dengan percepatan absolute ( S A ), dan kecepatan maksimum ( S V ). Adapun hubungan ketiganya adalah : S A = - S D (3.6) Dimana = k/m (3.7) adalah frekuensi natural dari struktur S V = S D (3.8) 3.6. KONSEP PERHITUNGAN PONDASI ( PILE ) Pondasi merupakan bagian dari struktur secara keseluruhan yang menyalurkan gaya dari struktur atas melalui pondasi ke tanah atau batuan yang ada dibawahnya. Dalam keadaan statik, umumnya hanya bekerja beban beban vertikal yang bekerja pada struktur yang perlu ditransfer ke tanah atau batuan penopang yang ada dibawahnya. GEMPA BEBAN bekerja pada pondasi pada saat terjadi gempa bisa lebih besar atau melebihi beban pada kondisi beban vertikal statik bahkan dapat menimbulkan uplift. Sebagai tambahan akan terjadi gaya gaya horizontal dan momen yang cukup besar pada tingkat pondasi. Kondisi lokasi tanah setempat sangat penting dalam hubungannya dengan perilaku struktur pada saat terjadi gempa, hal ini dikarenakan tanah atau batuan dilokasi memiliki karakteristik yang spesifik dan memiliki kemampuan untuk mengamplifikasi gerakan gelombang gempa yang berjalan dari pusat gempa Lapisan tanah yang ada di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori yaitu Tanah keras, Tanah sedang, Tanah lunak, dimana lapisan dengan tebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi. Kekuatan Pile untuk beban aksial Qd= Qf + Qp = fas + qap ( 3.9 ) Dimana Tabel 3.5. Parameter Tanah BEBAN VERTIKAL Reaction Forces Gambar 3.5. (a) Ilustrasi Kondisi keadaan Struktur Statik (b)ilustrasi Kondisi Struktur Pada saat Gempa terjadi Struktur bangunan yang berada dalam wilayah zona gempa yang cukup besar, beban yang

12 KONSEP KEKUATAN STRUKTUR Konsep Analisis Nonlinear Analisa inelastis global dilakukan untuk mengetahui apakah anjungan memiliki cukup kekuatan dan stabilitas untuk tetap menahan kriteria pembebanan dengan overstress lokal dan kerusakan ijin, namun tanpa keruntuhan. Pada level analisa ini, tegangan telah melampaui level elastis dan pemodelan overstress member, sambungan dan pondasi harus mengenali kapasitas ultimate atau juga perilaku post buckling dari batas pembeban elastis (API, 2002). Pada analisa ultimate, elemen struktur dibiarkan untuk menerima beban yang melebihi kapasitasnya, elemenelemen dapat meneruskan beban untuk mencapai kapasitasnya, tergantung pada ductility dan perilaku pasca elastis elemenelemen tersebut. Beberapa elemen mungkin menunjukkan gejala kerusakan dan mengalami inelastis yielding. Gambar Site Anoa Platform Terletak pada perairan kepulauan Natuna, dengan kedalaman air sekitar 80 meter memiliki kondisi geografis berada pada daerah gempa 1, yaitu daerah dengan tingkat gempa paling rendah. Dari data tanah yang diambil PT. Soilmaklelan Report, diperoleh hasil sebagai berikut : 4.1. DATA LOKASI BAB IV ANALISIS DATA Anoa Platform berada pada posisi lateral 5 o N dan longitudinal 105 o E, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini : Grafik Ultimate Pile Capacity

13 13 Tabel Karakteristik dan Kekuatan Tanah C. Deep Strong Alluvium competent sand, silt and stiff clays with thicknesses in excess of about 200 ft ( 61 m ) and overlying rock - like materials sesuai dengan API RP 2A WSD bahwa tanah yang berada pada lokasi Anoa platform adalah tanah type C Untuk percepatan muka tanah, API RP 2A WSD memberikan besaran sebagai berikut : Tabel PGA menurut API RP 2A WSD Kesimpulan Data tanah diatas : 1. Kedalaman 0,00 11,5 ft : Very Soft Clay 2. Kedalaman 11,5 32,5 ft : Firm Clay 3. Kedalaman 32,5 66,0 ft : Very Stiff Clay 4. Kedalaman 66,0 94,0 ft : Very Stiff to Hard Clay 5. Kedalaman 94,0 160 ft : Very Stiff to Hard Clay 6. Kedalaman ft : Very Stiff to Hard Clay Dapat disimpulkan bahwa site Anoa Platform berada pada lapisan Hard Clay, yaitu lapisan tanah keras, yang berada pada daerah gempa 1 Menurut API RP 2A WSD, soil type yang digunakan dalam perhitungan pondasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : A. Rock : crystalline, conglomerat, or shale - like materials generally having shear wave velocities in excess of 3000 ft/sc ( 914 m/sec ) B. Shallow Strong Alluvium competent sand, silt and stiff clays with shear strength in excess of about 1500 psf ( 72 kpa ). Limited to depths of less than about 200 ft ( 61 m ) and overlying rock - like materials. Sedangkan dalam SNI , diberikan percepatan muka tanah sebagai berikut : Tabel PGA menurut SNI KRITERIA DESIGN Desain awal merupakan jacket degan menggunakan bracing K, dengan tampilan sebagai berikut : Gambar Jacket dengan susunan bracing K 1. Memiliki susunan bracing K 2. Dengan ukuran member utama ( jacket ) : LG5(leg) : D = cm = 54 inch : T = cm = 1.5 inch

14 14 DB3(brc) : d = cm = 34 inch : t = 2.54 cm = 1 inch : l = cm = 9.72 inch Penentuan besarnya ukuran diameter serta ketebalan member yang direncanakan didasarkan pada beberapa aspek berikut : D d dengan : D = diameter leg d = diameter bracing T = ketebalan leg t = ketebalan bracing k = faktor panjang efektif = 1 l = panjang bebas r = radius gyration = 0,35 D dengan hasil yang didapatkan, ukuran bracing selanjutnya mengikuti perbandingan seperti diatas. Atau dapat disimpulkan menggunakan ukuran yang sama dengan perencanaan awal PEMBEBANAN Kategori Beban Platform Dalam API RP2A 2.3. diatur mengenai beban yang bekerja dalam analisis platform yang ditabelkan sebagai berikut : TABEL Beban Yang Digunakan Untuk Analisa Struktur Basic Load Condition Structural Dead Weight Area Live Loads D T Storm Wind, Wave, & Current Loads Operating Wind, Wave, & Current Loads Buoyancy Miscellaneous & appurtenances Earthquake Induced Force Beban Pada Top Side Seismi c In Place Operating Storm X X X X X X - - X - X - X X X X X X X - - Pada perencanaan yang dilakukan oleh PT. Tripatra Engineering, beban yang akan diletakkan pada platform ditabelkan sebagai berikut : d t 34 kl r LC Description Units value 1 Self Weight Kn 2 Work Over Rig Kn Plating, Grating, Handrail Kn Equipment All Deck Kn Live Load All Deck Kn Piping All Deck Kn TABEL Beban Yang Berada Pada Platform Work Over Rig Loads Beban yang akan bekerja akan bertambah seiring dengan waktu, pada perencanaan yang dilakukan oleh PT. Tripatra Engineering beban tersebut diberikan sebagai berikut : Tabel Beban Work Over Rig 1 Year Case Total Operating Load Kn 100 Year Storm Case Total Load 8366 Kn Jacket Loads Beban jacket didefinisikan sebagai self weight seperti beban permanen lainnya termasuk baja boat landing, deck beam. Beban sendiri dari struktur akan diaplikasikan secara otomatis oleh program SACS, serta beban ini telah ditambah 5 % dari beban kombinasi untuk sambungan las Load Case Dalam pembebanan yang akan dilakukan, diperlukan pengelompokan beban sehingga mempermudah dalam proses input beban dan analisis. LC 1 Self Weight 2 Work Over Rig TABEL Load Case 3 Plating, Grating, Handrail 4 Equipment All Deck 5 Live Load All Deck 6 Piping All Deck LOAD CASE DESCRIPTION

15 MATERIAL KELAS BAJA Berdasarkan jenis dan ukuran, material baja dibagi seperti berikut : TABEL Material Kelas Baja 4.5. PERHITUNGAN GEMPA Pembatasan Waktu Getar Alami Digunakan untuk mencegah struktur bangunan yang terlalu fleksibel, nilai batas T 1 sesuai SNI 1726 ps 5.6 T 1 < n = 0,20 x 6 = 1,2 dt Perhitungan Gaya Geser Dasar ( V ) Pada perhitungan gaya geser dasar ( V ) dilakukan oleh program SACS 5.2 dengan memasukkan nilai PGA yang terjadi. Untuk masing-masing platform dilakukan perhitungan terhadap 4 PGA, yaitu 0,05 ; 0,2 ; 0,4 ; dan 0, PERHITUNGAN PONDASI Pondasi yang digunakan pada masing masing platform memiliki ukuran sesuai dengan diameter dalam tubular pada kaki ( leg ) platform. Dengan keadaan tanah yang telah ditinjau memiliki beberapa lapisan tanah, dengan lapisan tanah keras ada kedalaman 66ft. Hasil Yang Diperoleh : Periode Pada 4 Susunan Bracing Bracing K SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Bracing A SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Bracing N SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Bracing X SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS) E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Hasil UC : PGA Bracing A Bracing K Bracing N Bracing X UC Max

16 16 Kesimpulan : 1. Bracing A memiliki periode paling tinggi yang berarti memiliki kekakuan paling rendah, kemudian disusul oleh K, N, dan X 2. Kekuatan Struktur K,N, X pada PGA dibawah 0,4 memiliki kekuatan yang hamper sama

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab

6 Analisa Seismik. 6.1 Definisi. Bab Bab 6 6 Analisa Seismik 6.1 Definisi Gempa bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori : intensitas lemah, sedang dan kuat. Intensitas ini ditentukan oleh percepatan gerakan tanah, yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI KASUS

BAB 3 DESKRIPSI KASUS BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan

Lebih terperinci

1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan bracing yang berbeda?

1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan bracing yang berbeda? LATAR BELAKANG Indonesia merupakan 5 negara terbesar penghasil MIGAS di dunia, Letak sumur penghasil mayoritas berada pada perairan dangkal, < 100 m Indonesia terletak pada 6 o LU - 11 o LS dan 95 o BT

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1 Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL

BAB 5 ANALISIS HASIL BAB 5 ANALISIS HASIL 5.1 ANALISIS HASIL IN-PLACE Hasil run program SACS untuk analisis in-place pada kondisi operasional dan ekstrem untuk beberapa keadaan tinggi muka air laut yang berubah akan dipaparkan

Lebih terperinci

5 Analisis Seismic BAB 5

5 Analisis Seismic BAB 5 BAB 5 5 Analisis Seismic Analisis seismik merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan struktur (dalam hal ini digunakan model struktur yang sama dengan model pada analisis Inplace) terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB 4 STUDI KASUS 4.1 UMUM Platform LProcess merupakan struktur anjungan lepas pantai tipe jacket dengan struktur empat kaki dan terdiri dari dua deck untuk fasilitas Process. Platform ini terletak pada

Lebih terperinci

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN

Sensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan

Lebih terperinci

IMADUDDIN ABIL FADA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

IMADUDDIN ABIL FADA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 IMADUDDIN ABIL FADA 3106100077 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 ANALISA PUSHOVER DENGAN KONDISI GEMPA 800 TAHUN PADA STRUKTUR

Lebih terperinci

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination)

4 Analisis Inplace BAB Kombinasi Pembebanan (Load Combination) BAB 4 4 Analisis Inplace Analisis inplace adalah analisis yang dilakukan terhadap platform ketika platform sudah berada eksisting di lokasinya. Platform akan dianalisis sebagai sebuah struktur lengkap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Statik Ekuivalen Berdasarkan SNI 2002 Suatu cara analisis statik 3 dimensi linier dengan meninjau beban-beban gempa statik ekuivalen, sehubungan dengan sifat struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas gempa moderat hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD BAB 5 ANALISIS 5.1 ANALISIS LINIER Penurunan yang terjadi pada dasar laut menyebabkan peningkatan beban lingkungan,, terutama beban gelombang yang dibebankan pada struktur anjungan lepas pantai. Hal ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA SNI.03-1726-2002 TATA CARA PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTUK BANGUNAN GEDUNG FILOSOFI GEMPA 1. MENGHIDARI TERJADINYA KORBAN JIWA MANUSIA 2. MEMBATASI KERUSAKAN, SEHINGGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat

Lebih terperinci

5 Pemodelan Struktur

5 Pemodelan Struktur Bab 5 5 Pemodelan Struktur 5.1 Konfigurasi Umum Jacket Anjungan yang dimodelkan dalam Tugas Akhir ini merupakan suatu bangunan fixed platform tipe jacket yang memiliki 4 buah kaki yang terpancang ke dalam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi jalur cincin api dunia. Terdapat empat lempeng tektonik dunia yang ada di Indonesia, yaitu lempeng Pasific,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk kehidupan sehari-hari. Distribusi air yang cukup tergantung pada desain sebuah tangki penampungan air di daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN Edita S. Hastuti NRP : 0521052 Pembimbing Utama : Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping : Yosafat Aji Pranata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK Sri Fatma Reza 1, Reni Suryanita 2 dan Ismeddiyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil/Universitas

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG

ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG ANALISA KEKUATAN ULTIMAT PADA KONSTRUKSI DECK JACKET PLATFORM AKIBAT SLAMMING BEBAN SLAMMING GELOMBANG Moch.Ibnu Hardiansah*1, Murdjito*2, Rudi Waluyo Prastianto*3 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini lahan untuk pembangunan gedung yang tersedia semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambahnya waktu. Untuk itu, pembangunan gedung berlantai banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER Choerudin S NRP : 0421027 Pembimbing :Olga Pattipawaej, Ph.D Pembimbing Pendamping :Cindrawaty Lesmana, M.Sc. Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya, maka secara langsung kebutuhan akan lahan sebagai penunjang kehidupan pun semakin besar. Pada kota-kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemilihan Struktur Konsep pemilihan struktur pada perencanaan rusunawa ini dibedakan dalam 2 hal, yaitu Struktur Atas (Upper Structure) dan Struktur Bawah (Sub Structure).

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05 ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05 Jufri Vincensius Chandra NRP : 9921071 Pembimbing : Anang Kristianto, ST., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Linier Statik Pada analisis linier statik akan dilakukan perhitungan rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Pada analisis ini, stuktur akan berperilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini memungkinkan banyaknya kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia. Tak terkecuali di dunia Teknik Sipil, dalam hal perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Pembebanan Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu sendiri adalah

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA 050404004 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara strategis yang terletak di antara tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension

Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Wellhead Tripod Platform akibat Penambahan Conductor dan Deck Extension Fahmi Nuriman, Handayanu, dan Rudi Walujo

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V Julita Andrini Repadi 1, Jati Sunaryati 2, dan Rendy Thamrin 3 ABSTRAK Pada studi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah [4, 5, 6] Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Gambar 1.1). Lempeng

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan BAB II DASAR TEORI II.1 Umum Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan uraian konsep Performance Based Design, yang selanjutnya akan lebih terfokus pada perencanaan struktur

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEKAKUAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA Muhtar *) ABSTRACT

EFEKTIVITAS KEKAKUAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA Muhtar *) ABSTRACT EFEKTIVITAS KEKAKUAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA Muhtar *) ABSTRACT Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat resiko terhadap gempa bumi yang cukup tinggi, karena berada pada 4 pertemuan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA Lucy P. S. Jansen Servie O. Dapas, Ronny Pandeleke FakultasTeknik Jurusan Sipil, Universitas

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL Oleh : Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Padang fajar_nugroho17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa.

BAB 2 TEORI DASAR. permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Gempa Bumi Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. Energi yang dilepaskan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN

EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PORTAL BAJA 3 DIMENSI DENGAN PENGAKU LATERAL AKIBAT GEMPA KUAT BERDASARKAN PERFORMANCE BASED DESIGN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perencanaan Struktur Konsep perencanaan struktur diperlukan sebagai dasar teori bagi perencanaan dan perhitungan struktur. Konsep ini meliputi pemodelan struktur, penentuan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension 1 Muflih Mustabiqul Khoir, Wisnu Wardhana dan Rudi Walujo Prastianto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN (1) Maria Elizabeth, (2) Bambang Wuritno, (3) Agus Bambang Siswanto (1) Mahasiswa Teknik Sipil, (2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sitem lempeng kerak bumi aktif sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gempa di Indonesia Tahun 2004, tercatat tiga gempa besar di Indonesia yaitu di kepulauan Alor (11 Nov. skala 7.5), gempa Papua (26 Nov., skala 7.1) dan gempa Aceh (26 Des.,skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak dan gas merupakan bahan bakar yang sangat penting di dunia. Meskipun saat ini banyak dikembangkan bahan bakar alternatif, minyak dan gas masih menjadi bahan bakar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES

PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES PERHITUNGAN GAYA LATERAL DAN MOMEN YANG BEKERJA PADA JACKET PLATFORM TERHADAP GELOMBANG AIRY DAN GELOMBANG STOKES Selvina NRP: 1221009 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Aktivitas bangunan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI 2847-2013 PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN Giovanni Jonathan 1, Otniel Gandawidjaja 2, Pamuda Pudjisuryadi 3, Benjamin Lumantarna 4 ABSTRAK : Dalam

Lebih terperinci

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence

Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Analisa Ultimate Strenght Fixed Platform Pasca Subsidence Ir. Murdjito, MSc.Eng 1, Sholihin, ST, MT 1, Ayu Febrianita Santoso Putri 2 1)Staff pengajar Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya 2) Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa bumi tektonik yang relatif tinggi. Maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk memperkecil

Lebih terperinci

8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo

8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

skala besar, perkantoran, pertokoan dan pelayanan umum yang sangat kompleks Oleh karena itu timbul berbagai pemikiran untuk menanggulangi

skala besar, perkantoran, pertokoan dan pelayanan umum yang sangat kompleks Oleh karena itu timbul berbagai pemikiran untuk menanggulangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Tingkat pertambahan penduduk Indonesia yang cukup pesat dewasa ini menuntut antisipasi penyediaan sarana dan prasarana berupa perumahan dalam skala besar, perkantoran, pertokoan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman terhadap dari segala kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan adalah wujud fisik berupa struktur yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari mulai pondasi, dinding sampai atap secara permanen dan dibuat pada satu tempat.

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS Pada tugas akhir ini, model struktur yang telah dibuat dengan bantuan software ETABS versi 9.0.0 kemudian dianalisis dengan metode yang dijelaskan pada ATC-40 yaitu dengan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi utama dunia yang dibentuk dari proses geologi yang sama. Sehingga, minyak dan gas bumi sering ditemukan pada

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace

Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace YUNIZAR PUTRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk kedalam wilayah rawan gempa. Secara geografis, kepulauan Indonesia berada di antara 6 LU dan 11 LS serta di antara 95 BT dan 141 BT dan terletak

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP : DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH Refly. Gusman NRP : 0321052 Pembimbing : Ir. Daud R. Wiyono, M.Sc. Pembimbing Pendamping : Cindrawaty Lesmana, ST., M.Sc.(Eng) FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93721 niniaswad@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk

Lebih terperinci

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA ABSTRAK STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 LANTAI DAN 4 LANTAI DARI KAYU GLULAM BANGKIRAI TERHADAP BEBAN SEISMIC DENGAN ANALISIS STATIC NON LINEAR (STATIC PUSHOVER ANALYSIS) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia berada pada jalur gempa pasifik ( Circum Pacific Earthquake Belt) dan jalur gempa Asia (Trans Asiatic Earthquake Belt) sehingga mengakibatkan tingkat resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangunan hendaknya memiliki sistem struktur yang kuat dan kaku sehingga mampu mencegah ketidakstabilan struktur yang diakibatkan oleh beban gravitasi maupun kombinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi Indonesia terletak diantara pertemuan 4 lempeng tektonik yaitu, lempeng Filipina, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan Lempeng Hindia-Australia. Akibat letaknya

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR BAB IV PEMODELAN STRUKTUR Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisa statik non-linier bagi dua sistem struktur yang menggunakan sistem penahan gaya lateral yang berbeda, yaitu shearwall dan tube, dengan

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PRESENTASI TUGAS AKHIR PRESENTASI TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN SISTEM SELF CENTERING DENGAN SISTEM PRATEKAN PADA BALOK DAN KOLOM AKIBAT BEBAN GEMPA Oleh Syaiful Rachman 3105 100 093 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN SOFTWARE ETABS V9.2.0

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN SOFTWARE ETABS V9.2.0 ANALISIS STRUKTUR GEDUNG DENGAN SOFTWARE ETABS V9.2.0 A. MODEL STRUKTUR Analisis struktur bangunan Gedung BRI Kanwil dan Kanca, Banda Aceh dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite element)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Gempa bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi BAB III LANDASAN TEORI A. Gempa Bumi Gempa bumi adalah bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan dilapisan kerak bumi. akumulasi energi

Lebih terperinci