EKSPLORASI STRUKTUR SERAT TANAMAN KENAF (HIBISCUS CANNABINUS L.) PADA TEKNIK TENUN ATBM SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL
|
|
- Agus Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI STRUKTUR SERAT TANAMAN KENAF (HIBISCUS CANNABINUS L.) PADA TEKNIK TENUN ATBM SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL Innamia Indriani Dian Widiawati S.Sn., M.Sn. Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Kata Kunci : ATBM, kenaf, produk, serat, struktur, tenun, tekstil Abstrak Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah tanaman yang berkembang di Indonesia sejak tahun 1979/1980 sebagai karung goni. Namun, pada abad ke-21, tanaman ini kembali dikembangkan sebagai fiberboard untuk mobil oleh industri otomotif. Berkembangnya isu keberlanjutan membuat material alam dilirik oleh berbagai macam industri, salah satunya industri fashion, terutama di bidang tekstil. Serat tanaman kenaf memiliki potensi sebagai bahan baku tekstil, karena karakter seratnya yang berbentuk filamen serta tidak menggunakan bahan kimia dalam jumlah banyak pada saat pengolahan. Melalui eksperimen dan eksplorasi pada pengolahan serat tanaman kenaf, terutama pada teknik reka struktur tekstil dengan menggunakan teknik tenun ATBM, membuka potensi bagi serat tanaman kenaf tersebut untuk dijadikan bahan baku tekstil. Penelitian ini tidak hanya membuka potensi sebagai bahan baku tekstil, namun juga sebagai produk pakai, khususnya pada produk aksesoris fashion, yaitu tas. Abstract Kenaf plant (Hibiscus cannabinus L.) is a plant that is grown in Indonesia since the year 1979/1980 as a gunny sack. However, in the 21st century, this plant was developed as fiberboard for the car by the automotive industry. The growing issue of 'sustainability' made of natural materials considered by a wide range of industries, one of them is fashion industry, especially in textiles. Kenaf plant fiber has potential as a textile raw material, since the characters in the shape of filaments and the fibers are not using chemicals in large quantities at the time of processing. By doing experiments and exploration on kenaf plant fiber, particularly on technique of textile structures maker using ATBM, opening up the potential of kenaf plant fibers for textile raw materials. This study not only opens up the potential as textile raw materials, but also as a disposable product, especially on products of fashion accessories, such as bag. 1. Pendahuluan Sangat penting bagi desainer dan tim pengembang produk di industri tekstil untuk memilih pilihan kain berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh, tidak hanya berdasarkan keindahan dan sentuhan dari kain tersebut, namun juga asalnya bahan baku tersebut dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya (Hallet, 2010:167). Berbagai macam jenis tanaman yang ramah lingkungan sekarang telah dikomersialkan, dan telah memberikan dorongan yang besar bagi para desainer dan konsumen untuk memakainya. Beberapa jenis serat yang telah digunakan lebih dari seribu tahun yang lalu digunakan lagi hingga sekarang, sedangkan beberapa jenis serat yang baru, baru ditemukan (Hallet, 2010:167). Sekarang, fashion menjadi jiwa dari kehidupan dan ekologi, serta keberlanjutan menjadi kunci dari isu yang ada di masyarakat (Hallet, 2010:168). Di dalam jurnal penelitian Profesor Sundjindro (2011), seorang peneliti di Balittas, Malang, dijelaskan bahwa, serat alam merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi dan tanaman serat alam memiliki kemampuan menyerap CO 2 cukup besar, terutama pada tanaman kenaf. Saat ini serat alam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk komposit seperti fiberboard untuk interior mobil, dan setiap serat alam memiliki ciri dan kegunaan yang spesifik, misalnya serat abaka, rami, dan kenaf dapat digunakan untuk kertas mata uang. Pada akhirakhir ini komoditas serat alam banyak mendapat perhatian dari beberapa kalangan industri, terutama dari industri otomotif, elektronik, pulp, dan kertas. Tanaman kenaf sendiri sudah diteliti oleh USDA Amerika Serikat tahun 1940, dan tahun 1960 USDA sudah menemukan bahwa kenaf dapat dibuat kertas.
2 Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.), rosela (Hibiscus sabdariffa L.), dan yute (Corchorus capsularis L.), di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1979/1980 yang terkenal dengan program ISKARA (Intensifikasi Serat Karung Rakyat). Pada waktu itu serat kenaf, rosela, dan yute hanya digunakan sebagai bahan baku untuk industri karung goni. Arah pengembangan kenaf selanjutnya adalah pada lahan marjinal, namun pengembangan tanaman ini tidak akan menggeser keberadaan tanaman pangan utama seperti padi dan jagung. Disamping itu selain untuk memberdayakan lahan marjinal, tanaman kenaf juga meningkatkan pendapatan petani di daerah marjinal (Sudjindro, 2011). Saat ini tinggal kenaf yang berkembang di Indonesia dan pemanfaatannya untuk bahan baku industri (fiberboard untuk interior mobil). Tanaman kenaf memiliki daya adaptasi luas sehingga dapat dikembangkan pada berbagai lahan/tanah seperti lahan banjir (Sudjindro, 2001b), lahan gambut (Sudjindro, 1999; 2001a), lahan tadah hujan/lahan kering (Setyo- Budi, 1998), dan tanah podsolik merah kuning (Marjani, 2009). Umur tanaman kenaf berkisar hari tergantung macam varietas dan kondisi lingkungan tumbuhnya. Produktivitas kenaf dapat mencapai 2,0 4,0 ton serat kering/ha tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya (Sudjindro, 2011). Namun, terdapat pendapat lain yang dijelaskan oleh Supandi (2009), peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di dalam bukunya yang berjudul Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil, pohon kenaf Hibiscus canabbinus L. hanya digunakan untuk kemasan, karung, tali temali dengan mutu dibawah serat jute meskipun nampaknya sama berwarna coklat muda dan berkilau. Serat kenaf tidak dapat digunakan untuk busana, tapi dapat dijadikan bahan kertas setelah diputihkan dalam bentuk pulp. Batang kenaf menghasilkan dua jenis serat, yaitu bagian luar batang seratnya lebih kasar dibandingkan bagian dalam batang. Profesor dari Mississippi State University Amerika Serikat, Gita N. Ramaswamy, menjelaskan di jurnalnya yang berjudul Kenaf as Textile Fiber bahwa terdapat kemungkinan untuk serat kenaf digunakan sebagai bahan baku tekstil seperti yute, rami dan linen. Hambatan utamanya hanya pada saat proses pelembutan serat tersebut dan dana untuk proses. Hingga saat ini, percobaan untuk bahan baku tekstil hanya sebatas mencampur serat tersebut dengan katun untuk proses tenun dan polypropylene untuk proses non-tenun (Ramaswamy, 1997). Berkaitan dengan deklarasi FAO bahwa tahun 2009 merupakan International Year of Natural Fiber 2009 (IYNF), maka sudah sewajarnya bila Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya genetik untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai langkah awal dalam rangka memanfaatkan serat alam kenaf, sudah ada PT. ABA di Jawa Timur yang memproduksi fiberboard dari serat kenaf untuk industri otomotif (Sudjindro, 2007). Dari penjelasan tersebut, maka diperoleh permasalahan sebagai berikut : a. Apakah tanaman kenaf memiliki kelebihan / potensi, terutama dari serat tanaman tersebut sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku tekstil, tidak hanya sebatas pada kemasan karung, tali temali dan bahan baku kertas? b. Mengapa serat kenaf berpotensi sebagai bahan baku tekstil dan dapatkah serat tersebut digunakan sebagai bahan baku tekstil tanpa harus mencampur serat tersebut dengan material lain? c. Bagaimana mengolah serat tanaman kenaf menjadi bahan tekstil yang siap produksi, siap pakai dan khususnya, yang dapat diaplikasikan ke dalam ruang lingkup produksi yang lebih luas, antara lain untuk produk fashion? Dengan tujuan penelitian, yaitu : a. Diketahui potensi tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) sebagai bahan baku tekstil. b. Diketahui sejauh mana potensi tanaman kenaf sebagai bahan baku tekstil serta kemungkinannya digunakan tanpa menggunakan campuran material lain. c. Diketahui teknik pengolahan serat kenaf yang sesuai dengan syarat bahan tekstil, sehingga dapat menghasilkan produk berbahan dasar kenaf, yang kemudian dapat diaplikasikan khususnya pada produk fashion. 2. Proses Studi Kreatif Dalam perancangan konsep karya yang akan diproduksi, dilakukan beberapa analisa dengan maksud untuk membentuk karya yang akan diproduksi. Analisa-analisa tersebut didapat dari studi literatur, studi lapangan, eksperimen serta eksplorasi yang telah dilakukan. Maka kerangka berpikir yang dihasilkan sebagai berikut : Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2
3 Innamia Indriani STUDI MATERIAL, STUDI LITERATUR & SURVEY EKSPLORASI MATERIAL PEMILIHAN TEMA (IMAGE BOARD) PROSES ANALISA PEMILIHAN HASIL EKSPLORASI DISESUAIKAN DENGAN TEMA ATAU KONSEP SKETSA KAIN DAN PRODUK PRODUKSI HASIL AKHIR Grafik 1. Tahap perancangan karya (Indriani, 2013) Studi material serta literatur dilakukan untuk menemukan, mengetahui serta memahami potensi dari material yang digunakan untuk merancang karya baik dari bahan baku, teknik yang akan digunakan serta zat pewarna alam yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi material untuk mengetahui potensi material-material tersebut secara fisik. Setelah melalui studi serta eksplorasi, maka dilanjutkan dengan analisa suntuk mendapatkan pemikiran dasar atau acuan untuk penentuan konsep atau tema yang akan digunakan. Tema ini juga digunakan sebagai acuan atau dasar inspirasi dalam merancang produk akhir. Tema karya yang digunakan pada perancangan mengacu pada trend forecast SPINEXPO FALL-WINTER yang bertemakan Writing The Next Chapter, dengan mengambil sub tema Genre. Karya dari hasil perancangan berjudul Ophelia, dengan produk akhir berupa kain dengan beberapa produk pakai, yaitu aksesoris fashion, tas. 3. Hasil Studi dan Pembahasan Proses eksperimen diawali dengan pengolahan awal serat tersebut, yaitu pada saat proses scouring, bleaching dan softening serta proses pemintalan. Dari hasil eksperimen tersebut, dapat dilihat bahwa, serat yang dipintal memiliki bentuk serta ukuran yang teratur walau masih terdapat serat-serat halus dari serat tersebut. Berbeda dengan yang tidak dipintal sama sekali. Pada serat yang tidak dipintal, ukuran tidak teratur karena semakin kebawah ukuran serta jumlah serat menjadi pendek dan sedikit (menjadi pipih) namun siap untuk digunakan sebagai benang. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3
4 Gambar 1. Hasil eksperimen dan eksplorasi proses awal serat kenaf (Indriani, 2013) Eksperimen dan eksplorasi pada proses pemintalan tersebut dilakukan dengan serat yang melalui proses scouring dan bleaching dan serat yang tidak melalui serat tersebut. Serat yang melalui scouring dan bleaching cukup sulit untuk dipintal menjadi benang ukuran kecil dibandingkan dengan yang tidak melalui proses tersebut. Namun, benang dari serat yang tidak melalui proses scouring, bleaching dan softening, menghasilkan benang lebih kaku dan cukup sulit untuk dipintal akibat dari sampah yang masih ada di serat tersebut, dibandingkan benang dari serat yang melalui proses tersebut. Untuk serat yang melalui proses tambahan yaitu, softening, serat lebih mudah untuk dipintal karena benang sudah menjadi lembut, serta sampah dari serat pun lebih sedikit. Eksperimen serta eksplorasi selanjutnya dilakukan dari segi teknik, dengan memakai dua teknik reka struktur tekstil, yaitu teknik tenun dengan teknik kempa. Dari dua teknik yang digunakan, teknik tenun lebih memungkinkan untuk diproduksi lebih lanjut menjadi produk. Walaupun dengan teknik kempa juga terdapat kemungkinan karena dapat dilipat, namun hasil yang didapat kurang memuaskan. Serat menjadi kaku ketika menggunakan teknik kempa apabila dibandingkan dengan menggunakan teknik tenun, walaupun dengan teknik tenun kain yang dihasilkan juga cukup kaku karena tidak jatuh seperti kain biasa. Selain itu, dari teknik kempa tersebut lebih terlihat seperti kertas, karena dicampur dengan pulp. Walaupun pada salah satu eksplorasi kadar pulp yang digunakan dikurangi bahkan ada yang tidak memakai pulp sama sekali, hasil yang didapat pun tidak terlalu bagus karena serat tetap kaku dan tidak menyatu secara menyeluruh sehingga ketika proses pembuatan, serat harus ditekan terus menerus dan ditaruh ditempat yang terkena cahaya matahari. Dengan menggunakan teknik tenun, walaupun kondisi serta ukuran serat kenaf yang digunakan sebagai benang pakan berbeda-beda, hasil tenunan yang dihasilkan masih memungkinkan untuk diproduksi menjadi produk karena tenun yang dihasilkan masih dapat dilipat dan itu merupakan salah satu syarat material tekstil. Disamping itu, untuk mengolah serat kenaf dengan menggunakan kedua teknik ini, masih memerlukan peran material pendukung. Pada teknik tenun, benang pakan tidak menggunakan material pendukung, namun material pendukung yang digunakan adalah benang lusi, yaitu memakai benang katun ukuran kecil. Sedangkan pada teknik kempa, memerlukan pulp sebagai material pendukung. Pada eksplorasi proses pewarnaan serat kenaf dilakukan dengan menggunakan ekstrak pewarna kubis merah dan secang. Kubis merah menghasilkan palet warna dari merah menuju ke ungu dan biru. Walaupun terdapat warna kuning pucat apabila menggunakan mordant basa. Secang menghasilkan warna merah, orange, merah muda dan ungu gelap hingga ke coklat. Dari dua pewarna alam tersebut, jelas terlihat mordant yang bersifat basa tidak dapat bertahan lama karena warnanya yang memudar. Walaupun pada saat menggunakan pewarna secang, menghasilkan warna merah muda, setelah berhari-hari warna tersebut akan memudar. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4
5 Innamia Indriani Gambar 2. Beberapa hasil eksplorasi dengan teknik tenun (Indriani, 2013) Dari eksperimen serta eksplorasi yang telah dilakukan, maka baik antara serat tanaman kenaf yang tidak dipintal dan pintal memiliki potensi untuk diproduksi menjadi suatu produk tekstil. Sedangkan, untuk teknik yang digunakan diputuskan menggunakan teknik tenun dengan ATBM karena dengan menggunakan teknik tenun, walaupun kondisi serta ukuran serat kenaf yang digunakan sebagai benang pakan berbeda-beda, hasil tenunan yang dihasilkan masih memungkinkan untuk diproduksi menjadi produk karena, tenun yang dihasilkan masih dapat dilipat dan itu merupakan salah satu syarat material tekstil. Disamping itu, dengan pertimbangan material yang cukup kaku, berkilau dan sedikit berbulu serta teknik yang digunakan yaitu tenun, maka untuk produk yang akan dirancang dan diproduksi adalah kain serta aksesoris fashion berupa tas, sebagai produk pendukung. Tas yang akan diproduksi adalah tas khusus wanita yang terdiri dari clutch, shoulder bag, dan tote bag. Produk utama hanya sebatas kain, dengan pertimbangan untuk memperoleh hasil dengan kualitas yang baik. Dibatasinya produk dengan hanya berupa kain, sebagai bentuk bukti bahwa material serat tanaman kenaf yang digunakan memiliki potensi sebagai bahan baku tekstil serta dapat menghasilkan struktur yang bermacam-macam. Kain yang dihasilkan pun tidak hanya sekedar kain dengan berbagai macam struktur, namun juga kain yang sudah siap untuk diproduksi menjadi produk pakai. Gambar 3. Hasil eksplorasi dengan teknik kempa (Indriani, 2013) Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5
6 Gambar 4. Colour pallete dari zat pewarna alam kubis merah dan secang (Indriani, 2013) Gambar 5. Hasil akhir produk berupa kain (Indriani, 2013) Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6
7 Innamia Indriani Gambar 6. Hasil akhir berupa produk pakai tas (Indriani, 2013) Produk pendukung yaitu berupa aksesoris fashion, khususnya tas diproduksi sebagai bukti nyata produk yang berasal dari kain dengan material serat tanaman kenaf. Selain itu, produk tas adalah produk yang memungkinkan untuk diproduksi dengan material serat tanaman kenaf, karena tidak secara langsung bersentuhan dengan kulit manusia. Namun, untuk dapat memproduksi produk dengan material serat tanaman alam, masih memerlukan material pendukung. Material pendukung yang digunakan adalah kulit suede, karena memiliki sifat material yang tebal dan kuat serta memberikan kesan casual apabila digabungkan dengan material yang akan digunakan. 4. Penutup / Kesimpulan Berdasarkan dari hasil eksplorasi, data-data serta produk akhir dari penelitian ini, maka didapatkan kesimpulan dari permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut : a. Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.), memiliki potensi sebagai bahan baku tekstil. Karena, bagian serat batang tanaman tersebut yang berbentuk filament, ringan dan memiliki ukuran yang kecil. b. Serat tanaman kenaf memiliki potensi sebagai bahan baku tekstil karena, dapat dijadikan benang melalui proses pemintalan. Selain itu, karena serat kenaf memiliki bentuk serat berupa filament, tanpa dipintal terlebih dahulu serat tanaman tersebut dapat langsung digunakan sebagai benang. Selama proses pengolahan serat tanaman kenaf menggunakan bahan kimia dalam jumlah yang sedikit. Tanpa mencampur serat tersebut dengan material lain, serat tanaman kenaf dapat digunakan langsung sebagai bahan baku tekstil sebagai benang pakan untuk tenun. Baik serat yang dipintal maupun yang tidak, serta baik serat yang melalui proses scouring,bleaching dan softening maupun serat yang tidak melalui proses tersebut dapat digunakan sebagai benang pakan.walaupun tidak lepas dari peran material pendukung yaitu pada bagian benang lusi, menggunakan benang katun yang berukuran kecil. c. Teknik tenun adalah teknik yang sesuai untuk mengolah dan menghasilkan bahan tekstil berbahan baku serat tanaman kenaf apabila dibandingkan dengan dua teknik yang digunakan selama penelitian, dikarenakan karakter dari serat tanaman tersebut yang berkilau dan berupa filament, sehingga mudah dijadikan benang. Dengan menggunakan teknik tenun pula, struktur yang dihasilkan lebih beragam. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 7
8 Dengan menggunakan teknik tenun, serat tanaman kenaf dapat diproduksi ke produk pakai, khususnya produk aksesoris fashion dengan produk berupa tas. Produk baru sebatas tas karena, walaupun serat tersebut sudah melalui proses scouring, bleaching, softening dan pemintalan serta penenunan, pada kain tersebut masih terdapat serat-serat halus dan masih cukup kaku. Dari ketiga kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran serta evaluasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : a. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk lebih mengoptimalkan penggunaan serat tanaman kenaf sebagai bahan baku tekstil. Terutama pada proses pengolahan serat serta pemintalan sehingga dapat menghasilkan benang yang lebih tipis dan halus. b. Teknik yang digunakan untuk mengolah serat tanaman kenaf tidak hanya sebatas pada tenun, namun perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut untuk mengoptimalisasikan serat tanaman kenaf tersebut. Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut dapat menghasilkan produk tekstil yang lebih baik dan tidak hanya sebatas pada satu teknik. c. Merujuk pada hasil penelitian yaitu berupa eksperimen dan eksplorasi yang telah dilakukan selama penelitian, tidak menutup kemungkinan tekstil berbahan baku serat kenaf digunakan sebagai material untuk membuat produk yang berupa busana, tidak hanya sebatas pada aksesoris fashion, tas. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Kriya FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dian Widiawati S.Sn., M.Sn.. Daftar Pustaka Hallet, Clive, Amanda Johnston Fabric for Fashion. London: Laurence King Publishing Ltd. Ramaswamy Gita N, Catherine R boyd Kenaf As Textile Fiber, Processing, Fiber Quality and Product Development. [08 Sepetember 2012] Sudjindro.2011.Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang. Perspektif 10 (2) : Sudjindro Kenaf (Hibiscus cannabinus) Sebagai Alternatif Bahan Baku Pulp. Bahan%20Baku%20Pulp.pdf.[07 September 2012] Supandi Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil. [e-book].. Direktori File Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 8
EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL
EKSPLORASI SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU TEKSTIL LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Kria Tekstil (KR 40ZJ) Program Studi Kria Tekstil Fakultas Seni Rupa dan
Lebih terperinciBATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE
BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE Tania Andina Kardin Deni Yana, S.Sn, M.sn Program Studi Sarjana Kriya Keramik, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber Daya Alam dan memanfaatkannya lebih lanjut untuk kesejahteraan rakyatnya. Hasil alam yang mampu
Lebih terperinciBAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR. Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan
BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR 5.1 Konsep Karya Akhir Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan eksplorasi. Karena hasil eksperimen dan eksplorasi dapat memberikan gambaran visual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Negara yang memiliki iklim tropis, Indonesia banyak menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat yang bisa dibuat menjadi bahan baku kerajinan.
Lebih terperinciEksplorasi Serat Nanas dengan Aplikasi. Sulam Sashiko
Eksplorasi Serat Nanas dengan Aplikasi Sulam Sashiko Nabila Fasza Program Studi Kriya Tekstil, Institut Teknologi Bandung ABSTRACT Indonesia is a tropical country that has wide variety of flora and fauna.
Lebih terperinciEKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION
PENGANTAR KARYA STRATA 1 EKSPLORASI ORGANDI UNTUK PRODUK FASHION SALLY SHEANTI NATANEGARA 17203002 Dosen Pembimbing Kahfiati Kahdar, S. Sn., MA. KRIYA TEKSTIL FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan Kebutuhan manusia dari waktu ke waktu semakin bertambah. Ketika telah mencapai tingkat dimana kebutuhan utama dan kenyamanan terpenuhi, keinginan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang tergolong dalam tanaman serat batang (bast fibre crops). Seratnya diperoleh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) merupakan tanaman penghasil serat yang tergolong dalam tanaman serat batang (bast fibre crops). Seratnya diperoleh dari kulit batang setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat
Lebih terperinciEKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI RAGAM HIAS NAVAJO DENGAN TEKNIK OLAH REKA LATAR PADA PRODUK FASHION Samina Febriska Vajni John Martono, S.Sn., M.Ds Program Studi Kriya Tekstil,
Lebih terperinciTEKNIK MAKRAME MENGGUNAKAN BENANG KATUN UNTUK BUSANA PESTA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain TEKNIK MAKRAME MENGGUNAKAN BENANG KATUN UNTUK BUSANA PESTA Ayu Zaskia Harka Prof. Dr. Biranul Anas Z. Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain produk menjadi hal yang penting dalam mempertahankan serta menjaga minat beli konsumen maupun pasar. Produk yang terkesan monoton dan tidak variatif akan menimbulkan
Lebih terperinciGambar 7. Jenis-jenis serat alam.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Boneka adalah salah satu karya seni yang berupa macam-macam bentuk, Bentuk ini merupakan organisasi atau satu kesatuan, atau komposisi dari unsurunsur pendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ready-to-wear di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat, banyak para desainer dan brand lokal bermunculan dengan karakteristik yang berbeda-beda dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci koleksi Line Burn : Minimalis, feminin, modern, komtemporer dan ready to wear. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Line Burn adalah koleksi busana ready to wear yang terinspirasi dari image kertas terbakar. Sebagian besar orang menganggap kertas terbakar tidak terlalu penting karena setelah terbakar kertas
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa
Lebih terperinci1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangat untuk memahami dan menguasai keterampilan dan teknik menangani material (tertentu) merupakan bagian yang harus hadir dalam pembekalan pendidikan tinggi seni
Lebih terperinciEKSPLORASI TEKNIK ECOPRINT DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BESI DAN PEWARNA ALAMI UNTUK PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI TEKNIK ECOPRINT DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BESI DAN PEWARNA ALAMI UNTUK PRODUK FASHION RR.Nissa Pressinawangi KP 1 Dr.Dian Widiawati, M.Sn. 2
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota industri tekstil di Indonesia, dikenal sebagai kota kreatif dengan banyaknya tempat wisata belanja terutama pada industri fesyen,
Lebih terperinciEKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA
Laporan Mata Kuliah Tugas Akhir Kria Tekstil KR40ZJ EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA Disusun oleh : Amelia H Devita NIM : 17203019 Dosen pembimbing : DR. Biranul Anas Zaman PROGRAM
Lebih terperinciPERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI
KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan KertasBandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang
BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dewasa ini pemberdayaan manfaat dari serat alami telah banyak dikembangkan, mulai dari kerajinan sebagai hiasan, pembuatan tas, hingga dalam dunia Industri Tesktil Interior
Lebih terperinciA. Bagan Pemecahan Masalah
39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Mesir Kuno merupakan salah satu kebudayaan tertua dan paling maju di dunia. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang merupakan urat nadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah tekstil yang terdapat pada pabrik garmen di Indonesia memiliki jumlah yang cukup besar, termasuk pabrik yang berada di kawasan kota Sukabumi, Jawa Barat. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pengimpor bahan baku serat kapas terbesar kedua di dunia (Pamuji, et al., 2009). Secara umum pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri tekstil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan yang tidak mungkin dipisahkan dari manusia. Pada awalnya pakaian berfungsi sebagai alat perlindungan diri, baik itu dari cuaca ekstrim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Video game adalah sebuah permainan elektronik yang diciptakan untuk manusia dan masih berkembang hingga saat ini. Dalam memainkan video game terdapat beberapa komponen
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Peony, bunga, sulam, Cina, feminin. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Koleksi busana ready-to-wear deluxe berjudul Mudanin. Mudanin merupakan nama Cina dari bunga Peony. Peony adalah bunga nasional Cina yang melambangkan kecantikan dan feminin. Sebagian besar Peony
Lebih terperinciEKSPLORASI MULTILAYER PADA KULIT KAYU DENGAN PEWARNA ALAM NILA (INDIGOFERA TINCTORIA) DAN SECANG (CAESALPINIA SAPPAN) UNTUK PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI MULTILAYER PADA KULIT KAYU DENGAN PEWARNA ALAM NILA (INDIGOFERA TINCTORIA) DAN SECANG (CAESALPINIA SAPPAN) UNTUK PRODUK FASHION Intan Prisanti
Lebih terperinciBAB II. Metodologi Perancangan
BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN BAKU PENGEMBANGAN PRODUK
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain PEMANFAATAN LIMBAH KACA SEBAGAI BAHAN BAKU PENGEMBANGAN PRODUK Shidiq Abdurrahman Dr. Dwinita Larasatai, MA Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni
Lebih terperinciEKSPLORASI TEKNIK SUMINAGASHI PADA PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI TEKNIK SUMINAGASHI PADA PRODUK FASHION Dinar Amanda Prof. Dr Biranul Anas Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majunya teknologi dan informasi membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka pada pengetahuan global. Tidak bisa dipungkiri lagi tren mode di Indonesia banyak dipengaruhi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk furniture merupakan produk yang memiliki daya tarik dan minat pasar yang tidak pernah habis, ini menjadi kegiatan ekonomi kreatif yang sangat menguntungkan bagi
Lebih terperinciBAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL
BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mengenai limbah hingga saat ini masih marak terjadi dimana-mana akibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan limbah dari produk yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN A.
BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata yang biasanya terbuat dari kayu, sering digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya untuk menulis, mencetak, menggambar,
Lebih terperinciBAB III SURVEY LAPANGAN
BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dunia fesyen merupakan salah satu gaya hidup manusia dan tidak dipungkiri menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertumbuhan masyarakat modern bersamaan
Lebih terperinciAPLIKASI TEKNIK ARASHI SHIBORI PADA JENIS-JENIS KAIN SUTRA
APLIKASI TEKNIK ARASHI SHIBORI PADA JENIS-JENIS KAIN SUTRA UNTUK SCARF John Martono, S.Sn, M.Ds Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: riesyanita.maharani@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumen akan busana ready to wear saat ini menjadi kebutuhan primer. Tidak hanya ready-to-wear, kebutuhan cocktail dress juga saat ini meningkat, sehingga
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MATERIAL TEKSTIL DENGAN PEWARNA ALAM UNTUK PRODUK KRIYA
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MATERIAL TEKSTIL DENGAN PEWARNA ALAM UNTUK PRODUK KRIYA Aditya Putri Kusuma Wardani 1 Dr. Dian Widiawati,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tekstil. Manusia melalui tekstil dapat membuat pakaian untuk melindungi tubuh atau sebagai pemuas hasrat manusia untuk menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
21 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan, terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
Lebih terperinciEKSPLORASI SERAT RAMIE DENGAN EFEK ANIMAL FUR PADA PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain EKSPLORASI SERAT RAMIE DENGAN EFEK ANIMAL FUR PADA PRODUK FASHION Budi Ramadhan Dian Widiawati, S. Sn, M. Sn Program Studi Sarjana Kriya Tekstil, Fakultas Seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar belakang pemilihan judul: Eksplorasi Material Kulit untuk Produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang pemilihan judul: Eksplorasi Material Kulit untuk Produk Fashion adalah dengan pemikiran bahwa reka rakit (structure design) merupakan salah satu teknik
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK
BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat
Lebih terperinciEKSPLORASI BOJAGI PADA PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI BOJAGI PADA PRODUK FASHION Teuku Muhammad Mirza Arief Dr. Kahfiati Kahdar, M.A Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: mirzateuku@gmail.com
Lebih terperinciBAB V PAMERAN A. Desain Final 1. Foto Produk Gambar 5.1 Tas Model 1 Gambar 5.2 Tas Model 2 Gambar 5.3 Detail Interior Tas 76 2. Foto Produk dengan Model Gambar 5.4 Foto Model 1 Gambar 5.5 Foto Model 2
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI
PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Oleh : RINDA CAHYA PRATIWI A420110067 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciII. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang
Lebih terperinciLAPORAN PENGANTAR TUGAS AKHIR KRIA TEKSTIL (KR40ZJ) SEMESTER I /2008 EKSPLORASI MATERIAL KULIT UNTUK PRODUK FASHION
LAPORAN PENGANTAR TUGAS AKHIR KRIA TEKSTIL (KR40ZJ) SEMESTER I - 2007/2008 EKSPLORASI MATERIAL KULIT UNTUK PRODUK FASHION CHANDRA NANDISWARA 17203033 FASHION KRIA TEKSTIL FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik yang sulit didapat seperti logam. Komposit merupakan material alternative yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN. 1. Denim/Jeans mempunyai ketebalan bahan yang kuat. 2. Bahan Denim/Jeans mampu menahan beban barang yang cukup kuat.
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Pengunaan bahan denim/jeans, sebagai bahan utama pembuatan produk tas frajeas ini didasari atas ketersediaan barang yang telah beredar banyak dimasyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Tote bag adalah salah satu jenis tas yang termasuk dalam kategori tas jinjing. Kata tote atau tate yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang, terkhusus untuk tujuan utama busana sebagai pelindung tubuh terhadap cuaca. Selain kebutuhan untuk melindungi
Lebih terperinciEKSPLORASI MOTIF BUNGA EMPAT MUSIM CHINA DENGAN TEKNIK QUILTING PADA PRODUK FASHION
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain EKSPLORASI MOTIF BUNGA EMPAT MUSIM CHINA DENGAN TEKNIK QUILTING PADA PRODUK FASHION Puthya Nur Sabrina Dr. Dian Widiawati, M. Sn. Program Studi Sarjana
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Budaya adalah sebuah warisan sosial, sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lampau dan terus dipertahankan dalam
Lebih terperinci4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT
4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Sejak plastik dipublikasikan di London pada tahun 1862 oleh Alexander Parkes, plastik menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Plastik
Lebih terperinciABSTRAK. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA - i
ABSTRAK Crafty merupakan ciri utama yang ingin ditonjolkan dalam pembuatan koleksi busana dengan judul Urbandigenous ini. Urbandigenous berasal dari dua kata yaitu urban yang berarti kota megapolitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Wonder Woman merupakan karakter komik yang diciptakan oleh William Moulton Marston dan diterbitkan oleh DC Comics di Amerika. Tokoh Wonder Woman pertama kali muncul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koleksi busana made to measure dengan judul The Übermensch terinspirasi oleh kehidupan baru di planet Mars, karena Bumi telah hancur dan manusia harus pergi mencari
Lebih terperinciKata Kunci: Pakaian siap pakai, rotan, Suku Dayak Iban, Obnasel, Bordir
ABSTRAK Rancangan koleksi See Dayak merupakan sebuah rancangan ready to wear. Perancang terinspirasi dari budaya Suku Dayak Iban yang berasal dari Kalimantan Barat. Keindahan motif serta busana tradisional
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang
Lebih terperinciFashion and Fashion Education Journal
FFEJ 3 (1) (2014) Fashion and Fashion Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe PENGARUH KONSTRUKSI KAIN TERHADAP KUALITAS BATIK DENGAN TEKNIK WET ON WET (WOW) Silviana Silvan Apriliana
Lebih terperinciKeywords: perkotaan, aktif, fungsional, geometris, teknologi.
ABSTRAK Dalam laporan ini dibahas mengenai realisasi pakaian ready-to-wear dengan judul Urban Activ-Fast. Inspirasi berasal dari isu yang berkaitan dengan gaya hidup masyarakat dan perkembangan teknologi,
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu A. Tujuan Pembelajaran : SMP N 3 MAGELANG : Prakarya / Kerajinan : VII / 1 (satu) : 1 pertemuan (2 JP) Setelah
Lebih terperinciBAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA
BAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA 3.1 Analisa Data Lapangan Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang tenun baduy, Penulis mengadakan perjalanan ke salah satu desa pemukiman masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mode atau fashion merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kebutuhan akan dunia mode atau fashion termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir diseluruh daratan
Lebih terperinciPEMANFAATAN HASIL PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PADA PRODUK TAS DENGAN TEKNIK PAPER FOLDING
Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PEMANFAATAN HASIL PENGOLAHAN LIMBAH KERTAS PADA PRODUK TAS DENGAN TEKNIK PAPER FOLDING Alifa Rasyida Ahmad Dra. Ken Atik Saftyaningsih, M.Ds Program Studi
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II a. Orisinalitas METODE PERANCANGAN Banyak produk rak buku dengan berbagai macam bentuk yang sudah beredar dipasaran, namun dari banyaknya jenis rak yang sudah ada hanya sedikit sekali yang mengeksplorasi
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai karakteristik kertas seni yang terbuat dari limbah bulu ayam dan limbah kulit singkong telah diperoleh data dari hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia
Lebih terperinciTUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA
TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan
Lebih terperinciTabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1.
Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1. warna kusam Air Mendidih 2. mudah luntur 3 bungkus 3. bisa diurai 4. bisa dipilin
Lebih terperinci