BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan
|
|
- Yandi Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan bioteknologi pada abad ke dua puluh satu saat ini sangat pesat. Salah satu bidang pengembangan bioteknologi adalah teknologi enzim. Penggunaan teknologi enzim dapat membantu proses industri menjadi lebih mudah, ekonomis dan sederhana (Paul dkk., 2013). Enzim merupakan zat yang sangat penting dalam kehidupan. Masyarakat telah menggunakan enzim tanpa mengetahui apa sebenarnya enzim dan bagaimana enzim dapat bekerja (Arunachalam dan Saritha, 2009). Sebagai contoh sejak dulu masyarakat sering menggunakan daun pepaya atau buah nanas sebagai bahan pelunak daging. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diketahui bahwa pelunakan daging oleh daun pepaya dan buah nanas dikarenakan aktivitas enzim proteolitik yang terkandung didalamnya. Enzim proteolitik dapat membantu memecahkan protein daging menjadi komponen asam aminonya sehingga membuat tekstur daging menjadi lebih mudah untuk dikunyah. Oleh karena itu, enzim proteolitik merupakan enzim yang memiliki kemampuan untuk menghidrolisis ikatan peptida pada protein sehingga protein terpecah menjadi komponen peptida maupun asam aminonya. Enzim proteolitik pada jaringan tumbuhan dan hewan. Pemurnian enzim proteolitik dari jaringan tumbuhan secara umum lebih mudah daripada yang berasal dari jaringan hewan. Enzim proteolitik telah diekstrak dari berbagai macam tumbuhan antara lain dari nanas, labu, kacang dan gandum. Preparasi enzim proteolitik daru tumbuhan yang tinggi dan sulit untuk dimurnikan. Getah merupakan salah satu material pada tumbuhan yang mudah dipreparasi karena lebih mudah untuk dimurnikan (Balls dan Lineweaver, 1939). Salah satu getah dengan kandungan enzim proteolitik yang melimpah adalah getah dari tanaman pepaya yang memiliki nama ilmiah Carica papaya L. Pepaya atau Carica papaya L. merupakan salah satu jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Buah pepaya tidak hanya dapat dikonsumsi dan memiliki 1
2 2 nilai gizi yang tinggi namun juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai enzim yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Buah pepaya muda merupakan bagian yang paling penting karena mengandung jumlah lateks atau getah yang paling banyak. Getah pepaya mengandung banyak enzim terutama enzim proteolitik (Paul dkk., 2013). Enzim proteolitik yang terdapat di dalam getah pepaya antara lain adalah papain dan kimopapain. Kedua enzim tersebut merupakan enzim proteolitik yang paling banyak ditemukan dalam getah pepaya. Papain dan kimopapain disebut juga sebagai sistein protease karena memiliki sisi aktif pada residu asam amino sistein. Sampai saat ini, umumnya masyarakat Indonesia menanam pepaya hanya untuk dimanfaatkan daun dan buahnya saja. Seiring dengan kemajuan teknologi, pepaya juga dapat dimanfaatkan getahnya karena mengandung enzim papain. Papain dapat digunakan dalam berbagai industri sehingga menjadi komoditas yang sangat potensial. Sejak puluhan tahun yang lalu, India dan Sri Lanka telah menjadi produsen enzim papain untuk kebutuhan dunia. Setiap tahun kebutuhan papain di dunia semakin meningkat, sehingga negara-negara lain bermunculan sebagai produsen papain (Setyaningsih dan Sediawan, 2004). Indonesia sebagai produsen pepaya terbesar ke lima di dunia belum memanfaatkan peluang untuk ikut serta menjadi produsen enzim papain. Saat ini, enzim papain kasar telah diproduksi secara komersial sebagai pelunak daging (meat tenderizer). Enzim papain juga dapat digunakan dalam berbagai proses industri seperti industri kosmetik, farmasi dan pangan. Putri dkk. (2013) menyatakan bahwa enzim papain merupakan enzim proteolitik yang dapat berfungsi sebagai koagulan pada proses pembuatan keju dan menjadi alternatif sebagai pengganti enzim rennet yang harganya relatif lebih mahal. Hamzah dan Hamzah (2010) menyatakan bahwa enzim papain dapat diproduksi sebagai losion pemutih dan pembersih wajah. Papain yang ditambahkan pada facial wash dapat meningkatkan pengangkatan kulit mati pada permukaan kulit. Penggunaan papain pada facial wash juga dapat menghilangkan noda bekas jerawat dan melembutkan kulit wajah. Krishna dkk. (2008) menyatakan bahwa getah pepaya memiliki kemampuan sebagai bahan baku obat-obatan seperti obat cacing, dispesia, obat
3 3 diare, permasalahan pencernaan dan penyakit-penyakit lainnya. Menurut Suryatinah dkk. (2013) enzim papain dengan volume 25 ml dapat membunuh 8 ekor cacing Ascaridia galli selama 100 menit inkubasi. Stepek dkk. (2005) menyatakan bahwa kemampuan ekstrak getah pepaya dalam membunuh cacing diakibatkan karena aktivitas dari enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain. Getah pepaya memiliki beberapa jenis enzim proteolitik terutama enzim papain dan kimopapain. Penelitian ini akan fokus pada isolasi enzim papain. Warisno (2003) menyatakan bahwa enzim papain didalam perdagangan dibagi menjadi dua jenis yaitu papain kasar (crude papain) dan papain murni (crystal papain). Papain kasar adalah getah pepaya yang dikeringkan dan kemudian dihaluskan sehingga berbentuk tepung. Papain kasar masih mengandung material dan enzim lainnya seperti kimopapain dan lisozim. Papain murni adalah papain kasar yang dimurnikan sehingga tidak mengandung material dan enzim lainnya selain enzim papain. Enzim papain memiliki aktivitas yang tinggi dalam pemecahan protein menjadi peptida dan asam aminonya. Aktivitas enzimatis pada enzim proteolitik dapat diketahui dengan mengukur aktivitas proteolitiknya. Semakin tinggi aktivitas proteolitik yang dimiliki oleh enzim papain maka semakin baik kualitas enzim papain tersebut. Menurut Paul dkk. (2013) aktivitas proteolitik enzim dapat ditentukkan dengan melakukan reaksi hidrolisis pada substrat protein. Reaksi tersebut akan menghasilkan zat warna atau fluorosensi sehingga dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer atau fluorometer. Kualitas papain kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah penambahan antioksidan dan metode pengeringan getah pepaya. Iriani (1991) menyatakan bahwa papain sangat mudah bereaksi dengan oksigen dan juga tidak stabil pada suhu yang relatif tinggi yaitu ºC. Penambahan antioksidan seperti natrium bisulfit dan natrium klorida dalam getah pepaya dapat menghambat proses oksidasi dengan udara sehingga aktivitas proteolitik papain kasar yang dihasilkan lebih tinggi. Metode pengeringan getah pada awalnya hanya dilakukan dengan metode pengeringan dibawah sinar matahari. Metode ini
4 4 menghasilkan aktivitas proteolitik yang sangat rendah akibat mudah teroksidasi oleh udara dan terkontaminasi oleh mikroorganisme. Metode pengeringan getah pepaya kemudian dikembangkan agar dihasilkan enzim dengan aktvitas proteolitik yang tinggi. Menurut Warisno (2003) papain kasar dapat diperoleh dengan mengeringkan getah pepaya dibawah sinar matahari selama 1-3 hari atau sampai semua air dari getah menguap. Papain kasar juga didapatkan dengan mengeringkan getah pepaya pada oven dengan suhu antara ºC. Berdasarkan Samson (1986), Purseglove menyatakan untuk mendapatkan papain kasar dari getah pepaya dapat dilakukan dengan mengeringkan getah pepaya pada oven dengan suhu optimum pada 55 ºC. Menurut Paul dkk. (2013) selain pengeringan dengan oven, metode pengeringan getah pepaya juga dapat dilakukan dengan menggunakan freeze dryer dengan suhu optimum yaitu -40 ºC. Iriani (1991) menyatakan bahwa pengeringan getah pepaya dengan suhu rendah akan mengakibatkan enzim papain memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah terserang mikroorganisme sedangkan pengeringan dengan suhu tinggi akan mengakibatkan terjadinya denaturasi enzim papain sehingga aktivitas proteolitiknya rendah. Oleh karena itu, diperlukan perbandingan antara kedua metode pengeringan oven dan freeze dryer untuk mengetahui metode yang paling efektif dalam menghasilkan enzim papain dengan aktivitas proteolitik yang tinggi. Metode penelitian ini juga dilakukan dengan menambahkan NaCl sebagai senyawa antioksidan untuk menghambat proses oksidasi yang mungkin terjadi, sehingga kualitas enzim papain yang dihasilkan dapat lebih baik dan memiliki aktivitas yang lebih tinggi. Menurut Budiman (2003) papain kasar sering digunakan sebagai bahan dasar pengempuk daging, penggunaan lain dari papain adalah sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Penggunaan papain sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan memerlukan pemisahan pengotor dan enzim-enzim lain yang dikhawatirkan dapat berpengaruh tidak baik terhadap konsumen. Oleh karena itu, enzim papain perlu dimurnikan dari senyawa lainnya. Balls dan Lineweaver (1939) telah melakukan pemurnian parsial enzim papain dari getah pepaya segar.
5 5 Berdasarkan penelitiannya, enzim papain dapat ditingkatkan aktivitas proteolitiknya terhadap substrat hemoglobin melalui penambahan aktivator berupa sianida dan senyawa sulfihidril. Kimmel dan Smith (1954) untuk pertama kalinya melakukan pemurnian papain dengan sempurna. Kimmel dan Smith memodifikasi metode Balls dan Lineweaver untuk menghasilkan papain murni dengan aktivitas proteolitik yang tinggi. Berdasarkan penelitiannya, dihasilkan papain murni dengan aktivitas proteolitik yang tinggi terhadap substrat BAA (Benzoil Arginin Amida) yang dicampurkan dengan sistein dan EDTA. Namun karena kelangkaan dan tingginya harga getah pepaya segar, Kimmel dan Smith menggunakan getah pepaya kering komersial sebagai bahan baku untuk mendapatkan papain murni. Kimmel dan Smith menekankan bahwa getah pepaya kering komersial tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan papain kasar yang dibuat dari getah pepaya segar sebagai bahan baku untuk mendapatkan papain murni. Metode ini diharapkan akan menghasilkan papain murni dengan aktivitas proteolitik yang lebih tinggi. Akibat mudahnya metode yang digunakan, metode Kimmel dan Smith masih digunakan oleh para peneliti dalam memurnikan enzim papain. Burke dkk. (1974) menggunakan metode Kimmel dan Smith untuk mendapatkan papain murni yang selanjutnya dipisahkan dengan kromatografi afinitas untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang masih tertinggal. Hamzah dan Hamzah (2010) telah memurnikan enzim papain dengan metode Kimmel Smith dan mengembangkannya sebagai produk losion pemutih kulit serta sabun pembersih muka. Menurut Paul dkk. (2013) pemurnian enzim papain oleh Kimmel dan Smith dari getah pepaya komersial dapat dilakukan dengan cara ekstraksi getah. Awalnya ph dinaikkan sampai 9 untuk menghilangkan senyawa yang tidak larut, kemudian di lakukan pengendapan melalui 3 kali proses rekristalisasi. Protein yang dihasilkan berupa active papain, activable papain dan non-activable papain. Activable papain dapat diaktifkan dengan mereaksikannya pada senyawa yang mengandung gugus tiol. Penggunaan sistein pada pemurnian enzim papain dapat
6 6 membuat activable papain teraktivasi dengan terbentuknya gugus sulfihidril. Oleh karena itu, enzim papain semakin banyak yang teraktivasi dan mengakibatkan enzim papain memiliki aktivitas proteolitik yang tinggi. Berdasarkan penelitian Kimmel dan Smith (1954), pemurnian dilakukan dengan membuat enam fraksi tingkat pemurnian. Semakin tinggi fraksi pemurnian, enzim papain yang didapatkan juga akan semakin tinggi aktivitas proteolitiknya terhadap benzoil-l-arginin-amida. Kimmel dan Smith tidak melakukan perbandingan aktivitas proteolitik fraksi papain murni dengan papain kasar dari getah pepaya komersial. Mempertimbangkan bahwa metode pemurnian membutuhkan proses dan waktu yang lama serta bahan-bahan yang diperlukan untuk pemurnian relatif mahal, maka perlu adanya perbandingan antara aktivitas proteolitik fraksi papain murni dengan papain kasar agar dapat diketahui metode yang paling efisien untuk menghasilkan enzim papain dengan aktivitas yang tinggi. Kimmel dan Smith (1954) menyatakan bahwa hasil samping dari fraksi ke tiga pada pemurnian enzim papain adalah enzim kimopapain. Silaban dkk. (2012) menyatakan bahwa enzim papain kasar terdiri dari papain, kimopapain A, kimopapain B dan papaya peptidase. Daya enzimatis papain kasar sangat tinggi dibandingkan dengan enzim papain murni karena terdiri dari gabungan keempat enzim proteolitik tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibandingkan aktivitas proteolitik papain kasar dari getah pepaya segar dengan fraksi ke tiga hasil pemurnian metode Kimmel dan Smith sebagai representasi enzim papain yang telah dipisahkan dari enzim kimopapain sehingga dapat diketahui pengaruh pemisahan enzim kimopapain terhadap aktivitas enzim papain murni (crystal papain). Enzim papain juga memiliki sifat sebagai antibakteri. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Arum dkk. (2014), getah pepaya kering dapat menyebabkan kebocoran pada membran sel bakteri Staphylococcus aureus. Kebocoran membran sel diakibatkan oleh aktivitas senyawa-senyawa aktif yang merupakan enzim proteolitik. Akibat dari kemampuan memecah protein, enzim proteolitik dalam getah pepaya kering mampu memecah membran sel bakteri.
7 7 Berdasarkan Arum dkk. (2014), Ashok dkk. menyatakan bahwa ekstrak petroleum eter dan metanol dari getah pepaya menunjukkan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Menurut Anibijuwon dan Udeze (2009) enzim papain telah terbukti memiliki sifat sebagai antibakteri. Enzim proteolitik ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli, Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus dan Proteus mirabilis. Jika dikaitkan dengan permasalahan lingkungan yang ada, mikroorganisme merupakan salah satu penyebab pencemaran yang terjadi di dalam air sungai. Bakteri pencemar air sungai lazimnya adalah bakteri yang sering dikeluarkan dari usus manusia yaitu fecal coliform. Hal tersebut diakibatkan karena sungai tercemar oleh tinja manusia. Air sungai yang tercemar oleh fecal coliform dapat menimbulkan berbagai macam penyakit terutama penyakit pencernaan. Anonim (2012) menyatakan bahwa 76% sungai di daerah Sleman tercemar bakteri E.coli. Anonim (2006) menyatakan pengujian laboratorium beberapa instansi terkait menunjukan bahwa kualitas air sungai di perkotaaan Yogyakarta sudah sangat memprihatinkan dan tidak layak untuk di konsumsi. Sungai dengan kualitas air terburuk adalah Sungai Code, karena bakteri coliform tinja terdeteksi paling tinggi dan kadungan oksigen terlarut paling rendah. Berdasarkan Data Kualitas Air Sungai Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil analisis air Sungai Code dengan 8 titik lokasi yaitu Boyong, Ngentak, Gondolayu, Sayidan, Keparakan, Tungkak, Ngoto dan Wonokromo memiliki jumlah fecal coliform antara JPT/100 ml sedangkan total coliform antara JPT/100 ml. Titik lokasi yang memiliki jumlah fecal coliform dan total coliform tertinggi terdapat pada lokasi Gondolayu. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun (2001) Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa kadar maksimum fecal coliform dalam air bersih kelas I adalah 100 JPT/100 ml, kelas II 1000 JPT/100 ml, kelas III dan kelas IV 2000 JPT/100 ml, sedangkan kadar maksimum total coliform dalam air bersih kelas I
8 8 adalah 1000 JPT/100 ml, kelas II 5000 JPT/100 ml kelas III dan kelas IV JPT/100 ml. Oleh karena itu, fecal coliform dan total coliform dalam air Sungai Code telah melewati ambang batas yang telah ditentukan. Melalui aktivitas proteolitik sekaligus aktivitas antibakteri yang dimiliki enzim papain, maka diharapkan enzim papain dapat mengurangi jumlah fecal coliform di dalam air sungai sebelum pemakaian oleh rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu : 1. Apakah metode pengeringan getah pepaya pada oven dan freeze dryer berpengaruh terhadap aktivitas proteolitik papain kasar? 2. Apakah papain kasar dan fraksi ke tiga papain murni metode Kimmel dan Smith memiliki perbedaan aktivitas proteolitik dengan substrat kasein? 3. Apakah enzim papain memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli? 4. Apakah penambahan enzim papain dalam sampel air sungai Code mempengaruhi jumlah fecal coliform dan total coliform? I.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini diusulkan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh metode pengeringan getah pepaya dengan menggunakan oven dan freeze dryer terhadap aktivitas proteolitik papain kasar 2. Mengetahui perbedaan aktivitas proteolitik dari papain kasar dan fraksi ke tiga papain murni metode Kimmel dan Smith 3. Mengetahui aktivitas antibakteri crude papain terhadap E.coli dan pengaruh penambahannya terhadap jumlah fecal coliform dan total coliform pada sampel air Sungai Code
9 9 I.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan informasi metode pengeringan getah pepaya yang efektif untuk mendapatkan enzim papain dengan aktivitas proteolitik yang tinggi 2. Mendapatkan informasi metode yang paling efisien untuk mendapatkan enzim papain dari getah buah pepaya dengan aktivitas proteolitik yang tinggi 3. Mendapatkan informasi aktivitas antibakteri enzim papain terhadap bakteri E. coli 4. Mendapatkan informasi aktivitas antibakteri enzim papain terhadap fecal coliform dan total coliform pada sampel air Sungai Code 5. Memberikan alternatif desinfektan yang ramah lingkungan dengan menggunakan enzim papain sebagai zat untuk mengurangi fecal coliform dan total coliform dalam air.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Katalisator didefinisikan sebagai percepatan reaksi kimia oleh beberapa senyawa dimana senyawanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan uruturutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul nutrien,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi selatan. Merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan dan teksturnya mirip
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah biji buah pepaya (Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan efisien terhadap ikatan peptida dari suatu molekul polipeptida. Protease dapat diisolasi dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut tertangkap saat panen raya/ penangkapan ikan (Murtijo, 1997). Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpan cadangan makanan. Contoh umbi-umbian adalah ketela rambat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umbi-umbian merupakan komoditas pertanian yang tersebar luas di Indonesia. Umbi-umbian merupakan salah satu sumber utama karbohidrat. Umbi adalah akar tanaman yang telah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah...
Lebih terperinciHipotesis. Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dangke
3 - Mengetahui pengaruh getah pepaya, papain, dan ekstrak etanol getah pepaya terhadap membran S. aureus yang ditentukan dari jumlah material sitoplasma yang dilepaskan menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Protein adalah senyawa organik besar, yang mengandung atom karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa diantaranya mengandung sulfur, fosfor, besi atau
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciKARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT
KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT KARYA ILMIAH TERTULIS ( S K R I P S I ) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciUJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI
UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber perolehan protein untuk ternak berasal dari bahan nabati dan hewani. Bahan-bahan sumber protein nabati diperoleh dari tanaman. Bagian tanaman yang banyak mengandung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya merupakan buah yang banyak ditemui tumbuh di daerah tropis. Pepaya dikenal mampu menghasilkan getah yang memiliki aktivitas sebagai enzim proteolitik. Salah satu pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman di Indonesia beranekaragam jenisnya, salah satunya adalah tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Di beberapa daerah, tanaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Akar Nanas Kering dan Hidroponik Akar nanas kering yang digunakan dalam penelitian ini merupakan akar nanas yang tertanam dalam tanah, berwarna coklat dan berupa suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciKARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT
KARAKTERISASI ENZIM PROTEASE DARI GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea) HASIL EKSTRAKSI MENGGUNAKAN AMONIUM SULFAT KARYA ILMIAH TERTULIS ( S K R I P S I ) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciYUWIDA KUSUMAWATI A
PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN KECAP DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK NANAS DAN EKSTRAK PEPAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan ekonomis. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein hewani berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelangsungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh nilai atau kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak, karbohidrat, mineral, serta
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN
Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28 PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN Daniel S Dongoran Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Patin (Pangasius sp) merupakan spesies ikan air tawar dari jenis Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, kecepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papain adalah enzim yang tergolong dalam protease sistein yang ditemukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Papain adalah enzim yang tergolong dalam protease sistein yang ditemukan dalam getah pepaya. Papain dikatakan sebagai enzim proteolitik dengan spektrum luas karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. BAHAN 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah santan segar. Sedangkan sumber papain diambil dari perasan daun pepaya yang mengandung getah pepaya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah telah memberikan kenikmatan tak terhingga kepada manusia salah satunya adalah tumbuhan yang diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Seperti firman Allah Subhanahu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia, dapat dikatakan bahwa di setiap daerah di Indonesia terdapat pertanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada negara berkembang seperti Indonesia, penyakit infeksi masih tergolong ke dalam penyakit yang menyebabkan tingginya angka kesakitan dan angka kematian. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu sekitar sehari semalam. Dalam SII Nomor , brem padat. dalam pembuatan brem padat adalah ketan putih.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Brem Padat merupakan salah satu makanan khas daerah Madiun. Brem padat terbuat dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan, yang merupakan hasil dari fermentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Limbah cair tahu adalah air buangan dari proses produksi tahu. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair tahu adalah air buangan dari proses produksi tahu. Menurut Sugiharto (1994) umumnya kandungan organik yang terdapat pada limbah cair tahu, adalah protein
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang bermanfaat karena tahan lama serta memiliki kandungan lemak, protein,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat
PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko (Puspaningtyas, 2013). Tanaman sawo
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang banyak menghasilkan bahan pangan seperti padi, tebu, singkong, sagu, dan lainnya, sehingga menyebabkan banyak dijumpai limbah
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak plasma nuftah tanaman berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat terdapat di negara ini. Menurut Taslim
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air
Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam
Lebih terperinciPOPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI
POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : INDRA MIFTAHUL HUDA A 420 090 023 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan obat antimikroba yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus, streptococcus, enterococcus
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai macam penyakit disebabkan oleh bakteri ditemukan di Indonesia terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciAKTIVITAS PROTEOLITIK PAPAIN KASAR GETAH BUAH PEPAYA DENGAN BERBAGAI METODE PENGERINGAN
AKTIVITAS PROTEOLITIK PAPAIN KASAR GETAH BUAH PEPAYA DENGAN BERBAGAI METODE PENGERINGAN Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Email: deivyandhika@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini diperoleh dari preparasi bahan, pembuatan keju cottage
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini diperoleh dari preparasi bahan, pembuatan keju cottage dan tahap analisis kualitas keju cottage dan kadar air dari keju cottage yang dihasilkan. Preparasi
Lebih terperinciBAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009
26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu sayuran penting yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber karbohidrat yang tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi
2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan oleh para peternak unggas dalam rangka meningkatkan produktivitas ayam pedaging. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh
Lebih terperinciPembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan
Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang termasuk keluarga kacang-kacangan dari famili Papilionaceae. Kacang turi adalah salah satu jenis kacang-kacangan
Lebih terperinciANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui
Lebih terperinciPengawetan pangan dengan pengeringan
Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA OPTIMASI PEMISAHAN DAN UJI AKTIVITAS PROTEIN ANTIBAKTERI DARI CAIRAN SELOM CACING TANAH Perionyx excavatus. Oleh : Yumaihana MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Lemak dan minyak merupakan makanan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom
Lebih terperinciTHE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES
UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 2, May 2013 PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM K + TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES Fransiska Nay
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinci