ABSTRAK TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA. Moh. Isa Pramana NIM :
|
|
- Teguh Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSTRAK TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA Oleh Moh. Isa Pramana NIM : Wayang Kulit Purwa yang mengacu pada epik India dan mitos asli Jawa adalah media penghubung antara kesenian tradisional Indonesia masa Hindu-Buddha (Kabudan) dengan masa Islam (Kewalen), yang tentunya bisa ditelaah bagaimana ia bisa menjembatani kedua kepercayaan tersebut. Penjembatanan ini hanya dimungkinkan oleh konsep ajaran Tasawuf yang dianut para Wali yang banyak berkontribusi pada penggubahan Wayang Kulit Purwa. Seiring perjalanannya yang paralel dengan bergulirnya pusat-pusat kekuasaan di Pulau Jawa seperti Majapahit, Demak, Cirebon, Pajang, Mataram, Surakarta dan Yogyakarta, wayang kulit kemudian berkembang menjadi berbagai macam gagrak, sesuai dengan daerah tempat di mana ia berada. Penulis mengkaji dua gagrak wayang kulit sebagai sampel yang ternyata pada perupaannya didasari banyak perbedaan dalam berbagai aspek, yaitu perbedaan historis, perbedaan geografis, perbedaan kultur dan terutama perbedaan dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam dan Tasawuf ke dalamnya, yakni wayang kulit gagrak Cirebon dan gagrak Surakarta. Dalam kajian ini digunakan pendekatan Kritik Seni dengan metode analisis komparatif-deskriptif yang bersifat kualitatif yang memperbandingkan aspek visual pada kedua gagrak wayang tersebut. Pendekatan Kritik Seni terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan deskripsi dan analisis formal yang menganalisis perupaan pada postur, bentuk, ukuran, detail anatomi, pewarnaan, ragam hias dan sebagainya. Kemudian pada tahapan berikutnya dilakukan interpretasi dan tahapan terakhir dilakukan penilaian yang merujuk pada studi kebudayaan Jawa dan ilmu Tasawuf. Memang jelas terdapat makna Tasawuf pada perupaan figur Wayang Kulit Purwa, dengan dimensi dan intensitas manifestasi yang berbeda-beda pula, baik antara detail perupaan pada beberapa figur yang berbeda dari satu tokoh tertentu yang sama yang disebut wanda, antara figur-figur tokoh-tokoh tertentu yang berbeda, ataupun lebih jelas lagi yaitu antara wayang kulit gagrak Cirebon dengan gagrak Surakarta. i
2 Analisis ini dilakukan pada figur wayang tokoh Bima, Mintaraga, Semar, Buto Cakil, Rahwana, Duryudhana dan Dursasana dari kedua gagrak wayang kulit. Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa pada sampel figur wayang dari populasi gagrak Cirebon terlihat kesan visual yang lebih sederhana, lugas, ekspresif dan kuna, dibandingkan dengan kesan visual sampel yang didapat dari populasi gagrak Surakarta yang lebih mewah, halus, mendetail dan tersofistikasi. Gagrak Cirebon memperlihatkan suatu pemahaman Tasawuf yang tak mempermasalahkan media, sangat lugas dan egaliter, fokus pada tujuan. Sedangkan gagrak Surakarta memperlihatkan suatu pemahaman Tasawuf Jawa yang sangat mementingkan kehalusan budi dan batin, yang harus dituangkan dalam perupaan sebagai bukti adanya keselarasan antara lahir dan batin. Kata kunci: Tasawuf, perupaan, perwatakan, nafsu ii
3 ABSTRACT SUFISM AND VISUALIZATION OF WAYANG KULIT PURWA IN CIREBON AND SURAKARTA by Moh. Isa Pramana Wayang Kulit Purwa is based on Indian epics and original Javanese myths. it is considered as the media link between the Hindi-Buddhism era (Kabudan) and the Islamic era (Kewalen) of the Indonesian traditional arts. Therefore Wayang Kulit can be analyzed to show the relationship between these two era. An understanding of this relationship can only be explained through Sufism that was practiced by the Nine Apostles of Java who has contributed a great deal to the Wayang Kulit Purwa adaptations. Subsequent to the development of political power centers on Java Island, such as kingdoms of Majapahit, Demak, Cirebon, Pajang, Mataram, Surakarta and Yogyakarta, Wayang Kulit has proliferated into varieties of gagraks, in accordance to it's geographical locations. The author has studied two Wayang Kulit's gagraks as samples which reveals the considerable differences in background of their visual aspects. These differences reflect history, geography, culture and especially the way how the Wayang Kulit gagraks of Cirebon and Surakarta interprete and manifest Islamic and Sufistic teachings through visualizations. In this study, the author uses an Art Criticism approach using a qualitative comparative-descriptive analysis method comparing the visual aspects of both gagraks of Wayang Kulit. The Art Criticism approach consists of several steps. The first step is the description and formal analysis in which analyze the visualization that includes posture, shape, color, anatomical details, ornaments etc. The next step is interpretation and the final step is to pass judgement in referrences to the study of Javanese culture and Sufism. It is obvious there are Sufistic meanings in the visualizations of the Wayang Kulit Purwa figures with different dimensions and intensities in its manifestations, even within the same local area (gagrak). These differences range from the visual details among different figure appearances of the same one particular character, called iii
4 wanda, to the differences in the different figure appearances of different characters. This is particularly more obvious in the differences between the gagrak of Cirebon and Surakarta. These analysis is being conducted on various characters' figures such Bima, Mintaraga, Semar, Cakil, Rahwana, Duryudhana and Dursasana from both gagraks of wayang kulit. In general it can be concluded that the sample of Cirebon gagrak population shows a much more simple, straight, expressive and archaic visualization compared to that of Surakarta gagrak population which shows a much more luxurious, delicate, detailed and sophisticated visualization. The Cirebon gagrak shows a Sufistic understanding which does not take the medium as a serious matter, more straight forward, egalitarian and more focussed. On the other hand, Surakarta gagrak shows an understanding of Javanese Sufism that put elegance and graceness of manners and spirituality in such importance, that has to be visualized in order to proof the harmony between physical and spirituality. Keywords: Sufism, visualizations, personality, Nafs iv
5 TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA SM 720 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Insitut Teknologi Bandung Oleh : MOH. ISA PRAMANA NIM: Program Studi Seni Murni Program Pascasarjana Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG v
6 TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA Oleh Moh. Isa Pramana NIM : Program Studi Seni Murni Institut Teknologi Bandung Menyetujui Tim Pembimbing Tanggal... Pembimbing I Pembimbing II (Dr. Yustiono) (Prof. M. Wiyoso Yudoseputro) vi
7 PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Insitiut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. vii
8 Si Tiada yang berusaha Mengada Akankah menjadi benar-benar Ada Ataukah hanya merasa dirinya Ada Dan mengingkari Ketiadaannya? Untuk kedua orang tua yang telah membawaku Ada Untuk kedua sahabat yang meyakinkan diriku Ada Untuk diriku sendiri yang tetap merasa Tiada (Bandung, Akhir Juni 2007) viii
9 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas selesainya penulisan Karya Tesis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister dari Program Pascasarjana Seni Rupa FSRD ITB yang berjudul "Tasawuf dan Perupaan pada Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta". Adapun ketertarikan pada tema ini dikarenakan pada dasarnya penulis memang sangat menggemari kisah-kisah Pewayangan dalam berbagai versi, baik India, Jawa dan Sunda. Selain itu selama ini penulis selalu mendengar banyak pendapat, teori sejarah dan mitos yang memaparkan keterlibatan Wali Songo terutama Susuhunan Kalijaga dengan kesenian wayang kulit dalam rangka penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa. Para wali yang tentunya pengamal ajaran Tasawuf tentunya akan mencoba menerapkan ajaran yang mereka anut ke dalam karya-karya mereka, salah satunya rupa wayang kulit, dan dugaan ini juga memancing rasa ingin tahu penulis untuk memastikan bagaimana dan seperti apakah manifestasi muatan Tasawuf yang mereka anut dalam perupaan Wayang Kulit Purwa. Maka melalui penelitian ilmiah ini penulis bertujuan mencoba membuktikan adanya nilai ajaran Tasawuf yang diterapkan dalam perupaan figur-figur Wayang Kulit Purwa melalui wayang kulit gagrak Cirebon dan Surakarta sebagai sampel yang akan diperbandingkan, dengan berbagai alasan yang akan dijelaskan kemudian di dalam bagian tubuh tesis. Hambatan dan kendala yang ditemui dalam penelitian adalah tak banyak literatur yang diketahui membahas tentang perupaan Wayang Kulit Purwa yang dikaitkan dengan Tasawuf, atau yang membahas mengenai Wayang Kulit Purwa Cirebon dan narasumber yang kebanyakan memiliki pengetahuan parsial antara Pewayangan dengan Tasawuf, dan kurangnya pengetahuan yang lebih mendetail juga keterbukaan akses dari pihak instansi terkait yang memilikinya. Ini sangat disayangkan mengingat ix
10 jumlah figur wayang kulit baik gagrak Cirebon dan gagrak Surakarta yang begitu banyak jumlahnya dan sama-sama potensial dan menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut. Karya Tesis ini tak akan dapat terselesaikan tanpa berbagai macam bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, di mana dalam kesempatan ini penulis hendak menyatakan rasa terima kasih atas peranan dan keterlibatan mereka semua. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Dr. Yustiono selaku Pembimbing I, yang meskipun di sela-sela perawatan dan kondisi yang kurang sehat namun senantiasa memberikan saran dan koreksi kepada penulis dalam penelitian dan penulisan tesis ini. Kepada Bapak Prof. M. Wiyoso Yudoseputro selaku Pembimbing II, penulis menghaturkan juga rasa terima kasih sebesar-besarnya atas segala petunjuk, arahan dan sarannya juga atas kesediaannya untuk membimbing penulis. Kepada Ibu Ira Adriati M.Sn. selaku koordinator tesis saya haturkan terima kasih, atas perhatian yang diberikan sehubungan penjadwalan dan motivasi terus diberikan tiada henti kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Haryadi Suadi yang selama ini menjadi konsultan sekaligus rekan diskusi yang banyak dan selalu memberi konsultasi, informasi dan berbagi pikiran kepada penulis sehubungan perihal Tasawuf dan Pewayangan, juga bersama-sama melaksanakan penelitian lapangan ke Cirebon, penulis tak mampu membalas semua jasa dan budi baik beliau. Ibu Dra. Nuning YD., Dipl. Art selain sebagai Reader, juga sebagai rekan diskusi yang banyak memberikan masukan dan turut melibatkan penulis dalam penelitian wayang kulit Cirebon yang banyak memberikan kontribusi pada penulisan Tesis ini. x
11 Terima kasih juga kepada Ibu Irma Damayanti, M.Sn. yang bersama-sama Ibu Ira keduanya telah bersedia untuk menjadi penguji bagi penyidangan penulisan Tesis penulis. Kepada Bapak Rafan S. Hasyim yang banyak membantu dan mendampingi tim penulis saat melaksanakan penelitian di Cirebon juga berbagai informasinya sehubungan budaya dan sejarah Cirebon, wawasan mengenai Ketarekatan dan Pewayangan Cirebon. PRA. Maulana Pakuningrat atau Sultan Sepuh XIII dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang begitu terbuka menyambut kedatangan tim penulis dan bersedia memberikan keterangan seputar sejarah pusaka wayang Keraton. Pangeran Abdul Ghani atau Rama Sultan IX dari Keraton Kacirebonan yang begitu terbuka dan memberikan izin kepada tim penulis untuk melakukan pemotretan terhadap seluruh koleksi pusaka wayang jimat dan anggen, juga Bapak Kurnadi alias Ki Yuddhaprawa selaku Dalang Keraton yang telah turut memberikan informasi. Ki A. Purjadi di Kerandon, Ki H. Mansyur, Bapak Rastika dan Ki Suryono di Gegesik dan Ki Bahani di Sumber, Cirebon yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan informasi seputar pewayangan Cirebon dan kesediaannya untuk mengizinkan penulis mengambil gambar dari koleksi wayang kulit masing-masing. Bapak Haryono H. Guritno bersama segenap asisten di Sanggar Sedayu Jakarta yang telah bersedia untuk "kembali" mengungkit-ungkit persoalan wayang kulit Surakarta, banyak memberikan gambaran mengenai Pewayangan Jawa, salah satunya mengenai wanda. Pihak Museum Wayang Jakarta yaitu Bapak Suyatno, Bapak Katimo, Bapak Suparyono dan Bapak Wasikun yang banyak membantu penulis dalam rangka pemotretan berbagai koleksi wayang kulit milik Museum. xi
12 Bapak Suyanto yang banyak memberikan informasi seputar pedalangan Jawa Tengah dan berbagai filosofi tiap-tiap lakonan, Bapak Bambang Suwarno yang selain mengizinkan penulis mengambil gambar koleksi-koleksinya juga banyak memberi informasi seputar perupaan dan wanda wayang kulit Surakarta, Bapak Sugeng Toekio, Bapak Agus Ahmadi dari STSI Surakarta yang meminjamkan banyak sumber tulisan, dan Bapak Sukasdi di Sukoharjo yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil gambar koleksi dan kreasi beliau sekaligus banyak memberikan informasi mengenai detail perupaan wayang kulit. GPH. Puger, BKPH. Prabuwinoto, KPH. Winarno dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah mengizinkan penulis untuk masuk meneliti dan mengambil gambar koleksi wayang pusaka Keraton, dan Bapak Sihhanto dari Kerajinan Alunalun Lor atas segala informasinya mengenai wayang kulit keraton Surakarta. Bapak Mas Ng. Supriyanto Waluyo dari pihak Pura Mangkunegaran atas segala keramahannya, Bapak Hali Sujarwo dan Bapak Edy Sulistyono dari Sekolah Pasinaon Dalang Mangkunegaran atas segala informasinya mengenai sejarah perupaan wayang kulit dan berbagai pemaknaannya. Bapak Jakob Soemardjo, atas kesediaannya berdiskusi, Ibu Ika Ismoerdyahwati atas keterangannya mengenai struktur pakeliran dan data-data visual wayang kulit, Bapak Andi Suwirta dari Jurusan Sejarah UPI dan Bapak Samsoe Basaruddin dari Lembaga Pengkajian Masjid Salman ITB yang telah berkenan meminjamkan berbagai literatur yang berhubungan dengan ilmu Tasawuf, juga tak lupa pada Ki Dalang Otong Rasta di Gunung Batu yang telah memberikan gambaran mengenai pemaknaan Tasawuf pada karawitan wayang. Dan yang terpenting untuk kedua orang tua penulis, Bapak R.P. Koesoemadinata dan Ibu Aisjah Abdulkadir, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan spiritual, moral dan materil demi terselesaikannya penulisan Tesis ini, sungguh tak akan dan tak mungkin dilupakan. xii
13 Penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalan karya Tesis ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dalam menganalisis lebih lanjut dan dalam, sesuai dengan pepatah "tiada gading yang tak retak". Namun penulis juga tetap memilki harapan dan keyakinan bahwa tulisan Tesis ini dapat mengilhami munculnya tulisan-tulisan hasil penelitian lainnya yang jauh lebih mendalam dan komprehensif. Bandung, Juni 2007 Penulis xiii
14 DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xiv DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR TABEL... xxiii DAFTAR LAMPIRAN... xxv Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Rumusan Masalah... 6 I.3. Batasan Masalah... 6 I.4. Tujuan Penelitian... 6 I.5. Manfaat Penelitian... 7 I.6. Hipotesis... 7 I.7. Metodologi Penelitian... 8 I.8. Sistematika Penulisan I.9. Alur Kerja Bab II Kajian Pustaka II.1. Pengertian II.1.1. Tasawuf II.1.2. Perupaan II.1.3. Wayang Kulit II.2. Pembahasan Penelitian Tentang Visual Wayang Kulit Sebelumnya II.3. Latar Belakang Sosial Budaya: Cirebon dan Surakarta II.3.1. Cirebon II.3.2. Surakarta II.3.3. Perbedaan dan Persamaan Antara Cirebon dan Surakarta Bab III Tasawuf di Jawa III.1. Perkembangan Tasawuf xiv
15 III.2. Kecenderungan dalam Tasawuf III.3. Perkembangan Tasawuf di Indonesia III.3.1. Doktrin Tasawuf di Indonesia III.3.2. Konsep Nafsu dalam Tasawuf III.3.3. Tasawuf Jawa III.4. Estetika dalam Tasawuf Bab IV Perkembangan Wayang Kulit IV.1. Wayang Kulit Sebagai Bentuk Seni Rupa Tradisional IV.2. Asal Muasal Pertunjukan Wayang IV.2.1. Perkembangan Pewayangan pada Masa Kerajaan Hindu (Kabudan) IV.2.2. Adaptasi Kisah Pewayangan pada Masa Islam (Kewalen) IV.2.3. Sejarah Perkembangan Perupaan Wayang Kulit pada Masa Islam (Kewalen) a. Perkembangan di Jawa Tengah b. Perkembangan di wilayah Cirebon IV.3. Gagrak Wayang Kulit Jawa a. Kekhasan Gagrak Surakarta b. Kekhasan Gagrak Cirebonan IV.4. Aspek Praktis-Estetis pada Perupaan Wayang Kulit IV.5. Aspek Rupa-Kriya sebagai Penanda Figur Wayang Kulit IV.6. Penggolongan Figur Wayang Kulit IV.6.1. Penggolongan Figur Wayang yang Diddasarkan Aspek Perupaan IV.6.2. Penggolongan Figur Wayang yang Didasarkan Aspek Penceritaan/Periwayatan IV.6.3. Kaitan Perupaan Tokoh dengan Aspek Penceritaan dan Lakonan IV.6.4. Kaitan Perupaan Tokoh dengan Perwatakan IV.7. Unsur-unsur Pertunjukan Wayang Kulit IV.8. Filosofi Pertunjukan Wayang Kulit IV.9. Estetika dalam Pewayangan xv
16 IV.10. Aspek Penceritaan dan Periwayatan dalam Pewayangan IV Tentang Penceritaan dan Periwayatan Wayang Surakarta IV Tentang Penceritaan dan Periwayatan Wayang Cirebon IV.11. Perkembangan Wayang Kulit Terakhir IV Perkembangan di Surakarta IV Perkembangan di Cirebon Bab V Tasawuf dalam Pewayangan V.I. Pendahuluan V.1.1. Penjabaran Hipotesis Sebagai Strategi dan Pijakan Tahapan Analisis V.1.2. Tentang Populasi dan Sampel Artefak Wayang Kulit yang Dikaji V.2. Kecocokan Konsep Tasawuf dengan Pewayangan. 133 V.2.1. Konsep Nafsu Menurut Tasawuf dan Kaitannya dengan Pewayangan V.2.2. Pembaharuan Sistem Perupaan Wayang Kulit Jawa V.2.3. Lakonan dan Adegan yang Berkaitan dengan Ajaran Tasawuf V.3.Analisis Perupaan Figur Wayang Tokoh-tokoh Pewayangan yang Berkaitan dengan Ajaran Tasawuf V.3.1. Pandawa Lima a. Yudhistira b. Bima c. Arjuna d. Nakula dan Sadewa V.3.2. Tokoh-tokoh Panakawan pada Adegan Goro-goro atau Karang Tumaritis a. Semar b. Gareng/Nalagareng c. Petruk d. Bagong e. Sekarpandan atau Cenguris/Curis f. Bitarota xvi
17 g. Ceblok h. Bagalbuntung i. Cungkring j. Dewala atau Duwala V.3.3. Tokoh-tokoh Buto Prepat pada Adegan Perang Kembang a. Buto Cakil b. Buto Rambut Geni c. Buto Terong d. Buto Kopis/Galiyuk V.3.4. Tokoh-tokoh Angkara Murka a. Rahwana b. Duryudhana/Suyudana c. Dursasana d. Tokoh Kurawa Lainnya V.6. Hasil Analisis Visual V.6.1. Hasil Analisis Visual Wayang Kulit Gagrak Cirebon V.6.2. Hasil Analisis Visual Wayang Kulit Gagrak Surakarta V.6.3. Perbedaan Perwujudan Ajaran Tasawuf dlm Perupaan Wayang Kulit Bab VI Simpulan dan Saran VI.1. Simpulan VI.2. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH LAMPIRAN xvii
18 DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Skema Proses Analisis pada Artefak Gambar I.2. Kerangka Pemikiran Gambar II.1. Peta letak wilayah Cirebon dan Surakarta di Pulau Jawa Gambar II.2. Contoh lukisan kaca Cirebon karya Rastika Gambar II.3. Gambar II.4 Upacara isis ringgit koleksi wayang pusaka Kyai Kadung yang dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta yang dilakukan setiap Selasa Kliwon Pengisisan koleksi wayang jimat yang dilakukan di Keraton Kacirebonan yang dilakukan setiap Jumat Kliwon Gambar III.1 Skema Pengaruh Tasawuf di Cirebon dan Surakarta Gambar IV.1 Pandawa Lima gagrak Cirebon sebagai simbol Rukun Islam.. 61 Gambar IV.2 Perbedaan proporsi dan penerapan sunggingan motif hias pada wayang Gatotkaca Surakarta danyogyakarta Gambar IV.3. Ciri khas bagian kepala wayang gagrak Cirebonan Gambar IV.4. Gambar IV.5. Perbedaan gelang wayang gagrak Cirebonan dan Surakarta Jemari kaki belakang yang tidak ditatah seluruhnya sebagai khas gagrak Cirebon luar Keraton Gambar IV.6. Tokoh wayang khas gagrak Cirebon Gambar IV.7 Skema Hubungan Antar Gagrak Wayang Kulit di Jawa Gambar IV.8 Bagan istilah aksesoris figur Wayang Kulit gagrak Surakarta dengan contoh tokoh Prabu Baladewa Gambar IV.9. Berbagai bentuk mata wayang kulit Gambar IV.10. Macam bentuk hidung wayang kulit Gambar IV.11. Berbagai bentuk mulut wayang kulit Gambar IV.12. Berbagai bentuk genggaman tangan wayang kulit xviii
19 Gambar IV.13. Gambar IV.14. Gambar IV.15. Gambar IV.16. Gambar IV.17. Gambar IV.18 Gambar IV.19. Gambar IV.20 Gambar IV.21. Gambar IV.22. Gambar IV.23 Gambar IV.24. Gambar IV.25. Gambar IV.26 Ganbar IV.27. Gambar IV.28 Gambar IV.29 Gambar IV.30. Gambar V.1. Perwujudan sunggingan motif megamendung atau wadasan di bagian palemahan pada wayang koleksi Keraton Kacirebonan. 86 Contoh golongan Denawa Contoh golongan Ponggawa Contoh wayang Sanggan/Gagahan Contoh golongan Satria Lanyap/Ladak dan Satria Lenyep/Lungguh Tokoh Putran/bambangan atau satria muda atau belum menikah Figur golongan Putren gagrak Surakarta Figur golongan Putren gagrak Cirebonan dengan postur togok yang lebih sangkuk Golongan Jabangan Golongan Raksesi Aneka wayang Setanan yang berbentuk ganjil dan telanjang bulat Figur wayang Ketek Grebeg gagrak Cirebon Wayang Kewanan/Buron Siluet wayang Rampogan dan senjata Contoh sebagian simpingan figur wayang gaya pedalangan Surakarta Skema deretan golongan figur tokoh wayang menurut ukuran diurutkan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, sesuai simpingan atau janturan Skema Kaitan Perwatakan Dengan Perupaan Wayang Kulit Figur Balasrewu gagrak Surakarta koleksi Museum Wayang Jakarta yang dikreasi Sanggar Sedayu Jakarta Skema Tahapan Analisis Perupaan pada Artefak dengan xix
20 Pendekatan Kritik Seni Gambar V.2. Gambar V.3. Gambar V.4 Gambar V.5 Gambar V.6. Gambar V.7 Gambar V.8. Gambar V.9. Gambar V.10. Gambar V.11. Gambar.V.12 Gambar V.13. Gambar V.14. Gambar V.15. Gambar.V.16. Skema Kaitan Antara Rupa Wayang dengan Konsep Nafsu dalam Tasawuf Sebagai Pijakan Analisis Gunungan sebagai contoh kecocokan pemahaman dan penanda kesinambungan antara kepercayaan asli, Hindu- Buddha dan Tasawuf Figur Sang Hyang Wenang yang paling kecil dan tak bersendi sebagai simbol spiritual semata Contoh gambar grafis wayang kulit Bali, yaitu figur Bima (kiri), Arjuna dan seorang Panakawan Figur Dewa Ruci gagrak Surakarta sebagai simbol mikrokosmos atau kehalusan batin tokoh Bima Figur Arjuna sebagai Mintaraga atau Cipta Ning dalam lakon Arjuna Wiwaha atau Cipta Ning Bagan Formasi Pemaknaan Pandawa Lima Figur wayang Yudhistira gagrak Surakarta Atribut pada wayang Bima wanda si Amuk gagrak Cirebonan yang wajah dan tubuh serba hitam Atribut pada wayang Bima wanda Mimis gagrak Surakarta yang wajah dan tubuh serba hitam Perubahan figur Wayang Kulit Bima masa Kabudan ke masa Kewalen dengan mengambil Wayang Bali dan Jawa sebagai representamen Atribut pada wayang Arjuna wanda kinanthi atau sedih dari gagrak Surakarta Atribut pada wayang Arjuna saat bertapa (Mintaraga) dari gagrak Cirebonan Atribut pada wayang Arjuna saat bertapa (Mintaraga) dari gagrak Surakarta Proses perubahan figur Wayang Kulit Arjuna masa Kabudan ke masa Kewalen dengan mengambil Wayang Bali dan Jawa sebagai representamen xx
21 Gambar V.17 Figur wayang Nakula-Sadewa Surakarta Gambar V.18. Gambar grafis keempat Panakawan versi Jawa Tengah Gambar V.19. Bagan Formasi Pemaknaan Panakawan Gambar V.20 Gambar V.21. Perbedaan postur tubuh tokoh Semar antara gagrak Cirebon Koleksi A. Purjadi (kiri) dengan gagrak Surakarta koleksi Sukasdi Atribut pada wayang Semar wanda si Madukunan gagrak Cirebonan Gambar V.22. Atribut pada wayang Semar gagrak Surakarta Gambar.V.23. Proses Perubahan Figur Golongan Panakawan Wayang Kulit masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representamen Gambar V.24. Figur tokoh Nalagareng Gambar V.25 Tokoh Petruk gagrak Surakarta Gambar V.26 Figur tokoh Bagong Gambar V.27. Gambar V.28. Curis alias Sekarpandan (kiri), Bitarota dan Ceblok, karakter Panakawan yang hanya ada di Cirebon Tokoh Dewala (kiri), Bagalbuntung dan Cungkring, tokoh Panakawan khas Cirebon Gambar V.29. Dua figur wayang Buto Cakil Gambar V.30. Detail pada figur Buto Cakil wanda Panji gagrak Surakarta Gambar V.31 Detail pada figur Buto Cakil gagrak Cirebonan Gambar V.32. Gambar grafis adegan Perang Kembang atau Bambangan- Cakil yang menampilkan Buto Cakil yang bertarung menghadapi Permadi atau Arjuna muda Gambar V.33. Dua figur wayang Buto Rambut Geni Gambar V.34. Buto Terong gagrak Surakarta Gambar V.35. Figur Buto Kopis (kiri) koleksi Sekolah PDMN dan Buto Galiyuk koleksi Museum Wayang Jakarta xxi
22 Gambar V.36. Gambar V.37. Gambar V.38 Gambar V.39. Gambar V.40. Gambar V.41. Gambar V.42. Gambar V.43. Gambar V.44. Gambar V.45. Gambar V.46 Figur Rahwana gagrak Cirebonan Figur Rahwana gagrak Surakarta koleksi STSI Surakarta Proses Perubahan Figur Wayang Kulit Rahwana dari masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representamen Gambar grafis tokoh Duryudana gagrak Surakarta Figur tokoh Duryudhana gagrak Cirebonan Figur tokoh Duryudhana gagrak Surakarta Skema Proses Perubahan Figur Wayang Kulit Duryudhana masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representasi Figur tokoh Dursasana Figur tokoh Dursasana gagrak Cirebonan Figur tokoh Dursasana gagrak Surakarta Figur Bima gagrak Surakarta yang bertubuh hitam tanpa visualisasi janggut lebat, kalung Nagabanda xxii
23 DAFTAR TABEL Tabel II.1. Konsep Pemaknaan pada Lukisan Kaca Wayang Cirebon Tabel II.2. Konsep Tasawuf pada Aneka Kesenian Cirebon Tabel II.3. Perbedaan dan Persamaan Latar Antara Cirebon dan Surakarta.. 34 Tabel III.1. Sifat-sifat tiap Tahapan Nafsu menurut Tasawuf al-jilli Tabel III.2. Konsep Nafsu dalam Tasawuf Jawa Tabel IV.1. Tabel IV.2. Kategori Figur Wayang Kulit Berdasarkan Bentuk atau Wujud dan Ukuran Posisi adegan Perang Kembang dalam pakeliran wayang kulit gaya Jawa Tengah (Surakarta) Tabel V.1. Konsep Dualisme pada Tasawuf dan Pewayangan Tabel V.2. Tabel V.3. Konsep Nafsu menurut Tasawuf al-jilli pada Karakter Wayang Ditinjau dari Aspek Periwayatan Konsep Nafsu menurut Tasawuf Jawa pada Karakter Wayang Ditinjau dari Aspek Periwayatan Tabel V.4. Aneka Pemaknaan Pandawa Lima Tabel V.5. Tabel V.6. Tabel V.7. Tabel V.8. Perbandingan wanda-wanda Bima gagrak Cirebon dan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Bima Gagrak Cirebonan dengan Surakarta Perbandingan Wanda-wanda Arjuna Gagrak Cirebon dengan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Arjuna (Mintaraga) Gagrak Cirebonan dan Surakarta Tabel V.9. Oposisi biner antara Semar dan Batara Guru Tabel V.10. Oposisi biner antara Semar dan Bagong Tabel V.11. Oposisi biner antara Semar dan Togog xxiii
24 Tabel V.12. Oposisi biner antara Semar dan Bima Tabel V.13. Oposisi biner antara Semar dan Arjuna Tabel V.14. Oposisi biner antara Semar dan Kresna Tabel V.15. Tabel V.16. Tabel V.17. Tabel V.18 Tabel V.19 Tabel V.20. Tabel V.21. Tabel V.22. Tabel V.23. Tabel V.24. Tabel V.25. Tabel V.26. Perbandingan Wanda-wanda Semar pada Gagrak Cirebon dan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Semar pada Gagrak Cirebonan dan Surakarta Perbandingan Pemaknaan Anggota Panakawan pada Wayang Cirebon dengan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Buto Cakil Gagrak Cirebonan dan Surakarta Pemaknaan Tokoh Buto Prepat Menurut Tasawuf Jawa Perbandingan Unsur Rupa Figur Rahwana Gagrak Cirebonan dan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Duryudhana Gagrak Cirebonan dan Surakarta Perbandingan Unsur Rupa Figur Dursasana Gagrak Cirebonan dan Surakarta Kaitan antara Golongan Figur Wayang Kulit dengan Perwatakan Nafsu Menurut Tasawuf al-jilli pada Karakter Wayang Ditinjau dari Golongannya Perbandingan Manifestasi Pemaknaan Tasawuf pada Berbagai Aspek Perupaan Antara Gagrak Cirebon dengan Surakarta Perbandingan Kesan Visual Figur Tokoh Antara Gagrak Cirebon dengan Surakarta Tabel V.27. Perbandingan antara Wayang Cirebonan dan Surakarta xxiv
25 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Strruktur Skenario Pakeliran Wayang Kulit Tabel 1.1. Skenario Pakeliran dalam Pedalangan Gaya Cirebon Lampiran 2 Taraf/Derajat Simbolisasi dan Pemaknaan pada Aspek Rupa Figur Wayang Gagrak Surakarta Tabel 2.1. Pemaknaan Tokoh-tokoh Lakonan Bimaruci Versi Surakarta Tabel 2.2. Pemaknaan Tokoh-tokoh Adegan Goro-goro Versi Surakarta Tabel 2.3. Pemaknaan Tokoh-tokoh Lakon Wahyu Makutharama Versi Surakarta Lampiran 3 Tokoh-tokoh Kadang Bayu dalam Lakon Wahyu Makutharama..307 Lampiran 4 Data-data Visual Figur Wayang Kulit Gagrak Cirebon dan Surakarta.310 xxv
Bab VI Simpulan & Saran
Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan
Lebih terperinciUnsur Tasawuf dalam Perupaan Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta
ITB J. Vis. Art. Vol. 1 D, No. 2, 2007, 181-195 181 Unsur Tasawuf dalam Perupaan Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta Moh. Isa Pramana *, Yustiono * & Wiyoso Yudoseputro ** *Fakultas Senirupa dan Desain
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6
IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6 Oleh: ZAENUDIN RAMLI 27005018 PROGRAM MAGISTER SENI RUPA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.
Lebih terperinciABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i
ABSTRAK Pramesti, Fitriani Dewi. 2012. WAYANG RUMPUT (WAYANG SUKET) (Studi Visual Wayang Rumput). Jurusan : Pendidikan Seni Rupa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Seni pertunjukan wayang merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kesusastraan Indonesia kuno terdapat epos besar, yaitu kisah Mahabharata, yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Sansekerta dimana menurut Nyoman (2014) dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya
Lebih terperincidiciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki
ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat banyak. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Bandung.
Lebih terperinciREPRESENTASI KEKUATAN PADA HERO PEREMPUAN DALAM DOTA2
REPRESENTASI KEKUATAN PADA HERO PEREMPUAN DALAM DOTA2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh GUGUH SUJATMIKO NIM : 27112011 (Program
Lebih terperinciKAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN
KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN MAJALAH BULANAN PAWARTA (PAGELARAN WAYANG KULIT RUTINAN KOTA SURAKARTA) SEBAGAI MEDIA INFORMASI SEPUTAR WAYANG
TUGAS AKHIR PERANCANGAN MAJALAH BULANAN PAWARTA (PAGELARAN WAYANG KULIT RUTINAN KOTA SURAKARTA) SEBAGAI MEDIA INFORMASI SEPUTAR WAYANG Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Pada
Lebih terperinciMITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan)
MITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan) Oleh : Kasidi Jurusan Seni Pedalangan Fakultas Seni Petunjukan INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014 i Judul MITOS
Lebih terperinciKAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS ERY RADYA JUARTI NIM :
KAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERY RADYA JUARTI NIM : 25005004 Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesusasteraan memiliki ruang lingkup yang begitu luas dalam rangka penciptaannya atas representasi kebudayaan nusantara. Salah satu hasil ekspresi yang muncul
Lebih terperinci2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS
KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciPERANCANGAN VISUAL NOVEL ADAPTASI DONGENG ANDE-ANDE LUMUT UNTUK ANAK USIA 9-12 TAHUN
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN VISUAL NOVEL ADAPTASI DONGENG ANDE-ANDE LUMUT UNTUK ANAK USIA 9-12 TAHUN Diajukan Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Program
Lebih terperinciDEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA
DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia catur termasuk olahraga yang sering dimainkan. Di setiap sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Bahkan bagi beberapa orang, olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.
3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGANJUK SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH SKRIPSI
IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGANJUK SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.
BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka
Lebih terperinci2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PT. INDOTEKNIK.COM
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. INDOTEKNIK.COM Disusun Oleh : FIKRI JAMALULLAIL 41912010084 Dosen Pembimbing : Drs. Budi Waluyo, M.Sn, JURUSAN DESAIN PRODUK FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF UNIVERSITAS MERCU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang
Lebih terperinciKAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta
KAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Tekstil Fakultas
Lebih terperinciMATERI AJAR & KONTRAK PERKULIAHAN A. MATERI AJAR & TUGAS: KRIYA KULIT I,
MATERI AJAR & KONTRAK PERKULIAHAN A. MATERI AJAR & TUGAS: KRIYA KULIT I, Smt III, Prodi Kriya Seni FSRD Pengampu: Drs. Agus Ahmadi, MSn. dan Bp. Saimono Prtemuan Kuliah I Topik Perkuliahan Bacaan / Media
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui artikel dan
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA
KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA ANGGIT ARUWIYANTOKO 10706251007 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciABSTRAK PERANCANGAN SERIAN FILM ANIMASI PENDEK SEBAGAI MEDIA PENGENALAN KISAH WAYANG UNTUK REMAJA. Oleh Titus Himawan
ABSTRAK PERANCANGAN SERIAN FILM ANIMASI PENDEK SEBAGAI MEDIA PENGENALAN KISAH WAYANG UNTUK REMAJA Oleh Titus Himawan 1064140 Kisah wayang adalah kebudayaan Indonesia yang sangat berharga, kebudayaan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciPENGETAHUAN BIDANG KERJA, BUDAYA KERJA, ETOS KERJA, DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUKOHARJO
PENGETAHUAN BIDANG KERJA, BUDAYA KERJA, ETOS KERJA, DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi
Lebih terperinciPENERAPAN BAHASA JAWA PADA PENGASUHAN DALAM KELUARGA
PENERAPAN BAHASA JAWA PADA PENGASUHAN DALAM KELUARGA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Lebih terperinciPERANCANGAN MEDIA ANIMASI 3 DIMENSI UNTUK PANDUAN SENAM PAGI ANAK
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEDIA ANIMASI 3 DIMENSI UNTUK PANDUAN SENAM PAGI ANAK Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi S1 Desain Komunikasi
Lebih terperinciPERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA
PERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA Diajukan sebagai prasyarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Oleh : ANDI CAHYO WIDIATMOKO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
110 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak menggunakan
Lebih terperinciAGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENSOMOTORIK MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA KESEHATAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SEMESTER I SLB/C YPCM BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh:
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM (EVMS) PADA SISTEM AKUNTANSI BIAYA KONTRAKTOR KECIL TESIS
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM (EVMS) PADA SISTEM AKUNTANSI BIAYA KONTRAKTOR KECIL TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut
Lebih terperinciTRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE
TRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 2 dalam Ilmu Susastra Disusun
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA. Muhamad Maladz Adli NIM
LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA Muhamad Maladz Adli NIM 1400082033 PROGRAM STUDI D-3 ANIMASI JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,
Lebih terperinciTESIS PENAMAAN KERETA API DI PULAU JAWA: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN
TESIS PENAMAAN KERETA API DI PULAU JAWA: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN RISDHYTA TIARA ROSA 121324253008 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 PENAMAAN KERETA
Lebih terperinciKAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas
Lebih terperinciFAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN STRATEGI DAN MEDIA KAMPANYE GERAKAN MEMASYARAKATKAN MAKAN IKAN (GEMARIKAN) BAGI REMAJA DI KOTA SURAKARTA MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL TAHUN 2015 Diajukan Guna
Lebih terperinciKAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1
KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciKAJIAN VISUAL POLA KRESNA PADA SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA SURAKARTA
KAJIAN VISUAL POLA KRESNA PADA SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas
Lebih terperinciKAJIAN VISUAL BATIK LUKIS UNTUK PAKAIAN DI SURAKARTA
KAJIAN VISUAL BATIK LUKIS UNTUK PAKAIAN DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Seni Tekstil Fakultas Seni Rupa Dan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI
TESIS PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI ( Kajian Eksperimen Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Kranji Kecamatan Purwokerto
Lebih terperinciPERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA
PERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA Diajukan sebagai prasyarat untuk mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Oleh : ANDI CAHYO WIDIATMOKO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloomfield (dalam Abdul Wahab, 1995, h.40) makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasbatas unsur-unsur penting situasi di
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
ABSTRACT Wayang is one of Javanese culture that is still preserved. Moreover, wayang is one culture that was designated by UNESCO as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. In Central
Lebih terperinciS K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN KOLASE PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS I SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh: Slamet Utomo
Lebih terperinciPENYELESAIAN EKSPLISIT PERSAMAAN TRANSENDEN
PENYELESAIAN EKSPLISIT PERSAMAAN TRANSENDEN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung: 0leh: Betty Subartini NIM : 20105004 Program Studi Matematika
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. 2. Bapak Ir. YD. Krismiyanto, M.T., selaku dosen pembimbing II yang turut membimbing dalam penyelesaian penulisan ini.
i ii iii KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul " Pusat Pengembangan Seni Wayang Kulit di Yogyakarta sesuai dengan yang direncanakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis
Lebih terperinciTEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/
Lebih terperinciMerupakan proses desain untuk membuat mainan berupa action figure untuk media pengenalan dan pemahaman masyarakat terhadap pewayangan
Merupakan proses desain untuk membuat mainan berupa action figure untuk media pengenalan dan pemahaman masyarakat terhadap pewayangan Karakter yang di angkat adalah wayang raksasa khususnya buto dan sebangsanya
Lebih terperinciPerancangan Batik Dengan Sumber Inspirasi Cerita Rakyat dan Flora Fauna Indonesia
Perancangan Batik Dengan Sumber Inspirasi Cerita Rakyat dan Flora Fauna Indonesia Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Seni/Tekstil
Lebih terperinciDESAIN INTERIOR RESTAURANT SEBAGAI PENDUKUNG DI PUSAT KEBUDAYAAN YOGYAKARTA DI JAKARTA
DESAIN INTERIOR RESTAURANT SEBAGAI PENDUKUNG DI PUSAT KEBUDAYAAN YOGYAKARTA DI JAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Program Studi Desain Interior
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN SINTAKSIS YANG ADA DI PERGURUAN TINGGI DI JATENG DAN DIY. Oleh: Ari Prasetyo NIM : S
MODEL PEMBELAJARAN SINTAKSIS YANG ADA DI PERGURUAN TINGGI DI JATENG DAN DIY TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR IPS SISWA SD DI KABUPATEN SLEMAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR IPS SISWA SD DI KABUPATEN SLEMAN RUSMAWAN NIM 10712251002 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER
PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh. Prana Nusa Putra C KRIYA TEKSTIL SURAKARTA
EKSPRESI ESTETIK KAIN NAMPAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Oleh Prana Nusa Putra
Lebih terperinciABSTRAK PERANCANGAN VIDEO GAME ANAK UNTUK MENGENALKAN CERITA PEWAYANGAN PANDAWA LIMA. Oleh Jeremiah Wirawan NRP
ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO GAME ANAK UNTUK MENGENALKAN CERITA PEWAYANGAN PANDAWA LIMA Oleh Jeremiah Wirawan NRP 0964045 Keberadaan wayang, baik itu wayang kulit, wayang orang, maupun wayang golek dan juga
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan
305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis
Lebih terperinciSKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Oleh : MUHAMMAD ALFIAN
SKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR Oleh : MUHAMMAD ALFIAN 201251162 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI SATUAN UNIT APARTEMEN BERBASIS DATA TIGA DIMENSI TESIS SURYADI NIM :
PEMODELAN NILAI SATUAN UNIT APARTEMEN BERBASIS DATA TIGA DIMENSI (Studi Kasus : Unit-unit apartemen di gedung Kusuma Mulia Tower, Kota Solo) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciPENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN RORY HARITAGE CLOTH S COFFEE TABLE BOOK MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN RORY HARITAGE CLOTH S COFFEE TABLE BOOK MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Program
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)
FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara) TESIS Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW
PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk
BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan
Lebih terperinciWayang Kulit Cirebon: Warisan Diplomasi Seni Budaya Nusantara
142 ITB J. Vis. Art & Des, Vol. 4, No. 2, 2013, 142-154 Wayang Kulit Cirebon: Warisan Diplomasi Seni Budaya Nusantara Moh. Isa Pramana Koesoemadinata Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN AKIBAT PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET LUTHFI
KAJIAN KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN AKIBAT PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET (Studi Kasus : Dosen Perguruan Tinggi Di Kota Bandung) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter
Lebih terperinciMAWAR DALAM KARYA SENI GRAFIS DRYPOINT
MAWAR DALAM KARYA SENI GRAFIS DRYPOINT PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR MINAT UTAMA SENI GRAFIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Seni Program Studi Seni Rupa Murni Universitas
Lebih terperinciPENGARUH KARYA PIET MONDRIAN PADA KARYA RANCANGAN BUSANA YVES SAINT LAURENT DAN DONNA KARAN
PENGARUH KARYA PIET MONDRIAN PADA KARYA RANCANGAN BUSANA YVES SAINT LAURENT DAN DONNA KARAN SM40Z5 SKRIPSI Disusun oleh: RINDA DIASTAVIRAN 17003030 Jalur Pilihan Ilmu Estetika dan Ilmu-ilmu Seni PROGRAM
Lebih terperinciPERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA
PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT Along with the development of era, the current shopping concept has turned into a reflection of lifestyle and leisure among communities. Humans also have the motivation of a hedonist is a form
Lebih terperinciPERANCANGAN MOTIF TEKSTIL SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN PAKAIAN WANITA DEWASA DENGAN TEKNIK SILK PAINTING
PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN PAKAIAN WANITA DEWASA DENGAN TEKNIK SILK PAINTING TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki
Lebih terperinciPERANCANGAN VISUAL BRANDING & PROMOSI BANDUNGAN INTERNATIONAL FLOWER FESTIVAL 2015 (BIFFEST 2015) DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN VISUAL BRANDING & PROMOSI BANDUNGAN INTERNATIONAL FLOWER FESTIVAL 2015 (BIFFEST 2015) DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Diajukan guna Memenuhi Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia memiliki banyak kesenian daerah yang menjadi warisan budaya Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penyelidikan geoteknik diperlukan untuk menentukan stratifikasi (pelapisan) tanah dan karakteristik teknis tanah. Ada beberapa cara untuk melakukan pengujian tanah dilapangan, salah satunya adalah
Lebih terperinciKAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI
KAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Sastra dan
Lebih terperinciSISTEM PENAMAAN TOKO DI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS
SISTEM PENAMAAN TOKO DI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Shodiq Hami Mustofa 0801040146 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI NILAI KARAKTER TOKOH WERKUDARA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SKRIPSI. Oleh Mohammad Ikram Nugraha NIM
IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER TOKOH WERKUDARA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SKRIPSI Oleh Mohammad Ikram Nugraha NIM. 100210302071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan
Lebih terperinciWAYANG KULIT BIMA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM KARYA SENI GRAFIS
WAYANG KULIT BIMA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM KARYA SENI GRAFIS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni Oleh:
Lebih terperinciTESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 13 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TESIS Diajukan
Lebih terperinci