ICASEPS WORKING PAPER No. 72

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ICASEPS WORKING PAPER No. 72"

Transkripsi

1 ICASEPS WORKING PAPER No. 72 PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA Tjetjep Nurasa Pebruari 2005 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic and Policy Studies) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

2 PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA Tjetjep Nurasa Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani 70, Bogor ABSTRAK Penelitian di lima pasar tradisonal DKI Jakarta dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus Tujuan utama penelitian adalah : (1) mengetahui jalur pemasaran ikan laut segar, (2) karakteristik pedagang ikan laut segar di pasar tradisional, (3) Konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui marjin pemasaran pedagang pengecer ikan laut segar, (5) Tenaga kerja. Penelitian menggunakan metode survei dengan menggunakan daftar pertanyaan. Data primer dikumpulkan dari 32 orang pedagang ikan laut segar di pasar tradisional dari lima wilayah DKI Jakarta. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan DKI Jakarta, Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara, P.D. Pasar Jaya Pusat dan Cabang P.D Pasar Jaya di Wilayah yang dikunjungi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa 30 persen ikan laut segar yang masuk wilayah DKI Jakarta berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut 18 persen merupakan pasokan dari daerah Pekalongan, Juwana dan Tegal yang merupakan daerah penting dari sentra produksi perikanan jawa tengah. Jalur pemasaran ikan laut segar hingga sampai pada konsumen terlihat cukup panjang yang pada akhirnya harga ikan laut segar yang harus dibayar konsumen cukup tinggi. Kekuatan permintaan konsumen akan ikan laut segar pada pasar tradisional wilayah DKI Jakarta adalah sebesar kg setiap harinya. Ditemukan ada lima jenis ikan laut segar dari jenis yang sama dijual dipasar tradisional. Harga tertinggi ikan laut segar yang dijual di pasar tradisional adalah jenis cumi yaitu Rp 6.319/kg dan harga terendah adalah ikan tongkol yaitu Rp 4.175/kg. marjin per hari yang diperoleh pedagang pengecer besar ikan laut segar yaitu sebesar Rp 827 per kg dan pengecer kecil berkisar Rp 601 Rp 849 per kg. Dari setiap pedagang pengecer ikan laut segar di pasar tradisional dapat menyerap 1-2 orang tenaga kerja dengan upah yang diberikan sudah berada diatas upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah. Kata kunci : Ikan laut segar, jalur pemasaran, harga, marjin, DKI Jakarta PENDAHULUAN Sebagai sumber protein hewani yang dibutuhkan manusia, hasil produksi perikanan mengalami proses alih kepemilikan sejak dari nelayan/produsen sampai pada masyarakat konsumen melalui wadah lembaga pasar. Pengecer merupakan rantai terakhir dari pasar tradisional yang umum berlaku pada produk ikan segar sebelum sampai pada konsumen. Distribusi ikan laut segar di DKI Jakarta saat ini dominan terserap pada pasar tradisional, dimana sistem pemasaran yang dimiliki masih sederhana. Distribusi perikanan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun terakhir berkembang pesat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang mengkonsumsi ikan. Tahun 1995 sebesar ton ikan segar dipasarkan di wilayah 1

3 DKI Jakarta, meliputi 87 persen dari jenis ikan laut dan 13 persen jenis ikan air tawar. Dari jumlah jenis ikan laut tersebut 58 persen adalah merupakan produk lokal wilayah DKI Jakarta, sedangkan sisanya 42 persen adalah pasokan dari luar DKI, antara lain dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera (Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1995). Secara umum jalur pemasaran ikan di DKI berturut-turut melalui produsen, TPI, pedagang pengumpul, pedagang besar/grosir, pedagang pengecer sampai pada konsumen. Komersialisasi hasil-hasil perikanan menjadi salah satu pokok perhatian Java sea pelfish project. Aktifitas penelitian telah berjalan terutama di daerah sentra-sentra produsen. Untuk mendukung kegiatan penelitian tersebut telah diadakan cross program di sentra konsumen DKI Jakarta, dengan pertimbangan bahwa DKI Jakarta diduga telah menjadi sentra konsumen dan transit terbesar dari produk perikanan pelagis laut Jawa. Pemasaran merupakan mata rantai penting dalam usaha pemasaran ikan laut segar. Pemasaran memiliki fungsi distribusi, dari daerah produsen ke daerah konsumen. Berjalannya fungsi ini karena kelebihan produksi (excess supply) di daerah produsen dan kelebihan permintaan (excess demand) di daerah konsumen dapat diatasi. Peranannya cukup strategis ini meletakan pemasaran sebagai salah satu faktor kunci penentu keberlanjutan usaha penjualan secara umum, khususnya pendapatan pedagang pengecer. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jalur pemasaran ikan laut segar di pasar tingkat akhir (pasar tradisional), (2) mengetahui karakteristik pedagang pengecer, (3) Jenis konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui biaya dan marjin dari pemasaran ikan laut segar dan kebutuhan tenaga kerja per pedagang. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan masukan dalam upaya perbaikan sistem pemasaran ikan laut segar di DKI dan aspek-aspek pemasaran lain yang terkait. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tahun 1996 dan mengambil lokasi pasar tradisional di lima wilayah DKI Jakarta. Tujuan utama penelitian adalah : (1) mengetahui jalur pemasaran ikan laut segar, (2) mengetahui karakteristik pedagang pengecer, (3) mengetahui jenis konsumen dan harga ikan laut segar, (4) mengetahui biaya dan margin pemasaran pedagang pengecer, dan kebutuhan tenaga kerja per pedagang ikan laut segar. Penelitian ini menggunakan metode survei berstuktur menggunakan daftar 2

4 pertanyaan, data primer dikumpulkan dari 32 orang pedagang pengecer. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perikanan DKI Jakarta, Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara, P.D. Pasar Jaya Pusat dan Cabang P.D. Pasar Jaya di lima wilayah DKI yang dikunjungi. Data dianalisa secara diskriptif dengan tabulasi silang, sedangkan untuk menganalisa marjin pemasaran digunakan rumus : M = Marjin C = Biaya pemasaran (I=1,2 m)? = Keuntungan yang diperoleh lembaga j m = Jumlah jenis pembiayaan m M =?C I+??j dimana I=1 I=1 HASIL DAN PEMBAHASAN Jalur Pemasaran Ikan Laut Segar Dalam sistem pemasaran ikan laut segar di DKI Jakarta yang dipasarkan berasal dari produksi nelayan/petani ikan lokal dan luar daerah. Ikan produksi lokal adalah ikan hasil tangkapan nelayan, baik nelayan tetap maupun nelayan pendatang yang menangkap ikan di perairan Teluk Jakarta, yang didaratkan dan dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) DKI Jakarta. Sedangkan ikan luar daerah adalah ikan yang didatangkan oleh para pedagang dari daerah produsen ikan melalui jalan darat untuk dijual di TPI di Jakarta. TPI di DKI Jakarta ada ada tiga buah yaitu, TPI Muara Baru, TPI Muara Angke dan TPI Pasar Ikan. Jalur distribusi ikan laut segar produksi lokal dan luar daerah yang masuk DKI Jakarta dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Nelayan TPI / PPI Grosir Pengumpul Leveransir Pengecer Perusahaan Konsumen Organisasi Konsumen Gambar 1. Jalur Distribusi Ikan Laut Segar Produksi Lokal DKI Jakarta 3

5 PPI Pedagang Antar Daerah Grosir Pengecer Pengumpul Leveransir Konsumen Perusahaan Konsumen Organisasi Gambar 2. Jalur Distribusi Ikan Laut Segar Dari Luar Jakarta Keterangan istilah pada gambar 1 dan 2 TPI : Tempat Pelelangan Ikan PPI : Pusat Pemasaran Ikan Nelayan/produsen : Nelayan penangkap ikan yang sekaligus sebagai produsen/penjual Pedagang Pengumpul : Pedagang yang membeli ikan di lokasi TPI untuk dijual kembali kepada pedagang lainnya atau konsumen langsung. Pedagang Grosir : Pedagang yang membeli ikan di PPI dalam jumlah besar melalui pedagang pengumpul, pedagang antar daerah untuk dijual kembali pada pedagang pengumpul, reveransir, pengecer dan pedagang antar daerah. Pedagang Pengecer : Pedagang yang membeli ikan di PPI melalu pedagang grosir, pengumpul dalam jumlah tertentu untuk dijual kembali pada konsumen secara eceran. Pedagang Reveransir : Pedagang yang membeli ikan di PPI melalui pedagang pengumpul, pedagang grosir untuk dijual dalam jumlah sesuai dengan permintaan dengan cara diantar sampai tempat tujuan. Perusahaan : Badan usaha yang membeli ikan di TPI melalui pedagang pengumpul, untuk dijual pada konsumen lokal dan luar. Pedagang antar daerah : Pedagang dari luar/dalam daerah tertentu yang menjual ikan di TPI/PPI pada pedagang besar/grosir. Konsumen Organisasi : Konsumen kelompok seperti; hotel, restoran, catering yang membeli I kan pada pedagang leveransir. Dari Gambar 1. terlihat bahwa pedagang pengumpul mempunyai peran yang dominan dalam pembelian ikan hasil tangkapan nelayan di TPI. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya ikatan antara nelayan dan pedagang pengumpul. Ikatan yang terjadi antara nelayan dan pedagang pengumpul ini adalah dalam bentuk usaha bersama, dimana pedagang pengumpul memberikan bantuan dalam kegiatan penangkapan nelayan, bantuan yang diberikan dapat berupa modal kerja ataupun modal tetap. Sedangkan timbal balik dari bantuan yang diterima pedagang pengumpul adalah nelayan harus menjual hasil tangkapannya pada pedagang pengumpul yang telah 4

6 memberi bantuan. Jika kita amati hubungan yang terdapat diantara nelayan dengan pedagang pengumpul di TPI DKI Jakarta ini sama dengan pengamatan yang dilakukan oleh Nikijuluw, et al, 1987 yang mengatakan bahwa, nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada pedagang tertentu karena sudah ada ikatan diantara mereka, ikatan yang terjadi karena terpaksa. Hubungan yang terjadi ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan hubungan itu akan menjamin pemasaran dalam arti bahwa komoditas akan selalu diserap pasar. Sedangkan bagi nelayan penyediaan modal dari pedagang akan memberikan kesempatan kerja dan kontinuitas produksi perikanan. Dari Gambar 2. terlihat bahwa pedagang grosir di TPI mempunyai peran yang besar dalam pembelian ikan yang dibawa oleh pedagang luar daerah. Hal ini terjadi karena sudah adanya ikatan ekonomi antara pedagang luar daerah dengan pedagang grosir, dimana ikatan yang diberikan oleh pedagang grosir pada pedagang luar daerah yaitu dalam bentuk modal usaha, yang selanjutnya pedagang luar daerah harus menjual ikannya pada pedagang grosir yang telah memberikan bantuan tersebut. Ikan laut segar yang masuk DKI Jakarta tahun 1995 berjumlah ton dimana hasil dari produksi lokal sebesar ton dan sisanya dari luar daerah berjumlah ton. Produksi ikan laut segar luar daerah tersebut berasal dari 26 daerah dari provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera. Pasokan beberapa jenis ikan laut segar ekonomis penting dari luar daerah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pasokan Ikan Laut Segar Ekonomis Penting Dari Beberapa Daerah Untuk Wilayah DKI Jakarta, Tahun (ton) Daerah Pemasok Bawal Kakap Merah Jenis ikan Kembung Layang Tenggiri Tongkol Tembang Selar Kwee TOTAL 1. JATENG JABAR JATIM SUMATERA TOTAL Sumber : Dinas Perikanan DKI Jakarta, Tahun 1996 Dari Tabel 1. Daerah yang terbesar dalam mendistribusikan ikan laut segar ke wilayah DKI Jakarta adalah provinsi Jawa Barat yaitu sebesar ton atau sebesar 50 persen dari total, kemudian diikuti provinsi Jawa Tengah sebesar 3.892,6 ton (30 %), daerah Sumatera 1.122,2 ton (8,8 %), dan terendah yaitu provinsi Jatim 705,2 ton (5,5 %). Daerah yang mewakili provinsi yang memberikan kontribusi terbesar adalah sebagai 5

7 berikut; untuk provinsi Jawa Tengah yaitu daerah Pekalongan (15,75 %), Tegal (1,41%) dan Juana (0,59 %) atau dengan total dari ketiga daerah tersebut adalah 18 persen dari total pasokan ikan DKI Jakarta. Daerah lainnya yang mewakili provinsinya masingmasing yaitu Indramayu (Jabar), Tuban (Jatim), Lampung (Sumatera) adalah sebesar 26 persen dari total produksi ikan luar daerah. Karakteristik Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar Jumlah pedagang pengecer ikan segar dari lima wilayah DKI Jakarta ada 85 orang, dari jumlah tersebut diambil sebagai responden ada 32 orang (38%). Dari jumlah responden tersebut di pasar Senen Blok III diambil 12 orang, Grogol 10 orang, Melawai 5 orang, Kramat jati 3 orang dan pasar Anyar Bahari 2 orang. Keberadaan tempat berdagang perlu juga diketahui, hal ini selain untuk melihat kondisi fisik sebagai sarana tempat berjualan juga merupakan salah satu pos biaya yang dimasukkan dalam perhitungan pembiayaan pemasaran. Lokasi kios dan sarana yang tersedia sebagai tempat berjualan pedagang ikan segar di pasar Senen Blok III, Melawai, Grogol dan Kramatjati ada di lantai I dimana lokasi kios tidak berbaur dengan pedagang lainnya (khusus pedagang ikan segar) dengan sarana cukup memadai. Lokasi kios pedagang ikan segar di pasar Anyar Bahari berada di lantai dasar, tidak memiliki tempat khusus dengan sarana yang tersedia masih kurang baik. Kios-kios yang digunakan pedagang ikan ini, dilihat dari hak penggunaannya tidak semuanya adalah hak milik, tetapi masih ada pedagang yang menggunakan kios tersebut adalah sebagai penyewa. Dari hasil wawancara dengan responden, ternyata ada 15 orang atau 47 persen dari jumlah pedagang yang status kepemilikan kios adalah sebagai penyewa/kontrak dengan pemilik kios yang tidak menggunakannnya. Dari jumlah pedagang penyewa kios di pasar-pasar tersebut, maka terlihat bahwa di pasar Melawai ada 4 orang, Senen Blok III ada 7 orang, Grogol 3 orang dan pasar Anyar Bahari ada 1 orang. Pedagang pengecer ikan segar di pasar-pasar tradisonal DKI Jakarta didalam kegiatan menjual atau memenuhi stok ikan yang akan dijualnya kembali biasanya mereka membeli pada pedagang besar yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan kegiatan ini dilakukan setiap hari. Dari jumlah responden pedagang ikan segar, ternyata ada 20 orang (61%) pedagang yang membeli di TPI Muara Baru, 11 orang (35%) membeli di TPI Muara Angke dan 1 orang (4%) membeli di Kamal. Bagi pedagang ikan, Pasar Ikan dan Kamal hanyalah sebagai tempat pembelian sewaktu-waktu, ini dilakukan jika disalah satu tempat pembelian (TPI) tetap tidak ada atau kurang dari jenis ikan yang 6

8 dicarinya. Untuk mengetahui besarnya jumlah pembelian para pedagang pengecer ikan segar di lima wilayah DKI Jakarta, disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Volume Pembelian Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar di TPI DKI Jakarta, Tahun 1996 Pasar Pengecer Kecil Melawai Grogol Senen Kramatjati Anyar Bahari Total 0-50 kg kg kg Jumlah Pengcer besar >400 kg Sumber : Data primer Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa dari jumlah responden (32 orang), di lima wilayah pasar tradisional DKI ternyata sebesar 87 persennya merupakan kelompok pedagang pengecer kecil dengan jumlah volume pembelian sebesar kg per hari. Sedangkan 13 persen sisanya merupakan pedagang pengecer besar dengan volume pembelian sebesar kg per hari, pedagang ini berada di Pasar Senen Blok III. Dari lima pasar di DKI Jakarta yang memiliki daya beli terbesar ikan laut segar di TPI yaitu pasar Senen dengan total pembelian sebesar kg per hari, diikuti pasar Grogol 680 kg, Melawai 330 kg, Anyar Bahari 135 kg dan pasar Kramatjati 87 kg per harinya. Hal yang menyebabkan rendahnya daya beli (kurang dari 1 ton) dari pedagang pengecer di empat pasar tersebut, mungkin karena keberadaan atau lokasi tempat berdagang yang kurang strategis, adanya pasar lain atau pasar swalayan yang dekat dengan lokasi pasar tersebut. Sedangkan melihat rata-rata daya beli ikan laut segar di TPI dari setiap pedagang, ternyata pedagang pengecer kecil pada pasar Senen memiliki volume pembelian tertinggi yaitu dengan jumlah 129 kg per harinya dan terkecil ada pada pedagang pengecer kecil di pasar Kramatjati dengan volume pembelian 29 kg per hari. Pedagang pengecer besar di pasar Senen memiliki daya beli ikan laut segar di TPI sebesar 730 kg per hari. Dalam transaksi penjualan ikan di lokasi/pasar yang dilakukan pedagang diperoleh informasi bahwa ikan laut segar yang mereka jual untuk setiap harinya kadang kala tidak semuanya laku terjual. Ikan-ikan yang tidak terjual ini biasanya diberi es dan disimpan dalam peti kayu untuk dijual kembali esok harinya. Volume ikan yang tidak terjual atau di es oleh pedagang pengecer kecil untuk setiap harinya berkisar antara persen dan untuk pengecer besar berkisar persen dari jumlah ikan yang dijual. 7

9 Jenis Konsumen dan Harga Ikan Laut Segar Jenis pembeli atau konsumen ikan laut segar pada pedagang pengecer kecil di pasar-pasar tersebut didominasi oleh pembeli/konsumen untuk di konsumsi sendiri, penjual sayur, warung nasi dan catering. Sedangkan konsumen yang membeli pada pedagang pengecer besar selain seperti pembeli pada pedagang pengecer kecil, juga ada pembeli organisasi, seperti restoran, hotel. Pemasaran ikan laut segar pada pasar tradisional DKI Jakarta ini juga dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan. Naiknya permintaan ikan laut segar umumnya terjadi pada bulan puasa dan pada bulan lainnya kenaikan permintaan biasa terjadi pada hari saptu dan minggu dan pada awal bulan (tanggal 1 10). Sedangkan permintaan akan ikan laut segar mengalami penurunan yaitu terjadi pada bulan Juni - Agustus. Hal ini terjadi karena pada bulan tersebut bertepatan dengan awal masuk sekolah, ulang tahun Kota Jakarta dan hari kemerdekaan, dimana konsumen banyak mengeluarkan biaya pada waktu-waktu tersebut. Harga ikan laut segar dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan, akan tetapi harga ikan laut segar di pasar tradisional relatif stabil jika dibandingkan dengan yang terjadi di TPI dimana harga ikan selalu berfluktuasi. Sebagai contoh yang terjadi di TPI Muara Angke pada Tahun 1995 mengenai fluktuasi harga ikan laut, dimana kenaikan harga dari semua jenis ikan terjadi pada bulan Februari dengan kenaikan harga rata-rata Rp 500,- dan pada bulan Maret mengalami penurunan harga kembali sebesar Rp 500,- dan harga terendah dari setiap jenis ikan terjadi pada bulan September, mungkin ini disebabkan melimpahnya ikan di TPI. Harga tertinggi dari setiap jenis ikan terjadi pada bulan November dan Desember, hal ini disebabkan karena pasokan ikan di TPI menurun yang disebabkan hasil tangkapan nelayan sedikit karena adanya faktor keadaan musim (angin barat). Untuk mengetahui harga beli dan harga jual ikan laut segar di pasar tradisional DKI Jakarta disajikan pada Tabel 3. 8

10 Tabel 3, Harga Beli dan Harga Jual Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun 1996 Jenis Ikan Pembelian Penjualan Pasar Pasar Pelagic Kecil Grogol Senen Kramatjati Melawai Anyar Bahari Grogol Senen Kramatjati Melawai Anyar Bahari Kembung Terisi Selar Pelagic Besar Tongkol Kuwe Tenggiri Damersal Bawal Putih Bawal Hitam Kakap Merah Layur Cumi Udang Pacet Api Peci Sumber : Data primer 9

11 Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa di pasar tradisional ada 14 jenis ikan laut segar yang dijual, dari jumlah tersebut ada 4 jenis ikan laut segar yang sama dijual oleh pedagang pengecer. Jenis ikan yang sama dijual tersebut yaitu ikan kembung, tongkol, kakap merah dan cumi. Dari 4 jenis ikan laut segar yang sama tersebut di lihat dari harga rata-rata jual dengan nilai tertinggi adalah cumi yaitu sebesar Rp kg, kemudian di ikuti harga kakap merah Rp 5.875/kg, kembung Rp 4.513/kg dan ikan tongkol Rp 4.175/kg. Sedangkan untuk melihat harga rata-rata ikan segar menurut spesies ikan harga tertinggi yaitu spesies udang Rp /kg dan terendah adalah harga spesies ikan pelagic kecil yaitu sebesar Rp 4.415/kg. Pasar yang menjual ikan laut segar dengan rata-rata harga tertinggi adalah, pasar Senen yaitu sebesar Rp 5.982/kg dan harga terendah ada pasar Anyar Bahari Rp 3.677/kg. Tinggi atau rendahnya harga ikan laut segar yang ditawarkan berdasarkan atas kualitas/mutu dan besar kecilnya ukuran dari ikan yang dijual. Biaya Dan Marjin Pemasaran Gambaran mengenai biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer ikan laut segar dari masing-masing pasar disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Penjualan Rata-rata Per Hari Pedagang Pengecer Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun 1996 Pasar Jenis Biaya Anyar Melawai Grogol Senen #) Senen Kramatjati Bahari Tempat (sewa) K 3*) Es Air Transpot Tenaga Kerja Total Sumber : Data primer Keterangan : #) Pedagang Pengecer besar. *) Kebersihan, keamanan, karcis retribusi Dari Tabel 4. dapat diketahui bahwa biaya pemasaran yang terbesar yang dikeluarkan oleh masing-masing pedagang pengecer kecil ikan laut segar adalah biaya untuk tenaga kerja, transportasi/angkutan, sewa tempat, es, biaya pengadaan air dan keamanan. Biaya tenaga kerja dan angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer (Rp) 10

12 kecil dari masing-masing wilayah pasar dengan berdasarkan persentase, tertinggi dikeluarkan oleh pedagang pengecer di pasar Grogol yaitu sebesar 84 persen, kemudian di ikuti pedagang di pasar Senen (74%), Kramatjati (72%), Melawai (69%), Anyar Bahari (55%) dan pedagang pengecer besar di Senen (72%). Bain (1968) dalam Nikijuluw dan Basuki (1991), mendefinisikan Keragaan pasar adalah sebagai kulminasi akhir yang dicapai oleh perusahaan atau pengusaha yang terlibat. Dalam pemasaran ikan laut segar, konsep yang relevan untuk menganalisis keragaan pasar adalah melalui analisis penyebaran harga dengan menghitung marjin pemasaran. Pada suatu perusahaan istilah marjin merupakan sejumlah uang yang ditentukan secara internal accounting yang diperlukan untuk menutupi biaya dan laba yang merupakan perbedaan antara harga pembelian dan harga penjualan (Hanafiah dan Saefudin, 1983), begitu juga menurut Saptana dan Noekman (1994), mengatakan bahwa marjin pemasaran menggambarkan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima produsen. Di dalam marjin pemasaran terdapat komponen biaya pemasaran (marketing cost) yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan keuntungan (marketing Profit) yang diterima lembaga Untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran ikan laut segar yang diterima para pedagang pengecer pada pasar tradisional DKI Jakarta seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 5. Marjin Keuntungan Per Kg Ikan Segar yang diperoleh Pedagang Pengecer di Pasar Tradisional DKI Jakarta, Tahun (Rp) Pasar Keterangan Anyar Grogol Senen Senen #) Kramatjati Melawai Bahari Harga Penjualan Harga Pembelian Selisih harga Biaya Pemasaran Keuntungan Sumber : Data primer Keterangan : #) Pengecer Besar Dari Tabel 5. bahwa, rata-rata keuntungan bersih dari hasil penjualan ikan laut segar per kilo gram yang diterima pedagang pengecer kecil berkisar Rp 601 Rp 1.201, sedangkan keuntungan bersih yang diterima pengecer besar adalah sebesar Rp 827/kg. 11

13 KEBUTUHAN TENAGA KERJA MENURUT PEDAGANG Dalam aktifitasnya para pedagang ikan segar tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh pekerja harian, kecuali pada pedagang yang berada di pasar Kramatjati dan Anyar Bahari. Pada Tabel 6. dapat di lihat hubungan antara tenaga kerja harian dengan volume ikan laut segar yang di jual. Tabel 6. KelompokTe naga Kerja (orang) Hubungan Tenaga Kerja Dengan Volume Penjualan Ikan Laut Segar di Pasar Tradisional DKI Jakarta. Pasar Melawai Grogol Senen Total Vol. Pedagang Vol. Pedagang Vol. Pedagang Ikan (orang) Ikan (orang) Ikan (orang) (kg) (kg) (kg) Pedagang (orang) Vol. Ikan (kg) > Jumlah Sumber : Data primer. Dari Tabel 6. diketahui bahwa pedagang pengecer kecil di pasar Grogol lebih efesien, dimana dengan tenaga kerja harian yang berjumlah 1 2 orang dapat melakukan transaksi penjualan sebesar 180 kg/hari ikan laut segar. Sedangkan dengan jumlah tenaga kerja yang sama, tenaga kerja yang dimiliki pedagang pengecer di pasar Senen hanya mampu melakukan transaksi penjualan sebesar 150 kg/hari dan untuk pasar melawai sebesar 40 kg/hari. Dengan penggunaan tenaga kerja sebanyak 2 3 orang, pedagang di pasar Senen mampu menjual ikan laut segar sebesar 471 kg/hari dan pedagang di pasar Melawai sebesar 105 kg/hari. Dan dalam penggunaan tenaga kerja harian yang dimiliki pedagang lebih dari 4 orang mampu melakukan penjualan sebesar 850 kg/hari, dimana 4 orang tenaga harian ini dimiliki oleh pedagang ikan laut segar yang berada di pasar Senen. Untuk pedagang pengecer di pasar Kramatjati dan pasar Anyar Bahari dalam melakukan transaksi penjualan ikan bekerja sendiri, artinya tidak ada tenaga harian yang dilibatkan dalam proses penjualan ikan. Hal ini dengan alasan volume ikan yang ditawarkan pada konsumen dalam jumlah yang masih sedikit. Dalam pemberian insentif atau upah yang diberikan para pedagang pengecer kepada para tenaga kerja yang membantunya didalam usaha penjualan ini tidak sama. Besar kecilnya upah yang diberikan pedagang kepada para tenaga kerjanya tergantung dari aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sendiri. Seperti pedagang di pasar Senen memberikan upah terkecil sebesar Rp , ini diberikan kepada pekerja 12

14 dengan aktifitas kesehariannya membantu didalam menata, menyirami, menimbang, membungkus ikan yang dijual, dan melakukan perlakuan pembekuan pada ikan yang tidak laku hari ini untuk dijual esok harinya. Sedangkan pedagang pengecer ini juga biasa memberi upah sebesar Rp /hari, ini diberikan kepada tenaga kerja yang sepenuhnya sudah dipercaya dalam transaksi penjualan ikan, walaupun dengan tidak harus di awasi. Dan besarnya upah yang diterima oleh para pekerja harian ini berdasarkan lokasi pasar yaitu, di pasar Grogol sebesar Rp Rp ,-, pasar Melawai Rp Rp Besarnya upah yang diterima para tenaga harian ini adalah upah bersih, dimana uang makan, minum, dan rokok sudah tersedia. Apabila mengacu pada (Kep-15/MEN/1996) UMR yang ditetapkan Pemda DKI pada tahun 1996/1997 adalah Rp per bulan, maka upah yang diterima oleh para tenaga kerja harian ikan laut segar pada pasar tradisional sudah sesuai dengan aturan. KESIMPULAN DAN SARAN DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan yang sekaligus juga sebagai tempat perputaran roda perekonomian dengan jumlah penduduknya yang cukup padat, sangat potensial bagi perdagangan produk perikanan khususnya perikanan laut. Untuk memenuhi kebutuhan produk perikanan ikan laut segar bagi DKI Jakarta, selain dari produksi lokal juga berasal dari luar DKI. Jalur pemasaran ikan laut segar dari nelayan hingga sampai kepada konsumen melalui berbagai jalur cukup panjang. Hal Ini bagi pihak terkait perlu mencari jalan keluarnya untuk memutus jalur pemasaran agar konsumen tidak menanggung beban harga yang terlalu tinggi. Karakteristik pedagang Ikan laut segar pada pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh pedagang pengecer kecil (87%), dengan volume transaksi sebesar 57 kg 85 kg/hari dan dari jumlah tersebut juga masih tersisa untuk dijual keesokan harinya sekitar persen. Keberadaan kios sebagai tempat berdagang pada pasar tradisional dirasakan para pedagang kurang strategis dan dalam status kepemilikan sebanyak 47 persen pedagang masih menempati kios dengan sistem sewa. Dari kondisi yang ada pada pedagang pengecer tersebut diharapkan adanya pihak terkait dapat membantu dengan cara bagaimana agar keberadaan kios diatur kembali, menyediakan sarana untuk pengawetan ikan, dan memberikan bantuan permodalan. 13

15 Konsumen ikan laut segar pada pasar tradisional umumnya dibeli oleh konsumen untuk dikonsumsi sendiri, penjual sayur dan usaha katering dengan volume pembelian tidak besar. Harga ikan laut pada pasar tradisional dipengaruhi oleh naik/turunnya permintaan. Harga ikan relatif naik umumnya terjadi pada bulan puasa dan hari libur kerja dan harga dirasa turun pada bulan Juni Agustus dimana bertepatan awal masuk sekolah. Dari hasil analisa diperoleh gambaran mengenai keuntungan bersih dari hasil penjualan ikan laut segar per kilo gram yang diterima pedagang pengecer kecil berkisar Rp 601 Rp 1.201/kg, sedangkan keuntungan bersih yang diterima pengecer besar adalah sebesar Rp 827/kg. Untuk dapat lebih meningkatkan daya serap pasar tradisional terhadap produk perikanan, khususnya ikan laut segar, diperlukan usaha-usaha serta kemauan politik dari pihak terkait untuk memperbaiki sistem pemasaran. Pengadaan prasarana dan sarana penanganan ikan yang memadai untuk meningkatkan mutu ikan. DAFTAR PUSTAKA Bain, J.S., Industrial Orgganization. John Wiley and Son. Inc. New York. Hanafiah, A. M. Saefudin., Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Tanggal 19 Januari No. Kep- 15/MEN/1996 Nikijuluw, V. P. H, Manadiyanto dan T. Susilowati., Lembaga-lembaga Pemasaran Yang Membeli hasil Tangkapan Nelayan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 43 : 43 : 1 6 Nikijuluw, V. P. H., dan Riyanto Basuki, Struktur prilaku dan Keragaman Pasar Ikan Segar di Kalimantan Selatan. Proseding Puslitbangkan No. 19/191 Buku II. Hal Saptana dan Noekman, K. M., Kajian Aspek Produksi dan Pemasaran Jeruk Lahan Pasang Surut dan Lahan Kering di Sulawesi Selatan (Studi Kasus di Kabupaten Luwu dan Selayar). Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol. 12 No. 1 Juli. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Bogor : Statistik Dinas Perikanan DKI Jakarta,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) 1 Nurintang dan 2 Yudi ahdiansyah 1 Mahasiswa Manajemen

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: ht tp :// w w w.b p s. go.id Katalog BPS: 5402003 PRODUKSI PERIKANAN LAUT YANG DIJUAL DI TEMPAT PELELANGAN IKAN 2008 ISSN. 0216-6178 No. Publikasi / Publication Number : 05220.0902 Katalog BPS / BPS Catalogue

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peranan perikanan tangkap sebagai salah satu ujung tombak dari semua kegiatan perikanan disamping perikanan budidaya, menjadikan perikanan tangkap menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 04/01/35/Th.XV. 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Desember 2016 naik sebesar 1,31 persen

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN Dian Ayunita NND dan Fatich Ubaidillah FPIK-Undip (ayunita_dian@yahoo.com, (ubaidillahfatich@gmail.com)

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI BANTEN, MARGIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 4,97 PERSEN, CABAI MERAH 23,04 PERSEN, BAWANG MERAH 13,18 PERSEN, JAGUNG PIPILAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 6/1/35/Th.X, 1 Oktober 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan September 212 naik sebesar,2 persen. Nilai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

ANALISA HARGA IKAN DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL WILAYAH BALI BULAN MARET Oleh : I Wayan Sudana SPi *

ANALISA HARGA IKAN DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL WILAYAH BALI BULAN MARET Oleh : I Wayan Sudana SPi * ANALISA HARGA IKAN DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL WILAYAH BALI BULAN MARET 2016 Oleh : I Wayan Sudana SPi * Diawali survey pengumpulan data harga ikan dan wawancara dengan pedagang di pasar tradisional

Lebih terperinci

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 BPS PROVINSI SUMATRA SELATAN No. 13/02/16/Th.XVIII, 05 Februari 2016 PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI SUMATRA SELATAN, MARJIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 15,24 PERSEN, CABAI MERAH 24,48 PERSEN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur Bulan Oktober 2017

Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur Bulan Oktober 2017 No. 69/11/35/Th. XV, 1 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur Bulan Oktober 2017 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur bulan Oktober naik sebesar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11//35/Th.X, 1 Februari 1 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 1 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Januari 1 naik sebesar,5 persen. Nilai Tukar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga menunjukkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa.

I. PENDAHULUAN. juga menunjukkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa. I. PENDAHULUAN 1.1. U M U M Secara umum proses pembangunan di bidang ekonomi masih terus berlangsung meskipun belum secepat yang diharapkan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan tersebut perlu diukur

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 59 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2017 No. 64/10/35/Th. XV, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2017 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan September turun

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI Oleh A. Rozany Nurmanaf*) Abstrak Program khusus usahatani kedelai dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk diantaranya daerah transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 83/12/35/Th.XIII, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWATIMUR BULAN NOVEMBER 2015 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan November 2015 turun sebesar 0,74

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2014 No. 53/09/63/Th.XVIII, 1 September PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN AGUSTUS TURUN 0,29 PERSEN Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2011

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2011 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 5/1/35/Th.X, 2 Januari 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 211 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Desember 211 turun sebesar,33 persen. Nilai

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di PPI Muara Angke Jakarta karena PPI Muara angke berperan penting dalam pemasaran hasil tangkapan di Jakarta (Gambar 1).

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Marketing Margin Of Skipjack (Katsuwonus pelamis) In The Fish Landing Station

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT 36 IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT Wilayah utara Jawa Barat merupakan penghasil ikan laut tangkapan dengan jumlah terbanyak di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 69/11/35/Th.X, 1 November 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Oktober 212 turun sebesar 1,25 persen.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 51//35/Th.XI, 1 Agustus 13 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 13 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Juli 13 naik sebesar,9 persen Nilai Tukar Nelayan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Pasar Ikan Higienis (PIH) Ever Fresh Fish Market Pejompongan Jakarta Pusat merupakan pasar modern dalam penyediaan berbagai jenis ikan konsumsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN SEPTEMBER 2016 NAIK 0,66 PERSEN No. 54/10/63/Th.XIX, 3 Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 No. 15/02/63/Th.XVII, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) BULAN FEBRUARI 2013 NAIK 0,35

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 05/01/35/Th.XIII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2014 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Desember 2014 turun sebesar 2,21

Lebih terperinci

DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA

DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA DAMPAK PELELANGAN TERHADAP STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI UTARA JAWA Oleh : Victor T. Manurung dan Mat Syukuro ABSTRAK Pemasaran ikan pada tingkat produsen merupakan masalah yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2012

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 3/7/35/Th.X, Juli 1 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 1 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Juni 1 naik sebesar,5 persen. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78/11/35/Th. XII, 5 November PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN 3 ITK Triwulan 3 Jawa Timur sebesar 115,99 dan Perkiraan ITK Triwulan 4 sebesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sentra Produksi Pisang di Lampung. Tanjung Karang merupakan Ibukota sekaligus pusat pemerintahan provinsi Lampung, sebagai salah satu provinsi sentra produksi utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. /7/35/Th.XI, 1 Juli 13 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 13 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Juni 13 naik sebesar, persen Nilai Tukar Nelayan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia sangat memungkinkan. Hal ini didasarkan atas potensi sumberdaya yang cukup besar dan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci