BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widya Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tikus 1. Jenis Tikus dan Cirinya 5) Beberapa jenis tikus yang ada di lingkungan pemukiman daerah tropis adalah Rattus rattus tenezumi temminh (tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got) dan Tanezumi (tikus rumah). a. Rattus-rattus tenezumi temminh (tikus atap) Disebut tikus atap karena senang hidup dengan membuat sarang di bawah atap bangunan. Ciri ciri jenis tikus ini adalah bentuk tubuh ramping, telinga lebar, mencolok dan tidak berbulu (18 19mm), moncong lancip, ekor seluruhnya berwarna gelap, dan panjang kaki belakang mencapai mm. b. Rattus norvegicus (tikus got) Disebut tikus got karena senang membuat sarang dengan cara menggali lubang pada saluran saluran air kotor atau di bawah pondasi bangunan. Ciri cirinya sebagai berikut: bentuk tubuh besar dibandingkan jenis lainnya, telinga kecil, moncong tumpul, ekor pendek, badan bagian atas berwarna coklat kegelapan di bagian bawah berwarna keputih putihan, dan panjang kaki belakang mm. c. Rattus Tanezumi (tikus rumah) Disebut tikus rumah karena banyak dijumpai di rumah rumah, di gudang gudang pelabuhan dan di kapal. Penyebarannya melalui kapal laut, kapal terbang yang mengadakan pelayaran atau terbang dan pendaratan baik antar daerah atau domestik maupun antar negara atau internasional. Ciri cirinya adalah sebagai berikut: tubuh kecil, telinga dan mata lebar, moncong lancip, ekor seluruhnya berwarna gelap, kaki belakang panjangnya mm. 2. Kebiasaan Hidup Tikus 5)
2 Beberapa kebiasaan dan sifat tikus yang perlu diketahui antara lain adalah sebagai berikut: a. Panca Indra Tikus mempunyai penglihatan yang buruk, tetapi mempunyai panca indra lain yang baik sekali misalnya dalam hal mencium bau, merasakan sesuatu, meraba dan mendengar. Dengan kemampuan panca indra inilah tikus dapat mudah bergerak dengan cepat secara diam diam. b. Kumis dan Rambut Panjang Di waktu keliaran di malam hari gerak gerik tikus dipimpin dan dikendalikan oleh rambut dan kumis yang panjang yang sangat peka terhadap sesuatu yang disentuhnya. Tanpa rambut dan kumis seekor tikus akan menabrak benda benda yang menghadang di jalannya. Biasanya tikus mencari makanan sejak matahari terbenam sampai pagi, yang berarti dalam suasana yang gelap. Tetapi tikus tikus tersebut mampu bergerak ke sana ke mari karena mempunyai rambut dan kumis tersebut. c. Tertarik dengan Bau Harum Tikus tikus menyukai bau harum dari kebanyakan makanan yang dimakan orang orang. d. Bahan Makan dan Waktu Makan Tikus sangat menyukai padi padian, kacang kacangan, jagung, sayur-sayuran dan hampir seluruh makanan yang disimpan di dalam gudang. Kebanyakan tikus tikus itu makan dan berkeliaran di waktu malam hari. Untuk seekor yang dilihat seseorang mungkin ada sebanyak ekor tikus yang tidak tampak. Disamping itu tikus suka mengerat barang barang keras untuk mengasah giginya. e. Kepandaian Memanjat, Melompat dan Berenang Tikus pandai memanjat dan melompat, sebagian dapat melompat setinggi 2 3 kaki (60 90 cm). Apabila mereka terpojok merekapun dapat memanjat tembok, pipa, kabel, kawat, batang besi dan permukaan kasar lainnya. Tikus dapat meloncat sejauh 1,2 m dan menjatuhkan diri dari ketinggian 15 m dan
3 tidak mati. Tikus adalah perenang yang cekatan. Da-pat menempuh jarak sejauh 0,5 mil (± 800 m). Tikus sukar untuk dibenamkan ke dalam air. f. Tempat Kediaman Tikus tidak meninggalkan sarang terlalu jauh. Tikus rumah berkeliaran di sekitar rumah kurang lebih m untuk mencari makanan dan bahan pembuat sarang. Apabila makanan sulit diperoleh karena kebakaran, banjir atau berakhirnya musim cocok tanam maka tikus itu akan berkeliaran lebih jauh lagi. Biasanya tikus tidak senang di tempat tempat yang ramai, melainkan senang hidup di tempat tempat dimana terdapat makanan atau sampah sisa makanan manusia dan lingkungan yang kotor. g. Panjang Umur Hidup dan Masa Pembiakan Umur hidup seekor tikus rata rata mencapai satu tahun. Tikus rumah atau yang hidup di daerah penyimpanan pangan biasanya dapat hidup lebih lama, karena lebih banyak mendapat perlindungan. Di daerah dimana banyak terdapat makanan, dan iklimnya tidak banyak berubah sepanjang tahun, maka tikus dapat beranak dan berbiak setiap tahun. 3. Siklus Hidup 5) Tikus muda akan mencapai kematangan seksual setelah empat bulan. Kegiatan seksual dan potensi reproduksi akan berlanjut sampai ajalnya tiba. Untuk semua jenis tikus rumah rata rata seekor tikus betina dapat beranak tiga sampai enam kali atau lebih dalam satu tahun. Rata rata satu kali beranak dirampungkan selama 60 hari. Jumlah anak yang dilahirkan setiap kali berkisar antara 3-12 ekor atau lebih. Kegiatan tikus akan meningkat mulai berumur 2-9 bulan. Rata- rata tikus tidak mampu hidup lebih dari 12 bulan, bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa lama hidupnya sekitar 6 bulan. 4. Tanda Tanda Keberadaan Tikus 5) a. Dropping (Kotoran) Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat atau ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas. Tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak). Makin lama tinja makin keras.
4 b. Run Ways (Alur Jalan) Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu di suatu tempat disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama. c. Gnawing (Bekas Gigitan) Gnawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan, misalnya membuat lubang pada dinding. d. Barrow (Lubang Terowongan) Barrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus, seperti dinding, lantai, perabotan dan lain lain. 5. Hubungan Tikus dengan Kehidupan Manusia 1) Tikus dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia sehari hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun gangguan dan kerugian yang diakibatkan oleh tikus antara lain: a. Menimbulkan Kerugian Ekonomi Tikus memakan bahan makanan manusia padahal bahan makanan tersebut siap untuk dikonsumsi manusia, untuk memenuhi kebutuhan sehari hari manusia memproduksi bahan makanan lagi. Sedangkan untuk memproduksi bahan makanan kita membutuhkan waktu dan dana. Dana yang tadinya untuk memenuhi kebutuhan yang lain dialokasikan untuk memproduksi bahan makanan lagi. b. Menimbulkan Kerusakan pada Perabot Rumah Tangga Tikus merupakan binatang pengerat, biasa mengasah giginya dengan menggigit benda benda yang keras seperti almari, jendela, pintu dan sebagainya. Selain itu juga sering merusak barang barang lainnya seperti buku, pakaian, dan perabot lainnya. c. Menimbulkan Masalah Kesehatan Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent Borne Disease. Penyakit penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease antara lain penyakit pes, leptospirosis, scrup typhus, murine typhus, ratbite fever.
5 6. Upaya Pengendalian Tikus 1) Adapun upaya upaya pengendalian tikus sebagai berikut : a. Secara Mekanik atau Fisik Misalnya dengan memasang perangkap tikus, di daerah daerah yang dicurigai adanya tikus, misalnya pada tempat tikus lewat, di depan sarang tikus, dan lain lain. Umumnya di dalam perangkap tikus dipasang umpan, yakni sesuatu yang merangsang tikus untuk datang menghampiri. b. Secara Kimia Zat kimia yang dipergunakan untuk pengendalian tikus, umumnya bersifat racun, seperti arsenic, trioxid, barium carbonat, zinc phosphat serta red squil, atau ada pula yang bersifat antigulan seperti warfarin,dan pival, tikus yang memakannya dalam waktu antara 4 7 hari akan mati. Pemberian zat kimia dapat pula dilakukan dalam bentuk asap dan ini disebut fumigasi. Zat kimia yang biasa dipakai untuk fumigasi adalah Methyl bromida, carbon tetra chlorida dan HCN. Pengendalian tikus dengan cara fumigasi dipandang amat berhasil, apabila tikus tidak dapat menghindarkan diri, misalnya dengan jalan menyemprotkannya ke dalam sarang tikus. c. Secara Biologi Yaitu dengan memelihara musuh musuh tikus, seperti kucing, dan anjing. Cara ini tentu saja tidak efisien, terutama jika berhadapan dengan jumlah tikus yang banyak. d. Secara Kultural Yaitu berusaha mengubah kebiasaan hidup yang menguntungkan tikus. Misalnya selalu menjaga kebersihan, tidak membiarkan sisa sisa makanan berserakan, membuat rumah yang rapat, sehingga tidak mungkin tikus masuk (rat proof), atau menghilangkan tempat tempat yang terlindung dan yang gelap, karena tempat seperti ini disenangi tikus untuk tempat tinggal atau bersembunyi. B Tinjauan Umum Pinjal 1. Morfologi Pinjal 6)
6 Pinjal mempunyai panjang 1,5 4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal mempunyai kitin yang tebal. Kepalanya lekuk tempat antena yang bersegmen disimpan. Tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat di atas alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri duri tersebut sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal. Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang jantan mempunyai alat seperti per melengkung, yaitu aedeagus atau penis berkitin di lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur yang terletak di sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang kesembilan. Fungsinya tidak diketahui, tetapi barang kali sebagai alat sensorik. 2. Ekologi Pinjal 7) Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: a. Suhu dan Kelembaban Perubahan periodik kondisi cuaca atau iklim biasanya diikuti fluktuasi suhu dan kelembapan udara. Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai variasi musiman yang berbeda beda. Udara yang kering mempunyai pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam sarang tikus lebih tinggi selama musim dingin dan lebih rendah selama musim panas daripada suhu luar. Suhu di dalam dan di luar sarang memperlihatkan bahwa suhu di dalam sarang cenderung berbalik dengan suhu luar. b. Cahaya Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal jenis ini biasanya tidak mempunyai mata, sebaiknya pinjal yang bersifat fototaksis positif memiliki mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya dangkal populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu
7 menembus sampai dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang kedalamannya lebih dalam dan mempunyai jalan yang berkelok, sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar liang. Sehingga pada sarang tikus ini banyak ditemukan pinjal. c. Parasit Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal yang mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada suhu C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 27 0 C bertahan hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal bakteri pes akan berkembang cepat, kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga pinjal tidak bisa menghisap darah dan akhirnya mati. d. Predator Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil telah diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa. 3. Biologi Pinjal a. Daur Hidup Pinjal 4) Pinjal termasuk serangga Holometabolaus/ metamorfosis sempurna karena daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu: telur larva-pupa dewasa. Pinjal betina bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina berkisar antara 3 18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2 6 kali sebanyak butir selama hidupnya. Telur pinjal berukuran 0,4 0,5 mm, bentuk oval, berwarna putih, saat akan menetas berwarna kuning kecoklatan. Karena telur tersebut kering, maka mudah jatuh dari inang saat melakukan aktifitasnya seperti sarang, lantai, karpet dan lain lain. Telur pinjal akan menetas menjadi larva pada suhu antara 18 0 C 27 0 C dan kelembaban % setelah 2 12 hari. Larva berubah menjadi kepompong 9 12 hari dan mengalami ganti kulit 2 kali. Larva akan membungkus dirinya dengan bahan organik yang ada di sekitarnya untuk membentuk kokon.
8 Daur hidup pinjal secara normal berkisar antar 2 3 minggu, pada kondisi yang kurang sesuai seperti suhu tinggi dan kelembaban rendah. Daur hidup pinjal akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan seluruh tahap atau stadium perkembangannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih. b. Makanan Pinjal 7) Pinjal pra dewasa mempunyai struktur mulut, organ anatomi dan fisiologi yang sangat berbeda dengan pinjal dewasa. Sehingga jenis makanan yang dikonsumsi juga berbeda. Makanan larva pinjal terdiri dari bahan bahan organik yang ada di sekitarnya, seperti darah yang dikeluarkan melalui organ ekskresi pinjal (anus), bahan organik yang kaya akan protein dan vitamin B. Bila bahan bahan makanan tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh secara maksimum. Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap darah. Bagi pinjal betina darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal akan sering menghisap darah di musim panas daripada di musim penghujan atau dingin, karena di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya. 4. Jenis Pinjal 6) Insekta ini termasuk ordo Siphonapthera. Nama tersebut berarti bahwa mereka makan dengan menyifon (yaitu menghisap) darah. Pinjal dibagi dalam 6 genus yaitu: a. Genus Ctenocephalides Ctenocephalides adalah pinjal yang umum pada anjing dan kucing. Pinjal ini juga menggigit hewan lain termasuk sapi dan manusia dan sebagai induk semang antara cacing pita anjing (Dipylidium caninum) dan cacing filaria anjing (Dipetalonema reconditum). b. Genus Echidnophaga Echinophaga adalah pinjal lekat unggas,. Pinjal ini dapat juga menyerang anjing, kucing, mamalia lain dan bahkan manusia. Pinjal ini berbeda dari kebanyakan pinjal lain oleh karena pinjal tersebut meloncat bila diganggu. c. Genus Pulex
9 Pulex irritans adalah pinjal manusia. Pinjal ini umum terdapat di California dan kadang kadang terdapat di kandang kandang ayam. Pinjal tersebut dapat menyerang banyak hewan lain, termasuk babi, anjing, kucing, dan tikus. Pinjal ini membawa tifus endemik. d. Genus Nosopsyllus Nosopsyllus fasciatus adalah pinjal tikus umum di daerah beriklim sedang. Pinjal tersebut menyerang banyak hewan lain tetapi tidak selalu menggigit orang. e. Genus Xenopsylla Xenopsylla cheopis adalah pinjal tikus tropis. Pada tikus pinjal ini lebih umum daripada Nosopsyllus fasciatus di negara tropis dan banyak menyerang orang. Pinjal ini sangat penting karena menularkan pes (disebabkan kuman Pasteurella pestis) dari tikus kepada manusia. Bakteri tersebut berkembang biak di dalam proventikulus pinjal sampai dapat memenuhinya. Kemudian bila pinjal terinfeksi menggigit korban lain, pinjal tersebut tidak dapat menghisap darah tetapi memuntahkan bakteri ke dalam luka. Pinjal ini juga menularkan thyphus endemik (disebabkan oleh Rickettsia typhi) dari tikus kepada manusia. X. cheopis merupakan pinjal kosmopolitan atau synanthropic murine rodent yang mempunyai ciri ciri pedikel panjang, bulu antepidigidal panjang dan kaku, receptakel seminalis besar dan berkitin dengan sudut ekor meruncing. f. Genus Tungau Tungau penetrans adalah pinjal pasir. Pinjal ini merupakan pinjal yang terdapat di negara negara tropik dan sub tropik, pinjal ini sering ditemukan pada orang orang yang bekerja sebagai penjelajah di negara-negara tropis terutama di dataran Asia. 5. Interaksi Tikus dan Pinjal 8) Tikus dan pinjal berinteraksi secara ektoparasit obligate sementara. Dalam interaksi ini pinjal dewasa selalu hidup menempel pada permukaan tubuh inang,
10 sedangkan stadium pra dewasa tumbuh terlepas dari inangnya. Interaksi ini lebih bersifat leluasa, tidak seperti kutu (Anoplura) yang menetap selama hidupnya di tubuh tikus. Evolusi interaksi pinjal dan inang, tampaknya berhubungan dengan faktorfaktor lingkungan inang, faktor inang sebagai habitat pinjal (rambut, bulu, dan macam bulu atau rambut), adaptasi fisiologi dan kemampuan untuk menyebar, isolasi serta spesifikasi. Beberapa jenis pinjal cenderung mempunyai kesamaan struktur dengan inangnya. Pinjal yang mempunyai mata dan thoraks mereduksi dengan kaki yang lebih cocok untuk merangkak daripada melompat, banyak ditemukan pada kelelawar, sedang pinjal yang matanya berkembang baik pada umumnya ditemukan pada binatang diurnal seperti bajing tanah dan burung. Beberapa jenis pinjal lainnya menempel kuat dan lama pada kulit inang sampai kenyang darah seperti cara makan caplak. Jenis pinjal tertentu menembus kulit inang sampai lapisan epidemis, sehingga menyebabkan kulit dapat bengkak, karena berisi pinjal yang kenyang darah. Istilah inang sejati (true host) sering digunakan untuk menandai suatu inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap paling utama jika seandainya sutu jenis pinjal menempati beberapa jenis inang. Inang utama yaitu inang yang cocok atau sesuai untuk kelanjutan reproduksi pinjal dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan hubungan asal nenek moyang. Pada umumnya pinjal menyukai mamalia yang hidup di dalam sarang, lubang dan gua yang terinfeksi pinjal. Mamalia yang membuat sarangnya terbuka atau tidak terlindung dan terkena sinar matahari tidak disukai oleh pinjal, namun beberapa jenis pinjal ditemukan hidup parasit pada penguin dan burung laut yang sarangnya berada di pantai atau di pulau-pulau terpencil tanpa pepohonan. Pinjal pada umumnya ditemukan pada mamalia ordo Monotremata, Marsupialia, Insektivora, Chiroptera, Edentata, Pholidota, Lagomarpha, Rodentia, Carnivora, Hyracoidea dan Astiodaetyla, tetapi jarang ditemukan pada mamalia ordo Dermoptera, Primatia, Tubii dentata, Proboscidia, atau Perissodactyla. 6. Indeks Umum Pinjal 8,9)
11 Kepadatan pinjal pada tubuh tikus biasa disebut dengan Indeks Umum Pinjal, yaitu untuk mengetahui kepadatan investasi rata rata dari pinjal yang ditemukan dibagi jumlah total tikus yang tertangkap. Untuk standart keamanan indeks, lebih dari 1 merupakan potensi semakin rendah untuk penyakit pes. Indeks umum pinjal dihitung dengan rumus sebagai berikut: JP IUP = JT Keterangan : IUP : Indeks Umum Pinjal JP : Jumlah total semua jenis pinjal yang diperoleh dari tikus JT : Jumlah total tikus yang tertangkap C Pasar 1. Definisi Pasar 10) Pasar adalah suatu lahan pada lokasi yang ditentukan oleh Kepala Daerah tanpa atau dengan bangunan-bangunan dalam batas-batas tertentu dan dipergunakan para penjual dan pembeli untuk tempat berjual beli dan atau melakukan pekerjaan jasa secara langsung dan atau tidak langsung dalam suatu sistem pengelolaan baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh Pihak Ketiga dan atau kerjasama antara keduanya. 2. Sanitasi Pasar a. Lokasi Pasar 10) Lokasi pasar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah pasar. Adapun syarat syarat lokasi pasar sebagai berikut: 1). Jauh dari tempat tempat pembuangan sampah umum dan air kotor. 2). Tidak di tempat yang rendah atau rawan banjir 3). Tidak langsung pinggir jalan besar yang sangat ramai dan berdebu. 4). Tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, tetapi cukup strategis. 5). Tidak di pinggir kuburan.
12 b. Pembagian Tata Ruang Untuk menjamin sanitasi Pasar, faktor yang penting adalah pembagian tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab tempat berjualan ikan atau daging tidak berdekatan dengan rumah makan atau warung-warung ataupun kios pakaian. Yang paling menonjol dalam hal pembagian tata ruang Pasar adalah faktor estetika. c. Persediaan Air Air merupakan kebutuhan Pasar yang sangat penting dan umumnya air digunakan untuk mencuci bahan makanan, mencuci lantai, membersihkan WC, dan keperluan keperluan di Warung atau Restoran. Sumber air untuk masak dapat diperoleh dari air ledeng maupun air sumur dan tidak diperbolehkan dari air sungai. d. Pembuangan Sampah dan Air Kotor Sampah dan air kotor merupakan masalah yang penting bagi pasar dan kadang kadang tidak dapat diatasi. Seringkali sampah menumpuk di pasar menunggu untuk diangkut. Selain itu, juga tidak jarang pasar becek karena pembuangan air kotor yang tidak memperhatikan dan tidak diatur dengan semestinya. Pembuangan air dari bangunan bangunan khusus dan WC harus dialirkan ke dalam septic tank, sedangkan untuk pembuangan air dan bangunan bangunan lainnya dapat dialirkan ke septic tank atau langsung ke saluran air umum (selokan). e. Tempat Parkir Kendaraan Bermotor Tempat parkir berhubungan dengan kesehatan karena asap mobil yang keluar dari knalpot. Apabila tempat parkir terlalu dekat dengan para pedagang, maka akan terpapar terus dengan asap yang mengandung bahan bahan kimia yang keluar dari knalpot. Misalnya CO, HC, Pb. Bahan kimia tersebut akan bisa terkumpul di tubuh manusia dan akan menyebabkan gangguan fungsi dari tubuh manusia. 3. Hubungan Pasar dengan Kesehatan Masyarakat
13 Pasar mempunyai peranan penting yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu: a. Pasar dapat menjadi sumber perkembangan vektor vektor penyakit, terutama pada pasar yang kebersihannya kurang diperhatikan (pembuangan sampah, air kotor dan lain- lain). b. Pasar merupakan tempat yang paling baik untuk penularan penyakit dari orang ke orang. c. Pasar yang tidak memperhatikan letaknya, misalnya di daerah rawa, daerah banjir akan mengakibatkan permukaan tanah senantiasa berair dan becek. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan bagi para penjual dan pengunjung maupun barang dagangan yang dijual terutama bahan makanan. D Kerangka Teori Faktor Lingkungan - Sanitasi - Sampah sisa makanan Faktor Fisk -Suhu dan kelembaban -Cahaya Faktor Biologi - Parasit - Predator Populasi tikus - Kepadatan pinjal - Jumlah pinjal
14 Indeks Pinjal Sumber: Adang Iskandar (1985), Ristiyanto (1999) Mukono. (2000) E Kerangka konsep Variabel Bebas Lokasi penangkapan tikus (Pasar Peterongan dan Pasar Wonodri) Variabel Terikat - Indeks pinjal pada tikus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciPEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT)
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR PEMASANGAN PERANGKAP, PEMERIKSAAN (IDENTIFIKASI), DAN PENYISIRAN TIKUS (PENANGKAPAN EKTOPARASIT) OLEH AGUS SAMSUDRAJAT S J 410040028 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciTerbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut
Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah
Lebih terperinciBAB II TIKUS DAN CECURUT. A. Jenis-Jenis Tikus
BAB II TIKUS DAN CECURUT A. Jenis-Jenis Tikus Tikus itu termasuk binatang mamalia atau binatang menyusui, yang sering kita temui di sekitar tempat tinggal manusia. Ada banyak jenis tikus yang perlu kita
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat
16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Pes termasuk penyakit karantina internasional. Di Indonesia penyakit ini kemungkinan timbul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal merupakan parasit pada mamalia atau unggas, insekta ini mengalami metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciJENIS_JENIS TIKUS HAMA
JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)
BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciBIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)
BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rodent (Tikus) Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo Rodentia, Sub ordo Myormorpha, famili Muridae. Famili Muridae ini merupakan famili yang dominan dari ordo Rodentia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciCIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA
BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parasit Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pes terdapat pada hewan rodent dan dapat menularkan ke manusia melalui gigitan pinjal. Penyakit ini merupakan penyakit yang terdaftar dalam karantina nasional,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang
5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta
Lebih terperinci2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciAyo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus
12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciKunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c
Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah
Lebih terperinciLEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN
LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan
Lebih terperinciPROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN
PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta
Lebih terperinciPengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik
Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut
Lebih terperinciGambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak
Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang
Lebih terperinciII. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga
Lebih terperinciBAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING
BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae
Lebih terperinciBUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)
BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan
Lebih terperinciBAB. Daur Hidup Makhluk Hidup
BAB 4 Daur Hidup Makhluk Hidup Suatu sore, Nina dan Siti sedang berjalan-jalan di taman sambil melihat-lihat bunga yang berwarna-warni. Tiba-tiba Siti tertarik pada satu dahan tanaman. Siti pun memanggil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Beras Sitophylus oryzae sp Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciCIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh
Lebih terperinciContoh Soal Try Out IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 7 SMP/MTs. Hindayani.com
Hindayani.com Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Wahyu naik mobil yang sedang bergerak lurus. Pernyataan yang benar a. Wahyu bergerak terhadap mobil b. Wahyu tidak bergerak terhadap rumah
Lebih terperinciUntuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:
Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
Lebih terperinci2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian
2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin
HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciRUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar
RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
Lebih terperinciACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA
ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar
Lebih terperinciPENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA
PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA Materi Penyebaran Komunitas Fauna di Dunia Keadaan fauna di tiap-tiap daerah (bioma) tergantung pada banyak kemungkinan yang dapat diberikan daerah itu untuk memberi
Lebih terperinciKBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id
Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Banyaknya tempat - tempat kotor yang jarang dibersihkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyaknya tempat - tempat kotor yang jarang dibersihkan menyebabkan timbulnya nyamuk yang sering berkembang biak di tempat kotor misalnya didalam ruangan yang banyak
Lebih terperincib. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada
xvi TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciPEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV
PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing
Lebih terperinciPENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung
Lebih terperinciSANITASI DAN KEAMANAN
SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,
Lebih terperinciS i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n
T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan
15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan
Lebih terperinciSanitasi Penyedia Makanan
Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada
Lebih terperinci