BAB II KAJIAN PUSTAKA. ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari masing-masing
|
|
- Erlin Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep sakit Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengetahuan secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari masing-masing penyandang kebudayaannya. Hal ini berarti dapat dilihat berdasarkan pemahaman secara etik dan emik. Secara konseptual dapat disajikan bagaimana sakit dilihat secara etik yang dikutib dari Djekky (2001: 15) sebagai berikut : Secara ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993:31). Sedangkan secara emik sakit dapat dilihat berdasarkan pemahaman konsep kebudayaan masyarakat penyandang kebudayaannya sebagaimana dikemukakan oleh Foster dan Anderson (1986) menemukan konsep penyakit (disease) pada masyarakat tradisional, bahwa konsep penyakit masyarakat non barat, dibagi atas dua kategori umum yaitu: 1. Personalistik, munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supranatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
2 2. Naturalistik, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah yang sistematik dan bukan pribadi. Naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya, apabila keseimbangan terganggu, maka hasilnya adalah penyakit (1986;63-70) Sebagai contoh konsep sakit dijelaskan dalam jurnal antropologi papua oleh A.E. Dumatubun (2002) yaitu pada masyarakat suku di Papua antara lain : 1. Orang Moi di sebelah utara kota Jayapura mengkonsepsikan sakit sebagai gangguan keseimbangan fisik apabila masuknya kekuatan alam melebihi kekuatan manusia. Gangguan itu disebabkan oleh roh manusia yang merusak tubuh manusia (Wambrauw, 1994). Hal ini berarti, bahwa bagi orang Moi yang sehat, ia harus selalu menghindari gangguan dari roh manusia tersebut dengan menghindari diri dari tempat-tempat dimana roh itu selalu berada (tempat keramat, kuburan, hutan larangan, dan sebagainya). Karena kekuatan-kekuatan alam itu berada pada lingkungan-lingkungan yang menurut adat mereka adalah tempat pantangan untuk dilewati sembarangan. Biasanya untuk mencari pengobatan, mereka langsung pergi ke dukun, atau mengobati sendiri dengan pengobatan tradisional atau melalui orang lain yang dapat mendiagnosa penyakitnya (dukun akan mengobati kalau hal itu terganggu langsung oleh roh manusia).
3 2. Orang Biak Numfor mengkonsepsikan penyakit sebagai suatu hal yang menyebabkan terdapat ketidak seimbangan dalam diri tubuh seseorang. Hal ini berarti adanya sesuatu kekuatan yang diberikan oleh seseorang melalui kekuatan gaib karena kedengkiannya terhadap orang tersebut (Wambrauw, 1994). 3. Orang Marind-anim yang berada di selatan Papua juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit, dimana apabila seseorang itu sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black magic). Mereka juga mempunyai pandangan bahwa penyakit itu akan datang apabila sudah tidak ada lagi keimbangan antara lingkungan hidup dan manusia. Lingkungan sudah tidak dapat mendukung kehidupan manusia, karena mulai banyak. Bila keseimbangan ini sudah terganggu maka akan ada banyak orang sakit, dan biasanya menurut adat mereka, akan datang seorang kuat (Tikanem) yang melakukan pembunuhan terhadap warga dari masing-masing kampong secara berurutan sebanyak lima orang, agar lingkungan dapat kembali normal dan bisa mendukung kehidupan warganya (Dumatubun, 2001). 4. Orang Amungme, dimana bila terjadi ketidak seimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbul berbagai penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalah yang lebih berkaitan dengan tanah karena tanah adalah mama yang memelihara, mendidik, merawat, dan memberikan makan kepada mereka (Dumatubun, 1987). Untuk itu bila orang Amungme mau sehat, janganlah merusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara baik. 5. Orang Moi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahwa sakit itu disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan supernatural, seperti dewa-dewa, kekuatan bukan
4 manusia seperti roh halus dan kekuatan manusia dengan menggunakan black magic. Pada masyarakat ini, ibu hamil dan suaminya itu harus berpantang terhadap beberapa makanan, dan kegiatan, atau tidak boleh melewati tempattempat yang keramat karena bisa terkena roh jahat dan akan sakit (Dumatubun,1999). Ini berarti untuk sehat, maka orang Moi tidak boleh makan makanan tertentu pada saat ibu hamil dan suaminya tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti membunuh binatang besar, dan sebagainya. 6. Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itu disebabkan oleh gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat dan buatan manusia. Orang Hatam percaya bahwa bila ibu hamil sulit melahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang dengan obat racun (rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut priet (Dumatubun, 1999). 7. Orang Walsa (Keerom), percaya bahwa sakit disebabkan oleh gangguan roh jahat, buatan orang, atau terkena gangguan dewa-dewa. Bila seorang ibu hamil meninggal tanpa sakit terlebih dahulu, berarti sakitnya dibuat orang dengan jampi-jampi (sinas), ada pula disebabkan oleh roh-roh jahat (beuvwa). Di samping itu sakit juga disebabkan oleh melanggar pantangan-pantangan secara adat baik berupa makanan yang dilarang, dan perkawinan (Dumatubun,1999). Sebagaimana dikemukakan bahwa secara etik dan emik, dapat dijelaskan bahwa konsep sehat dan sakit dapat berdasarkan pandangan para medis dan masyarakat dengan berlandaskan pada kebudayaan mereka masing-masing. Untuk itu dapat dikemukakan pola pengobatan secara tradisional orang Papua berdasarkan
5 pemahaman kebudayaan mereka yang dikemukakan oleh Djekky R. Djoht (2001: dalam Sudarma 2008 :138), yaitu: 1. Pola Pengobatan Jimat. Pola pengobatan jimat dikenal oleh masyarakat di daerah kepala burung terutama masyarakat Meibrat dan Aifat. Prinsip pengobatan jimat, menurut Elmberg, adalah orang menggunakan benda-benda kuat atau jimat untuk memberi perlindungan terhadap penyakit. Jimat adalah segala sesuatu yang telah diberi kekuatan gaib, sering berupa tumbuh-tumbuhan yang berbau kuat dan berwarna tua. 2. Pola Pengobatan Kesurupan. Pola kesurupan dikenal oleh suku bangsa di daerah sayap burung, yaitu daerah teluk Arguni. Prinsip pengobatan kesurupan menurut van Longhem adalah seorang pengobat sering kemasukan roh/mahluk halus pada waktu berusaha mengobati orang sakit. Dominasi kekuatan gaib dalam pengobatan ini sangat kentara seperti pada pengobatan jimat. 3. Pola Pengobatan Penghisapan Darah. Pola penghisapan darah dikenal oleh suku bangsa yang tinggal disepanjang sungai Tor di daerah Sarmi, Marind-anim, Kimaam, Asmat. Prinsip dari pola pengobatan ini menurut Oosterwal, adalah bahwa penyakit itu terjadi karena darah kotor, maka dengan menghisap darah kotor itu, penyakit dapat disembuhkan. Cara pengobatan penghisapan darah ini dengan membuat insisi dengan pisau, pecahan beling, taring babi pada bagian tubuh yang sakit. Cara lain dengan meletakkan daun oroh dan kapur pada bagian tubuh yang sakit. Dengan lidah dan bibir daun tersebut digosok-gosok sampai timbul cairan merah yang dianggap perdarahan. Pengobatan dengan cara ini
6 khusus pada wanita saja. Prinsip ini sama persis pada masyarakat Jawa seperti kerok. 4. Pola Pengobatan Injak. Pola injak dikenal oleh suku bangsa yang tinggal disepanjang sungai Tor di daerah Sarmi. Prinsip dari pengobatan ini menurut Oosterwal adalah bahwa penyakit itu terjadi karena tubuh kemasukan roh, maka dengan menginjak-injak tubuh si sakit dimulai pada kedua tungkai, dilanjutkan ketubuh sampai akhirnya ke kepala, maka injakan tersebut akan mengeluarkan roh jahat dari dalam tubuh. 5. Pola Pengobatan Pengurutan. Pola pengurutan dikenal oleh suku bangsa yang tinggal di daerah selatan Merauke yaitu suku bangsa Asmat, dan selatan kabupaten Jayapura yaitu suku bangsa Towe. Prinsip dari pola pengobatan ini menurut van Amelsvoort adalah bahwa penyakit itu terjadi karena tubuh kemasukan roh, maka dengan mengurut seluruh tubuh si sakit, maka akan keluar roh jahat dari dalam tubuhnya. Orang Asmat menggunakan lendir dari hidung sebagai minyak untuk pengurutan. Sedangkan pada suku bangsa Towe penyebab penyakit adalah faktor empirik dan magis. Dengan menggunakan daun-daun yang sudah dipilih, umumnya baunya menyengat, dipanaskan kemudian diurutkan pada tubuh si sakit. 6. Pola Pengobatan Ukup. Pola ukup dikenal oleh suku bangsa yang tinggal di selatan kabupaten Jayapura berbatasan dengan kabupaten Jayawijaya yaitu suku bangsa Towe, Ubrup. Prinsip dari pengobatan ini adalah bahwa penyakit terjadi karena tubuh kemasukan roh, hilang keseimbangan tubuh dan jiwa, maka dengan
7 mandi uap dari hasil ramuan daun-daun yang dipanaskan dapat mengeluarkan roh jahat dan penyebab empirik penyakit. 2.2.Pengobatan Suku Sakai Dalam Utami (2012) menjelaskan bahwa sebagian hidup mereka sudah beranjak ke kehidupan modern, Suku Sakai masih mengandalkan dukun untuk pengobatan. Ini merupakan tradisi yang diwariskan turun-temurun oleh leluhur mereka. Dukun bagi suku Sakai bertindak sebagai seorang dokter yang mendiagnosa penyakit pasien dengan bantuan arwah dan kemudian mentransfer pengetahuannya ke pasien. Menurut Nathan ( Utami, 2012) menjelaskan tradisi pengobatan Sakai, dukun atau disebut semanggeh mengalihkan kesadarannya ke dimensi arwah dan memanggil arwah yang dilihat mata batinnya. Dukun kemudian berkelana dengan ruh tersebut untuk mencari obat atau ubet. Setelah menemukan jawaban, dukun akan menafsirkannya ke dalam pertunjukan fisik bagi sang pasien berupa tari-tarian, musik serta pantun. Bagi Nathan, aksi fisik tersebut merupakan cermin atas apa yang dilakukan oleh jiwa pasien di dimensi arwah. Selama melakukan proses penyembuhan, pihak keluarga si sakit juga mesti melakukan beberapa ritual, di antaranya membuat miniatur rumah dilengkapi dengan obyek bunga, lebah dan burung tiruan serta menyalakan obor. Miniatur tersebut tidak mesti rumah, bisa berupa benda atau obyek lain tergantung dari permintaan sang antu atau arwah yang nantinya akan menetap di miniatur tersebut. Umumnya setelah pengobatan selesai, dan antu dari tubuh pasien berpindah ke rumah miniatur, maka miniatur tersebut akan dibuang sang dukun. Lalu sang dukun mengenakan
8 atribut upacara seperti ikat kepala berwarna merah, selempang berwarna merah dan bertelanjang dada. Kemudian dukun tersebut akan membacakan mantra dan berdiri mengambil campuran beras putih dan kuning untuk disebar ke seluruh sudut ruangan selama tiga kali. Ritual itu dilakukan hingga dukun menemukan jawaban atas sakit sang pasien Pengobatan Tradisional Primbon Jawa Bani Sudardi (2002) menjelaskan sistem sistem medis tradisional dalam kenyataannya masih hidup, meskipun praktik-praktik biomedik kedokteran makin berkembang pesat di negara kita dengan munculnya pusat-pusat layanan kesehatan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Dalam tradisi jawa, sistem pengobatan tradisionalnya mempunyai beberapa karakter yang khas. Dalam menentukan penyakit, primbon menggunakan perhitungan yang berdasarkan perhitungan waktu dan perhitungannya yang menggunakan dasar perhitungan hari dan pasaran dan berdasarkan hari mulainya sakit, maka dapat ditentukan anggota badan yang memulai sakit atau sebab sakitnya. Misalnya, kalau sakit dimulai hari minggu asal penyakitnya dari tungkai. Penyebabnya karena berjalan, tersandung, kelelahan, dan sebagainya. Secara teknis, pengobatan dalam tradisi jawa yang terdapat dalam primbon mengenal beberapa teknis pengobatan, teknis pengobatan itu disebut berdasarkan tempat yang diberi ramuan dan cara memberikannya. Teknis pengobatan tersebut, antara lain adalah jamu dan cekok (diminum), bobok, parem, boreh, pilis, pupuk, sembur, tapel (obat luar), isyarat, tebusan,telulak, mantra, suwuk kidung, dan rajah (ritual). Aspek ritual magis mewarnai teknis pengobatan tradisional
9 tersebut. Sebagai ilustrasi ialah pengobatan dengan boreh (obat gosok luar) ditentukan berdasarkan dimulainya penyakit. Misalnya bagian yang sakit adala kepala, maka borehnya adalah janur kelapa, jika bagian kaki yang sakit, maka menggunakan daun sikilan dan lain-lain Pengobatan Tradisional Terhadap Kehamilan dan Persalinan Penjelasan tentang pengobatan tradisional terhadap ibu hamil dijelaskan dalam jurnal antropologi papua A.E. Dumatubun (2003) menerangkan bahwa orang papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan pada kasus tentang kehamilan, persalinan, dan nifas berdasarkan persepsi kebudayaan mereka. Akibat adanya pandangan tersebut di atas, maka orang Papua mempunyai beberapa bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan cara apa dilakukan pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, perdarahan pembengkakan kaki selama hamil Pengetahuan terhadap kehamilan dan persalinan di Papua terbagi atas : 1. Orang Hatam, Sough, dan Lereh Menginterpretasikan tentang Ibu hamil, melahirkan, nifas, didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan kebudayaan mereka secara turun temurun. Hal ini jelas didasarkan atas perilaku leluhur dan orang tua mereka sejak dahulu kala sampai sekarang. Bagi orang Hatam dan Sough, kehamilan adalah suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu harus taat pada pantangan-pantangan secara adat, dan bila dilanggar akan menderita sakit. Bila ada gangguan pada kehamilan seorang ibu, biasanya dukun perempuan (Ndaken) akan melakukan penyembuhan dengan membacakan
10 mantera di air putih yang akan diminum oleh ibu tersebut. Tindakan lain yang biasanya dilakukan oleh Ndaken tersebut juga berupa, mengurut perut ibu hamil yang sakit. Sedangkan bila ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, berarti ibu tersebut telah melewati tempat-tempat keramat secara sengaja atau pula telah melanggar pantangan-pantangan yang diberlakukan selama ibu tersebut hamil. Biasanya akan diberikan pengobatan dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum ibu tersebut. Juga dapat diberikan pengobatan dengan menggunakan ramuan daun abrisa yang dipanaskan di api, lalu ditempelkan pada kaki yang bengkak sambil diuruturut. Ada juga yang menggunakan serutan kulit kayu bai yang direbus lalu airnya diminum. 2. Orang Walsa dan Moi Kalabra mempunyai kepercayaan tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang didasarkan pada pemahaman kebudayaan mereka secara turun temurun. Bagi orang Walsa, ibu hamil mengalami sakit bisa terjadi karena adanya gangguan dari luar seperti terkena roh jahat atau buatan orang lain yang tidak senang dengan keluarga tersebut. Untuk mengatasi gangguan tersebut biasanya dukun (Putua/ Mundklok) akan membantu dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan memberikan ramuan daun-daun yang direbus lalu diminum ibu hamil tersebut. Bagi orang Walsa persalinan adalah suatu masa krisis, untuk itu tidak boleh melanggar pantangan adat. Dahulu melahirkan di pondok kecil (demutpul) yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena darah dari ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami banyak kegagalan dalam usaha serta berburu. Dalam proses persalinan biasanya dibantu oleh dukun
11 Putua/Mundklok, tetapi disamping itu ada bantuan juga dari dewa Fipao supaya berjalan dengan baik. Proses persalinan dalam kondisi jongkok, biar bayi dengan mudah dapat keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari keluar. Penjelasan tentang pengobatan tradisional terhadap dukun dapat dijelaskan dalam Astriana (2012) mengenai proses persalinan ibu hamil di desa galang kecamatan sungai piyuh kabupaten pontianak. Alasan para informan masih menggunakan pengobatan secara tradisional adalah karena faktor masih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat dalam berobat ke dukun, penggunaan pelayanan tradisional lebih dapat di anggap sebagai cerminan kepercayaan masyarakat terhadap perawatan yang dianggap sesuai oleh masyarakat daripada kemauan mereka membayar setiap jenis pelayanan yang disediakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptoherjanto (1994 : dalam Astriana 2012) bahwa masyarakat mungkin menggunakan atau membeli pelayanan kesehatan non pemerintah (misalnya pelayanan tradisional) sebagian karena disebabkan mereka tidak mendapatkan alternatif untuk memperoleh pelayanan yang murah dari fasilitas lain yang disediakan pemerintah, masyarakat berpendapatan rendah cenderung menunda penggunaan pelayanan kesehatan sampai penyakitnya parah benar, sebagian dengan asumsi bahwa mereka berusaha menghindarkan pembayaran yang tidak terjangkau. Penjelasan dalam pengobatan tradisional setelah persalinan dapat dijelaskan dalam Rahayu dkk (2006) di desa Wawolaa diketahui ibu yang baru melahirkan dianjurkan untuk meminum air rendaman abu panas hasil pembakaran di dapur. Menurut mereka air abu ini lebih berkhasiat daripada air rebusan ramuan/racikan jamu. Selama mengkonsumsi air abu ini, ibu tersebut harus berpantang untuk minum
12 dan makan hidangan yang panas. Untuk mempercepat pemulihan kesehatan ibu yang baru melahirkan, di desa Lampeapi mengurung ibu tersebut dalam tikar yang dilingkarkan. Dalam kurungan tersebut diletakkan pula abu panas yang dapat juga ditambahkan akar loiya le (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) dan buah lasi daru (Amomum compactum Soland. ex Maton). Penggunaan daun kapupu (Crinum asiaticum L.) dalam perawatan paska persalinan bertujuan untuk merapatkan atau mengecilkan kembali vagina. Cara penggunaannya yaitu daun yang telah dicuci bersih, dipanaskan di bara api (dilayukan), kemudian ditapelkan ke bagian vagina Teori Tindakan Sosial Terhadap Pengobatan Tradisional Weber (Ritzer : 1992) menjelaskan tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan sosial itu dianggap baik, maka manusia akan melakukan tindakan yang sama. Jika tindakan sosial itu baik dan bermanfaat bagi orang lain, makin lama tindakan sosial tersebut dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus dilakukan oleh seluruh anggota kelompok sosial. Weber melihat bahwa suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial jika tindakan tersebut dilakukan dengan mengikutsertakan atau melibatkan makna subjektif dalam tindakan tersebut, dengan memperhitungkan perilaku-perilaku orang lain dan mengorientasikan perilaku-perilaku tersebut ke dalam tindakan-tindakan sosialnya sendiri. Max Weber dalam Ritzer (1992 : 45) menerangkan ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yang berkaitan dengan tindakan sosial sebagai berikut:
13 1. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif yang meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang itu. Max Weber dalam Dwi Narwoko (2004 : 19) menggolongkan tindakan sosial ini menjadi sebagai berikut : 1. Tindakan rasional instrumental Tindakan rasional instrumental yaitu tindakan yang dilakukan seseorang yang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan yang dasar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang di pergunakan untuk mencapainya. Tindakan diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-sifatnya sendiri apabila tujuan itu, alat dan akibat-akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Tindakan rasional yang berorientasi nilai Contohnya, masyarakat desa memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kehamilan, misalnya dalam adat Jawa pengetahuan terhadap ibu hamil yang diharuskan membawa jimat yang berupa benda-benda tajam seperti gunting kecil, pisau, benda tajam lainnya di kantung baju si ibu agar janin terhindar
14 dari marabahaya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam proses kehamilan, yaitu sebagai perlindungan dari gangguan makhluk halus dan hal-hal yang bersifat gaib lainnya. 2. Tindakan rasional yang berorientasi nilai Tindakan rasional yang berorientasi nilai adalah alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute. Artinya nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan bersiafat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternative, Contohnya seorang ibu yang hendak melahirkan melakukan tindakan dengan cara membawa dirinya ke pengobatan tradisional untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat seperti dukun bayi. Tindakan yang dilakukannya sudah dipertimbangkan dengan baik, karena dirinya memiliki tujuan untuk mendapat pertolongan dengan cepat. Ini berarti masyarakat lebih percaya pertolongan yang dilakukan dukun berdasarkan bukti yaitu pertolongan persalinan yang dilakukan dari satu generasi ke generasi yang dilakukan oleh dukun bayi, sehingga melekatnya pengalaman terhadap pertolongan persalinan. Setyowati (2010) menjelaskan pengobatan tradisional merupakan upaya penyembuhan terhadap penyakit yang dilakukan berdasarkan kepercayaan turuntemurun, baik dengan menggunakan bahan alami yang tersedia dan diyakini mempunyai khasiat dapat menyembuhkan maupun melalui perantara seseorang (dukun) yang diakui mempunyai kekuatan tertentu di dalam dirinya untuk menghilangkan penyakit walaupun pengobatan modern telah dikenal yaitu adanya
15 puskesmas, namun hingga sekarang pengobatan tradisional masih tetap dipertahankan. Hal inilah yang menjelaskan bahwa pemanfaatan pengobatan tradisional masih sering dilakukan di wilayah pedesaaan. 3. Tindakan tradisional Dalam tindakan ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Contoh, pengobatan yang menggunakan jasa dukun yang dijelaskan dalam Prasetyo (2013) masyarakat menggunakan jasa dukun karena anak sang pasien yang berumur 2 tahun selalu menangis setiap malam, menurutnya karena masalah gangguan dari makhluk halus. Menurut subjek, ritual yang dijalani Mbah Manan (dukun) ketika menyembuhkan anak pasien tersebut yaitu memberi satu gelas air yang sudah diberi amalan untuk dioleskan ke seluruh tubuhnya. Ritual seperti ini selalu dilakukan apabila sang anak mengalami kejadian itu lagi. Untuk sejauh ini subjek mengaku bahwa pertolongan yang diberikan Mbah Manan mandi (cukup berhasil). Hal tersebut merupakan alasan sampai sekarang subjek masih menggunakan jasa dukun untuk mengatasi masalah yang dialaminya. Masalah seperti ini menurut subjek benar, karena sebagian usahanya untuk rasionalitas pengguna jasa dukun. Dalam Prasetyo (2013) menjelaskan bahwa pengguna jasa dukun di Desa Sonorejo Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri yaitu keberhasilan suatu dukun dalam mengobati penggunanya merupakan salah satu contoh lain yang
16 mengakibatkan masyarakat desa tersebut menggunakan jasa dukun dalam mewujudkan suatu keinginannya. Rasionalitas pengguna jasa dukun di desa sonorejo kabupaten kediri. Berobat kepada dokter dan hasilnya tidak bisa menyembuhkan penyakit orang merupakan salah satu sebab dukun menjadi alternatif bagi para pengguna jasanya. Perbedaan dana yang harus dikeluarkan oleh para pengguna jasa dukun adalah suatu tindakan sosial yang ditujukan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan menggunakan dana serta daya seminimal mungkin Tradisi adalah objek kultural, sistem makna atau ide yang diteruskan dari masa lalu ke generasi berikutnya. Tradisi sebgai makna, dipertahankan oleh setiap orang anggota masyarakat dan dikomunikasikan dari satu generasi kepada yang lain dalam rantai makna yang meliputi kenangan kolektif, refresentasi kolektif, dan kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan sesuatu. Isi dari tradisi dapat berubah setiap saat tanpa disadari, namun dialami oleh setiap anggota masyarakat secara individu melalui proses sosialisasi, sebagai sesuatu yang tetap bertahan, tidak pernah berubah dalam periode waktu tertentu. Kebiasaan semacam itu dibangun sebagai lembaga social yang mempengaruhi perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan untuk bertinjak yang diikuti (seakan) tanpa dipikirkan terlebih dahulu secara rasional. Pelembagaan kebiasaan yang didasarkan pada tradisi tersebut menjadi rujukan bagi cara bertindak anggota masyarakat secara umum (Jhon Scoot, 2011)
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.
Lebih terperinciKEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN
KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN A.E. Dumatubun (Staf dosen Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih) Abstract In this article the author tries to look on social
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memberikan sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur memberikan kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan tidak dapat di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat hidup seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi salah satu goal dalam program Millennium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat, baik secara modern maupun tradisional. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Lebih terperinciBAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN
BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang
Lebih terperinciKONSEPSI SAKIT DAN PENGOBATAN TRADISIONAL PADA IBU DAN ANAK DALAM KEBUDAYAAN JAWA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK KONSEPSI SAKIT DAN PENGOBATAN TRADISIONAL PADA IBU DAN ANAK DALAM KEBUDAYAAN JAWA (Studi Kasus di Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Kab.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan masa yang kritis baik bagi ibu maupun bayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang
Lebih terperinciBab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan
Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat, baik secara modern maupun tradisional. Pengobatan dan penyembuhan suatu jenis penyakit yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya pada
Lebih terperinciPRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL BIBI PADA MASYARAKAT DESA PAGERGUNUNG KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI
PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL BIBI PADA MASYARAKAT DESA PAGERGUNUNG KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Sosiologi Dan Antropologi Oleh : Lifawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pangan, tempat tinggal dan
Lebih terperinciAGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES
AGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES Pasien dan keluarga berada Rumah sakit, komunitas menggunakan Kombinasi terapi biomedis dengan agama dan kepercayaan
Lebih terperinciKEPERCAYAAN WANITA JAWA TENTANG PERILAKU ATAU KEBIASAAN YANG DIANJURKAN DAN DILARANG SELAMA MASA KEHAMILAN
KEPERCAYAAN WANITA JAWA TENTANG PERILAKU ATAU KEBIASAAN YANG DIANJURKAN DAN DILARANG SELAMA MASA KEHAMILAN * *) Bagian Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk dilakukannya pengobatan dan penyembuhan.
Lebih terperinciASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS
ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang pada mulanya berbasis pada sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfikir. Perilaku konsumen memiliki berbagai macam pengertian. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku konsumen merupakan suatu hal yang umum kita dapati di kehidupan kita sehari-hari. Perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai pelengkap kegiatan ekonomi. Untuk
Lebih terperinciPERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES
PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Adat kebiasaan merupakan praktek hidup budaya Tiap suku atau daerah memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman 1. Definisi Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman dan pendidikan, karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup, tumbuh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Wilkins, et al 2009), kelahiran bayi seharusnya membawa suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan berpengaruh negatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu pendukung kebudayaan, dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungannya. Pengetahuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.
Lebih terperinciMengapa disebut sebagai flu babi?
Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya
6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. penulis mengambil kesimpulan tentang Peraktek Pengobatan Magis Murningsih di
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan tentang Peraktek Pengobatan Magis Murningsih di Desa Kunyit Kecamatan Bajuin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pemilihan Penolong Persalinan Salah satu faktor yang paling mempengaruhi apa yang akan terjadi selama proses melahirkan adalah memilih penolong dalam membantu proses melahirkan
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. etiologi tradisional ini melahirkan aspek-aspek kuratif dibandingkan preventif
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Perilaku Budaya dalam Perawatan Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku Talang Mamak menunjukkan adanya dikotomi pada etiologi hamil medis dan tradisional. Pada etiologi
Lebih terperinciKonsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya. 3/23/2011 Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA
Konsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya Konsep Penyakit Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda. Gejala gejala yg dirasakan sebagai bukti adanya penyakit yg mungkin diabaikan pada
Lebih terperinci#11 Amalan Mudah Ketika Berpantang Selepas Bersalin
#11 Amalan Mudah Ketika Berpantang Selepas Bersalin Aspek penjagaan diri bagi ibu-ibu bersalin semakin dipandang remeh dan diambil ringan oleh ramai wanita hari ni terutama amalan berurut, bertuam, bertungku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6-8
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agoes, Azwar dan M.S Jacob Antropologi Kesehatan Indonesia. Penerbit
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Azwar dan M.S Jacob. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta Aziddin, Yustan dan R. Syarifuddin. 1990. Pengobatan Tradisional Daerah Kalimantan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tindakan Sosial Max Weber Dalam hal ini kaitanya antara teori tindakan sosial dengan persepsi masyarakat tentang calon bupati mantan koruptor adalah termasuk relevan. Yang mana
Lebih terperinciBAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan
BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk
Lebih terperinciFORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA
FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA A. DATA DASAR KELUARGA 1. Nama Kepala Keluarga :... 2. Umur :... 3. Agama :... 4. Pendidikan :... 5. Pekerjaaan :... 6. Suku :...
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. untuk menyebut dukun bayi, ma blien merupakan penduduk asli yang sudah sejak
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Ma blien merupakan sebutan yang digunakan masyarakat Aceh Utara untuk menyebut dukun bayi, ma blien merupakan penduduk asli yang sudah sejak lama tinggal di daerah Aceh dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang menggunakan obatobatan yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H: 1992). Obat ini merupakan
Lebih terperinciAneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi
Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian,
Lebih terperinciberjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah
NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai estetika (keindahan). Karya sastra merupakan seni yang dihasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan karya imanjinatif yang bermediumkan bahasa dan mengandung nilai estetika (keindahan). Karya sastra merupakan seni yang dihasilkan oleh pengarang
Lebih terperinciPenduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:
Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
Lebih terperinciBAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak
53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN. (Informed Concent)
Lampiran I LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN (Informed Concent) Yang bertanda tangan dibawah ini, No/kode : Umur : Tanggal : Menyatakan bersedia menjadi informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memperoleh mutu pelayanan yang layak merupakan keinginan setiap individu. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini, pada
Lebih terperinciMakalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan
Makalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kesehatan KATA PENGANTAR Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wata ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-nya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup seorang diri, karena kelemahan kelemahan fisiknya dan karena harus belajar berbagai unsur budaya dari orang lain. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memiliki akses terhadap pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Indonesia penyakit malaria masih merupakan penyakit infeksi
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Infeksi malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang terutama negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih dilaksanakan dan dijaga keberadaannya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Hal ini menunjukkan sudah adanya perhatian dunia dalam meningkatkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diwariskan oleh leluhur masyarakat Seberang Pulau Busuk. Tradisi. Dalam pengobatan ini dukun meminta bantuan kepada makhluk gaib untuk
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan bab-bab yang telah penulis kembangkan, maka penulis mengambil kesimpulan sesuai dengan jawaban permasalahan yang ada pada bab I yaitu sebagai berikut: 1. Tradisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tetanus Neonatorum 2.1.1. Definisi Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum adalah penyakit infeksi yang terjadi melalui luka irisan pada umbilicus pada waktu persalinan akibat
Lebih terperinci1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS
1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan
Lebih terperinciPENGKONDISIAN Yaitu mengkondisikan baik dari peserta/pasien sendiri maupun waktu dan tempat: Pengkondisian Pasien: Pasien harus siap diruqyah, konsent
TEKNIS RUQYAH Dasar Pelatihan Ruqyah Balikpapan, 8-9 Juli 2005 Oleh: Abu Arafah Klinik Ruqyah Surabaya 1 PENGKONDISIAN Yaitu mengkondisikan baik dari peserta/pasien sendiri maupun waktu dan tempat: Pengkondisian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya, baik dari individu itu sendiri, maupun dari masyarakat, agar selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup sehat adalah impian semua orang oleh karena itu, semua orang berkeinginan untuk manjauhkan diri dari penyakit. Untuk itu diperlukan suatu upaya, baik
Lebih terperinciPola buang air besar pada anak
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, sehingga pengobatan terhadap suatu penyakit sangat dibutuhkan. Berbagai macam pengobatan semakin berkembang, baik pengobatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia dan ciptaan yang tak ternilai harganya. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang kemudian dianugerahkan kepada kedua orangtuanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo, Sumatera Utara, Indonesia.Etnis Karo memiliki bahasa sendiri yaitu cakap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Karo adalah salah satu suku bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia.Etnis Karo memiliki bahasa sendiri yaitu cakap Karo (bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun lebih dari setengah juta Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun lebih dari setengah juta Angka Kematian Ibu (AKI) terjadi di dunia, sembilan puluh delapan persen dari angka kematian tersebut terjadi di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Rahmalinda / 085102014 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran. Saat ini sedang melakukan penelitian yaitu pengetahuan ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa
Lebih terperinciMenjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik
1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi
Lebih terperinciPerawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan sebenarnya sudah menjadi suatu kajian ilmu bagi Antropologi, yakni antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat dan kepercayaan pada setiap etnik bangsa yang menjadikan sebuah daya tarik tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat
II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang baik beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan
Lebih terperinciKuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN
LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu
Lebih terperinci