BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Keadaan Guru Tersertifikasi di SMP Se Kecamatan Paguat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Keadaan Guru Tersertifikasi di SMP Se Kecamatan Paguat"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Gambaran Umum Keadaan Guru Tersertifikasi di SMP Se Kecamatan Paguat SMP Negeri se Kecamatan Paguat memiliki sejumlah prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Sebagai tenaga pendidik SMP yang ada di Kecamatan Paguat, mereka berusaha berperan aktif dalam membina dan membimbing peserta didik sehingga menjadi generasi yang tangguh dan berguna bagi nusa dan bangsa. Memang bagi seorang guru, mengajar bukanlah tugas sederhana, ia menuntut profesionalitas. Sementara pengajaran adalah sangat urgen sebab ia berkaitan dengan upaya mengubah, mengembangkan, serta mendewasakan peserta didik. Dalam rangka membantu dan memenuhi standar kebutuhan maka pengajaran harus dikelola secara terprogram, teratur, dan mengikuti prinsipprinsip serta kaedah-kaedah kepengajaran yang baik. Dan hal ini menjadi salah satu tuntutan yang semestinya terjadi dalam pelaksanaan pengajaran. Dalam pemenuhan standar tersebut, maka guru SMP Negeri di Kecamatan Paguat sudah memiliki kemampuan yang memadai dalam hal mengaktualisasikan rencana pembelajaran dan pengembangan sekolah. Data terakhir menunjukan dari segi pendidikan bervariasi antara S2, S1, D3, D2, D1, PGSLP. Jumlah guru tersebut merupakan potensi yang dapat digunakan secara maksimal untuk 1

2 meningkatkan mutu pendidikan. Adapun guru SMP yang tersertifikasi se Kecamatan Paguat disajikan pada tabel berikut: Tabel 1 : Data guru-guru yang tersertifikasi No Nama Tempat Tugas Pendidikan/ Jurusan Tahun Sertifikasi 1 Samin Rahman, S. Pd M.Pd SMP 1 S2 Bah. Ingris Rily H. Husnan, S.Pd SMP 1 S1 Matematika Sri Harkeni Mohune, S.Pd SMP 1 S1 Bahasa Ingris Hendrita Sulila, S.Pd SMP 3 S1 Sejarah Muhidin Hangkiho, S.Pd SMP 2 S1 Biologi Ida Rahayu, S.Pd SMP 2 S1 Akuntansi Vony Buluati, S.Pd SMP 3 S1 Fisika Drs. Inun Auna SMP 3 S1 Ekonomi Henki Saleh, S.Pd SMP 3 S1 Akuntansi Fien Mopangga, S.Pd SMP 3 S1 Akuntansi Hj. Rusni Wahab SMP 1 D1 Bah. Indonesia Zuharni Machmoed SMP 1 PGSLP ORKES Dra. Sahniar Albakir SMP 1 S1 Tarbiyah Irawati Nasir, S.Pd SMP 2 S1 Bahasa Inggris Mardiana Lalidjo, S.Pd SMP 1 S1 Akuntansi Ledi Ukoli, S.Pd SMP 2 S1 Ekonomi 2011 Data yang ditunjukkan oleh tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian guru SMP yang ada di Kecamatan Paguat sudah tersertifikasi. Hal ini menunjukan 2

3 bahwa guru SMP di Kecamatan Paguat memiliki potensi yang maksimal dalam mengembangkan program sekolah Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah dan Guru-guru maka diperoleh gambaran rill tentang Analisis Tentang Kinerja Guru Yang Tersertifikasi (studi kasus pada Guru-guru SMP se Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato) yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Kinerja guru tersertifikasi dalam pembelajaran a. Pemahaman secara Mendalam Terhadap Peserta Didik Guru profesional adalah guru yang mengenal dan memahami secara mendalam terhadap peserta didik. Guru dituntut mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari tahu jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malah menyalahkannya. Guruguru SMP di Kecamatan Paguat memahami secara mendalam peserta didik dalam pembelajaran melalui tes awal materi yang akan diajarkan, hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang Kepala Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Paguat yaitu: Prinsip-prinsip pemahaman perkembangan peserta didik terdiri dari 3 bagian yaitu, kognitif (kemampuan pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (keterampilan). Berdasarkan perkembangan kognitif dapat dipahami melalui tes awal materi yang akan diajarkan. Hasil yang didapat menggambarkan intek siswa atau kemampuan siswa (daya serap) terhadap materi yang akan diajarkan. (1.1/W/K3/ ) 3

4 Penjelasan diatas di tambahkan pula oleh salah seorang di SMP 2 paguat yaitu: Guru harus memahami prinsip-prinsip perkembangan siswa karena dalam proses belajar mengajar terdapat 3 prinsip kognitif, afektf dan psikomotor. Kognitif harus dipahami guru, karena dari sinilah dapat diketahui apa yang diajarkan guru kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan. Afektif berhubungan dengan pemahaman berbagai pelajaran yang diajarkan oleh guru. Psikomotor mengharapkan agar siswa dapat melaksanakan sesuai dengan praktikum/keterampilan siswa. (1.1/W/GB2/ ) Demikian pula salah seorang guru di SMP 1 paguat menjelaskan bahwa: iya kami memahami perkembangan peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, itu kami lakukan di tes awal sebelum memulai mata pelajaran, dari situ kami dapat memahami perkembangan peserta didik. (1.1/W/GBI1/ ) Demikian juga salah seorang guru di SMP 3 paguat menjelaskan bahwa: Identifikasi bekal ajar awal peserta didik dilakukan pada awal masuk kelas, pada tahun ajaran baru. Sebelum memulai pelajaran dikelas yang baru, para guru menguji pelajaran yang diperoleh dari kelas sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan pelajaran kelas baru tersebut. (1.1/W/GB3/ ) Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa guru-guru SMP di Kecamatan Paguat memahami perkembangan peserta didik dengan memangfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif melalui pemberian tes awal materi yang akan diajarkan. Hasil yang didapat menggambarkan intek siswa atau kemampuan siswa (daya serap) terhadap materi yang akan diajarkan. 4

5 Menurut Syaiful (2011 : 32) merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, (3) guru mampu mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, (4) guru mampu menyusun rencana strategi pembelajaran, (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler. b. Kinerja Guru dalam Merancang Pembelajaran Rancangan pembelajaran adalah rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, sebelum kegiatan belajar mengajar sesungguhnya dilaksanakan. Rancangan pembelajaran ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang benar-benar harus saling terkait secara fungsional untuk mencapai tujuan. Kinerja guru SMP di Kecamatan Paguat dalam merancang pembelajaran menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang Kepala SMP di Kecamatan Paguat yakni: Ya. kami merancang pembelajaran menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik dalam konteks pedagogik harus dipahami guru, karena tiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pendidikan berkarakter dilihat dari karakter tiap siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran 5

6 berhubungan dengan materi ajar sedangkan materi ajar berhubungan dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu sesuai dengan silabus. (1.2/W/K3/ ) Pernyataan Kepala Sekolah diatas ditambahkan pula oleh seorang guru dari SMP 3 paguat yakni: Ya. Karakteristik peserta didik berhubungan dengan perilaku anak. Peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda. Strategi pembelajaran disesuaikan dengan karakter peserta didik. Guru berusaha sedemikian rupa dengan strategi-strategi pembelajaran untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik. Strategi pembelajaran seorang guru, didasarkan pada karakteristik anak. Seorang guru dituntut untuk beradaptasi dengan karakter tiap peserta didik. (1.2/W/GE3/ ) yakni: Demikan pula dinyatakan oleh salah seorang guru dari SMP 2 Paguat iya kami menyusun rancangan pembelajaran, agar ketika guru masuk dalam ruang kelas sudah diketahui apa yang harus dilakukan dalam kelas dan siswa menyukai strategi tersebut (1.2/W/GE2/ ) Pernyataan diatas diperkuat oleh seorang guru dari SMP 1 Paguat yakni : Ya. Dilakukan penyusunan RPP. Jika RPP sesuai dengan karakter peserta didik, peserta didik dapat dibimbing, sesuai dengan strategi yang dipilih. Model atau strategi pembelajaran dilakukan berbeda-beda berdasarkan materi yang diajar. (1.2/W/GBI1/ ) Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa dalam merancang pembelajaran para guru menyusun rencana pembelajaran dengan menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik dalam konteks pedagogik harus dipahami guru, karena tiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pendidikan berkarakter dilihat 6

7 dari karakter tiap siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berhubungan dengan materi ajar sedangkan materi ajar berhubungan dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu sesuai dengan silabus. Menurut Majid (2011 : 26) dalam menyusun rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan topik/ konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat diajarkan kedalam satu pembelajaran. kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta tes sejauh mana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektifitas belajar mengajar. Hasil penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan. c. Pelaksanaan Pembelajaran Anak sebagai peserta didik mempunyai perbedaan dalam belajar, diantara mereka ada yang senang membaca, ada yang senang berdiskusi, dan ada yang senang praktik langsung. Bila guru tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam pikiran peserta didiknya untuk mengerti sesuatu, kiranya gurupun tidak akan dapat memberi dorongan yang tepat kepada mereka yang sedang belajar. Keberhasilan seorang guru akan terjamin jika guru dapat mengajak peserta didiknya mengerti suatu masalah melalui semua tahap proses belajar, karena dengan cara begitu murid akan memahami hal-hal yang diajarkan. Para Guru SMP di Kecamatan Paguat melaksanakan pembelajaran dengan 7

8 menciptakan suasana belajar yang kondusif, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang Kepala SMP di Kecamatan Paguat yakni : Ya. Kami melaksanakan pelaksanaan pembelajaran secara kondusif. Dalam hal ini, situasi kondusif merupakan situasi yang sesuai berdasarkan kondisi lingkungan peserta didik, situasi yang nyaman, terhindar dari tantangan, ruangan nyaman dengan cara menata seting pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegitan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir dengan penggunaan model pembelajaran masing-masing. Kegiatan ini berupa kegiatan mandiri tidak terstruktur, tatap muka, PP, kegiatan diluar.kegiatan-kegiatan seperti ini yang ditata sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi baik. (1.3/W/K3/ ) Demikan juga seorang guru dari SMP 2 menjelaskan dalam wawancara di ruang dewan guru yakni : dalam pelaksanaan pembelajaran kami menciptakan suasana belajar yang kondusif. Kondusif berarti situasi yang baik. Guru harus menumbuhkan minat belajar siswa dengan menyisipkan bahan-bahan bersifat humor, sehingga peserta didik tidak bosan dengan cara menata seting pembelajaran yang fungsinya agar pembelajaran terasa nyaman, menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bersemangat sampai pelajaran selesai. (1.3/W/GE2/ ) Pernyataan seorang guru diatas di tambahkan oleh seorang guru dari SMP Negeri 1 yakni : dalam pembelajaran kami menciptakan kondisi belajar yang kondusif berarti menciptakan suasana yang mereka suka. Suatu pembelajaran yang tidak kondusif terjadi ketika peserta didik tidak aktif atau hanya diam. Bagian dari tugas seorang pengajar adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa sehingga menumbuhkan minat siswa dalam belajar dengan cara mengatur Seting pembelajaran ditata agar tercipta proses pembelajaran terarah berdasarkan karakter dan pola pikir anak. Dengan adanya penataan pembelajaran, peserta didik lebih fokus menerima materi yang diajarkan (1.3/W/GBI1/ ) Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran para guru SMP di Kecamatan Paguat menciptakan suasana belajar 8

9 yang kondusif dengan menata seting pembelajaran yang menyenangkan dan menyisipkan bahan-bahan bersifat humor, sehingga peserta didik tidak bosan, menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bersemangat sampai pelajaran selesai. Menurut Syaiful (2010 : 57) cara yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran yang menyenangkan adalah (1) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar. (2) belajar diarahkan oleh peserta didik dan belajar secara terbuka, ketat dengan waktu yang terbatas, fleksibel sesuai keperluan. (3) berdasarkan proyek dan masalah. (4) dunia nyata dan refleksi prinsip dan survey. (5) perancangan dan menciptakan hasilnya terbuka.(6) berfokus pada masyarakat. (7) keanekaragaman yang kreatif. (9) komunikasi yang tidak terbatas dan (10) memanfaatkan pakar kawan sebaya dan diri sendiri untuk menilai unjuk kerja. Persyaratan ini penting untuk menjamin tindakan yang diambil oleh pendidik adalah tindakan yang terukur dan professional. d. Rancangan dan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah dia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Evaluasi juga dapat di artikan sebagai kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasil yang dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Para guru SMP di Kecamatan Paguat itu merancang dan melaksanakan evaluasi 9

10 proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. hal ini sesuai dengan wawancara bersama seorang Kepala SMP di Kecamatan Paguat yakni : kami merancang Evaluasi dan dilakukan di setiap kompetensi dasar, tinggal disesuaikan pertemuan keberapa, untuk itu menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar biasanya kami lakukan dengan mengadakan ulangan harian. (1.4/W/K3/ ) Demikian pula ditambahkan oleh seorang guru tersertifikasi dari SMP 3 Paguat yakni: yaitu: Setiap guru diharuskan melakukan evaluasi berdasarkan hasil belajar siswa. Diawali dengan pre test, kemudian evaluasi proses mengajar dan diakhiri dengan evaluasi akhir pembelajaran. Selain itu, dilakukan ulangan harian, ulangan mid semester, ulangan semester. Dari hasil tersebut dapat dilihat hasil belajar secara berkesinambungan. (1.4/W/GF3/ ) Pernyataan diatas ditambahkan pula oleh seorang guru dari SMP 1 Paguat Ya evaluasi dilakukan mulai dari semester 1, mid semester, ditentukan tingkat ketuntasan. Dilihat dari kompetensi dasar berdasarkan indikator tiap kompetensi dasar. Tiap KD dilakukan evaluasi 3-4 kali ulangan harian, ada tugas (1.4/W/GBI1/ ) Demikian pula ditambahkan oleh seorang guru dari SMP 3 paguat yakni: Ya. Evaluasi merupakan tahap terakhir yaitu penilaian setelah dilakukan pembelajaran. Dilakukan ulangan, kemudian dilihat berapa hasil yang diperoleh dan meninjau kembali kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan. Ulangan harian dilakukan disetiap kompetensi dasar. Dalam KD ada indikator, jika hasil belajar kurang atau belum tercapai dilakukan remedial atau perbaikan. Dari tiap KD dalam satu SK, dilakukan analisis hasil, yaitu dilakukan ulangan harian. Evaluasi dapat menggambarkan keberhasilan siswa dan guru. Evaluasi ini merupakan dasar 10

11 penentuan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar menggambarkan bagaimana hasil belajar siswa, media yang digunakan, tingkat pemahaman peserta didik. (1.4/W/GE3/ ) Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa para guru SMP di Kecamatan Paguat merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan melakukan evaluasi pada tahap terakhir yaitu penilaian setelah dilakukan pembelajaran. Dilakukan ulangan, kemudian dilihat berapa hasil yang diperoleh dan meninjau kembali kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan. Ulangan harian dilakukan disetiap kompetensi dasar. Dalam KD ada indikator, jika hasil belajar kurang atau belum tercapai dilakukan remedi atau perbaikan. Dari tiap KD dalam satu SK, dilakukan analisis hasil, yaitu dilakukan ulangan harian. Evaluasi dapat menggambarkan keberhasilan siswa dan guru. Evaluasi ini merupakan dasar penentuan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar menggambarkan bagaimana hasil belajar siswa, media yang digunakan, tingkat pemahaman peserta didik. Menurut Kunandar (2007 : 380) prinsip penilaian yang penting adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. akurat berarti hasil penilaian mengandung kesalahan sekecil mungkin. ekonomis berarti sistem penilaian mudah dilakukan dan murah. sistem yang digunakan harus mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, sistem penilaian yang baik akan mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. sistim penilaian yang digunakan disetiap lembaga pendidikan harus mampu memberi informasi yang akurat, mendorong peserta didik belajar, memotivasi 11

12 tenaga pendidik mengajar, meningkatkan kinerja lembaga, dan meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Kendala-kendala yang dihadapi guru tersertifikasi dalam meningkatkan kinerja a. Kendala dalam memenuhi beban mengajar 24 jam perminggu Setiap perubahan ke arah perbaikan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi termasuk organisasi sekolah pasti ada kendala-kendalanya. Hambatanhambatan guru tersertifikasi dalam peningkatan pembelajaran harus diketahui oleh para guru untuk mewujudkan cita-cita menjadi guru profesional Temuan pada Guru-Guru SMP di Kecamatan Paguat, salah satunya tidak terpenuhinya beban mengajar 24 jam perminggu. hal ini sesuai dengan wawancara bersama seorang kepala SMP di kecamatan Paguat di ruang kerjanya yakni: kendala yang dihadapi guru tersertifikasi adalah kesulitan dalam memenuhi beban mengajar 24 jam perminggu, hal ini terjadi karena rombongan belajar yang kurang dan guru mata pelajaran yang berlebih dibandingkan jumlah rombongan belajar (2.1/W/K3/ ) Pernyataan Kepala Sekolah diatas di tambahkan pula oleh guru dari SMP 2 Paguat yakni : kami kurang dapat memenuhi beban mengajar 24 Jam perminggu karena Jumlah rombongan belajar kurang, dan terdapat kelebihan guru pada satu mata pelajaran (2.1/W/GE2/ ) 12

13 Pernyataan tersebut diatas di perkuat oleh seorang guru dari SMP 1 Paguat yakni: Jumlah rombongan belajar kurang, dan terdapat kelebihan guru pada satu mata pelajaran adalah kesulitan dalam memenuhi beban mengajar 24 jam Perminggu (2.1/W/GBI1/ ) Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa yang menjadi kendala dalam pemenuhan beban mengajar 24 jam perminggu adalah banyaknya jumlah guru mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jumlah rombongan belajar. Dalam UU RI No 14/2005 pasal 20 tentang Guru dan Dosen, kewajiban guru dalam pembelajaran dengan jumlah jam minimal 24 jam tatap muka per minggu dan maksimal 40 jam tatap muka perminggu didukung dengan melaksanakan kegiatan pokok : a) merencanakan pembelajaran yang menjadi tanggungjawab dan beban kerja guru, b) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan beban kerja guru, c) membimbing dan melatih peserta didik dengan beban kerja guru, d) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban keja guru. b. Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan Sekarang ini guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semi professional, bahkan mendekati jabatan profesi penuh. Pada saat sekarang, sebagian orang 13

14 cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi, dan sebagian lain tidak mengakuinya. Untuk itu para guru diharapkan dapat menigkatkan profesionalismenya agar tidak dipandang sebelah mata. Dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan banyak kendala yang dihadapi oleh guru, diantara kendala tersebut adalah kurangnya penguasaan guru terhadap teknologi terbaru. Hal ini sesuai dengan pernyataan seorang Kepala SMP di Kecamatan Paguat dalam wawancara diruang kerjanya yakni : Kendala yang paling utama, terdapat pada guru. Guru kurang menguasai teknologi, kurang pemahaman guru tentang perkembangan iptek. Guru mengajar hanya manual. Salah satu hal yang menyebabkan penguasaan kurang karena, guru tidak mengikuti pendidikan dan latihan. (2.2/W/K3/ ) yaitu; yakni; Pernyataan tersebut diatas diperkuat pula oleh seorang guru dari SMP 2 Guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya guru mata pelajaran seni budaya, guru penjaskes dilakukan oleh guru dengan latar pendidikan yang berbeda, selain itu media pembelajaran masih kurang lengkap, tapi guru diharuskan mencari solusi agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik. (2.2/W/GE2/ ) Pernyataan tersebut diatas diperkuat pula oleh guru dari SMP 3 paguat Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan adalah kurangnya dana, kesempatan untuk meningkatkan 14

15 kompetensi tersebut dan media pembelajaran yang masih kurang. (2.2/W/GF3/ ) Pernyataan tersebut diatas diperkuat pula oleh guru dari SMP 1 yakni : Kendala yang paling sering kami temui adalah kurang tersedianya media pembelajaran. Misalnya laboratorium bahasa yang tidak berfungsi dengan baik, instalasi penggunaan LCD tiap kelas belum ada, sehingga belum mendukung pembelajaran siswa. (2.2/W/GS1/ ) Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa yang menjadi kendala adalah (1) Guru kurang menguasai teknologi, kurang pemahaman guru tentang perkembangan iptek, Guru mengajar hanya manual. Salah satu hal yang menyebabkan penguasaan kurang karena guru tidak mengikuti pendidikan dan latihan, (2)Guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya guru mata pelajaran seni budaya, guru penjaskes dilakukan oleh guru dengan latar pendidikan yang berbeda, media pembelajaran masih kurang lengkap, tapi guru diharuskan mencari solusi agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik. (3)Kendala yang paling sering ditemui adalah kurang tersedianya media pembelajaran, misalnya laboratorium bahasa yang tidak berfungsi dengan baik, instalasi penggunaan LCD tiap kelas belum ada, sehingga belum mendukung pembelajaran siswa. 4.2 Temuan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai data dan hasil wawancara, atas dasar fokus yang telah disajikan sebelumnya, akhirnya ditemukan temuan-temuan sebagai berkut: 15

16 4.2.1 Kinerja Guru Tersertifikasi Dalam Pembelajaran a. Pemahaman Secara Mendalam Terhadap Peserta Didik Guru-guru SMP di Kecamatan Paguat memahami perkembangan peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif melalui pemberian tes awal materi yang akan diajarkan. Hasil yang didapat menggambarkan intek siswa atau kemampuan siswa (daya serap) terhadap materi yang akan diajarkan. b. Kinerja Guru dalam Merancang Pembelajaran Dalam merancang pembelajaran para guru menyusun rencana pembelajaran dengan menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik dalam konteks pedagogik harus dipahami guru, karena tiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pendidikan berkarakter dilihat dari karakter siswa. Proses pembelajaran berhubungan dengan materi ajar sedangkan materi ajar berhubungan dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu sesuai dengan silabus. c. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran para guru SMP di Kecamatan Paguat menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan menata setting pembelajaran yang menyenangkan dan menyisipkan bahan-bahan bersifat humor, sehingga peserta didik tidak bosan, menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bersemangat sampai pelajaran selesai. 16

17 d. Rancangan dan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Para guru SMP di Kecamatan Paguat merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan melakukan evaluasi pada tahap terakhir yaitu penilaian setelah dilakukan pembelajaran. Dilakukan ulangan, kemudian dilihat berapa hasil yang diperoleh dan meninjau kembali kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan. Ulangan harian dilakukan disetiap kompetensi dasar. Dalam KD ada indikator, jika hasil belajar kurang atau belum tercapai dilakukan remedial atau perbaikan. Dari tiap KD dalam satu SK, dilakukan analisis hasil, yaitu dilakukan ulangan harian. Evaluasi dapat menggambarkan keberhasilan siswa dan guru. Evaluasi ini merupakan dasar penetuan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar menggambarkan bagaimana hasil belajar siswa, media yang digunakan, tingkat pemahaman peserta didik Kendala-kendala yang dihadapi guru tersertifikasi dalam meningkatkan kinerja a. Kendala dalam memenuhi beban mengajar 24 jam perminggu Yang menjadi kendala dalam pemenuhan beban mengajar 24 jam perminggu adalah banyaknya jumlah guru mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jumlah rombongan belajar. 17

18 b. Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan Kendala yang dihadapi adalah (1) Guru kurang menguasai teknologi, kurangnya pemahaman guru tentang perkembangan iptek, guru mengajar hanya manual. Salah satu hal yang menyebabkan penguasaan kurang karena guru tidak mengikuti pendidikan dan latihan, (2)Guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya guru mata pelajaran Seni Budaya, guru Penjaskes dilakukan oleh guru dengan latar pendidikan yang berbeda, media pembelajaran masih kurang lengkap, tapi guru diharuskan mencari solusi agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik. (3)Kendala yang paling sering ditemui adalah kurang tersedianya media pembelajaran. Misalnya laboratorium bahasa yang tidak berfungsi dengan baik, instalasi penggunaan LCD tiap kelas belum ada, sehingga belum mendukung pembelajaran siswa. 4.3 Pembahasan Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai data dan hasil wawancara yang telah dilakukan dari semua sumber informan tentang Kinerja Guru Tersertifikasi, temuan yang dikemukakan pada bagian ini berdasarkan pada paparan data yang diperoleh dilapangan dan dirumuskan berdasarkan interprestasi data. Penyajian temuan tersebut bertujuan untuk menjawab permasalahan penelitian sebagaimana telah dikemukakan pada bab pendahuluan. Atas dasar 18

19 fokus penelitian dan paparan data yang telah disajikan sebelumnya, akhirnya ditemukan temuan-temuan sebagai berikut : Kinerja guru tersertifikasi dalam pembelajaran a. Pemahaman secara Mendalam Terhadap Peserta Didik Guru profesional adalah guru yang mengenal dan memahami secara mendalam terhadap peserta didik. Guru dituntut mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, maka apa bila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari tahu jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malah menyalahkannya. Guruguru SMP di Kecamatan Paguat memahami perkembangan peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif melalui pemberian tes awal materi yang akan diajarkan. Hasil yang didapat menggambarkan intek siswa atau kemampuan siswa (daya serap) terhadap materi yang akan diajarkan. Menurut Syaiful (2011 : 32) merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan peserta didik meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, (3) guru mampu mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, (4) guru mampu menyusun rencana strategi pembelajaran, (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler. 19

20 b. Kinerja Guru dalam Merancang Pembelajaran Rancangan pembelajaran adalah rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, sebelum kegiatan belajar mengajar sesungguhnya dilaksanakan. Rancangan pembelajaran ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang benar-benar harus saling terkait secara fungsional untuk mencapai tujuan. Dalam merancang pembelajaran para guru menyusun rencana pembelajaran dengan menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik dalam konteks pedagogik harus dipahami guru, karena tiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pendidikan berkarakter dilihat dari karakter siswa. Proses pembelajaran berhubungan dengan materi ajar sedangkan materi ajar berhubungan dengan kompetensi dasar yang diajarkan yaitu sesuai dengan silabus. Menurut Majid (2011 : 26) dalam menyusun rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan kedalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan topik/ konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu jijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat diajarkan kedalam satu pembelajaran. kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta tes sejauh mana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektifitas belajar mengajar. Hasil penelitian sering kali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan. 20

21 c. Pelaksanaan Pembelajaran Anak sebagai peserta didik mempunyai perbedaan dalam belajar, diantara mereka ada yang senang membaca, ada yang senang berdiskusi, dan ada yang senang praktik langsung. Bila guru tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam pikiran peserta didiknya untuk mengerti sesuatu, kiranya gurupun tidak akan dapat memberi dorongan yang tepat kepada mereka yang sedang belajar. keberhasilan seorang guru akan terjamin jika guru dapat mengajak peserta didik mengerti suatu masalah melalui semua tahap proses belajar, karena dengan cara begitu mereka akan memahami hal-hal yang diajarkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran para guru SMP di Kecamatan Paguat menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan menata seting pembelajaran yang menyenangkan dan menyisipkan bahan-bahan bersifat humor, sehingga peserta didik tidak bosan, menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bersemangat sampai pelajaran selesai. Menurut Syaiful (2010 : 57) cara yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran yang menyenangkan adalah (1) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar. (2) belajar diarahkan oleh peserta didik dan belajar secara terbuka, ketat dengan waktu yang terbatas, fleksibel sesuai keperluan. (3) berdasarkan proyek dan masalah. (4) dunia nyata dan refleksi prinsip dan survey. (5) perancangan dan menciptakan hasilnya terbuka.(6) berfokus pada masyarakat. (7) keaneka ragaman yang kreatif. (9) komunikasi yang tidak terbatas dan (10) memanfaatkan pakar kawan sebaya dan diri sendiri untuk menilai unjuk kerja. persyaratan ini penting untuk menjamin 21

22 tindakan yang diambil oleh pendidik adalah tindakan yang terukur dan professional. d. Rancangan dan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar peserta didik setelah dia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Evaluasi juga dapat di artikan sebagai kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Para guru SMP di Kecamatan Paguat merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan melakukan evaluasi pada tahap terakhir yaitu penilaian setelah dilakukan pembelajaran. Dilakukan ulangan, kemudian dilihat berapa hasil yang diperoleh dan meninjau kembali kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan. Ulangan harian dilakukan disetiap kompetensi dasar. Dalam KD ada indikator, jika hasil belajar kurang atau belum tercapai dilakukan remedi atau perbaikan. Dari tiap KD dalam satu SK, dilakukan analisis hasil, yaitu dilakukan ulangan harian. Evaluasi dapat menggambarkan keberhasilan siswa dan guru. Evaluasi ini merupakan dasar penentuan ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar menggambarkan bagaimana hasil belajar siswa, media yang digunakan, tingkat pemahaman peserta didik. Menurut Kusnandar (2007 : 380) prinsip penilaian yang penting adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. akurat berarti hasil penilaian mengandung kesalahan sekecil mungkin. ekonomis berarti 22

23 sistem penilaian mudah dilakukan dan murah. sistem yang digunakan harus mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, sistem penilaian yang baik akan mendorong sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. sistem penilaian yang digunakan disetiap lembaga pendidikan harus mampu member informasi yang akurat, mendorong peserta didik belajar, memotivasi tenaga pendidik mengajar, meningkatkan kinerja lembaga, dan meningkatkan kualitas pendidikan Kendala-kendala yang dihadapi guru tersertifikasi dalam meningkatkan kinerja a. Kendala dalam memenuhi beban mengajar 24 jam perminggu Setiap perubahan ke arah perbaikan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi termasuk organisasi sekolah pasti ada kendala-kendalanya. Hambatanhambatan guru tersertifikasi dalam peningkatan pembelajaran harus diketahui oleh para guru untuk mewujudkan cita-cita menjadi guru professional. Temuan pada Guru-Guru SMP di Kecamatan Paguat diketahui bahwa yang menjadi kendala dalam pemenuhan beban mengajar 24 jam perminggu adalah banyaknya jumlah guru mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jumlah rombongan belajar. Dalam UU RI No 14/2005 pasal 20 tentang Guru dan Dosen, kewajiban guru dalam pembelajaran dengan jumlah jam minimal 24 jam tatap muka per minggu dan maksimal 40 jam tatap muka perminggu didukung dengan melaksanakan kegiatan pokok : a) merencanakan pembelajaran yang menjadi tanggungjawab dan beban kerja guru, b) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan beban kerja guru, c) membimbing dan melatih peserta didik dengan beban 23

24 kerja guru, d) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban keja guru. b. Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahua Sekarang ini guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semi professional, bahkan mendekati jabatan profesi penuh. pada saat sekarang, sebagian orang cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi, dan sebagian lain tidak mengakuinya. Untuk itu para guru diharapkan dapat menigkatkan profesionalismenya agar tidak dipandang sebelah mata. Dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan banyak kendala yang dihadapi oleh guru, Yang menjadi kendala adalah (1) Guru kurang menguasai teknologi, kurang pemahaman guru tentang perkembangan iptek, guru mengajar hanya manual. Salah satu hal yang menyebabkan penguasaan kurang karena guru tidak mengikuti pendidikan dan latihan, (2)Guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, misalnya guru mata pelajaran seni budaya, guru penjaskes dilakukan oleh guru dengan latar pendidikan yang berbeda, media pembelajaran masih kurang lengkap, tapi guru diharuskan mencari solusi agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik. (3)Kendala yang paling sering ditemui adalah kurang tersedianya media pembelajaran. Misalnya laboratorium bahasa yang tidak 24

25 berfungsi dengan baik, instalasi penggunaan LCD tiap kelas belum ada, sehingga belum mendukung pembelajaran siswa. 25

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : 3301409100 Jurusan/Prodi : HKn/PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

CONTOH TES BAGI CALON SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012

CONTOH TES BAGI CALON SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 CONTOH TES BAGI CALON SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 LATIHAN 1 Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberikan tanda silang pada soal pilihan ganda berikut! 1. Berikut ini yang bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Aspek-aspek Pengembangan Silabus Hasil penelitian tentang pengembangan silabus dan penilaian hasil belajar matematika di SMA Negeri 1 Klaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang audit kinerja guru bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang melatar belakangi masalah, pokok permasalahan, yaitu : 1.1 Latar Belakang Masalah, 1.2 Rumusan Masalah, 1.3 Batasan Masalah, 1.4 Tujuan Penelitian,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar)

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar) KISIKISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : SENI BUDAYA : SMP/SMA/SMK MTS/MA/MAK Kompetensi Inti Guru (Standar 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : Prodi : PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : Prodi : PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : 3301409122 Prodi : PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama ini akan efektif jika guru

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama ini akan efektif jika guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH Disusun oleh: Eko Prastyo Herfianto 2101409072 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai Standart Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Pengalaman Lapangan dikasanakan hanya satu bulan, berbeda dengan tahun tahun sebelumnya yang pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar)

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetnsi Dasar) KISIKISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : SENI BUDAYA : SMP/SMA/SMK MTS/MA/MAK Kompetensi Inti Guru (Standar 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Nama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan dan penghargaan kedudukan guru sebagai tenaga pendidik profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan guru sertifikasi. Untuk

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

KOMPETENSI PEDAGOGIK. Oleh : Danang Hidayatullah. Editor : Agus Widianto, SIQ, S.Th.I. A. Pendahuluan

KOMPETENSI PEDAGOGIK. Oleh : Danang Hidayatullah. Editor : Agus Widianto, SIQ, S.Th.I. A. Pendahuluan KOMPETENSI PEDAGOGIK Oleh : Danang Hidayatullah Editor : Agus Widianto, SIQ, S.Th.I A. Pendahuluan Mutu pendidikan yang baik dapat mendorong terciptanya masyarakat yang berkualitas, kreatif dan produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 MAGELANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 MAGELANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 MAGELANG Disusun oleh : Nama : PRADIPTA ARDI N NIM : 2401409032 Prodi : Pendidikan Seni Rupa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP DIAN BUDIANA,M.PD. Disiapkan sebagai Bahan Diklat Sertifikasi Guru dalam Jabatan Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dan harus mampu merancang suatu pembelajaran yang inovatif dan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 UNGARAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 UNGARAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 UNGARAN Disusun Oleh: Nama : Anita Nurdi Hapsari NIM : 7101409036 Prodi : Pendidikan Ekonomi (Koperasi) S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Pada bab ini akan diuraikan tentang persiapan PPL, pelaksanaan program dan analisis hasil program PPL yang telah dirumuskan pada program PPL yang tertuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Terima kasih telah mengunjungi

Terima kasih telah mengunjungi PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling urgen bagi manusia, guna menunjang berkembangnya potensi yang dimilikinya. Diantara potensi yang harus dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Praktik mengajar merupakan kegiatan pokok pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dimana mahasiswa ikut terlibat langsung dalam proses belajar mengajar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 2 SEMARANG Disusun oleh: Nama : Muh.Choirul Umam NIM : 6301409028 Program Studi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas, yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W 2601409102 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i LEMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN LOKASI: SMP NEGERI 12 MAGELANG Jalan Soekarno-Hatta Tidar Sawe Magelang Jawa Tengah Disusun Oleh: Umi Sholihah 11202244001 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mata pelajaran tersebut mengandung beberapa kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 BATANG KABUPATEN BATANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 BATANG KABUPATEN BATANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 BATANG KABUPATEN BATANG Disusun Oleh Nama : Aries Shofiana Al Hamidi NIM : 2201409114 Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 21 SEMARANG. Disusun oleh : : Muhammad Mustakim Fauzan NIM :

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 21 SEMARANG. Disusun oleh : : Muhammad Mustakim Fauzan NIM : LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 21 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Muhammad Mustakim Fauzan NIM : 3301409013 Program studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan komponen utama dalam mencapai suatu tujuan pendidikan, karena pembelajaran pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMA NEGERI 1 BATANG. Disusun oleh: : Arif Dermawan NIM : : Pendidikan Kimia

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMA NEGERI 1 BATANG. Disusun oleh: : Arif Dermawan NIM : : Pendidikan Kimia LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMA NEGERI 1 BATANG Disusun oleh: Nama : Arif Dermawan NIM : 4301409072 Prodi : Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 UNGARAN Disusun Oleh Nama : Nila Puspitasari NIM : 3201409007 Prodi : Pendidikan Geografi JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua kesuksesan. Guru merupakan salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Reva Saputra NIM : Prodi. : Pendidikan Seni Musik

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Reva Saputra NIM : Prodi. : Pendidikan Seni Musik LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 MAGELANG Disusun oleh : Nama : Reva Saputra NIM : 2503408035 Prodi. : Pendidikan Seni Musik FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dalam rangka mengembangkan mutu pendidikan terutama pada pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih ditekankan pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu profesi yang harus ditekuni untuk mewujudkan kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci