Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan ISBN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan ISBN : 978-602-8358-69-9"

Transkripsi

1 i

2 hal revisi Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan ISBN : TIM PENYUSUN Pelindung : Prof. Dr. Bathasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup Pembina : Ir. Ilyas Asaad, MP, MH Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Penanggung : Tri Bangun Laksono Jawab Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Tim Teknis Ketua : Jo Kumala Dewi Anggota : Widodo Sambodo Wistinoviani Adnin Dadang Kusbiantoro Dian Andryanto Andryansyah Rachmawaty Putri Antono Haryoto Kusnoputranto Tim Penulis : Suyud W. Utomo Latipah Hendarti Hoetomo Ario Tranggono Chandra Wirman Nastiti Karliansyah Peter Chen Penyunting : Latipah Hendarti, Jo Kumala Dewi, Wistinoviani Adnin Kontributor : PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Arutmin Indonesia, PT. Badak NGL, PT. Banyan Tree, PT. Bio Farma, PT. Bukit Asam, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT. Cheil Jedang Indonesia, Chevron Geothermal Salak, Ltd., CIMB Niaga, Coca Cola Amatil Indonesia, PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty, Ltd., PT. Epson Batam, PT. Holcim Indonesia, PT. Indonesia Power UBP Kamojang, PT. Indonesia Power UBP Bali, PT. Jababeka, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Letawa, PT. Medco E&P Indonesia, PT. Nippon Shokubai Indonesia, PT. Pertamina Asset 5 Field Tarakan, PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Sriwidjaya, PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, PT. Sukses Tani Nusa Subur, PT. Sumi Rubber Indonesia, PT. Tidar Kerinci Agung, PT. Total E&P Indonesia, PT. Unilever Indonesia ii Tim Penyusun Daftar Isi 223

3 MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP KATA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP Corporate Social Responsibility (CSR) adalah wujud nyata dari penggiat pembangunan untuk mewujudkan keadilan bagi masyarakat dan lingkungan. Dunia usaha harus berkontribusi dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan dalam pembangunan. Apresiasi kami sampaikan pada berbagai perusahaan yang telah melaksanakan CSR bidang lingkungan sehingga upaya perusahaan melibatkan masyarakat akan menjadi contoh bagi perusahaan lainnya dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kata Sambutan iii

4 iv

5 v

6 vi

7 SELAYANG PANDANG vii

8 viii

9 SELAYANG PANDANG MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN DI INDONESIA Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Prof. Emil Salim ahli lingkungan Indonesia menekankan bahwa CSR haruslah benar-benar menjadi cara berbisnis yang menyeimbangkan antara ketiga aspek yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian, CSR menjadi proporsi kerja perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan, bisnis suatu perusahaan bisa saja berhenti, namun pembangunan harus terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini dan masa mendatang 1. Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dalam upaya menyeimbangkan tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Sementara itu dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat umumnya sudah banyak dilakukan melalui kegiatan ComDev (Community Development) dan kewirausahaan lainnya. Selain itu yang terpenting adalah perusahaan memperhatikan kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya, upaya ini masih sedikit sekali yang bersifat voluntary (sukarela), bahkan untuk memenuhi kewajibanpun umumnya masih ada yang melanggar, misalkan saja ambang batas pencemar yang diperkenankan dibuang ke saluran pembuangan masih banyak yang melanggar. Peran perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan melalui CSR tentunya harus meliputi ketiga aspek yang sosial, ekonomi dan lingkungan. Sebagai upaya mewujudkan harmonisasi antara perusahaan dengan lingkungan, sejak tahun 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mendorong CSR bidang lingkungan. CSR bidang lingkungan yang dikembangkan terdiri dari tujuh bidang kegiatan yaitu Produksi Bersih, Kantor Ramah Lingkungan (eco office), Pengelolaan Limbah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, Energi Terbaharukan, Adaptasi Perubahan Iklim dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). 1 ://swa.co.id/headline/emil-salim-prinsip-green-company-harus-menyatu-dalam-pola-manajemenperusahaan Selayang Pandang iv

10 Meskipun tujuh kegiatan CSR bidang lingkungan, belum banyak dipahami perusahaan karena selama ini kecenderungan perusahaan dalam penyelenggaraan CSR adalah mengatasi dampak sosial dan ekonomi, serta menyelaraskan program dengan prioritas pembangunan daerah dimana perusahaan beroperasi lebih pada dukungan infrastruktur serta program di luar pengelolaan dan perbaikan kualitas lingkungan. Proses penggalian yang dilakukan melalui serangkaian pertemuan dengan perusahaan khususnya yang telah mendapatkan proper biru, hijau dan emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, ternyata cukup banyak praktik CSR bidang lingkungan yang telah dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dalam bisnis perusahaan, meskipun beberapa belum menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari CSR bidang lingkungan. Sebagai upaya untuk mendorong penerapan CSR bidang lingkungan, buku yang disusun dari pengalaman program-program CSR yang dilakukan perusahaan ini diterbitkan untuk menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan mengikuti jejak melakukan CSR bidang lingkungan di kemudian hari. Buku yang terdiri dari 7 bagian (bab) diurut berdasarkan bidang lingkungan yang diangkat dari perusahaan yang bersedia dan terpilih berdasarkan kriteria yang telah disepakati Tim Penyusun. Kriteria untuk menapis tulisan yang telah disepakati oleh Tim Penulis dan Tim Teknis KLH, sebagai berikut: 1) Perusahaan pelaksana CSR bidang lingkungan merupakan perusahaan yang sudah masuk dalam kategori Proper biru, hijau dan emas. Kriteria ini menjadi kriteria pertama dalam proses penapisan. 2) Program CSR bidang lingkungan harus merupakan program di antara 7 (tujuh) alternatif kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Buku Pedoman maupun Buku Petunjuk Pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2011 dan ) Pelaksanaan program dilakukan secara Sistematis, Terintegrasi, dan Berkelanjutan a. Sistematis. Dalam melaksanakan program CSR bidang lingkungan perusahaan menerapkan metoda Plan-Do-Check-Action (PDCA) yang meliputi tahap Perencanaan (Plan), Penerapan (Do), Pemantauan dan Evaluasai (Check), dan Action. b. Terintegrasi. Aspek lingkungan hidup telah terintegrasi secara eksplisit maupun implisit di dalam Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi Perusahaan. c. Berkelanjutan. Kegiatan sudah dijalankan lebih dari satu tahun dan sudah terdapat manfaat/hasil nyata, atau kegiatan serta manfaatnya tetap berlanjut meskipun perusahaan sudah tidak terlibat lagi dalam program CSR bidang lingkungan atau bahkan perusahaan sudah tidak beroperasi. Disamping menggunakan metodologi PDCA, perusahaan dapat pula melaksanakan program dengan metoda lain sepanjang mengandung unsur Sistematis, Terintegrasi dan Berkelanjutan. 4) Terukur. Sebagai salah satu kriteria permodelan CSR bidang lingkungan, program harus terukur adanya indikator keberhasilan yang dapat diukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Data kuantitatif ini dapat berupa ratio/perbandingan kuantitatif, data time series, atau pernyataan/testimoni pihak lain. Keberhasilan suatu program CSR bidang lingkungan dapat dinyatakan dalam ratio/perbandingan antara kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan program CSR bidang lingkungan. Beberapa contoh misalnya ratio: v Selayang Pandang

11 pemakaian bahan baku terpakai per unit produksi dalam program Produksi Bersih. penggunaan listrik per jam operasional dalam program Kantor Ramah Lingkungan. penggunaan bahan bakar dalam program Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi. volume sampah yang digunakan kembali (reuse), dikurangi (reduce), atau didaur ulang (recycle) dalam program Pengelolaan Sampah melalui 3R. penggunaan energi terbarukan menggantikan energi fosil dalam program energi terbarukan. Mengingat beragamnya kegiatan dalam suatu program CSR bidang lingkungan, maka unit satuan yang digunakan dalam mengukur juga beragam mengikuti satuan ukuran yang lazim digunakan, misalnya meter/m2/m3/ liter/ ton, dan sebagainya. Data time seri. Data time series misalnya dapat berupa bukti pembayaran tagihan listrik yang menunjukkan penurunan besarnya tagihan listrik dibanding dengan tagihan sebelum dilaksanakannya program Kantor Ramah Lingkungan atau program Konservasi Energi dan Sumberdaya Alam. Testimoni adalah pernyataan dari pihak yang telah merasakan manfaat (beneficiaries) dari suatu program CSR bidang lingkungan dengan disertai bukti/dokumentasi yang memadai. Sangat disarankan testimoni ini bukan berasal dari pihak perusahaan. 5) Kriteria Tambahan. Apabila jumlah naskah yang diterima KLH melebihi target yang ditentukan, maka disamping empat kriteria diatas, dilakukan penapisan berdasarkan : Keunikan, yaitu bersifat unik, mempunyai ciri khas. Innovatif, yaitu mengandung ide dan/atau cara baru dalam melakukan sesuatu. Inspiratif, yaitu mampu memberikan inspirasi kepada pihak lain sehingga terdorong melaksanakan program CSR bidang lingkungan. Terpublikasi, naskah telah didokumentasikan dan dipublikasikan secara luas lewat berbagai media. Disamping lima kriteria tersebut di atas, Tim Penulis telah berusaha menyeimbangkan distribusi tulisan pada setiap program CSR bidang lingkungan, sehingga pengalaman yang tertuang dalam buku yang diterbitkan ini terbagi relatif merata pada 7 (tujuh) kegiatan CSR bidang lingkungan. Dari proses lokakarya dan pertemuan yang telah dilakukan, ternyata cukup banyak perusahaan yang menyampaikan minat dan menuliskan serta mengirimkan pengalaman program CSR yang telah dilakukan perusahaan masingmasing. Umumnya perusahaan banyak melakukan di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, kegiatan CSR ini memang sudah banyak dikenal sebagai salah satu upaya kontribusi perusahaan terhadap lingkungan. Kegiatan CSR lingkungan lain yaitu Energi Terbarukan dan Adaptasi Perubahan Iklim merupakan kegiatan yang belum banyak menjadi perhatian perusahaan, disadari bahwa isu perubahan iklim memang isu lingkungan yang relatif baru di Indonesia yang muncul di era akhir awal 2000-an, beberapa program CSR bidang lingkungan di kegiatan konservasi sumberdaya alam seperti konservasi mangrove melalui penanaman sebetulnya berpotensi untuk berkontribusi dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penerapan kajian untuk menghitung penyerapan karbon oleh jenis tumbuhan yang ditanam sebagai upaya penghijauan perlu dilakukan ke Selayang Pandang vi

12 depan. Demikian juga dengan isu energi baru dan terbarukan, ketergantungan akan energi fosil selama ini, sedikit menumpulkan inisiasi masyarakat Indonesia termasuk perusahaan untuk menggali lebih banyak potensi energi baru dan terbarukan yang sebetulnya sangat besar di Indonesia baik dari tumbuhan, sampah, maupun sumberdaya alam lain seperti air, angin, matahari, dan yang lainnya. Kegiatan 3R dan Produksi Bersih serta Kantor Ramah Lingkungan cukup menjadi perhatian perusahaan karena sebelumnya sudah menjadi bagian dari keseharian yang mencoba melakukan efisiensi dalam produksinya. Komposisi dari naskah program CSR yang terkumpul, disepakati ada 44 naskah yang menjadi contoh atau model CSR bidang lingkungan. Empat puluh empat model CSR bidang lingkungan yang terhimpun dalam buku ini disusun ke dalam tujuh bab yang dikelompokan berdasarkan bidang lingkungan, dengan rangkaian sebagai berikut: Bagian pertama buku ini, menampilkan CSR bidang lingkungan Produksi Bersih, yang diwakili oleh 7 (tujuh) perusahaan berlokasi di Batam, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Produksi bersih yang merupakan strategi pengelolaan yang bersifat pencegahan, terpadu dan diterapkan secara terus menerus dalam kegiatan produksi dari hulu sampai hilir, yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku atau sumberdaya alam dan mencegah pencemaran lingkungan serta mengurangi terjadinya limbah pada sumbernya. Kegiatan ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia dan kerusakan lingkungan. Dari tujuh perusahaan, empat diantaranya yaitu PT. Adaro Indonesia, PT. Bio Farma, PT. Epson Batam dan PT. Nippon Shokubai telah melakukan upaya mengolah air limbah dan air hujan yang selama ini belum termanfaatkan menjadi sumber air yang digunakan kembali untuk proses kegiatan lain di industri yang sesuai dengan standard yang diizinkan. Sebagian perusahaan, air yang dihasilkan ada yang didistribusikan ke masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih sesuai dengan syarat yang ditentukan. PT. Chandra Asih melakukan penghematan energi dan bahan baku, PT. Cheil Jedang Indonesia mengolah limbah cair menjadi pupuk cair dan pakan ikan serta menurunkan kadar COD. Sementara PT. Chevron Geothermal Gunung Salak telah mengolah limbah bor menjadi bahan batako ringan. Bagian kedua buku ini, menampilkan model pelaksanaan CSR yang dilakukan perusahaan dengan menerapkan Kantor Ramah Lingkungan (eco office), meskipun model CSR yang ditampilkan ini belum semuanya menerapkan kriteria yang tercantum dalam konsep kantor ramah lingkungan, namun empat perusahaan yang bersedia berkontribusi dan penulisan ini menunjukan beberapa upaya menuju ke arah penerapan kantor ramah lingkungan. Tiga dari empat tulisan yang ada dalam buku ini yaitu PT. Bio Farma, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan PT. Pupuk Kujang telah menerapkan program kantor ramah lingkungan melalui penerapan hemat energi di seluruh aktivitas kantor dan produksi. sementara PT. Kaltim Prima Coal mengajak karyawan dan kontraktor perusahaan untuk menerapkan kantor ramah lingkungan melalui kegiatan kompetisi eco office. Di bagian ketiga buku, menampilkan model pelaksanaan CSR bidang lingkungan 3R (Reduce-Reuse-Recycle) yang dilakukan oleh tujuh perusahaan. Pelopor gerakan 3R di perusahaan selama ini adalah PT. Unilever yang memaparkan pengelolaan bank sampah melalui koperasi masyarakat. Lima perusahaan lainnya yaitu PT. Bukit Asam, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pertamina Ep Asset 5 Field Tarakan, PT. Pupuk Sriwidjaja dan PT. Sumi Rubber Indonesia mengolah sampah vii Selayang Pandang

13 dari perusahaan dan perumahan karyawan serta masyarakat sekitar perusahaan dengan pembuatan pupuk organik dan daur ulang dengan pemberdayaan masyarakat. Dari 6 contoh tersebut memperlihatkan pengelolaan sampah dengan sistem 3R yang melibatkan masyarakat sebagai pengelola merupakan salah satu langkah yang selaras dengan upaya green job karena rata-rata kegiatan CSR ini sudah langsung dapat menyerap tenaga kerja. Sementara PT. Coca Cola Amatil Indonesia pelaksanaan 3R yang difokuskan pada membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk membersihkan tepi pantai. Di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, yang merupakan bagian keempat buku, menampilkan paling beragam model CSR yang dikembangkan perusahaan. Lima belas perusahaan berkontribusi dalam tulisan praktek CSR, empat diantaranya melakukan kegiatan CSR lingkungan dengan melakukan upaya konservasi melalui penanaman dan rehabilitasi kawasan mangrove diwakili oleh PT. Arutmin Indonesia dan PT. SILO di wilayah Kalimantan Selatan, PT. Letawa di Sulawesi Barat, dan PT. Total E&P Indonesia di Kalimantan Timur. Konservasi keanekaragaman hayati baik jenis maupun ekosistem juga menjadi banyak pilihan seperti dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dengan mengembangkan kebun raya, PT. Bank CIMB Niaga dengan konservasi bambu, PT. Angsana Banyan Tree melakukan konservasi penyu hijau dan sisik, PT. Chevron Geothermal Salak Ltd. berupaya menyelamatkan koridor satwa termasuk Elang Jawa dan Owa Jawa, dan PT. Pupuk Kujang mengembangkan taman keanekaragaman hayati, serta PT. Sukses Tani Nusa Subur dan PT. Tidar Kerinci Agung menyisakan sebagian area Hak Guna Lahan (HGU) perkebunan mereka untuk dipertahankan dan dilindungi sebagai kawasan hutan konservasi. Sementara PT. Adaro Indonesia menghijaukan lahan kritis dengan menjadikannya kebun karet yang memberikan nilai ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat, PT. Medco E&P Indonesia mendorong penerapan pertanian organik dengan sistem System of Rice Intensification (SRI). Dua perusahaan lainnya yaitu PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali dan PT. Badak NGL di Bontang, menfokuskan kegiatannya pada pemulihan ekosistem terumbu karang melalui transplantasi dan budidaya biota laut. Bagian selanjutnya buku ini, memaparkan kegiatan CSR perusahaan di bidang energi terbarukan, di bidang ini memang masih terbilang jarang di lakukan oleh perusahaan dan belum terlalu banyak inovasi yang dilakukan untuk menggali potensi energi baru dan terbarukan yang ada. Pengalaman dari tiga perusahaan yang berkontribusi cerita dalam buku ini adalah PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk dan PT. Tidar Kerinci Agung yang memanfaatkan sumberdaya air untuk digunakan sebagai energi listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd. telah memperkenalkan panel surya kepada masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik. Kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan perusahaan rupanya memang belum terlalu banyak, dari hasil proses seleksi kegiatan yang dilakukan perusahaan, pada buku ini hanya ada tiga cerita yang dapat dijadikan model. PT. Holcim Indonesia di Cilacap melalui hutan kota yang dibangun di areal industrinya sejak tahun 1996 turut berkontribusi menjadi area serapan karbon, demikian juga dengan PT. Jababeka yang membangun kebun raya di di areal industrinya sejak tahun PT. Indonesia Power UBP Kamojang melalui program kampung bibit menghijaukan kembali area gunung kamojang sebagai salah upaya adaptasi perubahan iklim. Kegiatan terakhir dalam CSR lingkungan yang dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup adalah Pendidikan Lingkungan Hidup atau PLH, selama ini Selayang Pandang viii

14 perusahaan banyak bergerak dibidang pendidikan umum, untuk program PLH bagaimana upaya perusahaan mengajak karyawannya, masyarakat sekitar, termasuk sekolah untuk agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta mengubah pola tindak mereka. Upaya ini sudah mulai dilakukan oleh perusahaan, dalam buku ini ada lima perusahaan yang bersedia berbagai cerita dan memenuhi kriteria, yaitu tiga perusahaan seperti PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk dan PT. Cheil Jedang Indonesia memaparkan kegiatan CSR mereka untuk mendorong sekolah dalam menerapkan PLH sebagai landasan untuk melaksanakan program Adiwiyata yaitu sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Melalui proses pendampingan perusahaan yang dilakukan dengan mitra pendampingnya baik dari Badan Lingkungan Hidup, LSM dan Dinas Pendidikan setempat berhasil membawa sekolah yang didampingi menuju sekolah Adiwiyata. Sementara PT. Chevron Geothernal Gunung Salak Ltd. untuk meningkatkan kepedulian lingkungan khususnya satwa raptor, bersama-sama dengan para pihak terkait membangun Pusat Suaka Elang salah satunya menjadi media pendidikan lingkungan bagi masyarakat. PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ bersama dengan masyarakat dan LSM mengembangkan hutan pendidikan iklim sebagai media PLH yang diawali dengan serangkaian pelatihan bagi para pendidik dan siswa sekolah. Buku Model CSR Bidang Lingkungan ini tentu bukan merupakan satu satunya contoh perusahaan yang telah menerapkan kegiatan CSR mereka di bidang lingkungan. Namun demikian, dengan membaca buku ini diharapkan menjadi inspirasi berbagai pihak untuk berbuat lebih baik dalam memperbaiki dan mengelola lingkungan. Tanpa peran serta dunia usaha dalam menjaga lingkungan maka lingkungan akan semakin rusak. Pengarusutamaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam setiap kegiatan produksi dan di luar produksi diharapkan menjadi bagian yang terintegrasi dengan proses bisnis perusahaan. Jakarta, Desember 2013 Tim Penyunting dan Tim Penulis ix Selayang Pandang

15 DAFTAR ISI xv

16 xvi

17 DAFTAR ISI TIM PENYUSUN... KATA SAMBUTAN... PETA LOKASI PERUSAHAAN... SELAYANG PANDANG: MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN... DAFTAR ISI... BAB I PRODUKSI BERSIH PT. Adaro Indonesia Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat 1.2 PT. Bio Farma (Persero) Penghematan Air di Perusahaan 1.3 PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk 1.4 PT. Cheil Jedang Indonesia- Jombang Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair 1.5 Chevron Geothermal Salak, Ltd Pemanfaatan Serpih Bor 1.6 PT. Epson Batam Mengolah Limbah Tinta, Atasi Pemborosan Air Tanah 1.7 PT. Nippon Shokubai Indonesia Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi BAB II KANTOR RAMAH LINGKUNGAN PT. Bio Farma (Persero) Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan Kantor Ramah Lingkungan Melalui Program Penghematan Energi Listrik 2.2 PT. Kaltim Prima Coal Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan 2.3 PT. Nippon Shokubai Indonesia Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan 2.4 PT. Pupuk Kujang Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan xv BAB III 3 R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Bokashi Berbasis Masyarakat Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Bali Beach Clean Up PT. Kaltim Prima Coal Gerak Bersemi PT. Pertamina Ep Asset 5 Field Tarakan Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R 3.5 PT. Pupuk Sriwidjaja Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan Daftar Isi xi

18 3.6 PT. Sumi Rubber Indonesia, Perfect Zero Emission Melalui Gerakan 3R untuk Lingkungan Lebih Baik 3.7 PT. Unilever Indonesia Tbk., 3R Melalui Koperasi Bank Sampah BAB IV KONSERVASI ENERGI DAN SUMBERDAYA ALAM PT. Adaro Indonesia Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan Kritis dan Ekonomi Keluarga 4.2 PT. Arutmin Indonesia Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan 4.3 PT. Astra International Tbk Go Green with Astra PT. Badak NGL Budidaya Kerapu dan Konservasi Terumbu Karang : Secercah Harapan Nelayan Teluk Bontang 4.5 PT. Banyan tree Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya Konservasi Penyu Hijau dan Sisik Di Kabupaten Bintan PT. Chevron Geothermal Salak Tbk. Green Corridor Initiative: Ketika Habitat Satwa Menjadi Perhatian Para Pihak Di Lintasan Hijau Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak PT. CIMB Niaga Lestarikan Bambu melalui Aksi 123 Penanaman Bambu Di Jawa Barat dan Bali 4.8 PT. Indonesia Power UBP Bali Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir 128 Desa Pemaron 4.9 PT. Letawa Restorasi Mangrove untuk Pelestarian 133 Keanekaragaman Hayati di Bumi Manakara 4.10 PT. Medco E&P Indonesia Masyarakat Mandiri, Lingkungan Lestari berkat System of Rice Intensification (SRI) 4.11 PT. Pupuk Kujang Taman Keanekaragaman Hayati di Tengah Harapan 4.12 PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga Kehidupan 4.13 PT. Sukses Tani Nusa Subur Model Hutan Konservasi Di Perkebunan Sawit: Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban 4.14 PT. Tidar Kerinci Agung Hutan Konservasi Sumitro Djojojadikusumo (HKSD) 4.15 PT. Total E&P Indonesia Save Delta Mahakam Melalui Tanam Mangrove dan Kembangkan Tambak Tradisional xii Daftar Isi

19 BAB V ENERGI TERBARUKAN PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk. Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat 5.2 PT. Energy Equity Epic Sengkang, Pty. Ltd. Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik Di Daerah Terpencil 5.3 PT. Tidar Kerinci Agung Tenaga Air Menerangi Nagari Talao BAB VI ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PT. Holcim Indonesia Menikmati Udara Bersih Hutan Kota 189 Cilacap 6.2 PT. Indonesia Power UBP Kamojang Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi 193 Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim 6.3 PT. Jababeka Tbk Jababeka Botanic Garden : Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan 198 BAB VII PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PT. Adaro Indonesia Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata 7.2 PT. Astra International Tbk Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung Priuk Jakarta PT. Cheil Jedang Indonesia Menggapai Visi Beyond Bio Renew The Earth Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup PT. Chevron Geothermal Salak Tbk. 7.5 PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ. Pendidikan Konsevasi Raptor Di Suaka Elang Elang Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) PENUTUP KOSA KATA Daftar Isi xiii

20 xiv

21 BAB I. PRODUK BERSIH

22

23 PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG DAN BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat Masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan, Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemarau kekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010 telah memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahan air yang dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangki penampungan berkapasitas 450m3 dan 72m3. Kemarau Tak Lagi Terasa Berat Bagi Sebagian Masyarakat di Tabalong dan Balangan. Daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki curah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai mm mm pertahun, sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG menunjukkan suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32 C 35 C. Kondisi geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi ancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air sumur berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk mengakses air bersih. 1 Hasil survey Geolistrik 2 yang dilakukan Adaro terhadap wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebut bervariasi, dapat mencapai 20 m 80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayah mencapai 175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong. Alternatif sumur bor bukan merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkan cukup mahal, masyarakat tidak mampu membuat sumur bor meskipun dilakukan secara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum menjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga sebagian besar menggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air sungai belum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal ini dikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jamban yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong Adaro Indonesia, salah satu anak perusahaan Adaro Energy yang bergerak di bidang pertambangan batubara, untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersih tersebut. Setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapat dilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desa yang berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong. 1 sumber : data survey PT. Jasa Air Bersih Indonesia 2 Survey Geolistrik adalah survey untuk koordinat k sumur bor dan kedalaman air tanah PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih 1

24 Gambar 1. Penilaian prioritas Kabupaten Tabalong Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Adaro Indonesia mengembangkan program Peningkatan Akses Air Bersih dengan tujuan, yaitu: 1) Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk memiliki akses air bersih 2) Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat 3) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air tambang menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat desa 4) Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi; 5) Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal kemandirian masyarakat 6) Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG s) yang dicanangkan pemerintah 7) Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih 8) Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih 1. Proses Olah Air Limbah Menjadi Air Bersih Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari operasi penambangan seperti hauling road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan batubara di Kelanis, Kalimantan Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air limbah diolah agar kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem tersebut, air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman conveyor serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih bagi masyarakat dikembangkan. Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi air bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini sejalan dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the development and diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah memenuhi kriteria aman bagi lingkungan serta penggunaan dosis treatment sesuai dengan yang dibutuhkan. 2 PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROPER Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup

PELAKSANAAN PROPER Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup PELAKSANAAN PROPER 2012-2013 Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup MEKANISME DAN KRITERIA PROPER X KEUNGGULAN LINGKUNGAN S U B N I L A I Sistem Manajemen Lingkungan Efisiensi Energi Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggungjawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya interelasi antara pihak perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan dari berbagai dampak yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan berkelanjutan hanya akan dapat dicapai melalui sinerginya tiga faktor utama; profit, people dan planet. Dengan kata lain, keuntungan

Lebih terperinci

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK RAFIKA DEWI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ilmu Ekonomi 2016 Dosen pembimbing: Bapak Ahmad Ma ruf, S.E., M.Si.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Definisi (1) Definisi (2) 3/20/2014

Definisi (1) Definisi (2) 3/20/2014 Definisi (1) Ekonomi: studi mengenai bagaimana dan mengapa orang konsumen, perusahaan, organisasi nirlaba, lembaga pemerintah membuat keputusan-keputusan berkaitan dengan penggunaan sumberdaya yang berharga

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) tidak lepas dari pengoperasian perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang selalu bersinggungan dengan kehidupan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan kebijaksanaan diversifikasi dan konservasi

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. ASPEK NON TEKNIS Perumusan Isu strategis berfungsi untuk mengontrol lingkungan baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang dan terus semakin berkembang. Segala macam produk dan jasa yang disediakan oleh

Lebih terperinci

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 Krisdinar.wordpress.com Latar belakang Bencana di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang : a. bahwa kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan bersama mengingat dampak yang buruk dari pengelolaan lingkungan. Sebagaimana

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P 4108100055 IKHTISAR Menjadikan galangan kapal menjadi industri yang mampu menerapkan konsep industri hijau.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No. 21 - Bogor GAMBARAN UMUM P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan Kota Hijau secara inklusif dan komprehensif yang difokuskan pada 3

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan pedalaman. Hal ini disebabkan karena kawasan pesisir

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BONTANG 2016 PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

Laporan Evaluasi Program

Laporan Evaluasi Program PERTAMINA Laporan Evaluasi Program dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Program Community Development PT. PERTAMINA (PERSERO) Terminal BBM Boyolali 2017 EXECUTIVE SUMMARY Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Pertamina Geothermal Energi adalah salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.168, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pemanfaatan. Dana Alokasi Khusus. TA 2013. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN RENCANA PENGUSAHAAN PEMANFAATAN AIR DAN ENERGI AIR DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL,

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Temu Ilmiah Lingkungan, HCD 35 TH PSIL Universitas Indonesia INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang dan pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA ENV. CONTROLLING TECHNIQUE & CONSERVATION LABORATORY DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016 KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 207 Jakarta, 7 Desember 206 PRIORITAS NASIONAL DITJEN. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN NO PRIORITAS NASIONAL Kemaritiman

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 F. Iklim 2.9. Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai perubahan pola konsumsi dan gaya hidup turut meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak membuang-buang waktu yang ada. Kemudahan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak membuang-buang waktu yang ada. Kemudahan yang diinginkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi saat ini memaksa setiap pihak untuk dapat bergerak dengan cepat dan aktif. Setiap aktivitas dijalankan dengan serba cepat dan tidak

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 12.1.1* Jumlah kolaborasi tematik quickwins program. 12.1 Melaksanakan the 10-Year Framework of Programmes on Sustainable Consumption and Production Patterns, dengan semua negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA p PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa waktu dalam dasawarsa terakhir ini, konsep mengenai programprogram Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional yang merupakan daerah tujuan pariwisata Indonesia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali konsisten menempatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci