BAB II LAMPIRAN I PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS LAMPU LAMPU DAN TANDA TANDA
|
|
- Devi Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1. Definisi BAB II LAMPIRAN I PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS LAMPU LAMPU DAN TANDA TANDA Istilah Tinggi diatas badan kapal berarti tinggi diatas geladak terusan teratas. 2. Penempatan vertikal dan penjarakan lampu lampy (a) Dikapal yang digerakan dengan tenaga dengan panjang 20 meter atau lebih lampu lampu puncak tiang harus ditempatkan sebagai berikut i. Lampu puncak tiang muka, atau jika hanya dipasang satu lampu puncak tiang, maka lampu itu, pada ketinggian diatas badan kapal tidak kurang dari 6 meter dan jika lebar kapal melebihi 6 meter maka pada ketinggian diatas tidak kurang dari lebar demikian,tetapi demikian rupa sehingga lampu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian diatas badan kapal lebih besar dari 12 meter. ii. Dalam hal dua lampu puncak tiang dipasang yang belakang harus sekurang-kurangnya 4,5 meter secara vertikal lebih tinggi dari yang dimuka. iii. Dalam hal dua lampu puncak tiang dipasang yang di belakang harus sekurang kurang nya 4,5 meter secara vertikal lebih tinggi dari yang dimuka. (1) Pemisahan secara vertkal lampu lampu puncak tiang daripada kapal kapal yang digerakan dengan tenaga harus demikian sehingga dalam segala keadaan trim normal lampu belakang dapat diteliti dan terpisah dari lampu muka pada jarak meter dari haluan jika dilihat dari permukaan laut. (2) Lampu puncak tiang kapal yang digerakan dengan tenaga dengan panjang 12 meter tapi kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada ketinggian diatas tajuk sekoci tidak kurang dari 2,5 meter. (3) kapal yang digerakan dengan tenaga dengan panjang kurang dari 12 meter boleh memasang lampu paling atas pada ketinggian kurang dari 2,5 meter diatas tajuk sekoci, tetapi dalam hal dipasang lampu puncak tiang sebagai tambahan pada lampu lampu lambung dan lampu buritan, maka lampu puncak tiang demikian harus dipasang sekurang kurangnya 1 meter lebih tinggi dari lampu lampu lambung. (4) Satu dari dua atau tiga lampu lampu puncak tiang yang diisyaratkan untuk kapal yang digerakan dengan tenaga jika digunakan untuk menggandeng atau mendorong kapal lain harus ditempatkan pada kedudukan sama seperti lampu puncak tiang muka daripada kapal yang digerakan dengan tenaga. (5) Dalam semua keadaan lampu atau lampu lampu puncak tiang harus ditempatkan demikian sehingga berada diatas dan bebas dari semua lampu dan rintangan lainnya.
2 (6) Lampu lampu lambung kapal yang digerakan dengan tenaga harus ditempatkan pada ketinggian diatas badan kapal tidak lebih besar dari tiga (7) Perempat daripada tinggi lampu puncak tiang muka, lampu lampu itu tidak boleh demikian rendahnya sehingga di ganggu oleh lampu lampu geladak. (8) Lampu lampu lambung jika dalam lentera gabungan dan bilamana dipasang dikapal yang digerakan dengan tenaga dengan panjang kurang dari 20 meter harus ditempatkan tidak kurang dari 1 meter dibawah lampu puncak tiang. (9) Dalam hal aturan aturan mensyaratkan dua atau tiga lampu yang harus dipasang bersusun vertikal lampu lampu itu harus diberi jarak sebagai berikut : - Dikapal dengan panjang 20 meter atau lebih lampu lampu demikian harus ditempatkan tidak kurang dari 2 meter terpisah dan yang terendah dari lampu lampu ini, kecuali dalam hal lampu gandeng diperlukan, tidak boleh kurang dari 4 meter diatas badan kapal. - Dikapal dengan panjang kurang dari 20 meter lampu lampu demikian harus ditempatkan terpisah pada jarak tidak kurang dari 1 meter dan yang terendah dari lampu lampu ini kecuali dalam hal lampu gandeng diperlukan, tidak boleh kurang dari 2 meter diatas tajuk sekoci. - Jika dipasang tiga lampu maka lampu lampu itu harus diberi jarak secara sama. (10) Lampu yang lebih bawah dari pada kedua lampu keliling yang diisyaratkan untuk kapal nelayan jika digunakan dalam penangkapan ikan harus ditempatkan pada ketinggian diatas lampu lampu lambung tidak kurang dari dua kali jarak antar kedua lampu vertikal (11) Lampu tabuh muka, jika dipasang dua tidak boleh kurang dari 4,5 meter diatas lampu belakang. Dikapal dengan panjang kapal lebih dari 50 meter lampu labuh muka ini tidak boleh kurang dari 6 meter diatas badan kapal. 3. Penempatan horizontal dan pemberian jarak lampu lampu (a) dalam hal dua lampu puncak tiang diisyaratkan untuk kapal yang digerakan dengan tenaga, jarak horizontal diantaranya tidak boleh kurang dari satu setengah panjang kapal tetap itidak perlu melebihi 100 meter. Lampu muka tidak boleh ditempatkan lebih dari seperempat panjang kapal dari haluan. (b) Dikapal dengan panjang 20 meter atau lebih lampu lampu lambung tidak boleh dipasang dimuka lampu lampu puncak tiang. Lampu lampu itu harus diletakan di atau dekat sisi lambung kapal. 4. Perincian daripada letak lampu petunjuk arah untuk kapal nelayan, kapal kapal keruk dan kapal kapal yang digunakan dalam pekerjaan pekerjaan dibawah permukaan air (a) lampu menunjukan arah daripada alat alat yang dilepaskan dari kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan seperti diisyaratkan dalam Aturan 20 (ii) harus diletakan pada jarak horizontal tidak kurang dari 2 meter dan tidak lebih dari 6 meter jauhnya dari kedua
3 lampu keliling merah dan putih. Lampu ini harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari lampu keliling putih yang diisyaratkan dalam Aturan 26 (i) dan tidak lebih rendah dari lampu lampu lambung. (b) lampu lampu dan tanda tanda dikapal yang digunakan dalam pengerukan atau pekerjaan pekerjaan dibawah permukaan air untuk menunjukan sisi lambung yang terhalang atau sisi lambung yang dapat dilalui dengan aman, seperti diisyaratkan dalam Aturan 27 (d)(i) dan (ii), harus diperlihatkan pada jarak horizontal yang maksimum dapat dilaksanakan tapi sama sekali tidak kurang dari 2 meter, dari lampu lampu atau tanda tanda yang diisyaratkan dalam aturan 27 (b)(i) dan (ii) lampu yang lebih atas daripada lampu lampu atau tanda tanda ini sama sekali tidak boleh berada pada ketinggian lebih besar daripada lampu yang lebih bawah daripada ketiga lampu atau tanda yang diisyaratkan dalam aturan 27 (b) (i) dan (ii). 5. Tedeng tedeng untuk lampu lampu lambung Lampu lampu lambung harus dipasang dengan tedeng tedeng dalam kapal dicat hitam burong, dan memenuhi syarat syarat ayat 9 lampiran ini. Dengan lentera gabungan yang menggunakan tali sabut tunggal vertikal dan pembagian sangat sempit antara bagian bagian hijau dan merah, tedeng tedeng luar tidak perlu dipasang. 6. Tanda tanda (a) tanda tanda harus hitam dan dari ukuran ukuran berikut : i. Bola harus mempunyai garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter ii. Kerucut harus mempunyai garis tengah dasar tidak kurang dari 0,6 meter dan ketinggian sama dengan garis tengahnya iii. Silinder harus mempunyai garis tengah sekurang kurangnya 0,6 meter dan ketinggian dua kali garis tengahnya. iv. Tanda belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut seperti ditetapkan dalam (ii) diatas yang punya dasar bersama. (b) Jarak vertikal antara tanda tanda harus sekurang kurangnya 1,5 meter. (c) Dikapal dengan ukuran kurang dari 20 meter, tanda tanda dengan ukuran ukuran yang lebih kecil tetapi seimbang dengan ukuran kapal, boleh digunakan dan jarak satu sama lain boleh dikurangi sesuai. 7. Perincian warna dari lampu lampu Tingkat warna daripada semua lampu navigasi harus sesuai dengan ukuran berikut, yang terletak dalam batas batas dearah bagan yang diperinci tiap warna oleh komisi Internasional Tentan Penerangan (CIE). Batas batas daerah untuk tiap warna diberikan dengan menunjukan koordinat koordinat sudut sebagai berikut
4 i. Putih x 0,525 0,525 0,452 0,310 0,443 y 0,382 0,440 0,348 0,283 0,382 ii Hijau x 0,028 0,009 0,300 0,203 y 0,385 0,723 0,511 0,382 iii. Merah x 0,680 0,660 0,735 0,721 y 0,320 0, ,259 iv. Kuning x 0,612 0,618 0,575 0,575 y 0,382 0,382 0,425 0, Kekuatan lampu lampu (a) Kekuatan sinar minimum daripada lampu lampu harus dihitung dengan menggunakan rumus = 3,43 x10 6 x T x D 2 x K -D Dalam hal sama : I adalah kekuatan sinar dalam lilin menurut kondisi dinas T adalah faktor ambang 2 x 10-7 lux D adalah jarak daya tampak (jarak sinar ) lampu dalam mil laut K adalah pemindahan daya pemindahan atmosfir. Untuk lampu-lampu yang diisyaratkan nilai K narus 0,8 sesuai dengan daya tampak meteorologis sebesar kira-kira 13 mil laut. b) Suatu pilihan angka-angka yang diambil dari rumus diberikan dalam daftar berikut :
5 9. Sektor-sektor horizontal a) (i) pada arah kemuka lampu-lampu lambung seperti yang dipasang dikapal harus memperlihatkan kekuatan-kekuatan minimum yang diisyaratkan. Kekuatankekuatan harus berkurang untuk mencapai titik hilang yang praktis antara 1⁰ dan 3⁰ diluar sektor-sektor yang diisyaratkan. (ii) untuk lampu buritan dan lampu-lampu puncak tiang, kekuatan-kekuatan minimum yang diisyaratkan harus dipertahankan meliputi busur cakrawala sampai 5⁰ dalam batas sektor-sektor yang diisyaratkan dalam Aturan 21. Dari 5⁰ dalam sektor-sektor yang diisyaratkan kekuatan boleh berkurag dengan 50% sampai batas-batas yang diisyaratkan, kekuatan tersebut akan berkurang secara mantap untuk mencapai titik hilang yang praktis pada titik lebih dari 5⁰ diluar batasbatas yang diisyaratkan. b) Lampu-lampu keliling harus ditempatkan demikian sehingga tidak dihalang-halangi oleh tiang-tiang, tiang tiang puncak atau bangunan bangunan didalam sektorsektor menyudut lebih dari 6⁰, kecuali lampu-lampu labuh yang tidak perlu ditempatkan pada ketinggian yang tidak dapat dilaksanakan badan kapal. 10. Sektor-sektor vertikal a) Sektor vertikal daripada lampu-lampu listrik, dengan pengecualian lampu-lampu kapal-kapal layar harus menjamin bahwa : i. Sekurang-kurangnya kekuatan minimum yang diisyaratkan dipertahankan disemua sudut 5⁰ diatas 5⁰ dibawah sektor horizontan. ii. Sekurang-kurangnya 60% daripada kekuatan minimum yang diisyaratkan dipertahankan dari 7,5⁰ diatas sampai 7,5⁰ dibawah sektor horizontal. b) Dalam hal kapal-kapal layar sektor-sektor vertikal daripada lampu-lampu listrik harus menjamin bahwa ;
6 i. Sekurang-kurangnya kekuatan minimum yang diisyaratkan dipertahankan disemua sudut dari 5⁰ sampai diatas 5⁰ dibawah sektor horizontal. ii. Sekurang-kurangnya 50% daripada kekuatan minimum yang diisyaratkan dari 25⁰ diatas sampai 25⁰ dibawah sektor horizontal. c) Dalam hal lampu-lampu selain dari lampu listrik perincian-perincian ini harus dipenuhi sedekat mungkin. 11. Kekuatan lampu-lampu bukan listrik Lampu-lampu bukan listrik sejauh ini dapat dilaksakan harus memenuhi kekuatankekuatan minimum, seperti diperinci dalam daftar dalam ayat Lampu olah gerak Walaupun ada ketentuan-ketentuan ayat 2(f) lampu olah gerak yang disebut dalam aturan 34(b) harus ditempatkan dalam bidang vertikal muka dan belakang yang sama seperti lampu atau lampu-lampu puncak tiang dan dimana dapat dilaksanakan, pada ketinggian minimum 2 meter vertikal diatas lampu puncak tiang muka, dengan syarat bahwa lampu tersebut harus dipasang tidak kurang dari 2 meter vertikal diatas atau dibawah lampu puncak tiang belakang dikapal dimana hanya dipasang satu lampu puncak tiang, lampu olah gerak jika dipasang harus ditempatkan ditempat paling baik dapat dilihat, tidak kurang dari 2 meter vertikal terpisah dari lampu puncak tiang. 13. Persetujuan Kontruksi lentera dan tanda dan pemasangan lentera-lentera diatas kapal harus dengan persetujuan daripada penguasa yang berwenang dari negara mana kapal didaftarkan.
7 SOAL SOAL 1. Apa yang dimaksud dengan tinggi diatas badan kapal? 2. Jelaskan penempatan lampu-lampu puncak tiang dikapal yang digerakkan dengan tenaga dengan panjang 20 meter atau lebih! 3. Dalam hal aturan aturan mensyaratkan dua atau tiga lampu yang harus dipasang bersusun vertikal lampu lampu itu harus diberi jarak sebagai berikut, sebutkan dan jelaskan! 4. Tuliskan rumus kekuatan sinar minimum dari lampu-lampu! 5. Sebutkan sektor-sektor horizontal dan vertikal pada penempatan lampu-lampu!
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut UMUM ATURAN 1 PEMBERLAKUAN a. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua perairan
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut UMUM ATURAN 1 PEMBERLAKUAN a. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua perairan yang berhubungan dengan laut yg dapat dilayari oleh kapal-kapal
Lebih terperinciKode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian tugas Dinas Jaga adalah suatu kegiatan pengawasan selama 24 (duapuluh empat) jam di atas kapal, yang dilakukan dengan tujuan mendukung operasi pelayaran supaya
Lebih terperinciBAB I PERATURAN PERATURAN INTERNASIONAL UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN DILAUT,1972 BAGIAN A UMUM ATURAN 1
BAB I PERATURAN PERATURAN INTERNASIONAL UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN DILAUT,1972 BAGIAN A UMUM ATURAN 1 1. Aturan aturan ini berlaku untuk semua kapal dilaut lepas dan disemua perairan yang dihubungkan dengannya
Lebih terperinciPENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)
PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA
Lebih terperinciATURAN 3 DEFINISI-DEFINISI UMUM GENERAL DEFINITION. Untuk maksud Aturan-aturan ini, kecuali di dalamnya diisyaratkan lain :
ATURAN 1 a.aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut bebas dan semua perairan yang ada hubungan dengannya yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut. b. Tidak ada satupun dalam aturan-aturan ini
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
Lebih terperinciDESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT
DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT Andi Setiawan 1a) Moh Toni Prasetyo 2) Aris Kiswanto 3) 123) Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Kasipah no 10-12 Semarang-Indonesia a)
Lebih terperinciSoal :Stabilitas Benda Terapung
TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelayaran. Sungai. Danau. Alur. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI
Lebih terperinciBAB V PELAMPUNG. A. URAIAN TANDA TANDA LATERAL 1. Sisi kiri. Gambar. 37
BAB V PELAMPUNG Pada masa sekarang digunakan dua sistem pelampung yaitu : 1. Sistim A, Gabungan sistim Cardinal dan Lateral ( Merah disisi lambung kiri ). Aturan ini cocok dipakai di Eropa, Afrika, Australia,dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lampiran 1 Keppres No 5 Tahun 2006 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi
Lebih terperinciM-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK
M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.
Lebih terperincib. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN
BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN III.1 ALUR PELABUHAN Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke dalam kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang
Lebih terperinciBAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA
1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.283, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pengukuran Kapal. Tata cara. Metode. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGUKURAN KAPAL
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk melaksanakan ketentuan mengenai Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana diatur dalam Pasal 27, Pasal 37, Pasal 134 ayat (7), dan Pasal 139 Peraturan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73,
No.1573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Alur Pelayaran. Bangunan. Instalasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 129 TAHUN 2016 TENTANG ALUR-PELAYARAN DI LAUT DAN
Lebih terperinci1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah
1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t
Lebih terperinciUntuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah
JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Lebih terperinciPenempatan marka jalan
Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan
Lebih terperinci7. Suku ketiga dan suku kelima dari barisan aritmetika adalah 17 dan 31. Suku ke-20 dari barisan tersebut adalah... a. 136 b. 144 c. 156 d.
1. Tini mempunyai pita 5 m dan membeli lagi di toko 1 m. Pita tersebut digunakan untuk hiasan bunga m dan untuk membungkus kado m, sisa pita tini adalah... a. 1 m b. 1 m c. m d. m. Pak Abdul mempunyai
Lebih terperinciMUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP KABUPATEN PURWOREJO Sekretariat: Jl. Jendral Sudirman 8 Purworejo Telepon/Fax (0275)
KODE : 02 B / TUC /206 MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP KABUPATEN PURWOREJO Sekretariat: Jl. Jendral Sudirman 8 Purworejo 544 Telepon/Fax (0275) 2405 UJI COBA KE UJIAN NASIONAL 206 SMP Se KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DENGAN
Lebih terperinciBAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH
BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan
Lebih terperinciPemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara
Standar Nasional Indonesia Pemberian tanda dan pemasangan halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup
Lebih terperinciDEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
Lebih terperinciBAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )
BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM ) PENGERTIAN DASAR BERGANDA Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatas, Bagian bawah - Oleh kulit kapal bagian bawah ( bottom shell planting ) Bagian
Lebih terperinciTENTANG PEDOMAN ZONASI TAMAN NASIONAL
LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56 /Menhut-II/2006 TANGGAL : 29 Agustus 2006 TENTANG PEDOMAN ZONASI TAMAN NASIONAL A. Penyajian Buku Penataan Zona Berisi: KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN
Lebih terperinciGambar Transitional, inner horizontal dan conical surface OLS (instrument non-precision approach FATO)
3.4.1.2. OLS yang wajib disediakan untuk penerbangan secara instrument non-precision approach FATO yaitu : a. Kawasan lepas landas (take-off climb surface); b. Kawasan pendekatan (approach surface); c.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Purse Seine di Takalar Semua usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine di kabupaten Takalar menggunakan sistem satu kapal (one boat sistem). Bahan yang digunakan
Lebih terperinciTabel : Karakteristik lampu obstacle
kawat atau kabel tersebut dapat membahayakan pesawat udara. 9.35.3. Benda-benda yang perlu diberi lampu di luar Permukaan Batas halangan/ols (di luar batas lateral OLS) 9.35.3.1. Kawat, kabel, dan lain-lain
Lebih terperinciLaporan Praktikum Fisika Dasar 2
Judul Percobaan : NAMA : YONATHAN ANDRIANTO SUROSO NIM : 12300041 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Geothermal A. TUJUAN PERCOBAAN Laporan
Lebih terperinciUjian Nasional Tahun 2003 Matematika
Ujian Nasional Tahun 00 Matematika MK-TEK-0-0 Skala suatu peta : 00.000. Jika jarak kota A dan kota B pada peta,5 cm, maka jarak kota A dan kota B sebenarnya 0,5 km,5 km,5 km 5 km.50 km MK-TEK-0-0 Pada
Lebih terperinci1. Topdal Tunda (Topdal Mesin) Jenis-jenis Topdal Tunda 1. NEGUS TAFERAIL LOG 2. WALKER'S CHERUB LOG 20 x x 11
1. Topdal Tunda (Topdal Mesin) Jenis-jenis Topdal Tunda 1. NEGUS TAFERAIL LOG 2. WALKER'S CHERUB LOG 20 x 18852 x 11 Alat-alatnya terdiri dart : a. Apung-apung (badan baling ) yang dilengkapi dengan 4
Lebih terperinciJENIS-JENIS SISTEM PENGENDALIAN TRANSPORTASI
MATA KULIAH DASAR-DASAR JENIS-JENIS SISTEM SISTEM : ADALAH SEPERANGKAT ATURAN ATAU PROSEDUR YANG DIKENAKAN PADA KENDARAAN DAN LALU-LINTAS UNTUK MENJAMIN OPERASI YANG AMAN, EFESIEN SERTA MENGHINDARI TERJADINYA
Lebih terperinciMAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO
MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi
Lebih terperinciB. x = C. x = 2 3, x = 2 7, y = 21 dan P (1, 25) D. x = 2 3, x = 2 7, y = 21 dan P (1, 25) E. x = 2 3, x = 2 7, y = 21 dan P ( 1, 25) UN-SMK-TEK-03-09
UN-SMK-TEK-0-0 Skala suatu peta : 00.000. Jika jarak kota A dan kota B pada peta, cm, maka jarak kota A dan kota B sebenarnya 0, km, km, km km.0 km UN-SMK-TEK-0-0 Pada sensus pertanian di suatu desa, dari
Lebih terperinciA. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A
A. LATIHAN SOAL UNTUK KELAS 9A. Hasil dari 5 ( 6) + 24 : 2 ( 3) =... A. -5 B. -6. 0 D. 6 2. Hasil dari 2 : 75% + 8,75 =... A. 4 B. 5. 6 D. 7 3. Uang Irna sama dengan 2 3 uang Tuti. Jika jumlah uang mereka
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada
Lebih terperinciC. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10
1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan
Lebih terperinciProgram Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi
Program Bycatch: Pengembangan Teknologi Mitigasi By : Gusti Kade Adiatmika Produktivitas sektor perikanan memiliki porsi tersendiri dalam industri bisnis di Indonesia. Berbagai alat tangkap dimodifikasi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan sebuah metode untuk menentukan kebenaran yang
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian merupakan sebuah metode untuk menentukan kebenaran yang juga merupakan sebuah penelitian kritis (Critical Thingking) dan memegang peranan penting dalam membentuk
Lebih terperinciJaring Angkat
a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN
DOKUMEN NEGARA RAHASIA A TAHUN PELAJARAN 06/07 MATEMATIKA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN 07 tpm_un_smp_yk_mtk-i-a_06/07 MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika PELAKSANAAN Hari/Tanggal
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RAMBU LALU LINTAS JALAN DALAM WILAYAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat beberapa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2008 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI PERAIRAN KALIMANTAN TIMUR BAGIAN UTARA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN
P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN I. UMUM Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang
Lebih terperinciCAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM
CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BULUNGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BULUNGAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )
LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah
Lebih terperinciBAB I PERUM PENDAHULUAN
BAB I PERUM PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat-alat navigasi biasa yang umumnya di kapal digunakan untuk menetapkan kedalaman air di suatu tempat di laut. Tujuan kami menyusun keterangan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciPERENCANAAN KAPASITAS GENERATOR
PERENCANAAN KAPASITAS GENERATOR Dalam merencanakan sistem kelistrikan perlu diperhatikan kapasitas dari generator dan peralatan listrik lainnya, besarnya kebutuhan maksimum dan minimum dari peralatannya.
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Kembali SNI 03 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk
Lebih terperinciMENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM
MENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM Rambu lalu lintas adalah salah satu fasilitas keselamatan lalu lintas yang termasuk dalam kelompok alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu
Lebih terperinci9.4. Aerodrome Beacon
divariasi intensitasnya, misal untuk menghindari kilauan. Jika lampu ini akan dibedakan dari lampu kuning, lampu tersebut harus didisain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga: a. koordinat x warna
Lebih terperinciMENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI
e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 10 September 2016 www.msp-lawoffice.com MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI Kajian terhadap Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Lebih terperinciSoal Ujian Nasional Tahun 2005 Bidang Matematika
Soal Ujian Nasional Tahun 2005 Bidang Matematika Oleh : Fendi Alfi Fauzi 7 Desember 2012 1. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB =... C A B A. 4 2 cm B. (4 2) cm C. (4 2 2) cm
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK
BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK - Kapal datang dari laut 1 jam sebelumnya KKM harus diberitahu - Peta penjelas / peta pelabuhan disiapkan - Sarat kapal dan kedalaman perairan diperhatikan - Alat
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 T E N T A N G TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinci9.14. Lampu Runway Turn Pad
a. Berupa lampu inset fixed unidirectional yang memancarkan warna merah dengan menghadap arah runway; dan b. Intensitas lampu minimum harus sesuai dengan penjelasan di Sub Bagian 9.22, Gambar 9.22-7. 9.13.7.
Lebih terperinciMODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS
PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN
Lebih terperinciG U B E R N U R SUMATERA BARAT
No. Urut 10, 2016 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA ACARA PENJELASAN DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 02/DKP/Perahu-Pokmaswas(u-3)/IV/2018
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEKRETARIAT DAERAH Jl. Gajah Mada Nomor 2 Samarinda Kode Pos 75121 Kalimantan Timur Telepon : (0541) 733333, Fax. (0541) 737762 742111 Website : http://kaltim.go.id
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun
BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP TRYOUT UN menit
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG MGMP MATEMATIKA SMPN SATAP P.14 TRYOUT UN 2013 Mata Pelajaran Matematika Hari/Tanggal Waktu 120 menit 1. Hasil dari -15 + (-12 : 3) adalah... a -19 b -11 c -9 d 9 2. Hasil
Lebih terperinciKATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KATALOG ALAT PERAGA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1. Model Bangun Datar Model bangun datar dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pengertian, sifat-sifat bangun datar, kesebangunan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini
Lebih terperinciGambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)
7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona
Lebih terperinci2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP
6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional
Lebih terperinciSoal-soal UN Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2011/2012
Soal-soal UN Matematika SMP/MTs Tahun Pelajaran 2011/2012 1. Hasil dari 17 - ( 3 x (-8) ) adalah... A. 49. 41. 7 D. -41 2. Hasil dari 1 : 2 + 1 A. 2. 2. 2 D. 3 3. Uang adik berbanding uang kakak 3 : 5.
Lebih terperinciLAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT :
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat. 1. Kendala Pengisian Formulir Lembar Identifikasi Bayi Baru Lahir
BAB VI PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kendala Pengisian Formulir Lembar Identifikasi Bayi Baru Lahir terhadap penggunanya a.
Lebih terperinciGambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74
ii. 5 lampu unidirectional yang berjarak sama dengan interval 2,4 m dimana lampu paling luar sejajar dengan baris lampu runway edge lainnya; b. 14 lampu unidirectional untuk runway dengan lebar 45 m, lihat
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Kembali SNI 03 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi
Lebih terperinciSOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2005
1. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB =... 4 D. (8-2 ) cm (4 - ) cm E. (8-4 ) cm (4-2 ) cm Diketahui segitiga sama kaki = AB = AC Misalkan : AB = AC = a BC² = a² + a² = 2 a²
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelabuhan merupakan salah satu jaringan transportasi yang menghubungkan transportasi laut dengan transportasi darat. Luas lautan meliputi kira-kira 70 persen dari luas
Lebih terperincispektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang
spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang spektrum merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu
Lebih terperinci1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala
1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul
Lebih terperinciKeliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB =... A. 4
1. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB =... A. 4 D. (8-2 ) cm B. (4 - ) cm E. (8-4 ) cm C. (4-2 ) cm Jawaban : E Diketahui segitiga sama kaki = AB = AC Misalkan : AB = AC = a
Lebih terperinci